1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Musik adalah salah satu hasil karya seni seseorang yang tidak lepas dari pengaruh masyarakat pendukungnya. Musik sudah ada sejak kehidupan manusia purba, yang ditandai dengan lukisan beberapa alat musik sederhana di goa-goa tempat mereka tinggal dan artefak-artefak alat musik sederhana yang terbuat dari bahanbahan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka, contohnya adalah seruling dari tulang hewan, batuan yang dipukul keras dan nekara. Pada masa itu musik dimainkan, untuk mengungkapkan emosi manusia seperti perasaan sedih, senang dan gembira. Pada perkembangan selanjutnya, bukti keberadaan musik dapat dilihat pada sejarah bangsa Yunani Kuno, dengan adanya muses atau sembilan dewi yang mencerminkan cabang-cabang seni. Musik memegang peranan yang sangat penting di setiap aspek kehidupan masyarakat Yunani, mulai dari upacara keagamaan seperti perkawinan, kematian, dan pemujaan para dewa hingga perang dan kompetisi, bahkan dalam mitologi Yunani, musik dianggap berasal dari sesuatu yang sifatnya sakral, mempunyai kekuatan magis, yang bisa menyembuhkan penyakit, 2 serta menenangkan pikiran, dan hal ini masih berlanjut sampai pada abad pertengahan. Pada abad pertengahan, musik hanya boleh dimain dan dinyanyikan di dalam gereja untuk memuji Tuhan. Ada tindakan tegas dari dewan gereja jika musik diperdengarkan di tempat umum, tidak mengherankan karena pada waktu itu gereja adalah pusat dari kehidupan masyarakat, semua kehidupan bermasyarakat di atur oleh gereja. Musik baru dapat dimainkan didepan umum sebagai hiburan pada masa klasik dan berlanjut hingga sekarang. Di jaman yang serba modern ini, musik menjadi bentuk yang bebas tanpa terikat oleh aturan-aturan lama yang membatasinya, karena lebih menekankan pada pengekspresian perasaan. Musik adalah rangkaian nada yang menjadi melodi dan diatur menurut urutannya dan di dalamnya terdapat ritme dan harmoni dan diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu satu kesatuan. Di dalam musik terdapat unsur nada, ritme, harmoni dan tempo. Musik adalah seni yang muncul dalam kerangka waktu dan bukan dalam ruang.1 Apa yang diungkapkan oleh William H. Baxter, tersebut menunjukkan bahwa produksi maupun reproduksi sebuah musik memiliki dimensi kesesaatan dan pengalaman yang bersifat interpretatif. Dengan kata lain musik dipertunjukan pada kerangka waktu yaitu pertunjukan William H. Baxter, Jr. Basic Studies in Music (Boston: Allyn and Bacon Inc, 1968), 4 1 3 yang disajikan dengan permainan musik oleh orkestra, penyanyi, pemain instrumen solo maupun band pada waktu, durasi dan ditempat tertentu. Berbeda dengan seni rupa yang dipertunjukan dalam kerangka ruang, misalnya sebuah lukisan dipamerkan dengan penataan dan diruang tertentu, masalah waktu tidak akan merubah lukisan tersebut menjadi berbeda dari lukisan tersebut pada waktu pertama kali dipamerkan. Namun musik akan menjadi berbeda ketika ditampilkan ulang. Kondisinya akan berubah tidak sama dengan musik yang didengar pertama kali, yang mempengaruhi hal ini adalah perbedaan interpretasi penyaji, konduktor yang berbeda dan interpretasi yang berbeda-beda dari para pendengar, bahkan kondisi musik menjadi berbeda walaupun musik ditampilkan ulang oleh seniman yang sama. Seiring perkembangan jaman, musik mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, perubahan sosial politik dan teknologi pada setiap jaman. Hal ini ditandai dengan banyaknya genre-genre musik yang muncul saat ini yang beraneka ragam. Genre baru tersebut merupakan perkembangan dari genre yang sudah ada sebelumnya maupun genre dengan unsur yang baru tanpa terpengaruh dari unsur genre sebelumnya. Fungsi musikpun sekarang tidak hanya sebagai pertunjukan hiburan dan media ekspresi. Banyak kita jumpai sekarang ini musik digunakan sebagai media terapi, media 4 pengajaran, pengembangan diri, sebagai latar belakang atau backsound dari sebuah film atau drama, sebagai latar belakang pembacaan puisi dan sebagai media apresiasi karya sastra khususnya puisi. Musik yang digunakan untuk media apresiasi puisi berhubungan erat dengan bentuk puisinya. Puisi sebagai bagian dalam karya sastra pada dasarnya merupakan Perwujudan sarana ekspresi ekspresi seseorang pengarang lewat dari alam puisi batinnya. selanjutnya presentasikan melalui bahasa yang bertujuan memberi kesan dan suasana emotif tertentu untuk mempengaruhi perasaan dan pikiran penikmat puisi. Pradopo menyimpulkan bahwa puisi memiliki unsur-unsur berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan dan perasaan pengarang semua hal tersebut terungkap dalam media bahasa.2 Puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan kata yang berirama, sehingga tujuan puisi adalah untuk menggugah dan membangkitkan perasaan dan menuntut penikmat puisi untuk berimajinasi sesuai dengan Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), 7 2 5 interpretasinya masing-masing setelah membaca atau mendengarkan puisi dibacakan.3 Struktur dan ragam puisi adalah hasil karya kreatif terusmenerus berubah, setiap jaman mempuyai ciri ke-khas-an bentuk puisinya. Puisi selalu berkembang sesuai selera jamannya seperti yang dikatakan oleh Riffaterre bahwa puisi selalu berubah –ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya, contohnya puisi modern sekarang ini tidak lagi terikat oleh aturan-aturan puisi lama, bentuknya menjadi lebih bebas tetapi tetap memperhatikan bunyi yang terdapat dalam diksi yang menyusunnya.4 Pengungkapan dan menyampaian puisi disebut dengan istilah apresiasi puisi sebagai sebuah bentuk dari karya sastra. Apresiasi mempunyai pengertian memahami, menikmati, menghargai atau menilai5. Apresiasi puisi dilakukan sesuai dengan interpretasi pelaku apresiasi, sehingga setiap pelaku apresiasi mempunyai interpretasi masing-masing. Kegiatan apresiasi puisi ini dapat berbentuk dalam beberapa kegiatan seperti misalnya deklamasi 3 Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002, 7 4 Michael Riffaterre, dalam Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 2002), 1 5 Jacob Sumardjo dan Saini K. M. Apresiasi Kesusastraan (Jakarta: PT. Gramedia, 1988), 173 6 puisi, poetry reading, dramatisasi puisi maupun musikalisasi puisi. Kegiatan pembacaan puisi melalui media musik disebut dengan istilah musikalisasi puisi. Puisi tidak lagi dinikmati dengan cara dibaca sebagai bentuk teks saja, melainkan dapat dinikmati dalam bentuk yang lain yaitu dalam bentuk musik. Musikalisasi puisi adalah adalah bentuk kesenian baru yang menggabungkan dua seni yaitu seni sastra dan seni musik. Di Indonesia misalnya musikalisasi puisi sudah dilakukan sejak tahun 1950-an oleh Cornel Simanjuntak. Karya musikalisasi puisinya dikenal dengan nama lagu seriosa (lagu serius), yang dianggap sebagai sebuah komposisi musik vokal dengan iringan piano yang mempunyai nilai estetis yang tinggi. Di Eropa musikalisasi bahkan sudah dilakukan berabad-abad yang lalu yang berakar dari kesenian kaum seniman keliling, puisi diciptakan dan dinyanyikan menjadi sebuah lagu dengan iringan satu alat musik seperti gitar, biola, seruling atau banjo dan dimainkan dengan berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Bentuk tersebut mengalami perkembangan menjadi sebuah karya seni dengan bobot estetis yang sangat tinggi karena diciptakan oleh seorang komposer yang dikenal dengan nama art song. Puisi diambil dari karya penyair terkenal pada jaman tersebut, dan musik diciptakan oleh seorang komposer. Pada Jaman Romantik ini adalah jaman keemasan puisi dan 7 musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi mendapatkan tempat tertinggi dan ditampilkan dalam gedung-gedung konser dan dinikmati oleh para bangsawan. Supratman Kesusastraan sebagai Abdul Rani, Indonesia, upaya untuk dkk., dalam mendefinisikan menampilkan buku Intisari musikalisasi puisi dengan puisi jalan memasukkan unsur-unsur musik secara dominan.6 Tujuan utama musikalisasi puisi sama seperti tujuan dalam deklamasi puisi maupun poetry reading adalah menyampaikan isi puisi kepada audiensi. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan tentang definisi musikalisasi puisi yaitu, sarana komunikasi yang terjalin diantara seniman atau penyair penampil musikalisasi puisi dengan audiensi dengan tujuan untuk menyampaikan isi puisi melalui media musik (nada. Irama, ritme dan lain-lain). Musikalisasi puisi dilakukan oleh kelompok musik dan tak jarang ditampilkan oleh penyairnya sendiri yang berupa hasil gubahannya sendiri baik puisi dan musiknya atau kolaborasi antara penyair dan pemusik. Musikalisasi puisi memiliki peminat dan publik apresiasi dalam kalangan tertentu saja yaitu kalangan sastra, teater maupun musik, namun di masyarakat umum musikalisasi puisi ini terbilang asing. Secara tidak sadar musikalisasi puisi Rani, Supratman Abdul dkk. Intisari Kesusastraan Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 8. 6 8 sebenarnya sering kita jumpai dalam lagu-lagu populer sekarang ini dengan pengemasan dalam bentuk jenis tertentu, misalnya lagu-lagu yang di bawakan Bimbo, Ebiet G. Ade, God Bless, Kantata Taqwa dan lain-lain. Lagu-lagu yang mereka bawakan berangkat dari sebuah puisi karya penyair terkenal di Indonesia, seperti Chairil Anwar, Taufik Ismail, W.S. Rendra dan lain-lain, lagu-lagu tersebut merupakan sebuah musikalisasi puisi, tetapi masyarakat lebih mengenalnya sebagai sebuah lagu dari penyanyi tersebut tanpa pengetahui bahwa lirik lagunya diambil dari sebuah puisi. Sekarang ini pertunjukan musikalisasi sangat marak ditampilkan pada pembukaan seminar seni, pembukaan pameran lukisan, pembukaan pameran buku, seminar budaya dalam taraf lokal, nasional maupun internasional. Minat masyarakat terhadap musikalisasi puisi semakin besar, ditunjukkan dengan munculnya grup-grup musikalisasi puisi baik dalam lingkup seniman, masyarakat umum, pelajar dan mahasiswa, apresiasinya juga cukup bagus dengan diadakannya festival dan lomba-lomba musikalisasi puisi, dan selalu ramai diikuti oleh para praktisinya, bahkan sekarang ini musikalisasi puisi masuk dalam kurikulum pembelajaran apresiasi puisi di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). 9 Namun demikian, istilah musikalisasi puisi juga banyak menimbulkan maupun perdebatan masyarakat di kalangan umum. Hal sastrawan, ini terjadi pendidik karena istilah musikalisasi belum mempunyai konvensi yang jelas, pasti dan bukan istilah yang baku, ditambah dengan penggunakan penyebutan lain dari musikalisasi puisi seperti, musik puisi, puisi bunyi, tembang puisi, musik sastra atau lagu puisi. Pada penelitian ini akan dibatasi pada pengertian musikalisasi sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sebutan-sebutan tersebut bukanlah istilah tetap untuk kegiatan ini karena masing-masing orang, orang, seniman maupun kelompok mempunyai kepentingan sendiri-sendiri atas istilah tersebut. Hal ini hanyalah masalah selera dari seniman tersebut dalam penyebutannya. Tan Lioe Ie menyebut kegiatan ini sebagai “musikalisasi puisi”, Untung Basuki menyebutnya dengan istilah “lagu puisi”, panitia Festival Musik Puisi Yogyakarta dan Japhens Wisnujati menyebutnya sebagai “musik puisi”.7 Musikalisasi puisi ini lahir di kalangan tertentu khususnya di kalangan komunitas sastra maupun komunitas teater yang berkreativitas dalam hal pengapresiasian puisi, walaupun istilah ini tidak baku, istilah ini sampai sekarang masih terus diupayakan eksistensinya. Tan Lioe Ie, Musikalisasi Puisi, Pluralisme Istilah dan Penciptaan, dalam Raudal Tanjung Banua dan Iman Budhi Santosa, Musik Puisi: Dari Istilah ke Aksi (Yogyakarta: Pustaka Sastra LKiS, 2005), 3 7 10 Musikalisasi dapat digolongkan dalam 2 kategori berdasar ketetapan bentuknya, yaitu sebagai berikut: 1). musikalisasi puisi yang dibuat berdasarkan program saja, dibuat hanya untuk suatu program pertunjukan tertentu dan dalam waktu sekali waktu itu saja, 2). Musikalisasi puisi yang dibuat paten atau tetap secara aransemen lagu, melodi, dan pemakaian alat musiknya, jenis ini mempunyai bentuk aransemen yang tetap walaupun dipertunjukan pada tempat dan waktu yang berbeda-beda. Pada jenis ini aransemen dapat ditulis dalam notasi musik maupun hanya ingatan saja. Setiap grup maupun seniman mempunyai ciri khasnya sendiri dalam menciptakan musikalisasi puisi yang nantinya akan menjadi karakter dari karya-karyanya, seperti penggunaan alat musik tertentu, penggunaan backup vocal sebagai paduan suara, memasukkan beberapa unsur dari salah satu jenis musik tertentu atau lebih, penggunaan teknik vokal yang tinggi, dan lain-lain. Seniman bebas berekspresi dalam pembuatan musikalisasi ini, bebas berekspresi dalam pembuatan dan penggunaan puisi dan bebas berekspresi dalam membuat musiknya, tentunya kedua hal tersebut nantinya menjadi satu kesatuan bentuk. Ciri khas ini yang nantinya akan membedakan karya musikalisasi puisi diantara seniman satu dengan yang lainnya, dan ciri khas masingmasing seniman mempunyai kelebihan dan keunikan tersendiri. 11 Salah satu seniman musikalisasi puisi di Yogyakarta adalah Untung Basuki. Ia sudah banyak melakukan pementasan musikalisasi karyanya baik dalam maupun luar kota dan bahkan sampai keluar negeri. Untung Basuki adalah seniman multitalenta, disamping membuat musikalisasi puisi, ia juga aktif sebagai pelukis dan pemain serta pelatih teater. Latar belakang pendidikan seninya adalah seni rupa yaitu seni lukis, sedangkan pengalaman-pengalaman teater, ia peroleh ketika bergabung dengan Bengkel Teater pimpinan W.S. Rendra. Untung tidak memiliki latar belakang pendidikan musik, ia belajar musik secara otodidak. Di menciptakan sela-sela puisi kegiatan pada tahun teaternya, 1972, ia mulai kemudian aktif muncul keinginannya untuk membuat musik untuk karya-karya puisinya walaupun selanjutnya ia juga menggunakan puisi seniman lain sebagai dasar penciptaan musikalisasi puisi karyanya. Mencermati hal tersebut, tentunya Untung Basuki sebagai seniman serba bisa dan memiliki daya kreasi yang tinggi termasuk unik karena dapat menggubah lagu dengan kemampuan otodidaknya. Keterbatasan pengetahuan pendidikan musik justru dengan tidak sengaja membuat karya musikalisasinya mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri, berbeda dengan karya musikalisasi seniman lain. Dengan demikian penelitian ini akan terfokus pada posisi musikalisasi puisi yang dihubungkan 12 dengan art song sebagai bentuk musikalisasi puisi pada jaman Romantik, apa saja tema musikalisasi puisinya, jenis musik apa yang mempengaruhi gaya bermusiknya dan keterkaitan bentuk musik dan puisi dalam karya musikalisasi puisinya. Oleh karena hal-hal itulah penelitian mengenai karya musikalisasi Untung Basuki dilakukan. B. RUMUSAN MASALAH Mencermati terhadap uraian latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana keterkaitan Musikalisasi Puisi karya Untung Basuki dengan Art Song? 2. Tema pokok apa saja yang tercermin dalam karya-karya musikalisasi puisi Untung Basuki? 3. Bagaimana Untung Basuki menyikapi hubungan puisi dan musik pada karya-karyanya tersebut? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Penelitian tentang Kajian Tekstual Musikalisasi Puisi Karya Untung Basuki ini bertujuan untuk: 1. Memperkenalkan karya-karya musikalisasi puisi Untung Basuki kepada masyarakat luas, mengingat musikalisasi 13 puisi belum dikenal secara jelas dan dipahami dengan benar oleh masyarakat umum. 2. Memperkenalkan karya musikalisasi puisi Untung Basuki patut diperhitungkan sebagai karya seni yang mempunyai keunikan dan ke khas an tersendiri. 3. Memberikan pemahaman tentang Art Song (lagu seni) kepada masyarakat luas. 4. Memberikan pemahaman tentang lagu puisi sebagai karya Untung Basuki. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan pemahaman bahwa karya musikalisasi puisi Untung Basuki merupakan karya yang patut diperhitungkan karena proses penciptaannya yang berbeda dengan karya musik yang lain dan mempunyai keunikan tersendiri, mengingat Untung Basuki tidak memiliki latar belakang pendidikan musik formal. Disamping itu memberikan wawasan relasi antara teks dengan musik dalam musikalisasi puisi dan memberikan pemahaman bahwa dalam penciptaan musik juga dilatar belakangi dan terpengaruh oleh aspek-aspek lain yang berada pada lingkungan seniman tersebut tinggal dan berkembang. 14 D. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang mengupas tentang studi kasus karya-karya Untung Basuki, pada saat penelitian ini dimulai belum ada peneliti lain yang menulis penelitian tentang musikalisasi puisi dengan fokus yang sama. Adapun salah satu maksud dari tinjauan pustaka adalah untuk menunjukkan keaslian dari keberadaan penelitian ini. Namun karena hingga saat ini belum pernah ada penelitian, buku-buku, maupun artikel-artikel yang membahas tentang topik penelitian ini, maka penelitian ini adalah masih asli. Adapun sebagai panduan untuk mengkajinya akan digunakan beberapa sumber pustaka yang menunjang dalam proses penelitian diantaranya sebagai berikut: 1. Roger Kamien dalam buku Music an Appreciation, di antaranya mengupas tentang Art Song dan bentuknya. Secara garis besar dikatakan, bahwa Art Song merupakan sebuah komposisi untuk penyanyi solo atau permainan piano tunggal. Dalam hal ini dijelaskan juga bahwa, musik pengiring merupakan komposer dan bagian mempunyai integral fungsi dalam sebagai konsep pasangan interpretatif terhadap melodi utama. Selain itu dipaparkan tentang pengertian Musical Form (bentuk dalam musik), yang merupakan pengorganisasian ide-ide musikal dalam rentangan waktu. Artinya musik ada karena waktu; dalam 15 waktu musik mulai, bervariasi, berulang, dan berakhir. Dalam aliran waktu, komposer menciptakan sesuatu perpaduan dari berbagai unsur-unsur musikal. Salah satu bentuk musik khas jaman romantik adalah art song, komposisi untuk solo vocal dengan iringan piano. Iringannya merupakan bagian yang integral dari konsep komposer dan ditampilkan dengan suara vocal sebagai penyampai interpretasinya. Namun di dalam buku ini tidak di ulas mengenai contoh-contoh dan lampiran lagu dari beberapa bentuk art song untuk memperjelas setiap penjelasan tentang bentuk-bentuk tersebut. Buku ini menjadi sumber data dalam pembahasan mengenai art song yang dipaparkan pada bab II. 2. Karl Edmund Prier Sj., Sejarah musik 2, membahas tentang sejarah musik barat dan perkembangannya dari musik abad pertengahan, musik barok, musik klasik, sampai musik romantik. Tulisannya meliputi perkembangan dari jaman musik klasik barat tersebut di berbagai Negara di antaranya Jerman, Austria, Inggris, Perancis, Italia, dan Belanda. Ia juga mengetengahkan beragam jenis seperti untuk vokal: opera, nyanyian solo (art song), instrumen: simfoni, piano, gesek dan tiup. Dengan kupasan menyeluruh dari gaya, bentuk, ciri khas 16 dan peran dalam keberadaan pada jamannya. Selain juga dipaparkan dengan detail mengenai sejarah musik romantik, ciri musiknya, jenis dan bentuk karya musik yang berkembang pada jaman tersebut dan komposer yang terkenal pada masa itu. 3. Raymond A. Barr dalam Stanley Sadie dalam The New Grove Dictionary of Music and Musicians memaparkan tentang lied adalah sebuah lagu daerah German. Dijelaskan juga tentang lied poliponi yaitu lied dengan melodi yang terdiri dari beberapa suara, general bass lied yaitu lagu lied yang terdiri dari satu suara atau bahkan lebih yang menggunakan iringan instrumen bass dan terkadang menggunakan beberapa instrumen tambahan untuk memainkan obligato dan ritonello, lied pada tahun 1750-1800 dengan tokohnya Christian Gottfried Krause menyatakan bahwa lied seharusnya seperti lagu rakyat yang gampang dinyanyikan bahkan oleh orang yang tidak profesional, dan seharusnya mengekspresikan mood dan makna dari liriknya, seharusnya mempunyai iringan yang sederhana dan bahkan dapat dinyanyikan tanpa iringan sekalipun. 4. Hermanu dalam bukunya Merayap Waktu (Lagu Puisi A. Untung Basuki) memaparkan tentang: definisi musikalisasi 17 puisi karya Untung Basuki, yang disebut dengan Lagu Puisi. Lagu Puisi adalah lagu yang dicipta berdasarkan puisi. Puisi yang digubah menjadi lagu, dengan aturan tidak mengubah, baik mengurangi, menambah, ataupun mengganti kata. Dan tidak mengenal genre musik, apakah musik rock, pop, dangdut, jazz, balada, country, ataupun blues, karena lagu puisi tercipta atas dasar kemauan puisi bukan kemauan musik. Puisi adalah sebentuk upaya manusia untuk menangkap dan mengekspresikan keindahan, salah satu cara untuk menafsirkannya adalah lewat musik. Inilah yang dibuat oleh Untung Basuki yaitu membuat musikalisasi puisi, menggabungkan puisi dan musik menjadi satu kesatuan bentuk baru dalam seni pertunjukan. Selain itu juga dipaparkan 34 karya musikalisasi puisinya disertai tahun pembuatan, dan puisi diambil dari beberapa penyair Indonesia, dan beberapa karya sketsa dan foto-foto Untung Basuki ketika pementasan teater dan musikalisasi puisi. Pada lampiran juga disertakan satu notasi karya musikalisasi puisinya, namun tidak semua karya musikalisasi yang dipaparkan dalam buku ini dilampirkan notasinya. 5. Hugh M. Miller dalam Pengantar Apresiasi Musik (Introduction to Music: a guide to good listening) terjemahan 18 Drs. Triyono Bramantyo PS. Berisi tentang pemaparan unsur dasar musik yaitu nada, elemen-elemen waktu, melodi, harmoni, tonalitas dan dinamika. Dalam buku ini juga membahas tentang musik vokal dan instrumen, struktur bentuk musik dan art song. Suatu kegiatan apresiasi yang utuh dan menyeluruh terhadap musik menuntut perhatian pada art song. Art song menyediakan sumber kegembiraan, eksplorasi dan penemuan yang tak terbatas dalam kaitan dengan pengalaman musikal. Art song berbeda dengan folksong, aria dramatis, ataupun musik populer, karena art song merupakan komposisi yang rumit dan relatif singkat yang diciptakan oleh seorang komposer. Dalam buku ini tidak ada penjelasan tentang sejarah art song secara detail, dan hanya dibahas secara garis besarnya saja dan tidak ada lampiran notasi lagu dalam pembahasan contoh bentuk art song. 6. M. Taufan Akbar dalam skripsi yang berjudul Kebermaknaan Hidup Untung Basuki sebagai seniman teater, skripsi untuk memperoleh gelar sarjana Universitas Proklamasi 45, berisi tentang biografi singkat Untung Basuki dan kiprah Untung Basuki sebagai seniman teater. Aloysius Untung Basuki lahir di Yogyakarta, 12 Maret 1949, anak ke lima dari sebelas bersaudara dari pasangan David 19 Sawabi Marto Perwoto dan Stevanie Supantriarti. Menempuh pendidikan seni di Sekolah Seni Rupa Indonesia dan di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia, disamping itu ia juga aktif di Bengkel Teater dan sudah malang melintang terlibat dalam pementasan teater sampai ke luar negeri. Dan pada tahun 1972 mulai membuat musikalisasi pertamanya berjudul Lepas-Lepas. Di dalam skripsi ini juga ditulis tentang beberapa kegiatan teater Untung Basuki, karya teaternya baik yang ditulis maupun disutradarai oleh Untung Basuki dan karya musikalisasi puisinya. Namun dalam skripsi ini penulisan biografi Untung Basuki dirasa terlalu singkat banyak info-info penting tentang Untung Basuki tidak dimasukkan ke dalamnya. 7. Sebuah situs internet www.cabiklunik.blogspot.com, memaparkan tentang biografi singkat Untung Basuki, riwayat pendidikan seni Untung Basuki, perjalanan karier teaternya, dan konsep dasar pembuatan musikalisasi puisinya. Melukis dan berteater memang bukan hal baru bagi Untung, tetapi justru kemampuan bermusiknya lebih disoroti dan unik. Di Yogyakarta, dialah satu-satunya seniman yang menulis puisi, lalu menjadikannya sebagai lirik lagu. Lagu puisi itu berbeda dengan musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi bersifat temporer, melayani program dan 20 kegiatan. Untung Basuki sudah merekam beberapa lagu puisinya ke dalam sebuah album. Album Lagu Puisi Tanah hanya direkam 1.000 kopi, lewat album itu, makin banyak orang yang datang kepadanya, mereka membuat puisi, lalu berdiskusi tentang proses pembuatannya menjadi musikalisasi puisi, setidaknya dengan cara ini makin banyak orang cinta puisi. Tulisan ini bersifat subyektif karena lebih menjelaskan istilah musikalisasi puisi yang dipakai oleh Untung Basuki dan hanya menyinggung sedikit tentang proses pembuatan musikalisasi puisi. 8. Tembi, Pentas Musik Kreatif 34 Tahun Lagu Puisi di Yogya, berisi tentang pengertian dan penjelasan Lagu Puisi sebagai karya musikalisasi puisi Untung Basuki, biografi singkat Untung Basuki dan sejumlah karya lagu puisinya. Buku ini membantu penulis untuk mendokumentasikan karya-karya Untung Basuki, namun dalam buku ini musikalisasi puisinya hanya berupa teksnya atau puisinya saja yang ditulis, tidak ada penjelasan tentang konsep mengenai masing-masing judul karyanya. Daftar buku-buku tersebut digunakan sebagai acuan dalam membuat penelitian ini. Tidak disangkal bahwa pembahasan tentang musikalisasi puisi sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, tetapi setiap peneliti mempunyai fokus tersendiri berbeda dengan 21 peneliti yang lain walaupun dengan pokok bahasan yang sama yaitu musikalisasi puisi sehingga tujuan studi ini hendak melengkapi kajian-kajian yang sudah ada tentang musikalisasi puisi khususnya dalam hal relasi syair atau puisi dengan musiknya dalam karya musikalisasi puisi karya Untung Basuki. E. LANDASAN TEORI Sebuah seni pertunjukan merupakan sebuah peristiwa diskursif yang kompleks, yang merupakan jalinan dari beberapa elemen-elemen ekspresif yang diorganisasikan menjadi sebuah entitas. Hal ini berarti, mengerjakan analisis tekstual sebuah seni pertunjukan merupakan pekerjaan yang tidak sederhana, yang memerlukan pendekatan multi-disiplin.8 Adapun analisis kontekstual sebuah seni pertunjukan lebih menempatkan seni pertunjukan dalam konteks budaya masyarakat pemiliknya. Kita bisa mengamati dari konteks politiknya, konteks sosialnya, konteks fungsinya dalam kehidupan, konteks ekonominya dan lain sebagainya. Hanya saja kita perlu ingat, karena pengetahuan manusia terbatas, seyogyanya tidak usah mengamati dari semua konteks atau aspek dari seni pertunjukan tersebut, hal ini disebabkan pendekatan holistik semacam ini memerlukan kerja Marco de Marinis, The Semiotics of Performance. Terj. Aine O‟Healy (Bloomington dan Indianapolis: Indiana University Press, 1993), 6 8 22 ekstra keras apabila seni pertunjukan tersebut memiliki banyak aspek yang rumit.9 Maka dari ini dalam penelitian ini akan difokuskan pada analisis struktur bentuk musikalisasi puisi, tema-tema pokok yang muncul dan hubungan puisi dan musik pada karya musikalisasi puisi karya Untung Basuki. Musikalisasi puisi adalah sebuah genre baru dalam seni pertunjukan sebagai hasil penggabungan musik dan puisi. Puisi digunakan sebagai lirik lagu dalam musikalisasi puisi. Puisi adalah rangkai kata-kata yang diatur dan di dalamnya mengandung unsur rima, irama dan matra. Di dalam musik populer, penggunaan teks dalam sebuah lagu disebut dengan lirik. Penggunaan bahasa dan diksi lirik lagu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bahasa dan diksi puisi. Hal ini sesuai dengan pengertian lirik lagu menurut Semi yang mengatakan, “Lirik adalah puisi yang pendek yang mengekspresikan emosi”.10 Musikalisasi puisi sampai sekarang banyak menuai perdebatan disebabkan karena istilah musikalisasi puisi adalah istilah yang belum baku dan banyak penyebutan-penyebutan lain dari istilah ini seperti musik puisi, lagu puisi, musik sastra, sehingga untuk dapat menyamakan pendapat dalam penelitian ini R.M. Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, (Yogyakarta: MSPI, 2001), 69 9 10 Atar Semi, Anatomi Sastra (Bandung: Angkasa Raya, 1988), 106 23 maka hanya akan menggunakan istilah musikalisasi puisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik, dalam kasus ini memakai objek puisi. Dengan kata lain musikalisasi puisi adalah menjadikan puisi menjadi bentuk musik.11 Musikalisasi puisi mempunyai kemiripan dengan art song dilihat dari unsur-unsur pembentuknya. Stephen Varcoe, seorang penyanyi opera dan konser ternama dengan pengalaman menyanyikan karya-karya dari gaya Barok awal hingga kontemporer sekaligus sebagai pengajar dalam berbagai master class art song terutama lieder, menggambarkan art song tersebut dalam 3 unsur yang menjadi ciri khasnya yaitu: 1. Art Song diciptakan dengan tujuan untuk diiringi dengan sebuah instrumen keyboard, pada awalnya menggunakan sebuah harpsichord, fortepiano (bentuk piano awal), namun belakangan menggunakan dengan piano. 2. Puisi atau kadang teks prosa bukan hanya puisi tersebut cocok digunakan untuk syair lagu saja, tetapi juga dipilh karena kemampuan komposer untuk mengidentifikasi arti puisi tersebut dan mengekspresikan arti puisi sesuai dengan karakter individualnya. Tim Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 767 11 24 3. Penciptanya mempertimbangkan pula maksud komponis, pemilihan puisi, dan cita rasa musikalnya terhadap syair dan melodi.12 Perbedaannya adalah dalam musikalisasi puisi modern tidak menggunakan piano sebagai iringan utamanya, alat musik yang digunakan seperti gitar, biola, dan bahkan dapat menggunakan beberapa alat musik, tidak seperti art song yang hanya penggunakan satu alat musik tertentu yaitu piano. Sapardi Djoko Damono mengatakan bahwa begitu puisi digubah menjadi lagu ia sudah menjadi terpisahkan dari komposisi.13 bagian yang tak Kata “komposisi” mengafiliasikan bentuk. Bentuk pada gilirannya menunjuk pada pengertian struktur. Dalam bentuk dan struktur inilah semua “ketentuan” dan keputusan rekayasa karya seni yang bersifat material (bunyi, suara, nada, ritme, harmoni, dan seterusnya) dan non material (dinamik, sifat, watak, warna, rasa dan sebagainya) diakomodasikan.14 Kata komposisi yang berasal dari kata kerja bahasa Jerman komponieren ( latin componere, Itali comporre, Inggris to compose) pertama kali dipergunakan oleh pujangga besar Jerman, Johann 12 Stephen Varcoe, European Art Song, dalam John Potter (ed.) The Cambridge Companion to Singing (Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2000), 111 13 Sapardi Djoko Damono, Alih Wahana (Jakarta: Editum, 2002), 76 14 Suka Hardjana, Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini (Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2003), 73 25 Wolfgang von Goethe, (1749-1832) untuk menandai cara-cara menggubah (komponier-ern) musik pada abad-abad sebelumnya (abad ke-15 sampa abad ke-17) dimana suara atau lagu utama akan diikuti oleh susunan suara-suara atau lagu lainnya yang dikoordinasikan, ditata, atau dirangkai dibawah (berdasarkan) lagu utama yang disebut cantus. Komponieren dengan demikian adalah pekerjaan mengatur, menyusun, menata, merangkai (bahasa awam: ngotak-atik) berbagai suara atau nada-nada yang mengacu kepada lagu atau melodi utama yang disebut cantus.15 Kata komposisi secara tidak langsung sebenarnya juga menunjuk pada proses berlangsungnya cara kerja dan terjadinya (terwujudnya) suatu karya musik, yaitu suatu karya seni yang terwujud karena proses kerja pengaturan, penyusunan atau perangkaian proporsi, imbangan (balance), matra, konstruksi, bentuk dan sebagainya. Konstruksi bentuk dalam strukturnya menjadi sebuah wadah pengekspresian seni. Untuk mengetahui ciri khas bentuk lagu musikalisasi puisi diperlukan analisis struktur musiknya, sehingga untuk menganalisis bentuk karya musikalisasi puisi Untung Basuki digunakan perspektif musikologi. Musikologi sebagai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini telah dipakai oleh para peneliti sejak pertengahan abad xix dalam melakukan Suka Hardjana, Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini (Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2003), 79 15 26 penyelidikan-penyelidikan. Vincent Duckless menjelaskan bahwa musikologi mempunyai sepuluh cabang ilmu yaitu metode sejarah, metode teoritis dan analitis, kritik tekstual, penelitian arsip, terminologi dan leksikografi, organologi dan ikonografi, praktek pementasan, kritik estetis, tari dan sejarah tari.16 Japi Tambayong menguraikan bahwa musikologi adalah bidang studi ilmiah dan sistematik musik yang menyangkut masalah sejarah dan komposisi lengkap dengan teori dan harmoni.17 Dalam penelitian ini akan digunakan teori musikologi yaitu teori ilmu bentuk analisis musik sebagai dasarnya, karena diperlukan analisis struktural lagu yang mendetail untuk melihat relasi antara musik dengan puisi sebagai syair pada musikalisasi puisi karya Untung Basuki. William Russo mengatakan, kata-kata yang dipakai dalam sebuah lagu biasanya disebut dengan teks. Pada musik populer kata-kata dalam sebuah lagu desebut dengan lirik. Pada musik era romantik terutama karya-karya Franz Schubert, teks hadir terlebih dahulu daripada musiknya. Dalam perkembangan musik sekarang ini tidak jarang para penulis lagu populer menciptakan musiknya terlebuh dahulu daripada textnya, hal ini menyebabkan teks musik populer biasanya lebih mudah dipahami dan 16 Vincent Duckless, “Musicology”, dalam The New Grove Dictionary of Music and Musicians (London: Macmillan Publisher Ltd., 1980), 836 17 Yapi Tambajong, “Musikologi” Ensiklopedi Musik (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1992), 57 27 menggunakan kata-kata yang lebih sederhana. Ada berbagai macam cara untuk menulis sebuah lagu, tetapi cara yang lebih praktis adalah ketika teks tercipta lebih dahulu, kemudian musik diciptakan diciptakan mengacu pada teks tersebut. 18 Dalam penelitian ini teks lagu berupa sebuah puisi karya penyair terkenal di Indonesia seperti W. S. Rendra, Linus Suryadi AG, MH. Ainun Najib, Kirdjomulyo, Adi Kurdi, dan lain-lain, kemudian sebagai seorang pencipta musikalisasi puisi, bertugas untuk mencari melodi dan harmoni yang dapat mencerminkan karakter atau makna dari puisi yang menjadi teks lagu, sehingga puisi dapat dipahami dengan mudah oleh pendengar. Selain itu analisis struktur musik ini yang ini juga berguna untuk melihat gaya dan ciri khas pencipta dalam menciptakan karya musikalisasi puisinya, juga berguna untuk menganalisis frase puisi dan frase musiknya yang berkaitan erat dengan masalah penyampaian makna puisi yang dikemas dalam sebuah pertunjukan musik kepada audiensi. Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks, karena itu untuk memahami karya sastra (sajak) haruslah karya sastra (sajak) dianalisis. Salah satu karya seni sastra adalah puisi. Puisi adalah adalah karangan yang bentukya terikat oleh rima dan William Russo, Composing Music (Chicago: The University of Chicago Press, 1988), 154 18 28 irama.19 Menurut pikiran strukturalisme, dunia (karya sastra merupakan dunia yang diciptakan pengarang) lebih merupakan susunan hubungan daripada susunan benda-benda. Oleh karena itu, kodrat tiap unsur dalam struktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya ditentukan oleh hubungan dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu, sehingga untuk memaknai sebuah puisi tidak dapat terpisah-pisah atau diartikan kata demi kata, melainkan hubungan kata dengan kata lainnya yang saling berkaitan serta hubungannya dengan nada dan irama puisi tersebut. 20 Dengan pengertian seperti itu, maka analisis struktural puisi adalah analisis puisi ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya bahwa tiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur dan terjadi hubungan timbal balik dan saling berhubungan satu sama lainnya.21 Puisi terdiri dari beberapa aspek yaitu aspek bunyi yang muncul ketika orang membaca sebuah puisi yang dibatasi oleh panjang pendek bunyi dan jeda bunyi, aspek irama yang berhubungan dengan turun naiknya bunyi atau suara, keras lembut ucapan bunyi dan panjang pendek 19 Hill, Knox C. Interpreting Literature, (United States: University of Chicago Press, 1966), 6 20 Terence Hawkes, Structuralism and Semiotics (London: Methuen & Co. Ltd., 1978), 120 21 Rachmat Joko Pradopo, Pengkajian Puisi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), 120 29 bunyi, kata yang berhubungan dengan diksi konotasi dan denotasi dan metafora, aspek citraan berhubungan dengan gambaran angan yang menimbulkan suasana khusus, menarik perhatian dan membuat puisi lebih hidup, aspek gaya bahasa berhubungan susunan kata-kata yang muncul dari isi hati penyair dan menimbulan perasaan tertentu. Teori puisi Rachmat Djoko Pradopo ini digunakan untuk mendapatkan hasil relasi dari teks dan musik dari musikalisasi puisi. Hal ini juga diperkuat pada definisi lain mengenai lirik lagu terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu lirik lagu adalah karya puisi yang dinyanyikan.22 Analisis puisi ini mengacu pada bentuk visul puisinya saja seperti pendapat yang dikemukakan oleh Wirjosoedarmo, puisi itu karanagan yang terikat oleh 1). Banyak baris dalam tiap bait; 2). Banyak kata dalam tiap baris; 3). Banyak suku kata dalam tiap baris; 4). Rima; 5). Irama.23 Langkah pertama adalah diperlukan analisis struktur puisi yaitu aspek bunyi, irama, kata serta makna puisinya, kemudian melodi dan harmoni dibuat sesuai dengan frase dan makna dari puisi tersebut. Pada penelitian ini hanya akan membahas tentang hubungan musikalisasi puisi, art song, musik pop ballad, folksong dan musik rap, dimana puisi yang menjadi 22 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 2005), 528 23 Wirjosoedarmo dalam Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), 5 30 teksnya tidak akan dibahas secara mendetail seperti analisis bunyi, irama dan katanya tetapi dibatasi dengan analisis frase, tema dan isi puisinya saja. Teori-teori yang telah dipaparkan diatas digunakan untuk menganalisis musikalisasi puisi dari segi tekstual, yaitu dari bentuk struktur musik dan bentuk struktur puisinya. Dengan analisis bentuk musik nantinya akan ditemukan bentuk lagu, frase atau kalimat lagu, motif melodi, dan progresi akord sebagai harmoninya, kemudian dibandingkan dengan struktur bentuk puisinya. Suatu karya seni tidak lepas dari pengaruh masyarakat pendukungnya, seperti yang dikatakan Janet Wolff dalam bukunya The Sociologi Production of Art yaitu seni adalah produk sosial.24 Seni sebagai produk masyarakat tidak lepas dari faktor sosial budaya di dalamnya yang mempunyai peranan dalam perkembangan seni tersebut selanjutnya, sehingga dengan kata lain dapat bahwa seni dan masyarakat merupakan kesatuan yang saling mendukung satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Suatu karya seni mencerminkan suatu kebudayaan masyarakat tersebut. Begitu juga dengan musikalisasi puisi sebagai salah satu hasil gabungan karya sastra dan musik juga merupakan produk sosial. Musikalisasi puisi dibuat sebagai curahan hati penyairnya Janet Wolff, The Social Production of Art (New York : St. Martin‟s Press, Inc., 1981), 1 24 31 yang dapat berisi tentang percintaan, kerinduan, keindahan alam, bencana alam, kritik sosial pada suatu waktu, wilayah dan dalam masyarakat tertentu melalui media musik. Selain itu produk seni juga dipengaruhi oleh proses mediasi yang merupakan pertimbangan formasi sosial, yaitu selain konvensi estetik, juga kondisi produksi estetik yang berupa pertama kondisi teknologis, kedua institusi sosial, dan ketiga kondisi sosial dan historis dalam produksi seni.25 Seni pertunjukan seperti musik, opera dan drama melibatkan kerjasama sosial dan mediasi antara konsepsi dan penerimaan.26 Musikalisasi puisi termasuk dalam kategori seni pertunjukan yang keberadaan dan perkembangannya dipengaruhi oleh pertama teknologi seperti alat perekam modern, alat musik elektrik, maupun pertunjukkannya, sound kedua system dipengaruhi yang dipakai pada oleh institusi sosial masyarakat seperti penerimaan masyarakat terhadap musikalisasi puisi tersebut, keberadaan seniman tersebut diakui oleh identitas seninya dalam struktur masyarakat tertentu, dan bagaimana karya musikalisasi tersebut diproduksi, dipertunjukkan dan dikonsumsi oleh masyarakat dengan strukturnya, ketiga dipengaruhi oleh kondisi sosial dan histori pada waktu karya musikalisasi tersebut diciptakan. 25 Janet Wolff, The Social Production of Art (New York : St. Martin‟s Press, Inc., 1081), 35-45. 26 26 Janet Wolff, The Social Production of Art (New York : St. Martin‟s Press, Inc., 1081), 4. 32 Sesuai rumusan masalah nomor dua yaitu tema pokok apa saja yang muncul dalam musikalisasi puisi karya Untung Basuki, akan digunakan alat bantu analisis kontekstual dengan memakai teori sosiologi seni oleh Janet Wolff dan pengaruh-pengaruh sosial apa saja yang melatar belakangi penciptaan musikalisasi karya Untung Basuki yang akan dipaparkan pada Bab III. Musik adalah salah satu hasil karya seni suatu masyarakat tertentu yang di dalamnya terdapat kebudayaan dan adat istiadat yang mempengaruhi karya seni tersebut baik seni rupa, seni teater maupun seni musik. Janet Wolff mengatakan bahwa apapun yang kita lakukan berada dalam sebuah daerah tertentu dan dipengaruhi oleh struktur sosial wilayah tersebut, begitu pula dengan kegiatan penciptaan sebuah karya seni oleh seniman baik seni pertunjukan, sastra maupun seni rupa tentunya dipengaruhi oleh keadaan dan struktur sosial tersebut. Hal ini berlawanan dengan kondisi yang terjadi pada era romantik, dimana seniman memisahkan diri dari kelompok sosial dan kelas-kelas yang ada dalam komunitas tersebut karena pada masa romantik menekankan pada masalah kebebasan berekspresi dan kebebasan untuk mencurahkan isi hati, kebebasan berimajinasi dan tidak lagi mengikuti peraturan-peraturan yang dibuat pada era sebelumnya, sehingga karya seni jaman romantik bertemakan hasil dari imajinasi seniman seperti tema mistis dan perwujudan 33 dari representasi emosi-emosi yang dialami oleh seniman tersebut dalam pengalaman kehidupannya. Alam beserta isinya menjadi sangat dihargai pada masa ini, terbukti banyak karya sastra maupun karya musik yang berisi rasa takjub terhadap alam, tumbuhan, bunga dan lain-lain. Pada masa tersebut karya seni didominasi dengan tema mistis, dengan kata lain subjektivitas sangat ditekankan. Seniman menarik diri dari lingkungannya dan dari realita yang terjadi disekitarnya.27 Musikalisasi puisi adalah usaha seniman untuk memindahkan pesan, ide dan gagasan puisi ke dalam media musik, sehingga memungkinkan adanya perubahan dan perkembangan di dalamnya dan menjadi suatu karya seni yang baru, untuk menganalisis masalah pemindahan media digunakan kajian alih wahana oleh Sapardi Djoko Damono yang akan dipaparkan dibawah ini. Ketika puisi dijadikan musik, ia beralih wahana dan karenanya mengalami perubahan sesuai dengan wahana barunya. Wahana adalah medium yang dimanfaatkan atau dipergunakan untuk mengungkapkan sesuatu; kedua, wahana adalah alat untuk membawa atau memindahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat Janet Wolff, The Social Production of Art (New York : St. Martin‟s Press, Inc., 1981), 9-11 27 34 lain. “Sesuatu” yang bisa dialihkan-alihkan tersebut dapat berwujud gagasan, amanat, perasaan atau sekedar suasana. 28 Kajian alih wahana menuntut suatu kesediaan untuk berpikir secara multi-dimensional karena kajian ini beroperasi paling tidak dalam dua ranah yang berbeda, dan bahkan bisa lebih. Objek penelitian ini adalah musikalisasi puisi yang merupakan bentuk alih wahana dari dua ranah yang berbeda yaitu ranah puisi dan ranah musik. Peralihan wahana sampai batas tertentu juga berarti peralihan mode. Mode adalah cara mengerjakan sesuatu, sehingga studi alih wahana ini akan memberi keleluasan untuk menemukan dan menguraikan masalah yang sebelumnya tidak disadari pentingnya. Dalam proses alih wahana musikalisasi puisi ini berarti peralihan cara mengerjakan puisi ke dalam aturan-aturan musik yang sudah ada dan dalam dalam proses pembuatannya “sesuatu” itu pun terpaksa berubah karena harus tunduk sepenuhnya wahananya yang baru.29 28 29 Sapardi Djoko Damono, Alih Wahana (Jakarta: Editum, 2012), 1. Sapardi Djoko Damono, Alih Wahana (Jakarta: Editum, 2012), 4. pada 35 F. METODE PENELITIAN Arti kata metode sering disamakan dengan metodologi, padahal keduanya perbedaaan yang jelas. Dinyatakan oleh Dudung Abdurrahman bahwa, metode berarti cara, jalan, atau petunjuk pelaksaan atau petunjuk teknis sedangkan metodologi adalah ilmu yang membicarakan jalan atau “Science of Methods”.30 Metode penelitian yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan sebagainya secara holistik (utuh), dengan cara mendeskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.31 Analisis kualitatif menuntut „kemutlakan‟, yang berbeda sekali dengan penelitian statistik. Dalam penelitian kualitatif seorang peneliti harus mampu mengeksplanasi semua bagian yang bisa dipercaya dari informasi yang diketahui serta tidak akan menimbulkan kontradiksi dengan interpretasi yang disajikannya. Maka tidak mengherankan apabila Alasuutari mengibaratkan dalam melakukan interpretasi seorang peneliti seperti menebak “teka30 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logis wacana Ilmu, 1999), 43. 31 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), 6. 36 teki”.32 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan musikologi dan pendekatan sosiologi yang hasil analisisnya tidak dapat ditemukan dengan cara perhitungan dengan rumus tertentu yang berhubungan dengan angka dan nominal. Pendekatan musikologi akan digunakan untuk mengkaji struktur bentuk musik musikalisasi puisi, sedangkan pendekatan sosiologi digunakan untuk mengkaji aspek-aspek sosial yang mempengaruhi dan melatar belakangi karya musikalisasi puisi. Metode penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang didapatkan tidak melalui prosedur statistik, melainkan didapatkan dari pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.33 Dengan kata lain, penelitian kualitatif bisa dikatakan sbagai penelitian yang menggunakan pendekatan diakronis dan sinkronis atau bisa pula dikatakan menggunakan pendekatan multi-disiplin.34 Dalam penelitian kualitatif, metode yang biasa dimanfaatkan adalah: 32 Pertti Alasuutari, Researching Culture: Qualitative Method and Cultural Studies dalam R.M. Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (Yogyakarta: MSPI, 2001), 34. 33 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008),3 34 R.M. Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (Bandung: MSPI dan kuBuku, 1999), 57 37 1. Teknik Wawancara Peneliti melakukan proses tanya jawab secara lisan, wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber yaitu pihak-pihak yang mempunyai kaitan dengan subjek penelitian untuk mendapatkan keterangan dan informasi yang diperlukan dalam pengumpulan data. 2. Teknik Pengkajian Literatur Penelitian buku- buku yang berkaitan tentang musikalisasi puisi, biografi Untung Basuki, stuktur bentuk puisi, dan struktur bentuk musik dan buku tentang genre-genre musik pop dan folksong. Analisis Data Setelah semua data terkumpul, kemudian disusun dan dianalisis secara ssistematis sehinggga diperoleh arah yang jelas sesuai dengan tujuan penulisan. Proses ini merupakan langkah yang paling kritis dalam penelitian. Analisis dan evaluasi data yang terkumpul dilakukan untuk mempermudah dalam pengklasifikasian subjek penelitian sesuai permasalahannya, sehingga penulisan laporan dapat dengan sistematis, dan alamiah. mudah dikerjakan, terarah, 38 3. Dokumentasi Untuk mengumpulkan data hasil pengamatan maupun pencacatan, maka diperlukan suatu bentuk pendokumentasian sebagai bukti visual dalam tahap pendeskripsian dan memperkuat suatu data atau tulisan. Sumber tertulis yang dipakai dalam penulisan ini berupa buku-buku, jurnal, ensiklopedi dan kamus, brosur, surat kabar, arsip serta dokumen. Data tertulis tersebut di akses dengan cara studi pustaka dan dokumen yang dapat diperoleh di perpustakaan, buku-buku pribadi narasumber, buku pribadi penulis, arsip-arsip dalam surat kabar dengan alat bantu alat tulis seperti kertas, ballpoint dan notebook/laptop. Sumber lisan yang berupa data-data yang tidak tetulis/lisan yang diperoleh dengan cara wawancara dengan sumber primer yaitu tokoh utama dari penulisan dan juga wawancara dengan beberapa informan sebagai narasumber seperti keluarga, manager, teman-teman dekat, rekan kerja sumber primer. Data lisan ini hanya dapat diperoleh dengan cara wawancara. Wawancara dilakukan di kediaman sumber dan informan maupun dilakukan di tempat pertunjukan sumber primer serta di Sanggar Bambu sebagai tempat perkumpulan komunitas sumber primer. Alat bantu yang digunakan pada saat wawancara adalah alat tulis (kertas dan ballpoint), alat perekam 39 baik perekam audio maupun perekam visual untuk merekam wawancara, kamera untuk mendokumentasikan peristiwa wawancara. Wawancara dipilih sebagai alat untuk mengumpulkan data karena wawancara merupakan alat yang ampuh untuk mengungkapkann kenyataan hidup, apa yang dipikirkan atau dirasakan orang tentang berbagai aspek kehidupan. Hal ini ditegaskan oleh Nasution bahwa melalui tanya jawab kita dapat memasuki alam pikiran orang lain, sehingga kita dapat memperoleh gambaran tentang dunia mereka 35. Data-data yang telah diperoleh melalui wawancara, dan studi pustaka, dikelompokkan dan disusun berdasarkan kriteria data serta diuji keasliannya dan kesahihannya melalui kritik ekstern dan intern. Untuk mendapatkan keakuratan hasil analisis, digunakan alat bantu tape recorder, compact disk, dan kamera. Selanjutnya data-data tersebut diinterpretasikan atau dianalisis, dan di cari fakta-fakta yang diperoleh kemudian disintesiskan melalui eksplanasi sejarah.36 Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini melalui beberapa langkah dalam proses analisisnya yaitu, 1). Memilih objek material yang akan diambil dalam penelitian, dalam hal ini dipilih dua karya musikalisasi puisi karya Untung Basuki yang S. Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 114. T. Ibrahim Alfian, Sejarah dan Permasalahan Masa Kini, dalam Ch. Kismiyati, Komponis dan Pianis Wanita Indonesia (Sebuah Biografi) (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2008), 24. 35 36 40 sering ditampilkan dalam setiap pementasan musikalisasi Untung Basuki. Dua lagu tersebut berjudul Ingin kugambar dan Bungabunga, kedua lagu tersebut syairnya merupakan puisi karya Untung Basuki sendiri. 2). Analisis struktur musik dan puisi, pertama dilakukan analisis struktur musik dari Ingin kugambar dan Bunga-bunga yang mencakup masalah bentuk bagian lagu, frase antiseden dan konsekuen, variasi motif dan progresi akordnya, kemudian selanjutnya dilakukan analisis struktur puisi yang mencakup masalah frase kalimat, penekanan suku kata, bentuk bagian puisi dan banyaknya kalimat dalam bait maupun baris. 3). Analisis relasi struktur musik dengan struktur puisi, Perlu ditekankan bahwa dalam penelitian ini yang hanya akan terfokus dalam relasi puisi dan musik dengan batasan frase dalam musik dan puisinya saja, agar penjelasannya dapat terfokus dalam satu masalah saja dan tidak melebar ke masalah yang lain, mengingat banyak hal dapat diteliti berkaitan dengan relasi tersebut. Analisis ini mencakup hubungan masalah frase kalimat musik dan frase kalimat puisi, hubungan penekanan suku kata dalam syair ketika sudah bergabung dengan musik dengan penekanan suku kata pada puisi sebagai bentuk yang mandiri, pengaruh progresi akord dalam penciptaan suasana musik dalam upaya menafsirkan puisi, dan hubungan pemenggalan kalimat musik dan kalimat puisinya. 41 G. SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian mengenai Musikalisasi Puisi Untung Basuki, akan disusun dengan menngunakan sistematika bab dan sub bab yang terdiri dalam lima bab sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan, berisi: A. Latar belakang, B. Rumusan masalah, C. Tujuan dan manfaat penelitian, D. Tinjauan pustaka, E. Landasan teori, F. Metode penelitian dan G. Sistematika penelitian. Bab II. Posisi Musikalisasi Puisi dalam Khasanah Musik, A. Sejarah Singkat Art Song, B. Bentuk Karya Art Song, C. Komposer Art Song yang Terkenal pada Jaman Romantik, D. Sejarah Singkat dan Perkembangan Art Song di Indonesia, E. Sejarah Singkat dan Perkembangan Musik Pop, F. Sejarah Singkat dan Perkembangan Musik Pop Ballad, G. Sejarah Singkat dan Perkembangan Musik Folksong Kontemporer, H. Sejarah Singkat dan Perkembangan Musik Rap, I. Musikalisasi Puisi, J. Musikalisasi Puisi sebagai Bentuk Alih Wahana Puisi ke Media Musik. Bab III. Mengenal Sosok Untung Basuki, A. Biografi Singkat Untung Basuki, B. Kegiatan Untung Basuki dalam Bidang Kesenian, C. Karya-Karya Musikalisasi Puisi, Teater dan Seni Rupa Untung Basuki 42 Bab IV. Analisis Musikalisasi Puisi karya Untung Basuki, A. Analisis Musikalisasi Puisi Ingin Kugambar, B. Analisis Musikalisasi Puisi Bunga-Bunga. Bab V. Kesimpulan yang berisi tentang ringkasan karya tulis dan saran.