TUGAS MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PATIENT SAFETY MELALUI BARCODE MEDICATION ADMINISTRATION SYSTEM NAMA MAHASISWA NPM : : KUSTIYUWATI 1006833855 PROGRAM MAGISTER DAN SPESIALIS KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2012 Abstrak Patient Safety akan selalu menjadi pemikiran utama dalam benak setiap orang, bukan hanya waktu memberikan layanan kesehatan tetapi juga pada saat menentukan tujuan, mengembangkan proses dan prosedur, membeli peralatan dan produk baru, meredesign klinik, tempat perawatan serta mengembangkan unit-unit baru. Mencegah kesalahan obat merupakan salah satu tujuan keselamatan pasien dalam keperawatan.The Agency for Health Care Research and Quality (AHRQ) memperkirakan bahwa terdapat 7000 orang meninggal akibat kesalahan pemberian obat dimana terdapat 19% akibat dari kesalahan pemberian dosis obat, 7% akibat dari efek pemberian obat. Barcode Medication Administration (BCMA) system adalah suatu bagian dari patient safety guna menurunkan medication error saat order / menyalin obat; untuk standarisasi praktek pemberian obat serta pendokumentasian. Kolaborasi dengan technologi informasi , keperawatan dan farmasi untuk design, peengembangan dan implementasinya digunakan untuk identifikasi pasien serta untuk mencegah kesalahan pemberian obat melalui double check electronic sesuai dengan prinsip lima benar pemberian obat. Kata kunci : patient safety, barcode medication administration 1. LATAR BELAKANG Budaya organisasi merupakan suatu pola keyakinan, nilai-nilai perilaku, norma-norma yang disepakati atau diterima serta melingkupi semua proses sehingga akan membentuk bagaimana seseorang berperilaku dan bekerjasama. Keselamatan pasien di dalam undang-undang rumah sakit tahun 2009 tentang asas dan tujuan pada pasal dua menyatakan bahwa rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika & profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak & anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan KESELAMATAN PASIEN serta mempunyai fungsi sosial . Praktik keperawatan merupakan tindakan perawat profesional melalui kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawab (CHS,1992). Dan lingkup wewenang dari seorang perawat meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana tindakan, melaksanakan tindakan keperawatan, evaluasi dan dokumentasi. Upaya keselamatan pasien adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan (built in) dari proses asuhan keperawatan. Berdasarkan JCI (Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals) tahun 2001 penerapan keselamatan pasien mempunyai enam tujuan , meliputi identifikasi pasien dengan benar, mencegah kesalahan obat, komunikasi efektif, mencegah infeksi nosokomial, mencegah jatuh serta mencegah salah orang,salah tempat dan salah prosedur tindakan pembedahan. 2. KAJIAN LITERATUR Berdasarkan The Institute of Medicine’s 1999, kesalahan pemberian obat perlu dijadikan issue karena akan berdampak langsung terhadap keselamatan pasien di area di rumah sakit. Leappe (1995) memperkirakan bahwa 19% terjadi karena kesalahan pemberian dosis obat dan 7% menghasilkan efek yang sangat merugikan pasien. . Pada penelitian ini didapatkan bahwa kesalahan pemberian obat (medication error) berada pada fase yang berbeda yaitu sebagai bahwa kesalahan pemberian obat sekitar 39% saat dokter memberikan order, 12% saat menyalin obat sesuai order, 11% selama proses pengobatan dan 38% saat perawat memberikan obat. Di Rumah Sakit Vassar Brothers Medical Center, NewYork didapatkan bahwa terdapat dua juta dosis obat yang diberikan setia tahunnya, 26.600 penyalinan obat berpotensi menimbulkan kesalahan. Menurut Barker, 2002 menyatakan bahwa hasil sudy ditemukan adanya dua kejadian kesalahan pemberian obat untuk setiap harinya. Pada tahun 2005, rumah sakit ini juga mendapatkan laporan secara sukarela terhadap adanya kesalahan pemberian obat sebanyak 250 kasus, dengan demikian tanpa adanya teknologi untuk menangkap data tentang kesalahan pemberian obat secara otomatis dapat diperkirakan bahwa data ini hanyalah menggambarkan sedikit persentasi yang actual dari banyaknya kejadian yang sesungguhnya untuk setiap tahunnya. PATIENT SAFETY INCIDENT Merupakan kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan / berpotensi mengakibatkan harm (penyakit,cedera,cacad,kematian dll) yang tidak seharusnya terjadi . Ada beberapa kejadian terkait insiden keselamatan pasien ini yaitu : a) Kejadian tidak diharapkan (KTD) / (Adverse Event) Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (“commission”) atau karena tidak bertindak (“omission”),bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien. b) Kejadian nyaris cedera (KNC) / (Near Miss) Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi. Ex: Dapat obat “c.i”, tidak timbul (chance).Dosis lethal akan diberikan, diketahui, dibatalkan (prevention).Dapat obat “c.i”,diketahui,diberi antidotnya. c) Kejadian sentinel (SENTINEL EVENT) Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius, biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah. METODE PELAKSANAAN Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien, maka dilakukan suatu upaya strategis meliputi identifikasi pasien dan meniadakan kesalahan pemberian obat, menurunkan beaya serta mengembangkan patient safety. Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan Barcode Administration System. Barcode merupakan representasi yang dapat dibaca mesin optic data yang menunjukkan data tentang objek yang melekat. Tehnologi Barcode digunakan oleh perawat secara langsung melakukan pengecakan dengan menggunakan scan gelang identifikasi pasien serta kegiatan “5 benar” untuk verifikasi bahwa nama obat, nama pasien, dosis obat, waktu pemberian dan route pemberian obat sudah sesuai. Pelaksanaan ini dikerjakan disamping tempat tidur pasien dan diprioritaskan untuk pemberian obat yang actual. KEPERAWATAN Peralatan yang digunakan adalah portable bedside laptop computer on wheels (COW), karena itu proses scanning dikerjakan dekat dengan pasien. Alat ini juga dilengkapi dengan laci untuk meletakkan mangkok, penghalus pil, alcohol pad, kasa, dan pembalut. Alat portable COW ini masuk ke kamar pasien dan perawat dapat membuka laptop sehingga pasien akan melihat layar computer secara langsung. Computer dilengkapi dengan wireless network card yang dikoneksikan langsung ke sistem wireless rumah sakit . Perawat dapat menggunakan layar untuk menjawab pertanyaan tentang pengobatan yang diberikan ke pasien dan informasi tentang obat-obatan selalu di koneksikan secara langsung ke data base obat-obatan di rumah sakit. Perawat juga dapat mengakses informasi tentang obat yang baru(tidak dikenal) dan dapat diprint out untuk diberikan ke pasien. Peralatan ini didesign sehingga perawat sesungguhnya akan mengenali kesalahan dalam pemberian obat dan bila perawat merasa puas terhadap system pelayanan ini maka tujuan untuk menurunkan tingkat kesalahan pemberian obat dapat tercapai. COLLABORATIVE DESIGN TEAM Keperawatan dan farmasi merupakan partner kerja yang aktif terhadap proses kegiatan asuhan keperawatan di rumah sakit. Dalam hal ini seorang perawat sebagai pembuat keputusan , yang mempunyai catatan pengobatan serta bertanggung jawab pada saat farmasi mendapatkan informasi sesuai order. Perawat pertama kali menggunakan peralatan untuk mendokumentasikan pemberian obat. FARMACY NURSING INFORMATION TECHNOLOGY Collaborative design team terdiri dari staf yang representative, bagian farmasi dan bagian keperawatan meliputi perawat manager, coordinator klinik, perawat edukasi, serta bagian dari informasi tehnologi. Kolaborasi dari ketiga bagian ini akan saling bergantungan antara satu dengan yang lain guna memelihara keseimbangan dari proses kegiatan ini. Setiap personal sangat diperlukan untuk menghargai kegiatan ini dan mempunyai pengertian yang sama guna mendukung berjalannya proses kegiatan yang akan berdampak langsung pada setiap alur kegiatan ini. Dukungan dari ketiga bagian ini sangat diperlukan, dan bila dukungan tidak sama maka dibutuhkan support dari yang lain untuk mengatasi kekurangan yang terjadi. TEORI PERUBAHAN Kurt Lewin (1951) mengatakan bahwa untuk melakukan perubahan pada setiap organisasi dibedakan menjadi tiga tahapan yaitu unfreezing, moving dan refreezing. Dari perubahan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Pencairan (Unfreezing) Motivasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula dan berubahnya keseimbangan yang ada, merasa perlu untuk berubah dan berupaya untuk berubah, menyiapkan diri dan siap untuk berubah atau melakukan perubahan. 2) Bergerak ( Moving) Bergerak menuju keadaan yang baru atau tingkat / tahap perkembangan baru, karena memiliki cukup informasi, serta sikap dan kemampuan untuk berubah, memahami masalah yang dihadapi dan mengetahui langkah-langkah penyelesaian yang harus dilakukan, melakukan langkah nyata untuk berubah dalam mencapai tingkat atau tahap baru. 3) Pembekuan (Refreezing) Telah mencapai tingkat atau tahap baru, mencapai keseimbangan baru. Tingkat baru yang dicapai harus dijaga untuk tidak mengalami kemunduran atau bergerak kembali pada tingkat atau tahap perkembangan semula. Oleh karena itu perlu selalu ada upaya untuk mendapatkan umpan balik, kritik yang konstruktif dalam upaya pembinaan (reinforcement) yang terus menerus berkelanjutan. Terjadinya tuntutan akan kebutuhan yang semakin meningkat, terutama pada penerapan tehnologi informasi di keperawatan maka perawat harus berubah secara terencana dan terkendali. Dalam teori perubahan ini ada kekuatan pendorong untuk berubah dan ada kekuatan penghambat terjadinya perubahan. Perubahan terjadi apabila salah satu kekuatan lebih besar dari yang lain. FARMASI Bagian farmasi menginstal system robot untuk packaging obat dengan BarCodes. Hal ini merupakan suatu usaha kerjasama yang besar antara farmasi dan informasi technology. Kegiatan ini tetap dibutuhkan satu scanner untuk membaca kebutuhan obat –obatan. Untuk mensupport kegiatan ini di bagian Farmasi membuat BarCode system secara baik dengan menghubungkan ke National Drug Code (NDC) agar system formularium farmasi dapat terpelihara. Farmasi juga harus memastikan bahwa supplier baru sudah dimasukkan ke dalam system agar valid datanya sesuai dengan NDC.Memasukkan daftar obat sesuai order oleh Farmacist dibutuhkan kesamaan dari sebelumnya. Obat yang sama namun berbeda bentuknya antara tablet atau capsul akan mempunyai nama dan barcode yang berbeda. 3. PEMBAHASAN Berdasarkan teori perubahan menurut Kurt Lewin maka penerapan kolaborasi tim perawat, farmasi dan technologi informasi membutuhkan tahapan dari perubahan tersebut. Pada tahapan pertama, Unfreezing, dibutuhkan konsentrasi untuk menseleksi vendor yang akan digunakan, kunjungan ke tempat lain untuk melakukan study banding, demonstrasi serta pemberian informasi kepada perawat. Perawat disertakan pada saat pengambilan keputusan sepanjang kegiatan ini dilaksanakan. Pada tahapan kedua, Moving / Re-design, fasilitasi yang digunakan didesign sesuai kebutuhan. Diperlukan komunikasi secara berkesinambungan untuk mendiskusikan, dan merencanakan setiap design modul pembelajaran. Semua individu sangat penting untuk mengetahui proses kegiatan ini. Modul pembelajaran ini dibuat untuk staf keperawatan untuk mengikuti kegiatan training terhadap penggunaan technologi yang akan diterapkan. Technology barcode system ini diterapkan untuk memaksimalkan efisiensi dan peningkatan patient safety. Penerapan tehnologi ini harus dapat membantu perawat untuk focus terhadap pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien. Pada pemilihan alat, maka perawat tentunya menginginkan alat yang portable untuk meningkatkan entry data dan system yang mempunyai kemampuan lain. Pada tahap ketiga , Refreezing merupakan tahap akhir pada proses berubah. Semua software dan hardware diinstal. Kemudian staf yang terlibat diberikan pelatihan guna memahami barcode system agar dapat dilaksanakan. Pertemuan harian , mingguan dijadwalkan sesuai kebutuhan. Kegiatan ini juga disebarluaskan secara berkala seperti adanya bulletin bulanan , majalah dinding serta poster sebagai bagian dari sosialisasi kepada staf lainnya. Ada beberapa hal yang dikembangkan dari penerapan technologi informasi dikeperawatan untuk meningkatkan kegiatan patient safety adalah identifikasi pasien serta pemberian obat dengan prinsip lima benar. Penerapan identifikasi pasien harus dilakukan dengan benar. Berdasarkan JCI didapatkan data terdapat 13% kejadian surgical error, 67% terjadi kesalahan saat pemberian transfuse darah kepada pasien. UK National Patient Safety Agency (2003-2005) mencatat terdapat 236 incident dan near miss berhubungan dengan adanya kehilangan gelang atau gelang identifikasi dengan informasi yang tidak sesuai. USA National Center for Patient Safety (2000-2003) menemukan data adanya misidentifikasi pasien dan sebanyak 100 kasus dilakukan analisa akar masalah. Kegiatan identifikasi pasien merupakan hal yang terintegrasi, sehingga penerapan ini diperlukan standar operasional prosedur untuk pelaksanaan identifikasi pasien. Minimal terdapat dua identitas pasien meliputi nama pasien (dua karakter), nomer rekam medis dan umur(tanggal lahir). Gelang nama pasien diberikan berdasarkan jenis warna dengan ketentuan sebagai berikut : untuk gelang warna merah jambu diberikan kepada pasien perempuan, gelang warna biru diberikan kepada pasien laki-laki, gelang warna merah diberikan kepada pasien yang mengalami alergi terhadap obat-obatan terutama obat antibiotic dan gelang warna kuning diberikan kepada pasien yang mempunyai resiko jatuh. Technology barcode merupakan representasi yang dapat dibaca mesin optic data yang menunjukkan data tentang objek yang melekat. Pada gelang identifikasi pasien tercetak barcode yang memungkinkan data identifikasi pasien yang dapat diambil secara otomatis. Beberapa waktu yang lalu, banyak rumah sakit membeli lembar kertas dan mencetaknya pada printer laser dibagian penerimaan pasien. Perkembangan technology printer untuk gelang pasien telah ada berdasarkan kebutuhan pasien yang meliputi ukuran gelang serta kode warna gelang sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah dibuat. Printer ini merupakan printer thermal, setiap cartridge memiliki tag RFID kecil yang dapat memberitahu printer jenis gelang yang ada didalam. Hal ini langsung mengkalibrasi printer sehingga siap untuk mencetak langsung dan tidak ada gelang yang terbuang cuma-cuma. Kegiatan pemberian obat sesuai dengan prinsip lima benar adalah meliputi benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu, dan benar pasien. Kemudian dilakukan juga cek adanya alergi terhadap obat yang diberikan, jelaskan tujuan dan kemungkinan efek obat. Perawat juga perlu melakukan cek untuk reaksi obat, cek skin integrity untuk pemberian injeksi, serta update catatan obat. Penempatan obat juga perlu dilakukan pemisahan terhadap nama obat yang mirip serta kemasan obat yang mirip. Kemajuan hardware dibidang technology informasi sangat membantu kegiatan pemberian obat dengan prinsip lima benar. Dengan alat portable bedside computer on wheels (COW) yang didekatkan ke pasien memudahkan kerja perawat untuk dapat secara langsung melakukan double check saat memberikan obat ke pasien. Pasien dapat diajarkan untuk mengenali kegunaan obat, cara pakai obat dan waktu penggunaan obat pasien. Perawat juga secara langsung dapat mengakses informasi obat yang tidak familiar sehingga dapat menginformasikan obat tersebut kepada pasien. Penerapan technology informasi untuk peningkatan keselamatan pasien juga diterapkan dibagian farmasi dengan melaksanakan BarCode system yang didasarkan kepada National Drug Code (NDC). Pada kegiatan ini diharapkan memaksimalkan tanggung jawab staf untuk menyalin obat pasien, verifikasi, pemberian dan mengirimkan obat ke pasien. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Patterson et all (2002) mengidentifikasi bahwa meskipun technologi dapat membantu untuk mencegah terjadinya beberapa kesalahan, namun tetap dapat menimbulkan kesalahan saat pemberian obat. Hal ini karena didapatkan data bahwa pada saat sibuk perawat tidak melakukan aktifitas scanning gelang identifikasi pasien. Dan untuk meningkatkan kondisi ini agar lebih kondusif maka alat scanner diletakkan di tempat yang mudah terlihat dan mudah terjangkau. Kemudian label peringatan juga dibuat agar perawat senantiasa mengecek identifikasi pasien saat memberikan obat ke pasien. 4. SIMPULAN DAN REKOMENDASI Upaya keselamatan pasien adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan (built in) dari proses asuhan keperawatan. Tujuan dari penerapan pasien di keperawatan meliputi identifikasi pasien dengan benar, mencegah kesalahan obat, komunikasi efektif, mencegah infeksi nosokomial, mencegah jatuh serta mencegah salah orang,salah tempat dan salah prosedur tindakan pembedahan. Sebagai upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien adalah melalui penerapan technology informasi yang berkembang sangat pesat di keperawatan. Penggunaan BarCode system yang dilengkapi dengan printer thermal dapat memudahkan pemakaian identifikasi pasien secara otomatis serta penggunaan portable bedside laptop computer on wheels (COW) akan meningkatkan pencegahan terhadap kesalahan pemberian obat dengan melakukan double check meliputi lima benar yaitu benar obat, benar pasien, benar dosis, benar route pemberian dan benar waktu. Dengan demikian penerapan technology informasi sangat membantu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terutama peningkatan keselamatan pasien sehingga tingkat kepuasan pasien menjadi meningkat. Dan kesuksesan dari penerapan technology ini sangat didukung oleh kesiapan staff perawatan untuk dapat melakukan perubahan terhadap informasi yang ada serta komitmen dari semua pihak guna terselenggaranya kegiatan tersebut di pelayanan keperawatan. DAFTAR PUSTAKA Kidd,R.(2011). Benefits of mobile working for community nurse prescribers.Vol(25) No.42.Diakses pada tanggal 25 April 2012. Ross,J.(2008).Collaboration Integrating Nursing, Pharmacy and Information Technology into a Barcode Medication Administration System Implementation.Vol(23) No.1. Diakses pada tanggal 25 April 2012. Choo,J.(2010). Nurses’ Role In Medication Safety. Journal Management,2010,18,853-861. Diakses pada tanggal 25 April 2012 Of Nursing Brown,M-M.(2001). Managing Medication Error by Design. Crit Care Nurs Q 2001;24(3) : 77-97. Diakses pada tanggal 25 April 2012. Ulinamo,V.M.et al (2007). Nurses’ Perceptions of Causes of Medication Errors and Barriers to Reporting. Vol22 No.1. Diakses pada tanggal 25 April 2012. Mc Cartney,P.R.(2006).Using Technology to Promote Perinatal Patient Safety.Volume 35,No.3.Diakses pada tanggal 25 April 2012. Paoletti,RD.,et .al.(2007).Using Barcode Technology and Medication Observation Methodology for Safer Medication Administration. Vol 64,Maret 2. Diakses pada tanggal 25 April 2012. Fowler,S.B.,(2009). Barcode Technology for Administration : Medication Error and Nurse Satisfaction. Medical Surgical Nursing Journal, Vol.19.No.2.Diakses pada tanggal 25 April 2012. Yahya,A.(2010). Membangun Budaya Keselamatan Pasien. Workshop keselamatan pasien dan manajemen risiko klinis, Cipanas,2010. Lumenta,N.A.(2010). State of the Art Comprehensive Patient Safety. Workshop keselamatan dan Manajemen Risiko Klinis, Cipanas,2010. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keselamatan pasien di dalam undang-undang rumah sakit tahun 2009 tentang asas dan tujuan pada pasal dua menyatakan bahwa rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika & profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak & anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan KESELAMATAN PASIEN serta mempunyai fungsi sosial . Praktik keperawatan merupakan tindakan perawat profesional melalui kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawab (CHS,1992). Dan lingkup wewenang dari seorang perawat meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana tindakan, melaksanakan tindakan keperawatan, evaluasi dan dokumentasi. Upaya keselamatan pasien adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan (built in) dari proses asuhan keperawatan. Berdasarkan JCI (Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals) tahun 2001 penerapan keselamatan pasien mempunyai enam tujuan , meliputi identifikasi pasien dengan benar, mencegah kesalahan obat, komunikasi efektif, mencegah infeksi nosokomial, mencegah jatuh serta mencegah salah orang,salah tempat dan salah prosedur tindakan pembedahan Setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan /berpotensi mengakibatkan harm (penyakit,cedera,cacad,kematian dll) yang tidak seharusnya terjadi KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)(Adverse Event) Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (“commission”) atau karena tidak bertindak (“omission”),bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien KEJADIAN NYARIS CEDERA (KNC)(Near Miss) Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi. Ex: Dapat obat “c.i”, tidak timbul (chance).Dosis lethal akan diberikan, diketahui, dibatalkan (prevention).Dapat obat “c.i”,diketahui,diberi antidotnya KEJADIAN SENTINEL (SENTINEL EVENT) Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius, biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah PATIENT SAFETY JCI (Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals) GOALS