Prosiding KEBIJAKAN PERDAGANGAN KOMODITAS PERTANIAN DI ERA PERDAGANGAN GLOBAL Penyusun Tebal Halaman Cover : Direktorat Pangan dan Pertanian‐Bappenas : : Memasuki era globalisasi, sektor pertanian Indonesia dihadapkan pada ketentuan dan perjanjian internasional seperti yang terdapat dalam GATT/WTO, AFTA, NAFTA, EEC/MEE dan APEC. Kerangka perjanjian tersebut selain memberikan peluang dengan semakin terbukanya pasar dunia juga dihadapkan kepada tantangan persaingan komoditas pertanian dari negara‐negara lain. Apabila posisi sektor pertanian Indonesia lemah, maka yang akan dihadapi adalah dampak yang tidak di inginkan, seperti menurunnya tingkat pendapatan petani karena semakin menurunnya harga komoditi pertanian yang dihasilkannya sebagai akibat dari semakin meningkatnya impor komoditi pertanian. Oleh karena itu kesiapan suatu negara untuk menciptakan kebijakan (environment policy) sektor pertanian agar sektor pertanian dapat bersaing dan memanfaatkan peluang dari globalisasi ini sangat diperlukan. Dampak dari globalisasi terhadap sektor pertanian tercermin dalam kondisi perdagangan komoditi pertanian Indonesia. Perkembangan perdagangan komoditas pertanian tahun 1995‐2002, setelah disepakatinya perjanjian WTO pada tahun 1994, menunjukkan bahwa hampir seluruh komoditi pertanian Indonesia masuk dalam kategori net importer kecuali komoditi perkebunan, meskipun net surplus untuk komoditi perkebunan tersebut juga mengalami penurunan.