1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Menghadapi era globalisasi, diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan ini terlebih dahulu dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional pada umumnya dan peningkatan penguasaan kompetensi professional guru pada khususnya. Dalam hal meningkatkan kualitas guru, harus dilakukan melalui faktor internal dan eksternal, seperti yang dikatakan Asep Mahfuds (2011:14), factor eksternal, guru harus banyak diberi pendidikan dan pelatihan berbagai keterampilan mengajar (metode pembelajaran) dari para penyelenggara pendidikan baik pemerintah maupun swasta yang konsen pada perbaikan di dunia pendidikan. Salah satu wadahnya yaitu Pendidikan tinggi peningkatan Kemampuan manusia sepanjang hayat seoptimal mungkin DEPDIKBUD (1999:5). Memiliki guru yang kompeten dan professional diharapkan mampu pula menghasilkan peserta didik yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional dan sumber daya manusia. Moh. User Usman (1995:1) mengatakan sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Karena itu guru menjadi profesi yang turut menentukan perkembangan dan inovasi pendidikan terutama dalam peningkatan sumber daya manusia. Tanpa adanya guru, sulit untuk meningkatkan sumber daya manusia bahkan pendidikan nasional. Pemerintah juga menaruh perhatian pada peran guru dalam dunia pendidikan agar 1 mengurangi dan mencegah kasus guru yang tidak kompeten dan professional. Terwujud 2 dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang kemudian didukung oleh Permen nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru serta PPRI nomor 74 tahun 2008 tentang guru. Undang Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa seorang guru yang profesional harus memenuhi berbagai kriteria, salah satunya mengharuskan penguasaan empat kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian mencakup kepribadian yang berimandan bertakwa, arif dan bijaksana, berakhlak mulia, jujur, berwibawa, dan lain-lain, kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik dan kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan teknologi dan senidan budaya yang diampunya. Tugas pertama dan utama mahasiswa adalah belajar. Belajar menurut The Liang Gie (2007:1) adalah segenap kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang alam semesta, kehidupan masyarakat, perilaku manusia, gejala bahasa, atau perkembangan sejarah. Selain itu beliau juga mengatakan bahwa mahasiswa yang unggul ialah seorang yang penuh gairah menuntut pengetahuan, yang belajar secara teratur setiap hari, dan yang menerapkan cara-cara yang baik dalam kegiatan belajarnya. Mahasiswa yang memiliki dan melaksanakan pengaturan waktu belajar dapat dengan mudah menguasai materi kuliah dalam hal ini penguasaan kompetensi guru. Mahasiswa harus mengoptimalkan penguasaan matakuliah keahlian profesi berikut matakuliah yang mendukung untuk dapat menguasai berbagai kompetensi profesionalisme guru sebagai persyaratan untuk menjadi guru professional. Menurut Uzer Usman (2010:15) guru 3 professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Karena itu, agar dapat menjadi guru professional haruslah menempuh jenjang pendidikan yang memang mempersiapkan mahasiswa untuk berprofesi sebagai guru, dalam hal ini FKIP UKSW Salatiga. Guru yang kompeten dan professional terbentuk dari calon guru yang giat dan berusaha keras belajar terus meningkatkan kemampuannya. Menjadi seorang guru yang kompeten dan professional tidaklah dapat diraih dengan mudah dalam sekejap, harus menyelesaikan jenjang pendidikan yang mendidik mahasiswanya untuk menjadi guru kompeten dan professional. Dalam upaya menyelesaikan pendidikan tersebut, mahasiswa calon guru dipersiapkan secara teori dan praktek untuk menguasai berbagai kompetensi sebagai bekal menjadi guru, seperti halnya yang dikatakan Oemar Hamalik (2002:14) mahasiswa perlu menempuh proses kegiatan pendidikan seperti, proses pendidikan dalam kelas, proses pendidikan ekstrakurikuler, proses pendidikan praktek keguruan, proses pendidikan luar sekolah, dan proses akhir pendidikan. Untuk dapat sukses melalui berbagai proses atau langkah-langkah tersebut, penggunaan atau pemanfaatan waktu belajar dan motivasi merupakan salah satu faktor internal dalam diri mahasiswa yang berperan sangat penting dalam memhubungani prestasi belajar seseorang, sedangkan penguasaan kompetensi guru merupakan prestasi yang harus dicapai mahasiswa calon guru. Motivasi belajar sangat penting agar waktu yang digunakan untuk belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Tanpa ada motivasi dalam belajar tentu tidak ada dorongan dan semangat untuk dapat dengan cepat menguasai berbagai kompetensi yang menjadi tuntutan 4 tersebut. Memiliki pengelolaan waktu belajar dan didukung pula oleh motivasi belajar yang tinggi, mahasiswa calon guru akan bisa menjadi guru yang kompeten dan professional Pemanfaatan waktu dalam membentuk priaku disiplin sangat penting dalam mewujudkan sukses studi. Untuk itu mahasiswa perlu memanfaatkan waktu sehingga dapat mencapai tujuan. Di dalam memanfaatkan waktu untuk belajar perlu diperhatikan ketepatan dan keteraturannya. Didik Kurrniawan (2007:3) mengatakan memanfaatkan waktu belajarnya yaitu mempunyai rencana belajar yang tepat sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan, dan mempelajari waktu-waktu yang terbaik baginya untuk belajar, sehingga memiliki sikap disiplin waktu. (http://biologi.fkip.uns.ac.id.) Idealnya, menurut peraturan UKSW tentang penggunaan waktu belajar dalam buku panduan PPMB (2012:4) sistem kredit semester yang dianut UKSW 1 sks berarti, 50 menit digunakan untuk perkuliahan, 60 menit diperlukan untuk belajar terstruktur dan mandiri. Jika seorang mahasiswa satu hari kuliah 3-6 sks, berarti selain kuliah, wajib untuk belajar terstruktur dan mandiri selama 3-6 jam perhari. Atau misalnya mengambil 18 sks, perminggu belajar terstruktur dan mandiri selama masing-masing 18 jam, dengan kata lain dijumlahkan belajar mandiri dan terstruktur 36 jam perminggu. Agar belajar tidak menjadi beban, sangat penting untuk mengatur jadwal perhari sehingga 36 jam perminggu dibagi enam hari, yaitu senin sampai sabtu menjadi 6 jam perhari. Kenyataannya, belajar selama 6 jam perhari sangat sulit diterapkan oleh mahasiswa Pendidikan Ekonomi, seperti telah diteliti oleh Meranga (2004) menyatakan alokasi belajar mahasiswa Pendidikan Ekonomi rendah, yang ditunjukkan dengan sebagian besar mahasiswa mengalokasikan waktu belajarnya dibawah 100%, hasil ini senada dengan penelitian oleh Nurkhasanah (2005) yang juga mengatakan efektifitas penggunaan waktu belajar mahasiswa Pendidikan 5 Ekonomi adalah rendah. Pada umumnya mahasiswa belajar suntuk saat menjelang tes akhir semester, sementara pada waktu senggang, cenderung bermalas-malasan, dan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, misalnya bermain, nongkrong, jalan-jalan, nonton sinetron yang tidak mendidik dan hal-hal lain yang sejenis bukannya untuk belajar, padahal waktu menjelang tes akhir semester terbagi untuk mengerjakan tugas akhir dan persiapan lain. Pemandangan seperti mahasiswa saling ngobrol dengan teman dan atau ribut, sibuk dengan handphone, tidak konsentrasi pada kuliah yang diberikan dosen sering ditemui. Hal ini menunjukkan, motivasi mahasiswa untuk kuliah bukan semata-mata karena adanya dorongan yang kuat dari dalam diri mahasiswa untuk belajar. Mahasiswa memiliki motivasi sebagai Dorongan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau tujuan. Tujuan yang ingin dicapai mahasiswa dalam perolehan nilai tinggi di tiap mata kuliah membuat mahasiswa meningkatkan semangat belajarnya. Pada kenyataannya tidak semua mahasiswa memiliki dorongan dan semangat yang tinggi untuk belajar, dan diwujudkan dalam menyusun dan konsisten melaksanakan jadwal belajar namun semua mahasiswa ingin memperoleh nilai tinggi disetiap matakuliah. Seakan tujuan belajar tidak disertai dengan strategi yang tepat untuk meraihnya, sehingga pada akhirnya tidak jarang yang memperoleh nilai yang hanya masuk dalam kategori cukup, bahkan tidak memiliki keterampilan dan penguasaan mengenai materi yang dikuliahkan. Asep Mahfudz (2011:15) menjadi guru haruslah pilihan dan keterpanggilan, bukan paksaan, apalagi dari pada tidak memiliki pekerjaan. Wawancara dengan mahasiswa pendidikan ekonomi diketahui bahwa banyak hal yang mendorong atau yang menjadi motif pilihan mereka masuk pendidikan ekonomi. Menjadi guru professional, sebagian besar 6 masih belum dapat memastikan dan belum meyakinkan diri menjadi guru karena untuk menjadi guru diharuskan untuk menguasai berbagai kualifikasi dan kompetensi seperti yang tercantum dalam peraturan yang dikeluarkan pemerintah sebagai standarisasi. Mahasiswa mengakui belum mampu dan masih berusaha memenuhi syarat yang ditetapkan pemerintah untuk dapat dikatakan professional, kompetensi tersebut masih dianggap sulit apalagi kompetensi paedagogik dan professional. walaupun mengikuti kuliah tetapi masih belum maksimal menguasai materi yang diajarkan. Nilai yang diperoleh juga belum tentu mencerminkan tingkat penguasaan mahasiswa dengan materi perkuliahan. Keadaan ini akan menjurus pada pendapat Mulyasa, (2009:6), dalam perwujudannya, tanggungjawab perlu lebih ditekankan, dan dikedepankan, karenapada saat ini banyak lulusan pendidikan yang cerdas dan terampil, tetapi tidak memiliki tanggungjawab dalam mengamalkan ilmu dan keterampilan yang dimilikinya sehingga seringkali menimbulkan masalah bagi masyarakat, menjadi beban masyarakat dan bangsa, bahkan menggerogoti keutuhan bangsa serta dapat menggoyahkan kesatuan dan persatuan bangsa. Mahasiswa harus memiliki kompetensi kepribadian, selain menguasai kompetensi lainnya yang didalamnya terdapat rasa tanggungjawab yang tinggi pada statusnya sebagai mahasiswa dan kemudian dapat pula bertanggungjawab pada pekerjaannya. 7 Gejala-gejala problematik: 1. 1 mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW yang diwawancara menyatakan belajar setiap hari ± 30 hingga 60 menit secara mandiri maupun terstruktur sedangkan 5 mahasiswa mengaku tidak memprogram waktu dan kegiatan belajarnya sama sekali, hanya mengandalkan belajar saat kuliah, dan belajar berjam-jam menjelang tes. 2. Berdasarkan wawancara dengan 5 mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW Salatiga angkatan 2008, hanya 2 yang ingin menjadi guru setelah lulus, sedangkan 3 yang lainnya tidak ingin menjadi guru. 3. 2 mahasiswa pendidikan ekonomi pada saat PPL mengalami kesulitan dalam mempersiapkan pembelajaran dan mengajar dikelas. Sebaliknya 5 yang lain mampu mengajar dengan baik. Mahasiswa mengakui menjadi guru bukan hal yang mudah, kompetensi yang harus dikuasai untuk menjadi guru profesional cukup sulit dicapai apalagi kompetensi paedagogik dan professional. 2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan hasil identifikasi masalah maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 2.1 Apakah penggunaan waktu belajar berhubungan dengan penguasaan kompetensi guru di kalangan mahasiswa FKIP UKSW Salatiga? 2.2 Apakah motivasi belajar berhubungan dengan penguasaan kompetensi guru di kalangan mahasiswa FKIP UKSW Salatiga? 2.3 Apakah penggunaan waktu belajar dan motivasi belajar berhubungan dengan penguasaan kompetensi guru di kalangan mahasiswa FKIP UKSW Salatiga? 8 3 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan: 3.1 Untuk mengetahui hubungan penggunaan waktu belajar dengan penguasaan kompetensi guru di kalangan mahasiswa FKIP UKSW Salatiga 3.2 Untuk mengetahui hubungan motivasi belajar dengan penguasaan kompetensi guru di kalangan mahasiswa FKIP UKSW Salatiga 3.3 Untuk mengetahui hubungan penggunaan waktu belajar dan motivasi belajar dengan penguasaan kompetensi guru di kalangan mahasiswa FKIP UKSW Salatiga 4 MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari Penelitian ini: 4.1 Manfaat Teoritis Sebagai suatu karya ilmiah, hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya, maupun masyarakat pada umumnya mengenai hubungan penggunaan waktu belajar dan motivasi kuliah dengan penguasaan kompetensi guru di kalangan mahasiswa FKIP UKSW Salatiga serta menambah pengetahuan dan wawasan tentang penggunaan waktu belajar dan motivasi belajar serta berbagai kompetensi yang harus dikuasai untuk menjadi guru yang profesional. 4.2 Manfaat Praktis 4.2.1 Bagi Mahasiswa, sebagai informasi dan masukan positif mengenai cara penggunaan waktu untuk belajar secara efektif dan efisien dan 9 menumbuhkembangkan motivasi kuliah yang tinggi dalam rangka sukses studi khususnya sukses menjadi guru yang professional 4.2.2 Bagi kaprogdi, Dosen, dan wali studi agar dapat saling bekerjasama dan saling membantu dan membimbing dalam upaya mahasiswa mengetahui, menyusun dan melaksanakan penjadwalan waktu belajar yang tepat dan konsisten serta memperkuat motivasi kuliah sehingga dapat belajar dan menguasai kompetensi untuk menjadi guru professional 4.2.3 Bagi UKSW, diharapkan menjadi bahan dasar pertimbangan dalam mengambil kebijakan dalam memfasilitasi pelaksanaan layanan bimbingan akademik 4.2.4 Bagi peneliti lain, Sebagai bahan atau referensi yang relevan bagi kepentingan penulisan berikutnya. penelitian ini masih terbatas pada penggunaan waktu untuk belajar dan motivasi kuliah serta kompetensi guru berdasarkan UUGD No.14 tahun 2005 pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW Salatiga sebagai calon guru professional, diharapkan dapat dilakukan penelitian yang lebih mendalam.