TOR (Term of Reference) Workshop/ Seminar “Rekonstruksi

advertisement
TOR (Term of Reference) Workshop/ Seminar
“Rekonstruksi Pengelolaan Hutan Alam Produksi :
Tinjauan Aspek Teknis Silvikultur, Sosial–Ekonomi, Ekologi dan Kebijakan”
Samarinda, 13 November 2012
Latar Belakang
Mulai dari dekade 1960 sampai dekade 1980-an, sumberdaya hutan alam Indonesia
pernah menjadi primadona ekonomi penghasil devisa Negara. Namun faktanya, kejayaan ini
mulai meredup pada dekade 1990-an dan terus menurun hingga dekade sekarang.
Kekhawatiran mendasar dari kondisi ini adalah pada pertanyaan “apakah kita sedang
menapaki jalan yang salah dalam mengelola kawasan hutan alam produksi di Indonesia”.
Tema Rekontruksi Pengelolaan Hutan Alam Produksi dalam hal ingin mengajak kita untuk
mengupas dan mengulas kembali kondisi tersebut, baik dari aspek teknis silvikultur, sosialekonomi, ekologi dan kebijakan. Apakah memungkinkan merekontruksi peran, proporsi dan
hubungan antar aspek tersebut untuk mendapatkan suatu bentuk pengelolaan dan
pengusahaan yang lebih baik. Pada paragraph berikut disajikan beberapa data pancingan
yang menggambarkan kondisi dan pengusahaan kawasan hutan produksi alam di Indonesia.
Berdasarkan data statistik kehutanan Indonesia (Kemenhut, 2012), luas kawasan hutan
alam produksi yang dimanfaatkan dalam Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan
Alam (IUPHHK-HA) terus mengalami tren penyusutan. Jika pada tahun 1993 terdapat luas
kawasan sebesar 61,7 juta Ha dan diusahakan oleh 575 IUPHHK-HA, pada tahun 2001
berkurang menjadi 36,4 juta Ha (351 IUPHHK) dan kemudian pada Tahun 2011 menjadi
sebesar 23,4 juta Ha yang diusahakan oleh 292 IUPHHK-HA. Dari aspek produksi, kontribusi
produksi kayu bulat yang bersumber dari pengusahaan IUPHHK-HA terhadap total produksi
kayu Nasional ternyata tidaklah begitu besar. Pada tahun 2007 kontribusi produksi dari
IUPHHK-HA hanya sebesar 20%, yaitu dengan produksi sebesar 6,4 juta m3 dari total
produksi kayu bulat Nasional sebesar 32,2 juta m3. Pada tahun 2011, kontribusi produksi
semakin tidak menggembirakan, hanya sebesar 11 %, yaitu sebesar 5,1 juta m3 dari total
produksi kayu Nasional sebesar 47,4 juta m3. Jumlah tenaga kerja yang diserap dalam usaha
IUPHHK-HA adalah hanya 27.938 orang tenaga kerja. Dibanding dengan jumlah besar luasan
kawasan (hutan) yang dikelola, cukup menggambarkan bahwa pengusahaan IUPHHK-HA
tidak begitu berhasil dalam mensejahterakan banyak orang Indonesia. Dari aspek ekonomi,
walaupun terjadi peningkatan nilai PNBP (total sektor kehutanan) dari 2,1 triliyun pada
tahun 2007 menjadi Rp. 3,4 triliyun pada tahun 2011, kontribusi sektor kehutanan ini
ternyata hanya 1 % dari PDB 2007 dan kemudian menurun menjadi 0.7 % dari PDB 2011.
Dari aspek ekologi, satu indikator yang bisa digunakan adalah dari sertifikasi PHAPL. Hingga
periode 2011, dari 187 IUPHHK yang telah disertifikasi PHAPL, hanya sebanyak 2 IUPHK yang
1
mendapat sertifikat sangat baik (1 %), sisanya 67 IUPHHK mendapat sertifikat baik (35 %)
dan 118 IUPHHK mendapat sertifikat sedang (64 %).
Semangat untuk rekonstruksi pemikiran ini diharapkan lahir dari suatu proses diskusi
yang dinamis, komprehensif dan kritis. Untuk itu, workshop dilaksanakan dalam format
debat-interaktif dengan mengundang beberapa narasumber kunci yang mewakili kepakaran
dari masing-masing aspek tersebut
Tujuan
Menyebarluaskan IPTEK terkait “Rekonstruksi Pengelolaan Hutan Alam Produksi :
Tinjauan Aspek Teknis Silvikultur, Sosial – Ekonomi, Ekologi dan Kebijakan” dalam upaya
meningkatkan pengelolaan kawasan hutan alam produksi yang lebih baik.
Output yang Diharapkan
Output/Luaran yang diharapkan dari workshop/seminar ini adalah menghasilkan suatu
rekomendasi strategis atau rumusan pemikiran tentang peningkatan peran, perimbangan
proporsi dan hubungan antar aspek teknis silvikultur, sosial-ekonomi, ekologi dan
kebijakannya dalam upaya perbaikan bentuk pengelolaan hutan alam produksi yang lebih
baik.
Ruang lingkup
Materi workshop/seminar diharapkan diarahkan pada pembahasan isu masalah dan
alternative solusi tentang :
A. Aspek teknis, meliputi isi :




Sejarah dan perkembangan kondisi hutan alam produksi,
Produktivitas hutan dan peran teknik/sistem silvikultur dalam upaya peningkatan
produktivitas hutan serta alternative solusi untuk perbaikan/penerapannya.
Proporsi peran dan keterkaitan hubungan aspek teknis (silvikultur) dengan aspek
ekonomi, sosial, ekologi dan kebijakan dalam upaya perbaikan bentuk pengelolaan
hutan alam produksi yang lebih baik.
Hot issue lainnya terkait aspek teknis (silvikultur).
B. Aspek Ekonomi dan Sosial


Sejarah dan perkembangan usaha pengusahaan hutan alam produksi terhadap sektor
sosial-ekonomi dan atau sebaliknya
Proporsi peran ekonomi (makro/mikro) dalam upaya peningkatan investasi
pengusahaan hutan alam produksi serta alternatif solusi untuk perbaikan/
penerapannya.
2



Proporsi peran social dalam upaya peningkatan kesejahteraan pekerja dan
masyarakat serta alternative solusi untuk perbaikan/ penerapannya.
Keterkaitan hubungan aspek sosial-ekonomi dengan aspek teknis, ekologi dan
kebijakan dalam upaya perbaikan bentuk pengelolaan hutan alam produksi yang
lebih baik.
Hot issue lainnya terkait aspek sosial-ekonomi.
C. Aspek Ekologi




Sejarah dan perkembangan pengelolaan hutan alam produksi terhadap upaya
pencapaian PHAPL (Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari).
Proporsi peran aspek ekologi dalam upaya peningkatan komitmen untuk pencapaian
PHAPL serta alternative solusi untuk perbaikan/ penerapannya.
Keterkaitan hubungan aspek ekologi dengan aspek teknis, sosial-ekonomi dan
kebijakan dalam upaya perbaikan bentuk pengelolaan hutan alam produksi yang
lebih baik.
Hot issue lainnya terkait aspek ekologi.
D. Aspek Kebijakan
 Sejarah dan perkembangan kebijakan dan perubahan kebijakan dalam pengurusan
pengelolaan hutan alam produksi.
 Peran dan dampak kebijakan (dan perubahannya) terhadap perilaku dan pola
pengelolaan / pengusahaan hutan alam produksi serta alternative solusi untuk
perbaikan/ penerapannya..
 Keterkaitan hubungan dan tingkat adaptasi aspek kebijakan terhadap isu/masalah
terkait aspek teknis silvikultur, sosial-ekonomi dan ekologi dalam upaya perbaikan
bentuk pengelolaan hutan alam produksi yang lebih baik.
 Hot issue lainnya terkait aspek kebijakan.
Tempat dan Waktu
Ruang Pertemuan Kartanegara Room Hotel Bumi Senyiur, Jl. P. Diponegoro No. 17 - 19,
Samarinda Kalimantan Timur pada hari Selasa tanggl 13 November 2012, jam 09.00 Wita
sampai selesai.
Peserta dan Undangan
Jumlah peserta yang akan hadir pada workshop/seminar sekitar 100 orang yang
berasal dari Badan Litbang Kehutanan, IUPHHK, Perusahaan Tambang, Dinas Kehutanan
Propinsi dan Kabupaten se-Kalimantan Timur, Perguruan Tinggi, LSM dan instansi terkait
lainnya.
3
Pembicara
Acara dilaksanakan dalam dua format, meliputi workshop dan seminar.
Workshop dilaksanakan dalam fromat debat-interaktif, dengan beberapa pembicara
kunci yang mewakili kepakaran dari masing-masing aspek sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sambutan
Pembicara Aspek Sosek & Kebijakan
Pembicara aspek Teknis/Silvikultur
Pembicara aspek Ekologi
Dunia Usaha
Fasilitator
:
:
:
:
:
:
Direktorat Jendral BUK
Prof. Hariadi Kartodihardjo
Prof. Andry Indrawan
Dr. Titiek Setyawati
Dr. Irsyal Yasman
Prof. Dr. Ir. Mustofa Agung Sardjono
Seminar dilaksanakan dalam format panel dengan memaparkan beberapa hasil
penelitian terkait dari peneliti-peneliti lingkup Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, meliputi :
1. Aspek teknis / Silvikultur : Asef Kurniayawan, S.Hut.MSi. dan Karmilasanti, S.Hut
2. Aspek Sosek & Kebijakan : Dr. Tien Wahyuni dan Catur Budi Wiati, S.Hut.MSc.
3. Aspek Ekologi
: Ngatiman, S.Hut.MP dan Nurul Silva Lestari, S.Hut
Sekretariat
Alamat (address)
Telp. (phone)
Faks. (fax)
E-mail
Website
Kontak Person
:
:
:
:
:
:
Jl. A. Wahab Syahranie No. 68, Sempaja – Samarinda.
+62-541-206364, +62-541-7071066
+62-541-742298
[email protected]
http://www.diptero.or.id
Ir. Selvryda Sanggona (+62-81254043799)
Catatan Penting
Panitia hanya menyiapkan snack dan makan siang bagi peserta Workshop/Seminar. Khusus
untuk pembicara kunci, Panitia akan menyediakan akomodasi, konsumsi dan lain-lain.
4
Download