1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Musik

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Musik adalah salah satu hasil karya seni seseorang yang tidak
lepas dari pengaruh masyarakat pendukungnya. Musik sudah ada
sejak kehidupan manusia purba, yang ditandai dengan lukisan
beberapa alat musik sederhana di goa-goa tempat mereka tinggal
dan artefak-artefak alat musik sederhana yang terbuat dari bahanbahan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka, contohnya
adalah seruling dari tulang hewan, batuan yang dipukul keras dan
nekara. Pada masa itu musik dimainkan, untuk mengungkapkan
emosi manusia seperti perasaan sedih, senang dan gembira.
Pada perkembangan selanjutnya, bukti keberadaan musik
dapat dilihat pada sejarah bangsa Yunani Kuno, dengan adanya
muses atau sembilan dewi yang mencerminkan cabang-cabang
seni. Musik memegang peranan yang sangat penting di setiap
aspek
kehidupan
masyarakat
Yunani,
mulai
dari
upacara
keagamaan seperti perkawinan, kematian, dan pemujaan para
dewa hingga perang dan kompetisi, bahkan dalam mitologi
Yunani, musik dianggap berasal dari sesuatu yang sifatnya sakral,
mempunyai kekuatan magis, yang bisa menyembuhkan penyakit,
2
serta menenangkan pikiran, dan hal ini masih berlanjut sampai
pada abad pertengahan. Pada abad pertengahan, musik hanya
boleh dimain dan dinyanyikan di dalam gereja untuk memuji
Tuhan. Ada tindakan tegas dari dewan gereja jika musik
diperdengarkan di tempat umum, tidak mengherankan karena
pada waktu itu gereja adalah pusat dari kehidupan masyarakat,
semua kehidupan bermasyarakat di atur oleh gereja. Musik baru
dapat dimainkan didepan umum sebagai hiburan pada masa
klasik dan berlanjut hingga sekarang. Di jaman yang serba
modern ini, musik menjadi bentuk yang bebas tanpa terikat oleh
aturan-aturan
lama
yang
membatasinya,
karena
lebih
menekankan pada pengekspresian perasaan.
Musik adalah rangkaian nada yang menjadi melodi dan diatur
menurut urutannya dan di dalamnya terdapat ritme dan harmoni
dan diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu satu
kesatuan. Di dalam musik terdapat unsur nada, ritme, harmoni
dan tempo. Musik adalah seni yang muncul dalam kerangka
waktu dan bukan dalam ruang.1 Apa yang diungkapkan oleh
William
H.
Baxter,
tersebut
menunjukkan
bahwa
produksi
maupun reproduksi sebuah musik memiliki dimensi kesesaatan
dan pengalaman yang bersifat interpretatif. Dengan kata lain
musik dipertunjukan pada kerangka waktu yaitu pertunjukan
William H. Baxter, Jr. Basic Studies in Music (Boston: Allyn and Bacon Inc,
1968), 4
1
3
yang disajikan dengan permainan musik oleh orkestra, penyanyi,
pemain instrumen solo maupun band pada waktu, durasi dan
ditempat tertentu. Berbeda dengan seni rupa yang dipertunjukan
dalam kerangka ruang, misalnya sebuah lukisan dipamerkan
dengan penataan dan diruang tertentu, masalah waktu tidak akan
merubah lukisan tersebut menjadi berbeda dari lukisan tersebut
pada waktu pertama kali dipamerkan. Namun musik akan
menjadi berbeda ketika ditampilkan ulang. Kondisinya akan
berubah tidak sama dengan musik yang didengar pertama kali,
yang mempengaruhi hal ini adalah perbedaan interpretasi penyaji,
konduktor yang berbeda dan interpretasi yang berbeda-beda dari
para pendengar, bahkan kondisi musik menjadi berbeda walaupun
musik ditampilkan ulang oleh seniman yang sama.
Seiring perkembangan jaman, musik mengalami perubahan
sesuai
dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan,
budaya,
perubahan sosial politik dan teknologi pada setiap jaman. Hal ini
ditandai dengan banyaknya genre-genre musik yang muncul saat
ini yang beraneka ragam. Genre baru tersebut merupakan
perkembangan dari genre yang sudah ada sebelumnya maupun
genre dengan unsur yang baru tanpa terpengaruh dari unsur
genre sebelumnya. Fungsi musikpun sekarang tidak hanya
sebagai pertunjukan hiburan dan media ekspresi. Banyak kita
jumpai sekarang ini musik digunakan sebagai media terapi, media
4
pengajaran, pengembangan diri, sebagai latar belakang atau
backsound dari sebuah film atau drama, sebagai latar belakang
pembacaan puisi dan sebagai media apresiasi karya sastra
khususnya puisi. Musik yang digunakan untuk media apresiasi
puisi berhubungan erat dengan bentuk puisinya.
Puisi sebagai bagian dalam karya sastra pada dasarnya
merupakan
Perwujudan
sarana
ekspresi
ekspresi
seseorang
pengarang
lewat
dari
alam
puisi
batinnya.
selanjutnya
presentasikan melalui bahasa yang bertujuan memberi kesan dan
suasana emotif tertentu untuk mempengaruhi perasaan dan
pikiran penikmat puisi. Pradopo menyimpulkan bahwa puisi
memiliki unsur-unsur berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide,
nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata-kata kiasan,
kepadatan dan perasaan pengarang semua hal tersebut terungkap
dalam media bahasa.2 Puisi mengekspresikan pemikiran yang
membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca
indera dalam susunan kata yang berirama, sehingga tujuan puisi
adalah untuk menggugah dan membangkitkan perasaan dan
menuntut penikmat puisi untuk berimajinasi sesuai dengan
Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan
Analisis Struktural dan Semiotik (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2002), 7
2
5
interpretasinya
masing-masing
setelah
membaca
atau
mendengarkan puisi dibacakan.3
Struktur dan ragam puisi adalah hasil karya kreatif terusmenerus berubah, setiap jaman mempuyai ciri ke-khas-an bentuk
puisinya. Puisi selalu berkembang sesuai selera jamannya seperti
yang dikatakan oleh Riffaterre bahwa puisi selalu berubah –ubah
sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya,
contohnya puisi modern sekarang ini tidak lagi terikat oleh
aturan-aturan puisi lama, bentuknya menjadi lebih bebas tetapi
tetap memperhatikan bunyi yang terdapat dalam diksi yang
menyusunnya.4
Pengungkapan dan menyampaian puisi disebut dengan istilah
apresiasi puisi sebagai sebuah bentuk dari karya sastra. Apresiasi
mempunyai pengertian memahami, menikmati, menghargai atau
menilai5. Apresiasi puisi dilakukan sesuai dengan interpretasi
pelaku apresiasi, sehingga setiap pelaku apresiasi mempunyai
interpretasi masing-masing. Kegiatan apresiasi puisi ini dapat
berbentuk dalam beberapa kegiatan seperti misalnya deklamasi
3 Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan
Analisis Struktural dan Semiotik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2002, 7
4 Michael Riffaterre, dalam Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi:
Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press , 2002), 1
5 Jacob Sumardjo dan Saini K. M. Apresiasi Kesusastraan (Jakarta: PT.
Gramedia, 1988), 173
6
puisi, poetry reading, dramatisasi puisi maupun musikalisasi
puisi.
Kegiatan pembacaan puisi melalui media musik disebut
dengan istilah musikalisasi puisi. Puisi tidak lagi dinikmati dengan
cara dibaca sebagai bentuk teks saja, melainkan dapat dinikmati
dalam bentuk yang lain yaitu dalam bentuk musik. Musikalisasi
puisi adalah adalah bentuk kesenian baru yang menggabungkan
dua seni yaitu seni sastra dan seni musik. Di Indonesia misalnya
musikalisasi puisi sudah dilakukan sejak tahun 1950-an oleh
Cornel Simanjuntak. Karya musikalisasi puisinya dikenal dengan
nama lagu seriosa (lagu serius), yang dianggap sebagai sebuah
komposisi musik vokal dengan iringan piano yang mempunyai
nilai estetis yang tinggi. Di Eropa musikalisasi bahkan sudah
dilakukan berabad-abad yang lalu yang berakar dari kesenian
kaum seniman keliling, puisi diciptakan dan dinyanyikan menjadi
sebuah lagu dengan iringan satu alat musik seperti gitar, biola,
seruling atau banjo dan dimainkan dengan berkeliling dari satu
tempat ke tempat lain. Bentuk tersebut mengalami perkembangan
menjadi sebuah karya seni dengan bobot estetis yang sangat tinggi
karena diciptakan oleh seorang komposer yang dikenal dengan
nama art song.
Puisi diambil dari karya penyair terkenal pada
jaman tersebut, dan musik diciptakan oleh seorang komposer.
Pada Jaman Romantik ini adalah jaman keemasan puisi dan
7
musikalisasi
puisi.
Musikalisasi
puisi
mendapatkan
tempat
tertinggi dan ditampilkan dalam gedung-gedung konser dan
dinikmati oleh para bangsawan.
Supratman
Kesusastraan
sebagai
Abdul
Rani,
Indonesia,
upaya
untuk
dkk.,
dalam
mendefinisikan
menampilkan
buku
Intisari
musikalisasi
puisi
dengan
puisi
jalan
memasukkan unsur-unsur musik secara dominan.6 Tujuan utama
musikalisasi puisi sama seperti tujuan dalam deklamasi puisi
maupun poetry reading adalah menyampaikan isi puisi kepada
audiensi. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan
tentang definisi musikalisasi puisi yaitu, sarana komunikasi yang
terjalin diantara seniman atau penyair penampil musikalisasi puisi
dengan audiensi dengan tujuan untuk menyampaikan isi puisi
melalui
media
musik
(nada.
Irama,
ritme
dan
lain-lain).
Musikalisasi puisi dilakukan oleh kelompok musik dan tak jarang
ditampilkan
oleh
penyairnya
sendiri
yang
berupa
hasil
gubahannya sendiri baik puisi dan musiknya atau kolaborasi
antara penyair dan pemusik.
Musikalisasi puisi memiliki peminat dan publik apresiasi
dalam kalangan tertentu saja yaitu kalangan sastra, teater
maupun musik, namun di masyarakat umum musikalisasi puisi
ini
terbilang
asing.
Secara
tidak
sadar
musikalisasi
puisi
Rani, Supratman Abdul dkk. Intisari Kesusastraan Indonesia, (Bandung:
Pustaka Setia, 2004), 8.
6
8
sebenarnya sering kita jumpai dalam lagu-lagu populer sekarang
ini dengan pengemasan dalam bentuk jenis tertentu, misalnya
lagu-lagu yang di bawakan Bimbo, Ebiet G. Ade, God Bless,
Kantata Taqwa dan lain-lain. Lagu-lagu yang mereka bawakan
berangkat dari sebuah puisi karya penyair terkenal di Indonesia,
seperti Chairil Anwar, Taufik Ismail, W.S. Rendra dan lain-lain,
lagu-lagu tersebut merupakan sebuah musikalisasi puisi, tetapi
masyarakat lebih mengenalnya sebagai sebuah lagu dari penyanyi
tersebut tanpa pengetahui bahwa lirik lagunya diambil dari
sebuah puisi.
Sekarang
ini
pertunjukan
musikalisasi
sangat
marak
ditampilkan pada pembukaan seminar seni, pembukaan pameran
lukisan, pembukaan pameran buku, seminar budaya dalam taraf
lokal, nasional maupun internasional. Minat masyarakat terhadap
musikalisasi puisi semakin besar, ditunjukkan dengan munculnya
grup-grup
musikalisasi
puisi
baik
dalam
lingkup
seniman,
masyarakat umum, pelajar dan mahasiswa, apresiasinya juga
cukup bagus dengan diadakannya festival dan lomba-lomba
musikalisasi puisi, dan selalu ramai diikuti oleh para praktisinya,
bahkan sekarang ini musikalisasi puisi masuk dalam kurikulum
pembelajaran apresiasi puisi di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA).
9
Namun demikian, istilah musikalisasi puisi juga banyak
menimbulkan
maupun
perdebatan
masyarakat
di
kalangan
umum.
Hal
sastrawan,
ini terjadi
pendidik
karena
istilah
musikalisasi belum mempunyai konvensi yang jelas, pasti dan
bukan
istilah
yang
baku,
ditambah
dengan
penggunakan
penyebutan lain dari musikalisasi puisi seperti, musik puisi, puisi
bunyi, tembang puisi, musik sastra atau lagu puisi. Pada
penelitian ini akan dibatasi pada pengertian musikalisasi sesuai
dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sebutan-sebutan tersebut
bukanlah istilah tetap untuk kegiatan ini karena masing-masing
orang, orang, seniman maupun kelompok mempunyai kepentingan
sendiri-sendiri atas istilah tersebut.
Hal ini hanyalah masalah
selera dari seniman tersebut dalam penyebutannya. Tan Lioe Ie
menyebut kegiatan ini sebagai “musikalisasi puisi”, Untung Basuki
menyebutnya dengan istilah “lagu puisi”, panitia Festival Musik
Puisi Yogyakarta dan Japhens Wisnujati menyebutnya sebagai
“musik puisi”.7 Musikalisasi puisi ini lahir di kalangan tertentu
khususnya di kalangan komunitas sastra maupun komunitas
teater yang berkreativitas dalam hal pengapresiasian
puisi,
walaupun istilah ini tidak baku, istilah ini sampai sekarang masih
terus diupayakan eksistensinya.
Tan Lioe Ie, Musikalisasi Puisi, Pluralisme Istilah dan Penciptaan, dalam
Raudal Tanjung Banua dan Iman Budhi Santosa, Musik Puisi: Dari Istilah ke
Aksi (Yogyakarta: Pustaka Sastra LKiS, 2005), 3
7
10
Musikalisasi dapat digolongkan dalam 2 kategori berdasar
ketetapan bentuknya, yaitu sebagai berikut: 1). musikalisasi puisi
yang dibuat berdasarkan program saja, dibuat hanya untuk suatu
program pertunjukan tertentu dan dalam waktu sekali waktu itu
saja, 2). Musikalisasi puisi yang dibuat paten atau tetap secara
aransemen lagu, melodi, dan pemakaian alat musiknya, jenis ini
mempunyai
bentuk
aransemen
yang
tetap
walaupun
dipertunjukan pada tempat dan waktu yang berbeda-beda. Pada
jenis ini aransemen dapat ditulis dalam notasi musik maupun
hanya ingatan saja.
Setiap grup maupun seniman mempunyai ciri khasnya sendiri
dalam menciptakan
musikalisasi puisi yang nantinya
akan
menjadi karakter dari karya-karyanya, seperti penggunaan alat
musik tertentu, penggunaan backup vocal sebagai paduan suara,
memasukkan beberapa unsur dari salah satu jenis musik tertentu
atau lebih, penggunaan teknik vokal yang tinggi, dan lain-lain.
Seniman bebas berekspresi dalam pembuatan musikalisasi ini,
bebas berekspresi dalam pembuatan dan penggunaan puisi dan
bebas berekspresi dalam membuat musiknya, tentunya kedua hal
tersebut nantinya menjadi satu kesatuan bentuk. Ciri khas ini
yang nantinya
akan
membedakan
karya
musikalisasi puisi
diantara seniman satu dengan yang lainnya, dan ciri khas masingmasing seniman mempunyai kelebihan dan keunikan tersendiri.
11
Salah satu seniman musikalisasi puisi di Yogyakarta adalah
Untung
Basuki.
Ia
sudah
banyak
melakukan
pementasan
musikalisasi karyanya baik dalam maupun luar kota dan bahkan
sampai
keluar
negeri.
Untung
Basuki
adalah
seniman
multitalenta, disamping membuat musikalisasi puisi, ia juga aktif
sebagai pelukis dan pemain serta pelatih teater. Latar belakang
pendidikan seninya adalah seni rupa yaitu seni lukis, sedangkan
pengalaman-pengalaman teater, ia peroleh ketika bergabung
dengan Bengkel Teater pimpinan W.S. Rendra. Untung tidak
memiliki latar belakang pendidikan musik, ia belajar musik secara
otodidak.
Di
menciptakan
sela-sela
puisi
kegiatan
pada
tahun
teaternya,
1972,
ia
mulai
kemudian
aktif
muncul
keinginannya untuk membuat musik untuk karya-karya puisinya
walaupun selanjutnya ia juga menggunakan puisi seniman lain
sebagai dasar penciptaan musikalisasi puisi karyanya.
Mencermati hal tersebut, tentunya Untung Basuki sebagai
seniman serba bisa dan memiliki daya kreasi yang tinggi termasuk
unik
karena
dapat
menggubah
lagu
dengan
kemampuan
otodidaknya. Keterbatasan pengetahuan pendidikan musik justru
dengan
tidak
sengaja
membuat
karya
musikalisasinya
mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri, berbeda dengan
karya musikalisasi seniman lain. Dengan demikian penelitian ini
akan terfokus pada posisi musikalisasi puisi yang dihubungkan
12
dengan art song sebagai bentuk musikalisasi puisi pada jaman
Romantik, apa saja tema musikalisasi puisinya, jenis musik apa
yang mempengaruhi gaya bermusiknya dan keterkaitan bentuk
musik dan puisi dalam karya musikalisasi puisinya. Oleh karena
hal-hal itulah penelitian mengenai karya musikalisasi Untung
Basuki dilakukan.
B. RUMUSAN MASALAH
Mencermati terhadap uraian latar belakang tersebut diatas
maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana keterkaitan Musikalisasi Puisi karya Untung
Basuki dengan Art Song?
2. Tema pokok apa saja yang tercermin dalam karya-karya
musikalisasi puisi Untung Basuki?
3. Bagaimana Untung Basuki menyikapi hubungan puisi dan
musik pada karya-karyanya tersebut?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Penelitian tentang Kajian Tekstual Musikalisasi Puisi Karya
Untung Basuki ini bertujuan untuk:
1. Memperkenalkan karya-karya musikalisasi puisi
Untung
Basuki kepada masyarakat luas, mengingat musikalisasi
13
puisi belum dikenal secara jelas dan dipahami dengan
benar oleh masyarakat umum.
2. Memperkenalkan karya musikalisasi puisi Untung Basuki
patut diperhitungkan sebagai karya seni yang mempunyai
keunikan dan ke khas an tersendiri.
3. Memberikan pemahaman tentang Art Song (lagu seni)
kepada masyarakat luas.
4. Memberikan pemahaman tentang lagu puisi sebagai karya
Untung Basuki.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
memberikan
pemahaman bahwa karya musikalisasi puisi Untung Basuki
merupakan karya yang patut diperhitungkan karena proses
penciptaannya yang berbeda dengan karya musik yang lain dan
mempunyai keunikan tersendiri, mengingat Untung Basuki tidak
memiliki latar belakang pendidikan musik formal. Disamping itu
memberikan wawasan relasi antara teks dengan musik dalam
musikalisasi puisi dan memberikan pemahaman bahwa dalam
penciptaan musik juga dilatar belakangi dan terpengaruh oleh
aspek-aspek lain yang berada pada lingkungan seniman tersebut
tinggal dan berkembang.
14
D. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian yang mengupas tentang studi kasus karya-karya
Untung Basuki, pada saat penelitian ini dimulai belum ada peneliti
lain yang menulis penelitian tentang musikalisasi puisi dengan
fokus yang sama. Adapun salah satu maksud dari tinjauan
pustaka adalah untuk menunjukkan keaslian dari keberadaan
penelitian ini. Namun karena hingga saat ini belum pernah ada
penelitian, buku-buku, maupun artikel-artikel yang membahas
tentang topik penelitian ini, maka penelitian ini adalah masih asli.
Adapun sebagai panduan untuk mengkajinya akan digunakan
beberapa
sumber
pustaka
yang
menunjang
dalam
proses
penelitian diantaranya sebagai berikut:
1. Roger Kamien dalam buku Music an Appreciation, di
antaranya mengupas tentang Art Song dan bentuknya.
Secara garis besar dikatakan, bahwa Art Song merupakan
sebuah komposisi untuk penyanyi solo atau permainan
piano tunggal. Dalam hal ini dijelaskan juga bahwa, musik
pengiring
merupakan
komposer
dan
bagian
mempunyai
integral
fungsi
dalam
sebagai
konsep
pasangan
interpretatif terhadap melodi utama. Selain itu dipaparkan
tentang pengertian Musical Form (bentuk dalam musik),
yang merupakan pengorganisasian ide-ide musikal dalam
rentangan waktu. Artinya musik ada karena waktu; dalam
15
waktu musik mulai, bervariasi, berulang, dan berakhir.
Dalam aliran waktu, komposer menciptakan sesuatu
perpaduan dari berbagai unsur-unsur musikal. Salah satu
bentuk musik khas jaman romantik adalah art song,
komposisi
untuk
solo
vocal
dengan
iringan
piano.
Iringannya merupakan bagian yang integral dari konsep
komposer dan ditampilkan dengan suara vocal sebagai
penyampai interpretasinya. Namun di dalam buku ini tidak
di ulas mengenai contoh-contoh dan lampiran lagu dari
beberapa bentuk art song untuk memperjelas setiap
penjelasan tentang bentuk-bentuk tersebut. Buku ini
menjadi sumber data dalam pembahasan mengenai art
song yang dipaparkan pada bab II.
2.
Karl Edmund Prier Sj., Sejarah musik 2, membahas
tentang sejarah musik barat dan perkembangannya dari
musik abad pertengahan, musik barok, musik klasik,
sampai
musik
romantik.
Tulisannya
meliputi
perkembangan dari jaman musik klasik barat tersebut di
berbagai Negara di antaranya Jerman, Austria, Inggris,
Perancis, Italia, dan Belanda. Ia juga mengetengahkan
beragam jenis seperti untuk vokal: opera, nyanyian solo
(art song), instrumen: simfoni, piano, gesek dan tiup.
Dengan kupasan menyeluruh dari gaya, bentuk, ciri khas
16
dan peran dalam keberadaan pada jamannya. Selain juga
dipaparkan
dengan
detail
mengenai
sejarah
musik
romantik, ciri musiknya, jenis dan bentuk karya musik
yang berkembang pada jaman tersebut dan komposer yang
terkenal pada masa itu.
3.
Raymond A. Barr dalam Stanley Sadie dalam The New
Grove Dictionary of Music and Musicians memaparkan
tentang
lied
adalah
sebuah
lagu
daerah
German.
Dijelaskan juga tentang lied poliponi yaitu lied dengan
melodi yang terdiri dari beberapa suara, general bass lied
yaitu lagu lied yang terdiri dari satu suara atau bahkan
lebih yang menggunakan iringan instrumen bass dan
terkadang menggunakan beberapa instrumen tambahan
untuk memainkan obligato dan ritonello, lied pada tahun
1750-1800 dengan tokohnya Christian Gottfried Krause
menyatakan bahwa lied seharusnya seperti lagu rakyat
yang gampang dinyanyikan bahkan oleh orang yang tidak
profesional, dan seharusnya mengekspresikan mood dan
makna dari liriknya, seharusnya mempunyai iringan yang
sederhana dan bahkan dapat dinyanyikan tanpa iringan
sekalipun.
4.
Hermanu dalam bukunya Merayap Waktu (Lagu Puisi A.
Untung Basuki) memaparkan tentang: definisi musikalisasi
17
puisi karya Untung Basuki, yang disebut dengan Lagu
Puisi. Lagu Puisi adalah lagu yang dicipta berdasarkan
puisi. Puisi yang digubah menjadi lagu, dengan aturan
tidak mengubah, baik mengurangi, menambah, ataupun
mengganti kata. Dan tidak mengenal genre musik, apakah
musik rock, pop, dangdut, jazz, balada, country, ataupun
blues, karena lagu puisi tercipta atas dasar kemauan puisi
bukan kemauan musik. Puisi adalah sebentuk upaya
manusia
untuk
menangkap
dan
mengekspresikan
keindahan, salah satu cara untuk menafsirkannya adalah
lewat musik. Inilah yang dibuat oleh Untung Basuki yaitu
membuat musikalisasi puisi, menggabungkan puisi dan
musik menjadi satu kesatuan bentuk baru dalam seni
pertunjukan.
Selain
itu
juga
dipaparkan
34
karya
musikalisasi puisinya disertai tahun pembuatan, dan puisi
diambil dari beberapa penyair Indonesia, dan beberapa
karya
sketsa
dan
foto-foto
Untung
Basuki
ketika
pementasan teater dan musikalisasi puisi. Pada lampiran
juga disertakan satu notasi karya musikalisasi puisinya,
namun tidak semua karya musikalisasi yang dipaparkan
dalam buku ini dilampirkan notasinya.
5.
Hugh
M.
Miller
dalam
Pengantar
Apresiasi
Musik
(Introduction to Music: a guide to good listening) terjemahan
18
Drs. Triyono Bramantyo PS. Berisi tentang pemaparan
unsur dasar musik yaitu nada, elemen-elemen waktu,
melodi, harmoni, tonalitas dan dinamika. Dalam buku ini
juga membahas tentang musik vokal dan instrumen,
struktur bentuk musik dan art song. Suatu kegiatan
apresiasi yang utuh dan menyeluruh terhadap musik
menuntut perhatian pada art song. Art song menyediakan
sumber kegembiraan, eksplorasi dan penemuan yang tak
terbatas dalam kaitan dengan pengalaman musikal. Art
song berbeda dengan folksong, aria dramatis, ataupun
musik populer, karena art song merupakan komposisi yang
rumit dan relatif singkat yang diciptakan oleh seorang
komposer. Dalam buku ini tidak ada penjelasan tentang
sejarah art song secara detail, dan hanya dibahas secara
garis besarnya saja dan tidak ada lampiran notasi lagu
dalam pembahasan contoh bentuk art song.
6. M.
Taufan
Akbar
dalam
skripsi
yang
berjudul
Kebermaknaan Hidup Untung Basuki sebagai seniman
teater, skripsi untuk memperoleh gelar sarjana Universitas
Proklamasi 45, berisi tentang biografi singkat Untung
Basuki dan kiprah Untung Basuki sebagai seniman teater.
Aloysius Untung Basuki lahir di Yogyakarta, 12 Maret 1949,
anak ke lima dari sebelas bersaudara dari pasangan David
19
Sawabi
Marto
Perwoto
dan
Stevanie
Supantriarti.
Menempuh pendidikan seni di Sekolah Seni Rupa Indonesia
dan di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia, disamping itu ia
juga aktif di Bengkel Teater dan sudah malang melintang
terlibat dalam pementasan teater sampai ke luar negeri.
Dan
pada
tahun
1972
mulai
membuat
musikalisasi
pertamanya berjudul Lepas-Lepas. Di dalam skripsi ini juga
ditulis tentang beberapa kegiatan teater Untung Basuki,
karya teaternya baik yang ditulis maupun disutradarai oleh
Untung Basuki dan karya musikalisasi puisinya. Namun
dalam skripsi ini penulisan biografi Untung Basuki dirasa
terlalu singkat banyak info-info penting tentang Untung
Basuki tidak dimasukkan ke dalamnya.
7. Sebuah
situs
internet
www.cabiklunik.blogspot.com,
memaparkan tentang biografi singkat Untung Basuki,
riwayat pendidikan seni Untung Basuki, perjalanan karier
teaternya, dan konsep dasar pembuatan musikalisasi
puisinya. Melukis dan berteater memang bukan hal baru
bagi Untung, tetapi justru kemampuan bermusiknya lebih
disoroti dan unik. Di Yogyakarta, dialah satu-satunya
seniman yang menulis puisi, lalu menjadikannya sebagai
lirik lagu. Lagu puisi itu berbeda dengan musikalisasi puisi.
Musikalisasi puisi bersifat temporer, melayani program dan
20
kegiatan. Untung Basuki sudah merekam beberapa lagu
puisinya ke dalam sebuah album. Album Lagu Puisi Tanah
hanya direkam 1.000 kopi, lewat album itu, makin banyak
orang yang datang kepadanya, mereka membuat puisi, lalu
berdiskusi
tentang
proses
pembuatannya
menjadi
musikalisasi puisi, setidaknya dengan cara ini makin
banyak orang cinta puisi. Tulisan ini bersifat subyektif
karena lebih menjelaskan istilah musikalisasi puisi yang
dipakai oleh Untung Basuki dan hanya menyinggung
sedikit tentang proses pembuatan musikalisasi puisi.
8. Tembi, Pentas Musik Kreatif 34 Tahun Lagu Puisi di Yogya,
berisi tentang pengertian dan penjelasan Lagu Puisi sebagai
karya musikalisasi puisi Untung Basuki,
biografi singkat
Untung Basuki dan sejumlah karya lagu puisinya. Buku ini
membantu penulis untuk mendokumentasikan karya-karya
Untung Basuki, namun dalam buku ini musikalisasi
puisinya hanya berupa teksnya atau puisinya saja yang
ditulis, tidak ada penjelasan tentang konsep mengenai
masing-masing judul karyanya.
Daftar buku-buku tersebut digunakan sebagai acuan dalam
membuat penelitian ini. Tidak disangkal bahwa pembahasan
tentang musikalisasi puisi sudah dilakukan oleh beberapa peneliti,
tetapi setiap peneliti mempunyai fokus tersendiri berbeda dengan
21
peneliti yang lain walaupun dengan pokok bahasan yang sama
yaitu
musikalisasi puisi sehingga
tujuan
studi ini hendak
melengkapi kajian-kajian yang sudah ada tentang musikalisasi
puisi khususnya dalam hal relasi syair atau puisi dengan
musiknya dalam karya musikalisasi puisi karya Untung Basuki.
E. LANDASAN TEORI
Sebuah seni pertunjukan merupakan sebuah peristiwa
diskursif yang kompleks, yang merupakan jalinan dari beberapa
elemen-elemen ekspresif yang diorganisasikan menjadi sebuah
entitas. Hal ini berarti, mengerjakan analisis tekstual sebuah seni
pertunjukan merupakan pekerjaan yang tidak sederhana, yang
memerlukan
pendekatan
multi-disiplin.8
Adapun
analisis
kontekstual sebuah seni pertunjukan lebih menempatkan seni
pertunjukan dalam konteks budaya masyarakat pemiliknya. Kita
bisa mengamati dari konteks politiknya, konteks sosialnya,
konteks fungsinya dalam kehidupan, konteks ekonominya dan lain
sebagainya. Hanya saja kita perlu ingat, karena pengetahuan
manusia terbatas, seyogyanya tidak usah mengamati dari semua
konteks atau aspek dari seni pertunjukan tersebut, hal ini
disebabkan pendekatan holistik semacam ini memerlukan kerja
Marco de Marinis, The Semiotics of Performance. Terj. Aine O‟Healy
(Bloomington dan Indianapolis: Indiana University Press, 1993), 6
8
22
ekstra keras apabila seni pertunjukan tersebut memiliki banyak
aspek yang rumit.9 Maka dari ini dalam penelitian ini akan
difokuskan pada analisis struktur bentuk musikalisasi puisi,
tema-tema pokok yang muncul dan hubungan puisi dan musik
pada karya musikalisasi puisi karya Untung Basuki.
Musikalisasi puisi adalah sebuah genre baru dalam seni
pertunjukan sebagai hasil penggabungan musik dan puisi. Puisi
digunakan sebagai lirik lagu dalam musikalisasi puisi. Puisi
adalah
rangkai
kata-kata
yang
diatur
dan
di
dalamnya
mengandung unsur rima, irama dan matra. Di dalam musik
populer, penggunaan teks dalam sebuah lagu disebut dengan lirik.
Penggunaan bahasa dan diksi lirik lagu sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan bahasa dan diksi
puisi. Hal ini sesuai dengan
pengertian lirik lagu menurut Semi yang mengatakan, “Lirik
adalah puisi yang pendek yang mengekspresikan emosi”.10
Musikalisasi
puisi
sampai
sekarang
banyak
menuai
perdebatan disebabkan karena istilah musikalisasi puisi adalah
istilah yang belum baku dan banyak penyebutan-penyebutan lain
dari istilah ini seperti musik puisi, lagu puisi, musik sastra,
sehingga untuk dapat menyamakan pendapat dalam penelitian ini
R.M. Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa,
(Yogyakarta: MSPI, 2001), 69
9
10
Atar Semi, Anatomi Sastra (Bandung: Angkasa Raya, 1988), 106
23
maka
hanya
akan
menggunakan
istilah
musikalisasi
puisi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu hal menjadikan
sesuatu dalam bentuk musik, dalam kasus ini memakai objek
puisi. Dengan kata lain musikalisasi puisi adalah menjadikan
puisi menjadi bentuk musik.11 Musikalisasi puisi mempunyai
kemiripan
dengan
art
song
dilihat
dari
unsur-unsur
pembentuknya. Stephen Varcoe, seorang penyanyi opera dan
konser ternama dengan pengalaman menyanyikan karya-karya
dari gaya Barok awal hingga kontemporer sekaligus sebagai
pengajar dalam berbagai master class art song terutama lieder,
menggambarkan art song tersebut dalam 3 unsur yang menjadi
ciri khasnya yaitu:
1. Art Song diciptakan dengan tujuan untuk diiringi dengan
sebuah instrumen keyboard, pada awalnya menggunakan
sebuah harpsichord, fortepiano (bentuk piano awal),
namun belakangan menggunakan dengan piano.
2. Puisi atau kadang teks prosa bukan hanya puisi tersebut
cocok digunakan untuk syair lagu saja, tetapi juga dipilh
karena kemampuan komposer untuk mengidentifikasi
arti puisi tersebut dan mengekspresikan arti puisi sesuai
dengan karakter individualnya.
Tim Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 767
11
24
3. Penciptanya mempertimbangkan pula maksud komponis,
pemilihan puisi, dan cita rasa musikalnya terhadap syair
dan melodi.12
Perbedaannya adalah dalam musikalisasi puisi modern tidak
menggunakan piano sebagai iringan utamanya, alat musik yang
digunakan seperti gitar, biola, dan bahkan dapat menggunakan
beberapa
alat
musik,
tidak
seperti
art
song
yang
hanya
penggunakan satu alat musik tertentu yaitu piano.
Sapardi Djoko Damono mengatakan bahwa begitu puisi
digubah menjadi lagu ia sudah menjadi
terpisahkan dari komposisi.13
bagian yang tak
Kata “komposisi” mengafiliasikan
bentuk. Bentuk pada gilirannya menunjuk pada pengertian
struktur. Dalam bentuk dan struktur inilah semua “ketentuan”
dan keputusan rekayasa karya seni yang bersifat material (bunyi,
suara, nada, ritme, harmoni, dan seterusnya) dan non material
(dinamik,
sifat,
watak,
warna,
rasa
dan
sebagainya)
diakomodasikan.14
Kata komposisi yang berasal dari kata kerja bahasa Jerman
komponieren ( latin componere, Itali comporre, Inggris to compose)
pertama kali dipergunakan oleh pujangga besar Jerman, Johann
12 Stephen Varcoe, European Art Song, dalam John Potter (ed.) The
Cambridge Companion to Singing (Cambridge, UK: Cambridge University Press,
2000), 111
13 Sapardi Djoko Damono, Alih Wahana (Jakarta: Editum, 2002), 76
14 Suka Hardjana, Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini (Jakarta:
Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2003), 73
25
Wolfgang von Goethe, (1749-1832) untuk menandai cara-cara
menggubah (komponier-ern) musik pada abad-abad sebelumnya
(abad ke-15 sampa abad ke-17) dimana suara atau lagu utama
akan diikuti oleh susunan suara-suara atau lagu lainnya yang
dikoordinasikan, ditata, atau dirangkai dibawah (berdasarkan)
lagu utama yang disebut cantus. Komponieren dengan demikian
adalah
pekerjaan
mengatur,
menyusun,
menata,
merangkai
(bahasa awam: ngotak-atik) berbagai suara atau nada-nada yang
mengacu kepada lagu atau melodi utama yang disebut cantus.15
Kata komposisi secara tidak langsung sebenarnya juga menunjuk
pada
proses
berlangsungnya
cara
kerja
dan
terjadinya
(terwujudnya) suatu karya musik, yaitu suatu karya seni yang
terwujud karena proses kerja pengaturan, penyusunan atau
perangkaian proporsi, imbangan (balance), matra, konstruksi,
bentuk dan sebagainya. Konstruksi bentuk dalam strukturnya
menjadi sebuah wadah pengekspresian seni.
Untuk mengetahui ciri khas bentuk lagu musikalisasi puisi
diperlukan
analisis
struktur
musiknya,
sehingga
untuk
menganalisis bentuk karya musikalisasi puisi Untung Basuki
digunakan perspektif musikologi. Musikologi sebagai metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini telah dipakai oleh
para peneliti sejak pertengahan abad xix dalam melakukan
Suka Hardjana, Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini (Jakarta:
Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2003), 79
15
26
penyelidikan-penyelidikan. Vincent Duckless menjelaskan bahwa
musikologi mempunyai sepuluh cabang ilmu yaitu metode sejarah,
metode teoritis dan analitis, kritik tekstual, penelitian arsip,
terminologi dan leksikografi, organologi dan ikonografi, praktek
pementasan, kritik estetis, tari dan sejarah tari.16 Japi Tambayong
menguraikan bahwa musikologi adalah bidang studi ilmiah dan
sistematik
musik
yang
menyangkut
masalah
sejarah
dan
komposisi lengkap dengan teori dan harmoni.17 Dalam penelitian
ini akan digunakan teori musikologi yaitu teori ilmu bentuk
analisis musik sebagai dasarnya, karena diperlukan analisis
struktural lagu yang mendetail untuk melihat relasi antara musik
dengan puisi sebagai syair pada musikalisasi puisi karya Untung
Basuki.
William Russo mengatakan, kata-kata yang dipakai dalam
sebuah lagu biasanya disebut dengan teks. Pada musik populer
kata-kata dalam sebuah lagu desebut dengan lirik. Pada musik era
romantik terutama karya-karya
Franz Schubert, teks hadir
terlebih dahulu daripada musiknya. Dalam perkembangan musik
sekarang ini tidak jarang para penulis lagu populer menciptakan
musiknya terlebuh dahulu daripada textnya, hal ini menyebabkan
teks
musik
populer
biasanya
lebih
mudah
dipahami
dan
16 Vincent Duckless, “Musicology”, dalam The New Grove Dictionary of Music
and Musicians (London: Macmillan Publisher Ltd., 1980), 836
17 Yapi Tambajong, “Musikologi” Ensiklopedi Musik (Jakarta: PT. Cipta Adi
Pustaka, 1992), 57
27
menggunakan kata-kata yang lebih sederhana. Ada berbagai
macam cara untuk menulis sebuah lagu, tetapi cara yang lebih
praktis adalah ketika teks tercipta lebih dahulu, kemudian musik
diciptakan diciptakan mengacu pada teks tersebut. 18 Dalam
penelitian ini teks lagu berupa sebuah puisi karya penyair terkenal
di Indonesia seperti W. S. Rendra, Linus Suryadi AG, MH. Ainun
Najib, Kirdjomulyo, Adi Kurdi, dan lain-lain, kemudian sebagai
seorang pencipta musikalisasi puisi, bertugas untuk mencari
melodi dan harmoni yang dapat mencerminkan karakter atau
makna dari puisi yang menjadi teks lagu, sehingga puisi dapat
dipahami dengan mudah oleh pendengar. Selain itu analisis
struktur musik ini yang ini juga berguna untuk melihat gaya dan
ciri
khas
pencipta
dalam
menciptakan
karya
musikalisasi
puisinya, juga berguna untuk menganalisis frase puisi dan frase
musiknya yang berkaitan erat dengan masalah penyampaian
makna puisi yang dikemas dalam sebuah pertunjukan musik
kepada audiensi.
Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks,
karena itu untuk memahami karya sastra (sajak) haruslah karya
sastra (sajak) dianalisis. Salah satu karya seni sastra adalah puisi.
Puisi adalah adalah karangan yang bentukya terikat oleh rima dan
William Russo, Composing Music (Chicago: The University of Chicago
Press, 1988), 154
18
28
irama.19 Menurut pikiran strukturalisme, dunia (karya sastra
merupakan dunia yang diciptakan pengarang) lebih merupakan
susunan hubungan daripada susunan benda-benda. Oleh karena
itu, kodrat tiap unsur dalam struktur itu tidak mempunyai makna
dengan
sendirinya,
melainkan
maknanya
ditentukan
oleh
hubungan dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam
struktur itu, sehingga untuk memaknai sebuah puisi tidak dapat
terpisah-pisah
atau
diartikan
kata
demi
kata,
melainkan
hubungan kata dengan kata lainnya yang saling berkaitan serta
hubungannya dengan nada dan irama puisi tersebut. 20 Dengan
pengertian seperti itu, maka analisis struktural puisi adalah
analisis puisi ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya bahwa tiap
unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan
unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam
struktur
dan
terjadi
hubungan
timbal
balik
dan
saling
berhubungan satu sama lainnya.21 Puisi terdiri dari beberapa
aspek yaitu aspek bunyi yang muncul ketika orang membaca
sebuah puisi yang dibatasi oleh panjang pendek bunyi dan jeda
bunyi, aspek irama yang berhubungan dengan turun naiknya
bunyi atau suara, keras lembut ucapan bunyi dan panjang pendek
19 Hill, Knox C. Interpreting Literature, (United States: University of Chicago
Press, 1966), 6
20 Terence Hawkes, Structuralism and Semiotics (London: Methuen & Co.
Ltd., 1978), 120
21 Rachmat Joko Pradopo, Pengkajian Puisi (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2009), 120
29
bunyi, kata yang berhubungan dengan diksi konotasi dan denotasi
dan metafora, aspek citraan berhubungan dengan gambaran
angan yang menimbulkan suasana khusus, menarik perhatian
dan membuat puisi lebih hidup, aspek gaya bahasa berhubungan
susunan kata-kata yang muncul dari isi hati penyair dan
menimbulan perasaan tertentu.
Teori puisi Rachmat Djoko Pradopo ini digunakan untuk
mendapatkan hasil relasi dari teks dan musik dari musikalisasi
puisi. Hal ini juga diperkuat pada definisi lain mengenai lirik lagu
terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu lirik lagu
adalah karya puisi yang dinyanyikan.22 Analisis puisi ini mengacu
pada
bentuk
visul
puisinya
saja
seperti
pendapat
yang
dikemukakan oleh Wirjosoedarmo, puisi itu karanagan yang
terikat oleh 1). Banyak baris dalam tiap bait; 2). Banyak kata
dalam tiap baris; 3). Banyak suku kata dalam tiap baris; 4). Rima;
5). Irama.23 Langkah pertama adalah diperlukan analisis struktur
puisi yaitu aspek bunyi, irama, kata serta makna puisinya,
kemudian melodi dan harmoni dibuat sesuai dengan frase dan
makna dari puisi tersebut. Pada penelitian ini hanya akan
membahas tentang hubungan musikalisasi puisi, art song, musik
pop ballad, folksong dan musik rap, dimana puisi yang menjadi
22 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 2005), 528
23
Wirjosoedarmo dalam Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), 5
30
teksnya tidak akan dibahas secara mendetail seperti analisis
bunyi, irama dan katanya tetapi dibatasi dengan analisis frase,
tema dan isi puisinya saja.
Teori-teori yang telah dipaparkan diatas digunakan untuk
menganalisis musikalisasi puisi dari segi tekstual, yaitu dari
bentuk struktur musik dan bentuk struktur puisinya. Dengan
analisis bentuk musik nantinya akan ditemukan bentuk lagu,
frase atau kalimat lagu, motif melodi, dan progresi akord sebagai
harmoninya, kemudian dibandingkan dengan struktur bentuk
puisinya.
Suatu karya seni tidak lepas dari pengaruh masyarakat
pendukungnya,
seperti
yang
dikatakan
Janet
Wolff
dalam
bukunya The Sociologi Production of Art yaitu seni adalah produk
sosial.24 Seni sebagai produk masyarakat tidak lepas dari faktor
sosial budaya di dalamnya yang mempunyai peranan dalam
perkembangan seni tersebut selanjutnya, sehingga dengan kata
lain dapat bahwa seni dan masyarakat merupakan kesatuan yang
saling mendukung satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan.
Suatu karya seni mencerminkan suatu kebudayaan masyarakat
tersebut. Begitu juga dengan musikalisasi puisi sebagai salah satu
hasil gabungan karya sastra dan musik juga merupakan produk
sosial. Musikalisasi puisi dibuat sebagai curahan hati penyairnya
Janet Wolff, The Social Production of Art (New York : St. Martin‟s Press,
Inc., 1981), 1
24
31
yang dapat berisi tentang percintaan, kerinduan, keindahan alam,
bencana alam, kritik sosial pada suatu waktu, wilayah dan dalam
masyarakat tertentu melalui media musik. Selain itu produk seni
juga
dipengaruhi
oleh
proses
mediasi
yang
merupakan
pertimbangan formasi sosial, yaitu selain konvensi estetik, juga
kondisi produksi estetik yang berupa pertama kondisi teknologis,
kedua institusi sosial, dan ketiga kondisi sosial dan historis dalam
produksi seni.25 Seni pertunjukan seperti musik, opera dan drama
melibatkan kerjasama sosial dan mediasi antara konsepsi dan
penerimaan.26 Musikalisasi puisi termasuk dalam kategori seni
pertunjukan yang keberadaan dan perkembangannya dipengaruhi
oleh pertama teknologi seperti alat perekam modern, alat musik
elektrik,
maupun
pertunjukkannya,
sound
kedua
system
dipengaruhi
yang
dipakai
pada
oleh
institusi
sosial
masyarakat seperti penerimaan masyarakat terhadap musikalisasi
puisi tersebut, keberadaan seniman tersebut diakui oleh identitas
seninya dalam struktur masyarakat tertentu, dan bagaimana
karya musikalisasi tersebut diproduksi, dipertunjukkan dan
dikonsumsi
oleh
masyarakat
dengan
strukturnya,
ketiga
dipengaruhi oleh kondisi sosial dan histori pada waktu karya
musikalisasi tersebut diciptakan.
25 Janet Wolff, The Social Production of Art (New York : St. Martin‟s Press,
Inc., 1081), 35-45.
26 26 Janet Wolff, The Social Production of Art (New York : St. Martin‟s Press,
Inc., 1081), 4.
32
Sesuai rumusan masalah nomor dua yaitu tema pokok apa
saja yang muncul dalam musikalisasi puisi karya Untung Basuki,
akan digunakan alat bantu analisis kontekstual dengan memakai
teori sosiologi seni oleh Janet Wolff dan pengaruh-pengaruh sosial
apa saja yang melatar belakangi penciptaan musikalisasi karya
Untung Basuki yang akan dipaparkan pada Bab III.
Musik adalah salah satu hasil karya seni suatu masyarakat
tertentu yang di dalamnya terdapat kebudayaan dan adat istiadat
yang mempengaruhi karya seni tersebut baik seni rupa, seni teater
maupun seni musik. Janet Wolff mengatakan bahwa apapun yang
kita
lakukan
berada
dalam
sebuah
daerah
tertentu
dan
dipengaruhi oleh struktur sosial wilayah tersebut, begitu pula
dengan kegiatan penciptaan sebuah karya seni oleh seniman baik
seni pertunjukan, sastra maupun seni rupa tentunya dipengaruhi
oleh keadaan dan struktur sosial tersebut. Hal ini berlawanan
dengan kondisi yang terjadi pada era romantik, dimana seniman
memisahkan diri dari kelompok sosial dan kelas-kelas yang ada
dalam
komunitas
tersebut
karena
pada
masa
romantik
menekankan pada masalah kebebasan berekspresi dan kebebasan
untuk mencurahkan isi hati, kebebasan berimajinasi dan tidak
lagi
mengikuti
peraturan-peraturan
yang
dibuat
pada
era
sebelumnya, sehingga karya seni jaman romantik bertemakan
hasil dari imajinasi seniman seperti tema mistis dan perwujudan
33
dari representasi emosi-emosi yang dialami oleh seniman tersebut
dalam pengalaman kehidupannya. Alam beserta isinya menjadi
sangat dihargai pada masa ini, terbukti banyak karya sastra
maupun karya musik yang berisi rasa takjub terhadap alam,
tumbuhan, bunga dan lain-lain. Pada masa tersebut karya seni
didominasi dengan tema mistis, dengan kata lain subjektivitas
sangat ditekankan. Seniman menarik diri dari lingkungannya dan
dari realita yang terjadi disekitarnya.27
Musikalisasi
puisi
adalah
usaha
seniman
untuk
memindahkan pesan, ide dan gagasan puisi ke dalam media
musik,
sehingga
memungkinkan
adanya
perubahan
dan
perkembangan di dalamnya dan menjadi suatu karya seni yang
baru, untuk menganalisis masalah pemindahan media digunakan
kajian alih wahana oleh Sapardi Djoko Damono yang akan
dipaparkan dibawah ini.
Ketika puisi dijadikan musik, ia beralih wahana dan
karenanya mengalami perubahan sesuai dengan wahana barunya.
Wahana adalah medium yang dimanfaatkan atau dipergunakan
untuk mengungkapkan sesuatu; kedua, wahana adalah alat untuk
membawa atau memindahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat
Janet Wolff, The Social Production of Art (New York : St. Martin‟s Press,
Inc., 1981), 9-11
27
34
lain.
“Sesuatu”
yang
bisa
dialihkan-alihkan
tersebut
dapat
berwujud gagasan, amanat, perasaan atau sekedar suasana. 28
Kajian alih wahana menuntut suatu kesediaan untuk
berpikir secara multi-dimensional karena kajian ini beroperasi
paling tidak dalam dua ranah yang berbeda, dan bahkan bisa
lebih.
Objek
penelitian
ini
adalah
musikalisasi
puisi
yang
merupakan bentuk alih wahana dari dua ranah yang berbeda
yaitu ranah puisi dan ranah musik. Peralihan wahana sampai
batas tertentu juga berarti peralihan mode. Mode adalah cara
mengerjakan sesuatu, sehingga studi alih wahana ini akan
memberi
keleluasan
untuk
menemukan
dan
menguraikan
masalah yang sebelumnya tidak disadari pentingnya. Dalam
proses alih wahana musikalisasi puisi ini berarti peralihan cara
mengerjakan puisi ke dalam aturan-aturan musik yang sudah ada
dan dalam dalam proses pembuatannya “sesuatu” itu pun
terpaksa
berubah
karena
harus
tunduk
sepenuhnya
wahananya yang baru.29
28
29
Sapardi Djoko Damono, Alih Wahana (Jakarta: Editum, 2012), 1.
Sapardi Djoko Damono, Alih Wahana (Jakarta: Editum, 2012), 4.
pada
35
F.
METODE PENELITIAN
Arti kata metode sering disamakan dengan metodologi,
padahal keduanya
perbedaaan
yang jelas. Dinyatakan
oleh
Dudung Abdurrahman bahwa, metode berarti cara, jalan, atau
petunjuk pelaksaan atau petunjuk teknis sedangkan metodologi
adalah
ilmu
yang
membicarakan
jalan
atau
“Science
of
Methods”.30 Metode penelitian yang digunakan dalam karya tulis
ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan sebagainya secara holistik (utuh),
dengan cara mendeskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada
suatu
konteks
khusus
yang
alamiah
dan
dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.31 Analisis kualitatif
menuntut „kemutlakan‟, yang berbeda sekali dengan penelitian
statistik. Dalam penelitian
kualitatif seorang peneliti harus
mampu mengeksplanasi semua bagian yang bisa dipercaya dari
informasi
yang
diketahui
serta
tidak
akan
menimbulkan
kontradiksi dengan interpretasi yang disajikannya. Maka tidak
mengherankan
apabila
Alasuutari
mengibaratkan
dalam
melakukan interpretasi seorang peneliti seperti menebak “teka30 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logis wacana
Ilmu, 1999), 43.
31 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), 6.
36
teki”.32 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena
menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan musikologi dan
pendekatan sosiologi yang hasil analisisnya tidak dapat ditemukan
dengan
cara
perhitungan
dengan
rumus
tertentu
yang
berhubungan dengan angka dan nominal. Pendekatan musikologi
akan
digunakan
untuk
mengkaji
struktur
bentuk
musik
musikalisasi puisi, sedangkan pendekatan sosiologi digunakan
untuk mengkaji aspek-aspek sosial yang mempengaruhi dan
melatar belakangi karya musikalisasi puisi.
Metode penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini
karena data yang didapatkan tidak melalui prosedur statistik,
melainkan didapatkan dari pengamatan pada manusia dalam
kawasannya
sendiri
dan
berhubungan
dengan
orang-orang
tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.33 Dengan
kata lain, penelitian kualitatif bisa dikatakan sbagai penelitian
yang menggunakan pendekatan diakronis dan sinkronis atau bisa
pula dikatakan menggunakan pendekatan multi-disiplin.34 Dalam
penelitian kualitatif, metode yang biasa dimanfaatkan adalah:
32 Pertti Alasuutari, Researching Culture: Qualitative Method and Cultural
Studies dalam R.M. Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni
Rupa (Yogyakarta: MSPI, 2001), 34.
33 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008),3
34 R.M. Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa
(Bandung: MSPI dan kuBuku, 1999), 57
37
1. Teknik Wawancara
Peneliti melakukan proses tanya jawab secara lisan,
wawancara
dilakukan
dengan
beberapa
narasumber
yaitu pihak-pihak yang mempunyai kaitan dengan subjek
penelitian untuk mendapatkan keterangan dan informasi
yang diperlukan dalam pengumpulan data.
2. Teknik Pengkajian Literatur
Penelitian
buku-
buku
yang
berkaitan
tentang
musikalisasi puisi, biografi Untung Basuki, stuktur
bentuk puisi, dan struktur bentuk musik dan buku
tentang genre-genre musik pop dan folksong. Analisis
Data
Setelah semua data terkumpul, kemudian disusun dan
dianalisis secara ssistematis sehinggga diperoleh arah
yang jelas sesuai dengan tujuan penulisan. Proses ini
merupakan langkah yang paling kritis dalam penelitian.
Analisis dan evaluasi data yang terkumpul dilakukan
untuk mempermudah dalam pengklasifikasian subjek
penelitian sesuai permasalahannya, sehingga penulisan
laporan
dapat
dengan
sistematis, dan alamiah.
mudah
dikerjakan,
terarah,
38
3. Dokumentasi
Untuk mengumpulkan data hasil pengamatan maupun
pencacatan,
maka
diperlukan
suatu
bentuk
pendokumentasian sebagai bukti visual dalam tahap
pendeskripsian dan memperkuat suatu data atau tulisan.
Sumber tertulis yang dipakai dalam penulisan ini berupa
buku-buku, jurnal, ensiklopedi dan kamus, brosur, surat kabar,
arsip serta dokumen. Data tertulis tersebut di akses dengan cara
studi
pustaka
dan
dokumen
yang
dapat
diperoleh
di
perpustakaan, buku-buku pribadi narasumber, buku pribadi
penulis, arsip-arsip dalam surat kabar dengan alat bantu alat tulis
seperti kertas, ballpoint dan notebook/laptop. Sumber lisan yang
berupa data-data yang tidak tetulis/lisan yang diperoleh dengan
cara wawancara dengan sumber primer yaitu tokoh utama dari
penulisan dan juga wawancara dengan beberapa informan sebagai
narasumber seperti keluarga, manager, teman-teman dekat, rekan
kerja sumber primer. Data lisan ini hanya dapat diperoleh dengan
cara wawancara. Wawancara dilakukan di kediaman sumber dan
informan maupun dilakukan di tempat pertunjukan sumber
primer serta di Sanggar Bambu sebagai tempat perkumpulan
komunitas sumber primer. Alat bantu yang digunakan pada saat
wawancara adalah alat tulis (kertas dan ballpoint), alat perekam
39
baik perekam audio maupun perekam visual untuk merekam
wawancara,
kamera
untuk
mendokumentasikan
peristiwa
wawancara. Wawancara dipilih sebagai alat untuk mengumpulkan
data karena wawancara merupakan alat yang ampuh untuk
mengungkapkann kenyataan hidup, apa yang dipikirkan atau
dirasakan orang tentang berbagai aspek kehidupan. Hal ini
ditegaskan oleh Nasution bahwa melalui tanya jawab kita dapat
memasuki
alam
pikiran
orang
lain,
sehingga
kita
dapat
memperoleh gambaran tentang dunia mereka 35.
Data-data yang telah diperoleh melalui wawancara, dan
studi pustaka, dikelompokkan dan disusun berdasarkan kriteria
data serta diuji keasliannya dan kesahihannya melalui kritik
ekstern dan intern. Untuk mendapatkan keakuratan hasil analisis,
digunakan alat bantu tape recorder, compact disk, dan kamera.
Selanjutnya data-data tersebut diinterpretasikan atau dianalisis,
dan di cari fakta-fakta yang diperoleh kemudian disintesiskan
melalui eksplanasi sejarah.36
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini melalui
beberapa langkah dalam proses analisisnya yaitu, 1). Memilih
objek material yang akan diambil dalam penelitian, dalam hal ini
dipilih dua karya musikalisasi puisi karya Untung Basuki yang
S. Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 114.
T. Ibrahim Alfian, Sejarah dan Permasalahan Masa Kini, dalam Ch.
Kismiyati, Komponis dan Pianis Wanita Indonesia (Sebuah Biografi) (Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada, 2008), 24.
35
36
40
sering ditampilkan dalam setiap pementasan musikalisasi Untung
Basuki. Dua lagu tersebut berjudul Ingin kugambar dan Bungabunga, kedua lagu tersebut syairnya merupakan puisi karya
Untung Basuki sendiri. 2). Analisis struktur musik dan puisi,
pertama dilakukan analisis struktur musik dari Ingin kugambar
dan Bunga-bunga yang mencakup masalah bentuk bagian lagu,
frase antiseden dan konsekuen, variasi motif dan progresi
akordnya, kemudian selanjutnya dilakukan analisis struktur puisi
yang mencakup masalah frase kalimat, penekanan suku kata,
bentuk bagian puisi dan banyaknya kalimat dalam bait maupun
baris. 3). Analisis relasi struktur musik dengan struktur puisi,
Perlu ditekankan bahwa dalam penelitian ini yang hanya akan
terfokus dalam relasi puisi dan musik dengan batasan frase dalam
musik dan puisinya saja, agar penjelasannya dapat terfokus dalam
satu masalah saja dan tidak melebar ke masalah yang lain,
mengingat banyak hal dapat diteliti berkaitan dengan relasi
tersebut. Analisis ini mencakup hubungan masalah frase kalimat
musik dan frase kalimat puisi, hubungan penekanan suku kata
dalam syair ketika sudah bergabung dengan musik dengan
penekanan suku kata pada puisi sebagai bentuk yang mandiri,
pengaruh progresi akord dalam penciptaan suasana musik dalam
upaya menafsirkan puisi, dan hubungan pemenggalan kalimat
musik dan kalimat puisinya.
41
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Penelitian mengenai Musikalisasi Puisi Untung Basuki, akan
disusun dengan menngunakan sistematika bab dan sub bab yang
terdiri dalam lima bab sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan, berisi: A. Latar belakang, B. Rumusan
masalah, C. Tujuan dan manfaat penelitian, D. Tinjauan pustaka,
E. Landasan teori, F. Metode penelitian dan G. Sistematika
penelitian.
Bab II. Posisi Musikalisasi Puisi dalam Khasanah Musik, A.
Sejarah Singkat Art Song, B. Bentuk Karya Art Song, C. Komposer
Art Song yang Terkenal pada Jaman Romantik, D. Sejarah Singkat
dan Perkembangan Art Song di Indonesia, E. Sejarah Singkat dan
Perkembangan Musik Pop, F. Sejarah Singkat dan Perkembangan
Musik Pop Ballad, G. Sejarah Singkat dan Perkembangan Musik
Folksong Kontemporer, H. Sejarah Singkat dan Perkembangan
Musik Rap, I. Musikalisasi Puisi, J.
Musikalisasi Puisi sebagai
Bentuk Alih Wahana Puisi ke Media Musik.
Bab III. Mengenal Sosok Untung Basuki, A. Biografi Singkat
Untung Basuki, B. Kegiatan Untung Basuki dalam Bidang
Kesenian, C. Karya-Karya Musikalisasi Puisi, Teater dan Seni
Rupa Untung Basuki
42
Bab IV. Analisis Musikalisasi Puisi karya Untung Basuki, A.
Analisis
Musikalisasi
Puisi
Ingin
Kugambar,
B.
Analisis
Musikalisasi Puisi Bunga-Bunga.
Bab V. Kesimpulan yang berisi tentang ringkasan karya tulis
dan saran.
Download