ABSTRAK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (STUDI KASUS POLDA LAMPUNG) Oleh Vinda Fitria Ananda, Eko Raharjo, Rini Fathonah Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Jalan Dr. Soemantri Brojonegoro GedungMenengUnila Seorang anak yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika harus tetap memperoleh perlindungan hukum dalam proses peradilan perkaranya demi kepentingan terbaik bagi anak. Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi (fundamental right and freedom off children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahtraan anak jadi masalah perlindungan anak mencakup ruang lingkup yang sangat luas. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan masalah yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Data yang digunakan berupa data primer, yaitu dengan melakukan wawancara dengan responden yang terkait dengan pokok bahasan dalam skripsi ini dan data sekunder yang berasal dari penelitian kepustakaan. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan berdasarkan hasil analisis kemudian ditarik kesimpulan melalui metode induktif, penentuan responden dilakukan purpose sampling. Simpulan dari penelitian, perlindungan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika dengan memberikan diversi terhadap anak yang melakukan penyalahgunaan narkotika yang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika yaitu dengan cara tidak memenjarakan anak melainkan dengan memberikan perawatan di panti rehabilitasi sehingga dapat disembuhkan dari ketergantungan terhadap narkotika.Saran yang diberikan penulis terhadap perlindungan hukum terhadap anak berupa saran sebagai berikut: (1). Perlindungan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika seharusnya para penegak hukum diwilayah Polda Lampung bisa lebih memahami dengan konsep diversi dan restorative justice agar perlindungan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku,(2). Perlindungan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana narkotika, dilakukan kerjasama untuk membentuk sebuah forum antara penegak hukum, orang tua dan sekolah yang terkait agar dapat mencegah secara dini penyalahgunaan narkotika terhadap anak. Kata Kunci:Perlindungan hukum, Anak, Penyalahgunaan Narkotika ABSTRACT LEGAL PROTECTION AGAINST CHILD ABUSE CRIMINAL ACTS AS ACTORS NARCOTICS (CASE STUDY Police LAMPUNG ) By Vinda Fitria Ananda, Eko Raharjo, Rini Fathonah Legal Studie Program, Faculty Of Law Jl. SoematriBrojonegoroMeneng Building Unila A child who committed the crime of abuse of drugs should remain legal protection in the judicial process his case in the best interests of the child . Legal protection for children can be interpreted as a legal protection of freedoms and rights ( fundamental right and freedom off children ) as well as a variety of interests related to the livelihoods of the child so the child protection issue covers a very wide scope. Research conducted using an approach that is normative juridical issues and empirical judicial approach . The data used in the form of primary data , namely by conducting interviews with respondents related to the subject of this thesis and secondary data derived from the research literature . Qualitative data were analyzed and based on the results of the analysis were then drawn conclusions through inductive methods , determining the purpose respondents conducted sampling. Based on the results of research and discussion, it can be concluded that , as a child's legal protection against criminal drug abuse by providing a diversion of children who abuse drugs are intended to provide protection for children who are victims of drug abuse that is by not imprisoning children but to provide care in rehab so that it can be cured of dependence on narcotics .The advice given by the author on the legal protection of children in the form of suggestions as follows : (1) . Legal protection of the child who committed the crime of abuse of narcotic law enforcement should the Lampung Police in the region could better understand the concept of diversion and restorative justice that the legal protection of the child who committed the crime of abuse of narcotic run in accordance with the applicable rules , so it will not happen again discrimination towards children who commit drug abuse and that the holding of anti- narcotics counseling parents , especially in rural areas , (2) . Legal protection of children who commit criminal acts of narcotics , conducted to establish a forum of cooperation between law enforcement , parents and relevant school early in order to prevent drug abuse against children . Keywords : Legal Protection , Children , Narcotics Abuse I. PENDAHULUAN Anak adalah generasi penerus bangsa yang memiliki keterbatasan dalam memahami dan melindungi diri dari berbagai pengaruh sistem yang ada. Oleh karenaya ketika anak menjadi pelaku tindak pidana, Negara harus memberikan perlindungan hukum kepada anak melalui berbagai peraturan perundang–undangan. Anak sebagai pelaku tindak pidana sangat membutuhkan adanya perlindungan hukum. Masalah perlidungan hukum bagi anak merupakan salah satu cara melindungi tunas bangsa di masa depan. Perlindungan ini perlu karena anak merupakan bagian masyarakat yang mempunyai keterbatasan secara fisik dan mentalnya. Oleh karena itu anak memerlukan perlindungan dan perawatan secara khusus.1 Upaya memberikan perlindungan terhadap kepentingan dan hak-hak anak yang berhadapan dengan hukum, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan terkait, antara lain Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Uundang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Akan tetapi dalam pelaksanan sistem peradilan pidana anak di Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan. Persoalan yang ada diantaranya dilakukannya penahanan terhadap Marlina.PeradilanPidanaAnak di Indonesia(KonsepDiversidan Restorative Justice). Medan, 2009.Hlm. XV anak, proses peradilan yang panjang mulai dari penyidikan, penuntutan, pengadilan, yang pada akhirnya menempatkan terpidana anak berada dalam lembaga permasyarakatan yang meninggalkan trauma dan implikasi negatif terhadap anak. Masalah anak baik sebagai pelaku maupun korban kejahatan (tindak pidana) dapat dikatakan sudah mendapat perhatian dari Pemerintah dengan dikeluarkannya UndangUndang baru yaitu Undang-Undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Anak sebagai pelaku kejahatan, melalui berbagai kegiatan ilmiah, sudah sering diusulkan agar Pemerintah menyusun kebijakan yang memberikan perlindungan anak. Pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Di samping perlunya perlindungan hukum bagi anak korban kejahatan, juga perlu adanya upaya perlindungan hukum bagi anak sebagai pelaku kejahatan. Sebelas tahun yang lalu Pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Meskipun di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang ditujukan untuk melindungi kepentingan. Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak tersebut terdapat proses diversidan restorative justice. Konsep diversi dan restorative justice dapat dikembangkan di Indonesia. Konsep diversi dapat dilakukan aparat penegak hukum dengan menjalankan hak dikresinya, sedangkan konsep restorative justice dapat dikembangkan dengan menghidupkan kembali nilai-nilai kesamaan, persatuan, musyawarah dan mufakat dalam memutuskan suatu hukuman kepada anak pelaku tindak pidana.Proses diversi merupakan pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses diluar peradilan pidana. Proses restorative justice merupakan proses penyelesaian tindakan pelanggaran hukum yang terjadi dilakukan dengan membawa korban dan pelaku bersamasama duduk dalam satu pertemuan untuk bersama-sama berbicara.Ada beberapa sebab anak menjadi pelaku kejahatan, diantaranya sikap dari orang tua yang sering melakukan kekerasan terhadap anaknya sendiri. Penyebab lain melonjaknya jumlah pelaku kejahatan yang dilakukan oleh anak di bawah umur adalah tumpang tindihnya sistem nilai dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika? 2. Apakah factor penghambat dalam perlindungan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika? II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KarakteristikNarasumber Sebagaimana dikemukakan dalam metode penelitian penyusunan dalam skripsi ini menggunakan data primer untuk menyelidiki permasalahan penelitian, yaitu dengan cara melakukan wawancara kepada responden yang terdiri dari 1 (satu) orang Wakil Direktur Riserse Kriminal Umum Polda Lampung, 1 (satu) orang anggota Pelayanan Perempuan Anak, 1 (satu) orang Direktur Reserse Narkoba Polda Lampung, 1(satu) orang anggota LSM LAdA. Narasumber-narasumber diatas dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa mereka dapat mewakili atau seridaknya dapat memberikan informasi yang akurat guna menjawab permasalahan dalamskripsi ini, yang mana hasilnya nanti dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. B. Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku TindakPidana Penyalahgunaan Narkotika Perlindungan anak adalah meletakkan hak anak ke dalam status sosial anak dalam kehidupan masyarakat, sebagai bentuk perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan anak yang mengalami masalah sosial. Perlindungan dapat diberikan pada hak-hak dalam berbagai proses edukasional terhadap ketidak pahaman dan ketidakmampuan anak dalam melakukan tugas-tugas sosial. Penanggulang masalah dan bahaya penyalahgunaan narkotika terhadap anak-anaknya, orang tua wali dari anak yang menjadi pencandu narkotika berkewajiban melaporkan kepada pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapat pengobatan dan perawatan. Ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 55 Undang-UndangUndang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika. Sri Andaryani upaya yang dilakukan dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak yaitu salah satunya memberikan upaya diversi. Salah satu upaya diskresi yaitu diversi. Diversi merupakan kebijakan formal. Diversi dilakukan untuk memberikan perlindungan dan rehabilitasi (protection and rehabilitation) kepada pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak dibawah umur yang tercantum dalam Pasal 6 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Diversi terhadap anak penyalahgunaan narkotika harus dapat dilaksanakan dengan baik. Diversitersebut merupakan salah satu bentuk perlindungan bagi anak yang melakukan penyalahgunaan narkotika. Proses Diversi merupakan proses yang dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan anak dan orang tua/walinya, korban, dan atau orang/walinya, pembimbing kemasyarakatan dan pekerja social professional berdasarkan pendekatan keadilan Restorative justice dalam Pasal 8 Undang-Undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Diversi merupakan perwujudan Pasal 64 Undang-Undang No.23 Tahun 2003 yaitu menjelaskan tentang perlindungan khusus bagi anak-anak yang berhadapan dengan hukum. Anak-anak merupakan korban yang dimanfaatkan oleh orang dewasa (bandar dan pengedar) narkotika untuk melancarkan peredaran narkotika. Sudah selayaknya anak-anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika diberikan perlindungan. Menurut Sri Andaiyani penjara bukanlah tempat terbaik bagi anak, karena dengan pemenjaraan terhadap anak dapat memberikan dampak buruk kepada perilaku dan mental anak. Pembinaan yang diterapkan terhadap anak tidak dapat disamakan dengan orang dewasa yang juga tersangkut dengan masalah narkotika, jika dilakukan bersama-sama dengan orang dewasa maka akan berdampak negatif terhadap anak-anak. Heny Harsono berpendapat bahwa anak-anak yang menggunakan narkotika merupakan korban dari peredaran narkotika yang seharusnya diberikan perlindungan hukum. Upaya dalam melakukan perlindungan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika para anggota kepolisian tidak hanya melakukan tindakan-tindakan berdasarkan ketentuan undang-undang saja tetapi juga melaksanakan diversi. Upaya melakukan perlindungan hukum, anggota kepolisan Polda Lampung memberikan diversi terhadap anak yang melakukan penyalahgunaan narkotika. Pemberian diversi ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika yaitu dengan cara tidak memenjarakan anak melainkan dengan memberikan perawatan di panti rehabilitasi sehingga dapat disembuhkan dari ketergantungan terhadap narkotika. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, konsep mengenai diversi terhadap anak pengguna penyalahgunaan narkotika belum sepenuhnya dipahami oleh petugas namun konsep tersebut sudah mulai direalisasikan diwilayah Polda Lampung walapun belum semaksimal mungkin. Pelaksanaan diversi terhadap anak penyalahgunaan narkotika merupakan salah satu upaya non penal untuk penanggulangan kejahatan di bidang narkotika. Karena pemenjaraan dianggap kurang efektif terutama bagi anak-anak yang berhadapan dengan hukum. Kasus yang terjadi di Bandar Lampung, Rico remaja 15 tahun yang ditetapkan (LP/1895/IV/2013/LPG/ Dit Res Narkoba) oleh anggota kepolisian Polisian Polda Lampung sebagai pemakai Narkotika jenis “shabu”. Rico merupakan salah satu anak dibawah umur yang melakukan penyalahgunaan narkotika yang mendapatkan perlindungan hukum yaitu proses diversi dan restorative justice di wilayah Polda Lampung. Pelaksanaan diversiterhadap anak-anak pengguna narkotika harus dilaksanakan dengan hati-hati dan selektif. Karena diversi sangat rentan dengan penyalahgunaan wewenang oleh anggota kepolisian. Oleh karena itu dalam pelaksanaanya harus mengikuti tata cara pelaksanaan diversi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan diversi dilatar belakangi keinginan menghindari efek negatif terhadap jiwa dan perkembangan anak oleh keterlibatannya dengan sistem peradilan pidana. pelaksanaan diversi oleh aparat penegak hukum didasari oleh kewenangan aparat penegak hukum yang disebut diversi. Selain itu juga upaya perlindungan hukum terhadap anak yang dapat dilakukan adalah konsep restorative justice yaitu suatu konsep penyelesaian konflik yang terjadi dengan melibatkan para pihak yang berkepentingan dengan tindak pidana yang terjadi (korban, pelaku, keluarga korban, keluarga pelaku, masyarakat, dan penengah) dalam Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Musyawarah yang dilakukan ini penting untuk menentukan tindakan atau hukuman yang tepat terhadap pelaku. Konsep diversi dan restirative justice adalah dua konsep yang masih baru untuk para penegak hukum di wilayah Polda Lampung, akan tetapi di wilayah Polda Lampung kedua konsep tersebut telah digunakan dalam menangani anak yang berhadapan dengan hukum guna bertujuan untuk memberikan perlindungan khusus terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana berdasarkan Pasal 6 Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Pengaturan yang terkait dengan penyalahgunaan narkotika dalam Undang-Undang 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu ; a. Pasal 128 bahwa: yang menyatakan b. Menyelesaikan perkara anak diluar pengadilan (1) Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak melapor, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 1000.000,00. c. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan (2) Pecandu narkotika yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 ayat (1) tidak dituntut pidana. b. Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Narkotika (1) Bahwa orang tua wali dari pecandu yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi dan sosial yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Menurut Pasal 6 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak tujuan dari konsep diversi yaitu : a. Mencapai antara korban dan anak d. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi e. Menanamkan rasa tanggung jawab terhadap anak Selanjutnya Pasal 64 Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak juga mengatur perlindungan terhadap anak yaitu: Pertama, perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak anak. Kedua, penyediaian petugas pendamping khusus anak sejak dini. Ketiga, penyediaan sarana dan prasarana khusus. Keempat, penjatuhan sanksin yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak. Kelima, pemantauan dan pencatatan terus-menerus terhadap perkembangan anak yang berhadapan dengan hokum. Keenam, perlindungan dari pemberitaan identitas dan madia massa dan untuk menghindari labelisasi. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Kegitan perlindungan anak membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya dengan hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Penulisan Skripsi ini menyangkut tentang perlindungan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika dimana anak tersebut bukan hanya menjadi pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika, tetapi juga sebagai korban. Dari Hasil penelitian yang dilakukan di Dir Res Narkotika Polda Lampung. Peneliti mendapatkan informasi tentang Jumlah Pelaku Tindak Pidana Narkotika dibawah umur dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2013, yang disajikan dalam bentuk Tabel dan Grafik sebagai berikut: Tabel 1.1 Tabel Pelaku Tindak Pidana Narkotika di bawah Umur, dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2013. NT o a h u n 1 2 0 1 0 2 2 0 1 1 3 2 0 1 2 4 2 0 1 3 Jumlah Pelaku Tindak Pidanan Narkotika yang dilakukan anak dibawah umur 75 (orang) Usi a Vonis Hakim Pe Re nja ha ra bil ita si 1517 79 % 21 % 49 (orang) 1317 50 % 50 % 115 (orang) 1018 82 % 18 % 58 (orang) 1217 30 % 45 % D i v e r s i 2 5 % Sumber data: Dit Res Narkoba Polda Lampung 2010-2013 Dari table 1 diatas menggambarkan bahwa perlindungan hukum terhadap anak dibawah umur yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika diwilayah Polda Lampung belum sesuai dengan Pasal 66 UndangUndang N0.23 Tahun 2002 yaitu yang menjelaskan tentang perlindungan khusus bagi anak-anak yang berhadapan dengan hukum, pasal 55 ayat (1) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu orang tua atau wali dari pecandu narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada puskesmas, rumah sakit, atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi social, dan Pasal 6 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak mengenai konsep diversi. Berdasarkan vonis Hakim yang terdapat di tabel tidak semua anak di bawah umur diberikan perlindungan secara khusus, masih ada beberapa anak yang mendapatkan hukuman penjara, dengan memberikan hukuman penjara terhadap anak yang berhadapan dengan hukum akan membuat jiwa dan mental sianak terganggu. Sebaiknya anak yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika diberikan perlindungan hukum yaitu secara diversi ataupun rehabilitasi agar tidak menghambat tumbuh kembang sianak. Masih sering terjadi diskriminasi dalam memberikan perlindungan tehadap anak-anak yang berhadapan dengan hukum. Diskriminasi tersebut terjadi untuk anak-anak yang ekonominya menengah keatas mendapatkan perlakuan khusus, sebaliknya anakanak ekonominya menengah kebawah diberikan hukuman penjara. Sehingga dari uraian tabel diatas perlu ditingkatkannya perlindungan hukum terhadap anak yang melakukan penyalahgunaan narkotika. Menurut Turaihan Aldi upaya penghindaran penahanan terhadap anak dapat dilakukan dengan tetap memberikan kebebasan terhadap anak dalam pengawasan orang tuanya atau orang lain yang tepat dan bertanggungj awab. Pengawasan dilakukan untuk menjamin anak yang dibebaskan dari penahanan dalam proses penyidikan saja, akan tetapi mendapat pembinaan dan pengawasan serta perlindungan dari tindakan korban. Pembinaan terhadap anak yang melakukan tindak pidana merupakan tanggung jawab semua pihak. Orang tua mempunyai kewajiban dan tanggung jawab memperbaiki kondisi anak yang sudah terlanjur masuk kedalam proses hukum. III. SIMPULAN Hasil penelitian, tentang perlindungan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: Upaya melakukan perlindungan hukum, anggota kepolisan Polda Lampung dan LSM LadA memberikan diversi, restorative justice, dan rehabilitasi terhadap anak yang melakukan penyalahgunaan narkotika. Pemberian diversi, restorative justice, maupun rehabilitasi ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika yaitu dengan cara tidak memenjarakan anak melainkan dengan memberikan perawatan di panti rehabilitasi sehingga dapat disembuhkan dari ketergantungan terhadap narkotika. Berdasarkan penelitian yang dilakukan perlindungan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika belum sepenuhnya berjalan apa yang diharapkan, konsep mengenai diversi dan restorative justice terhadap anak pengguna penyalahgunaan narkotika belum sepenuhnya dipahami oleh petugas, namun konsep tersebut sudah mulai direalisasikan diwilayah Polda Lampung walapun belum semaksimal mungkin. Faktor penghambat perlindungan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dihadapi oleh anggota Polda Lampung antara lain, faktor penegak hukum, dalam hal ini aparat penegak hukum masih kurang memahami dengan adanya konsep diversi dan restorative justice selain itu dalam menjalankan tugasnya aparat penegak hukum sangat rentan dengan penyalahgunaan wewenang dalam melakukan perlindungan hukum terhadap anak dibawah umur sehingga tidak jarang terjadi diskriminasi terhadap anak didalam menjalankan proses hukum. Kedua, faktor masyarakat dalam hal ini masih kurangnya pemahaman masyarakat akan bahaya dan dampak negatif dari pemakian narkotika yang berkelangsungan. Masyarakat juga hendaknya lebih perduli lagi terhadap lingkungan sekitarnya sebagai upay auntuk mencegah peredaran narkotika disekitar lingkungan tempat tinggal. Ketiga, faktor kebudayaan dalam hal ini masih kuatnya stigmasi masyarakat terhadap korban. Korban sudah dianggap atau di “cap” buruk oleh masyarakat, bahwa anak tersebut tidak baik, 1. Perlindungan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika seharusnya para penegak hukum diwilayah Polda Lampung harus bisa lebih memahami dengan adanya konsep diversidan restorative justice agar perlindungan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotikaberjalan sesuai dengan koridor yang telah diatur, sehingga tidak akan terjadi lagi diskriminasi terhadap anak yang melakukan penyalahgunaan narkotika. Dan seharusnya dilakukan sosialisasi tentang konsep diversidan restorative justice yang tertuang dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak selain itu agar diadakannya penyuluhan tentang narkotika di Wilayah perkampungan khususnya terhadap orang tua supaya lebih memperhatikan dan memantau anak-anak mereka yang belum cukup umur dalam bergaul agar terhindar dari bahaya narkotika. 2. Pemberian perlindungan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana narkotika, seharusnya dilakukan kerjasama atau membentuk sebuah forum antara penegak hukum, orang tua dan sekolah yang terkait agar dapat mencegah secara dini penyalahgunaan narkotika terhadap anak. Pembentukan dan pengembangan keikutsertaan lembaga-lembaga dalam upaya memberikan perlindungan terhadap anak. Lembaga-lembaga tersebut diharapkan dapat memberikan tempat tinggal terhadap anak sehingga ditempat tersebut anak sebagai korban penyalahgunaan narkotika mendapatkan perlindungan, pembinaan, perawatan, dan pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Buku: Adrisman, Tri. Buku ajar Hukum Pidana. Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, 2011. Adrisman, Tri. Buku Ajar Hukum Peradilan Anak. Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, 2013. Atmasasmita, Romli. Problem Kenakalan Anak – Anak / Remaja. Armico. (Bandung,1983) Barda Nawawi, Arif. Masalah Penegak Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. Eesco.Bandung,2001. Badan Narkotika Nasional, Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika Sejak Dini, (Jakarta: Tanpa Penerbit, 2009) Dirdjosisworo, Soejono. Penanggulangan Kejahatan.Bandung, 1983. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.. Bandar Lampung. Unila Press, 2010. Marlina. Peradilan Pidana Anak di Indonesia (apaengenbangan Konsep Diversi dan Restorative Justice), PT Refika Aditama, Medan. 2009. Muhammad, Abdulkadir.Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung, 2004. Moeljatno. Asas – Asas Hukum Pidana. Cetakan Kedua. Jakarta:Bina Aksar, 1984. Poernomo, Bambang.Asas – Asas Hukum Pidana. Ghalia Indonesia. Jakarta, 1981. Saraswati, Rika.2009. Hukum Perlindungan Anak di Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung Sangarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. Metode Penelitian Survai. Jakarta. LP3S, 1989. Soekanto, Soerjono. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penegak Hukum. Rajawali Pers. Jakarta.1983. Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia. Jakarta. 1986. Sujono,AR dan Dabiel Bony. Komentar dan pembahasan undang-undang no.35 tahun 2009 tentang narkotika. Jakarta Timur. 2011. Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta. Bandung. 2013. Tj. Dian Mutia. Mari Menyongsong Masa Depan Yang Cerah, Hati-Hati Terhadap Bahaya Narkotika.. Jakarta. 2002. Peraturan Perundang – Undangan : Undang – Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak Undang – Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang – Undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga.2002, Balai Pustaka. Jakarta Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana KitabUndang – UndangHukumPidana