p-ISSN: 2337-5973 e-ISSN: 2442-4838 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA Sudirman SMP N 2 Metro E mail: [email protected] Abstract Learning science in junior high school raises many problems found on direct instruction, students learn such activity is very low. Students lacking the spirit to learn science, pretend to understand the teacher's explanations. Students in learning activities mediocre both classical learning and teamwork that ultimately student learning outcomes many incompletes. To overcome this, then do action research in order to improve the results of junior high school students learn science through learning model Think Pair Share for Class VIII.1 secondsemester students of SMP Negeri 2 Metro in the academic year 2012/2013. This study time is 3 months. Based on the recapitulation of the data observation learning process and the work of the group, the student learning outcomes can be summarized as follows. In observation of the learning process from the first meeting until the meeting of the 6th, there is increased an activity of students in learning. This happened after learning that teachers undertake improvements at each meeting. Keywords: Learning Activities, Think Pair Share bahkan guru harus berusaha untuk PENDAHULUAN mencari metode yang sesuai dengan situasi Seiring dengan perkembangan dan kondisi, maka tidak pembelajaran guru untuk menjadi efektif. Jika guru tetap mentransfer seluruh fakta dan konsep mengajarkan seluruh informasi terkait kepada materi, ilmu pengetahuan, mungkin bagi peserta para didik. Wawasan itu yang sehingga artinya dilaksanakan guru akan peserta didik harus dikembangkan bertindak sebagai sumber informasi agar dapat menemukan sendiri fakta tunggal dan yang terpenting karena dan konsep yang sedang dipelajari, terdesak 59 waktu untuk mengejar Sudirman –Penerapan Model Pembelajaran… pencapaian kurikulum. Hal tersebut Sedangkan mengakibatkan guru akan memilih pembelajaran untuk menyampaikan konsep dan dalam fakta artinya melalui Akibatnya metode para caramah. peserta didik dalam proses diperlukan keterlibatan totalitas peserta melibatkan penglihatan, didik, pikiran, pendengaran dan cenderung pasif, tidak bersemangat, psikomotor. Sehingga dalam proses dan bosan karena tidak ada aktifitas pembelajaran, seorang guru harus yang dilakukan, bahkan peserta didik mampu menjadi mendengarkan, menggunakan metode apatis terhadap mata pelajaran IPA. mengajak siswa untuk yang baik, serta memberi kesempatan IPA termasuk fisika merupakan untuk menulis dan mengajukan ilmu pengetahuan yang mempelajari pertanyaan serta tangapan, sehingga bagian-bagian alam dan interaksi terjadi dialog yang menunjukkan yang ada di dalamnya (Aththibby: proses 2015). interaktif. Sebagai salah satu pelajaran yang memiliki membekali tujuan siswa mengembangkan mata untuk penalarannya di belajar Menurut mengajar Hamalik belajar adalah tingkah laku proses yang (2001) perubahan individu melalui samping aspek nilai dan moral bahkan interaksi dengan lingkungan. Dalam kemampuan nalar dan matematis, proses belajar mengajar (PBM) akan maka yang terjadi interaksi antara peserta didik menyebabkan dan pendidik. Peserta didik atau anak pembelajaran bersifat fisika hafalan pengetahuan dan informasi diterima sebatas siswa yang didik adalah salah satu komponen produk manusiawi yang menempati posisi hafalan. Sifat tersebut sentral dalam proses belajar-mengajar materi pelajaran membawa IPA (Slameto : 2003). konsekuensi terhadap proses belajar mengajar Perolehan hasil belajar IPA SMP Negeri 2 Metro di Kelas VIII.1 masih yang didominasi oleh pendekatan jauh ekspositoris, guru diharapkan. Dari hasil pengamatan ceramah. langsung yang dilakukan terhadap menggunakan terutama metode JPF. Vol. IV. No. 1. Maret 2016 dari hasil belajar yang 60 Sudirman –Penerapan Model Pembelajaran… perilaku siswa dalam mengikuti dan peserta didik menjadi kurang, proses belajar mengajar di kelas, serta antara sesama peserta didik tidak masih terlihat terjadi, siswa yang tidak memperlihatkan penjelasan malas-malasan dalam belajar, kurangnya sehingga peserta didik guru, cenderung pasif dan hanya menerima kegiatan apa yang diberikan guru dan pada siswa akhirnya hasil belajar mereka rendah terhadap pertanyaan yang diberikan dan tidak mencapai standar KKM olah guru. Hal ini disebabkan karena yang telah ditetapkan. siswa respon merasakan kegiatan Berdasarkan hasil hasil observasi pembelajaran yang kurang menarik pada mata pelajaran IPA Kelas VIII.1 karena kelas masih didominasi oleh SMP Negeri 2 Metro tahun 2013 guru sehingga siswa menjadi pasif. ditemukan bahwa hasil belajar siswa Dengan demikian, penulis mencoba pada mata pelajaran tersebut masih melakukan rendah. Oleh sebab itu, penggunaan penelitian terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada Model siswa Kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Share pada mata pelajaran IPA siswa Metro. Kelas VIII.1 semester II SMP Negeri Kurangnya aktivitas belajar IPA siswa dalam kegiatan pembelajaran telah lama menjadi bahan pikiran Pembelajaran Think Pair 2 Metro sangat diperlukan dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. setiap guru IPA, hal ini terlihat bahwa pada umumnya siswa menampakkan sikap yang kurang antusias, kurang METODE Penelitian ini merupakan bersemangat dan kurang siap dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menerima pelajaran. Kurang siapnya dengan peserta meliputi didik dalam menerima pelaksanaan PTK yang penetapan fokus pelajaran akan mempengaruhi proses permasalahan, perencanaan tindakan, pembelajaran, karena akan meng- pelaksanaan tindakan yang diikuti akibatkan suasana kelas kurang aktif dengan dan interaksi timbal balik antara guru interpretasi, kegiatan dan observasi, analisis, serta refleksi. Apabila diperlukan, pada JPF. Vol. IV. No. 1. Maret 2016 61 Sudirman –Penerapan Model Pembelajaran… tahap selanjutnya disusun rencana dilakukan secara berdaur membentuk tindak suatu lanjut. Tahapan tersebut Permasalahan siklus Pelaksanaan Tindakan - I Refleksi - I Pengamatan/ Pengumpulan Data - I Perencanaan Tindakan - II Pelaksanaan Tindakan - II Refleksi Refleksi -- II I Pengamatan/ Pengumpulan Data - II SIKLUS - II Bila Permasalahan Belum Terselesaikan gambar Perencanaan Tindakan - I SIKLUS - I Permasalahan baru, hasil Refleksi seperti 1. Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK (Aidin Adlan, 2011: 19) Setelah permasalahan ditentukan, berikutnya. Kegiatan pada siklus proses pelaksanaan PTK pada siklus berikutnya dapat berupa kegiatan pertama terdiri atas empat kegiatan. yang Setelah mengetahui keberhasilan atau Kegiatan yang sama dilakukan jika hambatan ditujukan dalam tindakan yang sama dengan untuk sebelumnya. mengulangi didapat dari siklus pertama, maka keberhasilan, untuk meyakinkan, atau perlu per- untuk menguatkan hasil. Umumnya masalahan baru untuk menentukan kegiatan yang dilakukan pada siklus rancangan selanjutnya adanya identifikasi kegiatan pada JPF. Vol. IV. No. 1. Maret 2016 siklus memiliki berbagai 62 Sudirman –Penerapan Model Pembelajaran… tambahan dan perbaikan dari tindakan Negeri 2 Metro yang ditetapkan oleh sebelumnya yang bertujuan untuk sekolah. Kriteria ketuntasan minimal mengatasi untuk mata pelajaran IPA Kelas kesulitan berbagai yang hambatan/ ditemukan dalam siklus sebelumnya. Subyek VIII.1 adalah 75. Jadi siswa dapat dinyatakan tuntas belajar apabila telah penelitian dalam mencapai skor nilai ≥ 75. penelitian ini adalah siswa Kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Metro tahun HASIL DAN PEMBAHASAN 2013 yang berjumlah 35 orang. Untuk Data hasil pengamatan dan hasil mengetahui tingkat ketuntasan hasil belajar pada penelitian dari siklus belajar siswa, peneliti menggunakan pertama sampai dengan siklus ke-3 , dua kategori ketuntasan belajar yaitu yaitu pengamatan proses belajar, secara perorangan dan secara klasikal. pengamatan kerja kelompok, dan Secara perorangan, siswa dapat hasil belajar dapat dijelaskan pada dinyatakan tuntas belajar apabila tabel rekapitulasi pengamatan proses siswa tersebut telah mecapai nilai belajar, kerja kelompok, dan hasil sesuai kriteria ketuntasan minimal belajar dari siklus 1 s.d. siklus 3 dapat mata pelajaran IPA Kelas VIII.1 SMP disajikan seperti pada tabel 1 Tabel 1. Rekapitulasi Pengamatan Proses Belajar, Kerja Kelompok dan Hasil Belajar No Uraian 1 Proses belajar 2 Hasil kerja kelompok 3 Hasil belajar Keterangan: S P A B S. 1 P. 1 % A= 14,9 B= 19,4 C= 65,7 A= 0 B= 21,4 C= 78,6 T= 37,1 TT=62,9 : siklus : pertemuan : amat baik : baik JPF. Vol. IV. No. 1. Maret 2016 S. 1 P. 2 % A= 24,6 B= 25,7 C= 49,7 A= 10,7 B= 32,2 C= 57,1 T= 45,7 TT= 54,3 S. 2 P. 3 % A= 31,4 B= 29,2 C= 39,4 A= 32,2 B= 25,0 C= 42,8 T= 51,4 TT=48,6 C T TT S. 2 P. 4 % A= 36,6 B= 36,0 C= 27,4 A= 42,9 B= 32,1 C= 25,0 T= 57,1 TT=42,9 S. 3 P. 5 % A= 41,2 B= 37,7 C= 21,1 A= 64,3 B= 28,6 C= 7,1 T= 71,4 TT=28,6 S.3 P. 6 % A=45,7 B=45,7 C= 8,6 A=71,4 B=28,6 C= 0 T= 91,4 TT=8,6 : cukup : tuntas : tidak tuntas 63 Sudirman –Penerapan Model Pembelajaran… Berdasarkan tabel 1. dapat dijelaskan kerjasama kelompok sebagai berikut. menyarankan kepada siswa bahwa Pengamatan proses belajar pada dalam kerja yaitun guru kelompok pertemuan pertama ditemukan aspek berdiskusi kedisiplinan masalah, semua anggota harus aktif siswa dalam belajar sangat kurang. Siswa banyak yang dalam haruslah memecahkan dalam pebelajaran kelompok. tidak membuat PR, tidak membawa Pada pertemuan ke-4 perbaikan alat/buku, dan ada yang terlambat yang akan dilakukan pada pertemuan datang ke sekolah. Siswa hanya diam berikutnya adalah aspek keaktifan mendengarkan penjelasan guru. Pada siswa dalam belajar. Siswa kurang hasil aktif, aspek kerja kelompok kebersihan mendapat kelompok ditemukan masih perhatian. masih perlu Pekerjaan kotor mendengar duduk penjelasan guru diam atau penjelasan kawannya. Guru harus memotivasi siswa coretan.. Pada pertemuan berikutnya terutama dalam guru pertanyaan atau jawaban kawannya. memperbaiki banyak cendrung pembelajaran terutama pada aspek-aspek tersebut. Pertemuan belajar menanggapi Pada hasil kerja kelompok pada aspek pertemuan ke-4 yang perlu diperbaiki kepercayaan diri masih kurang, siswa pada pertemuan berikutnya adalah kurang percaya dengan kemampuan aspek kesesuaian jawaban. Hal ini sendiri, banyak siswa masih percaya terlihat masih ada 1 kelompok yang dengan kawannya yang belum tentu tugas betul jawabannya. jawaban dengan perintah tugasnya. pertemuan ke-2 dalam ke-3 Aspek ini pada perlu mendapat perhatian. kelompoknya Pada tidak pertemuan sesuai ke-5 Pengamatan proses belajar yang perlu Pada hasil kerja kelompok pada diperbaiki adalah aspek pemahaman ertemuan ke-3, kekurangan terletak materi. Pada pertemuan berikutnya pada guru aspek kelompok. kerjasama Pada anggota lebih meningkatkan cara pertemuan pembelajaran agar pemahaman siswa berikutnya guru lebih memperhatikan terhadap materi pelajaran meningkat. JPF. Vol. IV. No. 1. Maret 2016 64 Sudirman –Penerapan Model Pembelajaran… Aspek kesesuaian jawaban pada hasil hasil kerja kelompok pada pertemuan kerja kelompok masih perlu mendapat ke-6 dari semua aspek yang dinilai perhatian pada pertemuan ke-6. tidak ada yang memperoleh skor C= Pertemuan ke-6 terlihat bahwa Cukup. Ketuntasan belajar juga pada proses belajar sudah terdapat meningkat yaitu siswa yang tuntas = peningkatan, hal ini terlihat dari tabel 91,4 % dan yang tidak tuntas 8,6%. pengamatan proses belajar dari semua Dengan demikian maka penelitian aspek tindakan kelas terbukti berhasil. pengamatan terdapat peningkatan. Demikian juga pada Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Persentase Ketuntasan 100 80 60 Siklus 1 40 Siklus 2 Siklus 3 20 0 Hasil Belajar Gambar 2. Grafik Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar PENUTUP dalam belajar. Hal ini terjadi Kesimpulan setelah Berdasarkan hasil rekapitulasi data pembelajaran pangamatan dan hasil belajar siswa, guru pada setiap pertemuan. Pada dapat disimpulkan sebagai berikut. pertemuan Pada pengamatan proses belajar Amat Baik 14,9%, skor B = Baik dari pertemuan pertama sampai 19,4%, dan skor C = Cukup dengan pertemuan ke-6 terdapat 65,7%, sedangkan sampai pada peningkatan pertemuan ke-6 aktivitas JPF. Vol. IV. No. 1. Maret 2016 siswa ada perbaikan yang pertama dilakukan skor A= telah terjadi 65 Sudirman –Penerapan Model Pembelajaran… peningkatan menjadi skor A= untuk Amat Baik 45,7%, B= Baik penelitian yang lebih akurat. 45,7%, dan C= Cukup 8,6%. Sekolah sebagai hasil lembaga Pada pengamatan hasil kerja pendidikan kelompok, pertemuan mengadakan lomba-lomba mata pertama skor A= Amat Baik 0%, pelajaran IPA untuk memotivasi B= Baik 21,4%, dan C= Cukup siswa 78,6%. Setelah prestasi. perbaikan pembelajaran pada diadakan pada formal dalam perlu meningkatkan Guru hendaknya menggunakan setiap pertemuan telah terjadi metode dan model pembelajaran peningkatan yang tepat sesuai karakter materi yaitu pada pertemuan ke-6 skor A= Amat pelajaran Baik 71,4%, B= baik 28,6 % dan meningkatkan hasil belajar siswa. C= Cukup 0%. mendapatkan Siswa agar agar mampu belajar dengan Penilaian hasil belajar terjadi disiplin, peningkatan penguasaan materi motivasi belajar yang tinggi, aktif oleh siswa yaitu pada pertemuan dalam belajar, pertama siswa yang dinyatakan percaya tuntas 37,1% ,tidak tuntas 62,9 memahami materi pelajaran yang %, pada pertemuan ke-6 siswa disajikan guru. memiliki minat dan memiliki rasa diri agar dapat yang dinyatakan tuntas 91,4% dan yang tidak tuntas 8,6% Jadi, secara keseluruhan terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Saran Penelitian ini menggunakan metode dan format penelitian yang sederhana, sehingga perlu diadakan penelitian lebih lanjut JPF. Vol. IV. No. 1. Maret 2016 DAFTAR PUSTAKA Aidin Adlan. 2011. Model- Model Pembelajaran. Bandar lampung: LPMP Aththibby, Arif. 2015. “Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Animasi Flash opik Bahsan Usaha dan Energi”. Jurnal Pendidikan Fisika (JPF) UM Metro Vol 3 No. 2, Hal. 2533. 66 Sudirman –Penerapan Model Pembelajaran… Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Slameto. 2003. Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. JPF. Vol. IV. No. 1. Maret 2016 67