5/30/2013 dr. Annisa Fitria Hipertensi ≥140 mmHg / ≥90 mmHg 1 5/30/2013 Hipertensi Primer – sekunder Faktor risiko : genetik obesitas merokok alkoholisme aktivitas << diet tinggi garam hiperkolesterolemia DM riwayat hipertensi/jantung pada keluarga stress Patofisiologis • Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. • Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. • Neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. • Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mensekresi epinefrin, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. 2 5/30/2013 • Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. • Vasokonstriksi mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. • Aldosteron menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. • Hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah akan menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. • Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer 3 5/30/2013 Terapi Hipertensi Tujuan: Menurunkan mortalitas & morbiditas Terapi nonfarmakologis Modifikasi gaya hidup Terapi farmakologis Terapi Farmakologis Diuretik Diuretik tiazid: HCT Diuretik kuat: furosemid Diuretik hemat kalium: spironolakton Simpatolitik Penghambat sentral: metildopa, klonidin Penghambat ujung saraf: reserpin Penghambat reseptor: α-bloker (prazosin), β-bloker (propanolol) Vasodilator Vasodilator langsung: hidralazin, nitroprussid Antagonis kalsium: nifedipin, diltiazem, verapamil Penghambat SRAA: ACE inhibitor (kaptopril), antagonis AT-II (losartan) 4 5/30/2013 Diuretika A. kuat B. tiazid C. hemat kalium DIURETIK • Diuretik adalah obat yang meningkatkan produksi urin. Semua diuretik meningkatkan ekskresi air dan natrium. – Diuretik tiazid, bekerja pada tubulus distalis ginjal, dengan menghambat reabsorpsi natrium, klorida, air, dan mengakibatkan diuresis ringan. – Tiazid juga mempunyai efek vasodilatasi langsung pada arteriol, sehingga dapat mempertahankan efek antihipertensi lebih lama. – Terapi awal untuk hipertensi dan edema kronis. Obat prototipe golongan ini adalah hidroklorotiazid (HCT). 5 5/30/2013 • Diuretik kuat, bekerja pada loop Henle bagian asendens. • Obat ini menghambat reabsorpsi natrium, kalium, dan air lebih kuat daripada diuretik lain, sehingga kemungkinan dehidrasi dan hipotensi lebih besar. • Furosemid, asam etakrinat, dan bumetanid. • Terapi hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal, gagal jantung kongestif (moderat sampai berat), edema paru akut, gagal ginjal, sindrom nefrotik, hiperkalemia, dan intoksikasi zat kimia. • Diuretik hemat kalium, bekerja pada tubulus kollektivus. Efek diuretiknya lemah. • Yang termasuk golongan ini adalah spironolakton, triamteren dan amilorid. • Diuretik hemat kalium biasa digunakan untuk hipertensi, gagal jantung kongestif, serta edema pada sirosis dan sindrom nefrotik. 6 5/30/2013 ß-BLOCKER • Propanolol, nadolol, timolol, atenolol, esmolol, metoprolol, asebutolol, karteolol, pindolol, penbutolol, labetalol. • Diindikasikan pada hipertensi ringan dan sedang. • Beta blocker memblok beta‐adrenoseptor. • Reseptor ini diklasifikasikan menjadi reseptor beta-1 (jantung,ginjal) dan beta-2 (pembuluh darah perifer, jantung dan otot lurik). Reseptor beta juga dapat ditemukan di otak. • Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan memacu pelepasan neurotransmitter yang meningkatkan aktivitas system saraf simpatis. • Stimulasi reseptor beta-1 pada nodus sino-atrial dan miokardiak meningkatkan heart rate dan kekuatan kontraksi. Stimulasi reseptor beta pada ginjal akan menyebabkan pelepasan rennin, meningkatkan aktivitas system renninangiotensin-aldosteron. • Efek akhirnya adalah peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer dan peningkatan sodium yang diperantarai aldosteron dan retensi air. • Terapi menggunakan beta‐blocker akan mengantagonis semua efek tersebut sehingga terjadi penurunan tekanan darah. 7 5/30/2013 • Beta‐blocker yang selektif (dikenal juga sebagai cardioselective beta‐blockers), misalnya bisoprolol, bekerja pada reseptor beta-1 • Beta‐blocker yang non‐selektif (misalnya propanolol) memblok reseptor beta-1 dan beta-2. Tidak spesifik untuk reseptor beta-1 saja oleh karena itu penggunaannya pada pasien dengan riwayat asma dan bronkhospasma harus hatihati. Efek Samping • Blokade reseptor beta-2 pada bronkhi dapat mengakibatkan bronkhospasme • Bradikardia, gangguan kontraktil miokard, dan tanga-kaki terasa dingin karena vasokonstriksi akibat blokade reseptor beta-2 pada otot polos pembuluh darah perifer. • Beta‐blockers non‐selektif juga menyebabkan peningkatan kadar trigilserida serum dan penurunan HDL. 8 5/30/2013 9