berbasis produksi dan kadar pati daerah Bogor

advertisement
17
IV.
4.1
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
Bogor
Bogor dengan luasan total 273.930,153 ha terdiri dari kabupaten dan
kotamadya, yang masing–masing memiliki beberapa kecamatan. Kotamadya
Bogor terdiri dari 6 kecamatan dengan luas 11.115,951 ha dan Kabupaten Bogor
terdiri dari 32 kecamatan dengan luas 262.814,202 ha. Titik pengamatan di daerah
Bogor terdiri dari 21 titik. Sebaran titik pengamatan yaitu 19 titik di kabupaten
dan 1 titik di kotamadya. Data lokasi ditampilkan pada Gambar 2 dan Lampiran 2.
4.1.1 Formasi Geologi
Data geologi wilayah Bogor disajikan pada Gambar 3. Geologi wilayah
Bogor dan sekitarnya terangkum dalam enam lembar peta geologi keluaran Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Ditjen Geologi dan Sumberdaya Mineral,
Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia (1992) yaitu Lembar
Serang, Leuwidamar, Jakarta, Bogor, Karawang dan Cianjur. Interpretasi kondisi
geologi daerah penelitian untuk penelitian ini lebih banyak didasarkan atas
kedudukan masing-masing formasi di lapangan. Formasi geologi daerah Bogor
didominasi oleh formasi konglomerat dan batupasir tufaan atau kipas aluvium
(Qav) yang berumur Pleistosen. Formasi ini terdiri dari tuf halus, berlapis, tuf
pasiran berselingan dengan tuf konglomeratan. Formasi Qav berada di bagian
utara daerah Bogor dengan luasan 57.293,103 ha (18,14 % dari luasan daerah
Bogor). Formasi ini terdiri dari tuf halus, berlapis, tuf pasiran berselingan dengan
tuf konglomeratan. Formasi ini terdistribusi di bagian timur laut dan
berdampingan dengan formasi endapan sungai, rawa dan pantai (Qa), yang terdiri
dari lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah. Formasi endapan
batupasir konglomeratan dan batu lanau (Qoa) terdiri dari batu pasir
konglomeratan, batu lanau, dan batu pasir. Formasi Qa dan Qoa menyebar di
bagian timur daerah penelitian Bogor.
Formasi Genteng dijumpai di bagian utara sampai barat laut. Formasi
genteng (Tpg) terdiri dari tuf berbatu apung, batupasir tufan, konglomerat, breksi
andesit dan sisipan lempung tufan. Tuf berbatu apung memiliki morfologi putih
sampai kelabu, berbutir halus sampai kasar, bersusunan menengah sampai kasar.
18
Batupasir tufaan berwarna kelabu kehijauan, mengandung glaukonit, berbutir
menengah sampai kasar. Konglomerat berwarna kelabu tua, agak padat,
komponennya terutama adalah andesit, dengan massa dasar pasir tufaan, lempung
tufaan, berwarna kelabu kehijauan. Formasi Kelapanunggal (Tmk) terdistribusi di
bagian timur laut. Formasi Tmk terdiri dari batugamping koral, sisipan
batugamping pasiran, napal, dan batupasir kuarsa plokonitan hijau.
Di bagian timur terdapat formasi Jatiluhur (Tmj) yang terdiri dari napal
dan batulempung dengan sisipan batupasir gampingan. Selain itu, di bagian ini
terdapat pula satuan batuan andesit hornblenda dan porfir diorit (ha) dan satuan
batuan terobosan mangerit (ma), formasi Qos yang terdiri dari batupasir tufaan
dan konglomerat, serta formasi Catayan (mttc, mtts dan mttb) terdistribusi di
bagian tenggara.
Wilayah bagian selatan didominasi oleh formasi Qvpo yang berada dalam
kontak dengan formasi Qvsb dan Qvst. Formasi batuan Gunungapi Endut (Qpv)
yang berumur pleistosen terdapat di bagian barat daya. Sementara itu, di bagian
barat terdapat formasi Tmbs, Tmbl, Tmbc yang menyatu dengan anggota formasi
Bojongmanik (Tmbs: batupasir; Tmbl: batugamping; Tmbc: batulempung) dan
Tma (andesit) yang berumur pliosen akhir.
Di bagian barat laut terdapat formasi batuan sedimen Tpg (Formasi
Genteng: Tuf batuapung, batupasir tufaan, breksi konglomerat, napal dan kayu
terkersikkan), formasi Bojongmanik (Tmb) yang merupakan perselingan batupasir
dengan lempung, sisipan batu gamping dan berumur Miosen. Terdapat juga
batuan terobosan Tba (andesit) dan satuan batuan endapan permukaan Qa yang
berumur Pliosen.
Titik-titik pengamatan terdapat pada 6 jenis formasi geologi, yaitu Qav,
Qvst, Qvsb, Qvk, Qvpo, dan Tmj. Data sebaran formasi geologi pada titik
pengamatan akan disajikan pada Lampiran 3.
4.1.2 Jenis Tanah
Jenis tanah daerah Bogor sangat beragam. Wilayah Bogor didominasi oleh
latosol coklat kemerahan dengan luas 30.234,34 ha (meliputi 9,6 % dari total
wilayah) yang berada di bagian utara (Puslittan, 1981) . Sebaran tanah pada luasan
sekitar titik pengamatan disajikan pada Gambar 4, dan data sebaran tanah pada
19
titik pengamatan disajikan pada Lampiran 3. Titik pengamatan daerah Bogor
tersebar pada beberapa jenis tanah, yaitu 11 titik pada tanah latosol coklat
kemerahan, 7 titik pada tanah regosol coklat kekelabuan, 3 titik pada tanah
podsolik kuning, 2 titik pada tanah latosol coklat, 3 titik pada tanah latosol eutrik,
dan 1 titik pada tanah podsolik coklat kekuningan. Sebaran titik pengamatan
didominasi pada tanah latosol coklat kemerahan.
4.1.3 Kelas Lereng
Kelas lereng yang mendominasi kabupaten Bogor adalah kelas A, yaitu
selang antara 0-3% (datar) dengan luasan 95.074,22 ha (31,92 % dari luasan
kabupaten Bogor). Sebaran titik pengamatan daerah Bogor terdapat pada kelas
lereng
0-3%
(datar),
3-8%
(landai/berombak),
dan
8-15%
(agak
miring/bergelombang). Sebaran kelas lereng akan disajikan pada Gambar 5 dan
data sebaran kemiringan lereng pada titik pengamatan akan disajikan pada
Lampiran 3.
4.1.4 Ketinggian
Daerah penelitian Bogor dominan memiliki ketinggian 0-300 mdpl yang
berada pada bagian utara Bogor. Ketinggian 0-300 mdpl ini berada dekat dengan
Provinsi DKI Jakarta yang memiliki formasi-formasi alluvium, sehingga
ketinggian semakin menurun. Makin ke bagian selatan ketinggian akan semakin
meningkat yaitu daerah yang berbatasan dengan daerah Sukabumi. Ketinggian
pun meningkat pada bagian selatan yang mengarah ke daerah Puncak dimana
lokasi dekat dengan Gunung Pangrango. Ketinggian daerah Bogor disajikan pada
Gambar 6 dan data sebaran ketinggian pada titik pengamatan akan disajikan pada
Lampiran 3.
Gambar 2. Peta sebaran titik pengamatan Bogor
20
21
Gambar 3. Peta geologi Bogor
22
Gambar 4. Peta tanah Bogor
23
Gambar 5. Peta kelas lereng Kabupaten Bogor
24
Gambar 6. Peta sebaran ketinggian Bogor
25
4.2
Sukabumi
Sukabumi dengan luas total 372.362,051 ha terdiri dari 56 kecamatan yang
tersebar di kotamadya dan kabupaten. Kabupaten memiliki jumlah kecamatan
sebanyak 49 dengan luasan 367.668,602 ha, sedangkan kotamadya memiliki 7
kecamatan dengan luasan 4.693,449 ha. Pengamatan yang dilakukan di Sukabumi
terdiri dari 4 titik yang tersebar di Kabupaten Sukabumi. Sebaran titik pengamatan
yaitu 1 titik di Kecamatan Cicurug, 1 titik di Kecamatan Parungkuda, dan 2 titik
di Kecamatan Cibadak. Data koordinat lokasi ditampilkan pada Lampiran 5 dan
Gambar 7.
4.2.1
Formasi Geologi
Formasi geologi Sukabumi didominasi oleh formasi tersier batu pasir tufan
berselingan dengan konglomerat batugamping dan tufa dasit yang mengandung
batubara, disajikan pada Gambar 8. Menurut Effendi et al. (1998) secara
stratigrafis, batuan tertua di daerah Sukabumi adalah Formasi Walat yang disusun
oleh batupasir kuarsa berlapisan silang, konglomerat kerakal kuarsa, batulempung
karbonan, dan lapisan tipis-tipis batubara; ke atas ukuran butir bertambah kasar;
tersingkap di Gunung Walat dan sekitarnya. Umur satuan ini diduga Oligosen
Awal. Di atasnya secara selaras diendapkan Formasi Batuasih yang terutama
terdiri atas batulempung napalan hijau dengan konkresi pirit. Di beberapa tempat
mengandung banyak fosil foraminifera besar dan kecil yang diduga berumur
Oligosen Akhir. Tebal satuan ini mencapai 200 m, dan tersingkap baik di
Kampung Batuasih. Selanjutnya, diendapkan Formasi Rajamandala yang disusun
oleh napal tufan, lempung napalan, batupasir, dan lensa-lensa batugamping
mengandung
fosil
Globigerina
oligocaenica,
Globigerina
praebulloides,
Orbulina, Lepidocyclina, dan Spiroclypeus yang memberikan informasi kisaran
umur Oligosen Akhir - Miosen Awal. Formasi ini menindih secara tak selaras
Formasi Batuasih dengan tebal sekitar 1.100 m. Anggota Batugamping Formasi
Rajamandala yang terdiri atas batugamping terumbu koral dengan sejumlah fosil
Lithothamnium, Lepidocyclina sumatrensis, dan Lepidocyclina (Eulepidina)
ephippiodes, biasanya terdolomitkan. Di atasnya diendapkan Formasi Halang
yang terdiri atas Anggota Tuf berupa batupasir tuf dasitan, tuf andesit, dan
Anggota Breksi berupa breksi andesit/dasit tufan, batugamping, dan batulempung
26
napalan; setempat lapisan batugamping mengandung fosil Trillina howchini,
Lepidocyclina brouweri, dan Globorotalia mayeri, yang memberikan indikasi
umur Miosen Awal. Anggota ini merupakan bagian pa-ling bawah Formasi
Jampang yang menindih secara selaras Formasi Rajamandala. Selanjutnya, ke
arah atas terdapat batuan Gunung Api Tua yang terdiri atas: (1) Batuan Gunung
Api Pangrango, endapan lebih tua, lahar, dan lava serta basal andesit, dan (2)
Breksi Gunung Api, breksi bersusunan andesit – basal, setempat aglomerat, lapuk.
Titik-titik pengamatan terdapat pada formasi Walat (Tow), anggota batu
gamping formasi Rajamandala (Toml), breksi gunung api, breksi dengan
kandungan tuff (Qvt), endapan lebih tua, lahar dan lava (Qvpy). Data sebaran
formasi geologi pada titik pengamapatan ditampilkan pada Lampiran 5.
4.2.2
Jenis Tanah
Jenis tanah yang tersebar di daerah Sukabumi sangat beragam. Kompleks
mediteran coklat kemerahan dan litosol merupakan tanah yang paling
mendominasi daerah Sukabumi dengan luasan 56.870,447 ha (meliputi 13,51%
dari total wilayah) yang berada di bagian utara. Pengamatan yang dilakukan di
Sukabumi berada di bagian utara daerah Sukabumi. Titik pengamatan tersebar
pada 3 tipe tanah, yaitu tanah kompleks grumusol, regosol dan mediteran, tanah
latosol coklat kemerahan, dan tanah asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu.
Sebaran tanah daerah Sukabumi ditampilkan pada Gambar 9 dan data sebaran
tanah pada titik pengamatan pada Lampiran 5.
4.2.3
Kelas Lereng
Sukabumi memiliki kondisi lereng yang paling dominan pada selang 3-8%
(landai/berombak), dengan luasan 119.118,823 ha (28,30%) dari luasan daerah
Sukabumi). Daerah yang memilki kelas lereng 0-3% (landai) tersebar dibagian
tenggara daerah Sukabumi. Kelas lereng 8-15% (agak miring/bergelombang)
tersebar di bagian tengah dan sedikit dibagian utara. Kelas lereng 25-40% (agak
curam) dan >40% (curam) tersebar di bagian barat laut daerah Sukabumi. Bagian
timur laut didominasi oleh lereng dengan kelas 15-25 % (miring/berbukit). Data
sebaran kelas lereng ditampilkan pada Lampiran 5.
27
4.2.4
Ketinggian
Pada bagian utara daerah Sukabumi memiliki ketinggian yang cukup
tinggi, karena berdekatan dengan lokasi Gunung Pangrango. Sedangkan semakin
ke selatan daerah semakin rendah. Bagian selatan daerah Sukabumi berbatasan
dengan Pantai Selatan. Sebaran ketinggian daerah Sukabumi ditampilkan pada
Gambar 10. Daerah Sukabumi didominasi oleh daerah yang landai dan berombak,
dengan luasan 160.404,85 ha (38,13% dari luasan wilayah) bagian dari Plateau
Jampang. Tabel sebaran ketinggian ditampilkan pada Lampiran 5.
28
Gambar 7. Peta sebaran titik pengamatan Sukabumi
29
Gambar 8. Peta geologi Sukabumi
30
Gambar 9. Peta tanah Sukabumi
31
Gambar 10. Peta sebaran ketinggian Sukabumi
32
4.3
Karawang
Kabupaten Karawang terletak di bagian utara propinsi Jawa Barat. Secara
geografis, letaknya berada diantara 107003’15” - 107040’00”BT dan 05052’30” 6034’30”LS. Kabupaten Karawang memiliki cakupan wilayah seluas 1.753,27
km2 atau 3,73 % dari luas Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Karawang merupakan
salah satu daerah yang memiliki lahan yang cukup subur di Jawa Barat. Sebagian
besar lahannya digunakan untuk pertanian. Pengamatan yang dilakukan di
Kabupaten Karawang terdiri dari 3 titik, yaitu yang berada di Kecamatan
Telukjambe. Penyebaran titik pengamatan akan ditampilkan pada Gambar 11 dan
Lampiran 7.
4.3.1
Formasi Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Karawang daerah Kabupaten Karawang
sebagian besar terbentuk dari formasi geologi Kuarter yang berupa endapan
dataran banjir dan susunan batupasir bernapal dan konglomerat. Hanya sebagian
kecil saja yang merupakan formasi geologi Tersier.
Bagian utara yang merupakan bagian terbesar dari daerah Kabupaten
Karawang terutama terbentuk dari endapan Kuarter yang merupakan endapan
dataran banjir (Qaf) bersusunan batupasir berliat dan batuliat berpasir. Pada
daerah yang lebih sempit, yaitu di daerah dekat pantai, batuannya terbentuk dari
endapan pantai (Qac) dengan susunan batupasir dan batuliat, serta terbentuk dari
endapan laut dangkal (Qnd) tersusun dari pasir, liat, dan debu. Daerah sempit
yang memanjang sejajar pantai merupakan endapan pematang pantai (Qbr).
Wilayah Kabupaten Karawang di bagian barat daya terutama terbentuk
dari formasi geologi Tersier yang tersusun dari batupasir, batuliat, dan
batugamping berpasir dari Formasi Subang (Tms dan Tmst). Pada daerah yang
lebih sempit, terbentuk batugamping klastik dan batugamping terumbu dari
Formasi Parigi (Tmp) serta batuliat bergamping dengan sisipan batugamping
berpasir dari Formasi Jatiluhur (Tmj). Pada daerah yang berbatasan dengan daerah
tersier terbentuk dari endapan tua (Qoa) yang tersusun dari batupasir
berkonglomerat, batuliat, dan batupasir.
Bagian tenggara terutama terbentuk dari formasi geologi yang lebih muda
berupa endapan volkanik yang tersusun dari batupasir bertufa. Konglomerat dan
33
breksi (Qav). Sebaran formasi geologi disajikan pada Gambar 12 dan data
penyebaran pada titik pengamatan disajikan pada Lampiran 7.
4.3.2
Jenis Tanah
Tanah di Kabupaten Karawang dapat dikelompokkan kedalam 33 sub-grup
tanah. Jenis tanah vertic tropaquept merupakan tanah yang mendominasi daerah
Karawang, dengan luasan 63.522 ha (38,56% dari luasan daerah Karawang) di
bagian utara Karawang. Peta penyebaran tanah ditampilkan pada Gambar 13 dan
data penyebarannya disajikan pada Lampiran 7.
4.3.3
Kelas Lereng
Daerah Karawang yang memiliki kemiringan lahan 0-3%, meliputi areal
83,52% yang berada di Kecamatan Batujaya, Pedes, Rawamerta, Lemahabang,
Tempuran,
Cilamaya,
Cikampek,
Jatisari,
Klari
(sebagian
Karawang,
Rengasdengklok, Telagasari, dan sebagian Telukjambe). Wilayah yang berlereng
3-8%, meliputi areal 8,93% dari luas Kabupaten Karawang, terletak di Kecamtan
Cikampek, sebagian Klari, dan Telukjambe. Wilayah yang berlereng 15-40%,
kurang lebih 10,94% dari luas wilayah Kabupaten, berada di Kecamatan
Cikampek, Klari, Telukjambe dan Pangkalan. Wilayah yang berlereng lebih dari
40% hanya sebagian kecil yaitu kurang dari 2,59% dari seluruh luas Kabupaten
yaitu berada di Kecamatan Telukjambe dan Pangkalan. Data penyebaran pada titik
pengamatan disajikan pada Lampiran 7.
4.3.4
Ketinggian
Ketinggian Karawang berada pada kisaran 0-175 mdpl. Ketinggian antara
0-12,5 mdpl mendominasi bagian utara daerah Karawang dengan luasan
161.270,90 ha (84,2 % dari luasan Karawang). Bagian utara daerah Karawang
berdekatan dengan Laut Jawa sehingga cenderung rendah. Semakin ke selatan,
ketinggian semakin meningkat. Titik pengamatan tersebar pada ketinggian antara
0-37,5 mdpl. Sebaran ketinggian ditampilkan pada Gambar 14 dan sebaran pada
titik pengamatan disajikan pada Lampiran 7.
34
Gambar 11. Peta sebaran titik pengamatan Karawang
35
Gambar 12. Peta geologi Karawang
36
Gambar 13. Peta tanah Karawang
37
Gambar 14. Peta sebaran ketinggian Karawang
Download