BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data World Healt Organization (WHO), diseluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonates sebesar 10.000.000 jiwa per tahun ( Manuaba, 2010). Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu preoritas Kementrian Kesehatan dan keberhasilan program KIA menjadi salah satu indikator utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas dalam pembangunan kesehatan. Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Angka Kematian Ibu (AKI) menurut SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2007, di Indonesia mencapai angka 248 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah AKI dan AKB masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 23 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target tersebut (Depkes RI,2009). 1 2 Kunjungan K1 yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan, Cakupan K1 dibawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah yang mungkin disebabkan oleh pelayanan yang belum cukup akhir (Henry, 2006). Asuhan Antenatal K1 bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai ibu hamil dengan mendeteksi secara dini komplikasi dalam kehamilan,dan merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan ibu untuk mendapatkan persalinan menuju kelahiran dan kesehatan ibu yang baik. (Vivian, dkk, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinkes pada tahun 2014 di Kabupaten Pidie sasaran seluruh ibu hamil adalah sebanyak 11.215 jiwa, yang melakukan kunjungan K1 adalah sebanyak 8.068 jiwa (71,94 %) (Dinkes Kabupaten Pidie, 2014). Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie pada Tahun 2014 jumlah seluruh ibu hamil 2.093 orang, yang melakukan Kunjungan K1 adalah sebanyak 951 orang, disini terlihat jelas bahwa K1 Puskesmas Muara Tiga masih sangat jauh dari target cakupan kunjungan K1 secara nasional yaitu sebesar 95%. Berdasarkan pengambilan data awal yang diperoleh dari Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga terdapat ibu hamil dari bulan Januari sampai Maret 2015 berjumlah 73 orang. 3 Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan K1 Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015” B. Rumusan Masalah Berdasarkan data yang telah didapatkan oleh peneliti maka, rumusan masalahnya adalah “faktor-faktor apa saja yang Berhubungan Dengan Kunjungan K1 Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan K1 Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan Pendidikan dengan Melakukan Kunjungan K1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015. b. Untuk mengetahui hubungan Dukungan Keluarga dengan Melakukan Kunjungan K1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015. 4 c. Untuk mengetahui hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Melakukan Kunjungan K1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Diperoleh sebagai bahan masukan dan wawasan ilmu pengetahuan. 2. Bagi ibu Sebagai bahan masukan dan ilmu pengetahuan mengenai Kunjungan K1 3. Bagi tempat Penelitian Dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan K1 pada ibu hamil 4. Bagi Pendidikan Sebagai bahan masukan dalam membimbing dan menambah pengetahuan mahasiswa. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini sudah banyak diteliti sebelumnya antara lain : 1. Susi Diana (2011) mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil untuk melakukan pelayanan K1 di wilayah kerja puskesmas jeulingke kecamatan syiah kuala kota Banda Aceh Tahun 2011. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependen yaitu pelayanan K1, variabel independen yaitu pendidikan, dukungan keluarga, dan pelayanan kesehatan. Metode yang dipakai pada penelitian ini bersifat Diskriptif 5 dengan pendekatan cross sectional, Hasil dari penelitian menunjukan bahwa pelayanan K1 ditinjau dari segi Pendidikan 90% berada pada katagori Tinggi, ditinjau dari Dukungan Keluarga 79% berada pada katagori Keluarga yang Mendukung dan ditinjau dari Pelayanan Kesehatan 68% berada pada katagori pelayanan kesehatan Baik. Berdasarkan dari hasil penelitian ini maka pendidikan, dukungan keluarga dan pelayanan kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi ibu hamil untuk melakukan pelayanan K1. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada metode penelitian, tempat penelitian, dan waktu penelitian. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kehamilan 1. Konsep Kehamilan Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan ke dua dari bulan ke empat sampai 6 bulan triwulan ketiga dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2008). Kehamilan merupakan proses yang fisiologis, namun sewaktu-waktu dapat berubah menjadi patologis tanpa diduga sebelumnya. Selain melaksanakan asuhan pada ibu hamil normal, bidan juga harus mampu melakukan deteksi yang mengarah patologis, tindakan antisipasi dapat segera dilakukan. Dari fakta ini sangat bijaksana kiranya jika tenaga kesehatan khususnya bidan, sebagai pendamping wanita, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil (Ari S, 2011). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008). Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri 7 oleh lahirnya sang bayi (Monika, 2009). Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, 2008). Kehamilan disimpulkan sebagai masa dimana wanita membawa embrio dalam tubuhnya yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh yang membuat terjadinya proses konsepsi dan fertilisasi sampai lahirnya janin. Kehamilan merupakan proses yang alamiah dan fisiologis, Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, melakukan hubungan dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar akan mengalami kehamilan (Mandriwati,2007) Kehamilan disimpulkan sebagai masa dimana wanita membawa embrio dalam tubuhnya yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh yang membuat terjadinya proses konsepsi dan fertilasi sampai lahirnya janin. a. Faktor resiko pada kehamilan Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. Faktor-faktor resiko kehamilan meliputi primipara muda kurang umur 20 8 tahun, primipara tua umur di atas 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm, riwayat kehamilan yang buruk (Manuaba, 2008). Ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mempunyai resiko atau bahaya yang lebih besar pada kehamilan/persalinannnya dibandingkan dengan ibu hamil dengan kehamilan/persalinan normal. Faktor resiko pada ibu hamil meliputi riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik yaitu riwayat keguguran, perdarahan pasca kelahiran, lahir mati; Ibu hamil yang kurus/berat badan kurang; sudah memiliki 4 anak atau lebih; jarak antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun; Ibu menderita anemia atau kurang darah; perdarahan pada kehamilan ini; tekanan darah yang meninggi dan sakit kepala hebat dan adanya bengkak pada tungkai; kelainan letak janin atau bentuk panggul ibu tidak normal; riwayat penyakit kronik seperti diabetes, darah tinggi, asma dan lain-lain (Suririnah, 2007). b. Tanda bahaya kehamilan Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik 9 untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyulit penyerta sebaiknya diketahui sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya, diantaranya perdarahan, preeklamsi, nyeri hebat di daerah abdominopelvikum. Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai yang terkait dengan gangguan serius selama kehamilan adalah muntah berlebihan, disuria, menggigil atau demam, ketuban pecah dini atau sebelum waktunya, uterus lebih besar atau lebih kecil dari kehamilan yang sesungguhnya. (Sarwono, 2008) Menurut Rukiyah (2009), Pada ibu hamil ada enam tanda bahaya dalam kehamilan, meliputi : 1) Perdarahan vagina pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah, perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri. 2) sakit kepala yang hebat. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Dengan sakit kepala yang hebat, penglihatan ibu menjadi kabur atau terbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklampsi. 10 3) perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja). Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak. 4) nyeri abdomen yang hebat. Nyeri abdomen yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini seperti appendicitis, persalinan preterm, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, gastritis, penyakit kantong empedu, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih dan infeksi lain. 5) bengkak pada muka atau tangan. Bengkak bisa menunjukkan masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. 6) bayi kurang bergerak seperti biasa. Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. 2. Konsep Antenatal care a. Pengertian antenatal care Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan (Depkes RI, 2010). Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan selama 11 kehamilan (Yulifah, dkk, 2009). Perawatan kehamilan merupakan suatu program berkesinambungan selama kehamilan, persalinan, kelahiran dan nifas yang terdiri atas edukasi, screening, deteksi dini, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi yang bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga ibu mampu merawat bayi dengan baik. b. Tujuan Antenatal care Menurut Mansjoer (2005), tujuan perawatan kehamilan adalah memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi; meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi; mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan; mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin; mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif; mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. Tujuan antenatal care pada ibu hamil meliputi mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi; mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah, atau obstetri selama kehamilan; mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi; membantu menyiapkan ibu untuk menyusui 12 dengan sukses, menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial (Kusmiyati, 2009) c. Manfaat antenatal care Menurut Wiknjosastro (2006), manfaat antenatal care adalah tersedianya fasilitas rujukan yang baik bagi kasus resiko tinggi ibu hamil sehingga dapat menurunkan angka kematian maternal. Petugas kesehatan dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obstetrik buruk, dan perdarahan selama kehamilan. Perawatan antenatal cara berguna. Untuk mendeteksi,mengoreksi,menatalaksanakan/mengobati sedini mungkin kelainan yang terdapat pada ibu dan janinnya. Dapat juga sebagai penyampaian komunikasi, informasi, dan edukasi dalam menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu hamil, agar dapat percaya diri dan bila ada kedaruratan dapat segera dirujuk ke rumah sakit terdekat dengan fasilitas yang lebih lengkap (Yani, 2006). d. Jadwal pelaksanaan antenatal care Pelaksanaan antenatal care dilakukan minimal 4 kali, yaitu l kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimister III. Namun jika terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan di sesuaikan menurut kebutuhan masing- masing. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan dikatakan teratur jika melakukan pemeriksaan kehamilan ≥ 4 kali kunjungan, kurang teratur 13 jika pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali kunjungan (WHO, 2006). Kunjungan ibu hamil atau kontak ibu hamil merupakan kunjungan dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan perawatan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Kunjungan antenatal care tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak tenaga kesehatan (di posyandu, polindes/poskesdes, kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai standar (Meilani,dkk, 2009). e. standar antenatal care Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta KB pasca persalinan (Depkes RI, 2010). Pelayanan antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan ANC, selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi 14 anamneses, pemeriksaan fisik baik umum dan kebaikan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta interversi dasar dan khusus sesuai dengan resiko yang ada, namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minim “ 14T” yaitu Depkes RI, 2008); 1) Timbang berat badan (T1) Ukur berat badan dalam kilogram tiap kali kunjungan, kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg oer minggu mulai trimester kedua. 2) Ukur tekanan darah (T2) Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi. 3) Ukur tinggi fundus uteri (T3) Apabila usia kehamilan di bawah 24 minggu pengukuran dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan di atas 24 minggu memakai pengukuran Mc. Donald yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus uteri memakai cm dari atas simfisis ke fundus uteri kemudian ditentukan sesuai rumusnya. 4) Pemberian Tablet Besi minimal 90 tablet selama kehamilan (T4) Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah mencegah defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar haemoglobin. Fe diberikan satu tablet sehari segera setelah rasa mual hialng, diberikan sebanyak 90 tablet selama kehaamilan. 5) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap (T5) 15 Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan umumnya diberikan 2 kali. Imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu untuk yang kedua di berikan 4 minggu kemudian. 6) Pemeriksaan Hb (T6) 7) Pemeriksaan VDRL (T7) 8) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8) 9) Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam ibu hamil (T9) 10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan ditujukan untuk ibu hamil dengan masalah kesehatan atau komplikasi yang membutuhkan rujukan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan konsultasi atau melakukan kejasama penanganan (Yulifah,dkk, 2009). 11) Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11) 12) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12) 13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13) 14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaris (T14) e. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dilakukan dengan pemeriksaan lengkap yang bertujuan untuk mendeteksi masalah fisik yang mempengaruhi kehamilan ibu. Pemeriksaan fisik yang meliputi pengkajian pada tanda-tanda vital, sistem kardiovaskuler, sistem muskuloskletal, sistem neurologi, sistem integumen, sistem endokrin, sistem gastrointestinal, sistem urinarius, sistem reproduksi (Mitayani, 2009). 16 Pemeriksaan fisik pada status generalis/pemeriksaan umum : penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi/kooperasi. Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan), tinggi/berat badan. Kemungkinan resiko tinggi pada ibu dengan tinggi < 145 cm, berat badan < 45 kg atau > 75 kg. Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik lebih bermakna untuk prediksi sirkulasi plesenta). Mata konjungtiva pucat/tidak, sklera ikterik/ tidak. Mulut/THT dengan ada tanda radang/tidak, lendir, perdarahan gusi, gigi-geligi. Paru/jantung/abdomen. Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi umum. Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetri (kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk panggul). Jika ada luka terbuka atau infeksi lain harus dimasukkan menjadi masalah dan direncanakan penatalaksanaannya (Yani, 2006). 1. Status obstetricus/ pemeriksaan khusus obstetric Inspeksi : membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran abdomen mungkin belum nyata). Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri dengan tepi atas simfisis os pubis). Pemeriksaan palpasi leopold pertama dilakukan untuk menentukan tinggi fundus uteri dengan tujuan untuk mengetahui usia kehamilan, pemeriksaan leopold kedua dilakukan untuk menentukan letak punggung janin, menentukan batas samping rahim kanan dan kiri dan pemeriksaan leopold ketiga dilakukan untuk menentukan bagian presentase janin serta pemeriksaan 17 leopold keempat untuk menentukan apakah bagian terbawah janin tersebut telah memasuki atau melewati pintu atas panggul. Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Dopler yang ditempelkan di daerah punggung janin. Pemeriksaan auskultasi yang ideal adalah denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit. Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-140 kali per menit. Takikardi menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban/stress pada janin (fetal distress), sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi beban/stress pada janin (fetal distress/gawat janin). 1. Pemeriksaan luar Inspeksi luar : keadaan vulva/uretra, ada tidaknya tanda radang, luka/perdarahan, discharge, kelainan lainnya. 2. Pemeriksaan dalam Pemeriksaan dalam (vaginal toucher) seringkali tidak dilakukan pada kunjungan antenatal pertama, kecuali ada indikasi. Umunya pemeriksaan dalam yang sungguh bermakna untuk kepentingan obstetrik (persalinan), pemeriksaan ini dilakukan pada usia kehamilan di atas 34-46 minggu, untuk memperkirakan ukuran, letak, presentasi janin, penilaian serviks uteri dan keadaan jalan lahir, serta pelvimetri klinik untuk penilaian kemungkinan persalinan normal pervaginam. Alasan lainnya, pada usia kehamilan 18 kurang dari 36 minggu, elastisitas jaringan lunak sekitar jalan lahir masih minimal, akan sulit dan sakit untuk eksplorasi. 3. Pengkajian awal a. Keadaan umum Bidan dapat memulai pengkajiannya dengan pertama kali melakukan observasi terhadap ibu ketika pertama bertemu. Keadaan umum awal yang dapat diamati oleh bidan meliputi adanya kecemasan, kamarahan atau kepekaan ibu kemungkinan juga mengalami distress karena kegagalan kontrasepsi, kemarahan yang tidak terselesaikan dapat menimbulkan perilaku yang tidak responsif. Pengkajian harus dilakukan secara sensitif, memungkinkan ibu untuk mengekspresikan kekhawatiran tentang hal ini atau pengalaman sebelumnya tentang kehamilan atau kelahiran. Observasi karaktristik fisik juga penting diperhatikan oleh bidan. Postur dan cara berjalan dapat menunjukkan masalah punggung atau trauma pelvis sebelumnya. Ibu mungkin mengalami letargik, yang dapat menunjukkan kelelahan ekstren anemia, malnutrisi atau depresi (Salmah, 2006). b. Riwayat sosial Bidan juga perlu mengkaji respon keluarga terhadap kehamilan. Kadang ibu ragu dengan kemampuannya merawat anak lain selama hamil, kelahiran atau setelahnya. Anak remaja kadang sulit menerima kedatangan bayi baru dalam keluarga. Atau ibu hamil adalah remaja yang masih dibawah penghasuhan orang tuanya dan mungkin ada 19 masalah seberapa besar dukungan yang diberikan orang tua kepadanya selama hamil dan setelah kelahiran. Bidan dalam hubungan kemitraan dengan ibu hamil, melakukan rujukan kepetugas kesehatan lain yang memiliki peran dalam membantu beberapa kesulitan tersebut atau kelembaga multi profesional lain tempat bantuan dapat diberikan (Salmah, 2006). c. Riwayat menstruasi Riwayat menstruasi yang akurat dapat diketahui untuk menetapkan tanggal perkiraan kelahiran. Dengan demikian memungkinkan bidan untuk memprediksi tanggal lahir dan selanjutnya menghitung usia gestasi dari manapun mulainya. Pengkajian abdomen terhadap ukuran uterusdapat dilakukan dalam kaitannya dengan usia gestasi selama pemeriksaan antenatal. Bidan memiliki peran dalam membantu ibu memahami bahwa tanggal perkiraan kehamilan adalah satu hari dalam lima minggu kerangka waktu selama bayinya aterm, dan mungkin lahir. Tanggal perkiraan kelahiran dihitung dengan menambahkan sembilan bulan kalender dan tujuh hari pada tanggal hari pertama menstruasi terakhir ibu (Salmah, 2006). d. Riwayat obstetrik Pengalaman melahirkan merupakan bagian penting dalam memperkirakan kemungkinan hasil kehamilan saat ini. Dalam penulisan riwayat obstetrik ibu, istilah deskriptif yang dipakai adalah gravida dan para. Gravid berarti hamil, gravida berarti wanita hamil, dan angka 20 yang menyertai menunjukkan frekuensi ia pernah hamil tanpa memperhatikan hasilnya. Para berarti “pernah melahirkan”, paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak, hidup atau mati, tetapi bukan aborsi. Grande multigravida adalah ibu yang pernah hamil lima kali ataulebih secara berturut-turut. Terminasi kehamilan sebelumnya biasanya didiskusikan meskipun ini dapat menyebabkan rasa malu atau distres pada ibu. Pendekatan yang empati dan tidak menghakimi diperlukan dalam upaya mendapatkan informasi dan mendorong ibu untuk membicarakannya secara bebas tentang perasaanya. Dilatasi atau kuretase dapat menyebabkan inkompetensi serviks. Untuk melengkapi riwayat, tinjauan ulang pada catatan kasus lama harus dilakukan untuk kasus ibu hamil yang tidak mengingat informasi relevan. Pengkajian resiko harus dilakukan berdasarkan riwayat obstetrik dan medis ibu dan kehamilan sekarang. Hal ini memungkinkan bidan dan ibu membahas kemajuan kehamilan dan mengidentifikasi profesional kesehatan lain yang mungkin perlu dirujuk (Salmah, 2006). e. Riwayat medis Selama hamil baik ibu dan janin dipengaruhi oleh kondisi medis, atau kondisi medis dapat dipengaruhi oleh kehamilan, bila tidak di atasi dapat terjadi akibat serius bagi kesehatan ibu. 1) Statis dan refluks urin dapat terjadi selama kehamilan. Infeksi saluran kemih dapat dengan mudah terjadi pada pielonefritis, yang 21 bila tidak diobati akan menimbulkan kerusakan ginjal dan menyebabkan persalinan prematur. 2) Kehamilan mempredisposisikan pada trombosis vena profunda dan selanjutnya embolisme paru. Ibu dengan paritas banyak, usia lanjut dan gemuk dengan riwayat gangguan tromboembolik paling beresiko. 3) Hipertensi mempredisposisikan ibu pada hipertensi akibat kehamilan, yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi plasenta keterbatasan pertumbuhan intra uterin, abrupsio plasenta, gangguan janin atau kematian. Efek pada ibu adalah gagal jantung kongesif, hemoragie intraserebral, gagal ginjal akut, koagulasi intravastular diseminata atau kematian akibat semua kejadian yang terjadi di atas. 4) Kondisi lain seperti asma, epilepsi, infeksi dan gangguan psikiatrik memerlukan pengobatan, yang dapat menimbulkan efek samping pada perkembangan janin. Komplikasi medis utama seperti diabetes dan kondisi jantung memerlukan keterlibatan dan dukungan spesialis medis (Salmah, 2006). f. Riwayat keluarga Kondisi tertentu dapat karena genetik, sedangkan yang lainnya bersifat familial atau berkaitan dengan etnisitas, dan beberapa berkaitan dengan lingkungan fisik atau sosial tempat keluarga tersebut bertempat tinggal. Diabetes meskipun bukan diturunkan secara genetik, menimbulkan predisposisi pada anggota keluarga lain, terutama bila 22 mereka hamil atau gemuk. Hipertensi juga memiliki komponen familial dan kehamilan kembar memiliki insiden lebih tinggi dalam keluarga tertentu. Beberapa kondisi seperti anemia selsabit dan talasemia lebih umum terjadi pada ras tertentu (Salmah, 2006). B. Konsep Dasar Kunjungan K1 1. Kunjungan K1 Kunjungan K1 yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan, Cakupan K1 dibawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah yang mungkin disebabkan oleh pelayanan yang belum cukup akhir (Henry, 2006). Kunjungan K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan petugas kesehatan untuk memeriksakan kesehatan selama kehamilan ( Niken 2009). Kunjungan K1 adalah pelayanan/pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil sesuai standar pada masa kehamilan oleh tenaga kerja terampil yaitu Dokter, Bidan dan Perawat (Henry, 2006). Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui kunjungan baru ibu hamil (KI) atau disebut juga akses dan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga (K4) untuk melihat kualitas. C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan K1 Pada Ibu Hamil 23 1. Faktor Pendidikan Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa melalui pendidikan seseorang dapat menngkatkan keputusan yang lebih baik dalam bertindak dan berpengaruh pada kesiapan seseorang. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain individu, kelompok atau masyarakat. Sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pendidikan, pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, 2005). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah suatu proses yang unsurnya terdiri dari masukan (input) yaitu sasaran pendidikan (out put) yaitu suatu bentuk perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar atau berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan (Notoatmodjo, 2009). Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang diuraikan sebagai berikut (Sisdiknas, 2006) : b. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidayah (MI) atau lain yang sederajat serta 24 sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. c. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan pendidikan menengah terdiri atas pendidikan mengah umum dasar, dan pendidikan menengah kejuruan, pendidikan menenghah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain sederajat. d. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doctor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi, perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institute, atau universitas. Gangguan terhadap kesehatan juga disebabkan oleh manusia terutama menyangkut pendidikan, pengetahuan dan sikap seseorang dalam menjaga kesehatan apabila tingkat pendidikan seseorang tinggi maka bias memperbaiki pengetahuan, sikap dan perilaku orang tersebut sehingga mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan, baik kesehatan pribadi maupun kesehatan keluarga, pendidikan merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memperoleh hasil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang (Notoatmodjo,2009). Pendidikan berhubungan dengan kunjungan K1 pada ibu hamil, dengan tingginya pendidikan yang ditempuh oleh ibu akan turut 25 memberikan pemahaman dan kesadaran akan petingnya melakukan kunjungan K1 (Istiarti, 2005). Pendidikan seseorang mempengaruhi kunjungan K1 seseorang, bagi orang yang berpendidikan tinggi, tentunya mempunyai kesadaran yang tinggi pula untuk melakukan kunjungan K1 (Ramadhan, 2013). 2. Faktor dukungan keluarga Faktor pendorong dalam kunjungan K1 selain dari petugas kesehatan adalah dukungan suami dan keluarga. Dukungan suami dan keluarga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam perubahan perilaku ibu hamil. Contohnya suami atau keluarga perlu memberikan penjelasan dan mengajarkan pada ibu untuk memeriksa kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan. Dukugan seperti itu memerikan kontribusi yang besar dalam tercapainya kunjungan K1 dan meminimalkan resiko yang terjadi selama kehamilan dan persalinan (Notoatmodjo, 2005). Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah suaminya. Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan sedikit resiko komplikasipersalinan. Ada beberapa jenis dukungan yang diberikan suami sebagai calon ayah bagi anaknya antara lain dukungan emosi, 26 yaitu suami sepenuhnya memberikan dukungan secara psikologis kepada istrinya dengan menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan baik kebutuhan, makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan bahkan tenaga kesehatan, yakni menganjurkan istri untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin. Dukungan informasi yaitu dukungan suami dalam memberikan informasi yang diperolehnya dari petugas kesehatan yang didapat ketika melakukan kunjungan awal kehamilan atau kontak pertama kali ibu hamil dengan petugas kesehatan (K1) mengenai kehamilannya (Rukiyah, 2009). Dukungan keluarga merupakan andil yang besar dalam menentukan kesehatan ibu, jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal termasuk memeriksakan kehamilannya sejak awal kehamilan yakni kontak pertama ibu hamil dengan petugas kesehatan pertama kali atau K1, maka ibu hamil akan merasa percaya diri, lebih bahagia dan siap menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas (Martha, 2005). Effendi (2008) menjelaskan keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga yang berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. 27 Ada beberapa dimensi dukungan keluarga yaitu (Suparyanto, 2011) : a. Dukungan emosional (emosional support) Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi, meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarga (misalnya: umpan balik, penegasan). b. Dukungan penghargaan (appraisal assistance) Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber validator identitas keluarga. Terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan), persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif, seperti orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah harga diri). c. Dukungan materi (tangible assistance) Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan kongkrit, mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, perawatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu mengalami stress. d. Dukungan informasi (informasion support) 28 Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia, mencakup pemberi nasehat, pemberi petunjuk-pentunjuk, saran atau umpan balik. Bentuk dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat, pemberian nasehat atau mengawasi tentang pola makan sehari-hari dan pengobatan. Dukungan keluarga juga merupakan perasaan indivudu yang mendapat perhatian, disenangi, dihargai dan termasuk bagian dari masyarakat. Dukungan keluarga dibutuhkan oleh wanita yang sedang menjalani masa kehamilan. Seorang wanita yang sedang menjalani masa kehamilan dituntut untuk banyak belajar agar dapat melalui masa kehamilannya dengan baik. Kemauan untuk belajar dapat dilihat dari usaha ibu hamil untuk mendapatkan informasi tentang khamilan melalui usaha sendiri, bantuan orang-orang terdekat maupun tenaga ahli. Disamping itu ibu hamil juga dapat belajar dari pengalaman yang diceritakan orang lain atau yang ia amati secara langsung (Suekarno dan Wasthonny, 2006). Dukungan keluarga atau suami berhubungan dengan kunjungan K1.suami dan keluarga yang peduli terhadap kehamilan istri atau keluarganya tentunya akan menyarankan 29 dan mendampingi untuk melakukan kunjungan K1 (Ramadhan, 2013). Dukungan tersebut salah satunya dapat diwujudkan dengan adanya perhatian anggota keluarga yang terdiri atas suami. Ibu kandung dan ibu mertua. Wujud perhatian yang paling sederhana misalnya dengan memberikan informasi tentang pentingnya menjag dan memeriksa kesehatan kehamilan. Informasi tersebut diharapkan dapat memotivasi ibu hamil untuk lebih sering mengunjungi antenatal care. Perhatian selanjutnya dapat ditingkatkan dengan kesetiaan anggota keluarga untuk menemani ibu hamil saat mengunjungi antenatal clinic untuk melakukan antenatal care (Soekarno dan Wasthony, 2006). 3. Faktor pelayanan kesehatan Faktor pelayanan kesehatan mempunyai peran sangat besar dalam kehamilan, Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dengan jarak yang mudah terjangkau akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan kontak pertama ibu hamil dengan petugas kesehatan (K1). Faktor penghambat pelayanan kesehatan meliputi : a. Kurangnya kemudahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu hamil. b. Asuhan medik yang kurang baik. 30 c. Kurangnya tenaga kesehatan yang terlatih (Prawirohardjo, 2007). Menurut WHO (2005) Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna, penyembuhan penyakit, dan pencegah penyakit, masyarakat mengharapkan mampu membeli pelayanan kesehatan yang ditawarkan atau yang dibutuhkan. Masyarakat menginginkan pelayanan kesehatan yang murah, nyaman sehingga memberi kepuasan. Rumah sakit perlu mengembangkan suatu sistem pelayanan yang didasarkan pada pelayanan yang berkualitas baik biaya yang dapat dipertanggung jawabkan dan diberikan pada waktu yang tepat (Syafrudin, 2009). Pelayanan kesehatan ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat khususnya ibu hamil misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi dan sebagainya termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta. Ibu hamil yang mau memeriksa kehamilannya tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksaannya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2005). D. Kerangka Teoritis 31 Notoadmodjo, (2005) Faktor Predisposisi a. Pendidikan b. Pengetahuan Faktor Pendorong a. Sikap b. Persepsi Kunjungan K1 Rukiyah, (2009) a. Dukungan Keluarga Prawirohardjo (2007) a. Pelayan Kesehatan Gambar, 2.1 Kerangka Teoritis E. Kerangka Konsep Menurut Notoatmodjo (2005) Pendidikan akan mempengaruhi prilaku dalam pelayanan kesehatan, Menurut Rukiyah (2009) suami dan keluarga merupakan faktor penting selama kehamilan dalam menganjurkan istri 32 memeriksakan kehamilannya secara rutin, Menurut Prawiroharjo (2007) faktor pelayanan kesehatan mempunyai peran sangat besar dalam kehamilan. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah variable independen dan variabel dependen . Variabel independen Variabel dependen Pendidikan Dukungan Kunjungan K1 keluarga Pelayanan Kesehatan Gambar 2.2 Kerangka Konsep F. Hipotesa 1. Ha : Ada Hubungan Pendidikan dengan Melakukan Kunjungan K1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015. 33 2. Ha : Ada hubungan Dukungan Keluarga dengan Melakukan Kunjungan K1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015. 3. Ha : Ada hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Melakukan Kunjungan K1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat survey analitik yaitu suatu metode penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, Dengan pendekatan cross sectional (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan K1 Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015. B. Tempat dan waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah Kerja Pukesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie 2. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 28 Mei s/d 09 Juni 2015 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie dari bulan Januari sampai dengan Maret berjumlah 73 orang. 35 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini mengambil total sampling yaitu keseluruhan yang diambil dari objek yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yang berjumlah 73 orang . D. Tehnik Pengumpulan data 1. Data Primer Data yang langsung diperoleh dari lapangan dengan proses awal mengantar surat izin penelitian ke puskesmas Muara Tiga dan menyerahkan kepada kepala puskesmas selanjutnya turun ke lapangan dan disetiap Desa meminta bantuan kepada Bidan Desa untuk mendapatkan data ibu hamil, setelah itu peneliti menyebarkan kuesioner dengan kunjungan rumah ke rumah responden yang berisi pertanyaan yang telah disediakan dan selanjutnya di isi oleh responden sesuai dengan petunjuk, dan ada sedikit kendala pada saat penelitian, ada beberapa responden yang tidak bisa baca tulis sehingga sulit untuk memahami, dari itu saya menjelaskan dan mengajarkan nya cara mengchek list, saya membacakan isi kuesioner dan menterjemahkan dalam bahasa daerah, lalu responden yang menjawab dan mengchek list jawaban untuk mendapatkan data mengenai variabel penelitian. 2. Data Sekunder Data yang didapat dari tempat penelitian serta referensi buku-buku perpustakaan yang berhubungan dengan penelitian serta pendukung lainnya. 36 E. Instrumen Penelitian Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner yang berbentuk pilihan chek list. Yang terdiri dari 1 pertanyaan tentang Kunjungan K1, 1 pertanyaan tentang pendidikan, 10 pertanyaan tentang dukungan keluarga, 10 pertanyaan tentang pelayanan kesehatan. 37 F. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala ukur Variabel dependen 1 Kunjungan K1 Kontak Pertama ibu hamil dengan petugas kesehatan (K1) Variabel independen 1 Pendidikan Tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh ibu. 2 Dukungan 3 Dukungan Keluarga Pelayanan Kesehatan Dukungan anggota keluarga lainnya yang mempengaruhi ibu melakukan kunjungan K1 Tempat yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai sehingga mempengaruhi ibu melakukan kunjungan K1 Penyebaran Kuesioner dengan criteria, -Ada, jika ibu memeriksa kehamilan sebelum 12 minggu -Tidak, jika ibu tidak memeriksa kehamilan sebelum 12 minggu Kuesioner Nominal Tidak Penyebaran Kuesioner Kuesioner dengan criteria, -Tinggi, bila PT,Diploma, S1 - Menengah SMA,SMK,MAN Sederajat -dasar,SD,SLTP Penyebaran Kuesioner Kuesioner dengan criteria, -Mendukung bila x ≥ 6,77 -Tidak mendukung bila x ≤ 6,77 Penyebaran Kuesioner, dengan criteria, -Baik bila x ≥ 6,8 -Kurang baik, bila x ≤ 6,8 Ada Tinggi Menengah Dasar ordinal Mendukung Nominal Tidak Mendukung Kuesioner Baik Kurang baik Nominal 38 G. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan memakai tehnik manual, pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005) : a. Editing yaitu tahap untuk memeriksa kelengkapan pertanyaan telah diisi oleh responden. b. Coding yaitu pengolahan data dengan cara member kode pada setiap jawaban dari responden. c. Transfering yaitu tahap untuk memindahkan data ke dalam table pengolahan data. d. Tabulating yaitu memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam table. 2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa hanya menghasilkan distribusi dari tiap variabel (Notoatmodjo,2010). Selanjutnya data dimasukkan dalam table data frekuensi, analisis ini menggunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : P = Presentase fi = Frekuensi yang diamati n = Jumlah responden ( Notoatmodjo, 2010 ). 39 b. Analisa Bivariat Analisa Bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel bebs yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terkait.analisa data yang digunakan adalah table silang Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistic dengan menggunakan uji Khi Kuadrat ( chisquare ) pada tingkat kemaknaan 95 % ( p < 0,05 ) sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistic menggunakan program SPSS for windows versy 16.00. Melalui perhitungan Khi Kuadrat ( Chi-square ) tes selanjutnya ditarik kesimpulan bila p lebilkecil dari alpha ( p < 0,05 ), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara variabel dependen dan independen dan jika p lebih besar dari alpha ( p > 0,005 ) maka Ho diterima dan Ha ditolak yang menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara variabel dependen dan independen. Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat ( Chi-square ) , untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut : 1) Bila pada table Contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. 2) Bila pada table Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction. 3) Bila table Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square. 40 4) Bila pada table Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan Meger sehingga menjadi table Contingency 2x ( Notoatmodjo, 2010 ). 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Puskesmas Muara Tiga merupakan salah satu wilayah kerja yang berada di Kabupaten Pidie. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara bebatasan dengan Wisata Gua 7 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Lampanah 3. Sebelah Barat berbatasan dengan lautan 4. Sebelah timur berbatasan dengan padang tiji Wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga mempunyai jumlah penduduk sebanyak 19,425. Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah sebagai petani. Wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga terdiri dari 18 desa. B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga pada tanggal 28 Mei sampai dengan 09 Juni 2015, pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang Kunjungan K1, Pendidikan, Dukungan keluarga dan Pelayanan kesehatan, sebelum memberikan kuesioner peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut : 42 1. Analisa Univariat a. Kunjungan K1 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kunjungan K-1 Di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015 No Kunjungan K-1 f % Ada 49 67,1 Tidak Ada 24 32,9 Total 73 100 Sumber : Data Primer (di olah tahun 2015) Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas responden yang melakukan kunjungan K1, sebanyak 49 responden (67,1%). b. Pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Di Tinjau Dari Tingkat Pendidikan Di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015 No Pendidikan f % 1 Tinggi 16 21,9 2 Menengah 33 45,2 3 Dasar 24 32,9 Total 73 100 Sumber : Data Primer (di olah tan 2015) Berdasakan hasil penelitian terlihat bahwa mayortas responden yang berpendidikan menengah, sebanyak 33 responden (45,2%). 43 c. Dukungan Keluarga Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Di Tinjau Dari Tingkat Dukungan Keluarga Di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015 No Dukungan Keluarga F % Mendukung 42 57,5 Tidak Mendukung 31 42,5 Total 73 100 Sumber : Data Primer (di olah tahun 2015) Berdasarkan hasil penelitianterlihat bahwa mayoritas responden yang mendapatkan dukungan keluarga yang mendukung, sebanyak 42 responden (57,5%). d. Pelayanan Kesehatan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Di Tinjau Dari Tingkat Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015 No Pelayanan Kesehatan f % Baik 41 56,2 Kurang Baik 32 43,8 44 Total 73 100 Sumber : Data Primer (di olah tahun 2015) Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas responden yang mendapatkan pelayanan kesehatan baik, sebanyak 41 responden (56,2%). 2. Analisa Bivariat a. Hubungan tingkat Pendidikan dengan Melakukan Kunjungan K1 Tabel 4.5 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kunjungan K1 Di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015 Kunjungan K1 PValue Totaal No Pendidikan Ada Tidak f % F % f % 1 Tinggi 13 81,2 3 18,8 16 100 2 Menengah 25 75,8 8 24,2 33 100 0,024 3 Dasar 11 45,8 13 54,2 24 100 Sumber : Data Primer (di olah tahun 2015) Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kunjungan K1 lebih banyak dijumpai pada responden yang berpendidikan tinggi, nyakni (81,2%), dibandingkan dengan responden yang berpendidikan menengah yang mencapai (75,8%), dan hanya (45,8%) pada responden yang berpendidikan dasar. 45 Hasil analisa statistic menggunakan chi square test menunjukkan hubungan tersebut bermakna dengan nilai P value = (<0,05) 0,024. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kunjungan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie. b. Hubungan Dukungan Keluraga dengan Melakukan Kunjungan K1 Tabel 4.6 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kunjungan K1 Di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015 Kunjungan K1 No Dukungan Keluarga PValue Totaal Ada f Tidak % f % f % 1 Mendukung 35 83,3 7 16,7 42 100 2 Tidak 14 Mendukung 45,2 17 54,8 31 100 0,001 Sumber : Data Primer (di olah tahun 2015) Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kunjungan K1 lebih banyak dijumpai pada responden yang mendapatkan dukungan keluarga mendukung, nyakni (83,3%), dibandingkan dengan responden yang 46 mendapatkan dukungan keluarga tidak mendukung hanya (45,2%) yang ada melakukan kunjungan K1. Hasil analisa statistic menggunakan chi square test menunjukkan hubungan tersebut bermakna dengan nilai P value = (<0,05) 0,001. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie. c. Hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Melakukan Kunjungan K1 Tabel 4.7 Hubungan Pelayanan Kesehatan Dengan Kunjungan K1 Di Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015 Kunjungan K1 No Pelayanan Kesehatan PValue Totaal Ada Tidak f % F % f % 41 100 1 Baik 32 78 9 22 2 Kurang Baik 17 53,3 15 46,9 32 Sumber : Data Primer (di olah tahun 2015) 100 0,046 47 Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kunjungan K1 lebih banyak dijumpai pada responden yang mendapatkan pelayanan kesehatan baik, nyakni (78%), dibandingkan dengan responden yang mendapatkan pelayanan kesehatan kurang baik hanya (53,3%) yang ada melakukan kunjungan K1. Hasil analisa statistic menggunakan chi square test menunjukkan hubungan tersebut bermakna dengan nilai P value = (<0,05) 0,046. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pelayanan kesehatan dengan kunjungan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie. C. Pembahasan 1. Hubungan Pendidikan dengan Melakukan Kunjungan K1 Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kunjungan K1 lebih banyak dijumpai pada responden yang berpendidikan tinggi, nyakni (81,2%), dibandingkan dengan responden yang berpendidikan menengah yang mencapai (75,8%), dan hanya (45,8%) pada responden yang berpendidikan dasar. Hasil analisa statistic menggunakan chi square test menunjukkan hubungan tersebut bermakna dengan nilai P value = (<0,05) 0,024. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kunjungan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie. 48 Hasil peneltian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Susi Diana (2011), hasil penelitian ada hubungan pendidikan dengan Kunjungan K1 menunjukan bahwa pelayanan K1 ditinjau dari segi Pendidikan 90% berada pada katagori Tinggi, Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan keputusan yang lebih baik dalam bertindak dan berpengaruh pada kesiapan seseorang. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan sangat besar hubungannya terhadap kunjungan K1, karena yang berpendidikan tinggi lebih baik dalam melakukan tindakan dan mampu meningkatkan keputusan yang lebih baik, sehingga timbul kesadaran yang tinggi untuk melakukan kunjungan K1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi memiliki kesadaran yang tinggi pula untuk melakukan kunjungan K1, hal ini karena para ibu hamil merasa penting dalam kehamilannya untuk menuju kehamilan yang sehat. 2. Hubungan Dukungan Keluraga dengan Melakukan Kunjungan K1 Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kunjungan K1 lebih banyak dijumpai pada responden yang mendapatkan dukungan keluarga mendukung, nyakni (83,3%), dibandingkan dengan responden yang mendapatkan dukungan keluarga tidak mendukung hanya (45,2%) yang ada melakukan kunjungan K1. 49 Hasil analisa statistic menggunakan chi square test menunjukkan hubungan tersebut bermakna dengan nilai P value = (<0,05) 0,001. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie. Hasil peneltian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Susi Diana (2011), ada hubungan dukungan keluarga dengan kunjungan K1 ditinjau dari Dukungan Keluarga 79% berada pada katagori Keluarga yang Mendukung Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Martha (2005) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan andil yang besar dalam menentukan kesehatan ibu, jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal termasuk memeriksakan kehamilannya sejak awal kehamilan yakni kontak pertama ibu hamil dengan petugas kesehatan pertama kali atau K1, maka ibu hamil akan merasa percaya diri, lebih bahagia dan siap menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa dukungan keluarga sangat besar hubungannya terhadap kunjungan K1, karena keluarga orang yang paling dekat dengan kehidupan dan keseharian ibu hamil, semakin besar dukungan keluarga terhadap ibu hamil sehingga ibu hamil secara emosional akan merasa senang dan adanya kepercayaan yang diwujudkan dengan tindakan sehingga tindakan positif dapat meningkatkan ibu hamil 50 untuk melakukan kontak pertama kehamilan atau kunjungan K1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang mendapatkan dukungan keluarga maka dapat meningkatkan motivasi ibu hamil untuk melakukan kunjungan K1. Hal ini karena ibu hamil merasa nyaman dengan adanya dukungan keluarga sehingga ibu hamil mewujudkan kesadaran yang sehat untuk melakukan kunjungan K1. 3. Hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Melakukan Kunjungan K1 Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kunjungan K1 lebih banyak dijumpai pada responden yang mendapatkan pelayanan kesehatan baik, nyakni (78%), dibandingkan dengan responden yang mendapatkan pelayanan kesehatan kurang baik hanya (53,3%) yang ada melakukan kunjungan K1. Hasil analisa statistic menggunakan chi square test menunjukkan hubungan tersebut bermakna dengan nilai P value = (<0,05) 0,046. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pelayanan kesehatan dengan kunjungan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie. Hasil peneltian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Susi Diana (2011), ada hubungan pelayanan kesehatan dengan kunjungan K1 ditinjau dari Pelayanan Kesehatan 68% berada pada katagori pelayanan kesehatan Baik Menurut teori Notoatmodjo (2005). Pelayanan kesehatan ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi 51 masyarakat khususnya ibu hamil misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi dan sebagainya termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta. Ibu hamil yang mau memeriksa kehamilannya tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksaannya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pelayanan kesehatan ini sangat berhubungan dengan kunjungan K1 pada ibu hamil sebagai mana pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan sesuai dengan harapan responden sehingga responden dapat memperoleh kepuasan. Pelayanan kesehatan sangat penting dalam pemeriksaan kehamilan pada kunjungan K1 ibu hamil, maka semakin baik pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada ibu hamil, maka ibu hamil mampu mewujudkan kehamilan yang sehat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik maka dapat mewujudkan kesadaran untuk melakukan kunjungan K1, hal ini karena ibu hamil sudah mengerti pentingnya pemeriksaan kehamilan. 52 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang “Faktor-Faktor Yag Berhubungan Dengan Kunjungan K1 Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara 53 Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie Tahun 2015” dengan sampel yang berjumlah 73 responden dapat dilihat kesimpuan bahwa : 1. Adanya hubungan antara pendidikan dengan kunjungan K1 di wilayah kerja puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie dengan P value = (< 0,05 ) 0,024. 2. Adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan K1 di wilayah kerja puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie dengan P value = (< 0,05 ) 0,001. 3. Adanya hubungan antara pelayanan kesehatan dengan kunjungan K1 di wilayah kerja puskesmas Muara Tiga Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie dengan P value = (< 0,05 ) 0,046. B. Saran 1. Pendidikan bagi ibu hamil Diharapkan ibu hamil memperbanyak baca buku,dan membuka google dan media lainnya tentang kehamilan untuk pengetahuan tentang kehamilan sehingga meningkatkan kesadaran bahwa pemeriksaan dalam kehamilan itu sangat penting sehingga yakin untuk melakukan 49 pemeriksaan kehamilan khususnya pada Kunjungan K1. 2. Bagi keluarga Diharapkan dapat memberikan dukungan penuh terhadap ibu hamil, agar ibu hamil merasa terlindungi dan semangat dalam kehamilan nya, keluarga juga harus memperhatikan ibu hamil seperti memberi 54 support, menyarankan dan mengantar ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan khususnya pada kunjungan K1. 3. Pelayanan kesehatan Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu hamil, serta dapat memenuhi sarana dan prasarana yang memadai sehingga dapat memotivasi ibu hamil untuk melakukan kunjungan K1. 55 DAFTAR PUSTAKA Ari Sulistyawati. 2001. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Depkes RI. 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak, Dewi, dkk. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika. Dinkes Kabupaten Pidie. 2014. Laporan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Dinkes Pidie. Depkes RI. ( Diakses tanggal 18 Februari 2015). . 2010. Panduan Pelayanan Atenatal, Depkes RI, Jakarta . 2008. Pedoman Neonatal Care, Depkes RI, Jakarta. Effendy. 2008. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta. Henry. 2006. Cakupan K1 dikutip dari: http://www.pdfqeen//.com. ( diakses pada tanggal 17 Februari 2015). Istiarti, T. 2005. Menanti Buah Hati, Kaitan Antara Kemiskinan Dan Kesehatan. Media Pressindo, Yogyakarta. Kusmiati, dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil ( Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil), Yogyakarta: Fitramaya. Manuaba, IBG. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Dan Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan, Jakarta: EGC. Mandriwati, G, A. 2007. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC. Meilani, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Perawatan Pada Kehamilan, Yogyakarta: Fitramaya. Martha. http://situs.kespro.info/kesehatan Ibu Dan Anak / 2005. ( Diakses 17 Februari 2015 ). Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. . 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. 56 Prawirohardjo,S. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakata: Yayasan Bina Pustaka. Prawirohardjo,S. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakata: Yayasan Bina Pustaka. Ramadhan, Danzel. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan K1. Dari Http:www.media.pembelajaran.go.id, ( Diakses tanggal 19 Maret 2015 ). Rukiyah, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan I ( Kehamilan ), Jakarta: TIM. Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal, Jakarta: EGC. Suparyanto, Konsep ANC ( Antenatal Care ) http://drsuparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-anc-ante-care,html, (Diakses tanggal 10 Februari 2015 ). Soekarno dan Wasthonny. 2006. Dukungan Keluarga Terhadap Antenatal Care Pada Wanita Kehamilan Pertama, Artikel Penelitian, Bappeda Magelang. Syafrudin. 2009. Sosial Budaya Dasar. Jakarta: TIM. 57 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGA DENGAN KUNJUNGAN K1 PADA IBU HAML DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA TIGA KECAMATAN MUARA TIGA KABUPATEN PIDIE TAHUN 2015 Identitas Responden Nama : Umur : Alamat : Anak ke: A. Kunjungan K1 Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar 1. Apakah ibu memeriksa kehamilan saat usia kandungan kurang dari 12 minggu ? a. Ya b. Tidak B. Pendidikan Berilah tanda cek list pada salah satu jawaban yang menurut anda benar ! 1. Pendidikan ibu yang terakhir ? SD SMP SMA PT 58 C. Dukungan Keluarga Berilah tanda cek list ( )pada salah satu jawaban yang menurut anda benar ! NO PERTANYAAN 1. Apakah keluarga merasa bahagia dengan kehamilan ibu ? 2. Apakah suami mendampingi ibu untuk memeriksa kehamilan ? 3. Apakah suami memberi biaya kepada ibu untuk kepentingan dalam pemeriksaan kehamilan ? 4. Apakah keluarga member dukungan pada kehamilan ibu ? 5. Apakah suami memberi perhatian pada pada kehamilan ibu ? 6. Apakah suami menganjurkan ibu untuk memeriksa kehamilan secara rutin ke petugas kesehatan ? 7. Apakah keluarga memberi semangat pada kehamilan ibu ? 8. Apakah suami memberi kasih saying yang cukup selama kehamilan ibu ? 9. Apakah ibu merasa nyaman selama kehamilan dengan adanya dukungan suami maupun keluarga ? 10. Apakah keluarga ikut menjaga kehamilan ibu ? Ya Tidak 59 D. Pelayanan Kesehatan Berilah tanda cek list ( ) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar ! NO PERTANYAAN 1. Disekitar tempat tinggal ibu apakah ada tempat pelayanan kesehatan ? 2. Apakah ibu mendapat pelayanan kesehatan yang memadai dari petugas kesehatan ? 3. Apakah tempat tinggal ibu mudah terjangkau dari tempat pelayanan kesehatan ? 4. Apakah petugas kesehatan memberikan pelayanan yang baik kepada ibu ? 5. Menurut ibu apakah pelayanan kesehatan memberikan kepuasan dalam melayani ibu ? 6. Apakah fasilitas tempat pelayanan kesehatan yang ibu kunjungi sudah cukup memadai dari segi sarana dan prasarananya ? 7. Apakah petugas kesehatan memberikan tanggapan yang baik dengan keluhan ibu ? 8. Apakah pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ibu ? Apakah petugas kesehatan memberikan konseling tentang kehamilan ibu ? Apakah ibu merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan terhadap kehamilan ibu ? 9. 10. Ya Tidak 60