MEDICATION ERROR BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Obat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan pencegahan terhadap suatu penyakit. Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan antara manfaat dan risiko. Fokus pelayanan kefarmasianbergeser dari kepedulian terhadap obat (drug oriented) menuju pelayanan optimal setiap individu pasien tentang penggunaan obat (patient oriented).Untuk mewujudkan pharmaceutical care dengan risiko yang minimal pada pasien dan petugas kesehatan perlu penerapan manajemen risiko. Manajemen risiko adalah bagian yang mendasar dari tanggung jawab pemberian pengobatan. Pesatnya perkembangan teknologi farmasi yang menghasilkan obat-obat baru juga membutuhkan perhatian akan kemungkinan terjadinya risiko pada pasien. Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang digunakan rumah sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien. Ini biasanya merupakan upaya multidisiplin dan terkoordinir dari para staf rumah sakit sakit, menerapkan prinsip rancang proses yang efektif, implementasi dan peningkatan terhadap seleksi, pengadaan, penyimpanan, pemesanan/peresepan, pencatatan (transcribe), pendistribusian, persiapan (preparing), penyaluran (dispensing), pemberian, pendokumentasian dan pemantauan terapi obat. Peran para pemberi pelayanan kesehatan dalam manajemen obat sangat bervariasi antara satu negara ke negara lain, namun proses manajemen obat yang baik bagi keselamatan pasien bersifat universal. Medication Error ( ME ) atau kesalahan pelayanan obat menurut NCC MERP yaitu setiap kejadian yang dapat dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat atau membahayakan pasien sementara obat berada dalam pengawasan tenaga kesehatan atau pasien. Medication Error adalah jenis Medical Error yang paling umum terjadi di berbagai rumah sakit. Diperkirakan 7000 orang meninggal pertahun(The Business Case for Medication Safety, February 2003). Medication Error terjadi dengan regularitas yangsukar dipercaya. Studi di 36 rumah sakit (dipublikasi 2002) ditemukan pada setiap kemungkinan terjadi 2 ME setiap hari. Kesalahan pengobatan fatal bukan hal yang baru. Hasil studi yang dipublikasi pada tahun 1983, melaporkan bahwa kesalahan label (labeling error)telah terjadi karena tertukarnya label antara vincristine dan methotrexate sehingga terjadi kesalahan rute pemberian vincristine diberi secara intratekal yang berakibat fatal. 1 Pada artikel lain (dipublikasi 1970-an dan 1980an) terjadi kematian ganda akibat kesalahan satu medikasi atau lebih.Awal tahun 1966 University Arkansas menerbitkan hasil penelitiannnya 66.1% dari 654 terjadi kesalahan pengobatan serius (tidak termasuk wrong time errors). Kesalahan serius obat berbahaya terjadi akibat misused sebagai keputusan dua panel farmasis. Di AS kesalahan pemberian obat di 2 rumah sakit adalah 56% dan 34% (BATES, 1995), sedangkan di Indonesia menurut Iwan Dwiprahasto MMedSc, PhD di Jogja, yaitu medication error di ICU mencapai 96% (tak sesuai indikasi, tak sesuai dosis, polifarmaka tak logis, dll ) dan medication error di puskesmas adalah sekitar 80 %. Medication error dapat terjadi dimana saja dalam rantai pelayanan obat kepada pasien mulai dari produksi dalam peresepan, pembacaan resep, peracikan, penyerahan dan monitoring pasien. Di dalam setiap mata rantai ada beberapa tindakan, sebab tindakan mempunyai potensi sebagai sumber kesalahan. Setiap tenaga kesehatan dalam mata rantai ini dapat memberikan kontribusi terhadap kesalahan ( Cohen, 1999). Laporan di atas telah menggerakkan sistem kesehatan dunia untuk merubah paradigma pelayanan kesehatan menuju keselamatan pasien (patient safety). Gerakan ini berdampak juga terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia melalui pembentukan KKPRS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit) pada tahun 2004. Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Konggres PERSI Sep 2007). “ kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24.8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan. Jika disimak lebih lanjut, dalam proses penggunaan obat yang meliputi prescribing, transcribing, dispensing dan administering, dispensing menduduki peringkat pertama“. Rumah sakit mempunyai proses untuk mengidentifikasi dan melaporkan kesalahan obat. Identifikasi medication error dapat menggunakan rekam kesehatan pasien selama dirawat. Disadari bahwa rekam kesehatan mempunyai peran yang penting dalam telusur medication error. Telusur ini dapat dilakukan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Selanjutnya proses termasuk mendefinisikan suatu kesalahan obat, menggunakan format pelaporan yang distandarisasi dan mengedukasi staf tentang proses dan pentingnya pelaporan. Proses pelaporan adalah bagian dari program mutu dan keselamatan pasien rumah sakit. Program memusatkan pada pencegahan kesalahan obat melalui pemahaman jenis kesalahan yang terjadi di rumah sakit maupun di rumah sakit lain dan mengapa MEterjadi. Perbaikan dalam manajemen pengobatan secara terpadu digunakan untuk mencegah kesalahan di kemudian hari. Di Indonesia pencegahan medication error terus dilakukan guna memberikan pelayanan pengobatan yang aman bagi pasien. Untuk mengoptimalkan aplikasi management of medication error, maka Indonesia dapat mempergunakan berbagai konsep baik dari manajemen risiko, patient safety, analisis rekam kesehatan dan konsep NCC MERP ( national coordinating council medication Error reporting and prevention ) yaitu Dewan Koordinasi 2 Nasional untuk Pencatatan dan Pencegahan Kesalahan Obat yang sudah diaplikasikan di luar negeri. 2. Tujuan Pengelolaanmedication error sangat penting dilakukan dimanapun medikasi diberikan, adapun tujuannya adalah sebagai berikut : - Menurunkan Insiden Keselamatan Pasien dalam medication error - Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. - Meminimalkan potensi terjadinya kerugian - Menanggapi pihak yang mengalami cedera dengan segera dan selayaknya - Mengantisipasi dan merencanakan pertanggungjawaban jika terjadi kerugian. - Membantu praktisi kesehatan dan lembaga terkait untuk dapat menelusuri kesalahan obat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berbagai konsep terkait dan menjelaskan medication error, sebagai berikut. 2. A.Manajemen Risiko Manajemen risiko merupakan perilaku dan intervensi proaktif untuk mengurangi kemungkinan cedera serta kehilangan. Dalam perawatan kesehatan, manajemen risiko bertujuan untuk mencegah cedera pada pasien dan menghindari tindakan yang merugikan profesi. Asuhan kesehatan yang bermutu tinggi dan sistem pelaksanaannya yang aman, merupakan kunci bagi manajemen risiko yang efektif. Mayoritas cedera pada pasien yang diakibatkan medication error dapat ditelusuri sampai kepada ketidaksempurnaan sistem yang dapat menjadi penyebab primer cedera atau yang membuat petugas melakukan kesalahan sehingga terjadi cedera pada pasien. Proses manajemen risiko meliputi proses identifikasi risiko, analisa risiko, evaluasi risiko, dan penanganan risiko di rumah sakit dengan segala aktifitas yang melingkupinya termasuk pemberian obat untuk mencegah medication error. 2. B. Patient Safety Keselamatan Pasien /Patient Safety adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik / sosial / psikologis, cacad, kematian dll), terkait dengan pelayanan kesehatan. Aplikasi patient safety idealnya dilakukan secara sistem dengan memenuhi tujuh langkah menuju KPRS sebagai berikut : 1. Bangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien, Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil 2. Pimpin dan dukung Staf anda, bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di rumah sakit anda. 3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, kembangkan sisitem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah. 4. Kembangkan system pelaporan, pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta RS mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien – Rumah Sakit. 5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, kembangkan cara – cara komunikasi yang terbuka dengan pasien. 4 6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien, dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul. 7. Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan Pasien, gunakan informasi yang ada tentang kejadian/ masalah untuk melakukan perubahan pada sistem. Penerapan patient safety adalah bersifat menyeluruh di seluruh bagian di rumah sakit. Unitunit atau Bagian-bagian di rumah sakit dengan banyak prosedur atau tindakan di dalamnya mengandung konsekuensi risiko terjadinya kesalahan juga lebih banyak. Pelayanan kesehatan yang melibatkan aspek kolaborasi antar banyak tenaga kesehatan juga mempunyai dampak terhadap peningkatan potensi terjadinya kejadian yang tidak diharapkan. Manajemen obat merupakan komponen yang penting dalam pengobatan paliatif, simptomatik, preventif dan kuratif terhadap penyakit dan berbagai kondisi. Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang digunakan rumah sakit sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien. Ini biasanya merupakan upaya multidisiplin dan terkoordinir dari para staf rumah sakit sakit, menerapkan prinsip rancang proses yang efektif, implementasi dan peningkatan terhadap seleksi, pengadaan, penyimpanan, pemesanan/peresepan, pencatatan (transcribe), pendistribusian, persiapan (preparing), penyaluran (dispensing), pemberian, pendokumentasian dan pemantauan terapi obat. Peran para pemberi pelayanan kesehatan dalam manajemen obat sangat bervariasi antara satu negara ke negara lain, namun proses manajemen obat yang baik bagi keselamatan pasien bersifat universal. Keselamatan pasien dalam pelayanan melibatkan kegiatan sebagai berikut: - - Manajemen sumber daya manusia: training, peningkatan kinerja/performance, Keselamatan lingkungan dan manajemen risiko, meliputi: pengendalian infeksi, pemberian obat secara aman, perlengkapan/alat yang aman, pemberian asuhan yang aman, lingkungan asuhan pasien yang aman, yang merupakan akumulasi dan pengetahuan ilmiah yang terintegrasi, yang berfokus pada keselamatan pasien dan pengembangan infrastruktur penunjang Identifikasi risiko-risiko sejak awal merupakan kunci pencegahan terjadinya cidera, dan sangat tergantung dari pemeliharaan kultur/budaya saling percaya (trust), jujur (honesty), integritas (integrity) dan keterbukaan dalam komunikasi (opencommunication) diantara pasien/keluarga dan pemberi pelayanan dalam suatu sistem pemberian asuhan (dokter, perawat). Beberapa istilah terkait dengan patient safety dan medikasi adalah sebagai berikut : 5 - Efek buruk obat (adverse drug event): cidera akibat kesalahan dalam proses penggunaan obat. Ceroboh (near miss): kesalahan penggunaan obat yang tak timbulkan cidera. Salah comot (slip): salah emban tak sengaja. Misalnya, maksud mau suntikan heparin, tetapi yang terambil adalah insulin Lupa (lapse): salah/tak emban tugas karena lupa. Keliru (mistake) salah terap karena kurang pengetahuan. Misal : tak berikan Amikasin intravena dosis tunggal, melainkan dalam dosis terbagi atau infus berlanjut. Lalai (error of omission) : tak emban tugas, sesuai rencana/permintaan. Berlebihan (error of comission) : penggunaan obat lebih banyak dari yang diperlukan. Misal : Ciprofloxacin oral diberikan 4 kali sehari, yang seharusnya cukup 2 kali sehari Harm : gangguan sementara atau permanen dari fisik, fungsi emosional, atau psikologis atau struktur tubuh dan / atau nyeri yang ditimbulkannya yang membutuhkan intervensi Monitoring : adalah untuk mengamati atau merekam tanda tanda fisiologis dan psikologis yang relevan Komunikasi Efektif Komunikasi adalah sangat penting dan seringkali merupakan penyebab dominan medication error sehingga harus menjadi perhatian. Berbagai tehnik komunikasi efekf tdiupayakan untuk mencegah medication error. Petugas melakukan “read back” terhadap instruksi pengobatan yang diterima secara lisan maupun melalui telepon atau melaporkan hasil pemeriksaan penting yang membutuhkan verifikasi oleh orang yang menerima informasi. Upaya meningkatkan komunikasi efektif ini meliputi: - - - - Hand over (serah terima) Petugas serah terima mencatat pesan-pesan yang perlu diinformasikan. Petugas serah terima menyampaikan pesan-pesan tersebut kepada petugas selanjutnya secara lisan sambil menyerahkan catatan yang telah dibuat sebelumnya. Read back (baca ulang) Petugas yang menerima serah terima membaca ulang pesan-pesan yang diserah terimakan. Repeat back (sebutkan ulang).. Petugas penerima serah terima menyebutkan ulang semua pesan-pesan yang diserahterimakan untuk memastikan bahwa ada persepsi yang sama antara petugas serah terima dan petugas penerima serah terima terhadap pesan-pesan yang diserahterimakan. Check back (periksa ulang).. 6 - Petugas serah terima memeriksa ulang catatan serah terima dan menambahkan apabila ada pesan-pesan tambahan yang belum tercatat. Teach back (ajarkan ulang) Ajarkan ulang bila diperlukan. Bila perlu didemonstrasikan, demonstrasikanlah agar komunikasi benar-benar menjadi efektif. 2.C. Tujuan pemberian obat adalah memberikan obat sesuai dengan dosis dan cara pemakaian yang benar agar obat bisa memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit atau pun keluhan yang dirasakan oleh seseorang. 2. D. Cara Pemberian obat Obat : adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia ( UU no. 36 tahun 2009 ). Ada beberapa macam dan biasanya dilaksanakan dalam unit pelayanan kesehatan baik itu di Puskesmas, Klinik, ataupun dalam lingkup pelayanan Rumah Sakit. Dan berikut adalah beberapa beberapa hal yang berhubungan dengan memberikan obat dan tentunya harus sesuai dengan pendelegasian dari medis atau dokter yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Oral Sublingual Inhalasi Rektal Pervaginam Perenteral Topikal/lokal 2. E. Hasil Studi : Berbagai studi terkait dengan medication error telah dilakukan dan hasilnya adalah sebagai berikut : Penyebab Kesalahan Pemberian Obat Leape, et.al ( 1995) mengidentifikasi penyebab kesalahan pemberian obat antara lain : 1. Kurangnya diseminasi pengetahuan, terutama para dokter yang merupakan 22% penyebab kesalahan 2. Tidak cukupnya informasi mengenai pasien seperti halnya data uji laboratorium 3. Sebanyak 10% kesalahan dosis yang kemungkinan disebabkan tidak diikutinya SOP pengobatan 4. 9% lupa 7 5. 9% kesalahan dalam membaca resep seperti tulisan tidak terbaca, interpretasi perintah dalam resep dan singkatan dalam resep 6. Salah mengerti perintah lisan 7. Pelabelan dan kemasan nomenklatur yang membingungkan 8. Blok dari penyimpanan obat yang tidak baik 9. Masalah dengan standar dan distribusi 10. Asesmen alat penyampai obat yang tidak baik saat membeli dan penggunaan misalnya pada alat infus obat anti kanker 11. Gangguan ketegangan dan lingkungan kerja 12. Ketidaktahuan pasien Penelitian Bates (JAMA, 1995, 274; 29-34) menunjukkan bahwa peringkat paling tinggi kesalahan pengobatan pada: tahap ordering (49%), diikuti tahap administration management (26%),pharmacy management (14%), transcribing (11%) ME terjadi pada salah satu dari kondisi di bawah ini: - Omission error : Gagal menyerahkan dosis sesuai dosis yang diperintahkan - wrong dose error : Jumlah medikasi yang diberikan berbeda dengan yang diminta lebih dari 17% (10% untuk injeksi) - unordered drug error : medikasi tidak pernah diperintahkan untuk diberikan kepada pasien - wrong form error : dosis yang diberikan berbeda dengan bentuk atau sediaan yang diperintahkan - wrong time error : Dosis obat diberikan 30 menit lebih awal dari waktu yang perintahkan atau lewat 30 menit dari waktu yang diperintahkan - wrong route error : Obat diberikan tidak sesuai rute yang diperintahkan; deteriorated drug error : Obat telah kadaluarsaatau integritas obat secara kimia atau fisika telah berubah - wrong rate of administration error : Infus atau cairan intravena diberikan dengan laju yang tidak sesuai dengan yang diresepkan; - wrong administration technique error : contoh, mengoleskan alkohol pada tapak suntikan pada hal obat yang akan disuntikkan belum dipersiapkan - wrong dose preparation error : contoh, memberikan suspensi oral tanpa mengocok lebih dulu Survey Institue for safety medication practices (Ismp) dan pediatric pharmacy group (ppag)menyatakan sebagai berikut : - Mayoritas (80%) obat yang diresepkan untuk pasien pediatrik tidak disetujui FDA, perlu obat baru dengan label informasi tetang keamanan penggunaan bagi mereka (hanya 30% yang disetujui) - Populasi pediatrik unik (umur: dari detik –18 tahun; berat mulai dari 500 gram ->100 kg) sulit memprediksi farmakokinetik dan farmakodinamik (terutama neonatus yang lahir prematur) Rumah Sakit di USA menyatakan perlunya perlindungan dari kejadian medication erroruntuk pasien pediatrik baik kritis dan nonkritis dari kesalahan dispensing(salah penyediaan/preparasi, 8 salah membelah tablet, penggerusan, interaksi fisik-kimia, interaksi farmakologis) seperti di bawah ini : - Salah pengenceran - Hanya 60% farmasis yang mencek ulang obat yang sudah didispesing - Penggunaan Benzil alkhol, tidak boleh diberi sebagai pengawet untuk bayi < 2 bulan (Gasping syndrome) - Heparin yang mengandung benzil alkohol yang terus diberi kepada neonatus - Informasi obat bagi pediatrik sangat penting untuk mencegah kesalahan. Keikutsertaan farmasis secara integratif dalam tim medis penting untuk menyediakan informasi, membuat analisis, menginterpretasikan farmakokinetik, memonitor ES & ADRs, mengedukasi profesional kesehatan lain, dan mengidentifikasi kesalahan. Sayangnya survei keamanan praktis medikasi pediatrik menunjukkan hanya 33% ICU pediatrik dan neonatal yang melibatkan ahli farmasi klinis (Clinical Pharmacsts) ME adalah peristiwa yang sesungguhnya dapat dicegah yang bisa menyebabkan atau mendorong kearah penggunaan obat yang tidak tepat atau keadan yang membahayakan pasien pada hal medikasi dikontrol oleh profesional pelayanan kesehatan, pasien, atau konsumen. Peristiwa itu bisa terkait dengan praktek profesional, prosedur dan sistem peresepan; komunikasi, administrasi, edukasi, monitoring dan penggunaan. Untuk itulah dibentuk NCC demi terpenuhinya patient safety dalam pemberian obat 2. F. Dewan Koordinasi Nasional (NCC) Dewan Koordinasi Nasional (NCC) merupakan badan independen dari 27 organisasi nasional yang bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan yang aman dari obat-obatan dan meningkatkan kesadaran kesalahan pengobatan melalui komunikasi terbuka, peningkatan pelaporan, dan promosi strategi pencegahan kesalahan pengobatan. NCC juga menerbitkan insiden-driven peringatan obat (NAN Alarm) di situsnya. NCC-MERP Indeks mengklasifikasikan kesalahan sesuai dengan tingkat keparahan dari hasil, tujuan dari indeks adalah untuk membantu praktisi kesehatan dan lembaga melacak kesalahan pengobatan dalam cara yang sistematis dan konsisten. The IHI Pemicu Alat global menggunakan Indeks NCC-MERP untuk mengkategorikan kesalahan. Misi Misi dari Dewan Koordinasi Nasional untuk Kesalahan Obat pencatatan dan Pencegahan (NCC MERP) adalah untuk memaksimalkan penggunaan yang aman dari obat-obatan dan untuk meningkatkan kesadaran kesalahan pengobatan melalui komunikasi terbuka, peningkatan pelaporan dan promosi strategi pencegahan kesalahan pengobatan. Tujuan - Merangsang pengembangan dan penggunaan sistem pelaporan dan evaluasi oleh organisasi perawatan kesehatan perorangan 9 - Merangsang pelaporan ke sistem nasional untuk ulasan, analisis, dan pengembangan rekomendasi untuk mengurangi dan akhirnya mencegah kesalahan pengobatan Memeriksa dan mengevaluasi penyebab kesalahan pengobatan Meningkatkan kesadaran kesalahan pengobatan dan metode pencegahan seluruh sistem perawatan kesehatan Merekomendasikan strategi untuk modifikasi sistem, standar praktik dan pedoman, dan perubahan kemasan dan pelabelan. Tujuan - - - Mempromosikan pelaporan, diskusi dan komunikasi tentang obat yang digunakan, pengobatan yang aman dan proses rawan kesalahan, dan strategi pencegahan kesalahan Mengembangkan dan menyebarkan secara luas rekomendasi NCC MERP dan produk kerja lain yang berkaitan dengan pelaporan, pemahaman, dan pencegahan kesalahan pengobatan Berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lain untuk membahas topik-topik khusus yang berkaitan dengan kesalahan pengobatan dan inisiatif keselamatan pasien Strategi 1. Pencatatan Kesalahan Obat - Meningkatkan kesadaran sistem yang tersedia untuk pelaporan atau dalam organisasi perawatan kesehatan - Merangsang dan mendorong pelaporan dan berbagai kesalahan pengobatan baik secara nasional maupun lokal - Mengembangkan standarisasi sistem klasifikasi untuk pengumpulan laporan kesalahan pengobatan sehingga database akan mencerminkan laporan dan sistem kategorisasi - Mendorong sistem dan memberikan umpan balik yang ditargetkan sehingga strategi pencegahan yang tepat dapat dikembangkan dan diimplementasikan dalam fasilitas 2. Memahami Kesalahan Obat - Menilai pengetahuan kesalahan pengobatan melalui upaya berkelanjutan (misalnya, pencarian literatur) untuk mengumpulkan data yang terkait dengan ruang lingkup masalah, jenis kesalahan, penyebab dan sumber kesalahan, dan dampak klinis dan keuangan pada pasien dan sistem rujukan perawatan kesehatan - Mengidentifikasi kesenjangan dalam penelitian yang menghambat pemahaman kesalahan pengobatan - Mempromosikan penelitian untuk memperluas pengetahuan tentang kesalahan pengobatan, menyebabkan mereka, dan efektivitas intervensi 3. Pencegahan Kesalahan Obat - Mendorong standarisasi proses untuk mencegah aspek rawan kesalahan pengadaan obat, resep, pengeluaran, administrasi, pembuangan 10 - - Mendorong akuntabilitas bersama dan solusi sistem berbasis untuk meningkatkan keamanan penggunaan obat dan untuk meminimalkan potensi kesalahan manusia Mempromosikan / mendorong penggunaan yang aman dan pemahaman teknologi dalam pencegahan kesalahan pengobatan Meningkatkan kesadaran akan kebutuhan untuk kemasan khas, pelabelan, dan nomenklatur produk yang berhubungan dengan kesalahan pengobatan aktual atau potensial Mendidik konsumen dan pasien tentang strategi untuk mencegah kesalahan pengobatan untuk kedua resep dan nonprescription Mendidik profesional perawatan kesehatan tentang penyebab kesalahan dan strategi untuk pencegahan obat Topik Khusus - - Melakukan tinjauan literatur dan penilaian lingkungan yang berkaitan dengan topiktopik khusus yang telah diidentifikasi sebagai berpotensi terkait dengan penggunaan obat yang aman Mengadakan pertemuan khusus untuk meninjau topik khusus dan mengusulkan tindakan terkait Menyiapkan dan menyebarkan dokumen (yaitu, kertas putih) menggambarkan topik khusus dan mengusulkan solusi untuk meningkatkan penggunaan obat 2. G. NCC MERP indeks for Categorizing Medication Error Di dalam indeks kategori ini terdapat 9 kategori dengan syarat definisi yaitu : 1. Kategori A : Keadaanatau kejadianyang memilikikapasitas untukmenyebabkan kesalahan, tetapi tidak ada kesalahan yang sebenarnya terjadi 2. KategoriB : "Terjadi kesalahan tapi kesalahantidak mencapaipasien 3. KategoriC : Terjadi kesalahan yang mencapaipasientetapi tidak membahayakan pasien 4. KategoriD : Terjadi kesalahan yang mencapaipasiendan pemantauanyang diperlukanuntuk mengkonfirmasi bahwa itutidak mengakibatkankerugian bagipasien dan/atau intervensiyang diperlukanuntuk mencegahbahaya 5. KategoriE : Terjadi kesalahanyangmungkin telah berkontribusi terhadapataumenyebabkankerusakansementara untukpasiendan ada intervensiyang diperlukan 6. KategoriF : Terjadi kesalahanyangmungkin telah berkontribusi ataumenyebabkankerusakansementara terhadappasien dan diperlukanawal atau rawat inap berkepanjangan di rumah sakit 7. KategoriG : Terjadi kesalahanyang mungkintelah berkontribusi ataumembahayakan pasien secara permanen 8. KategoriH : Terjadi kesalahan dan ini membutuhkan intervensi untuk mempertahankan hidup. 9. Kategori I : Terjadikesalahan yang mungkintelah berkontribusi terhadapataumenyebabkan kematianpasien 11 Arti Warna dalam kategori ini : - BIRU Orange Kuning Hijau : tidak ada kesalahan : ada kesalahan, tidak ada kerusakan : ada kesalahan dan ada kerusakan : ada kesalahan dan ada kematian Gambar 1 : Gambar 1. : menunjukkan NCC MERP index untuk kategorisasi kesalahan pemberian obat dengan 9 kategori sesuai syarat definisi dan dibedakan dengan warna untuk tiap kategorinya. 2. H. NCC MERP Taksonomi Kesalahan Obat Dokumen ini menyediakan taksonomi standar kesalahan pengobatan yang akan digunakan dalamkombinasi dengan analisis sistem dalam pencatatan dan pelacakan kesalahan pengobatan. Sekarang tidak dimaksudkan untuk menilai kesalahan. Dokumen ini tidak semua12 inklusif, namun dapat diperluas sebagai isu baru muncul. Tujuan dari taksonomi ini adalah untuk menyediakan bahasa standar dan struktur data kesalahan yang berhubungan dengan obat untuk digunakan dalam mengembangkan database menganalisis laporan kesalahan pengobatan. Bimbingan disediakan untuk membantu dalam penerapan instrumen ini. Harap dicatat bahwa taksonomi tidak dirancang sebagai bentuk pelaporan, tetapi lebih merupakan alat untuk mengkategorikan dan menganalisis laporan kesalahan pengobatan. Disarankan bahwa organisasi perawatan kesehatan mengembangkan sistem dan prosedur untukmengumpulkan informasi yang memadai yang diperlukan untuk menganalisis dan melaporkan kesalahan pengobatan pada saat kesalahan itu terjadi. Dalam kebanyakan kasus, seharusnya tidak perlu melakukan retrospektif audit untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka untuk menerapkan taksonomi ini. Efektivitas taksonomi, dan analisis yang dihasilkan dari kesalahan laporan pengobatan, tergantung pada jumlah dan kualitas dari data yang dikumpulkan melalui laporan kesalahan pengobatan. Untuk aplikasi optimum taksonomi, termasuk sebanyak mungkin informasi dalam instrumen. Namun, jika semua informasi yang diuraikan dalam taksonomi tersebut tidak dikumpulkan, informasi yang tersedia harus dikategorikan sebagai ditunjukkan dalam taksonomi. (contoh terlampir ) 2. I. Analisis Rekam Kesehatan Rekam medis memegang peranan penting dalam telusur suatu kejadian asuhan pasien di tatanan pelayanan kesehatan, begitu juga bila ada medication error. Penting sekali bagi petugas kesehatan untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan asuhan pasien secara benar dan lengkap dalam rekam medis pasien. Tidak ada catatan identik dengan tidak ada kegiatan asuhan pasien. Catat kegiatan yang dilakukan dan lakukan kegiatan yang sudah dicatat. Medication error dengan sembilan kategori kesalahan obat dapat dianalisis dengan melakukan kegiatan analisis rekam kesehatan. Analisis rekam kesehatan adalah ...., yang terdiri dari dua macam analisis yaitu : 1. Analisis Kuantitatif Dengan semakin kuatnya tuntutan akan kualitas pelayanan kesehatan yang prima, Hatta ( 2002 ) mengembangkan jenis analisis rekam kesehatan ( Analisis Kuantitatif ) menjadi tiga unsur yaitu : - Hukum - Admistrasi - Standar Pelayanan Kesehatan Terintegrasi Kegiatan analisis kuantitatif dimaksud untuk menilai kelengkapan dan keakuratan rekam kesehatan rawat inap dan rawat jalan yang dimiliki oleh sarana pelayanan kesehatan. Untuk 13 melakukannya dibutuhkan standar waktu analisis yang ditetapkan oleh organisasi profesi ataupun rumah sakit. Analisis Kuantitatif RK rawat inap dapat dilaksanakan saat pasien masih di sarana pelayanan kesehatan RS ( concurrent review ) atau sesudah pasien pulang ( retrospective review ) dan Analisis Kuantitatif RK rawat jalan juga dilakukan sesudah pasien menyelesaikan kunjungannya ke unit rawat jalan. Dalam metode Analisis Kuantitatif dititikberatkan pada 4 kriteria yaitu : Menelaah kelengkapan data sosial pasien ( demografi ) : meliputi informasi tentang identitas pasien : - Nama lengkap yang terdiri dari nama sendiri dan nama ayah/suami/marga - Nomor pasien - Alamat lengkap - Usia - Orang yang dapat dihubungi - Tanda tangan persetujuan Menelaah kelengkapan bukti rekaman yang ada. Menelaah tanda bukti keabsahan rekaman dari tenaga kesehatan maupun tenaga lain yang terlibat dalam pelayanan kepada pasien sehingga informasi secara hukum dapat dipertanggungjawabkan. Menelaah tata cara mencatat ( admistratif ) yang meliputi adanya tanggal, keterangan waktu, menulis pada baris yang tetap serta menerapkan cara koreksi yang benar. 2. Analisis Kualitatif Seperti pada analisis kuantitatif, peran rekam medis juga penting dalam telusur medication error dengan penggunaan analisis kualitatif. Dengan semakin tinggi tuntutan terhadap kualitas kelengkapan rekaman dan pelayanan medis maka, Hatta ( 2002 ) juga mengembangkan Analisis Kualitatif dalam dua kriteria yaitu Administratatif dan Medis. Analisis Kualitatif Admistratif menelaah kelengkapan 6 informasi unsur administratatif perawatan : - Kejelasan masalah dan kondisi/diagnosis - Masukan konsisten - Alasan pelayanan - Persetujuan tindakan kedokteran ( informed consent ) - Telaah rekaman : mutakhir, tulisan, terbaca, singkatan baku,menghindar sindiran, pengisian tidak senjang, tinta, cacatan jelas dan informasi ganti rugi. - Biaya perawatan pasien khususnya bila ada informasi medis yang memerlukan biaya penggantian pembayaran. Analisis Kualitatif Medis adalah kegiatan analisis RK yang bertujuan untuk mengetahui sejauh apa kualitas pelayanan medis yang diberikan kepada pasien berdasarkan pemanfaatan kelengkapan informasi medis. Cara analisis ini mewujudkan sistem 3 E yaitu : early warning, early detection, early treatment atau peringatan dini, deteksi dini, pengobatan dini. Caranya 14 dengan menelaah keberadaan ( ada/tidaknya ) informasi tambahan ( ekstra ) tentang pelayanan medis pada kolom pemanfaatan kelengkapan informasi ( kolom kanan ) menandakan pasien dengan komplikasi/kondisi buruk/ berisiko telah ditindaklanjuti oleh tenaga kesehatan. 2.J.Pemecahan Masalah medication error Secara Nasional a. Jalur Pemecahan Masalah Obat - Penelitian - Pendidikan - Pelayanan - Kebijakan, regulasi, dan legislasi - Keprofesian - Kerjasama b. Instrumen Pemecahan Masalah Obat - Konsep dan implementasi Daftar Obat Esensial Nasional. - Konsep dan implementasi penggunaan obat rasional. - Konsep dan implementasi substitusi generik dan terapeutik. - Ektensi disiplin ilmu: farmakologi klinik, epidemiologi klinik, farmakoepidemiologi, ekonomi pelayanan kesehatan/farmakoep - Sistem layanan kesehatan universal social insurance and managed care Kebijakan Obat Nasional/Regional/Lokal - Clinical Trial Registry, Consolidated Standards of Reporting Trial Statements (CONSORT). - Meta-analysis, Evidence Based-Pharmacotherapy, Therapeutic Guidelines. - Therapeutic Decision Making and P-drug concept. - Health Assessment Technology/Comparative Effectiveness Studies. - Antibiotic Control Programme. - Konsep dan implementasi Patient Safety Strategi Pencegahan: 1. Optimasi Proses Penggunaan - Peresepan: pembakuan penulisan resep, peresepan elektronik, clinical decision, support systems. - Transkripsi: catatan medik elektronik. - Peracikan: bar code technology. - Pemberian: pengecekan ulang, penggunaan pompa suntik/infus. - Medication reconciliation Medication Reconciliation - Kesalahan penggunaan obat sering terjadi penderita penyakit kronik menjalani pindah rawat, misalnya dari rawat jalan IGD ICU bangsal rawat jalan. - Dinyatakan sebagai kesalahan bila ada ketaksesuaian antara obat yang selama ini digunakan dengan obat yang diberikan sewaktupindah rawat secara tak sengaja, dan berpotensitimbulkan cidera. 15 - Ketaksesuaian itu meliputi meliputi: penghentian obat lama, pemberian obat baru yang alergenik, pemberian obat yang sama tetapi beda dosis/frekuensi/cara pemberian, dll. - Untuk hindari kesalahan ini, perlu dilakukan medication reconciliation yang prosesnya meliputi: pengungkapan obat dahulu dan sekarang, pengenalan potensi cidera yang berasal dari perbedaan obat dahulu dan sekarang, dan koreksi thd bahaya yang mengancam. - Bagi penderita yang pulang rawat, proses ini meliputi tinjauan terhadap obat sebelum/selama perawatan, dan penetapan obat untuk rawat jalan selanjutnya. - Survai menemukan ketaksesuaian penggunaan obat yang berpotensi cidera ini pada 60% penderita, sewaktu masuk atau keluar dari rumah sakit. 3. Eliminasi Faktor Risiko - Cegah kelelahan dan kebosanan - Cegah kebisingan dan kerumitan - Pelatihan untuk tingkatkan pengetahuan dan keterampilan. 4. Oversight dan Error Interception - Teamwork/team approach dalam pelaporan pasif dan aktif: klinisi, patologis, farmakologis, farmasis, perawat. - Information Technology. - Licensing, certification/recertification. - Accreditation. 5. Pencegahan yang dapat dilakukan pasien antara lain : - - Bertanya kepada tenaga kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengobatan yang sedang dijalaninya misalnya untuk apa obat tersebut digunakan, bagaimana aturan pakainya, sampai kapan obat dipakai. Bisa juga dengan melihat informasi obat atau penyakitnya melalui internet sehingga pengetahuan pasien pun tentang penyakit dan obatnya dapat bertambah. 6. Bagi pemerintah beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain: - Mengatur pembuatan kemasan obat agar tidak terlalu mirip dan dapat dibedakan secara spesifik satu sama lain. - Membentuk suatu lembaga independen yang khusus memantau dan mencari solusi terhadap Medication Error yang terjadi seperti ISMP (Institute for Safe Medication Practices) yang ada di Canada dan di beberapa negara lainnya. Tentunya ke depan kita berharap akan ada banyak lagi usaha yang bisa dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan terjadinya medication Error ini dengan harapan agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang baik, aman dan dapat dipercaya. 16 BAB III KESIMPULAN Indonesia telah menerapkan konsep manajemen risiko dan patient safety dalam pemberian obat namun disadari belum optimal. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pemberian obat dapat dilakukan secara nasional dengan strategi Manajemen risiko, patient safety dan analisis rekam kesehatan baik secara kuantitatif dan kualitatif serta strategi NCC MERP yang terdiri dari pencatatan, pemahaman dan pencegahan kesalahan obat dan sudah diaplikasikan di luar negeri. Selain itu NCC MERP juga sudah membuat taksonomi, algoritma dan formulir Program Pelaporan Kesalahan Pengobatan secara detail. Strategi NCC MERP dan contoh penerapannya seperti kategori, taksonomi dan formulir ini dapat dipergunakan di Indonesia dengan contoh asli atau dengan sedikit adaftasi sesuai dengan karakteristik medication error di Indonesia. 17 Daftar Pustaka Hatta, ed. 2013. Pedoman manajemen informasi kesehatan di sarana pelayanan Kesehatan, edisi revisi 2. Universitas indonesia Lynas, Kathie. 2010. A Step Forward for Medication Safety:Stakehol ders Agree to a Common Standard for Barcoding Pharmaceutica ls. CPJ/RPC, March/ April 2010:Vol 143 (2). Proquest Database. Payton,J. Ledder,W., & Hord,E. 2007. Bar Code Medication Administration Improves Patient Safety. Arkansas Foundation for Medical Care. Journal (Proquest) Database NCC MERP Index for Categorizing Medication Errors, http://www/nccmerp.org 18