PENGARUH PEMBERIAN Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH SAPI BALI PADA PERIODE TRIMESTER TERAKHIR KEBUNTINGAN SKRIPSI Oleh : FATRIADI SUKARDI I 111 08 003 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 i PENGARUH PEMBERIAN Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH SAPI BALI PADA PERIODE TRIMESTER TERAKHIR KEBUNTINGAN SKRIPSI Oleh : FATRIADI SUKARDI I 111 08 003 Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan Pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 ii PERNYATAAN KEASLIAN 1. Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fatriadi Sukardi Nim : I 111 08 003 Menyatakan dengan sebenarnya bahwa : a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam bab hasil dan pembahasan tida asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2. Demikian pernyatan ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlinya. Makassar, Januari 2014 Ttd Fatriadi Sukardi iii HALAMAN PENGESAHAN Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) Terhadap Kadar Glukosa Darah Sapi Bali Pada Periode Trimester Terakhir Kebuntingan Nama : Fatriadi Sukardi Nim : I 111 08 003 Jurusan : Produksi Ternak Program Studi : Produksi Ternak Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui Oleh : Prof. Dr. Ir. Djoni P. Rahardja, M.Sc Pembimbing Utama Dr. Muhammad Yusuf, S.Pt. Pembimbing Anggota Diketahui Oleh : Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc Dekan Fakultas Peternakan Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco,M.Sc Ketua Jurusan Produksi Ternak Tanggal Lulus : ................ iv KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan karuniah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Penambahan Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) Terhadap Kadar Glukosa Darah Sapi Bali Pada Periode Trimester Terakhir Kebuntingan Di Kabupaten Bantaeng ”sebagai persyaratan wajib bagi mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin guna memperoleh gelar Sarjana Peternakan. Tidak lupa pula penulis panjatkan shalawat dan taslim pada tauladan kita semua Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat beliau yang senantiasa menjadi penerang bagi seluruh umat muslim. Pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, M.Sc selaku Pembimbing Utama, dan Bapak Dr. Muhammad Yusuf S.Pt selaku Pembimbing Anggota atas segenap waktu, tenaga, materi serta bimbingan bapak yang tercurahkan selama penelitian sampai skripsi tersebut selesai. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc, Prof. Dr. Ir. H. Herry Sonjaya, DEA, DES, dan Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc Selaku Pembahas yang telah memberikan kritik dan sarannya demi perbaikan skripsi ini. v 3. Bapak Ir.Mustakim Mattau, M.si selaku Penasehat Akademik atas arahan dan nasehat Bapak selama penulis menimbah ilmu di Fakultas Peternakan. 4. Bapak Prof. Dr.Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan dan Bapak Prof. Dr.Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Ketua Jurusan Fakultas peternakan Universitas Hasanuddin beserta jajarannya. 5. Kakanda Dzulyadeni S.Pt Sekeluarga selaku Alumni sekaligus sebagai teknisi dalam penelitian ini atas partisipasi Kakanda dalam penelitian penulis. 6. Bapak Darwis Dahlan Ketua Kelompok Tani Anugrah Kec. Bissappu Kab. Bantaeng dan Bapak Hamzah Ketua Kelompok Tani Beringin Jaya Kecamatan Pajjukukan Kab. Bantaeng atas izinnya untuk melaksanakan penelitian di Kelompok Taninya. 7. Anggota Kelompok Tani Anugrah dan Beringin jaya khususnya pak Rahman, pak Tajuddin, pak Salning, pak Latif, pak H. Cuga, pak H. Cini, atas segala bantuan dan kerjasamanya selama penelitian. 8. Teman Penelitian yaitu Husna Towarani (Ponges), Ahmad Aprianto, dan Taufik Hidayat (Koko). atas semua pengorbanan waktu, materi, pikiran dan kerjasamanya selama penelitian. 9. “Bakteri 08” tak terkecuali atas segala bantuan dan kebersamaan selama kuliah 10. Saudara Seperjuangan, Asriyadi R. H., Muh. Assakur, Labasa, Candra T., Agus Jawae, Lanua, Kallie, A. Kamal. 11. Kepada semua orang yang turut berpartisipasi dan berjasa kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. vi Dengan penuh keterbatasan penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sekalian juga untuk perbaikan skripsi tersebut. Penulis juga berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya dibidang fisiologi reproduksi. Makassar, Januari 2014 Fatriadi Sukardi vii ABSTRAK Fatriadi Sukardi (I 111 08 003). Pengaruh Pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) Terhadap Kadar Glukosa Darah Sapi Bali Pada Trimester Terakhir Kebuntingan. Di bawah bimbingan Djoni Prawira Rahardja sebagai Pembimbing Utama dan Muhammad Yusuf sebagai Pembimbing Anggota. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh penambahan urea molasses multinutrientt block (UMMB) terhadap kadar glukosa darah sapi Bali pada periode trimester terakhir yang dilakukan di Kabupaten Bantaeng. Data ini dianalisis dengan menggunakan analisis T-test Independent Sample, dengan menggunakan 20 ekor sapi Bali dengan umur kebuntingan 6-7 bulan. Parameter yang diukur adalah kadar glukosa darah dari induk sapi Bali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar glukosa darah sapi Bali tidak berbeda antara sebelum penambahan Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) dengan setelah penambahan Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) hal ini disebabkan karena ternak yang digunakan tidak mengalami kekurangan protein. Kata kunci : Sapi Bali, Blood urea Nitrogen, UMMB viii ABSTRACT Fatriadi Sukardi (I31108003) Effect Of Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) On Blood Glucose Levels Bali Cattle In The Final Trimester Period Of Pregnancy In The District Bantaeng. Guided By Djoni Prawira Raharja as main supervisor and Mohammad Yusuf as member mentor. This study aims to determine the effect of Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) on blood glucose levels Bali cattle in the final trimester period conducted in the district Bantaeng. Data were analyzed using the Independent samples t-test, using 20 Bali cattles with 6-7 months of gestation. parameters measured were blood glucose levels from the mother Bali cattle. the results showed that blood glucose levels did not different between Bali cattle with Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) and without adding additional Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB). Keywords: Bali cattle, Blood Glucose, UMMB ix DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i HALAMAN JUDUL……………………………………………………........ ii LEMBAR KEASLIAN………………………………………………………. iii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ . .. iv KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. v ABSTRAK ..................................................................................................... viii ABSTRACT..................................................................................................... vix DAFTAR ISI.................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. xi DAFTAR TABEL............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii PENDAHULUAN............................................................................................ 1 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. ...... 4 Potensi Sapi ……….............................................................................. 4 Pencernaan Pada Ternak Ruminansia.................................................... 5 Glukosa Darah Pada Ruminansia........................................................... 8 Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB)......................................... 12 METODE PENELITIAN ............................................................................ ….. 14 Waktu dan Tempat ............................................................................. ….. 14 Materi Penelitian ................................................................................ ….. 14 Rancangan Penelitian ......................................................................... ….. 15 Prosedur Kerja.................................................................................... ….. 15 x Parameter yang Diukur ...................................................................... …….. 16 Analisa Data………………………………………………………………. 16 HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................. 17 Kadar Glukosa Darah Sapi Bali………………........................................... 17 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 20 Kesimpulan................................................................................................. 20 Saran........................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. ……. 21 LAMPIRAN – LAMPIRAN............................................................................... 23 RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………….. 31 xi DAFTAR TABEL No. Halaman Teks 1. Kandungan Nutrisi Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB)…….. 13 2. Hasil pengukuran glukosa darah Sapi Bali pada kebuntingan trimester Terakhir Dengan Pemberian Urea Molasses MultiNutrient Block (UMMB)……..…………….………………………………...... 16 Hasil pengukuran Glukosa Darah Sapi Bali Pada Kebuntingan Trimester Terakhir Tanpa Pemberian Urea Molasses MultiNutrient Block (UMMB)……………………………………………………….. 16 3. xii DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman Teks 1. Hasil Pengukuran Glukosa Darah Sapi Bali Untuk Sapi Bali dengan Penambahan UMMB…..………………………………………… 23 2. Hasil Pengukuran Glukosa Darah Sapi Bali Untuk Sapi Bali Tanpa, Penambahan UMMB…..………………………………………… . 23 3. Hasil uji T-independent sample kadar glukosa darah Sapi Bali sebelum dan setelah diberikan UMMB (Perlakuan) dengan menggunakan SPSS. 24 4. Hasil uji T-independent sample kadar glukosa darah Sapi Bali tanpa penambahan UMMB (kontrol) dengan menggunakan SPSS……….. 25 5. Dokumentasi Pembuatan Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) 26 6. Dokumentasi Pengambilan Sampel Darah……………………………… 27 7. Dokumentasi Pengukuran Glukosa Darah…………………………….. 28 8. Dokumentasi Pemberian UMMB dan Lokasi Penelitian………………. 29 xiii PENDAHULUAN Swasembada daging sapi sebagai program pemerintah merupakan kemampuan pemerintah sebagai regulator menyediakan 90 persen dari total kebutuhan sapi lokal didalam negeri sedangkan 10 persen sisanya berasal dari pasokan dari luar negeri berupa impor sapi bakalan dan impor daging. Program pencapaian Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014 adalah upaya khusus pengembangan peternakan sapi lokal maupun sapi persilangan antara sapi lokal dan sapi exotic dengan memperhatikan berbagai aspek. Program PSDS 2014 ada lima kegiatan pokok (1) Penyediaan bakalan/daging sapi lokal (2) peningkatan produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi lokal, (3) pencegahan pemotongan sapi betina produktif (4) penyediaan bibit sapi lokal dan (5) pengaturan stock daging sapi dalam negeri. Dari ke 5 kegiatan tersebut diupayakan menjadi solusi dari setiap permasalahan yang ada seperti terbatasnya jumlah sapi bakalan lokal yang dapat dimamfaatkan oleh penggemukan, produktivitas dan reproduksivitas Sapi lokal yang masih rendah, pemotongan betina produktif yang menyebabkan keterbatasan populasi sapi bibit, dan pasokan daging impor yang semakin meningkat (Anonim, 2013). Peningkatan populasi dengan kualitas bibit yang baik harus didukung oleh manajemen dan lingkungan yang baik faktor manajemen sangat erat hubungannya dengan faktor pakan/ nutrisi. Kekurangan nutrisi akan mempengaruhi fungsi hipofisis anterior sehingga produksi dan sekresi hormon FSH dan LH rendah (karena tidak cukupnya ATP), akibatnya ovarium tidak berkembang (hipofungsi). Pengaruh lainnya pada saat ovulasi, transport sperma, fertilisasi, pembelahan sel, perkembangan embrio dan fetus. Kekurangan nutrisi yang terjadi pada masa pubertas sampai beranak pertama 1 maka kemungkinannya adalah birahi tenang, defek ovulatory (kelainan ovulasi), gagal konsepsi, kematian embrio/ fetus. Nutrisi yang sangat menunjang untuk saluran reproduksi diantaranya adalah protein, vitamin A, mineral/ vitamin (P, Kopper,Kobalt, Manganese, Iodine, Selenium) (Ratnawati dkk., 2007). Penyediaan dan pengembangan pakan juga merupakan salah satu program PSDS untuk peningkatan produktivitas dan reproduksivitas ternak sapi lokal, dimana pemamfaatan limbah agro industri seperti limbah atau hasil samping perkebunan atau pabrik gula (molasses) dan pabrik penggilingan padi (dedak) dan lain sebagainya. Dalam hal ini sebagai maka dibuatlah pakan suplemen dari sumber daya lokal salah satunya adalah Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB). Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) adalah pakan suplemen yang dapat memberikan tambahan asupan nutrisi tinggi pada sapi Bali bunting. Khususnya pada kebuntingan trimester terakhir kebutuhan makan yang sangat meningkat yang membutuhkan suplai nutrisi yang cukup untuk nutrisi fetus sapi Bali bunting tua. Ketercukupan nutrisi pada sapi Bali dapat kita lihat dari kadar glukosa darahnya yang tidak mengalami penurunan. Semakin tua umur kebuntingan maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan pakannya jadi komposisi pakan yang konstan hingga akhir kebuntingan akan mengakibatkan penurunan glukosa darah pada sapi Bali. Diduga Pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) dapat memenuhi kebutuhan kadar glukosa darah pada sapi Bali pada periode trimester terakhir kebuntingan. Hal inilah yang melatarbelakangi pada penelitian ini yang akan membahas bagaimana pengaruh Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) pada trimester terakhir kebuntingan pada sapi Bali terhadap kadar glukosa darahnya. 2 Oleh karena itu penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB), terhadap kadar glukosa darah sapi Bali pada periode trimester terakhir kebuntingan. 3 TINJAUAN PUSTAKA Potensi Sapi Bali Sapi potong asli Indonesia salah satunya adalah sapi Bali. Sapi Bali merupakan hasil domestikasi dari banteng (bibos banteng) dimana habitat aslinya adalah di Pulau Bali. Populasinya saat ini ditaksir sekitar 526.031 ekor. Sapi Bali (Bos sondaicus) telah mengalami proses domestikasi yang terjadi sebelum 3.500 SM di wilayah Pulau Jawa atau Bali dan Lombok. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa sampai saat ini masih dijumpai banteng yang hidup liar di beberapa lokasi di Pulau Jawa, seperti di Ujung Kulon serta Pulau Bali yang menjadi pusat gen sapi Bali (Wawang, 2010). Sapi Bali dikenal juga dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos javanicus, meskipun sapi Bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih termasuk genus bos (Wawang, 2010). Dari Pulau Bali yang dipandang sebagai pusat perkembangan sekaligus pusat bibit, sapi Bali menyebar dan berkembang hampir ke seluruh pelosok nusantara. Penyebaran sapi Bali di luar Pulau Bali yaitu ke Sulawesi Selatan pada tahun 1920 dan 1927, ke Lombok pada abad ke-19, ke Pulau Timor pada tahun 1912 dan 1920. Selanjutnya sapi Bali berkembang sampai ke Malaysia, Philipina dan Ausatralia bagian Utara (Wawang, 2010). 4 Keunggulan sapi Bali adalah subur mudah beradaptasi dengan lingkungannya, dapat hidup di lahan kritis, mempunyai daya cerna yang baik terhadap pakan, persentase karkas yang tinggi, kandungan lemak karkas rendah (Wawang, 2010). Pencernaan Pada Ternak Ruminansia Ternak ruminansia berbeda dengan ternak mamalia lainnya karena mempunyai lambung sejati, yaitu abomasum, dan lambung muka yang membesar, yang mempunyai tiga ruangan yaitu rumen, retikulum dan omasum (Tillman dkk., 1989). Berdasarkan perubahan yang terjadi dalam alat pencernaan, proses pencernaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pencernaan mekanik yang terjadi di dalam mulut, pencernaan hidrolitik dan pencernaan fermentatif di dalam rumen (Sutardi, 1980). Pencernaan fermentatif merupakan perubahan senyawa-senyawa tertentu menjadi senyawa lain yang sama sekali berbeda dengan molekul zat makanan asalnya. Dengan kata lain, pencernaan fermentatif ini adalah pencernaan lebih lanjut dimana zat-zat monomer-monomer dari hasil pencernaan hidrolitik segera dikatabolisasikan lebih lanjut, misalnya protein difermentasi menjadi amonia, karbohidrat menjadi asam lemak terbang atau Volatile Fatty Acid (VFA) (Church, 1979). Sutardi (1980) menyatakan bahwa keuntungan ruminansia mempunyai organ pencernaan fermentatif sebelum usus halus adalah dapat mencerna bahan makanan berkadar serat tinggi sehingga bahan makanannya sebagian besar tidak bersaing dengan manusia, mampu mengubah jenis nitrogen (N) termasuk Non Protein Nitrogen (NPN) seperti urea menjadi protein bermutu tinggi, kebutuhannya akan asam amino untuk nutrisi proteinnya tidak bergantung pada kualitas protein makanannya, produk 5 fermentatif dalam rumen dapat disajikan kepada usus halus dalam bentuk yang mudah dicerna dan kapasitas rumen yang sangat besar, mampu menampung banyak makanan. Hasil pencernaan karbohidrat pada ternak ruminansia di dalam retikulo rumen adalah asam lemak mudah terbang (VFA = volatile fatty acid), terutama asam asetat, propionat, dan butirat yang akan diserap sebelum mencapai usus. Volatile fatty acid kemudian akan diabsorbsi masuk peredaran darah menuju hati, dan di dalam hati VFA akan diubah menjadi glukosa, maupun hasil-hasil lain yang dibutuhkan oleh tubuh (Tillman dkk, 1991). Karbohidrat dalam material hijauan, seperti selulosa dari serat kasar, pati dari biji-bijian atau gula dari molasses, semuanya difermentasi menjadi VFA dalam rumen, menjadi komponen yang larut seperti protein. Energi yang dilepaskan dalam proses fermentasi digunakan oleh mikroba untuk kepentingan tubuhnya. VFA adalah zat-zat gizi utama produk fermentasi sebagai sumber energi utama untuk kebutuhan induk semang (Rahardja, 2008) . Proses pencernaan karbohidrat pada ruminansia yang terjadi di dalam retikulo rumen oleh mikrooraganisme selanjutnya disebut fermentasi karbohidrat. Di dalam retikulo rumen tersebut, baik fraksi yang mudah tersedia (pati, dextrin, dan pektin) maupun fraksi serat (selulosa, hemiselosa) akan mengalami perombakan menjadi produk yang dapat diabsorbsi dan dicerna di dalam usus halus (Rahardja, 2008). Protein pakan di dalam rumen dipecah oleh mikroba menjadi peptida dan asam amino, beberapa asam amino dipecah lebih lanjut menjadi amonia. Amonia diproduksi bersama dengan peptida dan asam amino yang akan digunakan oleh mikroba rumen dalam pembentukan protein mikroba (McDonald dkk., 2002). 6 Ranjhan (1977) menyatakan bahwa peningkatan jumlah karbohidrat yang mudah difermentasi akan mengurangi produksi amonia, karena terjadi kenaikan penggunaan amonia untuk pertumbuhan protein mikroba. Kondisi yang ideal adalah sumber energi tersebut dapat difermentasi sama cepatnya dengan pembentukan NH3, sehingga pada saat terbentuk terdapat produksi fermentasi asal karbohidrat yang akan digunakan sebagai sumber dan kerangka karbon dari asam amino protein mikroba telah tersedia (Sutardi, 1977). Karbohidrat pakan di dalam rumen mengalami tiga tahap pencernaan oleh enzim-enzim yang dihasilkan mikroba rumen. Pada tahap pertama, karbohidrat mengalami hidrolisis menjadi monosakarida, seperti glukosa, fruktosa dan pentose (Baldwin dan Allison, 1983). Pemecahan karbohidrat dalam rumen terjadi melalui dua tahap, yaitu : pemecahan karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana, dan memecah gula sederhana menjadi asam asetat, asam propionat, asam butirat, CO2 dan CH4 (McDonald dkk., 2002). Selanjutnya glukosa akan difermentasi menjadi VFA, terutama asetat, propionate dan butirat, iso-butirat, iso-valerat, valerat dan gas CH4 serta CO2 (Sutardi, 1977). Glukosa diubah menjadi asam piruvat kemudian difermentasi menjadi VFA, gas CO2 dan metan (CH4) (Ranjhan, 1977). VFA yang terserap selain dipakai sebagai sumber energi, juga dipakai sebagai bahan pembentuk glikogen di hati, lemak, karbohidrat dan hasil-hasil yang dibutuhkan ternak. Sebagian kecil asam asetat, asam propionat dan sebagian besar asam butirat termetabolisme melalui dinding rumen. VFA yang melalui usus halus juga diserap (Anggorodi, 1994). Glukosa merupakan hasil akhir dan utama dari pencernaan karbohidrat yang beredar bersama darah (Anggorodi, 1995). Glukosa pada ruminansia selain sebagai 7 sumber energi juga penting dalam pemeliharaan sel-sel tubuh terutama darah dan otot (Parakkasi, 1999). Menurut Preston dan Leng (1987), bakteri penting yang termasuk pencerna serat kasar adalah Ruminococcus flavefaciens, Ruminococcus albus dan Butyrivibrio fibrisolvens. Bakteri tersebut mempunyai enzim yang mampu menghancurkan karbohidrat kompleks menjadi selobiosa, glukosa dan VFA. Sedangkan yang termasuk bakteri pencerna pati antara lain Streptococcus bovis, Bacteroides amylophilus, Prevotella ruminicola dan Lactobacillus. Bakteri tersebut aktif jika ransum banyak mengandung konsentrat. Arora (1989) menyebutkan bahwa bakteri proteolitik yang dapat diidentifikasikan di dalam rumen adalah Bacteroides amylophilus, Provotella ruminicola, Butyrivibrio spp, dan Selenomonas ruminantium. Keberadaan enzim proteolitik asal mikroba rumen menyebabkan terjadinya aktivitas hidrolisis protein pakan, dimana kecepatannya sangat ditentukan oleh tingkat kelarutan protein (Satter dan Roffler,1977). Glukosa Darah Pada Ruminansia Metabolisme merupakan rangkaian proses reaksi biokimia yang terjadi di dalam makhluk hidup. Proses yang lengkap dan sangat terkoordinatif melibatkan banyak enzim di dalamnya, sehingga terjadi pertukaran bahan dan energi sedangkan, Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka (Fever, 2007). Menurut Frandson (1992), hasil pencernaan karbohidrat pada ternak ruminansia di dalam retikulo rumen adalah asam lemak mudah terbang (VFA volatile fatty acid), terutama asam asetat, propionat, dan butirat yang akan diserap sebelum mencapai usus. 8 Volatile fatty acid kemudian akan diabsorbsi masuk peredaran darah menuju hati, dan di dalam hati VFA akan diubah menjadi glukosa, maupun hasil-hasil lain yang dibutuhkan oleh tubuh (Tillman dkk., 1991). Glukosa pada ruminansia selain sebagai sumber energi setelah VFA juga penting dalam pemeliharaan sel-sel tubuh terutama darah dan otot (Parakkasi, 1999). Dalam usus halus, proses pencernaan sisa-sisa mikroba yang mati merupakan sumber dari sebagian protein yang dibutuhkan induk semang. Hal yang lebih kompleks yaitu berkaitan dengan protein dalam pakan. Sebagai contoh, jika protein dalam pakan memiliki kelarutan yang tinggi, maka melalui proses yang sama dengan fermentasi karbohidrat, protein tersebut akan mengalami fermentasi dalam rumen dan menghasilkan VFA dan amonia. Di lain pihak, jika protein dalam pakan memiliki tingkat kelarutan rendah, maka protein tersebut relatif tidak mengalami perubahan ketika melalui rumen dan memasuki bagian saluran pencernaan selanjutnya, sampai kemudian memasuki usus halus dimana proses penguraian enzimatis oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh ternak sendiri. Protein yang yang bergerak sampai di bagian usus halus dan terhindar dari fermentasi rumen dikenal sebagai “by pass protein”, dan ketika dihidrolisa dalam usus halus menjadi asam-asam amino yang tersedia bagi ternak. Selanjutnya, melalui proses absorbsi (sistem transport aktif), asam-asam amino tersebut menjadi tersedia untuk sintesa protein tubuh. Pakan bagi ternak ruminansia hendaknya mempertimbangkan kehadiran 2 sistem yang membutuhkan zat-zat gizi dan harus diberikan pada saat yang sama. Kedua sistem tersebut yaitu sistem mikroba yang tinggal dalam rumen-retikulum dan yang mencerna zat-zat gizi dalam material pakan pencernaan fermentasi dan sistem ternaknya sendiri, yang menggantungkan sebagian 9 besar kebutuhan hidupnya pada produk pencernaan fermentasi dan zat-zat gizi yang “by pass” dari proses fermentasi (Rahardja, 2008). Berkaitan dengan kebutuhan glukosa pada ternak ruminansia. Hasil-hasil penelitian para ahli menunjukkan bukti bahwa ternak ruminansia memerlukan glukosa dalam seluruh pase kehidupannya dan kebutuhannya itu menunjukkan trend yang sama dengan kebutuhan protein (Preston, 1995). Sebagai konsekuensi sistem pencernaan, ternak ruminansia tidak mengabsorbsi glukosa dan harus mensintesanya dalam jaringan tubuh (terutama hati) untuk kebutuhan yang mutlak dipenuhi (Rahardja, 2008). Pada masa kebuntingan tua kebutuhan akan glukosa meningkat karena glukosa pada masa itu sangat dibutuhkan untuk perkembangan fetus dan persiapan kelahiran, sedangkan pada masa awal laktasi glukosa dibutuhkan sekali untuk pembentukan laktosa (gula susu) dan lemak, sehingga jika asupan karbohidrat dari pakan kurang maka secara fisiologis tubuh akan berusaha mencukupinya dengan cara glukoneogenesis yang biasanya dengan membongkar asamlemak dalam hati. Efek samping dari pembongkaran asam lemak di hati untuk di dapatkan hasil akhir glukosa akan meningkatkan juga hasil samping yang disebut benda2 keton (acetone, acetoacetate, β-hydroxybutyrate (BHB)) dalam darah (Anonim. 2009). Kadar gula darah normal pada ternak ruminansia bervariasi antara 46 – 60 mg/dL (Rahardja, 2008). dan Chalimi dkk., (2008) yang mendapatkan kadar glukosa darah sapi PO yang diberi pakan roti sisa pasar sebagai pengganti dedak padi berkisar antara 58,90 – 60,00 mg/dL. Hasil Penelitian Syarifuddin dan Wahdi, (2011) mendapatkan rata-rata kadar glukosa darah pada kondisi awal kelompok sapi induk yang diberi pakan suplemen 10 multinutrient block plus medicated (MBPM) lebih rendah dari pada sapi induk kelompok kontrol yaitu 38,8 mg/dL Vs 42,9 mg/dL, namun kadar glukosa darah tersebut masih dalam batas normal, sehingga sapi-sapi induk tersebut mempunyai status energi yang normal keadaan ini menunjukkan bahwa, sapi-sapi induk yang digunakan tidak kekurangan energi. Kadar glukosa dalam darah merefleksikan sumber energi dalam tubuh dan sapi akan menjadi lemah bila energi tidak mencukupi dalam darah atau hipoglikemia yang dapat terjadi pada sapi yang kurang pakan kadar glukosa dalam darah adalah yang merefleksikan sumber energi dalam tubuh. Sapi akan menjadi lemah bila energi tidak mencukupi dalam darah (Anonim. 2005). Pada ruminansia yang baru lahir, konsentrasi glukosa menyerupai hewan monogastrik dan secara gradual menurun dengan meningkatnya umur. Glukosa bukan komponen yang esensial, karena dapat disintesa dalam tubuh. Akan tetapi, glukosa adalah esensial karena mutlak diperlukan untuk metabolisme seluler dan juga karena kecukupan prekursor dan kehadiran mekanisme kontrol mutlak diperlukan untuk sintesisnya. Kebutuhan energi tidak dapat dipenuhi semata-mata hanya oleh asam lemak. Glukosa diperlukan paling tidak untuk 5 jaringan tubuh, 1) jaringan syaraf, 2) otot, 3) sintesis lemak, 4) fetus dan 5) kelenjar ambing dan dalam jumlah yang lebih sedikit diperlukan untuk metabolisme dalam testis, ovarium, sel telur, sintesis steroid dan eritrosit (Rahardja, 2008). Glukosa dibutuhkan dalam jumlah yang banyak oleh ternak ruminansia untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan tubuh dan pertumbuhan fetus, pertumbuhan jaringan (plasenta, ambing) dan produksi susu. Kebutuhan minimum glukosa yaitu 11 untuk hidup pokok dan jika kandungan prekursor glukosa dalam pakan rendah dibandingkan kandungan zat-zat gizi lain (seperti jerami padi), maka ternak akan menggunakan keseluruhan zat-zat gizi secara tidak efesien baik untuk kepentingan produksi maupun hidup pokok. Sebagai konsekuensi, ternak akan tetap mempertahankan konsumsi pakannya dan membakar kelebihan intake energi atau mengurangi intake pakan seperti yang terjadi di musim kemarau. Pembakaran kelebihan intake energi bermanfaat ketika ternak menghadapi cekaman suhu rendah atau musim dingin di daerah subtropis (Rahardja, 2008). Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) Urea Molasses Multinutrinet Block (UMMB) merupakan modifikasi Urea Molasses Block, yaitu suplemen pakan yang terdiri dari molasses, onggok, dedak, tepung daun singkong kering, tepung kedelai, tepung tulang, kapur urea, mineral, dan garam dapur yang disesuaikan dengan formula yang diinginkan (BATAN, 2005). Penambahan urea pada ransum ruminansia merupakan strategi untuk meningkatkan konsumsi pakan oleh ternak pada kondisi pemeliharaan tradisional dengan pemberian suplemen yang terdiri dari kombinasi bahan pakan sumber protein dengan tingkat jumlah tertentu yang secara efesien dapat mendukung pertumbuhan, perkembangan dan kegiatan mikroba secara efesien di dalam rumen. Selanjutnya produktivitas hewan dapat ditingkatkan dengan memberikan sumber N protein dan atau non protein sert mineral tertentu. Suplementasi secara keseluruhan diharapkan dapat memberikan pengearuh yang baik melalui peningkatan protein mikrobial, peningkatan daya cerna dan peningkatan konsumsi pakan hingga diperoleh keseimbangan yang lebih baik antara amino dan energi di dalam zat-zat makanan yang terserap.(Basya S.1981). 12 Sari (1989) menyatakan bahwa penambahan molasses pada ransum mengakibatkan mikroorganisme rumen mampu merombak serat kasar pada dinding sel, sehingga serat kasar menjadi lebih cepat dicerna. Kemudian disebutkan juga dengan meningkatnya penambahan molasses akan meningkatkan daya cerna, karena molasses merupakan sumber karbohidrat mudah larut dan banyak energi yang tersedia yang mampu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dengan cepat dan asam keto yang terbentuk semakin banyak, bila sumber N juga tersedia. Molasses juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak, seperti sulfur, cobalt, boron, iodium, tembaga, mangan dan seng (Ranjhan, 1977). Scoot (1976) mengemukakan bahwa UMMB dapat meningkatkan daya cerna dan konsumsi zat-zat makanan dari bahan pakan yang berserat tinggi yang diberikan pada ternak. Leng (1995) juga menyatakan bahwa suplementasi UMMB pada ternak akan meningkatkan pertambahan berat badan, produksi susu, reproduksi, kelangsungan hidup, daya hidup anak dan kapasitas kerja. 13 MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yang dimulai awal bulan Oktober 2013 sampai awal bulan November 2013 di Kabupaten Bantaeng. Materi Penelitian Ternak yang digunakan pada penelitian ini yaitu sapi Bali bunting sebanyak 20 ekor pada periode trimester terakhir kebuntingan. Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu venojet, tabung, kandang jepit, gunting, alat pres, ember, skop dan timbangan. Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pakan hijauan, tissue dan Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB). Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan UMMB adalah Molasses, Urea, Dedak, Bungkil Kelapa, Garam, Tepung ikan, Tepung coklat, Mineral dengan kandungan nutrisi pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Nutrisi Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) dan Hijauan yang digunakan pada penelitian ini (%)*. Komposisi (%) (UMMB) Hijauan Air 26.43 70.12 1 Protein Kasar 31.23 6.15 2 Lemak Kasar 25.22 6.35 3 Serat Kasar 9.33 31.46 4 BETN 10.01 31.46 5 Abu 24.21 14.49 6 Kalsium 2.67 0.7 7 Pospor 1.09 0.4 8 Keterangan : * Analisisa Proksimat UMMB dan Hijauan dari Laboratorium Kimia Nutrisi makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin 2013 No Kandungan 14 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan menggunakan sampel darah ternak sapi Bali yang memiliki umur kebuntingan 6-7 bulan sebanyak 20 ekor yang di bagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol menggunakan 3 ekor sapi Bali bunting yang di beri pakan rumput lapangan tanpa penambahan Urea Molasses Multi Nutrient Block (UMMB ). Kelompok kedua adalah kelompok perlakuan menggunakan 17 ekor Sapi Bali bunting yang diberi pakan rumput lapangan dengan penambahan Urea Molasses Multi Nutrient Block (UMMB). Prosedur Kerja Pemeriksaan Kebuntingan Pemeriksaan umur kebuntingan dilakukan dengan cara palpasi rektal yang dilakukan oleh tenaga ahli. Pengambilan Sampel dan Pengukuran Glukosa Darah Pengambilan sampel darah (±10 ml) kemudian diukur glukosa darahnya, dilakukan sebelum pemberian UMMB dan pada 30 hari pemberian UMMB dari vena jugularis menggunakan jarum venoject ke dalam tabung yang berantikoagulan dan langsung di ukur glukosa darahnya dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah (Easy Touch GCU). Pemberian Pakan dan Air Minum Kelompok pertama tanpa penambahan UMMB (Kontrol) dilakukan dengan pemberian pakan hijauan dengan cara digembalakan pada jam 06.30 sampai 17.00. 15 Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum, dan untuk kelompok kedua dengan penambahan UMMB (Perlakuan) dilakukan dengan pemberian pakan hijauan dengan cara digembalakan pada jam 06.30 sampai 17.00. Pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) sebanyak 500 gr/hari/ekor pada jam 17.30 Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum. Pengambilan Sample Pakan Pengambilan Sampel pakan dilakukan dengan cara mengambil jenis rumput yang ada di padang pengembalaan, kemudian di analisis di laboratorium untuk dilihat kadar nutrisinya. Pembuatan Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) 1. Alat dan bahan disiapkan 2. Molasses di tuangkan kedalam baskom kemudian dicampur bahan yang dapat larut, seperti NaCl, Urea, setelah bahan tersebut sudah larut maka dicampurkan bahanbahan yang lainnya seperti tepung coklat, dedak, mineral, dan bungkil kelapa. 3. Setelah bahan-bahan tersebut sudah tercampur maka cetak UMMB di alat pencetak (Pres). Parameter Yang Diukur Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah kadar glukosa darah pada ternak sapi Bali periode trimester terakhir kebuntingan . Analisa Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji banding yaitu uji (Ttest independent sample) (Sudjana, 1997). 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Glukosa Darah Sapi Bali Pada Trimester Terakhir Kebuntingan Dengan pemberian Urea Molasses Multinutrient Block ( UMMB) dapat kita lihat pada Tabel 2 dan 3. Tabel 2. Parameter Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan Hasil pengukuran glukosa darah Sapi Bali pada kebuntingan trimester Terakhir Dengan Pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB). Rata-rata Konsentrasi Glukosa(Mg/dL) Standar deviasi Renge Min Max 52,35 5,64 16 45 61 51,29 5,13 19 45 64 Tabel 3. Hasil pengukuran Glukosa Darah Sapi Bali Pada Kebuntingan Trimester Terakhir Tanpa Pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) (Kontrol). Data Awal Rata-rata Konsentrasi Glukosa (Mg/dL) 52,7 Data Akhir 50 Parameter Standar deviasi Renge Min Max 4,5 9 48 57 2 6 48 52 Kadar Glukosa Darah Sapi Bali Berdasarka uji “t” menunjukkan bahwa hasil penilitian glukosa darah dengan pembereian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) tidak berbeda nyata (P>0,05) begitupun dengan tanpa pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB). Hal ini disebabkan karena Urea Moasses Multinutrient Block (UMMB) Tidak berpagaruh terhadap kadar glukosa darah sapi Bali ketika pakan yang diberikan cukup itu dapat kita 17 lihat pada perbandingan rata – rata antara perlakuan dan non perlakuan yang tidak berjauh beda. Rahardja (2008) menyatakan bahwa kebutuhan minimum glukosa yaitu untuk hidup pokok dan jika kandungan prekursor glukosa dalam pakan rendah dibandingkan kandungan zat-zat gizi lain (seperti jerami padi), maka ternak akan menggunakan ketersedian zat-zat gizi keseluruhan secara tidak efesien baik untuk kepentingan produksi maupun hidup pokok. Glukosa merupakan hasil akhir dan utama dari pencernaan karbohidrat yang beredar bersama darah (Anggorodi, 1995). Menurut Frandson (1992), hasil pencernaan karbohidrat pada ternak ruminansia di dalam retikulo rumen adalah asam lemak mudah terbang (VFA volatile fatty acid), terutama asam asetat, propionat, dan butirat yang akan diserap sebelum mencapai usus. Volatile fatty acid kemudian akan diabsorbsi masuk peredaran darah menuju hati, dan di dalam hati VFA akan diubah menjadi glukosa, maupun hasil-hasil lain yang dibutuhkan oleh tubuh (Tillman dkk., 1991). Glukosa pada ruminansia selain sebagai sumber energi setelah VFA juga penting dalam pemeliharaan sel-sel tubuh terutama darah dan otot (Parakkasi, 1999). Pada Tabel 2. Rata- rata kadar glukosa darah sapi Bali untuk sebelum perlakuan yaitu 52,3 dan setelah perlakuan menjadi 51,2 dan pada Tabel 3. Rata-rata kadar glukosa darah untuk data awal yaitu 52,6 dan ata akhir 50, hal ini menggambarkan bahwa antara perlakuan dan non perlakuan masing-masing menggambarkan glukosa darah dalam keadan normal. Hal ini sesuai dangan pendapat Rahardja (2008) menyatakan kadar gula darah normal pada ternak ruminansia bervariasi antara 46 – 60 mg/100 ml. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Chalimi dkk., 18 (2008) yang mendapatkan kadar glukosa darah sapi PO yang diberi pakan roti sisa pasar sebagai pengganti dedak padi berkisar antara 58,90 – 60,00 mg/dL. Pada penelitian ini, antara perlakuan dan kontrol itu menghasilkan glukosa darah normal, sehingga sapi-sapi induk tersebut mempunyai status energi yang normal. Keadaan glukosa darah yang normal menunjukkan bahwa, sapi-sapi induk yang digunakan tidak kekurangan energi (Syarifuddin dan Wahdi, 2011). Sapi akan menjadi lemah bila energi tidak mencukupi dalam darah atau hipoglikemia yang dapat terjadi pada sapi yang kurang pakan karena kadar glukosa dalam darah merefleksikan sumber energi dalam tubuh (Anonim 2005). Dengan melihat kadar glukosa pada tabel 2 dan 3 yang masih dalam taraf normal hal ini membuktiakan bahwa sapi Bali yang digunakan tidak mengalami kekurangan energi meskipun pada umur kebuntingan tua karena pada dasarnya sapi yang mengalami kebuntingan pada trimester terakhir akan mengalami kebutuhan energi yang sangat meningkat, dengan meningkatnya kadar kebutuhan energi otomatis kebutuhan glukosa juga pasti akan meningkat. (Anonim. 2009) menyatakan bahwa pada masa kebuntingan tua kebutuhan akan glukosa meningkat karena glukosa pada masa itu sangat dibutuhkan untuk perkembangan fetus dan persiapan kelahiran. 19 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa darah sapi Bali tidak dipengaruhi oleh pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) disebabkan induk sapi Bali yang digunakan tidak mengalami kekurangan energi. Saran Sebaiknya penelitian ini dilakukan lagi dengan waktu pengukuran glukosa yang yang sama. 20 DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta. Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan VI. PT Gramedia, Jakarta. Anonim, 2005. Veterinary Hematology 101; 2005 Abstract. http://www.science. dovada.net.au/ 13800.php. di akses pada tanggal 23 Desember 2013. Anonim. 2009. Ketosis (Acetonemia) pada Sapi Perah Coretan si Budax.htm. di akses pada tanggal 23 Desember 2013 Anonim. 2013. Cuplikan Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014. http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/SUPLEMEN_9-4.pdf. di akses pada tanggal 20 Desember 2013. Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Baldwin, R. L. and M. J. Allison.1983. Rumen Metabolism. J. Anim. Sci. 57 : 461 – 475 (Suppl. 2). BATAN. 2005. Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB). Batan. http://www.infonuklir.com/Tips/atomos_ummb.htm. [30 Mei 2005] di akses padabtanggal 20 Desember 2013. Basya S. 1981. Penggunaan dan Pemberian Urea Sebagai Bahan Makanan Ternak. Lembar LPP XI (2-4). Chalimi, K. 2008. Kadar Hematokrit, Glukosa dan Urea Darah Sapi Peranakan Ongole (PO) yang bDiberi Roti Sisa Pasar Sebagai Pengganti Dedak Padi. Skripsi Sarjana Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Church, D. C. 1979. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant. Second printing. Metropolitan Printing Co. Oregon. Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta. Diterjemahkan oleh: Srigandono, B. dan K. Praseno. Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosed. Joyce le Fever. 2007 Pedoman pemeriksaan laboratorium & diagnostic, Joyce le Fever Kee : alih bahasa, Sari Kurnianingsih ( et al ); editor edisi Bahasa Indonesia, Ramona P. Kapoh – Ed.6 –Jakarta: EGC. 21 Leng, R. A. 1995. A Short Course on The Rational Use of Molasses Urea Multinutrient Block for Supplementation of Ruminant Fed Crop Residues, Poor Quality Forages and Agro-industrial by Products Low iin Protein. Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang. McDonald, P. R. A. Edwards, and J. F. D. Greenhalge dan C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Longman Sci. and Technical. New York. Rahardja, D.P., 2008. Strategi Pemberian Pakan Berkualitas Rendah (Jerami Padi) Untuk Produksi Ternak Ruminansia. Dinas Peternakan Makassar. Ranjhan, S. K. 1977. Animal Nutrition and Feeding Practice in India. Vikas Publishing House PVT Ltd., New Delhi. p : 16 – 89. Ratnawati, D., W.C Pratiwi, dan L. Afandi. 2007. Penanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Pasuruan, Jawa Timur. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan MakananTernak Ruminan. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Preston, T. R. and R. A. Leng. 1987. Matching Ruminant Production System with Available Resource in the Tropic. Penambul Books. Armidale. Preston, T.R. 1995. Tropical Animal Feeding, A manual for research worker. FAO, United Nation, paper 126. Rome. Sari, R. 1989. Pengaruh berbagai level urea molasses block terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik pada kerbau (Bubalus bubalis). Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Satter, L. D. and R. E. Roffler. 1977. Protein Requirement and Non Protein Nitrogen Utilization. Tropical Animal Production. 2 : 238 – 269. Scoot, 1976. Nutrition Of The Chiken. It hala.m.c Scoot And Assoili Ated Publishers. Sudjana, 1997. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi,Tesis, Desertasi, Sinar Baru Algensindo, Bandung. Sutardi, T. 1977. Ikhtisar Ruminologi. Bahan Penataran Kursus Peternakan Sapi Perah di Kayu Ambon, Lembang. Dit. Jen. Peternakan. Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid 1. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Syarifuddin, N.A. Dan Wahdi., 2011.Peningkatan Reproduksi Sapi Induk Brahman Cross Post Partum dengan Pemberian Pakan Suplemen Multinutrient Block 22 Plus Medicated. Fakultas Pertanian, Universitas Lambung, Mangkurat Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Tillman, A.D, H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan kelima. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. hlm. 161-180. Wawang, A. 2010. Mengenal Sapi Bali. http://andiwawan-tonra. blogspot. com/2010/02 /mengenal-sapi-bali.html. diakses pada tanggal 20-08-2013 23 Lampiran 1 Data Hasil pengukuran glukosa darah Sapi Bali pada kebuntingan trimester Terakhir Dengan Pemberian Urea Molasses MultiNutrient Block (UMMB).(Mg/10 ml). Kosentrasi Glukosa No Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan 1 58 45 2 54 45 3 58 48 4 53 52 5 50 48 6 58 58 7 53 51 8 61 56 9 49 53 10 40 48 11 46 48 12 54 53 13 53 64 14 55 53 15 57 56 16 45 46 17 46 48 Rata-rata 52,1 51,5 Lampiran 2. Data Hasil pengukuran Glukosa Darah Sapi Bali Pada Kebuntingan Trimester Terakhir Tampa Pemberian Urea Molasses MultiNutrient Blok (UMMB) (Mg/10 ml). Kosentrasi Glukosa ( Kontrol) No Data Awal Data Akhir 48 50 1 2 57 52 3 53 48 Rata-rata 52,6 50 24 Lampiran 3. Hasil uji T-independent sample kadar glukosa darah Sapi Bali sebelum dan setelah diberikan UMMB (Perlakuan) dengan menggunakan SPSS. Group Statistics perlakuan Hasil N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Sebelum perlakuan 17 52.3529 5.64514 1.36915 Sesudah perlakuan 17 51.2941 5.13280 1.24489 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Mean Std. Error Sig. (2- Differenc Differenc F Hasil Sig. t Df tailed) e e Interval of the Difference Lower Upper Equal variances .148 .703 .572 32 .571 1.05882 1.85049 -2.71050 4.82815 .572 31.715 .571 1.05882 1.85049 -2.71183 4.82948 assumed Equal variances not assumed 25 Lampiran 4. Hasil uji T-independent sample kadar glukosa darah Sapi Bali tanpa penambahan UMMB (kontrol) dengan menggunakan SPSS. Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Mean Std. Error Difference Differenc Differenc F Hasil Sig. t Df Sig. (2-tailed) e e Lower Upper Equal variances 1.326 .314 .936 4 .402 2.66667 2.84800 -5.24065 10.57399 .936 2.758 .424 2.66667 2.84800 -6.86483 12.19817 assumed Equal variances not assumed Group Statistics perlakuan hasil N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Sebelum perlakuan 3 52.6667 4.50925 2.60342 Sesudah perlakuan 3 50.0000 2.00000 1.15470 26 Lampiran. 5. Dokumentasi Pembuatan Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) Lampiran 6. Dokumentasi Pengambilan Sampel Darah 27 Lampiran 7. Dokumentasi Pengukuran Glukosa Darah Lampiran 8. Dokumentasi Pemberian UMMB. Dokumentasi Lokasi Penelitian 28 FATRIADI SUKARDI (I 111 08 003 ) yang akrab di sapa Adi, lahir di Pinrang pada tanggal 28 April 1990 dari seorang Ayah yang bernama Sukardi dan seorang Ibu yang bernama Hj. Sundari. Adi adalah anak Pertama dari Dua bersaudara laki-laki. Memulai pendidikan di tingkat Sekolah Dasar yakni di SD Negeri 171 Pinrang pada tahun 1996 – 2002. Setelah itu, melanjutkan lagi di tingkat pendidikan yang lebih tinggi yakni di tingkat Menengah Pertama yaitu di SMP Negeri 4 Patampanua pada tahun 2002 – 2005. Kemudian melanjutkan ketingkat Pendidikan Menengah Atas di MAN Pinrang pada tahun 2005 – 2008. Selanjutnya pada tahun 2008 masuk ke jenjang perkuliahan di tingkat perguruan tinggi negeri yakni di Universitas Hasanuddin Makassar tepatnya di Fakultas Peternakan Jurusan Produksi Ternak hingga sekarang tahun 2014. 29