skripsi fatriadi sukardi i 111 08 003 fakultas peternakan universitas

advertisement
PENGARUH PEMBERIAN Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB)
TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH SAPI BALI
PADA PERIODE TRIMESTER TERAKHIR KEBUNTINGAN
SKRIPSI
Oleh :
FATRIADI SUKARDI
I 111 08 003
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
i
PENGARUH PEMBERIAN Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB)
TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH SAPI BALI
PADA PERIODE TRIMESTER TERAKHIR KEBUNTINGAN
SKRIPSI
Oleh :
FATRIADI SUKARDI
I 111 08 003
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan Pada
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Fatriadi Sukardi
Nim
: I 111 08 003
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam bab
hasil dan pembahasan tida asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan
dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyatan ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlinya.
Makassar,
Januari 2014
Ttd
Fatriadi Sukardi
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian
: Pengaruh Pemberian Urea Molasses Multinutrient Block
(UMMB) Terhadap Kadar Glukosa Darah Sapi Bali Pada
Periode Trimester Terakhir Kebuntingan
Nama
: Fatriadi Sukardi
Nim
: I 111 08 003
Jurusan
: Produksi Ternak
Program Studi
: Produksi Ternak
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui Oleh :
Prof. Dr. Ir. Djoni P. Rahardja, M.Sc
Pembimbing Utama
Dr. Muhammad Yusuf, S.Pt.
Pembimbing Anggota
Diketahui Oleh :
Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc
Dekan Fakultas Peternakan
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco,M.Sc
Ketua Jurusan Produksi Ternak
Tanggal Lulus : ................
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan
karuniah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh
Penambahan Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) Terhadap Kadar Glukosa
Darah Sapi Bali Pada Periode Trimester Terakhir Kebuntingan Di Kabupaten Bantaeng
”sebagai persyaratan wajib bagi mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin guna memperoleh gelar Sarjana Peternakan. Tidak lupa pula penulis
panjatkan shalawat dan taslim pada tauladan kita semua Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabat beliau yang senantiasa menjadi penerang bagi seluruh umat
muslim.
Pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis menghaturkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, M.Sc selaku Pembimbing Utama,
dan Bapak Dr. Muhammad Yusuf S.Pt selaku Pembimbing Anggota atas
segenap waktu, tenaga, materi serta bimbingan bapak yang tercurahkan selama
penelitian sampai skripsi tersebut selesai.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc, Prof. Dr. Ir. H. Herry Sonjaya,
DEA, DES, dan Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc Selaku Pembahas yang telah
memberikan kritik dan sarannya demi perbaikan skripsi ini.
v
3. Bapak Ir.Mustakim Mattau, M.si selaku Penasehat Akademik atas arahan dan
nasehat Bapak selama penulis menimbah ilmu di Fakultas Peternakan.
4. Bapak Prof. Dr.Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku Dekan Fakultas
Peternakan dan Bapak Prof. Dr.Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Ketua
Jurusan Fakultas peternakan Universitas Hasanuddin beserta jajarannya.
5. Kakanda Dzulyadeni S.Pt Sekeluarga selaku Alumni sekaligus sebagai teknisi
dalam penelitian ini atas partisipasi Kakanda dalam penelitian penulis.
6. Bapak Darwis Dahlan Ketua Kelompok Tani Anugrah Kec. Bissappu Kab.
Bantaeng dan Bapak Hamzah Ketua Kelompok Tani Beringin Jaya Kecamatan
Pajjukukan Kab. Bantaeng atas izinnya untuk melaksanakan penelitian di
Kelompok Taninya.
7. Anggota Kelompok Tani Anugrah dan Beringin jaya khususnya pak Rahman,
pak Tajuddin, pak Salning, pak Latif, pak H. Cuga, pak H. Cini, atas segala
bantuan dan kerjasamanya selama penelitian.
8. Teman Penelitian yaitu Husna Towarani (Ponges), Ahmad Aprianto, dan
Taufik Hidayat (Koko). atas semua pengorbanan waktu, materi, pikiran dan
kerjasamanya selama penelitian.
9. “Bakteri 08” tak terkecuali atas segala bantuan dan kebersamaan selama kuliah
10. Saudara Seperjuangan, Asriyadi R. H., Muh. Assakur, Labasa, Candra T.,
Agus Jawae, Lanua, Kallie, A. Kamal.
11. Kepada semua orang yang turut berpartisipasi dan berjasa kepada penulis yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
vi
Dengan penuh keterbatasan penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sekalian juga untuk
perbaikan skripsi tersebut. Penulis juga berharap agar hasil penelitian ini dapat
bermanfaat khususnya dibidang fisiologi reproduksi.
Makassar,
Januari 2014
Fatriadi Sukardi
vii
ABSTRAK
Fatriadi Sukardi (I 111 08 003). Pengaruh Pemberian Urea Molasses Multinutrient
Block (UMMB) Terhadap Kadar Glukosa Darah Sapi Bali Pada Trimester
Terakhir Kebuntingan. Di bawah bimbingan Djoni Prawira Rahardja sebagai
Pembimbing Utama dan Muhammad Yusuf sebagai Pembimbing Anggota.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh penambahan urea
molasses multinutrientt block (UMMB) terhadap kadar glukosa darah sapi Bali pada
periode trimester terakhir yang dilakukan di Kabupaten Bantaeng. Data ini dianalisis
dengan menggunakan analisis T-test Independent Sample, dengan menggunakan 20
ekor sapi Bali dengan umur kebuntingan 6-7 bulan. Parameter yang diukur adalah kadar
glukosa darah dari induk sapi Bali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar
glukosa darah sapi Bali tidak berbeda antara sebelum penambahan Urea Molasses
Multinutrient Block (UMMB) dengan setelah penambahan Urea Molasses Multinutrient
Block (UMMB) hal ini disebabkan karena ternak yang digunakan tidak mengalami
kekurangan protein.
Kata kunci : Sapi Bali, Blood urea Nitrogen, UMMB
viii
ABSTRACT
Fatriadi Sukardi (I31108003) Effect Of Urea Molasses Multinutrient Block
(UMMB) On Blood Glucose Levels Bali Cattle In The Final Trimester Period Of
Pregnancy In The District Bantaeng. Guided By Djoni Prawira Raharja as main
supervisor and Mohammad Yusuf as member mentor.
This study aims to determine the effect of Urea Molasses Multinutrient Block
(UMMB) on blood glucose levels Bali cattle in the final trimester period conducted in
the district Bantaeng. Data were analyzed using the Independent samples t-test, using 20
Bali cattles with 6-7 months of gestation. parameters measured were blood glucose
levels from the mother Bali cattle. the results showed that blood glucose levels did not
different between Bali cattle with Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) and
without adding additional Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB).
Keywords: Bali cattle, Blood Glucose, UMMB
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................
i
HALAMAN JUDUL……………………………………………………........
ii
LEMBAR KEASLIAN……………………………………………………….
iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ . ..
iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..
v
ABSTRAK .....................................................................................................
viii
ABSTRACT.....................................................................................................
vix
DAFTAR ISI....................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….
xi
DAFTAR TABEL............................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xiii
PENDAHULUAN............................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. ......
4
Potensi Sapi ………..............................................................................
4
Pencernaan Pada Ternak Ruminansia....................................................
5
Glukosa Darah Pada Ruminansia...........................................................
8
Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB).........................................
12
METODE PENELITIAN ............................................................................ …..
14
Waktu dan Tempat ............................................................................. …..
14
Materi Penelitian ................................................................................ …..
14
Rancangan Penelitian ......................................................................... …..
15
Prosedur Kerja.................................................................................... …..
15
x
Parameter yang Diukur ...................................................................... ……..
16
Analisa Data……………………………………………………………….
16
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................
17
Kadar Glukosa Darah Sapi Bali………………...........................................
17
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................
20
Kesimpulan.................................................................................................
20
Saran...........................................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. …….
21
LAMPIRAN – LAMPIRAN...............................................................................
23
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………………..
31
xi
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
Teks
1.
Kandungan Nutrisi Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB)…….. 13
2.
Hasil pengukuran glukosa darah Sapi Bali pada kebuntingan
trimester Terakhir Dengan Pemberian Urea Molasses MultiNutrient
Block (UMMB)……..…………….………………………………......
16
Hasil pengukuran Glukosa Darah Sapi Bali Pada Kebuntingan
Trimester Terakhir Tanpa Pemberian Urea Molasses MultiNutrient
Block (UMMB)………………………………………………………..
16
3.
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
Teks
1. Hasil Pengukuran Glukosa Darah Sapi Bali Untuk Sapi Bali dengan
Penambahan UMMB…..…………………………………………
23
2. Hasil Pengukuran Glukosa Darah Sapi Bali Untuk Sapi Bali Tanpa,
Penambahan UMMB…..………………………………………… .
23
3. Hasil uji T-independent sample kadar glukosa darah Sapi Bali sebelum
dan setelah diberikan UMMB (Perlakuan) dengan menggunakan SPSS.
24
4. Hasil uji T-independent sample kadar glukosa darah Sapi Bali tanpa
penambahan UMMB (kontrol) dengan menggunakan SPSS………..
25
5. Dokumentasi Pembuatan Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB)
26
6. Dokumentasi Pengambilan Sampel Darah………………………………
27
7. Dokumentasi Pengukuran Glukosa Darah……………………………..
28
8. Dokumentasi Pemberian UMMB dan Lokasi Penelitian……………….
29
xiii
PENDAHULUAN
Swasembada daging sapi sebagai program pemerintah merupakan kemampuan
pemerintah sebagai regulator menyediakan 90 persen dari total kebutuhan sapi lokal
didalam negeri sedangkan 10 persen sisanya berasal dari pasokan dari luar negeri
berupa impor sapi bakalan dan impor daging. Program pencapaian
Swasembada
Daging Sapi (PSDS) 2014 adalah upaya khusus pengembangan peternakan sapi lokal
maupun sapi persilangan antara sapi lokal dan sapi exotic dengan memperhatikan
berbagai aspek. Program PSDS 2014 ada lima kegiatan pokok (1) Penyediaan
bakalan/daging sapi lokal (2) peningkatan produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi
lokal, (3) pencegahan pemotongan sapi betina produktif (4) penyediaan bibit sapi lokal
dan (5) pengaturan stock daging sapi dalam negeri. Dari ke 5 kegiatan tersebut
diupayakan menjadi solusi dari setiap permasalahan yang ada seperti terbatasnya jumlah
sapi bakalan lokal yang dapat dimamfaatkan oleh penggemukan, produktivitas dan
reproduksivitas Sapi lokal yang masih rendah, pemotongan betina produktif yang
menyebabkan keterbatasan populasi sapi bibit, dan pasokan daging impor yang semakin
meningkat (Anonim, 2013).
Peningkatan populasi dengan kualitas bibit yang baik harus didukung oleh
manajemen dan lingkungan yang baik faktor manajemen sangat erat hubungannya
dengan faktor pakan/ nutrisi. Kekurangan nutrisi akan mempengaruhi fungsi hipofisis
anterior sehingga produksi dan sekresi hormon FSH dan LH rendah (karena tidak
cukupnya ATP), akibatnya ovarium tidak berkembang (hipofungsi). Pengaruh lainnya
pada saat ovulasi, transport sperma, fertilisasi, pembelahan sel, perkembangan embrio
dan fetus. Kekurangan nutrisi yang terjadi pada masa pubertas sampai beranak pertama
1
maka kemungkinannya adalah birahi tenang, defek ovulatory (kelainan ovulasi), gagal
konsepsi, kematian embrio/ fetus. Nutrisi yang
sangat menunjang untuk saluran
reproduksi diantaranya adalah protein, vitamin A, mineral/ vitamin (P, Kopper,Kobalt,
Manganese, Iodine, Selenium) (Ratnawati dkk., 2007).
Penyediaan dan pengembangan pakan juga merupakan salah satu program PSDS
untuk peningkatan produktivitas dan reproduksivitas ternak sapi lokal, dimana
pemamfaatan limbah agro industri seperti limbah atau hasil samping perkebunan atau
pabrik gula (molasses) dan pabrik penggilingan padi (dedak) dan lain sebagainya.
Dalam hal ini sebagai maka dibuatlah pakan suplemen dari sumber daya lokal salah
satunya adalah Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB).
Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) adalah pakan suplemen yang dapat
memberikan tambahan asupan nutrisi tinggi pada sapi Bali bunting. Khususnya pada
kebuntingan trimester terakhir kebutuhan makan yang sangat meningkat yang
membutuhkan suplai nutrisi yang cukup untuk nutrisi fetus sapi Bali bunting tua.
Ketercukupan nutrisi pada sapi Bali dapat kita lihat dari kadar glukosa darahnya
yang tidak mengalami penurunan. Semakin tua umur kebuntingan maka semakin tinggi
pula tingkat kebutuhan pakannya jadi komposisi pakan yang konstan hingga akhir
kebuntingan akan mengakibatkan penurunan glukosa darah pada sapi Bali. Diduga
Pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) dapat memenuhi kebutuhan
kadar glukosa darah pada sapi Bali pada periode trimester terakhir kebuntingan. Hal
inilah yang melatarbelakangi pada penelitian ini yang akan membahas bagaimana
pengaruh Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) pada trimester terakhir
kebuntingan pada sapi Bali terhadap kadar glukosa darahnya.
2
Oleh karena itu penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB), terhadap kadar
glukosa darah sapi Bali pada periode trimester terakhir kebuntingan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Sapi Bali
Sapi potong asli Indonesia salah satunya adalah sapi Bali. Sapi Bali merupakan
hasil domestikasi dari banteng (bibos banteng) dimana habitat aslinya adalah di Pulau
Bali. Populasinya saat ini ditaksir sekitar 526.031 ekor. Sapi Bali (Bos sondaicus) telah
mengalami proses domestikasi yang terjadi sebelum 3.500 SM di wilayah Pulau Jawa
atau Bali dan Lombok. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa sampai saat ini
masih dijumpai banteng yang hidup liar di beberapa lokasi di Pulau Jawa, seperti di
Ujung Kulon serta Pulau Bali yang menjadi pusat gen sapi Bali (Wawang, 2010).
Sapi Bali dikenal juga dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut
juga dengan nama Bibos javanicus, meskipun sapi Bali bukan satu subgenus dengan
bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae,
kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih termasuk
genus bos (Wawang, 2010).
Dari Pulau Bali yang dipandang sebagai pusat perkembangan sekaligus pusat
bibit, sapi Bali menyebar dan berkembang hampir ke seluruh pelosok nusantara.
Penyebaran sapi Bali di luar Pulau Bali yaitu ke Sulawesi Selatan pada tahun 1920 dan
1927, ke Lombok pada abad ke-19, ke Pulau Timor pada tahun 1912 dan 1920.
Selanjutnya sapi Bali berkembang sampai ke Malaysia, Philipina dan Ausatralia bagian
Utara (Wawang, 2010).
4
Keunggulan sapi Bali adalah subur mudah beradaptasi dengan lingkungannya,
dapat hidup di lahan kritis, mempunyai daya cerna yang baik terhadap pakan, persentase
karkas yang tinggi, kandungan lemak karkas rendah (Wawang, 2010).
Pencernaan Pada Ternak Ruminansia
Ternak ruminansia berbeda dengan ternak mamalia lainnya karena mempunyai
lambung sejati, yaitu abomasum, dan lambung muka yang membesar, yang mempunyai
tiga ruangan yaitu rumen, retikulum dan omasum (Tillman dkk., 1989). Berdasarkan
perubahan yang terjadi dalam alat pencernaan, proses pencernaan dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu pencernaan mekanik yang terjadi di dalam mulut, pencernaan hidrolitik
dan pencernaan fermentatif di dalam rumen (Sutardi, 1980). Pencernaan fermentatif
merupakan perubahan senyawa-senyawa tertentu menjadi senyawa lain yang sama
sekali berbeda dengan molekul zat makanan asalnya. Dengan kata lain, pencernaan
fermentatif ini adalah pencernaan lebih lanjut dimana zat-zat monomer-monomer dari
hasil pencernaan hidrolitik segera dikatabolisasikan lebih lanjut, misalnya protein
difermentasi menjadi amonia, karbohidrat menjadi asam lemak terbang atau Volatile
Fatty Acid (VFA) (Church, 1979).
Sutardi (1980) menyatakan bahwa keuntungan ruminansia mempunyai organ
pencernaan fermentatif sebelum usus halus adalah dapat mencerna bahan makanan
berkadar serat tinggi sehingga bahan makanannya sebagian besar tidak bersaing dengan
manusia, mampu mengubah jenis nitrogen (N) termasuk Non Protein Nitrogen (NPN)
seperti urea menjadi protein bermutu tinggi, kebutuhannya akan asam amino untuk
nutrisi proteinnya tidak bergantung pada kualitas protein makanannya, produk
5
fermentatif dalam rumen dapat disajikan kepada usus halus dalam bentuk yang mudah
dicerna dan kapasitas rumen yang sangat besar, mampu menampung banyak makanan.
Hasil pencernaan karbohidrat pada ternak ruminansia di dalam retikulo rumen
adalah asam lemak mudah terbang (VFA = volatile fatty acid), terutama asam asetat,
propionat, dan butirat yang akan diserap sebelum mencapai usus. Volatile fatty acid
kemudian akan diabsorbsi masuk peredaran darah menuju hati, dan di dalam hati VFA
akan diubah menjadi glukosa, maupun hasil-hasil lain yang dibutuhkan oleh tubuh
(Tillman dkk, 1991).
Karbohidrat dalam material hijauan, seperti selulosa dari serat kasar, pati dari
biji-bijian atau gula dari molasses, semuanya difermentasi menjadi VFA dalam rumen,
menjadi komponen yang larut seperti protein. Energi yang dilepaskan dalam proses
fermentasi digunakan oleh mikroba untuk kepentingan tubuhnya. VFA adalah zat-zat
gizi utama produk fermentasi sebagai sumber energi utama untuk kebutuhan induk
semang (Rahardja, 2008) .
Proses pencernaan karbohidrat pada ruminansia yang terjadi di dalam retikulo
rumen oleh mikrooraganisme selanjutnya disebut fermentasi karbohidrat. Di dalam
retikulo rumen tersebut, baik fraksi yang mudah tersedia (pati, dextrin, dan pektin)
maupun fraksi serat (selulosa, hemiselosa) akan mengalami perombakan menjadi
produk yang dapat diabsorbsi dan dicerna di dalam usus halus (Rahardja, 2008).
Protein pakan di dalam rumen dipecah oleh mikroba menjadi peptida dan asam
amino, beberapa asam amino dipecah lebih lanjut menjadi amonia. Amonia diproduksi
bersama dengan peptida dan asam amino yang akan digunakan oleh mikroba rumen
dalam pembentukan protein mikroba (McDonald dkk., 2002).
6
Ranjhan (1977) menyatakan bahwa peningkatan jumlah karbohidrat yang mudah
difermentasi akan mengurangi produksi amonia, karena terjadi kenaikan penggunaan
amonia untuk pertumbuhan protein mikroba. Kondisi yang ideal adalah sumber energi
tersebut dapat difermentasi sama cepatnya dengan pembentukan NH3, sehingga pada
saat terbentuk terdapat produksi fermentasi asal karbohidrat yang akan digunakan
sebagai sumber dan kerangka karbon dari asam amino protein mikroba telah tersedia
(Sutardi, 1977).
Karbohidrat pakan di dalam rumen mengalami tiga tahap pencernaan oleh
enzim-enzim yang dihasilkan mikroba rumen. Pada tahap pertama, karbohidrat
mengalami hidrolisis menjadi monosakarida, seperti glukosa, fruktosa dan pentose
(Baldwin dan Allison, 1983). Pemecahan karbohidrat dalam rumen terjadi melalui dua
tahap, yaitu : pemecahan karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana, dan memecah
gula sederhana menjadi asam asetat, asam propionat, asam butirat, CO2 dan CH4
(McDonald dkk., 2002). Selanjutnya glukosa akan difermentasi menjadi VFA, terutama
asetat, propionate dan butirat, iso-butirat, iso-valerat, valerat dan gas CH4 serta CO2
(Sutardi, 1977). Glukosa diubah menjadi asam piruvat kemudian difermentasi menjadi
VFA, gas CO2 dan metan (CH4) (Ranjhan, 1977). VFA yang terserap selain dipakai
sebagai sumber energi, juga dipakai sebagai bahan pembentuk glikogen di hati, lemak,
karbohidrat dan hasil-hasil yang dibutuhkan ternak. Sebagian kecil asam asetat, asam
propionat dan sebagian besar asam butirat termetabolisme melalui dinding rumen. VFA
yang melalui usus halus juga diserap (Anggorodi, 1994).
Glukosa merupakan hasil akhir dan utama dari pencernaan karbohidrat yang
beredar bersama darah (Anggorodi, 1995). Glukosa pada ruminansia selain sebagai
7
sumber energi juga penting dalam pemeliharaan sel-sel tubuh terutama darah dan otot
(Parakkasi, 1999).
Menurut Preston dan Leng (1987), bakteri penting yang termasuk pencerna serat
kasar adalah Ruminococcus flavefaciens, Ruminococcus albus dan Butyrivibrio
fibrisolvens. Bakteri tersebut mempunyai enzim yang mampu menghancurkan
karbohidrat kompleks menjadi selobiosa, glukosa dan VFA. Sedangkan yang termasuk
bakteri pencerna pati antara lain Streptococcus bovis, Bacteroides amylophilus,
Prevotella ruminicola dan Lactobacillus. Bakteri tersebut aktif jika ransum banyak
mengandung konsentrat. Arora (1989) menyebutkan bahwa bakteri proteolitik yang
dapat diidentifikasikan di dalam rumen adalah Bacteroides amylophilus, Provotella
ruminicola, Butyrivibrio spp, dan Selenomonas ruminantium. Keberadaan enzim
proteolitik asal mikroba rumen menyebabkan terjadinya aktivitas hidrolisis protein
pakan, dimana kecepatannya sangat ditentukan oleh tingkat kelarutan protein (Satter
dan Roffler,1977).
Glukosa Darah Pada Ruminansia
Metabolisme merupakan rangkaian proses reaksi biokimia yang terjadi di dalam
makhluk hidup. Proses yang lengkap dan sangat terkoordinatif melibatkan banyak
enzim di dalamnya, sehingga terjadi pertukaran bahan dan energi sedangkan, Glukosa
darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam
makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka (Fever, 2007).
Menurut Frandson (1992), hasil pencernaan karbohidrat pada ternak ruminansia
di dalam retikulo rumen adalah asam lemak mudah terbang (VFA volatile fatty acid),
terutama asam asetat, propionat, dan butirat yang akan diserap sebelum mencapai usus.
8
Volatile fatty acid kemudian akan diabsorbsi masuk peredaran darah menuju hati, dan di
dalam hati VFA akan diubah menjadi glukosa, maupun hasil-hasil lain yang dibutuhkan
oleh tubuh (Tillman dkk., 1991). Glukosa pada ruminansia selain sebagai sumber energi
setelah VFA juga penting dalam pemeliharaan sel-sel tubuh terutama darah dan otot
(Parakkasi, 1999).
Dalam usus halus, proses pencernaan sisa-sisa mikroba yang mati merupakan
sumber dari sebagian protein yang dibutuhkan induk semang. Hal yang lebih kompleks
yaitu berkaitan dengan protein dalam pakan. Sebagai contoh, jika protein dalam pakan
memiliki kelarutan yang tinggi, maka melalui proses yang sama dengan fermentasi
karbohidrat, protein tersebut akan mengalami fermentasi dalam rumen dan
menghasilkan VFA dan amonia. Di lain pihak, jika protein dalam pakan memiliki
tingkat kelarutan rendah, maka protein tersebut relatif tidak mengalami perubahan
ketika melalui rumen dan memasuki bagian saluran pencernaan selanjutnya, sampai
kemudian memasuki usus halus dimana proses penguraian enzimatis oleh enzim-enzim
yang dihasilkan oleh ternak sendiri. Protein yang yang bergerak sampai di bagian usus
halus dan terhindar dari fermentasi rumen dikenal sebagai “by pass protein”, dan ketika
dihidrolisa dalam usus halus menjadi asam-asam amino yang tersedia bagi ternak.
Selanjutnya, melalui proses absorbsi (sistem transport aktif), asam-asam amino tersebut
menjadi tersedia untuk sintesa protein tubuh. Pakan bagi ternak ruminansia hendaknya
mempertimbangkan kehadiran 2 sistem yang membutuhkan zat-zat gizi dan harus
diberikan pada saat yang sama. Kedua sistem tersebut yaitu sistem mikroba yang tinggal
dalam rumen-retikulum dan yang mencerna zat-zat gizi dalam material pakan
pencernaan fermentasi dan sistem ternaknya sendiri, yang menggantungkan sebagian
9
besar kebutuhan hidupnya pada produk pencernaan fermentasi dan zat-zat gizi yang “by
pass” dari proses fermentasi (Rahardja, 2008).
Berkaitan dengan kebutuhan glukosa pada ternak ruminansia. Hasil-hasil
penelitian para ahli menunjukkan bukti bahwa ternak ruminansia memerlukan glukosa
dalam seluruh pase kehidupannya dan kebutuhannya itu menunjukkan trend yang sama
dengan kebutuhan protein (Preston, 1995). Sebagai konsekuensi sistem pencernaan,
ternak ruminansia tidak mengabsorbsi glukosa dan harus mensintesanya dalam jaringan
tubuh (terutama hati) untuk kebutuhan yang mutlak dipenuhi (Rahardja, 2008).
Pada masa kebuntingan tua kebutuhan akan glukosa meningkat karena glukosa
pada masa itu sangat dibutuhkan untuk perkembangan fetus dan persiapan kelahiran,
sedangkan pada masa awal laktasi glukosa dibutuhkan sekali untuk pembentukan
laktosa (gula susu) dan lemak, sehingga jika asupan karbohidrat dari pakan kurang
maka
secara
fisiologis
tubuh
akan
berusaha
mencukupinya
dengan
cara
glukoneogenesis yang biasanya dengan membongkar asamlemak dalam hati. Efek
samping dari pembongkaran asam lemak di hati untuk di dapatkan hasil akhir glukosa
akan meningkatkan juga hasil samping yang disebut benda2 keton (acetone,
acetoacetate, β-hydroxybutyrate (BHB)) dalam darah (Anonim. 2009).
Kadar gula darah normal pada ternak ruminansia bervariasi antara 46 – 60
mg/dL (Rahardja, 2008). dan Chalimi dkk., (2008) yang mendapatkan kadar glukosa
darah sapi PO yang diberi pakan roti sisa pasar sebagai pengganti dedak padi berkisar
antara 58,90 – 60,00 mg/dL.
Hasil Penelitian Syarifuddin dan Wahdi, (2011) mendapatkan rata-rata kadar
glukosa darah pada kondisi awal kelompok sapi induk yang diberi pakan suplemen
10
multinutrient block plus medicated (MBPM) lebih rendah dari pada sapi induk kelompok
kontrol yaitu 38,8 mg/dL Vs 42,9 mg/dL, namun kadar glukosa darah tersebut masih
dalam batas normal, sehingga sapi-sapi induk tersebut mempunyai status energi yang
normal keadaan ini menunjukkan bahwa, sapi-sapi induk yang digunakan tidak
kekurangan energi.
Kadar glukosa dalam darah merefleksikan sumber energi dalam tubuh dan sapi
akan menjadi lemah bila energi tidak mencukupi dalam darah atau hipoglikemia yang
dapat terjadi pada sapi yang kurang pakan kadar glukosa dalam darah adalah yang
merefleksikan sumber energi dalam tubuh. Sapi akan menjadi lemah bila energi tidak
mencukupi dalam darah (Anonim. 2005).
Pada ruminansia yang baru lahir, konsentrasi glukosa menyerupai hewan
monogastrik dan secara gradual menurun dengan meningkatnya umur. Glukosa bukan
komponen yang esensial, karena dapat disintesa dalam tubuh. Akan tetapi, glukosa
adalah esensial karena mutlak diperlukan untuk metabolisme seluler dan juga karena
kecukupan prekursor dan kehadiran mekanisme kontrol mutlak diperlukan untuk
sintesisnya. Kebutuhan energi tidak dapat dipenuhi semata-mata hanya oleh asam
lemak. Glukosa diperlukan paling tidak untuk 5 jaringan tubuh, 1) jaringan syaraf, 2)
otot, 3) sintesis lemak, 4) fetus dan 5) kelenjar ambing dan dalam jumlah yang lebih
sedikit diperlukan untuk metabolisme dalam testis, ovarium, sel telur, sintesis steroid
dan eritrosit (Rahardja, 2008).
Glukosa dibutuhkan dalam jumlah yang banyak oleh ternak ruminansia untuk
kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan tubuh dan pertumbuhan fetus, pertumbuhan
jaringan (plasenta, ambing) dan produksi susu. Kebutuhan minimum glukosa yaitu
11
untuk hidup pokok dan jika kandungan prekursor glukosa dalam pakan rendah
dibandingkan kandungan zat-zat gizi lain (seperti jerami padi), maka ternak akan
menggunakan keseluruhan zat-zat gizi secara tidak efesien baik untuk kepentingan
produksi
maupun
hidup
pokok.
Sebagai
konsekuensi,
ternak
akan
tetap
mempertahankan konsumsi pakannya dan membakar kelebihan intake energi atau
mengurangi intake pakan seperti yang terjadi di musim kemarau. Pembakaran kelebihan
intake energi bermanfaat ketika ternak menghadapi cekaman suhu rendah atau musim
dingin di daerah subtropis (Rahardja, 2008).
Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB)
Urea Molasses Multinutrinet Block (UMMB) merupakan modifikasi Urea
Molasses Block, yaitu suplemen pakan yang terdiri dari molasses, onggok, dedak,
tepung daun singkong kering, tepung kedelai, tepung tulang, kapur urea, mineral, dan
garam dapur yang disesuaikan dengan formula yang diinginkan (BATAN, 2005).
Penambahan urea pada ransum ruminansia merupakan strategi untuk meningkatkan
konsumsi pakan oleh ternak pada kondisi pemeliharaan tradisional dengan pemberian
suplemen yang terdiri dari kombinasi bahan pakan sumber protein dengan tingkat
jumlah tertentu yang secara efesien dapat mendukung pertumbuhan, perkembangan dan
kegiatan mikroba secara efesien di dalam rumen. Selanjutnya produktivitas hewan dapat
ditingkatkan dengan memberikan sumber N protein dan atau non protein sert mineral
tertentu. Suplementasi secara keseluruhan diharapkan dapat memberikan pengearuh
yang baik melalui peningkatan protein mikrobial, peningkatan daya cerna dan
peningkatan konsumsi pakan hingga diperoleh keseimbangan yang lebih baik antara
amino dan energi di dalam zat-zat makanan yang terserap.(Basya S.1981).
12
Sari
(1989)
menyatakan
bahwa
penambahan
molasses
pada
ransum
mengakibatkan mikroorganisme rumen mampu merombak serat kasar pada dinding sel,
sehingga serat kasar menjadi lebih cepat dicerna. Kemudian disebutkan juga dengan
meningkatnya penambahan molasses akan meningkatkan daya cerna, karena molasses
merupakan sumber karbohidrat mudah larut dan banyak energi yang tersedia yang
mampu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dengan cepat dan asam keto yang
terbentuk semakin banyak, bila sumber N juga tersedia. Molasses juga mengandung
vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak, seperti sulfur,
cobalt, boron, iodium, tembaga, mangan dan seng (Ranjhan, 1977).
Scoot (1976) mengemukakan bahwa UMMB dapat meningkatkan daya cerna
dan konsumsi zat-zat makanan dari bahan pakan yang berserat tinggi yang diberikan
pada ternak. Leng (1995) juga menyatakan bahwa suplementasi UMMB pada ternak
akan meningkatkan pertambahan berat badan, produksi susu, reproduksi, kelangsungan
hidup, daya hidup anak dan kapasitas kerja.
13
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yang dimulai awal bulan Oktober
2013 sampai awal bulan November 2013 di Kabupaten Bantaeng.
Materi Penelitian
Ternak yang digunakan pada penelitian ini yaitu sapi Bali bunting sebanyak 20
ekor pada periode trimester terakhir kebuntingan. Alat yang digunakan pada penelitian
ini yaitu venojet, tabung, kandang jepit, gunting, alat pres, ember, skop dan timbangan.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pakan hijauan, tissue dan Urea
Molasses Multinutrient Block (UMMB). Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk
pembuatan UMMB adalah Molasses, Urea, Dedak, Bungkil Kelapa, Garam, Tepung
ikan, Tepung coklat, Mineral dengan kandungan nutrisi pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) dan
Hijauan yang digunakan pada penelitian ini (%)*.
Komposisi (%)
(UMMB)
Hijauan
Air
26.43
70.12
1
Protein Kasar
31.23
6.15
2
Lemak Kasar
25.22
6.35
3
Serat Kasar
9.33
31.46
4
BETN
10.01
31.46
5
Abu
24.21
14.49
6
Kalsium
2.67
0.7
7
Pospor
1.09
0.4
8
Keterangan : * Analisisa Proksimat UMMB dan Hijauan dari Laboratorium Kimia
Nutrisi makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin 2013
No
Kandungan
14
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan menggunakan sampel darah ternak
sapi Bali yang memiliki umur kebuntingan 6-7 bulan sebanyak 20 ekor yang di bagi
menjadi 2 kelompok.
 Kelompok pertama adalah kelompok kontrol menggunakan 3 ekor sapi
Bali bunting yang di beri pakan rumput lapangan tanpa penambahan
Urea Molasses Multi Nutrient Block (UMMB ).
 Kelompok kedua adalah kelompok perlakuan menggunakan 17 ekor Sapi
Bali bunting yang diberi pakan rumput lapangan dengan penambahan
Urea Molasses Multi Nutrient Block (UMMB).
Prosedur Kerja
Pemeriksaan Kebuntingan
Pemeriksaan umur kebuntingan dilakukan dengan cara palpasi rektal yang
dilakukan oleh tenaga ahli.
Pengambilan Sampel dan Pengukuran Glukosa Darah
Pengambilan sampel darah (±10 ml) kemudian diukur glukosa darahnya,
dilakukan sebelum pemberian UMMB dan pada 30 hari pemberian UMMB dari vena
jugularis menggunakan jarum venoject ke dalam tabung yang berantikoagulan dan
langsung di ukur glukosa darahnya dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah
(Easy Touch GCU).
Pemberian Pakan dan Air Minum
Kelompok pertama tanpa penambahan UMMB (Kontrol) dilakukan dengan
pemberian pakan hijauan dengan cara digembalakan pada jam 06.30 sampai 17.00.
15
Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum, dan untuk kelompok kedua dengan
penambahan UMMB (Perlakuan) dilakukan dengan pemberian pakan hijauan dengan
cara digembalakan pada jam 06.30 sampai 17.00. Pemberian Urea Molasses
Multinutrient Block (UMMB) sebanyak 500 gr/hari/ekor pada jam 17.30 Pemberian air
minum dilakukan secara ad libitum.
Pengambilan Sample Pakan
Pengambilan Sampel pakan dilakukan dengan cara mengambil jenis rumput
yang ada di padang pengembalaan, kemudian di analisis di laboratorium untuk dilihat
kadar nutrisinya.
Pembuatan Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB)
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Molasses di tuangkan kedalam baskom kemudian dicampur bahan yang dapat larut,
seperti NaCl, Urea, setelah bahan tersebut sudah larut maka dicampurkan bahanbahan yang lainnya seperti tepung coklat, dedak, mineral, dan bungkil kelapa.
3. Setelah bahan-bahan tersebut sudah tercampur maka cetak UMMB di alat pencetak
(Pres).
Parameter Yang Diukur
Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah kadar glukosa darah pada
ternak sapi Bali periode trimester terakhir kebuntingan .
Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji banding yaitu uji (Ttest independent sample) (Sudjana, 1997).
16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Glukosa Darah Sapi Bali Pada Trimester Terakhir Kebuntingan
Dengan pemberian Urea Molasses Multinutrient Block ( UMMB) dapat kita lihat pada
Tabel 2 dan 3.
Tabel 2.
Parameter
Sebelum
Perlakuan
Setelah
Perlakuan
Hasil pengukuran glukosa darah Sapi Bali pada kebuntingan trimester
Terakhir Dengan Pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB).
Rata-rata
Konsentrasi
Glukosa(Mg/dL)
Standar
deviasi
Renge
Min
Max
52,35
5,64
16
45
61
51,29
5,13
19
45
64
Tabel 3. Hasil pengukuran Glukosa Darah Sapi Bali Pada Kebuntingan Trimester
Terakhir Tanpa Pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB)
(Kontrol).
Data Awal
Rata-rata
Konsentrasi
Glukosa (Mg/dL)
52,7
Data Akhir
50
Parameter
Standar
deviasi
Renge
Min
Max
4,5
9
48
57
2
6
48
52
Kadar Glukosa Darah Sapi Bali
Berdasarka uji “t” menunjukkan bahwa hasil penilitian glukosa darah dengan
pembereian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) tidak berbeda nyata (P>0,05)
begitupun dengan tanpa pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB). Hal
ini disebabkan karena Urea Moasses Multinutrient Block (UMMB) Tidak berpagaruh
terhadap kadar glukosa darah sapi Bali ketika pakan yang diberikan cukup itu dapat kita
17
lihat pada perbandingan rata – rata antara perlakuan dan non perlakuan yang tidak
berjauh beda. Rahardja (2008) menyatakan bahwa kebutuhan minimum glukosa yaitu
untuk hidup pokok dan jika kandungan prekursor glukosa dalam pakan rendah
dibandingkan kandungan zat-zat gizi lain (seperti jerami padi), maka ternak akan
menggunakan ketersedian zat-zat gizi keseluruhan secara tidak efesien baik untuk
kepentingan produksi maupun hidup pokok. Glukosa merupakan hasil akhir dan utama
dari pencernaan karbohidrat yang beredar bersama darah (Anggorodi, 1995).
Menurut Frandson (1992), hasil pencernaan karbohidrat pada ternak ruminansia
di dalam retikulo rumen adalah asam lemak mudah terbang (VFA volatile fatty acid),
terutama asam asetat, propionat, dan butirat yang akan diserap sebelum mencapai usus.
Volatile fatty acid kemudian akan diabsorbsi masuk peredaran darah menuju hati, dan di
dalam hati VFA akan diubah menjadi glukosa, maupun hasil-hasil lain yang dibutuhkan
oleh tubuh (Tillman dkk., 1991). Glukosa pada ruminansia selain sebagai sumber energi
setelah VFA juga penting dalam pemeliharaan sel-sel tubuh terutama darah dan otot
(Parakkasi, 1999).
Pada Tabel 2. Rata- rata kadar glukosa darah sapi Bali untuk sebelum perlakuan
yaitu 52,3 dan setelah perlakuan menjadi 51,2 dan pada Tabel 3. Rata-rata kadar
glukosa darah untuk data awal yaitu 52,6 dan ata akhir 50, hal ini menggambarkan
bahwa antara perlakuan dan non perlakuan masing-masing menggambarkan glukosa
darah dalam keadan normal. Hal ini sesuai dangan pendapat Rahardja (2008)
menyatakan kadar gula darah normal pada ternak ruminansia bervariasi antara 46 – 60
mg/100 ml. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Chalimi dkk.,
18
(2008) yang mendapatkan kadar glukosa darah sapi PO yang diberi pakan roti sisa pasar
sebagai pengganti dedak padi berkisar antara 58,90 – 60,00 mg/dL.
Pada penelitian ini, antara perlakuan dan kontrol itu menghasilkan glukosa
darah normal, sehingga sapi-sapi induk tersebut mempunyai status energi yang normal.
Keadaan glukosa darah yang normal menunjukkan bahwa, sapi-sapi induk yang
digunakan tidak kekurangan energi (Syarifuddin dan Wahdi, 2011). Sapi akan menjadi
lemah bila energi tidak mencukupi dalam darah atau hipoglikemia yang dapat terjadi
pada sapi yang kurang pakan karena kadar glukosa dalam darah merefleksikan sumber
energi dalam tubuh (Anonim 2005).
Dengan melihat kadar glukosa pada tabel 2 dan 3 yang masih dalam taraf
normal
hal ini membuktiakan bahwa sapi Bali yang digunakan tidak mengalami
kekurangan energi meskipun pada umur kebuntingan tua karena pada dasarnya sapi
yang mengalami kebuntingan pada trimester terakhir akan mengalami kebutuhan energi
yang sangat meningkat, dengan meningkatnya kadar kebutuhan energi otomatis
kebutuhan glukosa juga pasti akan meningkat. (Anonim. 2009) menyatakan bahwa pada
masa kebuntingan tua kebutuhan akan glukosa meningkat karena glukosa pada masa itu
sangat dibutuhkan untuk perkembangan fetus dan persiapan kelahiran.
19
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa darah sapi Bali
tidak dipengaruhi oleh pemberian Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB)
disebabkan induk sapi Bali yang digunakan tidak mengalami kekurangan energi.
Saran
Sebaiknya penelitian ini dilakukan lagi dengan waktu pengukuran glukosa
yang yang sama.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta.
Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan VI. PT Gramedia, Jakarta.
Anonim, 2005. Veterinary Hematology 101; 2005 Abstract. http://www.science.
dovada.net.au/ 13800.php. di akses pada tanggal 23 Desember 2013.
Anonim. 2009. Ketosis (Acetonemia) pada Sapi Perah Coretan si Budax.htm. di akses
pada tanggal 23 Desember 2013
Anonim. 2013. Cuplikan Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014.
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/SUPLEMEN_9-4.pdf. di akses
pada tanggal 20 Desember 2013.
Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Baldwin, R. L. and M. J. Allison.1983. Rumen Metabolism. J. Anim. Sci. 57 : 461 –
475 (Suppl. 2).
BATAN. 2005. Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB). Batan.
http://www.infonuklir.com/Tips/atomos_ummb.htm. [30 Mei 2005] di akses
padabtanggal 20 Desember 2013.
Basya S. 1981. Penggunaan dan Pemberian Urea Sebagai Bahan Makanan Ternak.
Lembar LPP XI (2-4).
Chalimi, K. 2008. Kadar Hematokrit, Glukosa dan Urea Darah Sapi Peranakan Ongole
(PO) yang bDiberi Roti Sisa Pasar Sebagai Pengganti Dedak Padi. Skripsi
Sarjana Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
Semarang.
Church, D. C. 1979. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant. Second printing.
Metropolitan Printing Co. Oregon.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University
Press,Yogyakarta. Diterjemahkan oleh: Srigandono, B. dan K. Praseno.
Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosed.
Joyce le Fever. 2007 Pedoman pemeriksaan laboratorium & diagnostic, Joyce le Fever
Kee : alih bahasa, Sari Kurnianingsih ( et al ); editor edisi Bahasa
Indonesia, Ramona P. Kapoh – Ed.6 –Jakarta: EGC.
21
Leng, R. A. 1995. A Short Course on The Rational Use of Molasses Urea Multinutrient
Block for Supplementation of Ruminant Fed Crop Residues, Poor Quality
Forages and Agro-industrial by Products Low iin Protein. Universitas
Hasanuddin, Ujung Pandang.
McDonald, P. R. A. Edwards, and J. F. D. Greenhalge dan C. A. Morgan. 2002. Animal
Nutrition. 6th Ed. Longman Sci. and Technical. New York.
Rahardja, D.P., 2008. Strategi Pemberian Pakan Berkualitas Rendah (Jerami Padi)
Untuk Produksi Ternak Ruminansia. Dinas Peternakan Makassar.
Ranjhan, S. K. 1977. Animal Nutrition and Feeding Practice in India. Vikas Publishing
House PVT Ltd., New Delhi. p : 16 – 89.
Ratnawati, D., W.C Pratiwi, dan L. Afandi. 2007. Penanganan Gangguan Reproduksi
Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Pasuruan,
Jawa Timur.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan MakananTernak Ruminan. Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Preston, T. R. and R. A. Leng. 1987. Matching Ruminant Production System with
Available Resource in the Tropic. Penambul Books. Armidale.
Preston, T.R. 1995. Tropical Animal Feeding, A manual for research worker. FAO,
United Nation, paper 126. Rome.
Sari, R. 1989. Pengaruh berbagai level urea molasses block terhadap kecernaan bahan
kering dan bahan organik pada kerbau (Bubalus bubalis). Karya Ilmiah.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Satter, L. D. and R. E. Roffler. 1977. Protein Requirement and Non Protein Nitrogen
Utilization. Tropical Animal Production. 2 : 238 – 269.
Scoot, 1976. Nutrition Of The Chiken. It hala.m.c Scoot And Assoili Ated Publishers.
Sudjana, 1997. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi,Tesis, Desertasi,
Sinar Baru Algensindo, Bandung.
Sutardi, T. 1977. Ikhtisar Ruminologi. Bahan Penataran Kursus Peternakan Sapi Perah
di Kayu Ambon, Lembang. Dit. Jen. Peternakan.
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid 1. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Syarifuddin, N.A. Dan Wahdi., 2011.Peningkatan Reproduksi Sapi Induk Brahman
Cross Post Partum dengan Pemberian Pakan Suplemen Multinutrient Block
22
Plus Medicated. Fakultas Pertanian, Universitas Lambung, Mangkurat
Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Tillman, A.D, H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S.
Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan kelima. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta. hlm. 161-180.
Wawang, A. 2010. Mengenal Sapi Bali. http://andiwawan-tonra. blogspot. com/2010/02
/mengenal-sapi-bali.html. diakses pada tanggal 20-08-2013
23
Lampiran 1 Data Hasil pengukuran glukosa darah Sapi Bali pada kebuntingan trimester
Terakhir Dengan Pemberian Urea Molasses MultiNutrient Block
(UMMB).(Mg/10 ml).
Kosentrasi Glukosa
No
Sebelum Perlakuan
Setelah Perlakuan
1
58
45
2
54
45
3
58
48
4
53
52
5
50
48
6
58
58
7
53
51
8
61
56
9
49
53
10
40
48
11
46
48
12
54
53
13
53
64
14
55
53
15
57
56
16
45
46
17
46
48
Rata-rata
52,1
51,5
Lampiran 2. Data Hasil pengukuran Glukosa Darah Sapi Bali Pada Kebuntingan
Trimester Terakhir Tampa Pemberian Urea Molasses MultiNutrient Blok
(UMMB) (Mg/10 ml).
Kosentrasi Glukosa ( Kontrol)
No
Data Awal
Data Akhir
48
50
1
2
57
52
3
53
48
Rata-rata
52,6
50
24
Lampiran 3. Hasil uji T-independent sample kadar glukosa darah Sapi Bali sebelum
dan setelah diberikan UMMB (Perlakuan) dengan menggunakan SPSS.
Group Statistics
perlakuan
Hasil
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sebelum perlakuan
17
52.3529
5.64514
1.36915
Sesudah perlakuan
17
51.2941
5.13280
1.24489
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence
Mean
Std. Error
Sig. (2- Differenc Differenc
F
Hasil
Sig.
t
Df
tailed)
e
e
Interval of the
Difference
Lower
Upper
Equal
variances
.148
.703
.572
32
.571
1.05882
1.85049
-2.71050
4.82815
.572 31.715
.571
1.05882
1.85049
-2.71183
4.82948
assumed
Equal
variances
not
assumed
25
Lampiran 4. Hasil uji T-independent sample kadar glukosa darah Sapi Bali tanpa
penambahan UMMB (kontrol) dengan menggunakan SPSS.
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean
Std. Error
Difference
Differenc Differenc
F
Hasil
Sig.
t
Df
Sig. (2-tailed)
e
e
Lower
Upper
Equal
variances
1.326
.314
.936
4
.402
2.66667
2.84800
-5.24065 10.57399
.936 2.758
.424
2.66667
2.84800
-6.86483 12.19817
assumed
Equal
variances
not
assumed
Group Statistics
perlakuan
hasil
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sebelum perlakuan
3
52.6667
4.50925
2.60342
Sesudah perlakuan
3
50.0000
2.00000
1.15470
26
Lampiran. 5. Dokumentasi Pembuatan Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB)
Lampiran 6. Dokumentasi Pengambilan Sampel Darah
27
Lampiran 7. Dokumentasi Pengukuran Glukosa Darah
Lampiran 8. Dokumentasi Pemberian UMMB.
Dokumentasi Lokasi Penelitian
28
FATRIADI SUKARDI (I 111 08 003 ) yang akrab di sapa Adi,
lahir di Pinrang pada tanggal 28 April 1990 dari seorang Ayah
yang bernama Sukardi dan seorang Ibu yang bernama Hj. Sundari.
Adi adalah anak Pertama dari Dua bersaudara laki-laki. Memulai
pendidikan di tingkat Sekolah Dasar yakni di SD Negeri 171 Pinrang pada tahun 1996 –
2002. Setelah itu, melanjutkan lagi di tingkat pendidikan yang lebih tinggi yakni di
tingkat Menengah Pertama yaitu di SMP Negeri 4 Patampanua pada tahun 2002 – 2005.
Kemudian melanjutkan ketingkat Pendidikan Menengah Atas di MAN Pinrang pada
tahun 2005 – 2008. Selanjutnya pada tahun 2008 masuk ke jenjang perkuliahan di
tingkat perguruan tinggi negeri yakni di Universitas Hasanuddin Makassar tepatnya di
Fakultas Peternakan Jurusan Produksi Ternak hingga sekarang tahun 2014.
29
Download