PENGARUH MARKETING RELATIONSHIP DAN KETERSEDIAAN PRODUK TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DI PT TAKWINDO BATAM TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Oleh: SISKA SAFITRY NIM. 11002999 PROGRAM STUDI AKUNTANSI AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM 2016 ABSTRAK PENGARUH MARKETING RELATIONSHIP DAN KETERSEDIAAN PRODUK TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DI PT TAKWINDO BATAM Oleh : SiskaSafitry DosenPembimbing : Yunita Sari, SE.,M.Si Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Marketing Relationship dan ketersediaan produk terhadap loyalitas pelanggan pada PT Takwindo Batam. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dijadikan sampel, mengingat keterbatasan waktu yang ada. Sedangkan penentuan pengambilan jumlah responden (sampel) dilakukan melalui teknik sampling aksidental yaitu siapa saja yang secara kebetulan (accidental) bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel dengan menggunakan survey dan kuesioner terhadap 30 pelanggan PT Takwindo Batam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis dapat diterima. Penelitian ini menghasilkan hubungan yang positif dan signifikan antara variabel marketing relationship dan ketersediaanprodukterhadap loyalitaspelanggan di PT Takwindo Batam.Hal ini dibuktikan dengan uji F dimana nilai signifikan 0,006. Koefisien determinasi pada Loyalitas pelanggan yang ditunjukkan oleh Adjusted R Square adalah sebesar 0,269 atau 26,9% berarti variasi perubahan Loyalitas Pelanggan (Y) dipengaruhi oleh variable Marketing Relationship (X1) dan ketersediaan produk (X2) sebesar26,9% dan sisanya73,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Kata Kunci:Marketing Relationship, Ketersediaan Produk, LoyalitasPelanggan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Batam merupakan kota industri, sehingga banyak perusahaan yang menyediakan produk guna untuk mendukung kegiatan industri di Batam. Perusahaan berlomba-lomba menawarkan dan menampilkan keunggulan dari produk yang mereka punya agar dapat menarik konsumen sebanyak-banyak nya. Konsumen terdiri dari seseorang/ individu, kelompok maupun berbentuk sebuah perusahaan, Untuk menjadi pelanggan dari sebuah perusahaan, Konsumen biasanya mempunyai pertimbangan dalam memilih produk-produk yang ditawarkan oleh sebuah perusahaan. Dimana di zaman sekarang ini yang semakin maju menyebabkan banyak perusahaan yang menawarkan produk yang sama sehingga menciptakan persaingan yang ketat. Selain harga dan kualitas produk yang menentukan keberhasilan suatu perusahaan, maka biasanya perusahaan melakukan marketing relationship dengan maksud menjalin hubungan jangka panjang dengan pelanggan agar loyalitas pelanggan tetap terjaga. tidak hanya itu ketersediaan produk juga harus di perhatikan oleh perusahaan karena kepastian persediaan produk mempengaruhi konsumen untuk datang berulang kali karena kepercayaan terhadap kepastian mendapatkan produk yang dicari. kelangsungan hidup suatu perusahaan bergantung dengan loyalitas pelanggan nya sehingga perusahaan harus memberikan pelayanan yang baik dan konsisten kepada setiap konsumen nya. Berdasarkan latar belakang di atas maka judul dalam penelitian ini adalah ” Pengaruh Marketing Relationship dan Ketersediaan Produk “ dalam menentukan loyalitas pelanggan di PT.Takwindo Batam. 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah marketing relationship berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan di PT Takwindo Batam ? 2. Apakah kepastian persediaan barang mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan ? 3. Apakah marketing relationship dan kepastian persediaan barang berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan di PT Takwindo Batam ? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kondisi pelayanan PT Takwindo Batam terhadap konsumen. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah : “ Untuk mengetahui pengaruh Marketing Relationship dan Ketersediaan Produk terhadap Loyalitas pelanggan di PT Takwindo Batam.” 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara Teoritis manfaat dari penelitian ini adalah untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan sistematis melalui penulisan karya ilmiah di bidang ilmu sosial. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang marketing relationship yang di terapkan perusahaan terhadap loyalitas pelanggan dan ketersedian produk pada PT Takwindo Batam khusus nya dan dunia bisnis umumnya. Juga mampu menambah pengetahuan bagi penulis, serta memberikan kontribusi bagi kepustakaan Akademi Akuntansi Permata Harapan Gici Business School. 1.5 Batasan Masalah Berdasarkan masalah yang ada maka penulis membatasi penulisan yang dikarenakan oleh adanya keterbatasan waktu, pikiran dan sarana yang ada, maka penulis hanya membahas pengaruh Marketing Relationship dan ketersediaan produk terhadap loyalitas pelanggan. 1.6 Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini yang merupakan laporan dari hasil penelitian,direncanakan terdiri dari lima bab, masing-masing bab berisi : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, batasan masalah dan sitematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi teori-teori yang mendasari masalah yang diteliti dan penelitian terdahulu. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang variabel penelitian dan definisi operasional, menentukan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian serta analisis dan pengujian data. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan penelitian serta keterbatasan dan saran-saran atau masukan yang mungkin berguna di masa mendatang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Loyalitas Pelanggan 2.1.1. Pengertian Loyalitas Pelanggan Pelanggan menurut (Sofjan Assauri, 2013.15) : merupakan pembeli atau konsumen yang melakukan pembelian atau mengkonsumsi kembali produk tertentu, berupa barang atau jasa semula. Loyalitas pelanggan menurut (Sofjan Assauri, 2013.14) : merupakan kecenderungan pelanggan untuk memilih nilai organisasi yang ditawarkan di atas alternatif tawaran organisasi pesaing. Loyalitas pelanggan dapat didefinisikan sebagai kesetiaan pelanggan akan suatu barang/jasa dengan melakukan pembelian ulang barang/jasa tersebut secara terus menerus, kebiasaan ini termotivasi sehingga sulit dirubah dan sering berakar dalam keterlibatan yang tinggi (Engel, et.al. Hermani, 2003 dalam Indah 2012). Menciptakan dan mempertahankan pelanggan yang loyal, merupakan jantung setiap bisnis. Menurut penulis loyalitas pelanggan ialah kesetiaan pelanggan terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan baik berupa barang maupun jasa secara berulang kali. Menurut Swasta dan Irawan 2002 dalam Indah 2012, motif langganan sering menjadi latar belakang pembelian konsumen. Ada 6 faktor yang menentukan adanya motif berlangganan, yaitu: lokasi penjualan yang strategis, pelayanan yang baik, tempat persediaan yang mudah tercapai, dan tidak ramai, harga, penggolongan barang, servis yang ditawarkan, dan toko yang menarik. 2.1.2. Manfaat Loyalitas Pelanggan Loyalitas pelanggan merupakan aset penting yang senantiasa dipertahankan oleh perusahaan karena pelanggan yang loyal akan memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan karena biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pelanggan-pelanggan baru lebih besar jika dibandingkan dengan biaya untuk mempertahankan pelanggan lama, namun didalam proses untuk mendapatkan pelanggan yang loyal dibutuhkan upaya antara pelanggan dengan perusahaan. Loyalitas itu sendiri merupakan hasil evaluasi dari kinerja perusahaan mengenai apakah pelanggan merasa puas ataupun tidak merasa puas. Menurut Tjiptono 2012:38 dalam Royanata 2013, kepuasan adalah “tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk (atau hasil) yang ia rasakan dengan harapannya”. Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan ( perceived performance) dan harapan (expectation)”. Sedangkan menurut Cadotte, Woodruff, dan Jenkins dalam Tjiptono 2012:311 dalam Royanata 2013, “kepuasan pelanggan adalah perasaan yang timbul setelah mengevaluasi pengalaman pemakaian produk”. Tjiptono 2012:310 dalam Royanata 2013, kepuasan pelanggan juga berpotensi memberikan manfaat spesifik antara lain : 1. Berdampak positif terhadap loyalitas pelanggan 2. Berpotensi menjadi sumber pendapatan masa depan terutama melalui pembelian ulang, cross selling dan up selling 3. Menekan biaya transaksi pelanggan dimasa depan, terutama biaya komunikasi pemasaran, penjualan dan layanan pelanggan 2.1.3 Jenis-Jenis Loyalitas Pelanggan Menurut Jill Griffin 2005:22 dalam Ayu Nurwidayat 2015, terdapat empat jenis loyalitas yang muncul bila keterikatan rendah dan tinggi diklasifikasi-silang dengan pola pembelian ulang, yang rendah dan tinggi. Adapun jenis-jenis loyalitas konsumen yaitu : 1) Tanpa Loyalitas Untuk berbagai alasan tertentu, ada beberapa konsumen yang tidak mengembangkan loyalitas atau kesetiaan kepada suatu produk maupun jasa tertentu. Tingkat keterikatan yang rendah dengan tingkat pembelian ulang yang rendah menunjukkan absennya suatu kesetiaan. Pada dasarnya, suatu usaha harus menghindari kelompok no loyality ini untuk dijadikan target pasar, karena mereka tidak akan menjadi konsumen yang setia. 2) Loyalitas yang lemah (Inertia Loyality) Inertia loyality merupakan sebuah jenis loyalitas konsumen yang dimana adanya keterikatan yang rendah dengan pembelian ulang yang tinggi. Konsumen yang memiliki sikap ini biasanya membeli berdasarkan kebiasaan. Dasar yang digunakan untuk pembelian produk atau jasa disebabkan oleh faktor kemudahan situsional. Kesetiaan semacam ini biasanya banyak terjadi terhadap produk atau Jasa yang sering dipakai. Contoh dari kesetiaan ini terlihat dari kegiatan pembelian bensin yang dilakukan konsumen di dekat daerah rumahnya dan sebagainya. Pembeli dengan loyalitas yang lemah rentan beralih ke produk pesaing yang dapat menunjukkan manfaat yang jelas. Meskipun demikian, perusahaan masih memiliki kemungkinan untuk mengubah jenis loyalitas ini ke dalam bentuk loyalitas yang lebih tinggi melalui pendekatan yang aktif ke pelanggan dan peningkatan nilai perbedaan positif yang diterima konsumen atas produk maupun jasa yang ditawarkan kepadnya dibandingkan dengan yang ditawarkan para pesaing lain. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan keramahan dalam pelayanan dan fasilitas yang diberikan kepada konsumen. 3) Loyalitas Tersembunyi (Laten Loyality) Jenis loyalitas tersembunyi merupakan sebuah kesetiaan atau keterikatan yang relatif tinggi yang disertai dengan tingkat pembelian ulang yang rendah. Konsumen yang mempunyai sikap laten loyality pembelian ulang juga didasarkan pada pengaruh faktor situasional daripada sikapnya. Sebagai contoh, seorang suami menyukai masakan Eropa, tetapi mempunyai istri yang kurang menyukai masakan Eropa. Maka suami tersebut hanya sesekali saja mengunjungi restoran Eropa dan lebih sering pergi ke restoran yang dimana masakan yang ditawarkan dapat dinikmati bersama. 4) Loyalitas Premium (Premium Loyalty) Loyalitas ini merupakan yang terjadi bilamana suatu tingkat keterikatan tinggi yang berjalan selaras dengan aktivitas pembelian kembali. Setiap perusahaan tentunya sangat mengharapkan kesetiaan jenis ini dari setiap usaha preference yang tinggi. Contoh jenis loyalty premium adalah rasa bangga yang muncul ketika konsumen menemukan dan menggunakan produk atau jasa tersebut dan dengan senang hati membagi pengetahuan dan merekomendasikannya kepada teman,keluarga maupun orang lain. 2.1.4 Karakteristik Loyalitas Pelanggan Loyalitas pelanggan merupakan ukuran yang dapat diandalkan untuk memprediksi pertumbuhan penjualan dan loyalitas pelanggan juga dapat didefinisikan berdasarkan perilaku pembelian yang konsisten (Griffin, 2005:31 dalam Ayu Nurwidayat 2015). Berikut ini ada lima karakteristik loyalitas konsumen yang perlu diperhatikan yaitu: a) Melakukan pembelian ulang secara teratur Konsumen melakukan pembelian secara contineu pada suatu produk tertentu, contoh: pencipta motor Harley Davidson akan membeli motor Harley baru jika ada model Harley Davidson yang terbaru, bahkan tidak hanya membeli tetapi mereka juga mengeluarkan uang tambahan untuk mengubahnya sesuai dengan keinginan mereka. b) Membeli antarlini produk dan jasa Konsumen tidak hanya membeli jasa dan produk utama tetapi konsumen juga membeli lini produk dan jasa dari perusahaan yang sama, Contoh: konsumen tidak hanya membeli motor Harley Davidson saja, tetapi mereka juga membeli aksesoris dari Harley Davidson untuk mempercantik diri mereka. c) Mereferensikan kepada orang lain. Dimana konsumen melakukan komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth) berkenan dengan produk tersebut. Contoh: seorang konsumen Harley Davidson yang sudah lama memakai motor tersebut, menceritakan tentang kehebatan dan keunggulan dari motor tersebut, kemudian setelah itu temannya tertarik membeli motor Harley Davidson karena mendengar cerita tersebut. d) Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing. Konsumen menolak untuk menggunakan produk atau jasa alternatif yang ditawarkan oleh pesaing, Contoh: para pecinta motor Harley Davidson menolak untuk menggunakan motor lain, bahkan mereka juga cenderung menolak untuk mengetahui jenis-jenis motor lainnya. Pelanggan yang loyal merupakan aset bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat berdasarkan karateristik yang dimilikinya. Oleh karena itu, loyalitas konsumen merupakan suatu yang bisa diandalkan untuk memprediksi pertumbuhan dimasa yang akan datang bagi suatu perusahaan. 2.1.5 Indikator Loyalitas Pelanggan Menurut Hidayat 2009:103 dalam Ayu Nurwidayat 2015, loyalitas konsumen merupakan komitmen seorang konsumen terhadap suatu pasar berdasarkan sikap positif dan tercermin dalam pembelian ulang secara konsisten. Indikator dari loyalitas konsumen tersebut adalah: 1) Trust merupakan tanggapan kepercayaan konsumen terhadap pasar. 2) Emotion commitment merupakan komitmen psikologi konsumen terhadap pasar 3) Switching cost merupakan tanggapan konsumen tentang beban yang diterima ketika terjadi perubahan 4) Word of mouth merupakan perilaku publisitas yang dilakukan konsumen terhadap pasar. 5) Cooperation merupakan perilaku konsumen yang menunjukan sikap yang bekerja sama dengan pasar. 2.2. Marketing Relationship 2.2.1. Pengertian Marketing Relationship Kata relationship sudah sering didengar oleh masyarakat. Relationship marketing ini bertujuan untuk dapat membangun hubungan yang baik dan berkesinambungan. Penggunaan relationship tidak hanya digunakan di dalam ruang lingkup bisnis namun juga digunakan di ruang lingkup yang lebih luas serta agar dapat bertahan dan berjuang di dalam zona persaingan maka dibutuhkan hubungan yang baik antara satu pihak dengan pihak yang lain. Inilah yang disebut dengan relationship marketing. Relationship marketing disini menekankan tentang menjaga dan selalu memperbaiki hubungan dengan pelanggan yang ada daripada mencari pelanggan-pelanggan baru. Konsep relationship marketing ini menurut Kotler, 2000, p.50 dalam Franky dan Hatane 2013 untuk dapat lebih memahami pengembangannya maka perlu untuk mengetahui berbagai macam jenis konsumen yang dihadapi yaitu : 1. Suspects, yaitu orang-orang yang akan membeli produk 2. Prospects, yaitu orang-orang yang memiliki minat lebih kuat terhadap produk ataupun jasa serta memiliki daya beli 3. Disqualified prospects, yaitu orang yang tidak bisa diharapkan untuk membeli 4. First Time Customers, yaitu orang yang diharapkan mau membeli produk atau jasa pada pertama kali 5. Repeat Customers, yaitu orang yang setelah mencoba membeli pada pertama kali diharapkan mau membeli lagi untuk kesempatan berikutnya 6. Client, yaitu orang-orang yang sudah memiliki pengalaman terhadap produk yang ditawarkan 7. Member, yaitu orang-orang yang menerima keuntungan atau benefit dari perusahaan 8. Advocate, yaitu kelompok orang-orang yang akan mengajak orang lain untuk menggunakan produk perusahaan 9. Partner, yaitu pelanggan loyal yang bersama-sama dengan perusahaan secara aktif yang bekerja sama untuk memajukan perusahaan 2.2.2 Dimensi Marketing Relationship Dimensi Relationship Marketing terdiri dari: a) Ikatan Menurut Tandjung 2004:91 dalam Titi Wijayanti 2012, mendefinisikan “Ikatan adalah ketergantungan antara kedua belah pihak yang cukup kuat sehingga hubungan keduanya dapat bertahan lama”. b. Empati Menurut Tjiptono 2008:95 dalam Titi Wijayanti 2012,” empati adalah kesediaan perusahaan untuk memahami masalah pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman”. c. Timbal balik Menurut Sin, et al ,Tjiptono 2005:225 dalamTiti Wijayanti 2012, yang mengemukakan bahwa “timbal balik” adalah komponen relasi bisnis yang merefleksikan kesediaan masing-masing pihak untuk saling membutuhkan atau membalas kebaikan yang dilakukan salah satu pihak. d. Kepercayaan Menurut Tjiptono 2005:415 dalam Titi Wijayanti 2012, “Kepercayaan merupakan faktor paling krusial dalam setiap relasi”. Menurut Garbarino dan Johnson 2002:70 dalam Titi Wijayanti 2012, pengertian kepercayaan dalam pemasaran jasa lebih menekankan pada sikap individu yang mengacu keyakinan konsumen atas kualitas dan keandalan jasa yang diterimanya. 2.2.3 Manfaat Marketing Relationship Relationship marketing recognizes the value of current customers and the need to provide continuing service to existing customer so that they will remain loyal (Lovelock, 1996, p.84 dalam Franky dan Hatane 2013). Melalui pengertian ini disebutkan bahwa relationship marketing mengenal nilai dari pelanggan dan kebutuhannya agar supaya perusahaan dapat memberikan pelayanan agar pelanggan tetap loyal pada perusahaan. Adapun alat pemasaran yang dapat di pakai untuk mengikat pelanggan lebih kuat dan lebih puas dapat memakai pendekatan melalui pendekatan yaitu Kotler dan Amstrong, 1996, p. 194-195 dalam Franky dan Hatane 2013 : 1.Financial benefit (manfaat keuangan atau ekonomis). Pendekatan yang pertama untuk membangun suatu hubungan nilai dengan pelanggan adalah dengan memberikan manfaat keuangan atau ekonomi. Manfaat ekonomis ini dapat berupa penghematan biaya yang di keluarkan oleh pelanggan, pemberian discount-discount khusus pada saat-saat tertentu, serta manfaat ekonomis lainnya. Menurut (peterson 1995),Franky dan Hatane 2013, menyatakan bahwa penghematan atas uang yang di keluarkan merupakan alasan dasar dalam mengadakan hubungan antara pelanggan dengan penyedia layanan. Financial benefits merupakan relational benefit tingkat pertama di mana penyedia layanan menggunakan insentif harga untuk mendorong pelanggan melakukan bisnis terusmenerus dengan penyedia layanan. Financial benefits dapat disebut juga economic benefits. 2.Social benefit (manfaat sosial) Manfaat ekonomis diatas memang sangat perlu tetapi tidak cukup sampai disini saja karena akan mudah ditiru oleh badan usaha lain, sehingga perlu pendekatan yang lain yaitu manfaat sosial. Manfaat sosial membantu badan usaha untuk meningkatkan hubugan dengan mempelajari kebutuhan dan keinginan pelanggan, bahkan memberikan sesuatu yang sifatnya Social benefit adalah relational benefit tingkat dua dimana penyedia layanan tidak hanya menggunakan insentif harga, tetapi mencari suatu usaha untuk membangun ikatan social antara penyedia layanan dengan pelanggan. Interaksi yang dilakukan antara pelanggan yang satu dengan pelanggan yang lainnya, dan persahabatan yang di bina sebaik interaksi antara pelanggan dengan penyedia layanan akan menghasilkan manfaat sosial, seperti mengingat nama pelanggan, berinteraksi dengan pelanggan, dan sikap karyawan terhadap pelanggan. Manfaat sosial yang di peroleh pelanggan, biasanya dijadikan ukuran untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diterima pelanggan. Social benefit mencakup perasaan kekeluargaan, pengakuan secara individual, dan dukungan sosial. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar manfaat sosial yang diperoleh pelanggan menurut Peterson 1995 dalam Franky dan Hatane 2013, adalah : a) Friendship, adalah hubungan yang erat antara penyedia layanan dengan pelanggan, dimana penyedia layanan mengenal pelanggan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa persahabatan sering terjadi dalam hubungan antara penyedia layanan dengan pelanggan dalam badan usaha jasa, yang merupakan bonus yang tidak nampak (intangible) sebagai layanan tambahan dari layanan inti, seperti mengingat nama konsumen. b) Fraternization, adalah perasaan kekeluargaan yang erat sebagai bagian dari hubungan yang di bangun dalam jangka panjang, seperti keramahan pegawai kepada konsumen. c) Personal recognition, adalah menerima apa adanya semua pola perilaku, emosi, dan motive yang unik dari pelanggan, seperti keluhan-keluhan pelanggan. 3. Structural ties, pendekatan yang ketiga ini untuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan melalui ikatan struktural. Dalam ikatan struktural ini badan usaha berusaha untuk membantu pelanggan dan selalu memberikan informasi mengenai segala sesuatu yang diperlukan, sehingga pelanggan yang dibantu dan diperhatikan akan merasa sangat dihargai dan lebih puas pada badan usaha, seperti memberikan informasi mengenai produk terbaru. Interaksi yang dilakukan antara pelanggan yang satu dengan pelanggan yang lainnya, dan persahabatan yang dibina sebaik interaksi antara pelanggan dengan penyedia layanan akan menghasilkan manfaat sosial. Menurut Kotler dan Amstrong 1998, p.198 dalam Franky dan Hatane 2013, structural ties di bagi menjadi dua yakni : 1. Psychological Benefit Perasaan aman atau perasaan nyaman pelanggan terhadap penyedia layanan merupalan hal yang peelu diperhatikan. Jika pelanggan merasa tidak nyaman dalam berhubungan dengan penyedia layanan, maka pelanggan bisa meninggalkan penyedia layanan, dan akan beralih ke pesaing. Salah satu manfaat yang diterima pelanggan dalam hubugannya dengan penyedia layanan adalah psychological benefit, manfaat secara psikologis yang diperoleh dari hubugan erat antara penyedia layanan dengan pelanggan adalah perasaan aman atau perasaaan nyaman. Semakin aman atau nyaman seorang pelanggan berinteraksi dengan penyedia layanan, maka pelanggan tersebut semakin setia kepada penyedia layanan. Menurut Berry dan Bitner, 1995 dalam Franky dan Hatane 2013, psychological benefit diartikan sebagai perasaan untuk mengurangi ketidakpastian, kepercayaan, dan merasa nyaman dalam berinteraksi dengan penyedia layanan, ditunjukkan dengan membangun terus menerus antara pelanggan dengan organisasi atau badan usaha penyedia layanan. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar manfaat secara psikologis yang diterima oleh pelanggan adalah : 1. Reduced anxiety adalah mengurangi ketidakpastian pelanggan yang mengacu pada suatu keadaan. 2. Trust adalah kemauan pelanggan untuk berhubungan dengan penyedia layanan, dimana pelanggan merasa perkataan dari penyedia layanan dapat dipercaya atau dapat dipegang dan dapat dilaksanakan. 2. Customization Benefit Manfaat kedua yang diterima pelanggan didalam structural ties selain psychological benefit adalah customization benefit, dan Berry, (1995) Franky dan Hatane 2013, menyatakan bahwa customization benefit adalah cara penyedia layanan memberikan perlakuan khusus kepada pelanggan atas kesetiaaan pelanggan. Customization benefit yang diterima pelanggan bisa termasuk persepsi pelanggan dari perlakuan secara preferential, perhatian khusus atau penghargaan yang bersifat individual, dan layanan secara khusus yang ditidak diberikan kepada pelanggan yang lain. Hal tersebut didukung oleh Berry, 1995 dalam Franky dan Hatane 2013, yang menyatakan bahwa ”service augmentation” sebagai cara untuk memberi perlakuan secara khusus kepada pelanggan sebagai penghargaan atas kesetiaan pelanggan. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar manfaat customization yang diterima oleh pelanggan adalah : 1. Preferential treatment adalah perlakuan secara khusus yang diberikan oleh penyedia layanan kepada pelanggan yang disebabkan oleh hubungan baik antara keduanya. Perlakuan secara preferensial diterima oleh pelanggan bila penyedia layanan berusaha memenuhi permintaan layanan secara mendetail dari pelanggan, sedangkan perhatian khusus diterima oleh pelanggan jika loyalitas pelanggan lebih dipentingkan dari tambahan layanan yang diterima pelanggan. 2. Special service adalah layanan tambahan yang tidak nampak secara fisik yang diberikan kepada pelanggan. 3. Extra attention adalah perhatian yang lebih terhadap pelanggan yang diberikan oleh penyedia layanan. 2.3 Ketersedian Produk 2.3.1 Pengertian Manajemen Persediaan Menurut Prawirosentono 2001 dalam Mudianto 2015, persediaan adalah aktiva lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku/raw material, bahan setengah jadi/ work in process dan barang jadi/finished goods). Availability, merupakan suatu faktor yang berkaitan dengan ketersediaan produk ataupun kemudahan untuk memperoleh produk tersebut, serta segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pelanggan dalam rangka mengkonsumsi produk tersebut (Donnelly, 2004:213 dalam Mudianto 2016) Manajemen persediaan adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem ini adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan, menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi dan berapa besar pesanan harus dilakukan. Kriteria optimal adalah minimasi biaya total yang terkait dengan persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya kekurangan persediaan (Baroto, 2002 dalam Mudianto 2015). Variabel keputusan dalam pengendalian persediaan tradisional dapat diklasifikasikan ke dalam variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Secara kualitatif, variabel keputusan pada pengendalian manajemen persediaan (Baroto, 2002 : 54 dalam Mudianto 2015) adalah sebagai berikut : 1. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat, 2. Kapan pemesanan atau pembuatan harus dilakukan, 3. Berapa jumlah persediaan pengaman, dan 4. Bagaimana mengendalikan persediaan. Secara kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut : 1. Jenis barang apa yang dimiliki, 2. Di mana barang tersebut berada, 3. Berapa jumlah barang yang sedang dipesan, dan 4. Siapa saja yang menjadi pemasok masing – masing item. Menurut Wilson dan John B. Campbell 2001 dalam Mudianto 2015, pengendalian persediaan erat kaitannya dengan investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Hal ini berkaitan dengan total biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Agar manajemen inventory yang digunakan efektif, maka persoalan yang harus diselesaikan adalah menentukan jumlah pemesanan dan kapan pemesanan itu harus dilakukan. Untuk itu, harus diperhatikan adanya persediaan dasar sebagai penyeimbang keluar masuknya barang, persediaan pengaman (safety stock), serta tambahan persediaan (anticipation stock). 2.3.2 Pengertian Produk Produk adalah sesuatu yang diperjualbelikan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari sesuatu hasil kreativitas seseorang, tim marketing, atau perusahaan. Wijayanti (2012:13), Royana 2013. Menurut Kotler dan Armstrong dalam Ginting (2011:90), Royana 2013, mendefenisikan produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk perhatian, akuisisi, penggunaan dan konsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk lebih dari sekedar barang yang dapat diukur. Dalam arti luas produk mencakup barang fisik, jasa, orang, organisasi, gagasan, atau gabungan dari semua itu. Sedangkan menurut Abdullah dan Tantri (2012:155), Royana 2013, mutu produk berarti kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya termasuk keawetan, keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki serta atribut bernilai yang lain. Produk menurut Penulis ialah sesuatu yang dihasilkan suatu individu maupun perusahaan untuk di konsumsi oleh konsumen dan dapat menghasilkan uang. 2.3.3 Manfaat Persediaan Produk Persediaan berfungsi juga sebagai kontinuitas eksistensi suatu perusahaan dengan mencari keuntungan/laba untuk kontinuitas perusahaan tersebut. Menurut Smith dan Skousen 2007 dalam Mudianto 2015 ada beberapa alasan yang menyebabkan perusahaan untuk menanggani persediaan dengan serius, antara lain: a.Untuk meningkatkan efesiensi operasional Persediaan barang sangat penting dalam meningkatkan efesiensi operasional, misalnya proses A memerlukan bahan baku X1 untuk menghasilkan barang Y1, sedangkan proses B memerlukan bahan baku yaitu Y1 yang dihasilkan oleh proses A. Apabila proses A kehabisan persediaan bahan baku, maka proses B juga tidak dapat beroperasi. Seandainya persediaan selalu tersedia maka efesiensi operasional akan terlaksana. b.Memberikan respon yang cepat kepada pelanggan Permintaan pelanggan akan dapat terpenuhi jika barang yang diinginkan pelanggan selalu tersedia. c. Antisipasi terhadap situasi dan kondisi tertentu Pengaturan persediaan barang sangat diperlukan untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan yang mungkin terjadi, misalnya keterlambatan pengiriman dari pemasok, mesin rusak, dan sebagainya. 2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh: 1. Franky Susanto, dan Prof. Dr. Hatane Semuel, MS (2013) dengan judul pengaruh Marketing Relationship terhadap loyalitas pelanggan Pt Mitra 10 Surabaya . 2. Penelitian yang dilakukan oleh Titi wijayanti (2012) dengan judul pengaruh Marketing Relationship terhadap kepuasan pelanggan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 cabang Puworejo . 3. Penelitian yang dilakukan oleh Royana Maranata I. Manurung (2013) dengan judul pengaruh produk dan pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pada hotel Inna Dharma Deli Medan. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh positif. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Dwi Kurniasih (2012) dengan judul pengaruh harga dan kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan melalui variabel kepuasan pelanggan (Studi pada Bengkel AHASS 0002 –Astra Motor Siliwangi Semarang ). 5. Penelitian yang dilakukan oleh Mudianto (2015) dengan judul analisis pengaruh ke cepatan layanan, kesiapan informasi barang dan kualitas relasional terhadap loyalitas pelanggan di Online Shop Laris Manies. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Nurwidayat (2015) dengan judul Analisis pengaruh pelayanan dan keragaman barang terhadap loyalitas konsumen (Studi pada Pasar Bunder di Sragen) 2.5. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini menggambarkan hubungan dari variabel independen dalam hal ini Marketing Relationship (X1) dan Ketersediaan Produk (X2) terhadap variabel dependen yaitu Loyalitas Pelanggan (Y). Maka, dapat disusun kerangka pemikiran dalam penelitian ini, seperti tersaji dalam gambar 2.1 berikut ini. Marketing Relationship X1 H1 H3 Loyalitas Pelanggan X2 H2 Ketersediaan Produk X2 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Y 2.6. Hipotesis Hipotesis adalah suatu pertanyaan sementara atau dugaan yang paling memungkinkan yang masih harus dicari kebenarannya. Dalam penelitian ini diperoleh hipotesis sebagai berikut : Hipotesis 1 (H1) Ada pengaruh yang signifikan antara Marketing Relationship terhadap loyalitas pelanggan. Hipotesis 2 (H2) Ada pengaruh yang signifikan antara ketersediaan produk terhadap loyalitas pelanggan. Hipotesis 3 (H3) Ada pengaruh yang signifikan antara Marketing Relationship ketersediaan produk terhadap loyalitas pelanggan. dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Takwindo Batam yang berlokasi di Komplek Puri Industrial Park 2000 Blok B No.1 (satu), dengan objek penelitian ialah pelanggan di PT Takwindo Batam. 3.2. Populasi dan Sampel Populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria tertentu, yang ditentukan peneliti, Dantes 2012:37 dalam Royana 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan yang melakukan pembelian kawat las di PT TakwindoBatam. Sampel adalah perwakilan dari populasi yang memiliki kesamaan, tepat, dan akurat (representatif) dalam Dantes 2012:37 dalam Royana 2013. Berdasarkan rumus Slovin, jumlah sampel yang mewakili populasi penelitian ini adalah : n= n= = 30 Dari hasil perhitungan rumus di atas dapat diperoleh jumlah sampel yang akan diteliti adalah sebesar 30 responden. 3.3 Bentuk Penelitian 3.3.1 Jenis dan Sumber data Data adalah semua keterangan yang dijadikan responden, maupun yang berasal dari dokumen, baik dalam bentuk statistik /dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian. Data diperoleh dengan nilai satu atau lebih variabel dalam sample atau populasi. Data dapat diklasifikasikan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif : 1. Data Kualitatif Data kualitatif adalah yang tidak berbentuk angka dan tidak dapat diukur dalam skala numerik.Namun karena dalam bentuk angka, maka data kualitatif umumnya dapat dikuantitatifkan agar dapat diproses lebih lanjut. 2. Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau angka.Dalam penelitian ini digunakan data kuantitatif sebagai penunjang data kualitatif, yaitu bilangan/angka-angka. Sedangkan berdasarkan sumbernya, sumber data umumnya berasal dari: 1. Data Primer Data primer ialah data yang dikumpulkan dari sumber – sumber asli untuk tujuan tertentu melalui survei lapangan dengan menggunakan semua metode pengumpulan data original. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, dicatat untuk pertama kalinya dan berhubungan langsungdengan permasalahan yang diteliti. Data primer ini didapat melalui kuesioner(daftar pertanyaan) yang dibagikan dan diisi oleh 30 responden yang disusun berdasarkan variabel yang telah ditentukan dengan menyediakan jawaban alternatif. Data primer dalam penelitian ini adalah data mengenai tanggapan responden terhadap variabel marketing relationship dan persediaan produk serta data yang menunjukkan loyalitas pelanggan yang dirasakan oleh responden. 2. Data Sekunder Data sekunder ialah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dimana diperoleh dengan bentuk yang sudah jadi atau data yang diperoleh dari pihak lain. Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah referensi yang di peroleh melalui studi kepustakaan, untuk memperoleh informasi dari buku-buku referensi, dan sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian. 3.3.2Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan disini meliputi tigamacam yaitu: 1. Wawancara Adalah pengumpulan data dengan mengadakan Tanya jawab dengan responden, yaitu dengan daftar pertanyaan untuk diisi dengan keterangan-keterangan oleh responden selama proses wawancara. 2. Kuesioner Kuesioner atau daftar pertanyaan merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sifat nya tertutup dan terbuka dengan jawaban yang telah disediakan, dan harus diisi oleh responden dengan cara memilih salah satu alternatif jawaban yang tersedia beserta alasannya. Melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada responden maka akan ditentukan skor dari setiap jawaban sehingga menjadi data kuantitatif. Setiap alternatif jawaban akan diberi skor yang berbeda. Penentuan skor didasarkan pada skala Likert yang berisi setuju atau tidak setuju yang dibagi ke dalam lima bagian skala terhadap pernyataanpernyataan (statements) yang diajukan oleh peneliti dalam kuesioner. Jogiyanto 2012:150 dalam Royana 2013. Untuk pilihan jawaban yang terdiri dari 5 kategori, skor ditentukan sebagai berikut: a. Untuk jawaban alternatif A (sangat setuju) diberi skor 5 b. Untuk jawaban alternatif B (setuju) diberi skor 4 c. Untuk jawaban alternatif C (kurang setuju) diberi skor 3 d. Untuk jawaban alternatif D (tidak setuju) diberi skor 2 e. Untuk jawaban alternatif E (sangat tidak setuju) diberi skor 1 Jawaban responden akan dikategorikan ke dalam beberapa kategori menurut alternatif jawaban yaitu sangat kuat, kuat, netral, rendah, atau sangat rendah. Kategori diperoleh melalui interval. Rumus untuk mencari interval tersebut sebagai berikut : Interval= Interval = = 0,8 Maka jawaban responden dikategorikan sebagai berikut : a. Skor untuk kategori sangat kuat = 4,21 - 5,0 b. Skor untuk kategori kuat = 3,41 - 5,0 c. Skor untuk kategori netral = 2,61 - 3,40 d. Skor untuk kategori rendah = 1,81 – 2,60 e. Skor untuk kategori sangat rendah = 1,00 – 1,80 3. Studi kepustakaan Studi kepustakaan mengetahuiberbagai adalah pengetahuan denganpermasalahanpenelitian, pengumpulan atau diantaranya data dengan teori-teori berasal yang dari tujuan untuk berhubungan buku, majalah, jurnal,ataupun berbagailiteratur yang relevan dengan penelitian. 3.4 Variabel Penelitian Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek,atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitiuntukdipelajari dan ditarik kesimpulannya. Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu: 1. Variabel dependent (dependent variable) atau variabel tidak bebas,yaitu variabel yang nilai nya di pengaruhi oleh variabel independen.Variabel dependen sering pula disebut variabel respon yang di lambang kan dengan huruf Y. 2. Variabel Independen (independent variable) atau variabel bebas, yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya (terpengaruhnya) variabel dependen (variabel tidak bebas). Variabel independen sering disebut predikator yang dilambangkan dengan X. Berkaitan dengan penelitian ini, maka variabel dependen dan independen diuraikan sebagai berikut : 1. Variabel Dependen, yaitu Y adalah Loyalitas Pelanggan. 2. Variabel Independen, yaitu X1 adalah Marketing Relationship dan X2 adalah Persediaan Produk. 3.5 Metode Analisis Data 3.5.1 Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif merupakan metode analisis dengan angka-angka yang dapat dihitung maupun diukur. Analisis kuantitatif ini dimaksudkan untuk memperkirakan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan satu atau beberapa kejadian lainnya dengan menggunakan alat analisis statistic.pengolahan data dengan analisis kuantitatif melalui beberapa tahap. 3.5.2 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya satu Kuesioner. Satu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan apa yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Tingkat validitas dapat diukur dengan cara membandingkan nilai r hitung >r tabel . Dalam uji validitas dapat digunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions) dan dapat pula digunakan rumus sebagai berikut: Dimana : r = koefisien korelasi n = jumlah observasi/ responden X = skor pertanyaan Y = skor total Bila : r hitung >r tabel , berarti pernyataan tersebut dinyatakan valid. r hitung ≤ r tabel , berarti pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid. 3.5.3 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika masing-masing pertanyaan dijawab responden secara konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu kuesioner dikatakan handal jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Selain menggunakan dengan bantuan SPSS(Statistical Product and Service Solutions), uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien alpha (α) dari Cronbach sebagai berikut: dan Keterangan: R11 = reliabilitas instrumen K = banyak butir pertanyaan Σ = jumlah varian butir = varian total n = jumlah responden X = nilai skor yang dipilih 3.5.4 Uji Asumsi Klasik Untuk menguji apakah persamaan garis regresi yang diperoleh linier dan bisa dipergunakan untuk melakukan peramalan, maka harus dilakukan uji asumsi klasik yaitu : 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi yang normal atau tidak, karena model regresi yang baik memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal. Pembuktian apakah data tersebut memiliki distribusi normal atau tidak dapat dilihat pada bentuk distribusi datanya, yaitu pada histogram maupun normal probability plot.Pada histogram, data dikatakan memiliki distribusi yang normal jika data tersebut berbentuk seperti lonceng. Sedangkan pada normal probability plot, data jika ada penyebaran titik-titik disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.Jika data menyebar disekitar garisdiagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel bebas.Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan menganalisis matrik korelasi variabelvariabel independen atau dengan menggunakan perhitungan nilai Tolerance danVIF. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (lebihdari 0,900) maka hal inimenunjukkan adanya multikolinearitas atau jika nilai Tolerance kurang dari0,100 atau nilai VIF lebih dari 10, maka hal ini menunjukkan adanya multikolinearitas. 3. Uji Heteroskedastisitas Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap maka disebut homokedastisitas, namun jika berbeda disebut dengan heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah omokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antar prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola titik pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dansumbu X adalah residual yang telah di standardized. Dasar analisisnya sebagaiberikut : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang melebar kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.5.5 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu: Marketing Relationship(X1), persediaan produk (X2)dan terhadap loyalitas pelanggan(Y). Adapun bentuk persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : Y = a + b1X1+ b2X2 Keterangan : Y = loyalitas pelanggan a = konstanta b1,b2 = koefisien regresi X1 = Marketing Relationship X2 = persediaan produk 3.5.6 Uji Goodness of Fit (Uji F dan R2) Uji goodness of fit dilakukan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik dapat diukur dengan menggunakan : 1. Uji F (Uji Simultan) Uji F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Membuat hipotesis untuk kasus pengujian Ftest di atas, yaitu: a. H0 : b1 = b2 = 0 Artinya: tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu Marketing Relationship(X1) dan persediaan produk (X2) secara simultan terhadap variabel dependen yaitu loyalitas pelanggan (Y). b. Ha : b1 – b2> 0 Artinya: ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu Marketing Relationship (X1) dan persediaan produk (X2) secara simultan terhadap variabel dependen yaitu loyalitas pelanggan (Y).Menentukan F tabel dan F hitung dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% atau taraf signifikansi sebesar 5 %, maka : a. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, berarti masing-masing variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. b. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima, berarti masing-masing variabel bebas secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. 2.Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah 0 < R2< 1. Koefisien determinasi yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Penggunaan R square adalah bias terhadap jumlah variabel independen yangdimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan variabel independen kedalam model, maka R square pasti meningkat tidak peduli apakah variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak. Tidak seperti R square nilai adjusted R square dapat naik atau turun apabila terdapat tambahan variabel independen kedalam model. Oleh karena itu sebaiknya digunakan nilai adjusted R square untuk mengevaluasi model regresi terbaik. 3.6 Pengujian Hipotesis Uji t digunakan untuk menunjukkan apakah suatu variabelin dependen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Hipotesis yang dipakai adalah : a. H0 : bi = 0, artinya suatu variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. b. Ha : bi > 0, artinya suatu variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi () = 0,05 ditentukan sebagai berikut : a. Apabila t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima b. Apabila t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak