PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN, UPAH MINIMUM REGIONAL, DAN KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1997 – 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi Oleh: Dias Widya Ningtyas (131324041) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSEMBAHAN Karya sederhana ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus atas berkat, anugerah, dan penyertaan-Nya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Kedua orangtuaku Bapak Pardiman dan Ibu Widiastuti Sri Rahayu yang telah banyak memberikan doa dan dukungan dari awal kuliah hingga selesai. Adikku Dimas Widi Laksono yang selalu memberikan doa dan semangat dalam kuliah. Sahabat-sahabatku Ninda, Karini, Putri Maharani, Shella, Hasni, Nia, Fena yang selalu memberikan dukungan dan semangat dari awal kuliah dan menyelesaikan skripsi. Seluruh teman-teman angkatan Pendidikan Ekonomi 2013. Almamaterku, Universitas Sanata Dharma. iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO “Serahkanlah segala kekuatiran mu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7) “Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13) “Kegagalan hanya akan terjadi jika kita menyerah” (Lessing) “Hidup ini bagai skripsi, ada banyak bab yang mengharuskan untuk direvisi walau terkadang menguras emosi dan juga energi tetapi akan berakhir dengan pasti bagi mereka yang sabar dan mampu melewati” v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 15 Juni 2017 Penulis Dias Widya Ningtyas vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama: Dias Widya Ningtyas Nomor Mahasiswa: 131324041 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 15 Juni 2017 Yang menyatakan Dias Widya Ningtyas vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN, UPAH MINIMUM REGIONAL, DAN KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1997 – 2014 Dias Widya Ningtyas Universitas Sanata Dharma 2017 Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis: 1) pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014; 2) pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 19972014; 3) pengaruh upah minimum regional terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014; dan 4) pengaruh ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014. Penelitian ini merupakan confirmatory study. Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), dan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data yang digunakan berupa data runtut waktu (time series) dengan rentang waktu 17 tahun. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil analisis data menunjukkan bahwa: 1) pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014; 2) pengangguran tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014; 3) upah minimum regional berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014; dan 4) ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Kata kunci: Pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, ketimpangan distribusi pendapatan, dan tingkat kemiskinan. viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT THE EFFECT OF ECONOMIC GROWTH, UNEMPLOYMENT, REGIONAL MINIMUM WAGE, AND UNEQUAL DISTRIBUTION OF INCOME IN INDONESIAN DURING 1997 - 2014 Dias Widya Ningtyas Universitas Sanata Dharma 2017 The aim of this research was to examine and analyze: 1) the effect of economic growth on the level of poverty in Indonesian during 1997-2014; 2) the effect of unemployment on the level of poverty in Indonesian during 1997-2014; 3) the effect of regional minimum wage on the level of poverty in Indonesian during 1997-2014; and 4) the effect of unequal distribution of income on the level of poverty in Indonesian during 1997-2014. This reseach is confirmatory study. The data collection method was documentation which provided by Central Bureau of Statistics and Ministry of Manpower and Transmigration. The data in this research was secondary data. The data was time series with a span of 17 years. The data was analyzed using Multiple Linier Regresion Technique. The Data analysis results shows that: 1) the economic growth has a negative effect on the level of poverty in Indonesia during 1997-2014; 2) the unemployment has no effect on the level of poverty in Indonesian during 19972014; 3) the regional minimum wage has a negative effect on the level of poverty in Indonesian during 1997-2014; and 4) the unequal distribution of income has a negative effect on the level of poverty in Indonesia during 1997-2014. Keywords: economic growth, unemployment, regional minimum wage, unequal distribution of income, and poverty level. ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, anugerah, dan penyertaan-Nya yang sempurna sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat, anugrah, dan penyertaan-Nya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. 2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Sanata Dharma. 4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan dukungan dan pengarahan kepada penulis selama kuliah. 5. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberikan dukungan, dan meluangkan banyak waktu untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian. x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah sabar membimbing penulis sehingga ujian bisa terselesaikan dengan baik. 7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan. 8. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini. 9. Kedua orang tuaku, Bapak Pardiman dan Ibu Widiastuti Sri Rahayu yang selalu mendoakan, memberikan dukungan, dan kasih sayang kepada penulis. 10. Adikku tersayang, Dimas Widi Laksono yang selalu memberi semangat selama kuliah. 11. Seluruh teman-teman angkatan Pendidikan Ekonomi 2013. Penulis berharap, skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh Karena itu, dengan rendah hati, penulis memohon kritik dan saran untuk karya yang lebih baik. Yogyakarta, 15 Juni 2017 Dias Widya Ningtyas xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv MOTTO .......................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT ..................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9 E. Variabel dan Definisi Operasional ....................................................... 10 BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 11 A. Kemiskinan .......................................................................................... 11 1. Definisi Kemiskinan ...................................................................... 11 2. Penyebab Kemiskinan .................................................................... 15 3. Ukuran Kemiskinan ....................................................................... 17 4. Kebijakan Untuk Mengurangi Kemiskinan ................................... 23 B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan ................................ 25 1. Pertumbuhan Ekonomi................................................................... 25 2. Pengangguran ................................................................................. 26 3. Upah Minimum .............................................................................. 27 4. Ketimpangan Distribusi Pendapatan .............................................. 27 C. Pertumbuhan Ekonomi......................................................................... 28 1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 28 2. Teori Pertumbuhan Ekonomi ......................................................... 29 3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi...................................................... 42 4. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan .............. 44 D. Pengangguran ....................................................................................... 47 1. Definisi Pengangguran ................................................................... 47 2. Macam-Macam Pengangguran ...................................................... 49 3. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian .......................... 51 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Pengaruh Pengangguran Terhadap Kemiskinan ............................ 53 E. Upah Minimum .................................................................................... 54 1. Definisi Upah Minimum ................................................................ 54 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Upah ....................... 57 3. Tujuan Upah Minimum.................................................................. 60 4. Pengaruh Upah Minimum Terhadap Kemiskinan ......................... 61 F. Ketimpangan Distribusi Pendapatan .................................................... 62 1. Definisi Ketimpangan Distribusi Pendapatan ................................ 62 2. Penyebab Ketimpangan Distribusi Pendapatan ............................. 64 3. Ukuran Ketimpangan Distribusi Pendapatan ................................. 65 4. Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Kemiskinan .................................................................................... 68 G. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 72 H. Kerangka Berpikir ................................................................................ 73 I. Hipotesis .............................................................................................. 76 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 77 A. Jenis Penelitian..................................................................................... 77 B. Jenis Dan Sumber Data ........................................................................ 77 1. Jenis Data ....................................................................................... 77 2. Sumber Data................................................................................... 78 C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 78 D. Teknik Analisis Data............................................................................ 78 1. Uji Prasyarat................................................................................... 79 a. Uji Normalitas .......................................................................... 80 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Uji Linearitas ........................................................................... 80 2. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 81 a. Uji Multikolinearitas ................................................................ 81 b. Uji Heteroskedastisitas............................................................. 81 c. Uji Autokorelasi ....................................................................... 82 3. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 82 a. Uji Keterandalan Model (Uji F) ............................................... 83 b. Uji Koefisien Regresi .............................................................. 84 c. Koefisien Determinasi ............................................................. 86 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 87 A. Deskripsi Data ...................................................................................... 87 B. Analisis Data ........................................................................................ 101 1. Uji Prasyarat................................................................................... 101 a. Uji Normalitas .......................................................................... 101 b. Uji Linearitas ........................................................................... 103 2. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 104 a. Uji Multikolinearitas ................................................................ 104 b. Uji Heteroskedastisitas............................................................. 106 c. Uji Autokorelasi ....................................................................... 109 3. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 110 a. Uji Keterandalan Model (Uji F) ............................................... 110 b. Uji Koefisien Regresi .............................................................. 111 c. Koefisien Determinasi ............................................................ 115 C. Pembahasan.......................................................................................... 116 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 125 A. Kesimpulan .......................................................................................... 125 B. Saran .................................................................................................... 127 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 130 LAMPIRAN .................................................................................................. 134 xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Data Tingkat Kemiskinan Negara Asia ........................................... 2 Tabel 2.1 Batas Kemiskinan Kota Dan Desa.................................................... 22 Tabel 3.1 Durbin Watson.................................................................................. 82 Tabel 4.1 Deskripsi Data Penelitian.................................................................. 87 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Normalitas.............................................................. 102 Tabel 4.3 Hasil Uji Linearitas........................................................................... 103 Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas............................................................... 104 Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas............................................................ 107 Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi...................................................................... 109 Tabel 4.7 Hasil Uji Keterandalan Model (Uji F).............................................. 110 Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi ............................................................. 112 Tabel 4.9 Koefisien Determinasi...................................................................... 115 xxi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan........................................................ 17 Gambar 2.2 Fungsi Produksi Harrod-Domar.................................................... 38 Gambar 2.3 Kurva Lorenz................................................................................ 66 Gambar 2.4 Kerangka Berpikir......................................................................... 74 xxii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Tahun 1997-2014..................... 89 Grafik 4.2 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 1997-2014.... 92 Grafik 4.3 Tingkat Pengangguran Di Indonesia Tahun 1997-2014.................. 95 Grafik 4.4 Tingkat Upah Minimum Di Indonesia Tahun 1997-2014............... 98 Grafik 4.5 Tingkat Ketimpangan Distribusi Pendapatan Di Indonesia Tahun 1997-2014......................................................................................................... 100 xxiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Data Penelitian.............................................................................. 134 Lampiran 2 Uji Normalitas............................................................................... 135 Lampiran 3 Uji Linearitas................................................................................. 136 Lampiran 4 Uji Multikolinearitas..................................................................... 137 Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas.................................................................. 138 Lampiran 6 Uji Autokorelasi............................................................................ 139 Lampiran 7 Uji Keterandalan Model (Uji F).................................................... 140 Lampiran 8 Uji Koefisien Regresi ................................................................... 141 Lampiran 9 Koefisien Determinasi................................................................... 141 xxiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan hal yang selalu dibicarakan dan dilaksanakan oleh semua negara, tidak terkecuali negara Indonesia. Tujuan pembangunan nasional salah satunya adalah mensejahterakan rakyatnya. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) 2017 kesejahteraan rakyat merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial penduduk negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosial dan ekonominya. Kesejahteraan rakyat di Indonesia dapat digambarkan salah satunya berdasarkan tingkat kemiskinan penduduk di Indonesia. Studi Bank Pembangunan Asia (ADB) mengungkapkan, pada 2009 jumlah masyarakat miskin mencapai 40,4 juta, dan pada 2011 tercatat naik 43,1 juta penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia dalam tiga tahun terakhir melonjak 2,7 juta jiwa. Lonjakan ini lebih besar dibanding negara lain di kawasan Asia Tenggara. Standar kemiskinan yang digunakan ADB adalah penghasilan dibawah 1,25 dolar sehari atau setara dengan Rp 16.625. Dibandingkan dengan negara tetangga di Asia Tenggara, peningkatan angka kemiskinan Indonesia merupakan yang terbesar. Indonesia kalah dari Thailand, Vietnam, dan Malaysia yang memiliki karakteristik dan kesamaan dengan Indonesia yaitu memiliki masa waktu merdeka yang cukup lama, pernah mengalami krisis ekonomi hebat dan 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 juga kondisi alam yang melimpah. Kenyataanya Indonesia memiliki tingkat kemiskinan terbesar diantara Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Adapun data mengenai kemiskinan di negara-negara Asia disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 1.1 Data Tingkat Kemiskinan Negara Asia Negara Tahun 2015 (%) Myanmar 25,6 Laos 23,2 Filiphina 21,6 Kamboja 14 Indonesia 10,9 Thailand 10,5 Vietnam 7 Malaysia 0,6 Sumber: Asean Development Bank, 2017. Kemiskinan merupakan isu sentral bagi setiap negara di dunia, khususnya bagi negara berkembang, berbagai macam program untuk mengentaskan kemiskinan telah dilakukan pemerintah Indonesia namun belum membuahkan hasil yang memuaskan. Mulai tahun 1970-an dimana strategi pembangunan pada masa orde Soeharto yaitu “Pertumbuhan dengan Pemerataan“ dengan bertumpu pada Trilogi Pembangunan yaitu stabilitas nasional yang mantap dan dinamis dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana industri dijadikan sebagai tulang punggung perekonomian yang didukung oleh pertanian yang tangguh, yang menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat (Gilarso, 2004: 340). Pada masa Susilo Bambang Yudhoyono strategi penanggulangan kemiskinan juga dilakukan dengan cara penyediaan beras untuk masyarakat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 miskin (Raskin), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dan penyediaan kredit usaha rakyat (KUR) (Kuncoro, 2013:209), Hingga saat ini pun strategi pembangunan juga terus ditingkatkan guna mengurangi kemiskinan seperti adanya tiga program, yakni dikenal dengan “Kartu Indonesia Pintar”, “Kartu Indonesia Sehat”, dan “Kartu Keluarga Sejahtera” (Tambunan, 2015:146). Namun kenyataannya tingkat kemiskinan di Indonesia berfluktuatif yaitu sebesar 11,20 persen dari total penduduk di Indonesia. Kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Menurut BPS 2017 kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori perkapita sehari. Sedangkan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Dilansir dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Krisis Ekonomi tahun 1997 memberikan hantaman yang besar terhadap perekonomian nasional, termasuk meningkatnya angka kemiskinan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 masyarakat yang naik menjadi 49,50 juta jiwa atau sekitar 24,23 % dari jumlah penduduk Indonesia, dari hanya 34,01 juta jiwa (17,47 %) pada tahun sebelumnya. Ditambah dengan adanya perbedaan yang tidak sebanding antara total penduduk usia produktif yang siap bekerja dengan lapangan kerja yang tersedia mengakibatkan banyak usia produktif yang menganggur. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada 2015 terdapat 122,4 juta jiwa merupakan angkatan kerja tetapi hanya 114,8 juta jiwa yang bekerja sisanya sebesar 7,6 juta jiwa menganggur. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang jatuh kedalam kemiskinan karena dengan tidak bekerja ia tidak akan mendapatkan penghasilan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Fenomena kemiskinan yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari angka gizi buruk pada bayi dan balita di Blitar yang terus meningkat mencapai ratusan jiwa serta kriminalitas tahun 2016 terjadi perampokan di Pulomas hingga menyebabkan beberapa korban meninggal dunia. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun yang dapat dilihat dengan membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke tahun (Arsyad, 2004:15). Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari apa yang dicapai sebelumnya. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat maka sebuah negara dapat mencapai kemakmuran meningkatnya dan pertumbuhan kesejahteraan ekonomi ekonomi karena semakin menggambarkan bahwa semakin meningkatnya jumlah barang dan jasa dalam suatu negara tersebut sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 semakin tinggi pula produktivitas faktor produksi dan upah yang diterima oleh pekerja. Pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan memiliki hubungan yang negatif karena semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka tingkat kemiskinan akan semakin berkurang dikarenakan adanya produktivitas pekerja dan upah yang didapatkan lebih tinggi sesuai dengan barang atau jasa yang dihasilkan sehingga individu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan terhindar dari kemiskinan. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di negara berkembang khususnya Indonesia menjadi masalah yang semakin serius. Hasil suatu studi menunjukkan sekitar 30 persen dari penduduk perkotaan di negara berkembang bisa dikatakan tidak bekerja secara penuh (underutilized) sehingga individu akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dikarenakan pendapatan yang tidak menentu sesuai dengan adanya pekerjaan yang akan dilakukan. Pengangguran dan kemiskinan memiliki hubungan yang positif karena pengangguran akan menyebabkan tingkat pendapatan dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak maksimal dan mereka selalu berada diantara kelompok yang sangat miskin (Arsyad, 2004:289). Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 17 tahun 2005 (Per-17/Men/VIII/2005) tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (KHL), dimana KHL merupakan standar kebutuhan yang harus dipenuhi seorang pekerja atau buruh lajang untuk dapat hidup layak, baik fisik, non fisik, dan sosial selama satu bulan. Seorang pekerja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 dianggap hidup layak jika upahnya mampu memenuhi kebutuhan 3000 kalori per hari. Oleh karena itu, KHL menjadi salah satu pertimbangan dalam penetapan upah minimum. Ada 7 komponen KHL yang selalu dihitung, yaitu makanan dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi, serta tabungan. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor : Per-01/Men/1999, tentang upah minimum, dimana upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara tetap dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun pencapaian prestasi tertentu. Kebijakan penetapan upah minimum oleh pemerintah adalah kebijakan yang diterapkan dengan tujuan sebagai jaring pengaman terhadap pekerja atau buruh agar tidak dieksploitasi dalam bekerja dan mendapatkan upah yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL). Ada hubungan yang negatif antara upah minimum dengan kemiskinan karena jika upah minimum yang diberikan kepada pekerja dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, maka kesejahteraan pekerja meningkat dan terhindar dari garis kemiskinan. Sebagai suatu negara yang terdiri dari ribuan pulau, perbedaan karakteristik wilayah adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari oleh Indonesia. Karakteristik wilayah mempunyai pengaruh yang kuat pada terciptanya pola pembangunan ekonomi, sehingga suatu kewajaran bila pola pembangunan ekonomi di Indonesia tidak seragam. Ketidakseragaman ini berpengaruh pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 kemampuan untuk tumbuh yang pada gilirannya mengakibatkan beberapa wilayah mampu tumbuh dengan cepat sementara wilayah yang lainnya tumbuh lambat. Kemampuan tumbuh ini kemudian menyebabkan terjadinya ketimpangan baik pembangunan maupun pendapatan antar daerah. Ketimpangan distribusi pendapatan mendeskripsikan mengenai jurang antara mereka yang kaya (berpendapatan tinggi) dan miskin (berpendapatan rendah). Ada beberapa indikator yang biasa digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan, yaitu Indeks Gini dan kriteria Bank Dunia. Kriteria Indeks Gini mendasarkan pada nilai dari Indeks Gini yang berkisar antara 0 sampai 1. Nilai 0 menunjukkan bahwa seluruh pendapatan terbagi secara merata untuk seluruh unit masyarakat (perfect equality), sedangkan nilai 1 berarti seluruh pendapatan hanya dimiliki oleh satu unit pada keseluruhan distribusi (perfect inequality), sedangkan pengukuran ketimpangan distribusi pendapatan menurut kriteria Bank Dunia mendasarkan penilaian distribusi pendapatan atas pendapatan yang diterima oleh 40% penduduk berpendapatan terendah. Kesenjangan distribusi pendapatan dikategorikan sebagai berikut: (a) tinggi, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang dari 12% bagian pendapatan, (b) sedang, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima 12 hingga 17% bagian pendapatan, (c) rendah, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih dari 17% bagian pendapatan (Kuncoro, 2006:139-141). Masalah ketimpangan sering memicu kemiskinan di Indonesia karena mereka yang kaya cenderung akan semakin kaya dan mereka yang miskin akan terus semakin miskin. Adanya perbedaan pendapatan yang ekstrim ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 membuat kelompok miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup. Jadi dapat dikatakan bahwa ketimpangan pendapatan memiliki hubungan yang positif dengan kemiskinan, karena semakin ada jarak antara individu kaya dan individu miskin dan mereka yang berada di dalam kelompok miskin akan semakin kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan akan lebih mudah untuk masuk kedalam garis kemiskinan. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014? 2. Apakah pengangguran berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014? 3. Apakah upah minimum regional berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014? 4. Apakah ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh upah minimum regional terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori, minimal menguji teori-teori ekonomi yang berkaitan dengan pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. 2. Kegunaan praktis Secara praktis, manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui temuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah sebagai pembuat kebijakan ekonomi makro. Pemerintah mendapatkan informasi yang memadai dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan. b. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapatkan selama kuliah. c. Bagi Fakultas Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan perbandingan bagi pembaca yang sedang melaksanakan penelitian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 d. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian serupa maupun lanjutan di bidang kemiskinan. E. Variabel dan Definisi Operasional 1. Tingkat kemiskinan (Y): persentase orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum di Indonesia. 2. Pertumbuhan ekonomi (X1): persentase tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia. 3. Pengangguran (X2): persentase jumlah orang yang termasuk ke dalam angkatan kerja, tetapi tidak mempunyai pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. 4. Upah minimum (X3): jumlah uang minimal yang diterima dari pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga para pekerja yang digunakan dalam proses produksi dalam satu bulan. 5. Ketimpangan distribusi pendapatan (X4): indeks merata atau timpangnya hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduk. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemiskinan 1. Definisi Kemiskinan Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals (MDGs) merupakan pernyataan dan komitmen perserikatan bangsa-bangsa yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Deklarasi tersebut tertuang ke dalam 8 butir tujuan yang dicapai pada tahun 2015 meliputi, mengentaskan kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (Kuncoro, 2013:216-218). Bagi Indonesia dan negara-negara yang sedang berkembang (NSB), tujuan Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals (MDGs) digunakan sebagai acuan dalam perumusan kebijakan, strategi, dan program pembangunan. Pemerintah Indonesia pun telah melaksanakan program pembangunan nasional yang mengacu pada MDGs. Hal itu tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 yang dilakukan secara lima periode tahunan guna mendukung pencapaian berbagai sasaran MDGs setiap tahunnya. Untuk mempercepat pencapaian MDGs, tidak hanya dari pihak pemerintah saja tetapi diperlukan juga kontribusi organisasi masyarakat dan sektor swasta yang berperan penting didalamnya. 11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 Tujuan utama MDGs adalah komitmen mengentaskan kemiskinan dan kelaparan. Kemiskinan mempunyai pengertian yang beragam. Setiawan (Winanendra, 2014:16) membedakan kemiskinan dalam tiga tingkatan yaitu: a. Destitute, merupakan kelompok yang paling miskin atau fakir miskin sehingga memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan, tidak memiliki sumber pendapatan sama sekali, serta tidak memiliki akses terhadap berbagai pelayanan sosial. b. Poor Group, merupakan kelompok miskin yang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan tetapi relatif masih memiliki sumber pendapatan dan memiliki akses terhadap pelayanan sosial dasar. c. Near Poor, merupakan kelompok yang hampir miskin, sehingga kelompok ini rentan terhadap berbagai gejolak ekonomi dan sosial yang dapat menggeser mereka dari status rentan menjadi miskin bahkan fakir miskin bila tidak terdapat bantuan sosial. Andre Bayo Ala (Arsyad, 2004:237) mengemukakan bahwa kemiskinan bersifat multi dimensional. Artinya, kebutuhan manusia yang bermacam-macam berarti kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum, maka kemiskinan meliputi aspek primer seperti miskin akan aset, organisasi sosial dan politik, pengetahuan, serta keterampilan, sedangkan aspek sekunder meliputi miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi. Semua aspek tersebut akan berdampak pada kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 Dimensi-dimensi kemiskinan itu adalah saling berkaitan, baik secara langsung maupun tak langsung. Hal ini berarti kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya. Aspek lainnya dalam kemiskinan ini adalah bahwa yang miskin itu adalah manusianya, baik secara individual maupun secara kolektif. Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan, kemiskinan perkotaan, dan lain sebagainya. Namun demikian, bukan berarti desa atau kota yang mengalami kemiskinan, tetapi orang-orang atau penduduk (manusianya) yang mengalami miskin (Arsyad, 2004-237). Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan dan pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri (Suryawati, 2005:122). Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu: 1) Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang yang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja. Kemiskinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemiskinan absolut dimana seseorang tersebut memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan. 2) Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 3) Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar. 4) Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan. Menurut Chriswardani Suryawati (2005:122) kemiskinan dapat juga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a) Kemiskinan alamiah, berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus. b) Kemiskinan buatan, lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau pembangunan yang membuat masyarakat tidak dapat menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata. Ciri-ciri kelompok (penduduk) miskin yaitu, (1) rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan keterampilan, (2) mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, (3) kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal), setengah menganggur, atau menganggur, (4) kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu perkotaan, (5) kurangnya kesempatan untuk memperoleh bahan kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air minum, pendidikan, angkutan, fasilitas komunikasi, dan kesejahteraan sosial lainnya (Suryawati, 2005:123). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 2. Penyebab Kemiskinan Menurut Paul Spicker (Jundi, 2014:26), penyebab kemiskinan dapat dibagi menjadi empat, antara lain: a. Individual Explanation, kemiskinan yang terjadi karena karakteristik orang miskin itu sendiri, seperti malas, pilihan yang salah, gagal dalam bekerja, cacat bawaan, belum siap memiliki anak, dan lain sebagainya. b. Familiar Explanation, kemiskinan yang terjadi karena faktor keturunan, dimana antar generasi ke generasi terjadi ketidakberuntungan secara terus menerus, sehingga tidak mampu memperoleh pendidikan yang seharusnya mampu untuk mengeluarkan dari jerat kemiskinan yang ada. c. Substructural Explanation, kemiskinan yang terjadi karena adanya anggapan bahwa kemiskinan sebagai produk dari masyarakat, sehingga menciptakan adanya ketidakseimbangan dan ketimpangan sosial dengan membedakan status dan hak. World Bank 2003 (Winanendra, 2014:18-19), penyebab dasar kemiskinan adalah: a. Kegagalan pemerintah terutama tanah dan modal. b. Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana, dan prasarana. c. Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor. d. Adanya perbedaan kesempatan diantara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung. e. Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 f. Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat. g. Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkungannya. h. Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance). i. Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan. Sharp, dkk (Kuncoro, 2006:120) mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitas rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 seterusnya. Teori ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkse yang mengatakan a poor country is poor because it is poor (negara itu miskin karena dia miskin). Gambar 2.1 : Lingkaran Setan Kemiskinan Ketidaksempurnaan pasar, Keterbelakangan, Ketertinggalan Kekurangan Modal Investasi Rendah Produktivitas Rendah Tabungan Rendah Pendapatan Rendah Sumber: Ragnar Nurske dalam Kuncoro (2006:120). 3. Ukuran Kemiskinan Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Semakin tinggi garis kemiskinan, semakin tinggi pula penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin (Kuncoro, 2013:195). Batas garis kemiskinan yang di gunakan setiap negara berbeda-beda karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup. BPS Indonesia menggunakan batas kemiskinan dilihat dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa. BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) untuk mengukur kemiskinan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) diukur dengan menggunakan garis kemiskinan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Garis Kemiskinan merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). GKM adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori perkapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 53 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, daging, telur, dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain). Sedangkan GKNM adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan jenis komoditi di perdesaan. Rumus perhitungan Garis Kemiskinan (BPS) adalah: GK = GKM + GKNM PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 Keterangan: GK = Garis Kemiskinan GKM = Garis Kemiskinan Makanan GKNM = Garis Kemiskinan Non Makanan GK merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari dan kebutuhan bukan makanan. BPS menggunakan batas garis kemiskinan setara dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari yang akan disetarakan dengan rupiah. Selanjutnya, 2.100 kilokalori per kapita per hari akan disetarakan dengan rupiah ketika pengukuran kemiskinan dilakukan di tiap daerah atau provinsi dengan menyesuaikan harga yang berlaku pada suatu daerah atau provinsi tersebut. Sehingga garis kemiskinan di satu daerah dengan daerah lainnya akan berbeda. Teknik penghitungan GKM a. Tahap pertama adalah menentukan kelompok referensi (reference population) yaitu 20 persen penduduk yang berada di Garis Kemiskinan Sementara (GKS). Kelompok referensi ini didefinisikan sebagai penduduk kelas marjinal. GKS dihitung berdasar GK periode sebelumnya yang diinflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian dihitung GKM dan GKNM. GKM adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang riil di konsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari. Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Penyetaraan nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan menghitung harga rata-rata kalori ke 52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam menghitung GKM adalah: Keterangan: GKMj = Garis Kemiskinan Makanan daerah j (sebelum disetarakan menjadi 2.100 kilokalori). Pjk = Harga komoditi k di daerah j. Qjk = Rata-rata kuantitas komoditi k yang dikonsumsi di daerah j. J = Daerah (perkotaan atau pedesaan). b. Selanjutnya GKMj tersebut disetarakan dengan 2.100 kilokalori dengan mengalikan 2.100 terhadap harga implisit rata-rata kalori menurut daerah j dari penduduk referensi, sehingga: Keterangan: Kjk = Kalori dari komoditi k di daerah j. HKj = Harga rata-rata kalori di daerah j. Keterangan: Fj = Kebutuhan minimum makanan di daerah j, yaitu yang menghasilkan energi setara dengan 2.100 kilokalori/kapita/hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 c. GKNM merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditikomoditi non makanan yang terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Pemilihan jenis barang dan jasa non makanan mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari tahun ke tahun disesuaikan dengan perubahan pola konsumsi penduduk. Pada periode sebelum tahun 1993 terdiri dari 14 komoditi di perkotaan dan 25 sub kelompok (47 jenis komoditi) di pedesaan. Nilai kebutuhan minimum per komoditi atau sub kelompok non makanan dihitung dengan menggunakan suatu rasio pengeluaran komoditi atau sub kelompok tersebut terhadap total pengeluaran komoditi atau sub kelompok yang tercatat dalam data Susenas modul konsumsi. Rasio tersebut dihitung dari Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar 2004 (SPKKP 2004), yang dilakukan untuk mengumpulkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga per komoditi non makanan yang lebih rinci dibanding dengan data Susenas Modul Konsumsi. Nilai kebutuhan minimum non makanan secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut: Keterangan: NFp = Pengeluaran Minimum non makanan atau garis kemiskinan non makanan daerah p (GKNMp). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 Vi = Nilai pengeluaran per komoditi atau sub kelompok non makanan daerah p (dari Susenas modul konsumsi). ri = Rasio pengeluaran komoditi atau sub kelompok non makanan menurut daerah (hasil SPPKD 2004). i = Jenis komoditi non makanan terpilih di daerah p. p = Daerah (perkotaan atau pedesaan). Sajogyo (Arsyad, 2004:240) mengemukakan bahwa tingkat konsumsi beras per kapita juga dapat digunakan untuk mengukur kemiskinan. Untuk daerah pedesaan, penduduk dengan konsumsi beras kurang dari 240 kg per kapita per tahun digolongkan sangat miskin, sedangkan untuk daerah perkotaan adalah 360 kg per kapita per tahun. Tabel 2.1: Batas Kemiskinan Kota dan Desa (Kg) Batas Kemiskinan Perdesaan Perkotaan Melarat 180 kg 270 kg Sangat Miskin 240 kg 360 kg Miskin 320 kg 480 kg Sedangkan menurut Tambunan (2015:110) besar kecilnya kemiskinan disuatu wilayah bisa dilihat atau diketahui dengan memakai sejumlah alat ukur yang umum disebut sebagai indikator-indikator kemiskinan, yaitu: pendapatan atau konsumsi per minggu/bulan/tahun, aset, total kekayaan, makanan yang di konsumsi, tempat tinggal, pendidikan formal, infrastruktur dasar rumah tangga, dan kesehatan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 4. Kebijakan Dalam Mengurangi Kemiskinan Menurut Arsyad (2004: 242), ada beberapa strategi atau kebijakan dalam mengurangi kemiskinan yaitu sebagai berikut: a. Pembangunan Pertanian Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi dari pengurangan kemiskinan di Indonesia. Aspek dari pembangunan pertanian yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pengurangan kemiskinan khususnya pedesaan. Kontribusi terbesar bagi peningkatan pendapatan perdesaan dan pengurangan kemiskinan perdesaan dihasilkan dari adanya revolusi teknologi dalam pertanian padi, termasuk pembangunan irigasi. Kontribusi lainnya adalah dari program pemerintah untuk meningkatkan produksi tanaman keras. Misalnya petani di luar jawa dibantu untuk menanam karet, kelapa, dan sawit dan akhirnya pembangunan luar Jawa juga berperan mengurangi kemiskinan di Jawa melalui pembangunan pertanian di daerah-daerah transmigrasi. b. Pembangunan Sumber Daya Manusia Perbaikan akses terhadap konsumsi pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan, dan gizi) merupakan alat kebijakan penting dalam strategi pemerintah secara keseluruhan untuk mengurangi kemiskinan dan memperbaiki kesejahteraan penduduk Indonesia. Perluasan ruang lingkup dan kualitas dari pelayanan-pelayanan pokok tersebut membutuhkan investasi modal yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas golongan miskin tersebut. Pelayanan-pelayanan pokok seperti air bersih, tempat pembuangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 sampah, perumahan, dan lain-lainnya yang penting bagi golongan miskin. Tanpa kemajuan dan perbaikan akses golongan miskin terhadap pelayananpelayanan pokok tersebut, efektivitas dari setiap pelayanan sosial, seperti pendidikan dan kesehatan bisa terganggu. c. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) LSM bisa memainkan peran yang lebih besar didalam perancangan dan implementasi program pengurangan kemiskinan karena fleksibilitas dan pengetahuan mereka tentang komunitas yang dibina, LSM ini untuk beberapa hal bisa menjangkau golongan miskin secara lebih efektif ketimbang programprogram pemerintah. Keterlibatan LSM ini dapat meringankan biaya finansial dan staf dalam pengimplementasian program padat karya untuk mengurangi kemiskinan. Menurut Gregory Mankiw (2006:550), kebijakan untuk mengurangi tingkat kemiskinan yaitu melalui upah minimum dan tunjangan. Pertama, dengan adanya aturan yang menentukan upah minimum yang harus dibayarkan oleh para majikan kepada para pekerjanya adalah sebuah cara menolong para pekerja yang miskin tanpa membebankan biaya apapun untuk pemerintah. Kedua, tunjangan sosial merupakan alternatif untuk mengurangi tingkat kemiskinan, untuk meningkatkan standar hidup kaum miskin adalah pemerintah yang menambah pendapatan mereka berupa tunjangan sosial. Tunjangan sosial adalah sebuah istilah yang mencakup berbagai program pemerintah. Misalnya di Amerika Serikat ada sebuah program pemerintah yaitu Temporary Assistance For Needy Families (TANS) yang merupakan program untuk membantu keluarga yang memiliki anak-anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 tetapi tidak ada orang dewasa yang dapat menyokong keluarga. Bantuan ini diberikan kepada keluarga yang tidak memiliki ayah, dengan ibu yang membesarkan anak-anaknya yang masih kecil. Program tunjangan lainnya adalah Supplemental Security Income (SSI), yang menyediakan bantuan untuk kaum miskin yang sakit atau cacat. Seseorang yang miskin tidak dapat memperoleh bantuan hanya karena pendapatannya rendah tetapi ia juga memiliki beberapa kebutuhan tambahan, seperti menanggung anak kecil atau cacat. B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Indonesia 1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Perhatian tekanannya pada tiga aspek, yaitu: proses, output per kapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses secara berkesinambungan menuju kearah yang lebih baik yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional maupun pendapatan daerah dalam jangka panjang (Boediono, 1998:1). Dengan adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi berarti adanya kenaikan dalam kegiatan ekonomi dibanding sebelumnya. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat maka sebuah negara dapat mencapai kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi karena semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi menggambarkan bahwa semakin meningkatnya jumlah barang dan jasa dalam suatu negara tersebut sehingga semakin tinggi pula produktivitas faktor produksi dan upah yang diterima oleh pekerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 hubungan yang signifikan dan negatif, karena semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka tingkat kemiskinan akan semakin berkurang dikarenakan adanya produktivitas pekerja dan upah yang didapatkan lebih tinggi sesuai dengan barang atau jasa yang dihasilkan sehingga individu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan terhindar dari kemiskinan. Simon Kuznet (Yudha, 2013:21), Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat penting untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, walaupun pertumbuhan ekonomi tidak bisa berdiri sendiri untuk mengentaskan kemiskinan, tetap pertumbuhan ekonomi menjadi faktor utama untuk mengentaskan kemiskinan. 2. Pengangguran Pengangguran merupakan mereka yang sedang mencari pekerjaan, atau mereka yang mempersiapkan usaha, atau mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (Kuncoro, 2013:64). Adanya tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di NSB menjadi semakin serius. Tenaga kerja yang tidak bekerja secara penuh (underutilization) memiliki berbagai bentuk, seperti underemployment dan pengangguran tersembunyi (hidden unemployment). Hasil studi ditunjukkan bahwa 30 persen dari penduduk perkotaan di NSB bisa dikatakan tidak bekerja secara penuh (Arsyad, 2004:288). Ada hubungan yang erat antara tingginya tingkat pengangguran dengan tingkat kemiskinan, karena apabila angkatan kerja tidak bekerja secara maksimal (underutilization), maka produktivitas yang dimiliki juga tidak digunakan secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 maksimal, dampaknya mereka tidak akan mendapatkan upah yang maksimal sehingga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar. 3. Upah Minimum Regional Upah adalah pendapatan yang diterima tenaga kerja dalam bentuk uang, yang mencangkup bukan hanya komponen upah atau gaji, tetapi juga lembur dan tunjangan-tunjangan yang diterima secara rutin atau reguler (tunjangan transport, uang makan, dan tunjangan lainnya), tidak termasuk Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan bersifat tahunan, kwartalan, tunjangan-tunjangan lain yang bersifat tidak rutin dan tunjangan dalam bentuk natural (BPS, 2017). Ada hubungan yang signifikan dan negatif antara upah minimum dengan kemiskinan karena jika upah minimum yang diberikan kepada pekerja dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, maka kesejahteraan pekerja meningkat dan terhindar dari kemiskinan. 4. Ketimpangan Distribusi Pendapatan Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya (Dumairy, 1996:53). Adanya perbedaan yang sangat ekstrim yaitu, jurang antara mereka yang kaya (berpendapatan tinggi) dan miskin (berpendapatan rendah). Pengaruh antara ketimpangan distribusi pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk cenderung berdampak negatif terhadap penduduk miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin. Sebagian besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak sehingga kondisi perekonomian mereka yang berada di garis kemiskinan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 semakin memburuk seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan. Selain itu, salah satu penyebab dari kemiskinan adalah adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang selanjutnya akan menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. C. Pertumbuhan Ekonomi 1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi Prof. Simon Kuznetz (Jhingan, 2004:57) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Definisi ini memiliki tiga komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. 2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 mempengaruhi terjadinya proses pertumbuhan. Output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi menurut para ahli, antara lain: a. Teori Pertumbuhan Friedrich List List dipandang sebagai pelopor yang meletakkan landasan bagi pertumbuhan pemikiran ekonomi. Menurut List, sistem liberalisme yang laissez-faire dapat menjamin alokasi sumberdaya secara optimal. Perkembangan ekonomi tergantung pada peranan pemerintah, organisasi swasta, dan lingkungan kebudayaan. Perkembangan ekonomi hanya akan terjadi jika dalam masyarakat ada kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan perorangan. List juga menegaskan bahwa negara dan pemerintah harus melindungi kepentingan golongan lemah diantara masyarakat. Dengan pendekatan berdasarkan cara produksinya, perkembangan ekonomi dibagi menjadi lima tahap, yaitu tahap primitif, beternak, pertanian, industri pengolahan (manufacturing), industri pengolahan, serta perdagangan. Menurut teori ini, masyarakat akan tergerak dari masyarakat yang primitif menjadi masyarakat berdagang dan didorong dengan pemerintah yang mendukung kebebasan dalam berdagang sehingga masyarakat bisa memaksimalkan sumberdaya yang ada untuk diolah menjadi sesuatu yang bernilai guna dan dapat dijual. Dengan adanya perdagangan ini masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena mendapatkan hasil dalam tahap perdagangan ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 b. Teori Pertumbuhan Rostow Teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Walt Whitman Rostow merupakan garda depan dari linear stage of growth theory. Teori Rostow banyak mempengaruhi pandangan dan persepsi para ahli ekonomi mengenai strategi pembangunan yang harus dilakukan. Teori Rostow didasarkan pada pengalaman pembangunan yang telah dialami oleh negaranegara maju terutama di Eropa. Rostow membagi proses pembangunan ekonomi suatu negara menjadi lima tahap yaitu: 1) Tahap perekonomian tradisional Perekonomian pada masyarakat tradisional cenderung bersifat subsisten. Pemanfaatan teknologi dalam sistem produksi masih sangat terbatas. Dalam perekonomian semacam ini sektor pertanian memegang peranan penting. Masih rendahnya pemanfaatan teknologi dalam proses produksi menyebabkan barang-barang yang diproduksi sebagian besar adalah komoditas pertanian dan bahan mentah lainnya. Struktur sosial kemasyarakatan dalam sistem masyarakat lebih berjenjang, kemampuan penguasaan sumberdaya yang ada sangat dipengaruhi oleh hubungan darah. 2) Prakondisi tinggal landas Tahap kedua dari proses pertumbuhan Rostow ini pada dasarnya merupakan proses transisi dimana prasyarat-prasyarat pertumbuhan swadaya dibangun atau diciptakan manusia-manusia baru dengan semangat baru yang mau bekerja keras muncul memasuki sektor ekonomi, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 mereka bersedia mengambil resiko untuk mengejar keuntungan. Pada tahap ini telah muncul perusahaan manufaktur yang menggunakan metode baru, sehingga kegiatan mereka mengarah pada industrialisasi. Industrialisasi dapat dipertahankan jika dipenuhi prasyarat sebagai berikut: a) peningkatan investasi di sektor infrastruktur/prasarana terutama prasarana transportasi, b) terjadi revolusi teknologi dibidang pertanian untuk memenuhi peningkatan permintaan penduduk kota yang semakin besar, c) perluasan impor, termasuk impor modal yang dibiayai oleh produksi yang efisien dan pemasaran sumber alam untuk diekspor. 3) Tinggal Landas Tinggal landas merupakan tahap yang menentukan dalam keseluruhan proses pembangunan bagi kehidupan masyarakat. Tinggal landas didefinisikan sebagai tiga kondisi yang saling berkaitan yaitu, a) kenaikan laju investasi produktif antara 5-10% dari pendapatan nasional, b) perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting dengan pertumbuhan yang tinggi, c) kerangka politik, sosial, dan institusional yang hadir begitu cepat yang menimbulkan hasrat ekspansi di sektor modern, dan dampak eksternalnya akan memberikan daya dorong pada pertumbuhan ekonomi. 4) Tahap menuju Kedewasaan Tahap ini ditandai dengan penerapan secara efektif teknologi modern terhadap sumber daya yang dimiliki. Tahapan ini merupakan tahapan jangka panjang dimana produksi dilakukan secara swadaya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 Tahapan ini juga ditandai dengan munculnya beberapa sektor penting yang baru. Pada saat negara berada pada tahap kedewasaan teknologi, terdapat tiga perubahan penting yang terjadi: a) tenaga kerja berubah dari tidak terdidik menjadi terdidik, b) perubahan watak pengusaha dari pekerja keras dan kasar berubah menjadi manajer efisien yang halus dan sopan, c) masyarakat jenuh terhadap industrialisasi dan menginginkan perubahan lebih jauh. 5) Tahap konsumsi masa tinggi Pada tahap ini akan ditandai dengan terjadinya migrasi secara besarbesaran dari masyarakat pusat perkotaan ke pinggiran kota, akibat pembangunan pusat kota sebagai sentral bagi tempat kerja. Terdapat tiga kekuatan utama yang cenderung meningkatkan kesejahteraan dalam tahap konsumsi besar-besaran ini, yaitu: a) penerapan kebijakan nasional guna meningkatkan kekuasaan dan pengaruh melampaui batas-batas nasional, b) ingin memiliki satu negara kesejahteraan dengan pemerataan pendapatan nasional yang lebih adil melalui pajak progresif, peningkatan jaminan sosial dan fasilitas hiburan bagi para pekerja, c) keputusan untuk membangun pusat perdagangan dan sektor penting seperti mobil, jaringan rel kereta api, rumah murah, dan lain sebagainya. Dengan adanya tiga kekuatan utama yang cenderung meningkatkan kesejahteraan dalam tahap konsumsi besar-besaran ini menggambarkan bahwa tingkat kemiskinan pun akan mengalami penurunan karena salah satu ukuran kesejahteraan suatu negara adalah tingkat kemiskinan yang semakin berkurang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 c. Teori pertumbuhan Adam Smith Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap yang berurutan, yaitu dimulai dari masa berburu, beternak, bercocok tanam, perdagangan, dan tahap perindustrian. Masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith memandang pekerja sebagai salah satu input (masukan) merupakan titik sentral pembahasan bagi proses produksi dengan adanya pembagian kerja, dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja. Spesialisasi yang dilakukan oleh tiap-tiap pelaku ekonomi tidak lepas dari faktor-faktor pendorong yaitu: peningkatan keterampilan kerja dan penemuan mesin-mesin yang menghemat tenaga. Spesialisasi akan terjadi jika tahap pembangunan ekonomi telah menuju ke sistem perekonomian modern yang kapitalistik. Meningkatnya kompleksitas aktivitas ekonomi dan kebutuhan hidup masyarakat, mengharuskan masyarakat untuk tidak lagi melakukan semua pekerjaan secara mandiri, namun lebih ditekankan pada spesialisasi untuk menggeluti bidang tertentu. Menurut Adam Smith, proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu dengan yang lain. Dengan adanya spesialisasi kerja akan menimbulkan peningkatan kinerja pada satu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 ekonomi semakin pesat. Apabila pertumbuhan ekonomi semakin pesat atau meningkat artinya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan juga mengalami peningkatan sehingga semakin tinggi pula produktivitas faktor produksi dan upah yang diterima oleh pekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. d. Teori pembangunan Karl Marx Karl Marx membagi evolusi perkembangan masyarakat menjadi tiga, yaitu feodalisme, kapitalisme, dan sosialisme. Evolusi perkembangan masyarakat ini akan sejalan dengan proses pembangunan yang dilaksanakan. Masyarakat feodalisme mencerminkan kondisi dimana perekonomian yang ada masih bersifat tradisional. Dalam tahap ini tuan tanah merupakan pelaku ekonomi yang memiliki tawar menawar tertinggi terhadap pelaku ekonomi lain. Perkembangan teknologi yang ada menyebabkan terjadinya pergeseran di sektor ekonomi, dimana masyarakat yang semula agraris-feodal kemudian beralih menjadi masyarakat industri yang kapitalis. Seperti halnya masa feodal, pada masa kapitalisme ini para pengusaha merupakan pihak yang memiliki tingkat posisi tawar menawar tertinggi relatif terhadap pihak lain khususnya kaum buruh. Marx menyesuaikan asumsinya terhadap cara pandang ekonom Klasik ketika itu dengan memandang buruh tidak memiliki posisi tawar menawar sama sekali terhadap majikannya, yang merupakan kaum kapitalis. Konsekuensi logis penggunaan asumsi dasar tersebut adalah kemungkinan terjadinya eksploitasi besar-besaran yang dilakukan para pengusaha terhadap buruh. Disisi lain, pada masa itu pemupukan modal kemudian menjadi kata kunci bagi upaya peningkatan pendapatan yang lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 besar dimasa yang akan datang. Sejalan dengan perkembangan teknologi, para pengusaha yang menguasai faktor produksi akan berusaha memaksimalkan keuntungannya dengan menginvestasikan akumulasi modal yang diperolehnya pada input modal yang bersifat pada kapital. Eksploitasi terhadap kaum buruh dan peningkatan pengangguran terjadi akibat substitusi tenaga manusia dengan input modal yang padat kapital, akhirnya akan menyebabkan revolusi sosial yang dilakukan oleh kaum buruh. Fase ini merupakan tonggak baru bagi munculnya suatu tatanan sosial alternatif disamping tata masyarakat kapitalis, yaitu tata masyarakat sosialis. Sepanjang teori pembangunan yang dikemukakannya, Marx selalu mendasarkan argumennya pada asumsi bahwa masyarakat pada dasarnya terbagi menjadi dua golongan, yaitu: masyarakat pemilik tanah dan masyarakat bukan pemilik tanah, masyarakat pemilik modal dan masyarakat bukan pemilik modal. Dengan argumennya tentang masyarakat pemilik modal atau pemilik tanah yang memiliki posisi tawar menawar yang tinggi, maka pemilik modal yang akan menginvestasikan modalnya dalam suatu industri tertentu dengan harapan akan memperoleh keuntungan dan pemilik modal akan mengakumulasikan modalnya dalam industri tersebut dengan cara menambah produk yang dihasilkan sehingga yang terjadi adalah industri akan lebih banyak membutuhkan buruh untuk dapat memproduksi barang tersebut dan dampaknya akan lebih banyak buruh yang bekerja dan mendapatkan upah sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 e. Teori pertumbuhan Neo-Klasik (Sollow-Swan) Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan klasik. Ekonom yang menjadi perintis dalam mengembangkan teori tersebut adalah Robert Solow dan Trevor Swan. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi, pandangan teori ini didasarkan pada anggapan yang mendasari analisis klasik, yaitu perekonomian akan tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Perekonomian akan berkembang tergantung pada pertambahan penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi (Arsyad 2004:62). Semakin banyak pertambahan penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi akan semakin mempermudah dalam menghasilkan barang dan jasa semakin banyak yang akhirnya memicu pertumbuhan ekonomi yang menggambarkan kemakmuran masyarakat negara tinggi yang tersebut sehingga masyarakat terhindar dari kemiskinan. f. Model pertumbuhan Harrod-Domar Teori Harrod Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Teori ini menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang (steady growth). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 Teori Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi, yaitu: 1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh. 2) Perekonomian terdiri dari 2 sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada. 3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik 0. 4) Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (capital-output ratio=COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capitaloutput ratio=ICOR). Dalam teori Harrod-Domar, fungsi produksinya berbentuk L karena sejumlah modal hanya dapat menciptakan suatu tingkat output tertentu (modal dan tenaga kerja tidak substitutif). Untuk menghasilkan output sebesar Q1 diperlukan modal K1 dan tenaga kerja L1, dan apabila kombinasi berubah maka tingkat output berubah. Untuk output Q2 hanya dapat diciptakan jika stok modal sebesar K2. Artinya, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-barang modal (gedung-gedung, peralatan, material) yang rusak. Tetapi untuk menumbuhkan perekonomian diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Dengan adanya investasi baru maka akan menambah modal yang ada untuk menghasilkan output yang lebih tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 Dalam menghasilkan output yang tinggi juga memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak berarti akan terjadi penyerapan tenaga kerja, dengan begitu tenaga kerja tersebut akan mendapatkan upah sehingga terhindar dari kemiskinan. Gambar 2.2: Fungsi Produksi Harrod-Domar Modal K2 Q2 K1 Q1 0 Tenaga Kerja L1 L2 Sumber: Arsyad (2004:65). g. Teori Schumpeter Teori Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang berbahasa jerman pada tahun 1911 yang dikemukakan pada tahun 1934 diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Theory of Economic Development. Kemudian Schumpeter menggambarkan teorinya lebih lanjut tentang proses pembangunan dan faktor utama yang menentukan pembangunan dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1939 dengan judul PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 Business Cycle. Salah satu pendapat Schumpeter yang paling penting adalah landasan teori pembangunannya, keyakinan bahwa sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat (Arsyad 2004: 69). Modal yang besar akan lebih mendorong pertumbuhan ekonomi semakin cepat sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan dapat dikatakan masyarakat akan terhindar dari kemiskinan. Menurut Schumpeter (dalam Arsyad 2004:70), faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para innovator atau wiraswasta (enterpreneur). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat. Schumpeter (dalam Arsyad 2004: 70), pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya teknologi produksi itu sendiri. Misalnya kenaikan output yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa perubahan teknologi produksi yang lama. Inovasi mempunyai pengaruh yaitu: diperkenalkan teknologi baru, menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi modal, dan inovasi akan diikuti oleh timbulnya proses peniruan yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 h. Teori Arthur Lewis Teori pembangunan Arthur Lewis membahas mengenai pembangunan yang terjadi antara daerah kota dan desa, yang mengikutsertakan proses urbanisasi yang terjadi diantara kedua tempat tersebut. Selain itu, pola investasi yang terjadi di sektor modern dan juga sistem penetapan upah yang berlaku di sektor modern sehingga berpengaruh besar terhadap arus urbanisasi yang ada. Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya akan terbagi menjadi dua yaitu: 1) Perekonomian Tradisional Di daerah pedesaan dengan perekonomian tradisional diasumsikan mengalami surplus tenaga kerja. Surplus tersebut erat kaitannya dengan basis utama perekonomian yang diasumsikan berada dalam kondisi subsisten akibat perekonomian yang subsisten pula. Hal ini ditandai dengan nilai produk marjinal (marginal product) dari tenaga kerja yang bernilai nol. Artinya fungsi produksi pada sektor pertanian telah sampai pada tingkat berlakunya hukum law of diminishing returns. Kondisi yang menunjukkan bahwa penambahan input variabel, justru tenaga kerja akan menurunkan total produksi yang ada. Disisi lain, pengurangan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan di sektor pertanian tidak akan mengurangi tingkat produksi yang ada, akibat proporsi input variabel tenaga kerja yang terlalu besar. Pangsa semua pekerja terhadap output yang dihasilkan adalah sama sehingga upah riil ditentukan oleh nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 rata-rata produk marjinal bukan oleh produk marjinal dari tenaga kerja itu sendiri. 2) Perekonomian Industri Perekonomian yang terletak di perkotaan dimana sektor yang berperan penting adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi dari input yang digunakan, termasuk tenaga kerja. Hal ini berarti nilai produk marjinal terutama dari tenaga kerja bersifat positif. Sehingga perekonomian perkotaan merupakan tujuan bagi para pekerja di pedesaan, karena nilai produk marjinal dari tenaga kerja yang positif menunjukkan bahwa fungsi produksi belum berada pada tingkat optimal yang mungkin dicapai. Jika hal itu terjadi, maka penambahan tenaga kerja pada sistem produksi yang ada akan meningkatkan output yang diproduksi. Dengan demikian, industri di perkotaan masih menyediakan lapangan pekerjaan, dan akan banyak tenaga kerja di pedesaan untuk berurbanisasi. Lewis juga mengasumsikan bahwa tingkat upah di kota 30 % lebih tinggi dari pada tingkat upah di pedesaan, yang relatif bersifat subsisten dan tingkat upah cenderung tetap. Perbedaan upah inilah yang akan melengkapi daya tarik untuk melakukan urbanisasi. Perbedaan tenaga kerja dari desa ke kota dan pertumbuhan pekerja di sektor modern akan mampu meningkatkan ekspansi output yang dihasilkan oleh sektor modern tersebut. Percepatan ekspansi output sangat ditentukan oleh tingkat investasi di sektor industri dan akumulasi modal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 yang terjadi di sektor modern. Dengan adanya banyak sektor industri di kota membuat tenaga kerja yang dibutuhkan semakin banyak, adanya migrasi tenaga kerja maka sektor industri akan terbantu dan tenaga kerja pun akan terserap dalam industri tersebut. Dengan begitu tenaga kerja dapat memenuhi kebutuhan hidup dan terhindar daari kemiskinan. 3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Suparmoko (1990:205) memandang bahwa untuk mengetahui maju tidaknya suatu perekonomian diperlukan suatu alat pengukur yang tepat. Ada beberapa macam alat pengukur pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah: a. Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yang global sifatnya, dan bukan merupakan alat ukur pertumbuhan ekonomi yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk yang sesungguhnya, padahal sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati oleh setiap penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan. b. Produk Domestik Bruto Per kapita/Pendapatan Per kapita Produk domestik bruto per kapita dapat dipakai sebagai proxy pendapatan per kapita dan lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara dibandingkan PDB saja. PDB per kapita adalah jumlah PDB nasional dibagi dengan jumlah penduduk, atau dapat disebut sebagai PDB rata-rata atau PDB per kepala. Bank Dunia menggunakan angka produk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 nasional bruto (PNB) dan bukan PDB dalam mengukur perkembangan ekonomi suatu negara yaitu dengan memperhitungkan pendapatan bersih dari faktor produksi milik orang asing. Walaupun PDB maupun PNB per kapita merupakan alat pengukur yang lebih baik, namun tetap belum mencerminkan kesejahteraan penduduk secara tepat. Hal ini karena PDB rata-rata itu tidak mencerminkan kesejahteraan ekonomi sungguh-sungguh dirasakan oleh setiap orang di suatu negara. Dapat saja angka rata-rata itu tinggi, tetapi sesungguhnya ada orang atau sekelompok orang yang tidak menerima pendapatan sama sekali. Oleh karena itu perlu diperhatikan unsur distribusi pendapatan di antara penduduk suatu negara. Dengan memperhatikan unsur distribusi pendapatan itu, maka PDB atau PNB per kapita yang tinggi yang disertai dengan distribusi pendapatan yang lebih merata akan mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik daripada bila pendapatan per kapitanya tinggi tetapi ada distribusi pendapaatn yang tidak merata. Namun demikian pendapatan per kapita atau PDB per kapita atau PNB per kapita tetap merupakan alat pengukur yang unggul dibanding dengan alat-alat pengukur yang lain. c. Pendapatan Per Jam Kerja Pendapatan per jam kerja sebenarnya paling baik dipakai sebagai alat pengukur untuk mengukur maju tidaknya suatu perekonomian. Biasanya suatu negara yang mempunyai tingkat pendapatan atau tingkat upah per jam kerja lebih tinggi dari pada upah per jam kerja di negara lain untuk jenis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 pekerjaan yang sama, pasti boleh dikatakan bahwa negara yang bersangkutan lebih maju. d. Harapan Hidup Waktu Lahir Harapan hidup waktu lahir juga dapat dipakai untuk melihat kemajuan dan kesejahteraan suatu perekonomian. Kesejahteraan benar-benar dapat dirasakan bila seseorang dapat memenuhi segala macam kebutuhannya seperti kebutuhan akan barang dan jasa termasuk kesehatan, pendidikan, dan sebagainya, dan dalam jangka waktu yang lama yaitu bila dikarunia umur yang lama. Tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi, orang akan mampu memperoleh kualitas hidup yang baik yang meliputi kondisi makanan, perumahan, sandang, rekreasi, dan sebagainya. Dengan demikian tingkat kesehatan akan tinggi pula dan umur rata-rata akan menjadi panjang. 4. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi dalam suatu perekonomian secara berkesinambungan menuju kearah yang lebih baik . Besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional per kapita. Nilai output per kapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika angka output per kapita makin besar, tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi (Rahardja, dan Mandala Manurung, 2008:223). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 Sebagai indikator ekonomi yang mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu negara, pendapatan per kapita dihitung secara berkala (periodik) biasanya satu tahun. Manfaat dari perhitungan pendapatan per kapita antara lain, untuk melihat tingkat perbandingan kesejahteraan suatu masyarakat suatu negara dari tahun ke tahun, sebagai data perbandingan kesejahteraan suatu negara dengan negara lain. Dari pendapatan per kapita masing-masing negara dapat dilihat tingkat kesejahteraan tiap negara, sebagai perbandingan tingkat standar hidup suatu negara dengan negara lainnya. Dengan mengambil dasar pendapatan per kapita dari tahun ke tahun, dapat disimpulkan apakah pendapatan per kapita suatu negara rendah (bawah), sedang, atau tinggi, dan sebagai data untuk mengambil kebijakan di bidang ekonomi. Pendapatan per kapita dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil langkah di bidang ekonomi (Rumahorbo:24-25). Menurut Jhingan (2004:8) kemiskinan menunjukkan pada rendahnya tingkatan pendapatan per kapita suatu negara. Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut. Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, yang biasanya dapat didefinisikan di dalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud. Di negara-negara maju kemiskinan relatif diukur sebagai suatu proporsi dari tingkat pendapatan rata-rata per kapita. Sebagai suatu ukuran relatif, kemiskinan relatif dapat berbeda menurut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 negara atau periode di dalam suatu negara. Kemiskinan absolut adalah derajat dari kemiskinan di bawah mana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi. Ini adalah suatu ukuran tetap (tidak berubah) di dalam bentuk suatu kebutuhan kalori minimum ditambah komponen-komponen non makanan yang juga sangat diperlukan untuk bertahan hidup. Walaupun kemiskinan absolut sering juga disebut kemiskinan ekstrem, akan tetapi maksud dari yang terakhir ini bisa bervariasi, tergantung pada interpretasi setempat atau kalkulasi. Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan per kapita dengan tingkat kemiskinan tidak berbeda dengan pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Mengikuti hipotesis Kuznet, pada tahap awal dari proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan pada saat mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang. Tentu banyak faktor-faktor lain selain pertumbuhan pendapatan yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di suatu wilayah atau negara seperti derajat pendidikan, tenaga kerja, dan struktur ekonomi (Tambunan, 2015:107). D. Pengangguran 1. Definisi Pengangguran Pengangguran adalah orang yang berusia 16 tahun ke atas yang tidak bekerja, yang siap untuk kerja, dan melakukan usaha spesifik untuk menemukan pekerjaan selama empat minggu sebelumnya (Case dan Fair, 2004:50). Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 secara langsung dan merupakan masalah yang paling berat. Bagi kebanyakan orang, kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering diperdebatkan politik dan para politisi sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan kerja (Mankiw, 2006:154). Sedangkan menurut Dumairy (1996:75), pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, atau orang yang tidak bekerja maupun (masih atau sedang) mencari pekerjaan. Pengangguran (unemployment) merupakan kenyataan yang dihadapi tidak saja dihadapi oleh negara-negara berkembang (developing countries), akan tetapi juga oleh negara-negara yang sudah maju (developed countries). Secara umum, pengangguran didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force) tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan (Ningsih, 2010:16). Proses pengumpulan statistik pengangguran biasanya dimulai dengan menentukan jumlah angkatan kerja dan jumlah orang di dalamnya yang bekerja dan yang menganggur. Tingkat pengangguran dihitung sebagai perbandingan orang yang tidak bekerja dengan angkatan kerja (Wiratmo, 1994:74). Untuk mengetahui besar kecilnya tingkat pengangguran dapat diamati melalu dua pendekatan antara lain sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 a. Pendekatan angkatan kerja (labor force approach) Besar kecilnya tingkat pengangguran dihitung berdasarkan presentase dari perbandingan jumlah antara orang yang menganggur dan jumlah angkatan kerja (Rahardja, dan Mandala Manurung, 2008:378). Tingkat pengangguran = Jumlah yang menganggur X 100% Jumlah angkatan kerja b. Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labor utilization approach) Untuk menentukan besar kecilnya tingkat pengangguran yang didasarkan pada pendekatan pemanfaatan tenaga kerja antara lain: 1) Bekerja penuh (employed) yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu. 2) Setengah menganggur (underemployment) yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara penuh, artinya jam kerja mereka dalam seminggu kurang dari 35 jam. 2. Macam-Macam Pengangguran Edwards (Arsyad, 2004:288) membedakan lima bentuk pengangguran yaitu: a. Pengangguran terbuka: baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan). b. Setengah menganggur (underemployment): mereka yang bekerja lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka bisa kerjakan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 c. Yang digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur, antara lain: 1) Pengangguran tak kentara (disguised unemployment) misalnya para petani yang bekerja di ladang selama sehari penuh, padahal pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari penuh. 2) Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment) misalnya orang yang bekerja tidak sesuai dengan tingkat atau jenis pendidikannya. 3) Pensiun lebih awal Usia pensiun dipermuda sebagai alat untuk menciptakan peluang bagi yang muda-muda untuk menduduki jabatan diatasnya. d. Tenaga kerja yang lemah (impaired): mereka yang mungkin bekerja full time, tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan. e. Tenaga kerja yang tidak produktif: mereka yang mampu untuk bekerja secara produktif, tetapi karena sumberdaya-sumberdaya penolong kurang memadai maka mereka tidak bisa melakukan sesuatu dengan baik. Case and Fair (2004:54), pengangguran dapat dibedakan kedalam beberapa jenis yaitu: a. Pengangguran Friksional (frictional unemployment) Pengangguran friksional adalah bagian pengangguran yang disebabkan oleh kerja normalnya pasar tenaga kerja. Istilah itu merujuk pada pencocokan pekerjaan atau keterampilan jangka pendek. selain itu pengangguran friksional juga merupakan jenis pengangguran yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan didalam syarat-syarat kerja, yang terjadi seiring PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 dengan perkembangan atau dinamika ekonomi yang terjadi. Jenis pengangguran ini dapat pula terjadi karena berpindahnya orang-orang dari satu daerah ke daerah lain, atau dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain. b. Pengangguran musiman (seasonal unemployment) Pengangguran ini berkaitan dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Yang dimaksud dengan pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu didalam satu tahun. Biasanya pengangguran seperti ini berlaku pada waktu dimana kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Dengan demikian, jenis pengangguran ini terjadi untuk sementara waktu saja. c. Pengangguran siklis (cyclical unemployment) Pengangguran siklis atau pengangguran konjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. kemunduran, Pada waktu perusahaan-perusahaan kegiatan harus ekonomi mengurangi mengalami kegiatan memproduksinya. Dalam pelaksanaannya berarti jam kerja dikurangi, sebagian mesin produksi tidak digunakan. Dengan demikian, kemunduran ekonomi akan menaikkan jumlah pengangguran. d. Pengangguran struktural (structural unemployment) Dikatakan pengangguran struktural karena sifatnya mendasar. Pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi atau teknologi produksi yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja juga makin tinggi. Dilihat dari sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi dibanding dengan pengangguran friksional. Selain membutuhkan pendanaan yang besar, juga waktu yang lama. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan pengangguran struktural yaitu sebagai akibat dari kemerosotan permintaan atau sebagai akibat dari makin canggihnya teknik memproduksi. Faktor yang kedua memungkinkan suatu perusahaan menaikkan produksi dan pada waktu yang sama mengurangi pekerja. 3. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian Menurut Wiratmo (1994:75-76), Tingkat pengangguran yang tinggi atau meningkat sering menimbulkan masalah-masalah dalam negara, yaitu: a. Masalah Sosial, Peningkatan pengangguran menyebabkan berkurangnya pendapatan yang diperoleh serta memungkinkan bertambahnya kemiskinan. Pengangguran juga membawa pada kehilangan identitas dan harga diri. Selain itu, pengangguran juga dapat merangsang perilaku kriminal. b. Masalah Fiskal, tingkat pengangguran yang tinggi menimbulkan masalah fiskal pada berbagai tingkat pemerintahan. Penerimaan pajak menurun karena pekerjaan dan pendapatan nasional menurun. Sedangkan menurut Pratama Rahardja dan Mandala Manurung (2008:381) pengangguran akan menimbulkan dampak negatif, antara lain: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 a. Terganggunya Stabilitas Perekonomian Pengangguran yang semakin memburuk atau kronis akan mengganggu stabilitas perekonomian dilihat dari sisi permintaan dan penawaran agregat. b. Melemahnya permintaan agregat Untuk dapat bertahan hidup, manusia harus bekerja. Sebab dengan bekerja ia akan memperoleh penghasilan, yang digunakan untuk belanja barang dan jasa. Jika tingkat pengangguran tinggi dan bersifat struktural, maka daya beli akan menurun, yang pada gilirannya menimbulkan penurunan permintaan agregat. c. Melemahnya penawaran agregat Tingginya tingkat pengangguran akan menurunkan penawaran agregat, bila dilihat dari peranan tenaga kerja sebagai faktor produksi utama. Makin sedikit tenaga kerja yang digunakan, makin kecil penawaran agregat. Dampak pengangguran terhadap penawaran agregat makin terasa dalam jangka panjang. Makin lama seseorang menganggur, keterampilan, produktivitas maupun etika kerjanya akan mengalami penurunan. d. Terganggunya Stabilitas Sosial Politik Pengangguran bukan hanya masalah ekonomi, melainkan juga masalah sosial politik. Sebab dampak sosial dari pengangguran sudah jatuh lebih besar dari masa-masa sebelumnya. Pengangguran yang tinggi akan meningkatkan kriminalitas, baik berupa kejahatan pencurian, perampokan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang maupun kegiatan-kegiatan ekonomi ilegal lainnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 Biaya ekonomi yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah-masalah sosial ini sangat besar dan sulit diukur tingkat efisiensi dan efektivitasnya. 4. Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Pengangguran menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja atau belum mendapatkan pekerjaan (Rahardja, dan Mandala Manurung, 2008:377). Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran menjadi masalah yang semakin serius. Hasil suatu studi menunjukkan sekitar 30 persen dari penduduk perkotaan di negara berkembang bisa dikatakan tidak bekerja secara penuh (underutilized) sehingga individu akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dikarenakan pendapatan yang tidak menentu sesuai dengan adanya pekerjaan yang akan dilakukan. Pengangguran dan kemiskinan memiliki hubungan yang positif karena pengangguran akan menyebabkan tingkat pendapatan dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak maksimal dan mereka selalu berada diantara kelompok yang sangat miskin (Arsyad, 2004:289). Hal ini juga sejalan oleh Masykur Wiratmo (1994:75) yang mengatakan bahwa peningkatan pengangguran menyebabkan berkurangnya pendapatan yang diperoleh serta memungkinkan bertambahnya kemiskinan. Ada hubungan yang erat antara tingginya tingkat pengangguran dengan tingkat kemiskinan, karena apabila angkatan kerja tidak bekerja ataupun bekerja tetapi tidak secara maksimal (underutilization), maka produktivitas yang dimiliki juga tidak digunakan secara maksimal atau bahkan produktivitasnya tidak digunakan, dampaknya mereka tidak akan mendapatkan upah yang maksimal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 sehingga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Pratama Rahardja dan Mandala Manurung (2008:381) yaitu semakin lama seseorang menganggur, keterampilan, produktivitas maupun etika kerjanya akan mengalami penurunan. E. Upah Minimum 1. Definisi Upah Minimum Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas suatu dasar perjanjian kerja antara pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik untuk karyawan itu sendiri maupun untuk keluarganya (Sumarsono, 2009:181). Teori Neo Klasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga tiap faktor produksi yang dipergunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marginal dari faktor produksi tersebut. Ini berarti bahwa pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marginal seseorang sama dengan upah yang diterima orang tersebut. Dengan kata lain tingkat upah yang dibayarkan oleh pengusaha adalah: W = VMPPL = MPPL X P PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 W = Tingkat upah (dalam arti labour cost) yang dibayarkan pengusaha kepada karyawan. P = Harga jual barang (hasil produksi) dalam rupiah per unit barang. MPPl = marginal phsycal product of labour atau pertambahan hasil marjinal pekerja, diukur dalam unit barang per unit waktu. VMPPL = value of marginal physical product of labour atau nilai pertambahan hasil marginal pekerja atau karyawan. Nilai pertambahan hasil marginal karyawan VMPPL, merupakan nilai jasa yang diberikan oleh karyawan kepada pengusaha. Sebaliknya upah, W, dibayarkan oleh pengusaha kepada karyawan sebagai imbalan terhadap jasa karyawan yang diberikan kepada pengusaha. Selama nilai pertambahan hasil marginal karyawan lebih besar dari upah yang dibayarkan oleh pengusaha (VMPPL > W), pengusaha dapat menambah keuntungan dengan menambah pekerja. Dilain pihak, pengusaha tentu tidak bersedia membayar upah yang lebih besar dari nilai usaha kerja yang diberikan karyawan kepada pengusaha. Dilihat dari segi kerja, karyawan tersebut tidak bersedia menerima upah yang lebih rendah dari usaha kerjanya. Dengan kata lain, upah dalam hal ini berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan seseorang kepada pengusaha. Hal ini sejalan dengan Sadono Sukirno (2012: 351), Upah diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Kebijakan upah minimum telah menjadi isu penting dalam masalah ketenagakerjaan di beberapa negara baik maju maupun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 berkembang, sasaran dari kebijakan upah minimum ini adalah untuk menutupi kebutuhan hidup minimum dari pekerja dan keluarganya. Kebijakan pemerintah di Indonesia mengenai upah minimum tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor : Per-01/Men/1999, di mana upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara tetap dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun pencapaian prestasi tertentu. Kebijakan penetapan upah minimum oleh pemerintah adalah kebijakan yang diterapkan dengan tujuan sebagai jaring pengaman terhadap pekerja atau buruh agar tidak dieksploitasi dalam bekerja dan mendapatkan upah yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL). Upah minimum pada awalnya ditentukan secara sektoral secara nasional oleh Departemen Tenaga Kerja. Namun dalam perkembangan otonomi daerah, pada tahun 2001 upah minimum ditetapkan oleh setiap provinsi. Upah minimum ditetapkan oleh setiap provinsi. Upah minimum sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Upah minimum regional, merupakan upah bulanan yang terdiri atas upah pokok dan tunjangan tetap bagi pekerja pada tingkat paling bawah dan bermasa kerja kurang dari satu tahun yang berlaku pada suatu daerah tertentu. 2. Upah minimum sektoral, merupakan upah yang berlaku dalam suatu provinsi berdasarkan kemampuan sektor. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Upah Sonny Sumarsono (2009:182-183) mengemukakan bahwa upah merupakan salah satu unsur untuk menentukan harga pokok didalam perusahaan, karena ketidaktepatan dalam menentukan besarnya upah akan sangat merugikan perusahaan. Oleh karenanya ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat upah yaitu sebagai berikut: a. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan jumlah tenaga kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi, sedangkan untuk jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, upahnya cenderung turun. b. Organisasi Buruh Ada tidaknya organisasi buruh serta kuat lemahnya organisasi buruh akan mempengaruhi tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat akan meningkatkan upah demikian pula sebaliknya. c. Kemampuan Untuk Membayar Pemberian upah tergantung pada kemampuan membayar dari perusahaan. Bagi perusahaan, upah merupakan salah satu komponen biaya produksi, tingginya upah akan mengakibatkan tingginya biaya produksi, yang pada akhirnya akan mengurangi keuntungan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 d. Produktivitas Kerja Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi kerja karyawan. Semakin tinggi prestasi karyawan, maka semakin besar upah yang mereka terima. Prestasi kerja ini dinyatakan sebagai produktivitas. e. Biaya Hidup Dikota besar dimana biaya hidup tinggi, upah kerja cenderung tinggi. Biaya hidup juga merupakan batas penerimaan upah dari karyawan. f. Pemerintah Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan tentang upah umumnya merupakan batas bawah dari tingkat upah yang harus dibayarkan. Sedangkan menurut Simanjuntak (1985:109), perbedaan tingkat upah antar perusahaan disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut antara lain: a. Pasar kerja itu sendiri Beberapa pasar kerja membutuhkan tenaga kerja dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang berbeda-beda, produktivitas kerja seseorang berbeda menurut pendidikan dan latihan yang diperolehnya sehingga terdapat perbedaan penghasilan. b. Persentase biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi Semakin kecil proporsi biaya karyawan terhadap biaya keseluruhan, semakin tinggi tingkat upah. Kenyataan upah yang relatif tinggi terlihat dalam perusahaan-perusahaan yang padat modal seperti perusahaan minyak, pertambangan, industri berat dan lain-lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 c. Perbedaan proporsi keuntungan perusahaan terhadap penjualan Pengusaha cenderung akan membagi keuntungan kepada pekerjapekerjanya. Semakin besar proporsi keuntungan terhadap penjualan dan semakin besar jumlah absolut keuntungan, semakin tinggi tingkat upah. d. Perbedaan peranan pengusaha yang bersangkutan dalam menentukan harga. Perusahaan-perusahaan monopoli dapat menaikkan harga tanpa takut akan kompetisi. Demikian juga pengusaha-pengusaha oligopoli lebih mudah untuk bersama-sama berunding menentukan harga, sehingga tidak perlu berkompetisi satu sama lain. Dalam perusahaan-perusahaan seperti itu lebih mudah untuk menimpakan kenaikan upah kepada harga jual barang. Sebab itu, tingkat upah dalam perusahaan-perusahaan monopoli dan oligopoli cenderung lebih tinggi dari tingkat upah diperusahaan yang sifatnya kompetisi bebas. e. Besar kecilnya perusahaan Perusahaan yang besar dapat memperoleh kemanfaatan economic of scale sehingga dapat menurunkan harga, dan akhirnya dapat mendominasi pasar. Dengan begitu perusahaan besar cenderung lebih mampu memberikan tingkat upah yang lebih tinggi dari perusahaan kecil. f. Tingkat efisiensi dan manajemen perusahaan Semakin efektif manajemen perusahaan, semakin efisien cara-cara penggunaan faktor produksi, dan semakin besar upah yang dapat dibayarkan kepada karyawannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 g. Kekuatan serikat pekerja Serikat pekerja yang kuat dalam arti mengemukakan alasan-alasan yang wajar biasanya cukup berhasil dalam mengusahakan kenaikan upah. Dengan kata lain, tingkat upah di perusahaan-perusahaan yang serikat pekerja kuat biasanya upah yang diberikan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki serikat pekerja yang lemah. h. Faktor kelangkaan Semakin langka tenaga kerja dengan keterampilan tertentu, semakin tinggi upah yang ditawarkan pengusaha. i. Besar kecilnya resiko mendapat kecelakaan di lingkungan kerja Semakin tinggi kemungkinan mendapat resiko di lingkungan pekerjaan, maka akan semakin pula tinggi upah yang diberikan. 3. Tujuan Upah Minimum Tujuan dari penetapan upah minimum adalah untuk mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan termasuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja, produktivitas dan kemajuannya, termasuk juga pertimbangan mengenai kondisi ekonomi secara umum. Sistem pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan ditetapkan, sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan kepada tiga fungsi upah, yaitu: menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang, dan menyediakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja (Simanjuntak, 1985:110). Menurut Hasanuddin Rachman (Prastyo, 2010:49-50), tujuan penetapan upah minimum dapat dibedakan secara mikro dan makro. Secara mikro tujuan penetapan upah minimum yaitu sebagai jaring pengaman agar upah tidak merosot, mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan, dan meningkatkan penghasilan pekerja pada tingkat paling bawah. Sedangkan secara makro, penetapan upah minimum bertujuan untuk pemerataan pendapatan, peningkatan daya beli pekerja dan perluasan kesempatan kerja, perubahan struktur biaya industri sektoral, peningkatan produktivitas kerja nasional, peningkatan etos dan disiplin kerja, dan serta memperlancar komunikasi pekerja dan pengusaha. 4. Pengaruh Upah Minimum terhadap Tingkat Kemiskinan Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang, sebab itu, upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan karyawannya dengan wajar. Kewajaran dapat dinilai dan diukur dengan Kebutuhan Hidup Minimum (KFM) yang merupakan tanggung jawab semua pemerintah, pengusaha, dan karyawan itu sendiri. Untuk menjamin bahwa kehidupan hidup minimum setiap karyawan dapat terpenuhi melalui pekerjaan dari mana ia memperoleh penghasilan. Jaminan penghasilan yang lebih baik dari sekedar memenuhi KFM sangat penting bukan saja dalam rangka kemanusiaan, akan tetapi juga untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan demi kelangsungan perusahaan. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tingkat gizi, kesehatan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 pendidikan, dan manajemen pimpinan. Namun bagi karyawan berpenghasilan kecil, tingkat gizi dan kesehatan merupakan faktor dominan untuk meningkatkan produktivitas kerja sekalipun perusahaan memiliki manajemen yang baik, produktivitas kerja karyawan sukar ditingkatkan bila kondisi gizi dan kesehatan karyawan sangat rendah. Sebab untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja para karyawan, upah mereka harus memadai untuk memenuhi KFM-nya. Pemerintah menerapkan upah minimum sasarannya adalah supaya upah minimum itu paling sedikit cukup menutupi kehidupan hidup minimum karyawan dan keluarganya. Dengan demikian, kebijakan upah minimum adalah untuk menjamin penghasilan pekerja sehingga tidak lebih rendah dari suatu tingkat tertentu, meningkatkan produktivitas pekerja, mengembangkan dan meningkatkan perusahaan dengan cara-cara produksi yang lebih efisien (Simanjuntak, 1985:113114). F. Ketimpangan Distribusi Pendapatan 1. Definisi Ketimpangan Distribusi Pendapatan Kemakmuran masyarakat dapat dilihat dari mampu atau tidaknya masyarakat dalam negara tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Kemakmuran negara tidak semata-mata didasarkan pada tolok ukur besarnya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita saja, namun juga bagaimana pendapatan nasional itu didistribusikan, apakah pendapatan nasional (kue nasional) didistribusikan secara lebih merata atau timpang. Pendapatan dianggap didistribusikan secara merata sempurna bila setiap individu memperoleh bagian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 yang sama dari output perekonomian. Distribusi pendapatan dikatakan tidak adil jika sebagian besar output nasional dikuasai oleh lebih sebagian penduduk. Tetapi distribusi pendapatan menjadi sangat tidak adil apabila bagian yang sangat besar output nasional hanya dinikmati oleh segelintir kelompok masyarakat (Rahardja dan Mandala Manurung, 2008:245). Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya (Dumairy, 1996:53). Distribusi pendapatan dibedakan menjaidi dua ukuran pokok yaitu, distribusi ukuran, adalah besar kecilnya bagian pendapatan yang diterima masingmasing orang dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan faktor-faktor produksi (Todaro, 2003:221). Dari beberapa definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa distribusi pendapatan mencerminkan ketimpangan atau meratanya hasil pembangunan suatu daerah atau negara baik yang diterima masing-masing orang ataupun dari kepemilikan faktor-faktor produksi di kalangan penduduknya. Ketimpangan pendapatan lebih besar terjadi di negara-negara yang baru memulai pembangunannya, sedangkan bagi negara-negara maju atau lebih tinggi tingkat pendapatannya cenderung lebih merata atau tingkat ketimpangannya rendah. Sismosoemarto (Kuncoro, 2013:98) berpendapat bahwa masalah ketimpangan dalam praktik sering memicu kecemburuan sosial dan kekerasan yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Sumber daya alam yang melimpah di Indonesia seharusnya mampu memberikan kesejahteraan masyarakat jika kebijakan dan regulasi berpihak pada rakyatnya. Namun, yang terjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 sebaliknya kesenjangan terjadi dimana-mana. Misalnya, pejabat daerah yang mengendarai mobil mewah ditengah kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar, perusahaan yang mengeksploitasi alam secara besar-besaran di daerah, masyarakat sekitar hanya bisa menonton, mendorong munculnya kecemburuan sosial, ketegangan, dan terus memicu kesenjangan. Akibatnya, masyarakat mengalami frustasi sosial yang berujung pada perbuatan kriminal atau kekerasan lainnya. 2. Penyebab Ketimpangan Distribusi Pendapatan Irma Adelma dan Cyntia Taff Morris (Arsyad, 2004:226-227) mengemukakan bahwa ada delapan hal yang menyebabkan ketimpangan atau ketidak merataan distribusi pendapatan di negara sedang berkembang: a. Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan menurunnya pendapatan per kapita. b. Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak dikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang. c. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah. d. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital insentive), sehingga persentase pendapatan modal dari kerja tambahan besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah. e. Rendahnya mobilitas sosial. f. Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang industri untuk melindungi usaha-usaha kapitalis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 g. Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi negara sedang berkembang dalam perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan negara-negara maju terhadap barang-barang ekspor negara berkembang. h. Hancurnya industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga, dan lain-lain. 3. Ukuran Ketimpangan Distribusi Pendapatan Untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan atau mengetahui apakah distribusi pendapatan timpang atau tidak, digunakan kategorisasi kurva Lorenz, menggunakan koefisien Gini, dan kriteria Bank Dunia. a. Kurva Lorenz Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional di kalangan lapisan-lapisan penduduk. Kurva ini terletak di dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif penduduk. Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar tersebut. Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin timpang dan tidak merata. (Dumairy, 1996:54). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 Gambar 2.3: Kurva Lorenz Persentase Pendapatan Persentase Penerima Pendapatan Sumber: Todaro (2003:224). b. Indeks Gini atau Rasio Gini Indeks atau Rasio Gini adalah suatu koefisien yang berkisar antara 0 hingga 1, menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan) distribusi pendapatan nasional. Semakin kecil (semakin mendekati nol) koefisiennya, pertanda semakin baik atau merata distribusi. Di lain pihak, koefisien yang kian besar (semakin mendekati satu) mengisyaratkan distribusi yang kian timpang atau senjang. Angka rasio gini dapat ditaksir secara visual langsung dari kurva lorenz, yaitu perbandingan luas area yang terletak diantara kurva lorenz dan diagonal terhadap luas segitiga. Semakin melengkung kurva lorenz akan semakin luas area yang dibagi; rasio gini-nya akan kian besar, menyiratkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 distribusi pendapatan yang kian timpang. Rasio Gini juga dapat dihitung secara matematik dengan rumus: G = 1 - ∑ (Xi+1 – Xi)(Yi + Yi+1) Keterangan: G = Rasio Gini Fi = Proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas i Xi = Proporsi jumlah komulatif rumah tangga dalam kelas i Yi = Proporsi jumlah komulatif pendapatan dalam kelas i c. Kriteria Bank Dunia Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan terendah (penduduk termiskin); 40% penduduk berpendapatan menengah; serta 20% penduduk berpendapatan tinggi (penduduk terkaya). Ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila 40% penduduk berpendapatan terendah menikmati kurang dari 12 persen pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang atau moderat bila 40% penduduk termiskin menikmati antara 12 hingga 17 persen pendapatan nasional. Sedangkan jika 40 persen penduduk yang berpendapatan terendah menikmati lebih dari 17 persen pendapatan nasional, maka ketimpangan atau kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional dianggap cukup merata. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 4. Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan terhadap Tingkat Kemiskinan Perdebatan mengenai ketimpangan distribusi pendapatan bagi negara berkembang, termasuk Indonesia, terdapat banyak orang yang beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat selalu dibarengi kenaikan dalam ketimpangan pembagian pendapatan atau ketimpangan relatif. Dengan kata lain, para pengkritik ini beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pembagian pendapatan terdapat suatu trade off, yang membawa implikasi bahwa pemerataan dalam pembagian pendapatan hanya dapat dicapai jika laju pertumbuhan ekonomi diturunkan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi selalu akan disertai kemerosotan dalam pembagian pendapatan atau kenaikan dalam ketimpangan relatif. Bukan hanya menyebabkan kenaikan dalam ketimpangan relatif tetapi bisa lebih parah lagi dampaknya yaitu membawa kemerosotan dalam tingkat hidup absolut dari golongan miskin atau berpendapatan rendah. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat menyebabkan ketimpangan relatif saja, akan tetapi juga kemiskinan absolut bertambah buruk (Wie, 1980:3). Penelitian yang dilakukan oleh Profesor Simon Kuznets dari Universitas Harvard yang menggunakan time series data (yaitu data tentang pembagian pendapatan disuatu negara selama jangka waktu tertentu). Berbeda dengan kebanyakan ahli ekonomi yang biasanya meneliti pembagian pendapatan selama proses pembangunan ekonomi mempergunakan cross section data (yaitu data pembagian pendapatan dari berbagai negara yang berbeda-beda yang berada pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 tahap perkembangan ekonomi). Penelitian Kuznet ini memiliki hasil yang berbeda dari para pengkritik sebelumnya tentang pertumbuhan ekonomi yang pesat akan mengakibatkan ketimpangan relatif terlebih menjadi kemiskinan absolut. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa proses pembangunan ekonomi pada tahap awal pada umumnya disertai oleh kemerosotan yang cukup besar dalam pembagian pendapatan, yang baru berbalik menuju suatu pemerataan yang lebih besar dalam pembagian pendapatan pada tahap pembangunan lebih lanjut (Wie, 1980:4). Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Albert Otto Hirschman, yaitu trickle down effect (efek rembesan ke bawah) yang menekankan perlunya pertumbuhan yang tidak seimbang. Ia percaya bahwa dengan berlangsungnya waktu, efek-efek akan menetes kebawah dengan sendirinya. Kebijakan trickle down effect pada prinsipnya merupakan kebijakan yang memposisikan para kaum berpunya sebagai kelas yang diutamakan dalam hal menggerakkan perekonomian suatu bangsa. Dengan dibukanya akses dan pendanaan secara menyeluruh terhadap segala aktivitas maka investasi domestik diharapkan akan berjalan dan berlipat dengan semakin gencarnya fokus pada sektor bisnis infrastruktur serta pasar keuangan sehingga pada gilirannya skema ini akan menciptakan sebuah struktur kapasitas produksi yang meningkat. Produksi yang menggeliat akan menggiring harga-harga pada tingkat yang lebih rendah dan menciptakan lapangan kerja untuk para kelas menengah dan menengah kebawah. Adanya trickle down effect berarti pertumbuhan ekonomi sekian persen, bisa menciptakan lapangan kerja sekian ratus ribu yang turut mensejahterakan masyarakat. Keberhasilan negara-negara yang menggabungkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan pembagian pendapatan yang relatif merata terlihat dari angka-angka berikut. Selama kurun waktu 1950-1975 negaranegara tersebut antara lain, yaitu Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, dan Singapura, dengan rata-rata laju pertumbuhan pendapatan per kapita setinggi 6 persen setahun. Penelitian yang dilakukan oleh berbagai ahli ekonomi berdasarkan data cross section, misalnya oleh Chenery dan Syrquin (1975) dan Ahluwalia (1976), juga menunjukkan hasil-hasil yang sama seperti hasil penelitian Kuznets, yaitu suatu kemerosotan yang agak besar dalam pola pembagian pendapatan selama tahap-tahap awal dari proses pembangunan. Baru setelah tingkat pembangunan ekonomi dilalui, proses kemerosotan dalam pembagian pendapatan berbalik menuju pemerataan yang lebih besar dalam pembagian pendapatan. Hal ini berarti bahwa suatu negara yang mengalami pertumbuhan pendapatan per kapita setinggi 2,5 persen setahun, akan memerlukan waktu kira-kira satu abad, sebelum proses kemerosotan dalam pembagian pendapatan terhenti dan berbalik menuju ke pemerataan yang lebih besar dalam pembagian pendapatan. Dengan kata lain, meskipun ketimpangan relatif bertambah besar dalam pembangunan ekonomi, namun kemiskinan absolut tidak bertambah gawat. Hasil penelitian Adelman dan Morris (1973), Chenery dan Syrquin (1975), dan Ahluwalia yang menggunakan cross section data memperkuat kesimpulan hasil penelitian Kuznet yang didasarkan atas data time series, namun Ahluwalia juga menekankan bahwa penelitiannya tidak menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat selalu menyebabkan kemerosotan dalam pembagian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 pendapatan. Dalam hal ini dapat dikontraskan pengalaman yang berbeda-beda dari dua negara berkembang yang sama-sama mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, yaitu Brasil, yang mengalami kemerosotan dalam pembagian pendapatan, dan Taiwan, yang mengalami pengurangan dalam ketimpangan pembagian pendapatan selama proses pertumbuhan yang pesat (Wie, 1980:5). Penelitian yang diadakan oleh Profesor Papanek dari Universitas Boston juga memperlihatkan hasil-hasil yang tidak definitif, seperti hasil penelitian Ahluwalia. Beberapa negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat pada tahun 1960-an seperti Taiwan, Korea Selatan, Iran, dan Kolombia mengalami perbaikan dalam pembagian pendapatan, sedangkan negara-negara berkembang lainnya, seperti Brasil, Meksiko, Venezuela, dan Filipina mengalami kemerosotan dalam pembagian pendapatan meskipun pertumbuhan ekonomi mereka juga pesat. Dengan demikian penelitian Papanek menunjukkan bahwa tidak ada korelasi (hubungan) antara laju pertumbuhan ekonomi dan pembagian pendapatan yang diperoleh 40 persen golongan penduduk yang berpendapatan rendah. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh berbagai ahli ekonomi, tidak dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat selalu disertai kemerosotan dalam pembagian pendapatan. Hal ini tergantung kondisi khusus yang terdapat di masing-masing negara berkembang serta kebijaksanaan ekonomi khusus yang ditempuh oleh berbagai negara tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 G. Penelitian Terdahulu Seri Jefry Adil Waruwu (2012) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Belanja Pemerintah, dan Investasi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan belanja pemerintah memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Pengangguran memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia dan investasi memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia Okta Ryan Pranata Yudha (2013) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan Inflasi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2009-2011. Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi kemiskinan. Upah minimum mempunyai pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi kemiskinan. Pengangguran terbuka mempunyai pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi kemiskinan dan inflasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan. Penelitian yang lainnya telah dilakukan oleh Ari Widiastuti dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Jawa Tengah Tahun 2004-2008. Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pendidikan (AMH) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah. Untuk jumlah penduduk dan desentralisasi fiskal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah. Penelitian yang dilakukan Adit Agus Prastyo dengan judul Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi, upah minimum, dan pendidikan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Variabel pengangguran mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan di Jawa Tengah. Penelitian yang dilakukan Devi Retnosari dengan judul Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan distribusi pendapatan penduduk Jawa Barat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dengan koefisien positif, variabel laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Variabel investasi dalam negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi. H. Kerangka Berpikir Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel bebas (pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan yang mempengaruhi tingkat kemiskinan. Kerangka pemikiran ini digunakan untuk memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta untuk memperjelas alur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 pemikiran dalam penelitian yang akan dilakukan serta untuk memperjelas alur pemikiran dalam penelitian ini, yaitu: Gambar 2.4: Kerangka Berpikir Pertumbuhan Ekonomi Pengangguran Tingkat Kemiskinan Upah Minimum Ketimpangan Distribusi Pendapatan 1. Hubungan pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi dalam suatu perekonomian secara berkesinambungan menuju kearah yang lebih baik diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Dengan adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi berarti adanya kenaikan dalam kegiatan ekonomi dibanding sebelumnya. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat maka sebuah negara dapat mencapai kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi karena semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi menggambarkan bahwa semakin meningkatnya jumlah barang dan jasa dalam suatu negara tersebut sehingga semakin tinggi pula produktivitas faktor produksi dan upah yang diterima oleh pekerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan memiliki hubungan yang signifikan dan negatif, karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka tingkat kemiskinan akan semakin berkurang dikarenakan adanya produktivitas pekerja dan upah yang didapatkan lebih tinggi sesuai dengan barang atau jasa yang dihasilkan sehingga individu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan terhindar dari kemiskinan. 2. Hubungan pengangguran dengan kemiskinan Efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk dapat dikatakan tingkat kemiskinan di negara tersebut tinggi, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. 3. Hubungan upah minimum dengan kemiskinan Tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah agar pekerja dapat memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin. Semakin meningkat tingkat upah minimum akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan juga meningkat dan terbebas dari kemiskinan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 4. Hubungan ketimpangan distribusi pendapatan dengan kemiskinan Ketimpangan distribusi pendapatan mendeskripsikan mengenai jurang antara mereka yang kaya (berpendapatan tinggi) dan miskin (berpendapatan rendah). Masalah ketimpangan sering memicu kemiskinan di Indonesia karena mereka yang kaya cenderung akan semakin kaya dan mereka yang miskin akan terus semakin miskin. Adanya perbedaan pendapatan yang ekstrim ini membuat kelompok miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup. Padahal seharusya pemerataan yang lebih adil di negara berkembang merupakan suatu kondisi atau syarat yang menunjang pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, semakin tinggi ketimpangan distribusi pendapatan di suatu negara atau daerah, akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. I. Hipotesis 1. Terdapat pengaruh yang signifikan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan upah minimum regional terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. 4. Terdapat pengaruh yang signifikan ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian confirmatory study yaitu penelitian yang menguji hipotesis pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum regional, dan ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. B. Jenis Data Dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ini berbentuk data runtut waktu (time series) dengan rentan waktu 17 tahun. Data yang dipilih adalah data pada kurun waktu tahun 1997 sampai 2014. Alasan pengambilan tahun tersebut yaitu tahun 1998 merupakan masa krisis ekonomi yang mengakibatkan perubahan perekonomian Indonesia yang berdampak pada tingkat kemiskinan di Indonesia. Dan pasca krisis tahun 2000, sudah terjadi perbaikan-perbaikan disegala sektor perekonomian yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi serta tahun 2014 merupakan data terbaru kemiskinan, pengangguran, upah minimum regional, dan ketimpangan distribusi pendapatan. 77 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 2. Sumber Data Sumber data berasal dari berbagai sumber, antara lain Statistik Indonesia terbitan Badan Pusat Statistik, Kementrean Tenaga Kerja dan Transmigrasi. C. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumenter. Teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen (Hasan, 2003:87), meliputi data pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum regional, dan ketimpangan distribusi pendapatan. D. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Menurut Budiyono (2015:276), analisis regresi linier ganda bertujuan untuk mencari hubungan (relasi) linier antara satu variabel terikat dengan variabel-variabel bebas. Model regresi dalam penelitian ini adalah: Y= a+ b1X1 + b1X2 + b1X3 + b1X4 + e PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 Keterangan: a = Konstanta Y = Tingkat Kemiskinan X1 = Pertumbuhan Ekonomi X2 = Pengangguran X3 = Upah minimum X4 = Ketimpangan Distribusi Pendapatan e = Standar error Teknik analisis data regresi linier berganda dapat dilakukan dengan melakukan uji prasyarat dan uji asumsi klasik, serta pengujian hipotesis. 1. Uji Prasyarat Dalam analisis regresi linier berganda perlu melakukan uji persyaratan analisis regresi berganda, sehingga persamaan garis regresi yang diperoleh benar-benar dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Uji prasyarat tersebut harus terpenuhi, apabila tidak maka akan menghasilkan garis regresi yang tidak cocok untuk memprediksi. Uji prasyarat tersebut meliputi: a. Uji Normalitas Uji normalitas data dimaksudkan untuk memastikan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Sumanto, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 2014:146). Pengujian normalitas yang umum digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov. Kriteria yang digunakan dalam mengetahui data yang digunakan tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah apabila perhitungan Kolmogorov Smirnov lebih besar dari probabilitas (0,05). Apabila Kolmogorov Smirnov lebih kecil dari probabilitas (0,05), maka data tidak berdistribusi normal. b. Uji Linearitas Uji Linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen bersifat linier (garis lurus) (Nisfiannoor, 2009:92). Kriteria pengujian linearitas dimana hubungan variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan bersifat linier apabila F hitung lebih besar dari 0,05. Sebaliknya, jika F hitung lebih kecil dari 0,05, berarti hubungan variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan tidak linier. Kriteria pengujian linearitas: hubungan variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan dengan tingkat kemiskinan bersifat linier apabila F hitung lebih besar dari 0,05. Sebaliknya, jika F hitung lebih kecil dari 0,05, berarti hubungan variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan tidak linier. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi linear berganda, yang terdiri atas: a. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antar variabel bebas. Jika terdapat hubungan yang cukup tinggi (signifikan), berarti ada aspek yang sama diukur pada variabel bebas. Hal ini tidak layak digunakan untuk menentukan kontribusi secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat (Sumanto, 2014:165). Deteksi multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor atau VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas. Jika VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. b. Uji Heteroskedastisitas Uji homoskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah data (group) mempunyai variansi yang sama diantara data (group) tersebut. Data yang diharapkan adalah yang memiliki variansi sama, dan disebut homeskedastisitas. Sedangkan jika variansi tidak sama, disebut heteroskedastisitas (Nisfiannoor, 2009:92). Uji statistik yang digunakan dalam uji heteroskedastisitas adalah uji korelasi rank dari spearman (spearman’s rank correlation test), Pengujian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa variansi dari variabel tidak sama untuk setiap pengamatan. c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t sebelumnya pada model regresi yang dipergunakan. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dalam model regresi yang baik adalah tidak terjadi autokorelasi (Nisfiannoor, 2009:92). Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut: d < dL d > dU dL ≤ d ≤ dU d > 4 - dL d < 4 – dU 4 – dL ≤ d ≤4 – dU 3. Terdapat autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Daerah keraguan Terdapat autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Daerah keraguan Pengujian Hipotesis Uji hipotesis merupakan prosedur yang berisi sekumpulan aturan yang menuju kepada suatu keputusan apakah akan menerima atau menolak hipotesis mengenai parameter yang telah dirumuskan sebelumnya (Budiyono, 2015:141). Hipotesis yang dirumuskan adalah hipotesis nol (null hypothesis) dan hipotesis alternatif (alternative hypothesis). Hipotesis nol adalah hipotesis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 yang menyatakan tidak adanya perbedaan atau tidak adanya korelasi (hubungan). Sebaliknya, hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan atau adanya korelasi. Hipotesis nol dilambangkan dengan H0. Hipotesis alternatif dilambangkan dengan HA. Penolakan Hipotesis nol mengakibatkan penerimaan hipotesis alternatif, dan sebaliknya penerimaan hipotesis nol mengakibatkan penolakan hipotesis alternatif (Budiyono, 2015:143). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji F dan Uji T, bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas (pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan) terhadap variabel terikat (tingkat kemiskinan). a. Uji Keterandalan Model (Uji F) Uji F merupakan ukuran keeratan hubungan antara variabel terikat dan semua variabel bebas secara bersama-sama (Hasan, 2003:272). Uji F ini merupakan tahap awal mengidentifikasi model regresi layak digunakan atau tidak. Uji F ini bisa dijelaskan menggunakan analisis varian (analysis of variance = ANOVA) (Basuki, Nano Prawoto, 2016:35). Dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Apabila Fhitung lebih besar dari Ftabel, berarti H0 ditolak dan Ha dan sebaliknya apabila Fhitung lebih kecil dari Ftabel berarti Ha ditolak dan H0 diterima. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 2014. b. Uji Koefisien Regresi Uji Koefisien Regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh masingmasing variabel independen secara individual (parsial) (Basuki, Nano Prawoto, 2016:52) yaitu dengan cara membandingkan Thitung dengan Ttabel. Apabila Thitung lebih besar dari Ttabel, berarti H0 ditolak dan Ha diterima artinya variabel bebas secara individual berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dan sebaliknya Apabila Thitung lebih kecil dari Ttabel, berarti Ha ditolak dan Ho diterima artinya variabel bebas secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. a. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014 Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014. Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014. b. Pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014. Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014. c. Upah minimum terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 19972014 Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014. Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014. d. Ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014 Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan tahun 19972014. Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014. c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (coefficient of determination) menyatakan bagian dari variansi total yang dijelaskan oleh model hubungan linier PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 berganda yang diperoleh (Budiyono, 2015:258). Nilai koefisien determinasi dapat diukur dengan R-Square yang mengandung arti bahwa setiap perubahan variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat (Santosa, 2007:286). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series berdasarkan laporan tahunan dari BPS dan Kemenakertrans dari tahun 1997-2014. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemiskinan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dalam persen, pengangguran yang dinyatakan dalam persen, upah minimum regional yang dinyatakan dalam rupiah, dan ketimpangan distribusi pendapatan yang dinyatakan dalam indeks. Tabel IV.I Deskripsi Data Penelitian Tahun Tingkat Kemiskinan (persen) Pertumbuhan Ekonomi (persen) Pengangguran (persen) Upah Minimum (ribu rupiah) Indeks Ketimpangan Distribusi Pendapatan 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 17,47 24,26 23,43 19,14 18,41 18,20 17,42 16,66 15,97 17,75 16,58 15,42 14,15 13,30 12,50 12,00 11,40 11,20 4,7 -13 0,8 4,9 3,5 4,4 4,8 5 5,7 5,5 6,3 6,1 4,6 6 6,1 6,2 5,8 5,06 4,18 5,05 6,03 5,81 8,01 9,13 9,94 10,25 11,90 10,93 10,01 9,39 8,96 8,32 7,70 7,24 7,39 7,45 135,0 150,9 175,4 216,5 290,5 362,7 414,7 458,5 507,7 602,2 667,9 743,2 830,7 908,8 988,8 1,119,1 1,332,4 1,595,9 0,36 0,36 0,31 0,31 0,31 0,33 0,33 0,33 0,36 0,36 0,36 0,35 0,37 0,38 0,41 0,41 0,41 0,41 87 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data, pada tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta jiwa (BPS, 2017). Dengan adanya jumlah penduduk yang selalu meningkat dan tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan akan mengakibatkan pengangguran yang dampaknya orang tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup dan jatuh kedalam kemiskinan. Pada tahun 2016 tercatat tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai 11.22 persen. Hal ini akan menghambat pembangunan ekonomi sehingga perlu adanya penanganan dari pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia saat ini. Data yang diperoleh seluruhnya merupakan data sekunder yang diperoleh melalui publikasi Badan Pusat Statistika (BPS) dan Kementrian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi (Kemenakertrans). Berdasarkan data mengenai variabel terikat dalam penelitian ini yaitu tingkat kemiskinan di Indonesia selalu berfluktuatif dari tahun ke tahun, lonjakan kemiskinan tertinggi terlihat dalam tahun 1997-2000 karena adanya krisis ekonomi yang membuat banyak orang jatuh kedalam kemiskinan. Untuk variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tahun 1997-2014. Berikut ini disajikan deskripsi data secara rinci dari setiap variabel. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 Grafik IV.1 Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1997-2014 11.2 11.4 12 12.5 13.3 14.15 15.42 16.58 17.75 15.97 16.66 17.42 18.2 18.41 23.43 19.14 17.47 PERSENTASE KEMISKINAN 24.26 TINGKAT KEMISKINAN 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 TAHUN Sumber: Data Sekunder, diolah 2017. Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 1997 terlihat jauh dari krisis. Indonesia memiliki inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar, persediaan mata uang luar yang besar lebih dari 20 miliar dolar, dan sektor bank yang baik. Pada tahun 1998 merupakan angka tertinggi kemiskinan di Indonesia yaitu sebesar 24,26 dikarenakan krisis ekonomi yang menimpa dunia dan Asia Tenggara telah merembet ke Indonesia dan mulai terkena krisis tersebut. Nilai rupiah terhadap dollar Amerika terus menurun. Akibat krisis tersebut inflasi melonjak tinggi, meningkatnya harga bahan-bahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 kebutuhan pokok, daya beli masyarakat menurun, banyak perusahaan ditutup, meningkatnya pengangguran, dan jumlah kemiskinan bertambah. Pada tahun 1999 kemiskinan di Indonesia masih naik dikarenakan efek dari krisis ekonomi tahun 1997-1998. Kemudian kemiskinan di Indonesia cenderung menurun dari tahun 2000-2005 dikarenakan adanya perbaikan gejolak saat krisis ekonomi. Perbaikan yang dilakukan baik secara makro maupun mikro. Misalnya kebijaksanaan moneter yang ketat dengan tingkat bunga yang tinggi dimaksudkan untuk menekan laju inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, dengan menahan naiknya permintaan agregat akan membuat jumlah uang yang beredar tidak terlalu banyak dan berakibat pada inflasi yang rendah, disisi lain pemerintah juga menaikkan tingkat suku bunga dengan tujuan untuk mendorong masyarakat meningkatkan tabungan di sektor perbankan. Selain itu, dari sisi mikro pemerintah mengembangkan jaring pengaman sosial yang meliputi program penyediaan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, mempertahankan tingkat pelayanan pendidikan dan kesehatan serta penanganan pengangguran dalam upaya mempertahankan daya beli kelompok masyarakat berpendapatan rendah, menyehatkan sistem perbankan dan memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan lembaga perbankan, merestrukturisasi hutang luar negeri, dan mereformasi struktural di sektor riil. Adanya peningkatan tingkat kemiskinan pada tahun 2006 sebesar 17,75 persen dikarenakan harga barang-barang pokok selama periode tersebut naik tinggi, yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95 persen. Akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisi menjadi miskin (BPS, 2017). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 Pada tahun 2007-2014 tingkat kemiskinan di Indonesia cenderung menurun. Pada tahun 2007 penduduk miskin yang tercatat sebanyak 37,17 juta orang (16,58 persen) turun menjadi 28,28 juta orang (11,46 persen). Walaupun tingkat kemiskinan tahun 1997-2014 berfluktuatif, tetapi peran pemerintah cukup besar akan kebijakan yang diterapkan untuk mengatasi kemiskinan melalui program penanggulangan kemiskinan seperti bantuan langsung tunai pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp 18,8 triliun untuk 19,1 juta keluarga, program beras untuk rakyat miskin dalam rangka swasembada pangan, program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) meningkat dari Rp 5,13 triliun tahun 2005, menjadi Rp 10,2 triliun pada tahun 2006 dan menjadi Rp 11,6 triliun tahun 2007. Program BOS telah membebaskan 70,3 persen siswa wajib belajar terutama di kawasan pedesaan, dan menurunkan tingkat putus sekolah dari 4,25 persen pada tahun 2005 menjadi hanya 1,5 persen pada tahun 2006, bantuan kesehatan gratis untuk berobat di Puskesmas dan rumah sakit dilaksanakan melalui pemberian Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin yang mencakup 51 juta peserta, pemberian kredit mikro, dan dana bergulir untuk koperasi, usaha kecil dan menengah, mengembangkan Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro yang kita sebut (P3KUM) dan disalurkan melalui lembaga keuangan mikro berkualitas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 Grafik IV.2 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1997-2014 6.1 6.2 5.8 5.06 2008 6 2007 2010 2011 2012 2013 2014 4.6 2006 6.1 2005 6.3 5.5 5 2004 5.7 4.8 3.5 2003 0.8 4.4 4.9 4.7 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2009 -13 PERSENTASE PERTUMBUHAN EKONOMI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN Sumber: Data Sekunder, diolah 2017. Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1997-2014 berfluktuatif. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif tahun 1997. Pada tahun 1998 menunjukkan penurunan drastis pertumbuhan ekonomi yaitu – 13 %, hal ini disebabkan karena krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, sehingga membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998. Pada tahun 1999 perekonomian nasional Indonesia mengalami pemulihan (recovery) dan baru dapat tumbuh lagi pertumbuhan ekonominya tetapi tidak terlalu pesat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 Memasuki tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah serta tingkat suku bunga pada sektor riil yang meningkat sejalan dengan penurunan inflasi. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,9 % lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 0,8%. Pada tahun 2001-2006 perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik dan lebih stabil sebagaimana yang tercermin pada pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu pada tahun 2007 yaitu 6,3%. Menurut Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah dalam (beritajakarta.com) pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun 2007 didorong oleh konsumsi dan ekspor serta didukung dengan membaiknya iklim investasi. Sementara itu, menurut Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Made Sukada (beritajakarta.com) pertumbuhan ekonomi tahun 2007 juga didorong oleh daerah DKI Jakarta, Jawa, Bali, dan nusa tenggara. Hal ini dikarenakan pada daerah-daerah tersebut banyak investor yang menginvestasikan dananya dengan membuka industri-industri yang dapat membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik. Pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 13,6 persen. Untuk komunikasi, bidang telekomunikasi mencatat pertumbuhan sebesar 24 persen. Sedangkan di sektor pengangkutan, pertumbuhan di bidang angkutan udara sebesar 10,2 persen. Sektor penggalian dan pertambangan mencatat pertumbuhan terendah yaitu 2,2 persen. Dengan melihat sisi pertumbuhan nasional terlihat semakin besar atau kecilnya output total dari suatu negara yang mencerminkan produktifitas nasional yang dikaitkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 dengan dana investasi dalam maksimalisasi total produksi yang mendorong pada tingkat laju pertumbuhan nasional. Pertumbuhan ekonomi tahun 2008-2009 sebesar 6,1% dan 4,6%. Adanya penurunan pertumbuhan ini karena anjloknya kinerja ekspor. Di sisi eksternal, neraca pembayaran Indonesia mengalami peningkatan defisit dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan (BPS, 2017). Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 menunjukkan adanya perbaikan perekonomian Indonesia. Dari pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yaitu 4,6%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil melaju pada tingkat 6,1%, sedangkan tingkat inflasi hingga November 2010 berhasil ditahan pada level 6,33% (yoy). Hal ini didukung oleh rendahnya tingkat suku bunga BI yang dipertahankan pada level 6,5%. Rendahnya tingkat suku bunga acuan ini menyebabkan sektor kredit mengalami peningkatan tajam sehingga sukses memompa pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan kredit yang hingga bulan Oktober mencapai 19,3%. Tahun 2011-2012, pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari rasio utang terhadap PDB sebesar 0,25 persen, cadangan devisa 110 miliar dolar AS, dan defisit anggaran kurang dari 2 persen terhadap PDB menunjukkan kekuatan dan stabilitas ekonomi Indonesia pada 2011. Secara keseluruhan jumlah penduduk miskin turun dari 36,1 juta orang atau 16,66% dari total penduduk Indonesia tahun 2004 menjadi 29,9 juta orang atau 12,50% dari total penduduk Indonesia tahun 2011. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 Pertumbuhan ekonomi melemah pada tahun 2013-2014 dikarenakan tingkat suku bunga yang tinggi membatasi pertumbuhan kredit dan karenanya mengurangi pertumbuhan ekonomi. Sejak pertengahan tahun 2013, bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) meningkatkan suku bunga dari level terendah dalam sejarah pada 5,75% kemudian secara bertahap, namun agresif, naik menjadi 7,75% di akhir 2014. Bank Indonesia mengetatkan kebijakan moneternya dalam rangka melawan inflasi yang tinggi yang meningkat tajam setelah beberapa reformasi subsidi bahan bakar dan mengurangi defisit transaksi berjalan yang lebar. Grafik IV.3 Tingkat Pengangguran Di Indonesia Tahun 1997-2014 7.45 7.39 7.24 7.7 8.32 8.96 9.39 10.01 10.93 11.9 10.25 9.94 9.13 8.01 5.81 6.03 5.05 4.18 PERSENTASE PENGANGGURAN PENGANGGURAN 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 TAHUN Sumber: Data Sekunder, diolah 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa pada tahun 1997 merupakan tingkat pengangguran dari tahun 1997 sebesar 4,18, yaitu dengan jumlah penganggur sebesar 4.275.155 jiwa. Tingkat pengangguran pada tahun 1997 ini masih tergolong dalam pengangguran skala yang wajar karena tingkat pengangguran masih dibawah 5 persen. Dalam negara maju, tingkat penganggurannya biasanya berkisar antara 2 – 3 persen. Hal ini disebut tingkat pengangguran alamiah. Tingkat pengangguran alamiah adalah suatu tingkat pengangguran yang alamiah dan tak mungkin dihilangkan. Artinya jika tingkat pengangguran paling tinggi 2 – 3 persen itu berarti bahwa perekonomian dalam kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (full employment). Pada tahun 1998 tingkat pengangguran di Indonesia cenderung naik hingga puncaknya terjadi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang (gap) yang terus membesar. Kondisi tersebut semakin membesar setelah krisis ekonomi. Dengan adanya krisis ekonomi tidak saja jurang antara peningkatan angkatan kerja baru dengan penyediaan lapangan kerja yang rendah terus makin dalam, tetapi juga terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia dari tahun ke tahun terus semakin tinggi. Tahun 2006-2014 tingkat pengangguran di Indonesia cenderung menurun. Hal ini dikarenakan pemerintah sudah menetapkan Inpres No.3/2006 tentang paket kebijakan perbaikan iklim investasi sebagai perbaikan iklim investasi yang meliputi aspek perpajakan, kepabeanan, infrastruktur, ketenagakerjaan dan daya saing UKM. Paket kebijakan tersebut dirasa cukup efektif dan dapat dirasakan manfaatnya, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 terutama dengan terpuruknya sektor riil, sehingga dapat menyerap pekerja yang lebih banyak. Yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah meningkatkan pertumbuhan berbasis ekspor dan memperbaiki investasi yang mampu menyerap sektor ketenagakerjaan. Kehadiran investor diharapkan mampu memberikan imbas positif bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan memecahkan masalah pengangguran seperti yang diharapkan bisa menarik investasi dan membuka lapangan pekerjaan. Pemerintah memberi banyak insentif bagi penanaman modal, salah satunya kemudahan berinvestasi di kawasan industri. Pemerintah juga menggulirkan program pengurangan pengangguran dan kemiskinan, di antaranya melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Program yang menelan anggaran Rp 51 triliun itu menjangkau sekitar 33 provinsi, 2.891 kecamatan, dan 33.527 desa/kelurahan atau 31,92 juta orang miskin di Indonesia. PNPM yang bertumpu pada proyek-proyek padat karya, seperti pembangunan infrastruktur, pengembangan desa mandiri energi, pembukaan lahan kelapa sawit, tebu, dan jarak sebagai sumber energi alternatif, diperkirakan mampu menciptakan lapangan kerja bagi 12,5 juta orang sampai 14,4 juta orang per tahun. Kemnaker juga mengambil peran penting dalam upaya menekan angka pengangguran seperti melakukan percepatan peningkatan kompetensi tenaga kerja baik melalui pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja (BLK), maupun melalui program pemagangan baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, Kemnaker juga memberikan bantuan sarana usaha kepada kelompok masyarakat dan pengembangan kewirausahaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 Grafik IV.4 Tingkat Upah Minimum di Indonesia Tahun 1997-2014 1332.4 1119.1 988.8 908.8 830.7 743.2 667.9 602.2 507.7 458.5 414.7 362.7 290.5 216.5 175.4 150.9 135 UMR (RUPIAH) 1595.9 UPAH MINIMUM REGIONAL 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 TAHUN Sumber: Data Sekunder, diolah 2017. Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa upah minimum selalu naik dari tahun ke tahun tanpa adanya penurunan sedikitpun. Upah minimum bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja agar bisa memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sehingga terbebas dari garis kemiskinan. Upah minimum suatu tahun didapatkan dari upah minimum tahun sebelumnya ditambah upah minimum sebelumnya dikalikan inflasi dan kenaikan PDB tahun sebelumnya. Melihat perekonomian saat ini, upah minimum buruh hampir selalu dapat dipastikan akan meningkat karena inflasi dan peningkatan PDB yang terjadi hampir di setiap tahun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 KHL sendiri diatur dalam Permenakertrans No.13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Pemerintah menetapkan 7 kelompok dengan 60 komponen kebutuhan bagi buruh/pekerja lajang yang menjadi dasar dalam melakukan survei harga dan menentukan besaran nilai upah minimum. Upah juga mengikutsertakan penghitungan kenaikan PDB seolah menyiratkan untuk mendorong kenaikan produktivitas para buruh. Meningkatnya produktivitas para buruh akan meningkatkan produk yang dihasilkan dan dampak lebih panjangnya adalah peningkatan PDB yang ada. Dengan begitu tidak hanya pekerja saja yang diuntungkan dengan adanya peningkatan kesejahteraan dikarenakan upah minimum yang selalu meningkat, tetapi juga dari sisi pengusaha diuntungkan dengan adanya kenaikan upah minimum memicu meningkatnya produktivitas buruh yang berdampak pada meningkatnya produk yang dihasilkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 Grafik IV.5 Tingkat Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Indonesia Tahun 1997-2014 0.41 0.41 0.41 0.41 2007 0.38 2006 0.37 2005 0.35 2004 0.36 2003 0.36 2002 0.36 2001 0.33 2000 0.33 0.31 1999 0.33 0.31 1998 0.31 0.36 1997 2011 2012 2013 2014 INDEKS GINI 0.36 KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN 2008 2009 2010 TAHUN Sumber: Data Sekunder, diolah 2017. Angka-angka koefisien gini dalam grafik IV.5 merupakan rasio gini Indonesia tahun 1997-2014. Data yang ada menunjukkan fluktuasi, mencerminkan bahwa distribusi ketimpangan pendapatan di Indonesia tidak senantiasa membaik dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan negara Indonesia terdiri atas banyak wilayah sehinga memiliki karakteristik wilayah yang berbeda yang berdampak pada pembangunan ekonomi yang belum bisa diterima oleh beberapa wilayah tertentu yang mengakibatkan beberapa wilayah mampu tumbuh dengan cepat sementara wilayah lainnya tumbuh dengan lambat sehingga menyebabkan ketimpangan baik dalam hal pembangunan maupun pendapatan antar daerah. Pada tahun 2005 pemerintah mengambil kebijakan menaikkan harga BBM sehingga menimbulkan inflasi yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 cukup tinggi dan membawa dampak angka koefisien gini meningkat menjadi 0,36 yang diikuti pada tahun-tahun berikutnya yaitu tahun 2006-2014. Tetapi secara keseluruhan ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tahun 1997-2914 tergolong rendah atau merata, karena memiliki indeks rata-rata gini ratio sebesar 0,35. Pemerintah terus mengatasi adanya kenaikan angka gini ratio. Pada tahun 2010 pemerintah melakukan berbagai kebijakan seperti menurunkan tingkat pengangguran dengan menciptakan lapangan kerja baru, pemerintah juga menargetkan penurunan tingkat kemiskinan secara absolut seiring dengan perbaikan distribusi pendapatan dengan perlindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah. Pemerintah juga memprioritaskan sektor pertanian dan industri sebagai lokomotif pembangunan sehingga memiliki dampak yang besar terhadap penciptaan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan. B. Analisis Data 1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah residual terdistribusi normal atau tidak. Untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak, digunakan kriteria sebagai berikut, Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05, berarti data berdistribusi normal. Sebaliknya, Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05, berarti data tidak berdistribusi normal. Penelitian ini menggunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 SPSS (17.00), yaitu dengan menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov. Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat pada output dibawah ini: Tabel VI.2 Hasil Pengujian Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 18 Normal Parametersa,,b Mean Std. Deviation Most Extreme Differences .0000000 .94240468 Absolute .268 Positive .268 Negative -.096 Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 1.139 .150 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data BPS dan Kemekakertrans, diolah 2017. Berdasarkan output diatas, diketahui bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,150, sehingga nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 b. Uji Linearitas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah data antar variabel bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Hasil pengujian linearitas dapat dilihat pada output SPSS dibawah ini: Tabel IV.3 Hasil Uji Linearitas ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total Df Mean Square 217.425 4 54.356 15.098 13 1.161 232.524 17 F 46.803 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran, Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan Sumber: Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017 Berdasarkan output diatas, diperoleh Fhitung sebesar 46.803 dengan probabilitas sebesar 0.000. Hasil Fhitung dibandingkan dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05, sehingga diperoleh Ftabel sebesar 3,18. Jadi Fhitung (46,803) > F tabel (3.18) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan memiliki hubungan yang linier terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel (independen). Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel coefficiens. Tabel IV.4 Hasil Uji Multikolinearitas a Coefficients Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF pertumbuhan ekonomi .618 1.619 Pengangguran .753 1.328 upah minimum .199 5.030 ketimpangan pendapatan .230 4.351 a. Dependent Variable: kemiskinan Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 Pengujian multikolinearitas untuk data variabel bebas diatas adalah sebagai berikut: 1) Pertumbuhan ekonomi (X1) Dari hasil output di atas (collinearity statistic) variabel pertumbuhan ekonomi diperoleh dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) sebesar 1,619, yang berarti VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi tidak mempunyai korelasi dengan variabel lainnya. Dengan kata lain variabel pertumbuhan ekonomi tidak terjadi multikolinearitas. 2) Pengangguran (X2) Dari hasil output di atas (collinearity statistic) variabel pengangguran diperoleh dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) sebesar 1,328, yang berarti VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan bahwa variabel pengangguran tidak mempunyai korelasi dengan variabel lainnya. Dengan kata lain variabel penganguran tidak terjadi multikolinearitas. 3) Upah Minimum Regional (X3) Dari hasil output di atas (collinearity statistic) variabel upah minimum diperoleh dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) sebesar 5,030, yang berarti VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan bahwa variabel upah minimum tidak mempunyai korelasi dengan variabel lainnya. Dengan kata lain variabel upah minimum tidak terjadi multikolinearitas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 4) Ketimpangan Distribusi Pendapatan (X4) Dari hasil output di atas (collinearity statistic) variabel ketimpangan distribusi pendapatan diperoleh dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) sebesar 4,351, yang berarti VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan bahwa variabel ketimpangan distribusi pendapatan tidak mempunyai korelasi dengan variabel lainnya. Dengan kata lain variabel ketimpangan distribusi pendapatan tidak terjadi multikolinearitas. b. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas digunakan uji korelasi rank dari spearman (spearman’s rank correlation test). Hasil output untuk pengujian heteroskedastisitas sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 Tabel IV.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Correlations pertumbuhan upah ekonomi Pengangguran minimum Spearman's pertumbuhan rho ekonomi .331 .001 .015 .179 18 18 18 18 .328 1.000 .230 -.104 -.020 .183 . .358 .681 .938 18 18 18 18 18 ** .230 1.000 ** .257 .001 .358 . .000 .303 18 18 18 18 18 Correlation Coefficient .562* -.104 .784** 1.000 .246 Sig. (2-tailed) .015 .681 .000 . .324 18 18 18 18 18 Correlation Coefficient .331 -.020 .257 .246 1.000 Sig. (2-tailed) .179 .938 .303 .324 . 18 18 18 18 18 1.000 .328 . .183 18 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N N upah minimum Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) .723 N ketimpangan pendapatan N Unstandardized Residual N ** Unstandardized Residual * Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) pengangguran ketimpangan pendapatan .723 .562 .784 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017. Pada penelitian ini pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi rank dari spearman (spearman’s rank correlation test).. Pengujian ini dilakukan untuk semua variabel bebas: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 Pengujian heteroskedastisitas untuk data variabel bebas diatas adalah sebagai berikut: 1) Pertumbuhan ekonomi (X1) Pada output antara (X1) dan residu menghasilkan angka (r) -0,331 dengan probabilitas (Sig) 0,179. Jadi, dengan membandingkan probabilitas diperoleh bahwa nilai sig 0,179 > 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan tidak terjadi heteroskedastisitas. 2) Pengangguran Pada output antara (X2) dan residu menghasilkan angka (r) -0,020 dengan probabilitas (Sig) 0,938. Jadi, dengan membandingkan probabilitas diperoleh bahwa nilai Sig 0,938 > 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa antara pengangguran dengan tingkat kemiskinan tidak terjadi heteroskedastisitas. 3) Upah Minimum Regional Pada output antara (X3) dan residu menghasilkan angka (r) 0,257 dengan probabilitas (Sig) 0,303. Jadi, dengan membandingkan probabilitas diperoleh bahwa nilai Sig 0,303 > 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa antara upah minimum regional dengan kemiskinan tidak terjadi heteroskedastisitas. 4) Ketimpangan Distribusi Pendapatan Pada output antara (X4) dan residu menghasilkan angka (r) 0,246 dengan probabilitas (Sig) 0,324. Jadi, dengan membandingkan probabilitas diperoleh bahwa nilai Sig 0,324 > 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109 ketimpangan distribusi pendapatan dengan kemiskinan tidak terjadi heteroskedastisitas. c. Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Tabel VI.6 Uji Autokorelasi b Model Summary Model 1 R R Square a .967 .935 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .915 Durbin-Watson 1.07920 1.666 a. Predictors: (Constant), ketimpangan pendapatan, pengangguran, pertumbuhan ekonomi, upah minimum b. Dependent Variable: kemiskinan Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017 Dengan N= 17, k=4 maka didapat harga tabel D-W yaitu dL: 0,7790, dU: 1,9005. Kesimpulannya dalam uji autokorelasi didapat nilai D-W yaitu 1,666, jadi nilai D-W 1,666 < 4 – dU, sehingga data dalam penelitian ini tidak mengalami masalah autokorelasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110 3. Pengujian Hipotesis a. Uji Keterandalan Model (Uji F) Pengujian terhadap variabel independen didalam model dapat dilakukan dengan uji simultan (Uji F). Uji F statistik pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dari regresi pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014 yang menggunakan taraf keyakinan 95 persen (alpha = 5 persen). Tabel VI.7 Hasil Uji Keterandalan Model (Uji F) ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total Df Mean Square 217.425 4 54.356 15.098 13 1.161 232.524 17 F 46.803 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran, Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017. Berdasarkan output di atas, diperoleh F hitung sebesar 46,803 dengan probabilitas sebesar 0,000. Hasil F hitung kemudian dibandingkan dengan F tabel PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 dengan mengunakan taraf signifikansi 0,05, sehingga diperoleh F tabel sebesar 3,18. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis, apabila F hitung lebih kecil dari F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, jika F hitung lebih besar daripada F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan secara bersama-sama dapat menjadi prediktor tingkat kemiskinan. Dengan kata lain, model regresi yang digunakan dalam penelitian ini sudah tepat. b. Uji Koefisien Regresi Uji koefisien regresi menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen secara individual. Dalam regresi pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan tahun 1997 -2014, dengan nilai signifikansi = 0,05 (5 persen). Hasil pengujian koefisien regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112 Tabel VI.8 Hasil Uji Koefisien Regresi Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B 1 (Constant) 33.685 5.305 6.349 .000 pertumbuhan ekonomi -.385 .075 -.463 -5.141 .000 pengangguran -.005 .145 -.003 -.038 .971 upah minimum -.003 .001 -.387 -2.439 .030 -37.728 15.617 -.357 -2.416 .031 ketimpangan pendapatan Std. Error Beta t Sig. a. Dependent Variable: kemiskinan Adapun penjelasan hasil regresi dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1) Pertumbuhan ekonomi Pengujian hipotesis dalam variabel pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014. Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113 Pertumbuhan ekonomi memiliki koefisien beta sebesar -0,385, artinya jika pertumbuhan ekonomi naik satu persen, maka kemiskinan akan menurun sebesar 0,385 persen. Untuk mengetahui apakah variabel ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan, dapat dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi variabel pertumbuhan ekonomi dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Nilai signifikansi variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 0,000, berada dibawah 0,05. Karena Sig < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014. 2) Pengangguran Pengujian hipotesis dalam variabel pengangguran adalah sebagai berikut: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014. Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014. Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa pengangguran memiliki nilai signifikansi 0,971 dan berada diatas 0,05. Karena Sig > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114 3) Upah Minimum Pengujian hipotesis dalam variabel upah minimum adalah sebagai berikut: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014. Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014. Upah minimum memiliki koefisien beta sebesar -0,003, artinya jika upah minimum dinaikkan satu rupiah, maka kemiskinan di Indonesia akan menurun sebesar 0,003. Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa upah minimum memiliki nilai signifikansi sebesar 0,030 dan berada dibawah 0,05. Karena Sig < 0,05 (0,030 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara upah minimum terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014. 4) Ketimpangan Distribusi Pendapatan Pengujian hipotesis dalam variabel ketimpangan distribusi pendapatan adalah sebagai berikut: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014. Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115 Ketimpangan distribusi pendapatan memiliki koefisien beta sebesar 38,243, artinya jika ketimpangan distribusi pendapatan naik satu persen maka kemiskinan di Indonesia akan menurun sebesar 38,243 persen. Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan memiliki signifikansi sebesar 0,031 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. c. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan proporsi pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dapat dukur dengan R-Square. Tabel VI.9 Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb Model 1 R R Square .967a Adjusted R Square .935 Std. Error of the Estimate .915 1.07768 a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran, Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017 Nilai R Square sebesar 0,935 menunjukkan bahwa proporsi pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116 distribusi pendapatan mempunyai pengaruh terhadap kemiskinan sebesar 93,5 persen. Artinya variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan mempunyai pengaruh terhadap kemiskinan sebesar 93 persen, sedangkan sisanya 7 persen dipengaruhi oleh variabel lain, misalnya inflasi, indeks pembangunan manusia, dan tingkat pendidikan. C. Pembahasan 1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1997-2014 Hasil pengujian hipotesis yang pertama tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan. Berdasarkan pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Selain itu, pertumbuhan ekonomi memiliki koefisien beta sebesar -0,385, artinya jika pertumbuhan ekonomi naik satu persen, maka tingkat kemiskinan di Indonesia akan menurun sebesar 0,385. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi dalam suatu perekonomian secara berkesinambungan menuju kearah yang lebih baik. Besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117 tingkat kemakmuran suatu negara. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional per kapita. Nilai output per kapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika angka output per kapita makin besar, tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi (Rahardja, dan Mandala Manurung, 2008:223). Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suparmoko (1990:210). Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan pertumbuhan pendapatan per kapita menuntut adanya kenaikan produk domestik bruto. PDB itu sangat ditentukan oleh faktor produksi yang digunakan, seperti tenaga kerja, kapital, barang sumber daya alam, tingkat teknologi, dan kondisi sosial dalam negara yang bersangkutan. Pada umumnya terdapat hubungan yang positif antara jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi dan PDB. Semakin banyak digunakan alat kapital, tenaga kerja, dan sumber daya alam, dan tingkat teknologi yang lebih canggih serta keadaan sosial yang mendukung pertumbuhan ekonomi, maka akan meningkat pula PDB suatu negara. Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan per kapita dengan tingkat kemiskinan tidak berbeda dengan pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Mengikuti hipotesis Kuznet, pada tahap awal dari proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan pada saat mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang. Tentu banyak faktor-faktor lain selain pertumbuhan pendapatan yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di suatu wilayah atau negara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118 seperti derajat pendidikan, tenaga kerja, dan struktur ekonomi (Tambunan, 2015:107). Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan ada pengaruh negatif dan signifikan pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan tahun 1997-2014. Hal ini sesuai karena suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari apa yang dicapai sebelumnya. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat maka sebuah negara dapat mencapai kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi karena semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi menggambarkan bahwa semakin meningkatnya jumlah barang dan jasa dalam suatu negara tersebut sehingga semakin tinggi pula produktivitas faktor produksi dan upah yang diterima oleh pekerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika pertumbuhan ekonomi meningkat akan berdampak pada tingkat kemiskinan di Indonesia menurun. 2. Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1997-2014 Hasil pengujian hipotesis yang kedua tentang pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014 menunjukkan bahwa pengangguran tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil output SPPS Versi 17.00 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,971 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yang ada, menyatakan bahwa pengangguran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119 berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Tingkat pengangguran di Indonesia tahun 1997-2014 masih tergolong wajar. Dalam negara berkembang, tingkat pengangguran dikatakan wajar atau biasa kita kenal dengan tingkat pengangguran alamiah apabila tingkat pengangguran berkisar antara 4 sampai 6 persen setiap tahunnya. Dalam mekanisme pasar tenaga kerja, upah harus disesuaikan untuk menyeimbangkan jumlah penawaran dan jumlah permintaan tenaga kerja. Penyesuaian ini dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh pekerja memiliki pekerjaan. Faktanya, dalam permintaan dan penawaran tenaga kerja tidak selamanya ideal. Selalu ada tenaga kerja yang tidak mempunyai pekerjaan meskipun secara umum perekonomian berjalan baik. Artinya, tingkat pengangguran selalu berfluktuasi di sekitar tingkat pengangguran alamiah dan tidak pernah mencapai angka nol. Hal ini terjadi biasanya karena adanya pengangguran friksional dimana adanya ketidakcocokan pekerjaan yang diinginkan oleh pekerja sehingga mereka dengan sukarela meninggalkan pekerjaan untuk mencari pekerjaan lainnya yang sesuai dengan pekerjaan yang dirasa cocok bagi mereka. Data pengangguran dalam penelitian ini masih berkisar antara 4 sampai 6 persen setahun dikatakan sebagai pengangguran yang alamiah karena hanya beberapa pekerja saja yang dengan sukarela tidak bekerja sehingga pengangguran ini tidak akan berpengaruh negatif terhadap perekonomian saat ini apalagi berpengaruh dengan kemiskinan yang ada. Pengangguran yang dapat mempengaruhi kemiskinan di Indonesia yaitu apabila adanya tingkat pengangguran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120 yang parah artinya terdapat kesenjangan antara lapangan kerja yang tersedia dengan angkatan kerja yang ada, dampaknya masyarakat secara luas akan kesulitan dalam memperoleh pekerjaan sehingga mereka akan sangat kesulitan dalam pemenuhan hidup sehari-hari dan akhirnya pengangguran berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia karena banyaknya pekerja yang masuk dalam kemiskinan absolut, berbeda dengan pengangguran alamiah yang hanya beberapa pekerja saja yang tidak bekerja dikarenakan ketidaksesuaian pekerjaan yang diinginkan oleh pekerja sehingga tidak banyak masyarakat yang tergolong dalam kemiskinan absolut dan tidak berpengaruh terhadap kemiskinan yang ada. Pemerintah tidak perlu terlalu cemas menghadapi masalah pengangguran ini karena tingkat pengangguran ini masih tergolong wajar dan dapat ditoleransi. 3. Pengaruh Upah Minimum Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1997-2014 Hasil pengujian hipotesis yang ketiga tentang pengaruh upah minimum terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014 menunjukkan bahwa upah minimum berpengaruh signifikan. Berdasarkan pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa upah minimum memiliki nilai signifikansi sebesar 0,030 lebih kecil dari 0,05 (0,030 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Selain itu, upah minimum memiliki koefisien beta sebesar -0,003, artinya jika upah minimum naik satu rupiah, maka tingkat kemiskinan di Indonesia akan menurun sebesar 0,003. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa upah minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121 Upah diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha (Sukirno, 2012: 351). Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang, sebab itu, upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan karyawannya dengan wajar. Kewajaran dapat dinilai dan diukur dengan Kebutuhan Hidup Minimum (KFM) yang merupakan tanggung jawab semua pemerintah, pengusaha, dan karyawan itu sendiri. Untuk menjamin bahwa kehidupan hidup minimum setiap karyawan dapat terpenuhi melalui pekerjaan dari mana ia memperoleh penghasilan. Tujuan utama upah minimum agar karyawan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehingga terlepas dari kemiskinan, tetapi disisi lain upah minimum juga menguntungkan dari sisi perusahaan. Dengan adanya upah minimum produktivitas kerja karyawan meningkat karena produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tingkat gizi, kesehatan, pendidikan, dan manajemen pimpinan. Namun bagi karyawan berpenghasilan kecil, tingkat gizi dan kesehatan merupakan faktor dominan untuk meningkatkan produktivitas kerja sekalipun perusahaan memiliki manajemen yang baik, produktivitas kerja karyawan sukar ditingkatkan bila kondisi gizi dan kesehatan karyawan sangat rendah. Sebab untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, upah mereka harus memadai untuk memenuhi KFM-nya. 4. Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1997-2014 Hasil pengujian hipotesis yang keempat tentang pengaruh ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122 menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan signifikan. Berdasarkan pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,031 lebih kecil dari 0,05 (0,031 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Selain itu, ketimpangan distribusi pendapatan memiliki koefisien beta sebesar -38,243, artinya jika ketimpangan distribusi pendapatan naik satu persen, maka tingkat kemiskinan di Indonesia akan menurun sebesar 38,243 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Kemakmuran masyarakat dapat dilihat dari mampu atau tidaknya masyarakat dalam negara tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Kemakmuran negara tidak semata-mata didasarkan pada tolok ukur besarnya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita saja, namun juga bagaimana pendapatan nasional itu didistribusikan, apakah pendapatan nasional (kue nasional) didistribusikan secara lebih merata atau timpang. Pendapatan dianggap didistribusikan secara merata sempurna bila setiap individu memperoleh bagian yang sama dari output perekonomian. Distribusi pendapatan dikatakan tidak adil jika sebagian besar output nasional dikuasai oleh lebih sebagian penduduk. Tetapi distribusi pendapatan menjadi sangat tidak adil apabila bagian yang sangat besar output nasional hanya dinikmati oleh segelintir kelompok masyarakat (Rahardja dan Mandala Manurung, 2008:245). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123 tahun 1997-2014. Hal ini tidak sejalan dengan hipotesis yang ada, karena semakin ada jarak antara individu kaya dan individu miskin dan mereka yang berada didalam kelompok miskin akan semakin kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan akan lebih mudah untuk masuk kedalam garis kemiskinan. Secara riil, pemerintah mampu meningkatkan investasi yang memicu pertumbuhan ekonomi, akan tetapi pertumbuhan ekonomi tidak beriringan dengan pemerataan. Namun demikian, pada tahap pembangunan lebih lanjut pemerintah harus semakin sadar bahwa pertumbuhan ekonomi perlu dilengkapi dengan pemerataan pendapatan pada masyarakat. Dalam penelitian ini indeks ketimpangan berhubungan negatif dengan tingkat kemiskinan, artinya semakin timpang indeks gini maka tingkat kemiskinan semakin rendah. Hal ini mungkin menggambarkan proses pembangunan di Indonesia yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi yang hasilnya lebih banyak dinikmati oleh kelompok-kelompok kecil. Nampaknya teori klasik tentang trickle down effect (efek rembesan ke bawah) berlaku dalam konteks Indonesia saat ini, dimana dengan melakukan banyak investasi domestik maka harapannya akan berjalan serta berlipat ganda hasilnya dan akhirnya mampu menggerakkan perekonomian sehingga memicu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Ketika pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh sebagian kecil dari masyarakat ternyata masih terjadi proses trickle down effect. Artinya kemakmuran dari sekelompok kecil masyarakat masih berimbas pada penurunan jumlah kemiskinan mutlak. Dalam arti, walaupun hasil dari pendapatan nasional lebih dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat kaya yang menginvestasikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124 uangnya dalam perekonomian saat ini tetapi imbasnya penurunan kemiskinan mutlak karena adanya investasi tersebut juga dirasakan oleh masyarakat yang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum regional, dan ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Hal tersebut terlihat dari koefisien beta sebesar -0,465 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi akan mengalami pertumbuhan atau berkembang didalam suatu negara apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari apa yang dicapai sebelumnya, baik dalam bentuk barang maupun jasa. Dengan kata lain adanya pertumbuhan ekonomi berarti ada peningkatan barang dan jasa dalam tahun tersebut. Dalam peningkatan kegiatan ekonomi diperlukan faktor produksi, semakin besar peningkatan kegiatan ekonomi berarti memerlukan faktor produksi yang lebih banyak, berarti ada peningkatan produktivitas dari tenaga kerja itu sendiri yang akan berdampak terhadap upah yang diberikan oleh pengusaha, karena upah seseorang ditentukan dari produktivitas yang dihasilkan oleh seseorang tersebut maka semakin besar produktivitas yang dihasilkan oleh tenaga kerja akan semakin banyak upah yang dihasilkannya. Dengan begitu individu tersebut dapat memenuhi kebutuhan minimum hidupnya. Selain itu, 125 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126 dengan adanya peningkatan barang dan jasa yang dihasilkan akan lebih mempermudah individu dan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan terhindar dari kemiskinan. 2. Variabel pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Hal tersebut terlihat dari nilai signifikansi 0,995 > 0,05. Hal ini dikarenakan tingkat pengangguran di Indonesia tahun 1997-2014 masih tergolong wajar berkisar antar 4 sampai 6 persen setahun. Artinya, tingkat pengangguran selalu berfluktuasi di sekitar tingkat pengangguran alamiah dan tidak pernah mencapai angka nol. Pengangguran ini terjadi biasanya karena adanya pengangguran friksional dimana adanya ketidakcocokan pekerjaan yang diinginkan oleh pekerja sehingga mereka dengan sukarela meninggalkan pekerjaan untuk mencari pekerjaan lainnya yang sesuai dengan pekerjaan yang dirasa cocok bagi mereka. Hal ini tidak akan mempengaruhi tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia sehingga pemerintah tidak perlu terlalu cemas menghadapi masalah pengangguran ini karena tingkat pengangguran ini masih tergolong wajar. dapat ditoleransi, dan tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan Indonesia saat ini. 3. Variabel upah minimum regional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Hal tersebut terlihat dari koefisien beta -0,383 dan nilai signifikansi 0,029 < 0,05. Hal ini dikarenakan upah merupakan sumber penghasilan utama seseorang, maka dari itu upah harus cukup untuk memenuhi hidup karyawannya dengan wajar, dalam arti karyawan dapat memenuhi kebutuhan minimumnya. Dengan begitu mereka akan terhindar dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127 kemiskinan, karena dengan upah yang diberikan oleh pengusaha kepada karyawan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga kebutuhan yang lainnya yang harus tercukupi seperti sandang, pangan, dan papan. 4. Variabel ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Hal tersebut terlihat dari koefisien beta sebesar -0,362 dan nilai signifikansi 0,027 < 0,05. Hal ini dikarenakan banyaknya investasi domestik yang berjalan serta berlipat ganda hasilnya dan akhirnya mampu menggerakkan perekonomian sehingga memicu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Ketika pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut hanya dinikmati oleh sebagian kecil dari masyarakat ternyata masih terjadi proses trickle down effect. Artinya kemakmuran dari sekelompok kecil masyarakat masih berimbas pada penurunan jumlah kemiskinan mutlak. Walaupun hasil dari pendapatan nasional lebih dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat kaya yang menginvestasikan uangnya dalam perekonomian saat ini tetapi imbasnya penurunan kemiskinan mutlak karena adanya investasi tersebut juga dirasakan oleh masyarakat yang lain. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Dalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia maka dari itu untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia pemerintah perlu merangsang terus pertumbuhan ekonomi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128 dan menjaga stabilitas sosial politik, karena dalam. Dengan adanya peningkatan investasi akan membuat pertumbuhan ekonomi melaju semakin tinggi. Karena semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka tingkat kemiskinan akan semakin menurun. Apabila pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan maka pendapatan per kapita masyarakat juga bertambah sehingga akan mengakibatkan peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan. 2. Dalam penelitian ini upah minimum regional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia sehingga untuk mengentaskan kemiskinan sebaiknya pemerintah perlu menaikkan upah minimum secara berkala, karena, maka dari itu harus memperhatikan upah minimum yang ditetapkan untuk para pekerja, karena upah merupakan sumber penghasilan utama yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup maka penetapan upah minimum disarankan untuk memperhatikan produktivitas dan kecukupannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar. Selain itu, agar pengusaha maupun investor tidak merasa dirugikan karena adanya kenaikan upah minimum secara berksls maka sebaiknya pekerja juga meningkatkan kualitas maupun kuantitas barang atau jasa yang dihasilkannya. 3. Dalam penelitian ini ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Pemerintah sebaiknya melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pemerataan yang dilakukan secara sistematis, tidak hanya mengandalkan sistem alamiah yaitu trickle down effect tetapi juga perlu dilengkapi dengan kebijakan-kebijakan untuk pemerataan. Seperti adanya pajak pendapatan progresif dimana golongan kaya atau lebih kaya dituntut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129 untuk membayar persentase pajak yang lebih besar dibandingkan dengan golongan miskin. 4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk menambah variabel ekonomi lainnya yang dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia, seperti tingkat pendidikan, indeks pembangunan manusia, dan inflasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130 DAFTAR PUSTAKA Arif, S. (2016, 14 April). “Ratusan Bayi di Kota blitar Mengidap Gizi Buruk” Sindo [Online] halaman 1. Tersedia: http://daerah.sindonewa.com/read/1101073/23/ratusan-bayi-di-kota blitar-mengidap-gizi-buruk-1460634426. [9 Maret 2017]. Arsyad, Lincolin. (2004). Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN. Asian Development Bank. http://www.adb.org/id/indonesia/poverty. (2017) Tersedia: Asih, W (2015). “Analisis Ketimpangan Dalam Pembangunan Ekonomi Antar Kecamatan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2004-2013”. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta: http://eprints.uny.ac.id/23801/1/SKRIPSI%20FULLWIDI%ASIH10404 244012.pdf. Basuki, Nano Prawoto. (2016). ANALISIS REGRESI DALAM PENELITIAN EKONOMI DAN BISNIS. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Boediono. (1988). Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. BPS. (2017): Laporan Perekonomian Indonesia. Budiyono. (2015). Statistika Untuk Penelitian. Surakarta. UNS Press. Case, Fair. (2004). PRINSIP-PRINSIP EKONOMI MAKRO. Jakarta. Erlangga. Ghozali, Imam. 2002. Statistik Non Parametrik. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. Gilarso, T. (2004). Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: Kanisius. Hasan, M. Iqbal. (2003). Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Jakarta: PT Bumi Aksara. Jhingan. M. L. (2004). Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Jundi, A.M (2014). “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Provinsi-Provinsi di Indonesia”. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang: http://eprints.undip.ac.id/45391/1/05JUNDI.pdf. Kemenakertrans. (2017). Laporan Tenaga Kerja Indonesia. Kuncoro, Mudrajat. (2006). Ekonomika Pembangunan Teori, Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta. UPP STIM YKPN. Kuncoro, Mudrajat. (2013). Mudah Memahami dan Menganalisis Indikator Ekonomi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131 Mankiw, Greegory. (2006). MAKROEKONOMI. Jakarta: Erlangga. Nazir, M. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Nina, C. (2016). “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Regional, Inflasi, Dan Investasi Terhadap Jumlah Pengangguran Di DIY Tahun 1986-2015”. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta” Ningsih, F.R (2010). “Pengaruh Inflasi Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Indonesia Periode Tahun 1988-2008” Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18695/1/Fatm i%20Ratna%20Ningsih-FEB.pdf. Nisfiannoor. (2009). PENDEKATAN STATISTIKA MODERN Untuk Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Nugroho, P (2014). “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Tingkat Ketimpangan Antar Kecamatan Di Kabupaten Demak Tahun 2008-2010” Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang: http://eprints.undip.ac.id/43053/1/10Nugroho.pdf. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. (2005). Komponen Dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Lebutuhsn Hidup Layak. Jakarta: Kemenakertrans. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. (1999). Upah Minimum. Jakarta: Kemenakertrans. Pratama, A. (2016, 28 Desember). “Polisi Yakin Motif Pembunuhan di Pulomas Karena Ingin Merampok:. Kompas [Online], halaman 1. Tersedia: http://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/28/20413081/polisi.yako n.motif.pembunuhan.di.pulomas.karena.ingin.merampok. [9 Maret 2017]. Putra, L.D (2011). “Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007”. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang: http://eprints.undip.ac.id/27371/1/Skripsi%28r%29.pdf. Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro ekonomi dan Makroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Retnosari, D. (2006). “Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132 http://eprints.uny.ac.id/23801/1/SKRIPSI%20FULLWIDI%20ASIH104 04244012.pdf. Rumahorbo, R.A. (2014). “Analisis Faktpr-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Sumatera Utara”. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makasar: http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/9905/SKRIPS I%20LENGKAP-FEB-IERESTUTY%20ANGGERENY%20RUMAHORBO.pdf?sequence=1. Santosa, Purbayu Budi, Muliawan Hamdani. (2007). Statistika Deskriptif Dalam Bidang Ekonomi Dan Niaga. Semarang: Erlangga. Simanjuntak, Payaman. J. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sumarsono, Sonny. (2009). Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudarsono, Gaguk Margono, Wardani Rahayu. (2012). Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sumanto, (2014). STATISTIKA TERAPAN. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service). Suryawati, C. (2005). “Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional”. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. (03), 121-129. Tambunan, Tulus, (2015). Perekonomian Indonesia Era Orde Lama Hingga Jokowi. Bogor: Ghalia Indonesia. Todaro, Michael. (2003). PembangunanEkonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga. Usman, Purnomo Setiadi. (2008). Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. Waruwu, S.J. (2016). “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Belanja Pemerintah, Dan Investasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Tahun 1995-2014”. Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: http://library.usd.ac.id/. Widiastuti, A (2010). “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Jawa Tengah Tahun 2004-2008: Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang: http://eprints.undip.ac.id/24465/1/Skripsi.pdf. Wie, Thee Kian. (1980). Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan. Jakarta: LP3ES. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133 Winanendra, A (2014). “Analisis Tingkat Kemiskinan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun 2008-2012” Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang: http://eprints.undip.ac.id/44600/1/03WINANENDRA.pdf. Wiratmo, Mansykur. (1994). Sinopsis Pengantar Ekonomi Makro. Yogyakarta: Media Widya Mandala. Yudha, O.R (2013). “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Tahun 2009-2011” Skripsi. Universitas Negeri Semarang: http://lin.unnes.ac.id/17313/1/7111409012.pdf. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134 LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN Tahun Tingkat Kemiskinan Pertumbuhan Ekonomi Pengangguran Upah Minimum Ketimpangan Distribusi Pendapatan 1997 17,47 4,7 4,18 135,0 0,36 1998 24,26 -13 5,05 150,9 0,36 1999 23,43 0,8 6,03 175,4 0,31 2000 19,14 4,9 5,81 216,5 0,31 2001 18,41 3,5 8,01 290,5 0,31 2002 18,20 4,4 9,13 362,7 0,33 2003 17,42 4,8 9,94 414,7 0,33 2004 16,66 5 10,25 458,5 0,33 2005 15,97 5,7 11,90 507,7 0,36 2006 17,75 5,5 10,93 602,2 0,36 2007 16,58 6,3 10,01 667,9 0,36 2008 15,42 6,1 9,39 743,2 0,35 2009 14,15 4,6 8,96 830,7 0,37 2010 13,30 6 8,32 908,8 0,38 2011 12,50 6,1 7,70 988,8 0,41 2012 12,00 6,2 7,24 1,119,1 0,41 2013 11,40 5,8 7,39 1,332,4 0,41 2014 11,20 5,06 7,45 1,595,9 0,41 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135 HASIL UJI PRASYARAT REGRESI LAMPIRAN 2 UJI NORMALITAS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,,b 18 Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. .0000000 .94240468 Absolute .268 Positive .268 Negative -.096 1.139 .150 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136 LAMPIRAN 3 UJI LINEARITAS ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square 1 Regression 217.425 4 54.356 Residual 15.098 13 1.161 232.524 17 Total a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran, Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan F 46.803 Sig. .000a PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137 HASIL UJI ASUMSI KLASIK LAMPIRAN 4 UJI MULTIKOLINEARITAS a Coefficients Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF pertumbuhan ekonomi .618 1.619 Pengangguran .753 1.328 upah minimum .199 5.030 ketimpangan pendapatan .230 4.351 a. Dependent Variable: kemiskinan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138 LAMPIRAN 5 UJI HETEROSKEDASTISITAS Correlations pertumbuhan ekonomi Spearman's pertumbuhan Correlation rho Coefficient ekonomi upah ketimpangan Unstandardized Pengangguran minimum pendapatan Residual 1.000 .328 .723** .562* .331 . .183 .001 .015 .179 18 18 18 18 18 .328 1.000 .230 -.104 -.020 .183 . .358 .681 .938 18 18 18 18 18 ** .230 1.000 ** .257 .001 .358 . .000 .303 18 18 18 18 18 .562* -.104 .784** 1.000 .246 .015 .681 .000 . .324 18 18 18 18 18 .331 -.020 .257 .246 1.000 .179 .938 .303 .324 . 18 18 18 18 18 Sig. (2tailed) N pengangguran Correlation Coefficient Sig. (2tailed) N upah minimum Correlation .723 .784 Coefficient Sig. (2tailed) N ketimpangan Correlation pendapatan Coefficient Sig. (2tailed) N Unstandardized Correlation Residual Coefficient Sig. (2tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139 LAMPIRAN 6 UJI AUTOKORELASI b Model Summary Model 1 R R Square .967a .935 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .915 Durbin-Watson 1.07920 a. Predictors: (Constant), ketimpangan pendapatan, pengangguran, pertumbuhan ekonomi, upah minimum b. Dependent Variable: kemiskinan 1.666 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140 HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS LAMPIRAN 7 UJI KETERANDALAN MODEL (UJI F) ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square 1 Regression 217.425 4 54.356 Residual 15.098 13 1.161 232.524 17 Total a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran, Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan F 46.803 Sig. .000a PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141 LAMPIRAN 8 UJI KOEFISIEN REGRESI (UJI T) a Coefficients Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B 1 (Constant) 33.685 5.305 6.349 .000 pertumbuhan ekonomi -.385 .075 -.463 -5.141 .000 pengangguran -.005 .145 -.003 -.038 .971 upah minimum -.003 .001 -.387 -2.439 .030 -37.728 15.617 -.357 -2.416 .031 ketimpangan pendapatan Std. Error Beta a. Dependent Variable: kemiskinan LAMPIRAN 9 KOEFISIEN DETERMINASI Model Summaryb Model 1 R R Square .967a Adjusted R Square .935 .915 Std. Error of the Estimate 1.07768 a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran, Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan t Sig.