irs online sebagai alat analisa dalam proses pemberian kredit di bni

advertisement
IRS ONLINE SEBAGAI ALAT ANALISA
DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT DI
BNI
TUGAS MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
DOSEN: Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, MSc
DISUSUN OLEH:
[KELOMPOK 4 – E50]
ATTAR ASMAWAN
DONNY KRISTIYANTO
DUDY BUDIANA
M. RIZAL ANDRIYANTO
NOVRI RULYASRI
P056133052.50E
P056133092.50E
P056133102.50E
P056133212.50E
P056133232.50E
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
NOVEMBER 2014
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................. 2
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... 3
DAFTAR TABEL ......................................................................................... 4
I.
PENDAHULUAN .................................................................................. 5
I.1.
LATAR BELAKANG .................................................................. 5
I.2.
PROFIL PERUSAHAAN ............................................................. 7
I.3.
PROSES BISNIS UTAMA (Core) ............................................... 9
I.4.
SUMBER DAYA .......................................................................... 8
I.5.
FOKUS PENERAPAN DSS ......................................................... 9
II. REVIEW LITERATURE ....................................................................... 13
II.1. LANDASAN TEORI DSS/GDSS ................................................ 13
II.2. PERKEMBANGAN APLIKASI DSS .......................................... 14
III. PEMBAHASAN..................................................................................... .24
III.1. KRITERIA DAN PARAMETER ................................................. 24
III.2. KEBUTUHAN DATA ................................................................. .26
III.3. ILUSTRASI CONTOH APLIKASI... .......................................... .27
III.4. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN.. ......................................... .32
IV. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. .34
IV.1. KESIMPULAN ............................................................................. .34
IV.2. SARAN ......................................................................................... .34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... .35
LAMPIRAN .................................................................................................. 37
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1.
Transformasi Identitas Korporat BNI ............................... 8
Gambar II.2. Komposisi Kepemilikan Saham di BNI ............................ 8
Gambar III.1. Tampilan Aplikasi IRS Online .......................................... 27
Gambar III.2. Tampilan Halaman Utama IRS Online ............................. 28
Gambar III.3. Data Pokok Debitur .......................................................... 28
Gambar III.4. Data Kredit ......................................................................... 29
Gambar III.5. Jenis Jaminan .................................................................... 29
Gambar III.6. Nilai Jaminan .................................................................... 30
Gambar III.7. Menu Rating Debitur ......................................................... 30
Gambar III.8. Kriteria Untuk Rating ....................................................... 31
Gambar III.9. Rasio Keuangan Debitur ................................................... 31
Gambar III.10. Hasil Rating ..................................................................... 31
Gambar III.11. Skala Rating Nasabah ..................................................... 32
3
DAFTAR TABEL
Tabel III.1. Ulasan Atau Review Dari Beberapa Jurnal ........................................... 16
LAMPIRAN
Tabel V.1.
Contoh Formulir Analisa Rating .......................................................... 37
4
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
LATAR BELAKANG
Bank adalah bisnis yang unik. Mereka melakukan bisnis dengan menggunakan
dana orang lain (other people’s money). Walaupun banyak pihak mengusahakan agar
pendapatan bank dapat terdiversifikasi ke arah fee based, sumber pendapatan bank sampai
dengan saat ini masih didominasi oleh pendapatan bunga (interest revenue) yang berasal
dari pemberian kredit (Jopie Jusuf, 1993).
Pertumbuhan bisnis perbankan yang saat ini semakin berkembang menuntut setiap
bank agar lebih kreatif, efektif dan efisien sehingga bisa unggul dibanding yang lain dan
mencapai profit yang diharapkan. Bank merupakan lembaga intermediary dengan konsep
utama mengelola dana dari masyarakat dalam bentuk funding dan menyalurkannya
kembali ke masyarakat dalam bentuk lending.
Kredit merupakan salah satu bisnis utama bank yang memiliki resiko yang tinggi,
namun di sisi yang lain memberikan pendapatan yang besar bagi bank. Oleh karena itu,
pemberian kredit harus dilaksanakan oleh pejabat/pegawai kredit yang mengerti dan
memahami dasar-dasar perkreditan dan melaksanakannya sesuai aturan serta kaidah
budaya perkreditan. Pertumbuhan kredit harus sejalan dengan kualitas kreditnya yang
bagus suatu bank sangat ditentukan oleh bagaimana proses kredit dilakukan sejak awal
sampai dengan proses maintenance nasabahnya.
Kebutuhan masyarakan akan kredit dan target pertumbuhan bisnis kredit perbankan
tentu memerlukan konsep proses kredit yang mumpuni agar kesehatan bisnis bank dapat
terjaga. Dalam memilih lembaga perbankan yang tepat, banyak hal yang dipertimbangkan
oleh calon debitur, diantaranya : kecepatan, kemudahan, pricing, service dan hal lainnya.
Setiap bank yang memiliki keunggulan dalam setiap hal tersebut, tentunya akan menjadi
dipilih oleh calon debitur.
Dengan mempertimbangkan bahwa harapan/dasar pemilihan lembaga pembiayaan
yang akan dipilih oleh masyarakat dan perlunya menjaga kualitas kredit, maka salah satu
criteria yang banyak dikembangkan oleh bank adalah bagaimana mempercepat dan
mempermudah proses pengajuan kredit dengan tetap menjaga agar kualitas kredit dapat
terjaga. Improvement process banyak dilakukan oleh bank, khususnya untuk kredit yang
diberikan secara mass product, misalnya kredit konsumsi maupun ritel yatu dengan
5
membuat konsep scoring untuk analisa kredit. Dengan konsep scoring ini akan membantu
mempercepat proses kredit, menjaga objektivitas dan pada akhirnya akan membantu
memjaga kualitas kredit.
Kredit merupakan bisnis yang beresiko dimana ada kemungkinan kredit yang
diberikan tidak dapat tertagih (macet). Sehubungan dengan hal tersebut, sudah seharusnya
bank hanya memberikan kredit kepada debitur yang layak. Bank harus dapat
mengendalikan resiko kredit yang diberikan. Untuk itu, bank sudah seharusnya
mengembangkan suatu proses seleksi dan proses analisa kredit yang komprehensif untuk
menyaring proposal kredit yang masuk. Melalui proses penyaringan tersebut diharapkan
kredit yang diberikan adalah kredit dengan kualitas yang bagus.
Sistem credit scoring merupakan salah satu implementasi Decission Support
System (DSS) di bidang perbankan, dimana dengan system ini akan membantu pemegang
keputusan kredit dan memberikan gambaran seperti apa kondisi debiturnya berdasarkan
score yang ditetapkan. Risk scoring merupakan alat yang digunakan untuk mengevaluasi
tingkat resiko berkaitan dengan pemohon kredit atau nasabah.
Secara garis besar, pelaksanaan proses analisa kredit di BNI meliputi 8 langkah
kegiatan sbb:
1. Screening
2. Pengumpulan Data
3. Verifikasi Data
4. Analisa Laporan Keuangan dan aspek-aspek perusahaan lainnya
5. Analisa Resiko
6. Analisa Proyeksi Keuangan
7. Evaluasi kebutuhan Keuangan
8. Struktur Fasilitas Kredit
Kedelapan proses kredit tersebut di atas diberikan batas waktu maksimal selama 14
hari kerja (Service Level Agreement atau SLA) agar sampai pada proses keputusan kredit.
Dengan melihat persaingan antar bank saat ini yang semakin ketat, sangat dibutuhkan
proses kredit yang cepat dan akurat. Untuk mengakomodir kebutuhan pasar seperti itu
dengan tidak melupakan alur proses kredit di atas dan tetap memperhatikan prinsip kehatihatian agar menghasilkan keputusan kredit yang sehat, BNI sejak ± 15 tahun yang lalu
telah membuat sistem yang diberi nama IRS Online sebagai salah satu Decision Support
System (DSS) dalam analisa kredit. Sistem ini sampai saat ini masih terus dilakukan
6
penyempurnaan sehingga dapat lebih bersinergi dengan kondisi persaingan bank saat ini.
Dalam melakukan proses kredit di BNI khususnya terdapat 2 unit yang terlibat yaitu
unit bisnis yang dalam hal ini disebut Relationship Manager (RM) dan unit resiko
yang disebut Credit Analyst (CA). Aplikasi IRS Online tersebut dioperasikan oleh CA.
Output yang dihasilkan dari aplikasi IRS Online tersebut adalah berupa scoring yang
berisi rekomendasi kepada pemutus kredit (dhi. pemimpin unit kredit seperti
Pemimpin SKC) apakah pengajuan kredit dari debitur/calon debitur dapat disetujui
atau tidak. Keputusan yang dihasilkan oleh pemutus kredit tersebut dapat dikatakan
sebagai keptusan yang efektif dan efisien karena telah mempertimbangkan segala
aspek yang dibutuhkan dalam pemberian kredit karena segala aspek telah diakomodir
oleh aplikasi IRS Online tersebut.
I.2.
PROFIL PERUSAHAAN
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia,
merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Tahun
1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero),
sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran
saham perdana di pasar modal pada tahun 1996.
Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan,
sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan
yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen
BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus.
Dalam masa perjalanannya, BNI telah mereposisi identitas korporatnya untuk
menyesuaikan dengan pasar keuangan yang dinamis. Identitas pertama sejak BNI berdiri
berupa lingkaran warna merah dengan tulisan BNI 1946 berwarna emas melambangkan
persatuan, keberanian, dan patriotisme yang memang merefleksikan semangat BNI sebagai
bank perjuangan. Pada tahun 1988, identitas korporat berubah menjadi logo layar kapal &
gelombang untuk merepresentasikan posisi BNI sebagai Bank Pemerintah Indonesia yang
siap memasuki pasar keuangan dunia dengan memiliki kantor cabang di luar negeri.
Gelombang mencerminkan gerak maju BNI yang dinamis sebagai bank komersial negara
yang berorientasi pada pasar.
Setelah krisis keuangan melanda Asia tahun 1998 yang mengguncang kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan nasional, BNI melakukan program restrukturisasi termasuk
7
diantaranya melakukan rebranding untuk membangun & memperkuat reputasi BNI.
Identitas baru ini dengan menempatkan angka ‘46’ di depan kata ‘BNI’. Kata ‘BNI’
berwarna tosca yang mencerminkan kekuatan, keunikan, dan kekokohan. Sementara angka
‘46’ dalam kotak orange diletakkan secara diagonal untuk menggambarkan BNI baru yang
modern.
Gambar 1.
Transformasi Identitas Korporat BNI
(sumber : www.bni.co.id)
Pada tahun 1996 BNI menjadi bank BUMN pertama yang mencatatkan sahamnya
di BEJ. Sampai saat ini Pemerintah RI memegang 60% saham BNI, sementara sisanya
40% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi domestik &
asing.
Gambar 2.
Komposisi Kepemilikan Saham di BNI
(sumber : www.bni.co.id)
8
Sejak berdiri pada tahun 1946, BNI senantiasa menjadi bagian dari dinamika
pembangunan perekonomian Indonesia. Dalam kurun waktu lebih dari separuh abad itu
juga, BNI telah berkembang menjadi bank nasional yang kokoh dengan pertumbuhan
keuangan berkelanjutan. Sebagai bank yang melayani negeri kebanggaan bangsa, BNI
ditantang untuk terus mewujudkan komitmen dan meraih prestasi agar senantiasa
memberikan layanan dan kinerja yang unggul bagi nasabah dan bangsa Indonesia saat ini
dan di masa mendatang sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Adapun visi dan misi BNI
adalah sebagai berikut :
1. Visi BNI

Menjadi bank yang unggul, terkemuka dan terdepan dalam layanan dan
kinerja
2. Misi BNI

Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh
nasabah, dan selaku mitra pillihan utama (the bank choice)

Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.

Menciptakan kondisi terbaik bagi karyawan sebagai tempat kebanggaan
untuk berkarya dan berprestasi.

Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan
sosial.

Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang
baik.
I.3.
PROSES BISNIS UTAMA (Core)
Saat ini, BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total aset, total
kredit maupun total dana pihak ketiga (DPK). BNI menawarkan layanan jasa keuangan
terpadu kepada nasabah, didukung oleh perusahaan anak. Sebagai salah satu lembaga
intermediary, BNI menawarkan layanan penyimpanan dana pihak ketiga (DPK) maupun
fasilitas pinjaman baik pada segmen korporasi, menengah, maupun kecil serta layanan jasa
(services). Dengan produk & layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah di
semua segmen, BNI yakin dapat menjadi Bank of Choice.
BNI memiliki komitmen menjadi fasilitator pembangunan untuk mendukung
pertumbuhan industri di Indonesia. Sebagai bagian dari transformasi bisnis, BNI fokus
pada delapan sektor industri unggulan yang prospektif, yaitu : Minyak, Gas, &
9
Pertambangan, Telekomunikasi, Kimia, Agribisnis, Makanan & Minuman, Perdagangan
Besar & Eceran, Kelistrikan dan Konstruksi.
Bisnis BNI saat ini telah disesuaikan dengan segmentasi nasabah dan
mengantisipasi permintaan pasar yang semakin dinamis. BNI juga telah melakukan
transformasi bisnis dari product centric menjadi customer centric dengan fokus pada
Business Banking dan Consumer & Retail. Di segmen Business Banking, BNI menawarkan
integrated financial solution bagi nasabah dengan fokus pada delapan sektor industri
unggulan. Untuk segmen Consumer & Retail Banking, BNI bertekad menjadi lifetime
banking partner bagi para nasabah dengan menyediakan produk dan jasa perbankan di
setiap tahapan usia. Untuk melengkapi kebutuhan nasabah di bisnis tresuri & internasional,
BNI berkomitmen untuk menjembatani bisnis nasabah dengan mengoptimalkan
keberadaan kantor cabang BNI di kota finansial dunia : Singapura, Hong Kong, Tokyo,
Osaka, London, dan New York. Khusus ntuk sektor kredit, BNI membagi ke dalam 3
segmen, yaitu :
1. Segmen Usaha Kecil, menangani pemberian kredit hingga Rp 15 milyar.
Pemberian kredit ini disalurkan melalui Sentra Kredit Kecil (SKC). Saat ini
BNI memiliki lebih dari 50 unit SKC yang dapat memfasilitasi kebutuhan kredit
nasabah.
2. Segmen Kredit Menengah mengelola pemberian kredit di atas Rp 15 milyar
hingga Rp 150 milyar yang disalurkan melalui Sentra Kredit Menengah (SKM).
Sampai dengan saat ini BNI memiliki lebih dari 20 unit SKM di seluruh
Indonesia.
3. Segmen Korporasi diberikan kepada nasabah korporasi dengan skala yang
lebih besar lagi. Sesuai dengan peran BNI sebagai agent of development dan
fasilitator dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI), penyaluran kredit BNI difokuskan pada delapan sektor
industri unggulan yaitu Minyak, Gas, & Pertambangan; Telekomunikasi;
Kimia; Agribisnis; Makanan & Minuman; Perdagangan Besar & Eceran;
Kelistrikan; dan Konstruksi, sementara penyaluran kredit menengah dan kecil
dilakukan dengan lebih terarah dan terintegrasi melalui pendekatan value chain.
I.4.
SUMBER DAYA
BNI menyadari bahwa bisnis perbankan sangat bertumpu pada pelayanan, sehingga
faktor sumber daya manusia dan kekuatan teknologi memegang peranan penting untuk
10
menghasikan kinerja unggul. Pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia BNI berasal
dari internal melalui asessmen pegawai dan sumber eksternal melalui fresh graduate dan
experience hire. Kekuatan BNI terletak pada kemampuan SDM yang memiliki
keterampilan dan integritas yang tinggi dalam melayani nasabah dengan sepenuh hati dan
profesional.
Untuk menjawab pertumbuhan industri perbankan yang signifikan dan perilaku
nasabah yang sangat dinamis di mana membutuhkan pelayanan yang cepat dan tepat,
dukungan teknologi informasi menjadi kunci utama layanan perbankan. Saat ini BNI
memiliki lebih dari 1.700 kantor cabang dan lebih dari 14.000 ATM yang tersebar di
seluruh Indonesia termasuk jaringan ATM Bersama dan ATM Link serta enam kantor
cabang di luar negeri termasuk remittance representatif di beberapa negara. Dengan jumlah
outlet dan jaringan demikian luasnya, dibutuhkan dukungan teknologi yang handal. BNI
memiliki command centre yang bertugas memantau operasional BNI dapat berjalan lancar
selama 24 jam.
Di akhir tahun 2013, jumlah aset yang dimiliki BNI tercatat sebesar Rp386,7 triliun
dan jumlah karyawan sebanyak 26.100 orang. Jaringan layanan BNI tersebar di seluruh
Indonesia melalui ke-1.693 outlet domestik dan di luar negeri melalui cabang-cabang di
New York, London, Tokyo, Hong Kong, Singapura dan Osaka. Jaringan ATM BNI saat ini
tercatat sebanyak 11.163 unit ATM milik sendiri. Layanan BNI juga tersedia melalui
42.000 EDC, Internet Banking, dan SMS Banking.
I.5.
FOKUS PENERAPAN DSS
Sudah begitu banyak perusahaan di berbagai industri yang bergantung pada
perangkat, teknik dan pemodelan pendukung keputusan atau lebih dikenal dengan istilah
Decision Support System (DSS), untuk membantu mereka menganalisa dan memecahkan
beragam pertanyaan bisnis sehari-hari. Dalam perjalanannya BNI selalu beradaptasi
terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dalam
kaitannya dengan pengambilan keputusan dalam bisnis. Hal ini juga menegaskan dedikasi
dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus.DSS saat ini
kebanyakan dibangun berbasis software interaktif yang mampu mempermudah decision
maker (pengambil kebijakan) untuk mengambil keputusan berdasarkan data-data mentah,
dokumen, bekal pengetahuan individu maupun bisnis model yang disediakan oleh software
aplikasi DSS.
11
Penerapan DSS dapat diterapkan di seluruh fungsi bisnis BNI dan juga pada fungsi
operasional di BNI. Pada fungsi bisnis misalnya adalah DSS Pemasaran dimana
merupakan suatu sistem komputerisasi informasi yang dapat mendukung para
penggunanya dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pemasaran. DSS ini dapat
dimanfaatkan oleh manajer pemasaran (baik pemasaran dana maupun pemasaran kredit)
yang mengalami kesulitan dalam menentukan tingkat suku bunga yang ditawarkan serta
strategi penjualan pada customer tertentu dalam waktu tertentu. Oleh karena itu,
membangun DSS untuk bagian pemasaran sangat diperlukan agar dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan secara tepat dan lengkap. Model data warehouse yang akan
dibangun adalah menyimpan data yang berhubungan dengan sejarah penjualan suatu
produk perbankan untuk pelanggan tertentu pada rentang waktu tertentu oleh seorang
tenaga pemasar tertentu sehingga manajer pemasaran bisa menganalisis kinerja staf
pemasarannya, menentukan harga produk yang bisa menghasilkan keuntungan yang
optimal, dan strategi pemasaran yang perlu diterapkan pada pelanggan tertentu.
Contoh lainnya penggunaan DSS di BNI adalah DSS kelayakan proposal kredit,
lebih dikenal dengan IRS Online (singkatan dari Internal Rating System Online).
Penggunaan DSS ini sangat dibutuhkan dalam mengatasi persaingan antar bank yang
semakin ketat saat ini. Banyaknya perusahaan atau pun pengusaha yang mengajukan kredit
ke BNI membuat BNI harus lebih meningkatkan kualitas pelayanan terhadap nasabah
dengan tidak mengabaikan prinsip kehati-hatian. Penyaluran kredit yang berhasil akan
membawa keuntungan yang besar bagi BNI. Aplikasi DSS ini sangat membantu dan
memudahkan pihak pengambil keputusan dalam tugasnya menilai kelayakan proposal
kredit.
Dalam pemanfaatan TI dan mengembangkan kualitas, BNI membutuhkan TI
sebagai driver untuk mendukung proses bisnis, kegiatan operasi, dan customer service.
Penerapan TI sekarang ini lebih dimaksudkan untuk mendekati customer yaitu untuk
memenuhi tuntutan nasabah, yang umumnya sangat membutuhkan layanan yang
convenience dan cepat kepada nasabahnya.
12
BAB II
REVIEW LITERATURE
II.1. LANDASAN TEORI DSS/GDSS
Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) / Decision Support Sistem (DSS)
pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan
istilah Management Decision Sistem. Menurut Scott Morton “Sistem Pendukung
Keputusan merupakan penggabungan sumber – sumber kecerdasan individu dengan
kemampuan komponen untuk memperbaiki kualitas keputusan. Sistem Pendukung
Keputusan juga merupakan sistem informasi berbasis komputer untuk manajemen
pengambilan keputusan yang menangani masalah – masalah semi struktur“.
Menurut Sprague dan Carlson (1993) mendefinisikan DSS dengan cukup baik,
sebagai sistem yang memiliki lima karakteristik utama, yaitu:
1. Sistem yang berbasis komputer.
2. Dipergunakan untuk membantu para pengambil keputusan.
3. Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang “mustahil” dilakukan dengan
kalkulasi manual. Melalui cara simulasi yang interaktif. Dimana data dan model
analisis sebagai komponen utama.
Menurut O’Brien (2005) Decision Support System adalah sistem informasi yang
berbasis komputer yang memberikan dukungan informasi yanginteraktif khusus bagi
manajer dan praktisi bisnis untuk proses pengambilan keputusan. Sedangkan menurut
Rivai (2006) Decision Support System adalah sistem dukungan keputusan yang
menempatkan informasi untuk pengambilan keputusan secara harfiah di ujung jari para
pengambil keputusan. Berikut ulasan atau review dari beberapa jurnal ilmiah yang akan
dibahas tentang perkembangan aplikasi DSS.
Dengan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa sistem pendukung keputusan
bukan merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan sistem yang
membantu pengambil keputusan dengan melengkapi mereka dengan informasi dari data
yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan untuk membuat keputusan tentang suatu
masalah dengan lebih cepat dan akurat. Sehingga sistem ini tidak dimaksudkan untuk
menggantikan pengambilan keputusan dalam proses pembuatan keputusan.
13
II.2. PERKEMBANGAN APLIKASI DSS
Dalam perkembangannya DSS mulai dikenal sejak tahun 1970an, banyak studi /
penelitian yang sudah membahas pentingnya Decision Support System (DSS) dalam
berbagai model. Salah satunya Apriani Soepardi, Puryani, Mochammad Chaeron, Isti
Anggraini dalam Jurnal Teknik Industri, 2012, Vol.14, No.2, 107 – 114, dengan judul
Penentuan Kriteria Pemilihan Strategi Sistem Manufaktur Menggunakan Analytic
Hierarchy Process. Analytic Hierarchy Process adalah metode penyelesaian masalah yang
berdasarkan pada beberapa kriteria yaitu respon, kualitas produk, biaya produk,
keterampilan operator, dan persediaan. Kriteria tertinggi ada pada respon. Pada kriteria ini,
perusahaan cor logam dituntut untuk memiliki kemampuan ketangkasan dalam
pengurangan lead-time untuk pengembangan produk, pengenalan produk baru, dan
berbagai macam produk. Sedangkan kriteria untuk kualitas produk mengambil tempat pada
prioritas kedua, diikuti oleh biaya produk, keterampilan operator dan persediaan. Dari
prioritas kemampuan kelincahan yang harus dimiliki oleh perusahaan dari logam cor,
sistem manufaktur sesuai dengan karakteristik organisasi dan mampu merespon dengan
tepat terhadap perubahan lingkungan adalah sistem Lean Manufacturing.
Muhammad Azhari Rahmadani, Anindita Septiarini, dalam Jurnal Informatika
Mulawarwan, 2013, Vol. 8 No.2 Edisi Juli, dengan judul Penerapan Fuzzy Tahani pada
Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Pembelian Rumah di Kota Samarinda,
disimpulkan bahawa Rumah adalah tempat dimana kita berkumpul dengan keluarga dan
melepas lelah setelah beraktifitas sehari-hari. Dengan melihat kesempatan ini developer
perumahan membangun berbagai tipe dan ukuran rumah yang sesuai dengan kebutuhan.
Fuzzy Database dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari data yang bersifat
samar atau ambiguous. Metode yang dipakai dalam tugas akhir ini adalah Fuzzy Database
model Tahani dengan obyek masalah yang diselesaikan adalah rekomendasi pembelian
rumah di kota Samarinda. Data yang disajikan memiliki nilai fire strength atau tingkat
kesesuaian dengan kriteria pilihan diatas angka 0 (nol) sampai dengan angka 1(satu).
Evaristus Didik Madyatmaja dalam Journal of Theoretical and applied Information
Technology, 2014, Vol. 62 No.1, judul Decision Support System model to assist
management consultant in determining the physical infrastructure fund, menyebutkan
bahwa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan adalah
bentuk tindakan nyata untuk menangkal kemiskinan di Indonesia. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan memberikan dana proyek fisik, yang diharapkan dapat
14
meningkatkan produktivitas dan efisiensi masyarakat itu sendiri. Untuk mendapatkan
donasi, kelompok sosial masyarakat harus sebelumnya mengajukan proposal yang
diverifikasi oleh manajemen Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perdesaan. Ada banyak kriteria dan proposal yang membutuhkan manajemen
PNPM untuk dapat memperhitungkan manfaat dan risiko dari keputusan. Untuk
mendukung keputusan manajemen PNPM, telah dirancang sebuah sistem yang mampu
membantu manajemen PNPM dalam mengalokasikan dana proyek fisik. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa sistem pendukung keputusan untuk alokasi dana untuk proyek
fisik akan membantu manajemen PNPM dalam membuat, menghapus, atau mengedit
model penilaian yang ada. Dengan kemudahan membuat model, manajemen PNPM akan
dapat memahami model yang paling tepat untuk diterapkan dalam proyek fisik, sehingga
alokasi dana proyek fisik benar-benar diperoleh oleh kelompok sosial yang
membutuhkannya.
Berikut beberapa ulasan / review lainnya dari beberapa jurnal terkait DSS yang
menunjukkan bahwa DSS berkembang cepat dan telah diaplikasikan pada berbagai bidang:
15
Tabel 1. Ulasan Atau Review Dari Beberapa Jurnal
NO.
1.
PENULIS
Hongyan Hu* and
Wenlong Zhou
School of Economics
and Management,
Beijing Jiaotong
Universty, Beijing
100044,
China
JUDUL
A Decision Support System for
Joint Emission Reduction
Investment
and Pricing Decisions with
Carbon Emission
TradeInternational Journal of
Multimedia and Ubiquitous
Engineering
DATA
Primer
METODE
Analisis
HASIL
Saat ini dunia industri global sedang
dihadapkan dengan beberapa peraturan
mengenai emisi karbon seperti
pembatasan karbon, pajak karbon
(carbon tax), perdagangan emisi karbon
(carbon emission trade), offset karbon.
Peraturan yang paling banyak
digunakan terhadap industri manufaktur
adalah Perdagangan Emisi Karbon.
Masing-masing Industri manufaktur
harus memasukkan kebijakan
pengaturan emisi karbon di dalam
strategi dan keputusan-keputusan
operasional mereka, misalnya dalam hal
penempatan fasilitas, pemilihan
teknologi, sourcing produk input dan
jalur transportasi.
Jurnal ini membahas hal hal yang
berhubungan dengan rantai suplai yang
meliputi tahap manufaktur dan
penjualan eceran (retail), sisi
manufaktur akan memeutuskan usahausaha yang akan dilakukan untuk
mengurangi emisi karbon dan berapa
harga grosir yang layak. Berdasarkan
permodelan dan analisisnya maka jurnal
ini membantu untuk mengembangkan
16
decision support system (DSS) bagi
para pengusaha manufaktur dan
pengecer untuk mengambil keputusan
yang optimal.
Permasalahan diformulasikan dengan
Stackelberg game, dengan manufaktur
sebagai leader dan pengecer sebagai
follower, maka akan dioptimasi
pengurangan emisi karbon dan
ditentukan harga produknya. Sistem ini
juga akan menginvestigasi pengaruh
perdagangan emisi karbon dalam
keputusan yang telah dibuat dan
keuntungan yang didapat.
Pada akhirnya pihak manufaktur harus
melakukan investasi untuk mengurangi
emisi dan meningkatkan harga
penjualan grosir bila dibandingkan
dengan situasi tanpa perdangan emisi.
Parameter input meliputi penggunaan
karbon awal per unit produk, quota
emisi karbon, biaya produksi per unit,
harga karbon per unit (ton). Sistem akan
melakukan perhitungan dengan model
Stackelberg dengan output yang didapat
adalah harga eceran optimum, harga
grosir optimum, jumlah pengurangan
emisi karbon, jumlah investasi untuk
pengurangan emisi, jumlah permintaan
konsumen, keuntungan manufaktur dan
keuntungan pengecer.
17
Dari analisis sensitivitas maka
disimpulkan bahwa harga eceran akan
meningkat seiring peningkatan harga
karbon dan tidak tergantung dengan
besarnya modal. Harga grosir dari
manufaktur akan meningkat seiring
peningkatan harga karbon dan tidak
tergantung dengan besarnya modal.
Keuntungan manufaktur akan naik atau
turun tergantung dari harga karbon dan
akan meningkat seiring dengan
penigkatan modal. Dengan naiknya
harga karbon maka permintaan
konsumen dan jumlah emisi karbon
akan menurun, sedangkan investasi
untuk pengurangan emisi akan
meningkat.
2.
Dympna O’Sullivan,
Paolo Fraccaro,
Ewart Carson and
Peter Weller
Decision time for clinical
decision support systems
Clinical Medicine 2014 Vol 14,
No 4: 338–41
Primer
Deskriptif
Clinical decision support system
(CDSS) adalah suatu sistem software
yang interaktif yang didesain untuk
menolong para petugas medis/klinis
dalam pembuatan kaputusan, seperti
penentuan diagnose atau rekomendasi
perawatan terhadap pasien. CDSS
merupakan salah satu topik yang
banyak dibicarakn oleh para ahli
computer akan tetapi kurang dipahami
oleh para petugas medis itu sendiri.
Jurnal ini membahas tentang aplikasi
system ini di lapangan dan tantangan-
18
3.
Khaled Saleh Al
Omoush, raed
Musbah Alqirem,
Mohammad Iqbal
Ajlouni
The Role of web-Based Group
Decision Support Systems in
Clarifying the Collctive
Intelligence : Measuring the
Outcomes
Journal of Theoretical and
Applied Information Technology
10th January 2013. Vol. 47 No.1
Primer
Deskriptif
tantangan yang dihadapi dalam
implementasi system ini. Tujuan Jurnal
ini adalah untuk mengajak para ahli
medis / klinis untuk terlibat dalam
pembuatan system ini sehingga akan
menambah pemahaman ahli medis
terhadap system ini dan membantu
dalam pengembangan ke depan
terutama dalam automasi CDSS
sehingga akan memperbaiki kualitas
pelayanan kesehatan.
Tantangan-tantangan yang saat ini
dihadapi dalam aplikasi CDSS antara
lain banyaknya jumlah data yang harus
dihubungkan, diintegrasi dan
diterjemahkan ke dalam sistem serta
perlunya masukan dari para ahli yang
kompeten yang sesuai dengan
konteksnya agar sistem tersebut bisa
diaplikasikan dengan lebih lebih tepat.
Riset yang dilakukan dalam jurnal ini
bertujuan untuk mengembangkan pola
pikir konseptual untuk mempelajari
peran GDSS (group decision support
system) dalam membentuk dimensi dari
kecerdasan kolektif dan outcome yang
diharapkan dari suatu organisasi.
Kompleksitas permasalahan yang terus
bertambah dan tantangan yang penuh
kontroversi yang terjadi dalam dunia
bisnis saat ini memerlukan struktur
19
4.
Jihong Xia, Lihuai
Lin, Junqiang Lin
and Laounia Nehal 3
Development of a GIS-Based
Decision Support System for
Diagnosis of River System
Health and Restoration
www.mdpi.com/journal/water
Primer,
Sekunder
Deskriptif
organisasi yang dapat beradaptasi
terhadap perubahan. Sebuah organisasi
bisa dianggap cerdas apabila mampu
memelihara kecerdasan kolektif pada
level yang tinggi.
Perkembangan teknologi IT yang pesat
saat ini mendorong GDSS yang
berbasis internet sebagai salah satu
intelligence system. Berdasarkan studi
literatur yang mendalam maka
didapatkan enam dimensi dari
intelligence review yang dipaparkan di
jurnal berikut. Hal tersebut adalah
kebebasan berpikir, memori yang
digunakan secara bersama (shared
memory), sharing pengetahuan, persepsi
bersama, pemecahan masalah secara
besama/kolektif, dan pembelajaran
kolektif. Lebih jauh, kerangka
pembelajaran ini menghasilkan empat
outcome yaitu meliputi kemampuan
merasakan dan merespon, kualitas
hubungan, kualitas penentuan keputusan
dan pembelajaran organisasi yang
berkelanjutan.
Paper ini menjelaskan pola pikir praktis
dan langkah-langkah pengembangan
prototype dari DSS yang berbasis
geographic information systems (GIS)
yang digunakan untuk mendiagnosa
tingkat kesehatan dan kebersihan sungai
20
atau disebut sebagai river health
diagnosis (RHD-DSS). Sistem ini
mengintegrasikan data, model
perhitungan, dan pengetahuan manusia
mengenai penilaian status kesehatan
sungai, diagnose faktor penyebab, dan
pengambilan keputusan tentang
restorasi untuk mengarahkan para
pengambil keputusan selama proyek
restorasi dan manajemen sungai di
provinsi Zhijiang, China.
RHD-DSS dibentuk oleh empat elemen
utama yaitu graphical user interface
(GUI), database, dasar permodelan
(model base) dan dasar pengetahuan
(knowledge base). Program ini memiliki
lima komponen fungsional yaitu input
module, database management,
manajemen indikator diagnostik,
assessment dan diagnosis, dan modul
hasil visual.
Desain sistem ini digambarkan dengan
menitikberatkan pada pengembangan
database, skema model, diagnosa dan
teknik pengolahan secara analitik dan
desain peta manajemen. Studi kasus ini
digunakan untuk mendemonstrasikan
keuntungan yang didapat dari
penggunaan system ini. Pendekatan
yang digunakan akan memberikan
gambaran yang lebih baik kepada para
21
5.
Awan dan
Jimmy Heryanto
Sistem Pendukung Keputusan
Kelayakan Kredit
Pemilikan Rumah Pada Bank
Panin
research.lppmstmik.ibbi.ac.id/permalink/000080
Primer
Analisis
manajer dan desainer tentang penurunan
kondisi sungai, dengan ini akan
memperkuat proses penilaian
(assessment) dan administrasi terhadap
perliaku manusia dalam mengelola
sungai.
Sebagai review paper ini menjelaskan
bahwa masyarakat mempunyai daya
beli yang terbatas untuk membeli rumah
karena biaya yang tidak sedikit. Maka
bank memberikan fasilitas seperti
Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dan
untuk memutuskan pemberian KPR
pihak bank harus menyeleksi untuk
menghindari kredit macet dan likuiditas
bank. Oleh karena itu dalam jurnal ini
membahas tentang cara mengantisipasi
hambatan tersebut dengan DSS KPR.
dalam program ini digunakan untuk
menganalisis berdasarkan input data
yang berkaitan dengan calon debitur
dimana dapat ditentukan apakah
seorang
calon
debitur
tersebut
diperkenakan memperoleh fasilitas
tersebut atau tidak. Hasil pengujian
aplikasi terhadap keputusan kredit
cukup baik, sesuai dengan data yang
berkaitan dengan KPR dan dapat
disimpulkan bahwa aplikasi memiliki
hasil yang memenuhi standar ketentuan
analisis kredit sehingga bisa membantu
22
sistem pengambilan keputusan pada
masyarakat untuk Kredit Pemilikan
Rumah
6.
V.M.Eduardo
Christian S
Sistem Pendukung Keputusan
Kenaikan Jabatan Pada Pt
Bank
Central Asia Tbk. (BCA)
Menggunakan Metode
Analityc Heararchy Process
http://eprints.dinus.ac.id/12873/1/j
urnal_13080
Primer
Analisis
Sistem
Pendukung
Pengambilan
Keputusan juga bisa dipakai untuk
Kenaikan
jabatan
dalam
tiap
perusahaan, termasuk pada Bank
Central
Asia
(BCA),
dengan
menyandang bank swasta terbesar di
Indonesia dengan pegawai yang banyak
maka
perlu
DSS
yang
bisa
memudahkan mengatur pegawai dengan
Pencapaian prestasi pegawai dan
jabatan yang tepat. Potensinya dapat
terlihat apakah kompetensinya tersebut
telah sesuai dengan tugas pekerjaan
yang dimilikinya dengan metode
Analityc Heararchy Process yang akan
menentukan
alternative
keputusan
kenaikan jabatan yang optimal pada PT
Bank Central Asia (BCA).
23
BAB III
PEMBAHASAN
III.1. KRITERIA DAN PARAMETER
Dalam pemberian kredit, Bank harus memperhatikan prinsip-prinsip pemberian
kredit, yaitu :
1. Prinsip Kehati-hatian perkreditan (Prudential Principle)
Setiap pemberian kredit harus dilakukan secara hati-hati untuk memberikan
keyakinan bahwa kredit layak diberikan dan memitigasi resiko, antara lain
dengan melakukan analisa sebelum kredit diputus dan memonitor kredit.
2. Prinsip Analisa Kredit 5C (5C Principle)
Agar kredit yang diberikan berkualitas, maka harus dilakukan analisa sehingga
resiko kredit dapat diantisipasi sejak awal pemberian kredit. Kredit yang
diberikan harus sesuai dengan kebutuan debitur dan diyakini bahwa kredit dapat
dikembalikan oleh debitur pada waktu dan dengan jumlah yang diharapkan oleh
bank. Dalam evaluasi kredit, bank melakukan penilaian terhadap calon debitur
dengan prinsip 5C, yaitu keyakinan bank terhadap aspek Character, Capital,
Capacity, Collateral, Condition of Economy serta Collateral, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Character, yaitu: penilaian bank atas karakter calon debitur sehingga
bank dapat menyimpulkan bahwa debitur tersebt jujur, beritikad baik dan
tidak akan menyulitkan bank dikemudian hari. Sebelum memberikan
kredit, Bank harus mengenal terlebih dahulu calon debitur terutama
karakternya. Kajian mengenai karakter dapat dilakukan dengan beberapa
cara diantaranya :

Bank checking melalui Sistem Informasi Debitur (SID) pada
Bank Indonesia (BI). SID menyediakan informasi kredit
yang terkait
nasabah, antara lain informasi mengenai bank
pemberi kredit, nilai fasilitas kredit yang telah diperoleh,
kelancaran pembayaran serta infomasi lain yang terkait
dengan fasilitas kredit tersebut.

Mengupayakan trade checking pada supplier dan pelanggan
24
debitur, untuk meneliti reputasi nasabah di lingkungan para
stakeholders.

Mengupayakan informasi kepada asosiasi usaha dimana
calon debitur terdaftar
b. Capacity, yaitu: penilaian bank atas kemampuan calon debitur dalam
bidang usahanya dan atau kemampuan manajemen debitur, sehingga bank
yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dengan kredit tersebut dikelola oleh
orang-orang yang tepat/benar. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan
dalam menilai capacity nasabah, antara lain:





Pendekatan historis, yaitu menilai kinerja nasabah dimasa
lalu (past performance)
Pendekatan finansial, yaitu menilai kemampuan keuangan
calon debitur
Pendekatan yuridis, yaitu melihat secara yuridis personil
yang berwenang mewakili calon debitur dalam melakukan
penandatanganan perjanjian kredit dengan Bank.
Pendekatan manajerial, yaitu menilai kemampuan nasabah
melaksanakan fungsi namajemen dalam memimpin
perusahaan
Pendekatan teknis, yaitu menilai kemampuan calon debitur
terkait teknis produksi, seperti tenaga kerja, sumber bahan
baku, peralatan, administrasi, keuangan dan lain-lain.
c. Capital, yaitu penilaian bank atas posisi keuangan calon debitur secara
keseluruhan termasuk aliran kas debitur, baik untuk masa lalu maupun
proyeksi pada masa yang akan datang, sehingga dapat diketahui
kemampuan permodalan debitur dalam menunjang pembiayaan proyek atas
usaha yang bersangkutan. Secara umum bilamana modal sendiri besar, akan
mendorong
keseungguhan
nasabah
untukmenjalankan
usaha,
dan
menyelesaikan kewajibannya. Hal ini karena nasabah ikut menanggung
risiko apabila usahanya mengalami kegagalan. Kecukupan modal bervariasi
untuk
masing-masing
industri,
misalnya
industri
berskala
besar,
membutuhkan modal yang lebih besar.
d. Condition of Economy, yaitu: penilaian bank atas kondisi pasar di dalam
negeri maupun diluar negeri, baik masa lalu maupun yang akan datang,
sehingga dapat diketahui prospek pemasaran dari hasil usaha debitur yang
dibiayai dengan kredit dari bank. Beberapa hal yang dapat digunakan dalam
melakukan analisa condition of economy, antara lain:
25

Peraturan pemerintah pusat dan daerah

Situasi politik dan perekonomian dunia dan domestik

Kondisi lain yang mempengaruhi pemasaran.
e. Collateral, yaitu penilaian bank terhadap agunan yang dimiliki oleh calon
debitur. Agunan merupakan benda berwujud dan atau tidak berwujud yang
diserahkan hak dan kekuasaannya oleh calon debitur kepada bank guna
menjamin pelunasan hutang debitur, apabila kredit yang diterimannya tidak
dapat dilunasi sesuai waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit atau
addendumnya. Agunan tersebut sangat penting sebagai jalan terakhir untuk
penyelesaian kredit, apabila debitur tidak mampu memenuhi kewajiban
membayar pokok dan bunga.
3. Prinsip KYC (Know Your Customer)
Prinsip KYC merupakan hal mendasar yang harus dilakukan oleh perbankan. Bank
harus mengetahui nasabahnya. Pengenalan nasabah secara detil dilakukan baik
melalui tatap muka maupun via telepon (saat pembukaan rekening, pengisian
permohonan kredit, proses interview analisa kredit, saat perjanjian kredit, saat
transaksi melalu setiap channel bank, saat pembayaran angsuran, saat maintain
kredit dan pada akhirnya pada saat selesainya kredit).
Keseluruhan hal tersebut di atas merupakan kriteria berikut parameter-parameter
yang ada di dalamnya yang mendasari pengambilan keputusan pemberian kredit oleh
pemutus kredit. Keseluruhan parameter yang ada di dalam kelima kriteria tersebut telah
diakomodir ke dalam sistem IRS Online.
III.3. KEBUTUHAN DATA
Sistem pendukung keputusan bersifat tergantung oleh data, sebagaimana
keseluruhan proses mengambil seluruh kumpulan data yang tersedia, untuk dianalisa.
Untuk dapat menghasilkan output dari penggunaan aplikasi IRS Online, terdapat data-data
yang dibutuhkan oleh sistem. Data-data tersebut akan diinput dan dilakukan pembobotan
oleh sistem atas dasar standar yang telah ditetapkan BNI. Kualitas data akan sangat
mempengaruhi bobot yang diberikan sehingga pada akhirnya juga mempengaruhi hasil
yang didapatkan dimana juga akan berpengaruh pada pengambilan keputusan nantinya.
26
Adapun data-data yang dibutuhkan dalam IRS Online tsb dapat dikelompokkan ke
dalam 2 kelompok, yaitu:
1. Data Internal
Data internal ini adalah data-data atau informasi yang terkait dengan debitur
yang sedang melakukan pengajuan kredit. Data-data tersebut meliputi antara
lain data pokok debitur, aspek umum, aspek pemasaran, aspek teknik produksi,
aspek manajemen, data usaha, data keuangan, data jaminan, dll.
2. Data Eksternal
Data eksternal ini merupakan data atau informasi di luar data debitur yang
meliputi antara lain informasi rating industri sejenis, traffic light sector, space
available serta kondisi ekonomi makro lainnya. Data eksternal ini telah tersedia
dan terus di-update oleh BNI.
III.4. ILUSTRASI CONTOH APLIKASI
Aplikasi IRS Online yang akan menghasilkan output berupa rekomendasi
pemberian kredit atas dasar input yang dilakukan pada sistem tersebut. Berikut tampilan
aplikasi IRS Online :
Gambar III.1
Tampilan Aplikasi IRS Online
Untuk masuk ke dalam sistem IRS Online user dhi. CA harus login dengan
menggunakan user dan password yang telah dimiliki. Setelah berhasil login, maka CA
akan masuk ke halaman utama IRS Online dan terlihat nama CA yang bersangkutan.
27
Gambar III.2.
Tampilan Halaman Utama IRS Online
Setelah berada di halaman utama, CA diharuskan input data-data pokok debitur
yang terdiri dari nama debitur, NPWP, alamat, status badan usaha, sektor usaha,dll
sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini :
Gambar III.3
Data Pokok Debitur
Tahap selanjutnya setelah pengisian data pokok debitur selesai dilakukan adalah
penginputan data pengajuan kredit yang meliputi nilai pengajuan kredit, jenis kredit, mata
uang yang digunakan, jangka waktu dan tujuan penggunaan kredit.
28
Gambar III.4
Data Kredit
Selain data pokok debitur, data kredit, data lain yang perlu diinput ke dalam sistem
IRS Online adalah data jaminan (jenis dan nilai jaminan) yang akan diserahkan oleh
debitur kepada BNI terkait pengajuan kreditnya.
Gambar III.5
Data Jenis Jaminan
29
Gambar III.6
Data Nilai Jaminan
Setelah input data jenis dan nilai jaminan , selanjutnya masuk ke menu rating
debitur sebagai berikut :
Gambar III.7
Menu Rating Debitur
Dalam menu rating debitur, CA harus melakan input mengenai data atau informasi
mengenai beberapa kriteria yang meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1. Aspek Pemasaran, meliputi tingkat permintaan, kualitas produk dan jasa,
konsentrasi pelanggan, tingkat persaingan, dll.
2. Aspek Teknik/Produksi, meliputi kondisi lokasi usaha, kondisi peralatan,
penilaian supply, dll.
3. Aspek Manajemen, meliputi pengalaman, tingkat pendidikan, integritas
reputasi, struktur/sistem, kaderisasi, dll.
4. Aspek Umum, meliputi kualitas informasi keuangan, kualitas hubungan dengan
30
bank dan pihak lain, dll.
5. Aspek Keuangan, meliputi rasio-rasio dari laporan keuangan perusahaan.
6. Aspek lainnya, meliputi hal-hal lain di luar kelima aspek di atas seperti
penyesuaian karena adanya kondisi-kondisi khusus misalnya faktor negatif dari
perusahaan afiliasi / grup, pengaruh kejadian force majeure, permasalahan
hukum, pemogokan buruh, dll.
Gambar III.8
Kriteria Untuk Rating
Gambar III.9
Rasio Keuangan Debitur
Gambar III.10
Hasil Rating
31
Hasil rating yang dihasilkan IRS Online mulai dari rating 1 s.d. 10. Adapun rating
1-5 menunjukkan bahwa calon debitur tersebut layak diberi kredit (Investment Grade),
sementara rating 6 – 10 menunjukkan bahwa calon debitur tidak layak untuk diberi kredit
(Non Investment Grade), sebagaimana ditunjukkan dalam gambar berikut :
Gambar III.11
Skala Rating Nasabah
Rating 1 – 10 sebagaimana terlihat pada gambar 13 di atas juga menunjukkan
tingkat resiko dari calon debitur tersebut. Semakin tinggi nilai rating nasabah tsb
menunjukkan resiko yang semakin besar terhadap calon debitur tersebut. Hal ini menjadi
dasar pendukung atau pertimbangan bagi pemutus kredit.
III.5. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
Penggunaan aplikasi IRS Online yang sudah secara luas dan menyeluruh diterapkan
di seluruh unit kredit di BNI membawa dampak yang sangat positif bagi percepatan proses
kredit. Secara internal, Service Level Agreement atau SLA standar proses kredit 14 hari
dapat dijaga efektifitasnya dan juga dapat menghasilkan keputusan kredit yang akurat dan
sehat. Secara eksternal, hal ini dapat membawa perubahan yang positif bagi BNI dan
semakin menambah image positif bagi BNI.
Potensi resiko yang ada dengan adanya penggunaan IRS Online ini adalah tidak
tercerminnya gambaran sebenarnya dari calon debitur dari hasil rating yang diperoleh
akibat keterbatasan informasi yang diperoleh petugas BNI (dhi. Credit Analyst atau CA)
sehingga dapat menimbulkan keputusan kredit yang salah. Kriteria dan parameter yang
dibutuhkan dan diinput tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dari calon debitur. Hal ini
32
akan berdampak pada hasil rating yang diperoleh tidak menggambarkan tingkat resiko
debitur yang sebenarnya.
33
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1. KESIMPULAN
Decision Support System (DSS) dhi. aplikasi IRS Online sangat berperan penting bagi
decision maker dalam membantu proses pengambilan keputusan kredit. DSS ini dirancang
dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi,
sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan pemakai. Aplikasi IRS Online ini dapat
meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan kredit.
DSS membantu decision maker dalam penghematan waktu yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah, DSS dapat manghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya
dapat diandalkan, DSS mampu menyajikan berbagai alternatif, dapat menyediakan bukti
tambahan untuk memberikan pembenaran sehingga dapat memperkuat posisi decision
maker, DSS dapat menyelesaikan problem yang kompleks, dan DSS dapat meningkatkan
produktivitas dan kontrol dari manajer.
IV.2. SARAN
Agar tidak menghasilkan keputusan kredit yang salah karena tidak lengkapnya
informasi atau data yang diperlukan dalam sitem IRS Online, maka perlu adanya
peningkatan kemampuan dari Credit Analyst (CA) dalam menggali data dan informasi
terkait calon debitur. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan dan mentoring serta
supervisi dari atasan.
Aplikasi IRS Online harus terus menerus dilakukan perbaikan dan pengembangan
sedemikian rupa agar dapat sesuai dengan kondisi bisnis saat ini dan masa yang akan
datang sehingga lebih siap untuk menghadapi persaingan global perbankan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Apriani Soepardi, Puryani, Mochammad Chaeron, Isti Anggraini, “Penentuan Kriteria
Pemilihan Strategi Sistem Manufaktur Menggunakan Analytic Hierarchy Process,
Jurnal Teknik Industri, 2012, Vol.14, No.2, 107 – 114
Awan dan Jimmy Heryanto, Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Kredit Sistem
Pendukung
Keputusan
Kelayakan
Kredit,
research.lppm-
stmik.ibbi.ac.id/permalink/000080
Dympna O’Sullivan, Paolo Fraccaro, Ewart Carson and Peter Weller, Decision time for
clinical decision support systems, Clinical Medicine 2014 Vol 14, No 4: 338–41
Evaristus Didik Madyatmaja, “Decision Support System model to assist management
consultant in determining the physical infrastructure fund”, Journal of Theoretical and
applied Information Technology, 2014, Vol. 62 No.1.
Jusuf, Jopie. 1993. Analisis Kredit Untuk Account Officer. Jakarta. Gramedia
Jihong Xia, Lihuai Lin, Junqiang Lin and Laounia Nehal 3, Development of a GIS-Based
Decision Support System for Diagnosis of River System Health and Restoration,
www.mdpi.com/journal/water
Khaled Saleh Al Omoush, raed Musbah Alqirem, Mohammad Iqbal Ajlouni, The Role of
web-Based Group Decision Support Systems in Clarifying the Collctive Intelligence :
Measuring the Outcomes, Journal of Theoretical and Applied Information Technology
10th January 2013. Vol. 47 No.1
Muhammad Azhari Rahmadani, Anindita Septiarini, “Penerapan Fuzzy Tahani pada
Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Pembelian Rumah di Kota Samarinda”,
Jurnal Informatika Mulawarwan, 2013, Vol. 8 No.2 Edisi Juli
35
O’Brien / Marakas, 2010, Introduction to Information System, McGraw-Hill International
Edition. Fifteen Edition
Sprague Ralph, dan Eric D. Carlson. 1982. Building Effective Decision Support Systems,
Jakarta: Gramedia.
V.M.Eduardo Christian S, Sistem Pendukung Keputusan Kenaikan Jabatan Pada Pt Bank
Central Asia Tbk. (BCA) Menggunakan Metode Analityc Heararchy Process,
http://eprints.dinus.ac.id/12873/1/jurnal_13080
http://www.bni.co.id
http://subud.wordpress.com/2013/03/01/credit-score/
http://www.sas.com/offices/asiapacific/indonesia/news/Credit_Scoring_IDN.html
36
LAMPIRAN
Lampiran 1
Contoh Formulir Analisa Rating
37
38
Download