penentuan waktu berakhirnya gempa susulan

advertisement
PENENTUAN WAKTU BERAKHIRNYA GEMPA
SUSULAN UNTUK GEMPA BUMI BIAK 16 JUNI 2010
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sains ( S.Si )
Disusun Oleh:
ADANG AWALUDIN
NIM : 107097000177
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
PENENTUAN WAKTU BERAKHIRNYA GEMPA
SUSULAN UNTUK GEMPA BUMI BIAK 16 JUNI 2010
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Sains dan Teknologi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sains ( S.Si )
Disusun Oleh:
ADANG AWALUDIN
NIM : 107097000177
Menyetujui,
Pembimbing I
PembimbingII
Arif Tjahjono, M.Si
NIP : 19751107200701 1 015
Drs. Sutrisno, M.Si
NIP : 195202021982031.005
Mengetahui,
Kepala Prodi Fisika, FST-UIN
(Drs.Sutrisno, M.Si)
NIP : 195202021982031.005
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, April 2011
ADANG AWALUDIN
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim….
Alhamdulillah, Puji dan Syukur yang tidak terhingga, penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh Gelar
Sarjana Sains (S.Si.) pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan. Namun,
berkat bantuan, motivasi dan dukungan dari semua pihak yang terkait dengan
penulis, alhamdulillah, skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibunda tersayang dan Ayahanda tercinta yang selalu mencurahkan kasih
dan sayang, untaian do’a, dukungan moril dan materil, semangat dan
rasa cintanya yang tak terhingga dan begitu mendalam yang selalu
dicurahkan sepanjang masa.
2. Bapak DR.Syopiansyah Jaya Putra , M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
3. Bapak Drs. Sutrisno, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah
menyempatkan dan meluangkan waktunya untuk selalu menularkan
ilmunya serta memberikan dorongan dan bimbingan pada penulis.
iii
4. Bapak Arif Tjahjono, M.Si selaku Pembimbing II yang dengan
kesabaran telah menyempatkan dirinya untuk membimbing penulis
selama tahap penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh staf pengajar Prodi Fisika Jurusan MIPA UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah meluangkan waktu dan dan membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama penulis kuliah di UIN Jakarta
6. Ka Bayu dan Ka Urip makasih buat data dan masukan- masukannya dan
mau membagi ilmunya dan bantuannya.
7. Teman-teman seperjuangan Fisika “07 UIN Jakarta Makasih ya wat
kebersamaanya selama ini.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bagaimanapun penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih
banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, penulis akan sangat berterima
kasih atas saran dan kritik yang membangun dari pembaca, besar harapan penulis
agar karya tulis ini dapat bermanfaat.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis memohon semoga bagi
mereka dilimpahkan pahala yang berlipat ganda atas segala batuan dan di catat
sebagai pahala di sisi-Nya
Jakarta, Mei 2011
Penulis
iv
5
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Penentuan waktu berakhirnya gempa
bumi susulan pada gempa bumi Biak 16 Juni 2010 bertujuan untuk menentukan
metode mana yang paling baik untuk memperkirakan berakhirnya gempa susulan
khususnya pada gempa bumi Biak 16 Juni 2010. Dengan pusat gempa berada
pada koordinat 2.17 LS – 136.59 BT pada kedalaman 10 Km. Dalam penelitian ini
metode yang digunakan adalah metode Omori, Mogi 1, Mogi 2, dan Utsu. Dari
metode tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi yang mendekati 1 atau -1,
interpretasi dari koefisien korelasi adalah frekuensi gempa bumi susulan menurun
terhadap waktu berkaitan dengan proses untuk mencapai kesetimbangan baru.
Diperoleh nilai koefisien korelasi gempa susulan Biak sebesar - 0.94687 untuk
per 24 jam dan – 0.887056 untuk per 12 jam dengan menggunakan metode Mogi
2 dengan persamaannya yaitu n(t) = a * e – bt .
Kata kunci : Gempa Bumi Susulan, Omori, Mogi 1, Mogi 2 dan Utsu
i
ABSTRACT
With use the result which is taken to predict the end of the aftershock
activity takes in earthquake which occurred on Juny 16, 2010 in Biak. From taken
to is very good method to predict the end of the aftershock activity takes in
earthquake which occurred on Juny 16, 2010 in Biak with epicenter located at
coordinates 2.17 S – 136.59 E at a depth of 10 km. In this study the aftershock
used method is the method of Omori, Mogi 1, Mogi 2, and Utsu. Obtained from
these methods the correlation coefficient value close to 1 or -1, the interpretation
of the correlation coefficient is the frekuency of earthquake aftershock decreases
with time associated with the process to reach a new equilibrium. Values obtained
from the analysis of the correlation coefficient of aftershock - 0.94687 Biak to per
24 hours and – 0.887056 for the 12 hours by using method Mogi 2 with the
equation is n(t) = a * e – bt.
Keywords : Aftershock , Omori, Mogi 1, Mogi 2 dan Utsu
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………
i
ABSTRACT ……………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………
iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
v
DAFTAR TABEL……………………………………………………...
viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………….
ix
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………
x
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………
1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah……………………………................................
5
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………..
5
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………........
5
1.5 Batasan Masalah…………………………………………………...
6
1.6 Sistematika Penulisan……………………………………………..
7
BAB II. LANDASAN TEORI……………………………………….
9
2.1 Gempa Bumi……………………………………………………..
9
2.1.1. Jalur Utama Gempa Bumi………………………………….
10
2.1.2. Kedalaman Gempa Bumi dan Kekuatan Gempa Bumi…….
11
2.2 Tatanan Tektonik di Daerah Biak-Papua…………………………
12
v
2.3 Mekanisme Terjadinya Gempa Bumi ……………………………..
16
2.4 Gempa Bumi Susulan ………………………………......................
18
2.4.1 Pola Aktivitas Gempa Bumi Susula…………………………... 19
2.4.2 Mekanisme Gempa Bumi Susulan. …………………………… 20
2.4.3
Hubungan Frekuensi Gempa Bumi Susulan dengan Waktu.. …22
2.5. Metode Least Square………………………………………………
24
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………..
28
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………
28
3.2 Data Penelitian……………………………………………………
28
3.3. Cara Pengolahan Data……………………………………………..
28
3.3.1. Cara Pengolahan dengan Metode Omori……………………
30
3.3.2. Cara Pengolahan dengan Metode Mogi 1……………………
31
3.3.3. Cara Pengolahan dengan Metode Mogi 2……………………
32
3.3.4. Cara Pengolahan dengan Metode Utsu………………………
33
3.4 Tahapan Penelitian………………………………………………
34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………….
35
4.1. Hasil Perhitungan Aftershock dengan Metode Omori…………….
35
4.2. Hasil Perhitungan Aftershock dengan Metode Mogi 1…………….
41
4.3. Hasil Perhitungan Aftershock dengan Metode Mogi 2…………….
47
4.4. Hasil Perhitungan Aftershock dengan Metode Utsu……………….
51
4.5 Analisa Gempa Susulan Biak……………………………………….
56
vi
BAB V PENUTUP……………………………………………………
59
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………..
59
5.2 Saran…………………………………………………………………
59
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
60
LAMPIRAN………………………………………………………………
62
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1. Nama-nama Lempeng Tektonik Dunia………………………….13
2. Tabel 3.1. Interval dan Frekuensi Gampa Susulan di Biak setiap 24 jam.....29
3. Tabel 3.2. Interval dan Frekuensi Gempa susulan di Biak setiap I2 jam........30
4. Tabel 4.1. Perhitungan Regresi Linier Metode Omori Setiap 24 jam.............36
5. Tabel 4.2. Perhitungan Regresi Linier Metode Omori Setiap 12 jam………39
6. Tabel 4.3. Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi 1 Setiap 24 jam………42
7. Tabel 4.4. Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi 1 Setiap 12 Jam………45
8. Tabel 4.5. Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi 2 Setiap 24 Jam………48
9. Tabel 4.6. Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi 2 Setiap 12 Jam………51
10. Tabel 4.7. Perhitungan Regresi Linier Metode Utsu Setiap 24 Jam...............52
11. Tabel 4.8. Perhitungan Regresi Linier Metode Utsu Setiap 12 Jam...............55
12. Tabel 4.9. Hasil Gempa Susulan…………………………………………….58
viii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1.1. Peta Lempeng Tektonik Dunia………………………………..2
2. Gambar 1.2. Peta Lempeng Tektonik Indonesia……………………………3
3. Gambar 2.1 Penampang Litosfer – astenosfer……………………………..13
4. Gambar 2.2. Peta Lempeng Tektonik dan Arah Pergerakannya…………...14
5. Gambar 2.3. Jenis-jenis pergerakan lempeng………………………………16
6. Gambar 2.4. Proses Terjadinya Gempa Tektonik…………………………..17
7. Gambar 3.1. Diagram Alir Tahapan Penelitian……………………………..35
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Peta Perbandingan Penentuan Episenter BMKG dengan
Instansi
Lain………………………………………………... …64
2. Lampiran 2 Peta Historis Gempa Merusak di Papua ……………………..73
3. Lampiran 3 Tatanan Tektonik di Indonesia………………………………..74
4. Lampiran 4 Tabel Perhitungan Gempa Susulan Biak………………………76
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Gempa merupakan peristiwa pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah
dibawah permukaan bumi. Ketika pergeseran ini terjadi, timbul getaran yang
disebut gelombang seismik ke segala arah didalam bumi. Saat gelombang ini
mencapai permukaan bumi, efek getarannya dapat merusak setiap bangunan yang
ada di atasnya meskipun kerusakan bangunan juga ditentukan dari kualitas
bangunannya sendiri. Peristiwa gempa dapat terjadi kapan saja, tanpa mengenal
musim, sehingga bencana gempa bumi merupakan bencana alam yang beresiko
tinggi dan sulit diprediksi. Tidak mudah untuk memastikan waktu dan lokasi
terjadinya serta seberapa besar goncangan yang dapat ditimbulkannya. Secara
faktanya Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh
tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api atau runtuhan
batuan. Kekuatan gempa bumi yang ditimbulkan dari lempeng bumi dan patahan
aktif relatif lebih besar dibandingkan akibat aktivitas gunung api dan runtuhan
batuan.
Berdasarkan Teori Tektonik Lempeng ( Plat Tectonic ) menjelaskan
adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi.
Teori ini muncul dan mulai diperbincangkan ahli geologi sekitar tahun 1967.
Teori tersebut dikemukakan oleh Netherton dan Dickison (1969), Fitch dan
Molnar (1970), Katili dan Hamilton (1970) dalam menyusun peta tektonik
Indonesia. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Continental
1
Drift yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad-20 dan konsep
seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Menurut teori
Tektonik Lempeng, lapisan terluar bumi terbuat dari suatu lempengan tipis dan
keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini
terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Hingga kini
teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa
bumi, tsunami, danmeletusnya gunung berapi, selain itu juga dapat menerangkan
tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudera. Adapun sebaran
lempeng tektonik dunia yang ada sampai sekarang ini dapat dilihat pada gambar
1.1 berikut ini.
Gambar 1.1. Peta Lempeng Tektonik Dunia
Indonesia sebagai negara yang dilalui oleh jalur utama gempa bumi,
sangat sering mengalami peristiwa gempa bumi. Menurut teori tektonik lempeng,
2
busur kepulauan Indonesia adalah daerah yang sering dipengaruhi oleh tiga
lempeng kerak bumi yang besar (Katili, 1972) seperti terlihat pada gambar 1.2,
yaitu :
1) Lempeng Australia,
2) Lempeng Eurasia, dan
3) Lempeng Pasifik
Ketiga lempeng tersebut merupakan lempeng utama dunia. Lempeng
Eurasia dan Australia bertumbukan di lepas pantai barat pulau Sumatera, lepas
pantai selatan pulau jawa, lepas pantai selatan kepulauan Nusa Tenggara, dan
berbelok kearah utara ke perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng
Australia dan Pasifik terjadi tumbukan di sekitar pulau Papua. Sementara
pertemuan antara ketiga lempeng itu terjadi disekitar Sulawesi. Itulah sebabnya
mengapa di pulau-pulau sekitar pertemuan 3 lempeng itu sering terjadi gempa
bumi.
Gambar 1.2. Peta Lempeng Tektonik Indonesia
3
Gempa bumi yang besar umumnya disebabkan oleh pemecahan batuan
didalam bumi yang segera diikuti oleh usaha pengembalian ke kedudukan
setimbang (Teori Pantulan Elastis; H.F. Reid, 1911). Tenaga yang dilepaskan
didalam bumi ini kemudian dirambatkan ke permukaan sebagai gelombang gempa
dan tenaga potensial yang ada telah diubah menjadi tenaga gerak.
Terjadinya gempa bumi biasanya diiringi oleh beberapa goncangan,
kemudian diikuti oleh goncangan susulan / gempa susulan (aftershock) setelah
gempa utama. Dimana aftershock ini akan mengalami usaha pengembalian ke
bentuk setimbang yang tidak dapat dipenuhi seketika, melainkan secara bertahap
yang dapat terjadi selama berbulan-bulan.
Gempa susulan adalah gempa bumi yang terjadi di wilayah yang sama
dengan gempa utama tetapi memiliki magnitudo yang lebih kecil dan muncul
dengan pola mangikuti hukum Omori. Hukum Omori (diperbaharui dengan
Hukum Omori yang dimodifikasi) adalah rumus empiris yang dapat menghitung
skala gempa susulan. Aftershock mempunyai karakteristik yang terus menurun
jumlahnya terhadap waktu. Pola penurunan ini dapat dianalisa dengan pendekatan
metode statistik dengan menggunakan data gempa susulan selama beberapa hari.
Dari penurunan gempa susulan dapat diketahui perkiraan berakhirnya aktivitas
gempa susulan.Oleh karenanya sangat penting untuk dilakukan penelitian tentang
penentuan waktu berakhirnya gempa susulan setelah gempa bumi utama
khususnya pada gempa bumi Biak 16 Juni 2010.
Diambilnya gempa bumi Biak sebagai studi kasus karena Biak merupakan
Kawasan Cagar Alam Geologi Papua yang sangat kompleks karena melibatkan
4
interaksi antara dua lempeng tektonik, yaitu Lempeng Australia dan Lempeng
Pasifik. Yang menyebabkan wilayah kepulauan Papua ini menjadi wilayah yang
rawan gempa bumi tektonik, selain itu gempa bumi Biak ini merupakan gempa
bumi yang terjadi paling besar di kepulauan Papua.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka perumusan
masalahnya adalah kapankah aktivitas gempa susulan akan berakhir khususnya
pada gempa bumi Biak 16 Juni 2010 yang akan dilihat melalui perhitungan
pendekatan statistik yaitudengan metode kuadrat terkecil (least squaer) yang
dimasukkan dalam metode-metode perhitungan peluruhan gempa atau aftershock
baik dengan metode Omori, metode Mogi I, metode Mogi II, dan metode Utsu.
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menentukan metode mana yang paling baik
(mendekati kenyataan) untuk memperkirakan kapan berakhirnya gempa susulan
dihitung sejak gempa utama terjadi, dan untuk mendapatkann waktu berakhirnya
gempa susulan yang sesuai dengan kenyataan, khususnya pada gempa bumi Biak
16 Juni 2010.
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah :
5
1) Dapat mengetahui metode mana yang paling baik ( mendekati kenyataan ) yang
dapat digunakan bagi pengguna atau petugas survey lapangan dalam
memperkirakan kapan berakhirnya gempa susulan dihitung sejak gempa utama
terjadi.
2) Dapat menginformasikan perkiraan kapan gempa bumi akan berakhir untuk
menetapkan keadaan aman pada suatu daerah yang dilanda gempa.
3) Dapat menginformasikan apakah
gempa bumi utama yang terjadi dapat
menimbulkan tsunami atau tidak menimbulkan tsunami.
1.5.
Batasan Masalah
Data yang digunakan untuk menghitung gempa susulan pada
penelitian ini adalah :
a. Gempa bumi Biak, Papua pada tanggal 16 Juni 2010, dengan parameter gempa
utama sebagai berikut:
Original time
: 10:16:28 WIB
Lokasi
: Koordinat 2.17 LS - 136.59 BT, 123 Km Tenggara
Biak-Papua
Kedalaman
: 10 Km
Magnitude
: 7.1 Skala Richter
b. Metode pendekatan statistik yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil
( least squar) yang dimasukkan dalam metode-metode perhitungan peluruhan
gempa atau aftershock yaitu:
-
Metode Omori
-
Metode Mogi I
6
1.6.
-
Metode Mogi II
-
Metode Utsu.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 bagian, dengan perincian
sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian,Batasan Masalah, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II
: LANDASAN TEORI
Bab ini terdiri dari teori gempa bumi, macam-macam gempa
bumi, teori tektonik lempeng, jalur utama gempa bumi, macammacam gempa bumi, teori-teori dasar tentang gempa bumi
susulan, dan metode-metode perhitungan aftershock yang
digunakan.
BAB III
: METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari waktu dan tempat penelitian, peralatan dan
bahan, prosedur pengambilan data, dan prosedur pengolahan data
Omori, Mogi I, Mogi II, dan Utsu.
7
BAB IV
: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri dari hasil pengolahan data, analisa aktivitas gempa
susulan, dan intrpretasi data dari metode-metode perhitungan
aftershock.
BAB V
: PENUTUP
Bab ini teridiri dari kesimpulan dan saran.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Gempa Bumi
Berdasarkan sumber dari situs www.Badan meteorologi Klimatologi dan
Geofisika.Com pada tahun 2010 di jelaskan bahwa Gempa bumi tektonik adalah
peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba
yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi
penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng
tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang
gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi dan
getaran gempa dari hiposentrum merambat dan menyebar ke segala arah. Getaran
itu berupa gelombang primer dan gelombang sekunder. Dari episentrum, juga
terjadi rambatan getaran dipermukaan bumi dalam bentuk gelombang panjang.
Dalam arti umum melalui sumber Buku Geologi Dasar di jelaskan juga
bahwa gempa bumi adalah berguncangnya permukaan bumi yang disebabkan oleh
tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api atau runtuhan
batuan. Ketika gempa terjadi, maka timbul getaran yang disebut dengan
gelombang seismik. Gelombang ini menjalar ke segala arah menjauhi pusat
gempa (Hipesenter), namun beberapa hanya bisa tercatat di seismograph, dan
beberapa ada yang sampai kepermukaan bumi dan dirasakan oleh manusia.
Getaran yang sampai kepermukaan bumi ini dapat bersifat merusak tahanan untuk
bangunan yang berada diatasnya. Kerusakan ini sangat di pengaruhi oleh besarnya
gempa bumi dan sangat tergantung dengan kekuatan sumber gempa bumi,
9
kedalaman gempa dari permukaan tanah dan mutu bangunan yang dilewati oleh
gelombang seismik ini. Jika mutu bangunannya sangat rapuh akan mudah runtuh
yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa.
2.1.1. Jalur Utama Gempa Bumi
Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi karena dilalui oleh jalur
pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu : lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia,
dan lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah utara dan
menyusup kedalam lempeng Eurasia, sementara lempeng pasifik bergerak relatif
ke arah barat. Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi
gempabumi besar dengan kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan
tsunami sehingga Indonesia juga rawan tsunami.
Terdapat tiga jalur utama gempa bumi yang merupakan batas pertemuan
dari beberapa lempeng tektonik aktif :
a. Jalur gempa bumi Sirkum Pasifik
Jalur ini dimulai dari Cardilleras de Los Andes (Chili, Equador dan
Caribia), Amerika Tengah, Mexico, California British Columbia, Alaska,
Alaution Island, Kamchatka, Jepang, Taiwan, Filipina,
Indonesia,
Polynesia dan berakhir di New Zealand.
b. Jalur gempa bumi Mediteran atau Trans Asiatic
Jalur ini dimulai dari Azores, mediteran (Maroko, Portugal, italia, Balkan,
Rumania), Turki, Kaukasus, Irak, Iran, Afganistan, Himalaya, Burma,
10
Indonesia (Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Laut Banda) dan akhirnya
bertemu dengan jalur sirkum Pasifik di daerah Maluku.
c. Jalur gampa bumi Mid-Atlantic
Jalur ini mengikuti Mid-Atlantik Ridge yaitu Spitsbergen, Iceland dan
Atlantik Selatan.
2.1.2. Kedalaman Gempa Bumi dan Kekuatan Gempa Bumi
Berdasarkan kedalaman sumber gempa dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian yaitu :
a. Gempa bumi dangkal, biasanya gempa bumi yang terjadi pada kedalaman
dibawah 60 km dan biasanya yang disebut dengan normal untuk gempagempa yang mempunyai kedalaman 33 km.
b. Gempa bumi menengah, untuk gempa-gempa yang mempunyai kedalaman
60 sampai dengan 300 km di bawah permukaan bumi.
c. Gempa bumi dalam, untuk gempa-gempa yang mempunyai kedalaman
lebih dari 300 km. Gempa yang terdalam yang pernah dicatat mempunyai
kedalaman 700 km. Rata-rata gempa bumi terletak pada kedalaman 25-33
km, dan berangsur ke bawah tidak lebih dari 700 km. Semakin dangkal
pusat terjadinya gempa bumi maka kekuatannya semakin besar. Maka
gempa bumi dangkal akan lebih banyak menyebabkan kerusakan bila
dibanding gempa bumi dalam.
11
Jenis gempa bumi berdasarkan kekuatan gempa (magnitudo), terdiri
atas :
a.
Gempa sangat besar (Great Earthquake), yaitu gempa bumi dengan
magnitudo M>8 SR.
b.
Gempa besar (Major Earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo
M antara 7 sampai 8 SR.
c.
Gempa kecil (Small Earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo
M 3 sampai 5 SR.
d.
Gempa Mikro (Micro Earthquake), yaitu gempa dengan magnitudo M
antara 1 sampai 3 SR.
2.2. Tatanan Tektonik di Daerah Biak-Papua
Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama
dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo Australia dan Lempeng Pasifik. Selain itu
terdapat pula Lempeng mikro Filipina, yang bergerak kearah selatan di sebelah
utara Sulawesi. Oleh karena itu tidak mengherankan bila wilayah kepulauan
Indonesia menjadi wilayah yang rawan gempabumi tektonik.
Konfigurasi Tektonik Pulau Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara
Lempeng Australia, yang berkembang akibat adanya pertemuan antara Lempeng
Australia yang bergerak ke utara dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat.
Dua lempeng utama ini mempunyai sejarah evolusi yang diidentifikasi yang
berkaitan erat dengan perkembangan dari proses magmatik dan pembentukan
busur gunung api yang berasosiasi dengan mineralisasi emas phorpir dan emas
epithermal. Bagian Selatan Pulau Papua merupakan tepi Utara dari benua super
kuno, Gondwanaland, yang juga termasuk di dalamnya adalah Antartika,
Australia, India, Amerika Selatan, Selandia Baru dan Kaledonia Baru. Awal
12
terpisahkan benua ini dari posisi Selatannya terjadi pada masa Kretasius Tengah
(kurang lebih 100 juta tahun lalu). Lempeng Benua India-Australia (atau biasa
disebut Lempeng Australia) bergerak ke arah Utara keluar dari posisi kutubnya
dan bertubrukkan dengan Lempeng Samudra Pasifik yang bergerak ke arah Barat.
Pulau Papua merupakan produk pertumbuhan benua yang dihasilkan dari
tubrukan kedua lempeng tersebut, di mana lempeng Pasifik mengalami subduksi
atau tertindih di bawah lempeng Australia. Pada saat dimulainya gerakan ke Utara
dan rotasi dari benua super ini, seluruh Papua dan Australia bagian Utara berada
di bawah permukaan laut. Bagian daratan paling Utara pada Lempeng IndiaAustralia antara 90-100 juta tahun lalu berada pada 480 Lintang Selatan yang
merupakan titik pertemuan Lempeng India-Australia dan Pasifik. Ketika Lempeng
India-Australia dan Lempeng Pasifik bertemu di sekitar 40 juta tahun lalu, Pulau
Papua mulai muncul di permukaan laut pada sekitar 350 Lintang Selatan. Proses
ini berlanjut selama masa Pleistosen hingga Pulau Papua terbentuk seperti di saat
ini.
Dari evolusi tektonik menunjukkan, bahwa geologi Papua sangat kompleks
karena melibatkan interaksi antara dua lempeng tektonik, yaitu Lempeng
Australia dan Lempeng Pasifik. Menurut Sapiie (2000), pada umumnya geologi
Papua dapat dibagi ke dalam tiga provinsi geologi besar, yaitu Provinsi
Kontinental,
Oseanik,
dan
Transisi.
Setiap
provinsi
geologi
memiliki
karakteristiknya sendiri dalam sejarah stratigrafik, magmatik dan tektonik.
Provinsi Kontinental terdiri atas sedimen yang terpisah dari kraton Australia.
Provinsi Oseanik terdiri atas batuan ofiolit (ophiolite rock) dan kompleks
volkanik busurkepulauan (island-arc volcanics complex) sebagai bagian dari
lempeng Pasifik. Provinsi Transisi adalah suatu zona yang terdiri atas deformasi
tinggi dan batuan metamorfik regional sebagai produk dari interaksi antara kedua
lempeng. Menurut Dow et al. (2005), ciri dominan dari perkembangan geologi
Papua merupakan dikotomi antara sejarah tektonik dari batuan mantap kraton
Australia dan Lempeng Pasifik di satu sisi, dan periode tektonik intens dari zona
deformasi di sisi lainnya (New Guinea Mobile Belt). Dari paparan di sepanjang
13
tepi Utara dan dari eksplorasi permukaan bawah (sub-surface) di sebelah Selatan,
serta pencatatan lengkap sejarah geologi hingga saat ini menunjukkan, bahwa
batuan dari kraton Australia pada sebagian besar wilayah ini dicirikan oleh
sedimentasi palung (shelf sedimentation). Hanya sebagian kecil yang dipengaruhi
oleh proses tektonik dari zaman Paleozoik Awal hingga Tersier Akhir. Batuan
Lempeng Pasifik yang terpaparkan di Papua berumur lebih muda. Terlepas dari
batuan mantel sesar naik yang kemungkinan berumur Mesozoik dan beberapa
kerak Samudera Jurasik, Lempeng Pasifik ini terdiri atas volkanik busur
kepulauan dan subordinat kerak samudera berumur Palaeogen. Batuan lempeng
Pasifik pada umumnya letak datar terpatah hanya oleh beberapa patahan. Setting
Tektonik Papua. MTFB = Mamberamo Thrust & Fold Belt; WO = Weyland
Overthrust; WT =Waipona Trough; TAFZ = Tarera-Aiduna Fault Zone; RFZ =
Ransiki Fault Zone; LFB = Lengguru Fault Belt; SFZ = Sorong Fault Zone; YFZ
= Yapen Fault Zone; MO = Misool-Onin High. Tanda panah menunjukkan
gerakan relatif antara Lempeng Pasifik dan Australia. Zona deformasi yang
berada di sebelah Timur adalah bagian dari New Guinea Mobile Belt (Sabuk
Mobil New Guinea) dan merupakan campuran dari batuan kraton Australia dan
Lempeng Pasifik. Walaupun pencatatannya terpisah-pisah, terdapat bukti bahwa
batuannya berasal dari tektonik utama pada episode Paleozoik Pertengahan dan
Oligosen maupun episode beku dalam Paleozoik Pertengahan, Triasik, Kretasius,
dan Miosen Pertengahan. Akan tetapi, sebaran paling luas dari aktivitas tektonik
dan volkanik dimulai pada Miosen Akhir dan berlanjut hingga sekarang; ini
disebut Melanesian Orogeny (Dow and Sukamto, 1984).
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang
satu dengan yang lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen,
konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun
jarang, yaitu pertemuan simpang tiga ( triple junction ) dimana tiga lempeng kerak
bertemu. Secara umum batas-batas lempeng terdiri dari tiga jenis :
1.
Zona Konvergen
14
Zona ini ditandai dengan adanya dua lempeng yang berbatasan bergerak
dengan arah saling mendekati.
Zona konvergen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Zona Tumbukan
Pada zona ini kedua lempeng bergerak saling mendekati
sehingga pada batas-batas kedua lempeng cenderung melipat ke
atas dan membentuk pegunungan lipatan.
b. Zona Subduksi
Pada zona ini subduksi ke dua lempeng yang bertumbukan
( lempeng benua dan lempeng samudera ). Lempeng yang lebih
berat ( lempeng samudera ) akan menunjam di bawah lempeng
yang lebih ringan ( lempeng benua ). Hasil aktifitas tektonik
semacam ini berupa rangkaian gunung api.
2.
Zona Divergen
Zona ini ditandai dengan adanya dua lempeng yang berbatasan bergerak
dengan arah saling menjauhi sehingga membentuk pegunungan (ridge)
yang terdapat di tengah samudera. Zona ini ditandai dengan pembentukan
materi-materi lempeng.
3.
Zona Singgungan
15
Zona ini ditandai dengan dua lempeng yang saling bergerak relatif sejajar
satu dengan yang lain sehingga terjadi gesekan ini akan timbul gempagempa dangkal yang dapat membawa bencana.
Gambar 2.3. Jenis-jenis pergerakan lempeng
2.3.
Mekanisme Terjadinya Gempa Bumi
Tumbukan antar lempeng bumi merupakan salah satu penyebab terjadinya
gempa bumi, dimana Lempeng samudera yang rapat massanya lebih besar ketika
bertumbukan dengan lempeng benua di zona tumbukan (subduksi) akan
menyusup ke bawah. Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat
gesekan dari selubung bumi. Perlambatan gerak itu menyebabkan penumpukan
energi di zona subduksi dan zona patahan. Akibatnya di zona-zona itu terjadi
tekanan, tarikan, dan geseran. Pada saat batas elastisitas lempeng terlampaui,
16
maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba.
Proses ini menimbulkan getaran partikel ke segala arah yang disebut gelombang
gempa bumi atau gelombang seismik. Gelombang inilah yang kemudian diketahui
sebagai penyebab timbulnya gempa bumi, seperti yang terlihat pada Gambar 2.4.
berikut ini.
Gambar 2.4. Proses Terjadinya Gempa Tektonik
Energi yang ditimbulkan oleh gelombang seismik ini terpancar ke segala
arah dari sumbernya dalam bentuk gelombang, yang merambat seperti pada
rambatan gelombang bunyi di udara ketika sebuah bel/lonceng dipukul.
Pusat gempa bumi biasanya dibawah permukaan, sedang pusat gempa
yang terdeteksi dipermukaan disebut Epicenter, yang dapat ditentukan dengan
menggunakan alat seismogram dan grafik travel-time, dari kedua kurva diperoleh
jarak pusat gempa di permukaan, atau jarak epicenter dari seismograph.
17
2.4.
Gempa Bumi Susulan
Gempa bumi susulan ( aftershock ) merupakan suatu masalah yang hampir
selalu muncul jika terjadi bencana gempa bumi tektonik. Gempa bumi tidak dapat
diramalkan dan ditetapkan dalam pengertian waktu, lokasi, dan energi yang
dikeluarkannya. Pada umumnya, gempa bumi signifikan (besar) akan diikuti
gempa bumi susulan yang kekuatan gempanya lebih kecil dari kekuatan gempa
bumi utama, selama selang waktu tertentu.
Maka, gempa bumi susulan adalah serentetan gempa bumi yang terjadi
setelah gempa bumi besar yang pada umumnya menimbulkan bencana. Gempa
bumi besar ( Magnitudo > 5,5 Skala Richter ) yang tidak menimbulkan bencana
dan diikuti oleh gempa susulan juga sering terjadi, peristiwa demikian kurang
menarik perhatian karena tidak ada dampak langsung yang dirasakan manusia.
Daerah terjadinya gempa susulan ialah disekitar lokasi terjadi sumber
gempa bumi utama. Lokasi penyebaran gempa bumi susulan berkaitan langsung
dengan luas bidang sesar gempa utama ( Abe 1979, Kanamori, 1977 ). Rentetan
gempa bumi susulan tersebut dapat dianggap sebagai mekanisme untuk mencapai
keadaan setimbang di tempat dimana gempa bumi utama setelah terjadinya
pelepasan energi yang sangat besar dalam waktu singkat. Setelah mengalami
gempa kuat, tanah hampir berada dalam keadaan terus bergerak mulai dari gempa
susulan hingga berapa jam kemudian. Hal yang sering terjadi didaerah gempa
bumi adalah kepanikan yang terjadi yang disebabkan adanya isu gempa susulan
yang berkepanjangan dengan kekuatan yang lebih besar. Dampak dari gempa
susulan tersebut sangat berbahaya karena biasanya datang tidak terduga, bisa dari
18
besaran yang besar dan bisa meruntuhkan bangunan yang rusak akibat gempa
utama.
Untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlu diberikan informasi yang
baik untuk gempa bumi susulan dengan melalui perhitungan dengan
menggunakan beberapa metode, kemudian kita pilih metode mana yang terbaik
yang kita gunakan untuk mendapatkan pengukuran dengan kenyataan dilapangan.
2.4.1. Pola Aktivitas Gempa Bumi Susulan
ini beberapa kriteria dari gempa bumi susulan manurut Mogi ( 1967 )
mempunyai type-type berdasarkan urutan waktu terjadinya gempa yang terjadinya
gempa yang dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Main Shock – Aftershock
Yakni gempa bumi utama yang diikuti aktivitas gempa
bumi susulan yang menurun terhadap waktu. Gejala ini terjadi pada
daerah pusat gempa dengan struktur batuan yang homogen dan
tegangan mekanisme yang tersebar merata.
b. Foresock – Mainshock Aftershock
Yaitu gempa bumi utama (Mainshock) yang diawali
aktivitas gempa bumi pendahuluan (Foresock) dan diikuti oleh
gempa susulan. Jumlah gempa bumi pendahuluan tersebut
meningkat menjelang terjadinya gempa bumi utama, sedangkan
aktivitas gempa bumi susulan menurun terhadap waktu. Gejala ini
19
terjadi pada daerah pusat gempa dengan struktur batuan yang tidak
homogen dan distribusi tegangan mekanis yang tidak merata.
c. Earthquake swarm
Yakni aktivitas gempa bumi dengan kekuatan kecil yang
berkepanjangan tanpa gempa bumi utama. Gejala ini terjadi pada
daerah pusat gempa bumi dengan struktur batuan yang sangat tidak
homogen dibawah pengaruh tegangan mekanis yang sangat tidak
merata. Jumlah gempa bumi susulan dapat mencapai ratusan kali
dalam sehari, jumlah ini akan menurun terhadap waktu secara
cepat atau perlahan tergantung pada struktur batuan dan distribusi
tegangan mekanis di sekitar sumber gempa bumi.
2.4.2. Mekanisme Gempa Bumi Susulan
Pada dasarnya bahwa deretan gempa bumi susulan merupakan gempa
bumi yang mempunyai frekuensi banyak. Gempa bumi susulan yang dapat
dirasakan dapat dinyatakan secara umum patahan lokal dari pada lapisan
permukaan bumi. Bila dimulai dengan patahan besar pada kedalaman tertentu
dipermukaan bumi, bagian yang terbanyak mengumpulkan tegangan energi pada
saat pelepasan energi tersebut akan menjadi gempa bumi utama.
Banyak sekali tegangan sisa yang tertinggal di dalam dan di sekitar daerah
patahan tersebut. Dan juga tegangan konsentrasi yang tinggi disekitarnya maka
akan membentuk retakan-retakan dan patahan-patahan. Meskipun tegangan rata-
20
rata didaerah ini menurun dengan kejadian gempa bumi utama, dan tegangan
konsentrasi setempat pada suatu titik tidak tetap, karena bertambah secara tibatiba setelah terjadinya gempa bumi utama. Jadi terdapat patahan-patahan lokal
yang diakibatkan oleh terjadinya gempa bumi utama.
Menurut Beniof (1951) tegangan elastis yang keluar merupakan bagian
yang terpenting dalam pemakaian tegangan sisa. Meskipun mekanisme gempa
bumi susulan ini agak berbeda dengan pendapat Beniof pada beberapa ketentuan.
Dalam model Beniof model gempa bumi susulan disebabkan oleh pergerakan
patahan yang sama yang ditimbulkan oleh gempa bumi utama. Pada model lain
gempa susulan tidak selalu terjadi pada patahan yang sama dan biasanya terjadi
didalam daerah patahan yang luas yang mengelilingi gempa bumi utama. Sifatsifat mekanisme gempa susulan dapat disebutkan sebagai berikut:
1) Gempa bumi susulan terjadi pada daerah yang terangkat naik pada waktu
timbulnya gempa bumi utama (Ishomoto, 1937) daerah ini bersesuain
dengan daerah patahan karena volume daerah ini bertambah akibat suatu
proses payahan.
2) Gempa bumi susulan terjadi pada daerah yang luas dan sering terjadi pada
satu sisi patahan disekeliling gempa bumi utama (Matuzawa, 1962).
Sedangkan distribusi yang tidak serupa dari model patahan sebagai berikut
dari sifat struktur patahan yang peka.
3) Gempa bumi susulan jarang terjadi pada gempa dalam ( Matuzawa, 1954;
Mogi, 1963 ). Hal ini disebabkan kondisi batuan dalam yang berbeda
dengan di permukaan terutama tekanan dan suhu tinggi.
21
4) Dimana konstanta b dalam hubungan magnitudo dengan frekuensi dari
gempa susulan lebih besar dari pada gempa bumi lainnya. Kecuali gempa
bumi pendahuluan ( Mogi 1963; Sujehiro 1964 ). Nilai b lebih besar
menunjukkan keadaan patahan dari pada daerah-daerah gempa bumi
susulan.
5) Bagian terpenting dari fenomena gempa bumi susulan yaitu distribusi
waktu tertentu.
Jadi fenomena gempa bumi susulan tampak menjelaskan sebagai bagian
fundamental dari suatu patahan pada lapisan bumi.
2.4.3. Hubungan Frekuensi Gempa Bumi Susulan Dengan Waktu
Menurut Omori (1894), tingkat aktivitas gempa bumi susulan dalam
hubungan antara frekunsi dan waktu adalah :
Dimana:
n (t) = frekuensi gempa
t
= waktu gempa bumi susulan (hari)
k, c = konstanta
Proses tejadinya patahan pada tingkat konsentrasi tegangan energi dan
homogenitas dari patahan itu sendiri dimana kurva yang merupakan fungsi
frekuensi gempa dan waktu dari gempa bumi pada daerah yang elastis yang
disertai patahan-patahan lokal di bawah tegangan konstan yang diperkirakan
merupakan suatu eksponensial.
22
Mogi (1962) sesuai dengan percobaan di laboratorium, kurva frekuensi
gempa bumi elastis di bawah beban konstan dinyatakan dengan frekunsi
eksponensial, maka di daerah gempa susulan yang mempunyai tekanan konstan
diharapkan kurvanya juga merupakan kurva eksponensial.
Dengan mengambil rumus dari Mogi I untuk gempa bumi susulan yang
terjadi lebih dari 100 hari, hubungan antara frekuensi dan waktu adalah sebagai
berikut:
n (t) = a . t-b
Dimana:
n (t) = frekuensi gempa bumi susulan
t
= waktu gempa bumi susulan (hari)
a, b = konstanta
Mogi juga menghitung untuk gempa bumi susulan dengan interval waktu
sampai dengan < 100 hari.
Rumus Mogi 2 digunakan untuk menghitung hubungan frekuensi gempa susulan
dengan waktu untuk > 100 hari.
Rumus :
n (t) = a . e- bt
Dimana:
n (t) = frekuensi gempa bumi susulan
t
= waktu ( hari gempa susulan )
b, t = konstanta
23
Utsu juga menghitung gempa susulan untuk interval < 100 hari. Menurut Utsu
(1957) bahwa tingkat aktivitas gempa bumi susulan dengan t < 100 hari dalam
hubungan antara frekuensi terhadap waktu, adalah:
Rumus :
n (t) = a . [ t + 0.01]-b
Dimana:
n (t) = frekuensi gempa bumi susulan
t
= waktu gempa bumi susulan (hari)
a, b = konstanta
2.5.
Metode Least Square
Apabila ada dua variabel X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai
variabel X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk memprediksikan atau
menaksir Y. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan atau taksiran mengenai
terjadinya suatu kejadian.
Variabel Y yang nilainya akan diramalkan disebut variabel tidak bebas
(dependent variabel), sedangkan variabel X yang nilainya dipergunakan untuk
meramalkan nilai Y disebut variabel bebas (independent variabel) atau variabel
peramal (predicator) dan seringkali disebut variabel yang menerangkan
(explanatory).
Dalam penggunaan rumus-rumus peluruhan gempa bumi susulan ini maka bentuk
persamaan harus dipermudah dengan cara mengubah persamaan Omori, Mogi 1,
24
Mogi 2, Utsu kedalam bentuk persamaan kuadrat terkecil atau lest square dimana
akan didapatkan:
OMORI : n (t) = k / t + c
t
=
+
Y
A
B
X
MOGI 1 : n (t) = a . t –b ; t < 100 hari
Log n (t)
=
Log a
Y
b
-
A
Log t
B
X
MOGI 2 : n (t) = a . e –bt ; t > 100 hari
ln n ( t )
=
ln a
Y
-
A
b
t
B
UTSU : n (t) = a . [ t + 0.01]-b
log n ( t )
Y
=
log a
A
-
b
log t + 0.01
B
X
25
Metode persamaan kuadrat terkecil (least square) mempunyai bentuk umum
Regresi Linier :
2
i
Q=
y i - A – Bx i ) 2
Dimana : i
e
= 1,2,3........n
= error
A,B = Konstanta
Penurunan parsial positif pada A dan B, maka diperoleh nilai minimum Q, yaitu :
=-2
y i - A – Bx i ) = 0....................................1
=-2
y i - A – Bx i ) = 0....................................2
Diperoleh persamaan normal, yaitu :
nA + B
A
i
i
=
.........................1
i
+B
i
2
=
i
yi
..........................2
Persamaan 1 didapat :
A=
i
-B
n
i
A=y–Bx
26
Hasil ini distribusikan pada persamaan 2, didapat :
(y - Bx)
B=
[
i
2
i
2
+B
i
- x
i]
=
=
i yi
i yi
-y
i
B = ( ∑ x i y i - y * ∑ x ) / ( ∑ x2 - x * ∑ x )
r =
Dimana : n = banyaknya data
r = koefisien korelasi
- 1 < r< 1
a. Bila nilai r mendekati
-1, hubungan antara variabel y dan x
adalah: negatif sangat kuat.
b. Bila nilai r mendekati 1, hubungan antara variabel y dan x adalah:
positif sangat kuat.
c. Bila nilai r mendekati NOL, tidak ada hubungan antara variabel y
dan x artinya tidak ada hubungan diantara waktu (t) dan frekuensi
gempa n(t).
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Pusat Kemayoran Jakarta. Adapun waktu penelitiannya berlangsung
selama 6 bulan sejak bulan Maret sampai bulan september 2010.
3.2 Data Penelitian
Dalam penelitian ini, data yang digunakan dari Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berupa data gempa susulan, gempa bumi
Biak- Papua tanggal 16 Juni 2010,
pukul 10:16:28 WIB dengan koordinat
episenter 2.17 LS - 136.59 BT, 123 Km Tenggara Biak-Papua, berkekuatan 7.1
Skala Richter kedalaman 10 kilometer.
3.3 Cara Pengolahan Data
Dari catatan hasil survey gempa bumi Biak di Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat Kemayoran Jakarta, diperoleh data
gempa susulan selama 6 hari setelah gempa utama, sebagai berikut:
Tabel 3.1 Interval dan Frekuensi Gampa Susulan di Biak setiap 24 jam
Interval (t)
hari
Frekuensi
Gempa n
(t)
1
259
2
297
28
3
208
4
97
5
97
6
60
Dimana :
t
: interval dalam hari
n(t)
: frekuensi gempa susulan perhari, dimana Magnitude 3-10 SR
n
: lama pengambilan data atau banyaknya interval, dimana terlihat n = 6
Tabel di atas adalah hasil pengumpulan data dari pembacaan seismogram
yang merupakan banyaknya gempa susulan perhari setelah gempa utama terjadi.
Selain itu juga di ambil data interval dan frekuensi gempa susulan di Biak
setiap 12 jam, sebagai berikut:
Tabel 3.2 Interval dan Frekuensi Gempa susulan di Biak setiap I2 jam
Interval (t)
Frekuensi
hari
Gempa n (t)
1
153
2
106
3
125
4
172
5
89
6
119
7
55
8
42
9
46
10
51
11
22
12
38
29
Dimana :
t
: interval dalam 12 jam
n(t)
: frekuensi gempa susulan per-12 jam, dimana Magnitude 3-10 SR
n
: lama pengambilan data atau banyaknya interval, dimana terlihat n = 12
Tabel di atas adalah hasil pengumpulan data dari pembacaan seismogram
yang merupakan banyaknya gempa susulan per-12 jam setelah gempa utama
terjadi.
3.3.1 Cara Pengolahan dengan Metode Omori
Analisa pertama adalah pendekatan dengan model Omori menggunakan
rumus yaitu:
Rumus tersebut dalam perhitungan dan untuk memudahkan analisa harus dirubah
dengan pendekatan metode statistik regresi linier.
Dengan metode regresi linier didapatkan perubahan persamaan menjadi:
+
t
Persamaan umum dari regresi linier adalah:
Y = A + B.x
Dari data di atas di buat sebuah tabel yang merupakan fungsi dari persamaan di
atas.
30
: Y = Frekuensi gempa
: A = Konstanta
: B = Konstanta
t
: x = interval waktu
3.3.2 Cara Pengolahan dengan Metode Mogi 1
Mogi 1 menyatakan hubungan antara frekuensi gempa susulan dan waktu
dapat dirumuskan:
n (t) = a * t -b
Dalam perhitungan rumus Mogi 1 ini harus dikonversikan dulu ke metode regresi
linier yang mempunyai rumus pokok:
Y = A + B.X
Maka rumus Mogi 1 ini harus dilinierkan dulu dengan cara di log kan sehingga
akan mempunyai bentuk:
Log n(t) = Log a – b Log t
Dimana persamaan diatas didapat dengan mamisalkan:
Y = log n(t)
log a = A
31
b=B
log t = x
Dengan melihat hasil konversi rumus Mogi 1 kebentuk linier, maka dapat dibuat
table perhitungan untuk Mogi 1.
3.3.3 Cara Pengolahan dengan Metode Mogi 2
Mogi 2 menyatakan hubungan antara frekuensi gempa susulan dan waktu
dapat dirumuskan :
n(t) = a * e – bt
Dalam perhitungan rumus Mogi 2 ini harus dikonversikan dulu ke metode regresi
linier yang mempunyai rumus pokok :
Y = A + B.X
Maka rumus Mogi 2 ini harus dilinierkan dulu dengan cara di ln kan sehingga
akan mempunyai bentuk :
Ln n(t) = Ln a – b * t
Dimana persamaan di atas didapat dengan memisalkan :
Ln n(t) = y
ln a = A
b=B
t=x
dengan melihat hasil konversi rumus Mogi 2 kebentuk linier, maka dapat dibuat
tabel perhitungan untuk Mogi 2.
32
3.3.4 Cara Pengolahan dengan Metode Utsu
Analisa metode ke-4 adalah pendekatan dengan menggunakan rumus dari
Utsu, model dari Utsu ini hampir sama dengan model dari Mogi 1, hanya Utsu
memasukkan konstanta c pada t seperti terlihat dibawah ini:
Dalam perhitungan rumus Utsu ini harus dikonversikan dulu ke metode regresi
linier yang akan didapat dengan logaritma :
Log n(t) = log a – b* log (t + 0.01)
Rumus dari regresi linier:
Y = A + B.X
Dimana persamaan di atas didapat dengan mamisalkan:
Log n(t) = y
log a = A
b=B
x = log (t + 0.01)
Dengan melihat hasil konversi rumus Utsu kebentuk linier, maka dapat dibuat
tabel perhitungan untuk Utsu.
Maka, dari hasil tabel perhitungan yang dibuat dari masing-masing
metode dengan mengkonversikan perhitungan regresi linier maka akan didapat
nilai t atau waktu berakhirnya gempa susulan yang akan menentukan metode
mana yang paling baik sesuai dengan kondisi sebenarnya.
33
3.4 Tahapan Penelitian
Berdasarkan tahapan penelitian dengan menggunakan perhitungan
gempa susulan yang terjadi pada gempa bumi Biak 16 Juni 2010 maka didapat
tahapan penelitian berikut ini.
INPUT DATA
FREKUENSI WAKTU
OMORI
MOGI-1
MOGI-2
UTSU
MENCARI NILAI
KONSTANTA A DAN B
MENCARI NILAI
KOEFISIEN KORELASI
MENCARI NILAI t (waktu)
ANALISA
KESIMPULAN
Gambar 3.1. Diagram Alir Tahapan Penelitian
34
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Perhitungan Aftershock dengan Metode Omori
a) Dimana n = 6 yang merupakan lama pengambilan data.
Tabel 4.1 Perhitungan Regresi Linier Metode Omori Setiap 24 jam
No.
n(t)
Y
X
X.Y
X2
Y2
1
259
0.0038610039
1
0.0038610039
1
0.0000149074
2
297
0.0033670034
2
0.0067340068
4
0.000011337
3
208
0.00480769231
3
0.01442307693
9
0.00002311391
4
97
0.0103092784
4
0.0412371136
16
0.00010628122
5
97
0.0103092784
5
0.51546392
25
0.00010628122
6
60
0.017
6
0.102
36
0.000289
∑
1018
0.04965445641
21
0.68371912123
91
0.0005509208
Dari tabel di atas di peroleh hasil untuk masing-masing kolom adalah:
∑ y = 0.04965445641
y = 0.00827574274
∑ x = 21
x = 3.5
∑ xy = 0.68371912123
∑ x2 = 91
( ∑ y )2 = 0.0024655650414
∑ y2 = 0.0005509208
( ∑ x )2 = 441
35
Dengan demikian konstanta A dan B sudah dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
B = ( ∑ xy -y * ∑ x ) / ( ∑ x2 - x * ∑ x )
B = (0.68371912123 - 0.00827574274* 21
) / (91 - 3.5 * 21 )
B = 0.0291387728
Dengan demikian diperoleh konstanta b = 0.0291387728
ଵ
B=
௞
k = 34.318535199259
untuk perhitungan konstanta A dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
A=(y–b* x)
A = (0.00827574274 - 0.0291387728* 3.5 )
A = - 0.06842282774
Dengan demikian diperoleh konstanta A = - 0.06842282774
Konstanta c mempunyai hubungan dengan A sebagai berikut :
௖
A=
௞
36
Maka,
c=A*k
c = - 0.06842282774 * 34.318535199259
c = - 2.34817122223
Dengan demikian diperoleh konstanta C = - 2.34817122223
Koefisien korelasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
r =
( ∗ ∑ ─ ∑ ∗ ∑ )
(( ∗ ∑ ² ─ ( ∑ )² )∗( ∗ ∑ ² ─ ( ∑ )²))
Jika harga setiap satuan dimasukkan, maka akan diperoleh persamaan sebagai
berikut :
r =
( ∗ .
─ ∗ . )
( ∗─ ∗ ∗ . ─ . )
ଷ.଴ହଽହ଻ଵଵସଶ଻଻
r=
଴.ହ଼ଵ଴଼଼ସ଼ଵଵ଻଼
r = 5.2652414251398
Rumus Omori :
݊ሺ‫ݐ‬ሻ =
݇
‫ݐ‬+ܿ
37
Jika harga masing-masing dimasukkan akan didapat:
݊ሺ‫ݐ‬ሻ =
34.318535199259
‫ ݐ‬+ (−2.34817122223)
Untuk n(t) = 1
1=
ଷସ.ଷଵ଼ହଷହଵଽଽଶହଽ
௧ିଶ.ଷସ଼ଵ଻ଵଶଶଶଶଷ
‫ ݐ‬− 2.34817122223 = 34.318535199259
t
= 34.318535199259 + 2.34817122223
t
= 36.666706421489
Dengan didapatnya harga t = 36.666706421489 maka dengan menggunakan
metode Omori akan diperoleh bahwa gempa susulan akan berakhir pada hari ke
37.
b) Dimana n = 12 yang merupakan lama pengambilan data.
Tabel 4.2 Perhitungan Regresi Linier Metode Omori Setiap 12 jam
No.
n(t)
Y
X
X.Y
X2
Y2
1
153
0.006535948
1
0.006535948
1
0.00004271862
2
106
0.0094339623
2
0.0188679246
4
0.000088999645
3
125
0.008
3
0.024
9
0.000064
4
172
0.00581395349
4
0.02325581396
16
0.00003380206
5
89
0.01123595506
5
0.0561797753
25
0.00012624669
6
119
0.008403361345
6
0.05042016807
36
0.000070616482
38
7
55
0.018181818182
7
0.12727272727
4
49
0.000330578512
4
8
42
0.023809523819
5
8
0.19047619048
64
0.0005699
9
46
0.021739130435
9
0.1956517392
81
0.0004725898
10
51
0.01960784314
10
0.1960784314
100
0.000384467513
11
22
0.045454545455
11
0.50000000001
121
0.002066115703
12
38
0.02631579474
12
144
0.000692520776
∑
1018
0.204531830691
78
650
0.00493963395
0.31578947368
8
1.70452862670
1
Dari tabel diatas diperoleh hasil untuk masing-masing kolom adalah:
∑ y = 0.204531830691
y = 0.0170443192243
∑ x = 78
x = 6.5
∑ xy = 1.704528626701
∑ x2 = 650
∑ y2 = 0.00493963395
( ∑ y )2 = 0.041833269766
( ∑ x )2 = 6084
Dengan konstanta A dan B diperoleh:
Konstanta B = 0.0026228792122, dan konstanta A = - 0.00000439565,
dengan k = 381.26040868748
Maka konstanta c = - 0.0016758873154
Koefisien korelasi yang didapat adalah r = 24.82220578
39
Rumus Omori:
݊ሺ‫ݐ‬ሻ =
݇
‫ݐ‬+ܿ
Jika harga masing-masing dimasukkan akan didapat:
݊ሺ‫ݐ‬ሻ =
381.26040868748
‫ ݐ‬+ (−0.0016758873154)
Untuk n(t) = 1
1=
381.26040868748
‫ ݐ‬− 0.0016758873154
‫ ݐ‬− 0.0016758873154 = 381.26040868748
t
= 381.26040868748 + 0.0016758873154
t
= 381.2620845748 jam
t
= 190 hari
Dengan didapatnya harga t = 190 maka dengan menggunakan metode Omori akan
diperoleh bahwa gempa susulan akan berakhir pada hari ke 190 setelah gempa
utama terjadi.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan
metode Omori diatas maka di dapat nila koefisien korelasi r = 5.2652414251398,
diperkirakan gempa bumi susulan berakhir pada hari ke 37 untuk setiap 24 jam
dan untuk setiap 12 jam di dapat nilai koefisien korelasi r = 24.82220578
40
diperkirakan gempa susulan berakhir pada hari ke 190 setelah gempa utama
terjadi. Dari hasil tersebut maka dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi
metode Omori kurang mendekati 1 atau -1, hal inilah yang menyebabkan metode
ini kurang menunjukan kesesuaian perhitungan. Jadi, metode Omori ini tidak
cocok untuk memperkirakan atau memprediksikan berakhirnya gempa bumi
susulan di daerah Biak dan sekitarnya.
4.2 Hasil Perhitungan Aftershock dengan Metode Mogi 1
a) Dimana n = 6 yang merupakan lama pengambilan data
Tabel 4.3 Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi 1 Setiap 24 Jam
No.
n(t)
log n(t) = y
log t = x
X.Y
X2
Y2
1
259
2.4132997641
0
0
0
5.82401575141
2
297
2.47275644932
0.301029996
0.74437386405
0.0906190585
6.114524457654
3
208
2.318063334963
0.477121255
1.105997208
0.227644691973
5.373417624899
4
97
1.98677173427
0.602059991
1.1961557725
0.3624762328
3.9472619241
5
97
1.98677173427
0.698970004
1.38869385
0.4885590665
3.9472619241
6
60
1.7781512503836
0.77815125
1.38367061818
0.605519367877
3.161821869241
∑
1018
12.95581426731
2.857332469
5.818891393
1.77481841765
28.36830355141
Dari tabel diatas diperoleh hasil untuk masing-masing kolom adalah:
∑ y = 12.95581426731
y = 2.1593023779
∑ x = 2.857332469
x = 0.4762220827
∑ xy = 5.818891393
41
∑ x2 = 1.77481841765
∑ y2 = 28.36830355141
( ∑ y )2 = 167.85312333
( ∑ x )2 = 8.1643489927
Jika harga satuan dimasukkan maka akan diperoleh nilai konstanta b:
B = ( ∑ xy - y * ∑ x ) / ( ∑ x2 - x * ∑ x )
B = (5.818891393- 2.1593023779* 2.857332469 ) / (1.77481841765 0.4762220827*2.857332469 )
B = - 0.847522088
Dengan demikian diperoleh harga b = - 0.847522088
Harga a bisa dicari dengan memasukkan harga ke:
A=(y–b*x)
A = (2.1593023779 – (- 0.847522088* 0.4762220827)
A = 2.562911112
Dengan demikian diperoleh harga A = 2.562911112 dari pemisalan didapat :
Log a = A
Maka
a = 10 2.562911112
a = 365.5199722
42
Korelasi r dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
( ∗ ∑ ─ ∑ ∗ ∑ )
r =
(( ∗ ∑ ² ─ ( ∑ )² )∗( ∗ ∑ ² ─ ( ∑ )²))
Jika harga di atas dimasukkan, maka akan diperokleh nilai:
r=
.
.
r = - 0.870209735
Dari hasil perhitungan di atas, didapat harga r = - 0.870209735
Dari rumus Mogi 1 dibawah iini :
n (t) = a * t –b
Jika harga a dan b dimasukkan diperoleh :
n (t) = 365.5199722 * t –b
Untuk n(t) = 1
1 = 365.5199722 * t –0.847522088
Log (1) = log 365.5199722 + (- 0.847522088 log t)
0 = log 365.5199722 - 0.847522088 log t
0.847522088 log t = log 365.5199722
43
0.847522088 log t = 2.562911112
log t = 2.562911112 / 0.847522088
log t = 3.024005095
t = 1056.83
Dengan didapatnya harga t = 1056.83 maka dengan menggunakan metode Mogi
1 akan diperoleh bahwa gempa susulan akan berakhir pada hari ke 1057 setelah
gempa utama terjadi.
b) Dimana n = 12 yang merupakan lama pengambilan data
Tabel 4.4 Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi 1 Setiap 12 Jam
No.
n(t)
log n(t) = y
log t = x
X.Y
X2
Y2
1
153
2.1846914308
0
0
0
4.77287665
2
106
2.0253058653
0.301029996
0.6096778165
0.09061906
4.10186385
3
125
2.0969100130
0.477121255
1.00048034
0.2276447
4.397031603
4
172
2.235528447
0.602059991
1.34592224
0.362476233
4.99758744
5
89
1.949390007
0.698970004
1.362565141
0.48855907
3.8001214
6
119
2.0755469614
0.77815125
1.6150894625
0.605519368
4.30789519
7
55
1.7403626895
0.84509804
1.4707770978
0.714191
3.0288623
8
42
1.6232492904
0.903089987
1.4659401806
0.815572
2.63493826
9
46
1.6627578317
0.654242509
1.5866742052
0.910579
2.764763607
10
51
1.7075701761
1
1.7075701761
1
2.9157959063
11
22
1.342422681
1.041392685
1.39798916017
1.084499
1.8020986545
12
38
1.579783597
1.079181246
1.70487283062
1.164632
2.4957162134
∑
1018
22.2235189842
8.680336963
15.267558651
7.464291431
42.019551074
44
Dari tabel diatas diperoleh hasil untuk masing-masing kolom adalah:
∑ y = 22.22351898423
y = 1.8519599154
∑ x = 8.680336963
x = 0.7233614136
∑ xy = 15.2675586505
∑ x2 = 7.464291431
∑ y2 = 42.01955107421
( ∑ y )2 = 493.88479604243
( ∑ x )2 = 75.348249791224
Dengan demikian diperoleh harga b = - 0.6817662118415
Diperoleh harga A = 2.3451232861424 dari pemisalan didapat:
Log a = A
a = 10 2.3451232861424
a = 221.3723044
Koefisien korelasi r yang didapat adalah r = - 0.7992235151
Rumus Mogi 1 dibawah iini :
n (t) = a * t –b
Jika harga a dan b dimasukkan diperoleh :
n (t) = 221.3723044* t –b
45
Untuk n(t) = 1
1 = 221.3723044* t – 0.6817622118415
Log (1) = log 221.3723044 + ( - 0.6817662118415 log t)
0 = log 221.3723044 - 0.6817662118415 log t
0.6817662118415 log t = log 221.3723044
0.6817662118415 log t = 2.3451232861424
log t = 2.3451232861424 / 0.6817662118415
log t = 3.439776342
t = 2752.8107 jam
t = 1376 hari
Dengan didapatnya harga
t = 1376 hari maka dengan menggunakan metode
Mogi 1 akan diperoleh bahwa gempa susulan akan berakhir pada hari ke 2753
setelah gempa utama terjadi.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan
metode Mogi 1 maka di dapat nila koefisien korelasi r
= - 0.870209735,
diperkirakan gempa bumi susulan berakhir pada hari ke 1056 untuk setiap 24 jam
dan untuk setiap 12 jam di dapat nilai koefisien korelasi r = - 0.7992235151
diperkirakan gempa susulan berakhir pada hari ke 1376 setelah gempa utama
terjadi. Dari hasil tersebut maka dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi
46
metode Mogi 1 belum mendekati 1 atau -1, maka hal inilah yang menyebabkan
metode ini belum menunjukan kesesuaian perhitungan. Jadi, metode Mogi 1 ini
tidak cocok untuk memperkirakan atau memprediksikan berakhirnya gempa bumi
susulan di daerah Biak dan sekitarnya.
4.3 Hasil Perhitungan Aftershock dengan Metode Mogi 2
a) Dimana n = 6 yang merupakan lama pengambilan data
Tabel 4.5 Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi 2 Setiap 24 Jam
No.
n(t)
ln n(t) = y
t=x
X.Y
X2
Y2
1
259
5.556828062
1
5.556828062
1
30.87834
2
297
5.693732139
2
11.387464278
4
32.418586
3
208
5.33753808
3
16.01261424
9
28.489313
4
97
4.57471098
4
18.29884392
16
20.9279806
5
97
4.57471098
5
22.8735549
25
20.9279806
6
60
4.0943446
6
24.5660676
36
16.763658
∑
1018
29.831864841
21
98.695373
91
150.4058582
Dari tabel diatas diperoleh hasil untuk masing-masing kolom adalah:
∑ y = 29.831864841
y = 4.9719775
∑ x = 21
x = 3.5
∑ xy = 98.695373
∑ x2 = 91
( ∑ y )2 = 889.940159892
∑ y2 = 150.4058582
( ∑ x )2 = 441
47
Jika harga satuan dimasukkan maka akan diperoleh nilai konstanta b
B = ( ∑ xy - y * ∑ x ) / ( ∑ x2 - x * ∑ x )
B = (98.695373- 4.9719775* 21) / (91- 3.5* 21)
B = - 0.3266374
Dengan demikian diperoleh harga b = - 0.3266374
Harga a bisa dicari dengan memasukkan harga ke:
A=(y–b*x)
A = (4.9719775– (- 0.3266374)* 3.5)
A = 6.1152084
Dengan demikian diperoleh harga A = 6.1152084 dari pemisalan didapat :
Ln a = A
Maka konstanta Mogi 2 dapat dicari dengan rumus :
Ln a = 6.1152084
a = 452.6903782
Korelasi r dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
48
r =
( ∗ ∑ ─ ∑ ∗ ∑ )
(( ∗ ∑ ² ─ ( ∑ )² )∗( ∗ ∑ ² ─ ( ∑ )²))
Jika harga-harga di atas dimasukkan, maka akan diperoleh nilai:
r = - 0.94687
Dari hasil perhitungan di atas, didapat harga r = - 0.94587
Rumus Mogi 2 dibawah ini :
n(t) = a * e – bt
Jika harga a dan b dimasukkan diperoleh :
n (t) = 452.6903782 * e -0.3266374 t
Untuk n(t) = 1 maka,
1= 452.6903782 * e -0.3266374 t
0.3266374 t = ln 452.6903782
t = 6.1152084 / 0.3266374
t = 18.72170303
Dengan didapatnya harga t = 18.72170303 maka dengan menggunakan metode
Mogi 2 akan diperoleh bahwa gempa susulan akan berakhir pada hari ke 19
setelah gempa utama terjadi.
49
b) Dimana n = 12 yang merupakan lama pengambilan data
Tabel 4.6 Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi 2 Setiap 12 Jam
No.
n(t)
ln n(t) = y
t=x
X.Y
X2
Y2
1
153
5.030438
1
5.030438
1
25.3053065
2
106
4.6634391
2
9.3268782
4
21.74766424
3
125
4.828314
3
14.484942
9
23.312616083
4
172
5.1474945
4
20.589978
16
26.49669963
5
89
4.4886364
5
22.443182
25
20.147857
6
119
4.7791235
6
28.674741
36
22.84002143
7
55
4.0073332
7
28.0513324
49
16.058719376
8
42
3.73766962
8
29.90135696
64
13.97017419
9
46
3.8286414
9
34.4577726
81
14.6584949698
10
51
3.931825633
10
39.31825633
100
15.45925281
11
22
3.0910425
11
34.0014675
121
9.55454374
12
38
3.63758616
12
43.65103392
144
13.2320331
∑
1018
51.17179896
78
309.9913789
650
237.4333831
Dari tabel diatas diperoleh hasil untuk masing-masing kolom adalah:
∑ y = 51.17179896
y = 4.264295334
∑ x = 78
x = 6.5
∑ xy = 309.9913789
∑ x2 = 650
( ∑ y )2 = 2618.553009
∑ y2 = 237.4333831
( ∑ x )2 = 6084
50
Dengan demikian koefisien korelasi r yang didapat adalah r = - 0.887056. Maka
didapat harga t = 16 maka dengan menggunakan metode Mogi 2 akan diperoleh
bahwa gempa susulan akan berakhir pada hari ke 33 setelah gempa utama terjadi.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan
metode Mogi 2 maka di dapat nila koefisien korelasi r = - 0.94687, diperkirakan
gempa bumi susulan berakhir pada hari ke 19 untuk setiap 24 jam dan untuk
setiap 12 jam di dapat nilai koefisien korelasi r = - 0.887056 diperkirakan gempa
susulan berakhir pada hari ke 16 hari setelah gempa utama terjadi. Dari hasil
tersebut maka dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi metode Mogi 2 hampir
mendekati 1 atau -1, hal inilah yang menyebabkan metode ini menunjukan
kesesuaian perhitungan. Jadi, metode Mogi 2 ini cocok untuk memperkirakan
atau memprediksikan berakhirnya gempa bumi susulan di daerah Biak dan hasil
berakhirnya gempa susulan hampir mendekati nillai pada hasilo survey lapangan.
4.4 Hasil Perhitungan Aftershock dengan Metode Utsu
a) Dimana n = 6 yang merupakan lama pengambilan data
Tabel 4.7 Perhitungan Regresi Linier Metode Utsu Setiap 24 Jam
No.
n(t)
log n(t) = y
Log(t +0.01) = x
X.Y
X2
Y2
1
259
2.4132997641
0.004321374
0.0104287709
0.0000186743
5.824015751
2
297
2.4727564493
0.303196057
0.7497300053
0.09192784898
6.114524456
3
208
2.31806333496
0.478566496
1.109347447
0.2290258911
5.37341762
4
97
1.98677173427
0.603144373
1.198310192
0.3637831347
3.947261923
5
97
1.98677173427
0.699837726
1.390417812
0.4897728427
3.947261923
6
60
1.77815125038
0.778874472
1.384956616
0.6066454431
3.161821868
51
∑
1018
12.955814267
2.867940498
5.843190843
28.36830354
1.781173835
Dari tabel diatas diperoleh hasil untuk masing-masing kolom adalah:
∑ y = 12.95581426731
y = 2.159302378
∑ x = 2.867940498
x = 0.477990083
∑ xy = 5.843190843
∑ x2 = 1.781173835
( ∑ y )2 = 167.8531234
∑ y2 = 28.36830354
( ∑ x )2 = 8.2250827
Jika harga satuan dimasukkan maka akan diperoleh nilai konstanta b :
B = ( ∑ xy - y * ∑ x ) / ( ∑ x2 - x * ∑ x )
B = (5.843190843- 2.159302378* 2.867940498) / (1.781173835- 0.477990083*
2.867940498)
B = - 0.851910694
Dengan demikian diperoleh harga b = - 0.851910694
Harga a bisa dicari dengan memasukkan harga ke:
A=(y–b*x)
A = (2.159302378 – (- 0.851910694* 0.477990083)
A = 2.566507241
52
Dengan demikian diperoleh harga A = 2.566507241 dari pemisalan didapat :
Log a = A
Log a = 2.566507241
a = 368.5591868
Korelasi r dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
r =
( ∗ ∑ ─ ∑ ∗ ∑ )
(( ∗ ∑ ² ─ ( ∑ )² )∗( ∗ ∑ ² ─ ( ∑ )²))
Jika harga-harga di atas dimasukkan, maka akan diperoleh nilai:
r = - 0.8707237195
Dengan demikian koefisien korelasi yang didapat adalah r = - 0.8707237195
Rumus Utsu dibawah ini:
௔
݊ሺ‫ݐ‬ሻ = ሺ௧ା௖ሻ್
Jika harga a dan b dimasukkan diperoleh:
.
݊ሺ‫ݐ‬ሻ = .బ.ఴఱభవభబలవర
Untuk n(t) = 1 maka,
53
ଷ଺଼.ହହଽଵ଼଺଼
1 = ሺ௧ା଴.଴ଵሻబ.ఴఱభవభబలవర
(t + 0.01) 0.0851910694 = 368.5591868
0.851910694 log (t + 0.01) = log 368.5591868
0.851910694 log (t + 0.01) = 2.566507241
log (t + 0.01) = 3.012648226
(t + 0.01) = 1029.551856
t = 1029.561856
Maka didapat harga t = 1029.561856 maka dengan menggunakan metode Utsu
akan diperoleh bahwa gempa susulan akan berakhir pada hari ke 1030 setelah
gempa utama terjadi.
b) Dimana n = 12 yang merupakan lama pengambilan data
Tabel 4.8 Perhitungan Regresi Linier Metode Utsu Setiap 12 Jam
No.
n(t)
log n(t) = y
Log(t +0.01)
=x
X.Y
X2
Y2
1
153
2.1846914308
0.004321374
0.00944086875
0.0000186743
4.77287665
2
106
2.0253058653
0.303196057
0.6140647525
0.09192784898
4.10186385
3
125
2.0969100130
0.478566496
1.003510877
0.2290258911
4.397031603
4
172
2.235528447
0.603144373
1.348346403
0.3637831347
4.99758744
5
89
1.949390007
0.699837726
1.36425667
0.4897728427
3.8001214
6
119
2.0755469614
0.778874472
1.616590543
0.6066454431
4.30789519
7
55
1.7403626895
0.845718018
1.471856084
0.715238966
3.0288623
54
8
42
1.6232492904
0.903632516
1.46682084
0.816551724
2.63493826
9
46
1.6627578317
0.954724791
1.587476124
0.911499427
2.764763607
10
51
1.7075701761
1.000434077
1.708311393
1.000868343
2.91579590631
11
22
1.342422681
1.041787319
1.398518926
1.085320818
1.8020986545
12
38
1.579783597
1.079543007
1.705444335
1.165413105
2.4957162134
∑
1018
22.22351898423
8.693780226
15.29463782
7.746066215
41.90580507
Dari tabel diatas diperoleh hasil untuk masing-masing kolom adalah:
∑ y = 22.22351898423
y = 1.851959916
∑ x = 8.693780226
x = 0.7244816855
∑ xy = 15.29463782
∑ x2 = 7.746066215
( ∑ y )2 = 493.8847963
∑ y2 = 41.90580507
( ∑ x )2 = 75.58181462
Dengan demikian diperoleh harga b = - 0.5567179366
Diperoleh harga A = 1.74504299 dari pemisalan didapat:
Log a = A
Log a = 1.74504299
a = 10 1.74504299
a = 55.59592879
Koefisien korelasi r yang didapat adalah r = - 0.7740902681
55
Maka didapat harga t = 681 hari maka dengan menggunakan metode Utsu akan
diperoleh bahwa gempa susulan akan berakhir pada hari ke 681 setelah gempa
utama terjadi.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan
metode Utsu maka di dapat nila koefisien korelasi r = - 0.8707237195,
diperkirakan gempa bumi susulan berakhir pada hari ke 1029 untuk setiap 24 jam
dan untuk setiap 12 jam di dapat nilai koefisien korelasi r = - 0.7740902681
diperkirakan gempa susulan berakhir pada hari ke 681 setelah gempa utama
terjadi. Dari hasil tersebut maka dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi
metode Utsu kurang mendekati 1 atau -1, hal inilah yang menyebabkan metode ini
kurang menunjukan kesesuaian perhitungan. Jadi, metode Utsu ini tidak cocok
untuk memperkirakan atau mempprediksikan berakhirnya gempa bumi susulan di
daerah Biak dan sekitarnya.
4.5 Analisa Gempa Bumi Susulan Biak
Dari pengolahan data untuk setiap metode yang digunakan dan
telah di uraikan di atas diperoleh hasil masing-masing nilai koefisien korelasi
yang menggambarkan hubungan frekuensi gempa dengan waktu. Dibawah ini
adalah tabel hasil perbandingan perhitungan nilai r untuk masing-masing gempa
susulan.
56
Table 4.9 Hasil Gempa Susulan
Gempa Biak setiap 24 jam
Gempa Biak setiap 12 jam
Metode
R
t (hari)
r
t (hari)
Omori
5.2652414251398
37
24.82220578
190
Mogi 1
- 0.870209735
1056
- 0.7992235151
1376
Mogi 2
- 0.94687
19
- 0.887056
16
Utsu
- 0.8707237195
1029
- 0.7740902681
681
Dari tabel di atas terlihat adanya perbedaan hasil dari masing-masing
metode, hal ini memberikan gambaran bahwa dengan menggunakan rumus Omori
yang memiliki nilai koefisien korelasi r = 5.2652414251398, diperkirakan gempa
bumi susulan berakhir pada hari ke 37 untuk setiap 24 jam dan untuk setiap 12
jam di dapat nilai koefisien korelasi r = 24.82220578 diperkirakan gempa susulan
berakhir pada hari ke 190 setelah gempa utama terjadi. Dengan menggunakan
metode Mogi 1 yang memiliki nilai korelasi r = - 0.870209735, diperkirakan
gempa susulan akan berakhir pada hari ke 1056 untuk setiap 24 jam dan untuk
setiap 12 jam di dapat nilai koefisien korelasi r = - 0.7992235151 diperkirakan
gempa susulan berakhir pada hari ke 1376 setelah gempa utama terjadi. Dengan
menggunakan metode Mogi 2 memiliki nilai koefisien korelasi r = - 0.94687,
diperkirakan gempa susulan akan berakhir pada hari ke 19 untuk setiap 24 jam
dan untuk setiap 12 jam di dapat nilai koefisien korelasi r = - 0.887056
diperkirakan gempa susulan berakhir pada hari ke 16 setelah gempa utama terjadi.
57
Sedangkan dengan menggunakan metode Utsu memiliki nilai koefisien korelasi r
= - 0.8707237195, diperkirakan gempa susulan akan berakhir pada hari ke 1029
untuk setap 24 jam dan untuk setiap 12 jam di dapat nilai koefisien korelasi r = 0.7740902681 diperkirakan gempa susulan berakhir pada hari ke 681 setelah
gempa utama terjadi. Dari beberapa metode yang digunakan dapat dilihat bahwa
nilai koefisien korelasi metode Omori, metode Mogi 1, dan metode Utsu kurang
mendekati 1 atau – 1, hal inilah yang menyebabkan ketiga metode ini belum
menunjukkan kesesuaian perhitungan. Jadi, untuk gempa Biak metode Mogi 2
lebih cocok untuk memperkirakan atau memprediksikan berakhirnya gempa bumi
susulan di daerah Biak dan sekitarnya dengan nili koefisien korelasi r = - 0.94687
untuk 24 jam.
Dan asumsi dari hasil yang di dapat dengan menggunakan data pada setiap
24 jam dan 12 jam ternyata hasil yang paling baik dengan ditinjau dari nilai
koefisien korelasi – 1 < r < 1 yaitu menggunakan data pada setiap 24 jam yang
menghasilkan berakhirnya gempa bumi susulan pada hari ke 19 dan pada setiap
12 jam gempa susulan berakhir pada hari ke 16 dan hampir mendekati hasil
survey yang telah dilakukan oleh tim survey di lapangan.
58
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari hasil studi dan perhitungan distribusi
peluruhan gampa bumi susulan (aftershock) untuk daerah Biak maka dapat di
simpulkan bahwa metode yang sesuai dan mendekati kenyataan dilapangan untuk
memperkirakan berakhirnya gempa bumi susulan Biak adalah metode Mogi 2
yang memiliki nilai koefisien korelasi yaitu r = - 0.94687 untuk setiap 24 jam dan
r = - 0.887056 untuk setiap 12 jam dan ditinjau dari nilai koefisien korelasi – 1 < r
< 1 , gempa bumi susulan (aftershock) Biak diperkirakan akan berakhir pada hari
ke 19 setelah gempa bumi utama terjadi untuk setiap 24 jam dan berakhir pada
hari ke 16 untuk setiap 12 jam.
5.2 Saran
Disarankan agar rencana tata ruang daerah mempertimbangkan aspek
kegempaan ini guna memperkecil kerusakan dan korban bencana gempa yang
mungkin timbul diwaktu mendatang. Dan untuk lebih tercapainya sasaran
penelitian dimasa yang akan datang, maka penulis menyarankan agar dalam
penganalisaaan harus diuji kembali, selain itu juga untuk dapat mengetahui
berhentinya gempa susulan maka diperlukannya program aftershock, supaya cepat
memberikan informasi kepada masyarakat akan berakhirnya gempa bumi susulan
tersebut.
59
59
DAFTAR PUSTAKA
1. Don, L. & Florence Leet. 2007. Gempa Bumi Penjelasan Ilmiah dan
Sederhana Yogyakarta. Kreasi Wacana
2. Harjadi Prih P.J, Gunawan Taufik, Sulaiman & Weniza. 2007. Spatial and
Temporal Analysis Of Aftershock distribution of Aceh Earthquake,
Desember 26, 2004. Jurnal Meteorologi dan Geofisika Jakarta.
3. Neli, Siti. 2008. Metode-Metode Perhitungan Gempa Susulan Untuk
Memperkirakan Berakhirnya Aktivitas Gempa Susulan. Skripsi.
4. Prasetya, Tiar. 2006. Gempa Bumi; Ciri dan cara menanggulanginya,
Gitanagiri. Yogyakarta.
5. Sulaiman, R. Taufik Gunawan, M. Passaribu. R. 1999. Analisis Statistik
Keaktifan Gempa Bumi di Indonesia. Prosiding Himpunan Ahli Geofisika
Indonesia. Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-24, Surabaya, 12-13 Oktober
1999.
6. Surono, Supartayo. 2008. Katalog Gempa Bumi Merusak di Indonesia
Tahun 1629-2007. Badan Geologi. Bandung.
7. Setiyadi, Muhammad Taufan. 2010. Penentuan Waktu Berakhirnya
Aftershock Untuk Gempa Bumi Manokwari (4 Januari 2009) dan Gempa
Bumi Kepulauan Talaud (12 Februari 2009), Skripsi Sarjana FST , UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
8. Zera, Tati. 2007. Geologi Langkah Awal Mengenal Bumi. Jakarta.
60
9. Zubaidah, Siti. 2006. Perbandingan Metode Least Squares dan Likelihood
Maksimum Untuk Menghitung b Value dan Periode Ulang Gempa di Jawa
Bagian Barat. Skripsi.
10. Www. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Com, diakses Kamis
03 Maret 2011. Pk. 10.10 WIB.
11. Http://id.Wikipedia.Org/wiki/Korelasi.html. 03 Maret 2011. Pk.10.25
WIB.
12. Http://id.Wikipedia.Org /wiki/Tektonik_Lempeng.html. 03 Maret 2011. Pk
10.30 WIB.
13. Http://id.Fisika.name/index.php/
Pengertian
Gempa,
dan
Letak
Indonesia.html. 03 Maret 2011. Pk.10.45 WIB
61
LAMPIRAN 1
Peta Perbandingan Penentuan Episenter BMKG dengan Instansi Lain
Gambar 1.2. Peta Lempeng Tektonik Indonesia
62
LAMPIRAN 2
Peta Historis Gempa Merusak di Papua
63
LAMPIRAN 3
Tatanan Tektonik di Indonesia
64
LAMPIRAN 4
Tabel Perhitungan Gempa Susulan Biak
Perhitungan Regresi Linier Metode Omori Setiap 12 jam
No.
n(t)
Y
X
X.Y
X2
Y2
1
153
0.006535948
1
0.006535948
1
0.00004271862
2
106
0.0094339623
2
0.0188679246
4
0.000088999645
3
125
0.008
3
0.024
9
0.000064
4
172
0.00581395349
4
0.02325581396
16
0.00003380206
5
89
0.01123595506
5
0.0561797753
25
0.00012624669
6
119
0.008403361345
6
0.05042016807
36
0.000070616482
7
55
0.018181818182
7
0.127272727274
49
0.0003305785124
8
42
0.0238095238195
8
0.19047619048
64
0.0005699
9
46
0.021739130435
9
0.1956517392
81
0.0004725898
10
51
0.01960784314
10
0.1960784314
100
0.000384467513
11
22
0.045454545455
11
0.50000000001
121
0.002066115703
12
38
0.02631579474
12 0.315789473688 144
0.000692520776
∑
1018
0.204531830691
78 1.704528626701 650
0.00493963395
Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi 1 Setiap 12 Jam
No.
n(t)
log n(t) = y
log t = x
X.Y
X2
Y2
1
153
2.1846914308
0
0
0
4.77287665
2
106
2.0253058653
0.301029996
0.6096778165
0.09061906
4.10186385
3
125
2.0969100130
0.477121255
1.00048034
0.2276447
4.397031603
4
172
2.235528447
0.602059991
1.34592224
0.362476233
4.99758744
65
5
89
1.949390007
0.698970004
1.362565141
0.48855907
3.8001214
6
119
2.0755469614
0.77815125
1.6150894625
0.605519368
4.30789519
7
55
1.7403626895
0.84509804
1.4707770978
0.714191
3.0288623
8
42
1.6232492904
0.903089987
1.4659401806
0.815572
2.63493826
9
46
1.6627578317
0.654242509
1.5866742052
0.910579
2.764763607
10
51
1.7075701761
1
1.7075701761
1
2.9157959063
11
22
1.342422681
1.041392685
1.39798916017
1.084499
1.8020986545
12
38
1.579783597
1.079181246
1.70487283062
1.164632
2.4957162134
∑
1018
22.2235189842
8.680336963
15.267558651
7.464291431
42.019551074
Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi 2 Setiap 12 Jam
No
.
n(t)
ln n(t) = y
t=x
X.Y
X2
Y2
1
153
5.030438
1
5.030438
1
25.3053065
2
106
4.6634391
2
9.3268782
4
21.74766424
3
125
4.828314
3
14.484942
9
23.312616083
4
172
5.1474945
4
20.589978
16
26.49669963
5
89
4.4886364
5
22.443182
25
20.147857
6
119
4.7791235
6
28.674741
36
22.84002143
7
55
4.0073332
7
28.0513324
49
16.058719376
8
42
3.73766962
8
29.90135696
64
13.97017419
9
46
3.8286414
9
34.4577726
81
14.6584949698
10
51
3.931825633
10
39.31825633
100
15.45925281
11
22
3.0910425
11
34.0014675
121
9.55454374
12
38
3.63758616
12
43.65103392
144
13.2320331
∑
1018
51.17179896
78
309.9913789
650
237.4333831
66
Perhitungan Regresi Linier Metode Utsu Setiap 12 Jam
No.
n(t)
log n(t) = y
Log(t +0.01)
=x
X.Y
X2
Y2
1
153
2.1846914308
0.004321374
0.00944086875
0.0000186743
4.77287665
2
106
2.0253058653
0.303196057
0.6140647525
0.09192784898
4.10186385
3
125
2.0969100130
0.478566496
1.003510877
0.2290258911
4.397031603
4
172
2.235528447
0.603144373
1.348346403
0.3637831347
4.99758744
5
89
1.949390007
0.699837726
1.36425667
0.4897728427
3.8001214
6
119
2.0755469614
0.778874472
1.616590543
0.6066454431
4.30789519
7
55
1.7403626895
0.845718018
1.471856084
0.715238966
3.0288623
8
42
1.6232492904
0.903632516
1.46682084
0.816551724
2.63493826
9
46
1.6627578317
0.954724791
1.587476124
0.911499427
2.764763607
10
51
1.7075701761
1.000434077
1.708311393
1.000868343
2.91579590631
11
22
1.342422681
1.041787319
1.398518926
1.085320818
1.8020986545
12
38
1.579783597
1.079543007
1.705444335
1.165413105
2.4957162134
∑
1018
22.22351898423
8.693780226
15.29463782
7.746066215
41.90580507
67
Perhitungan Regresi Linier Metode Omori Setiap 24 jam
No.
n(t)
Y
X
X.Y
X2
Y2
1
259
0.0038610039
1
0.0038610039
1
0.0000149074
2
297
0.0033670034
2
0.0067340068
4
0.000011337
3
208
0.00480769231
3
0.01442307693
9
0.00002311391
4
97
0.0103092784
4
0.0412371136
16
0.00010628122
5
97
0.0103092784
5
0.51546392
25
0.00010628122
6
60
0.017
6
0.102
36
0.000289
∑
1018
0.04965445641
21
0.68371912123
91
0.0005509208
Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi 1 Setiap 24 Jam
No.
n(t)
log n(t) = y
log t = x
X.Y
X2
Y2
1
259
2.4132997641
0
0
0
5.82401575141
2
297
2.47275644932
0.301029996
0.74437386405
0.0906190585
6.114524457654
3
208
2.318063334963
0.477121255
1.105997208
0.227644691973
5.373417624899
4
97
1.98677173427
0.602059991
1.1961557725
0.3624762328
3.9472619241
5
97
1.98677173427
0.698970004
1.38869385
0.4885590665
3.9472619241
6
60
1.7781512503836
0.77815125
1.38367061818
0.605519367877
3.161821869241
∑
1018
12.95581426731
2.857332469
5.818891393
1.77481841765
28.36830355141
68
Perhitungan Regresi Linier Metode Mogi 2 Setiap 24 Jam
No.
n(t)
ln n(t) = y
t=x
X.Y
X2
Y2
1
259
5.556828062
1
5.556828062
1
30.87834
2
297
5.693732139
2
11.387464278
4
32.418586
3
208
5.33753808
3
16.01261424
9
28.489313
4
97
4.57471098
4
18.29884392
16
20.9279806
5
97
4.57471098
5
22.8735549
25
20.9279806
6
60
4.0943446
6
24.5660676
36
16.763658
∑
1018
29.831864841
21
98.695373
91
150.4058582
perhitungan Regresi Linier Metode Utsu Setiap 24 Jam
No.
n(t)
log n(t) = y
Log(t +0.01) = x
X.Y
X2
Y2
1
259
2.4132997641
0.004321374
0.0104287709
0.0000186743
5.824015751
2
297
2.4727564493
0.303196057
0.7497300053
0.09192784898
6.114524456
3
208
2.31806333496
0.478566496
1.109347447
0.2290258911
5.37341762
4
97
1.98677173427
0.603144373
1.198310192
0.3637831347
3.947261923
5
97
1.98677173427
0.699837726
1.390417812
0.4897728427
3.947261923
6
60
1.77815125038
0.778874472
1.384956616
0.6066454431
3.161821868
∑
1018
12.955814267
2.867940498
5.843190843
1.781173835
28.36830354
69
LAMPIRAN 5
Grafik Hubungan Frekuensi dan Waktu
Grafik metode mogi 2 setiap 12 jam
Grafik metode mogi 2 setiap 24 jam
70
Grafik Metode Omori setiap 12 jam
Grafik Metode Omori setiap 24 jam
71
Grafik Metode Mogi 1 Setiap 12 jam
Grafik Metode Mogi 1 Setiap 24 jam
72
Grafik Metode Utsu Setiap 12 jam
Grafik Metode Utsu Setiap 24 jam
73
Download