PENDAHULUAN Latar Belakang Saluran pencernaan merupakan

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saluran pencernaan merupakan organ yang aktif secara metabolis karena selalu
terekspos oleh berbagai macam zat selama proses mencerna makanan. Makanan
kemungkinan mengandung kontaminan yang merugikan saluran pencernaan. Dengan
demikian saluran pencernaan merupakan organ yang rentan terhadap gangguan.
Gangguan saluran pencernaan bervariasi dari yang ringan hingga yang berat dan
dapat menimbulkan kematian bila tidak ditangani dengan baik. Gangguan saluran
pencernaan dapat dicegah dengan menjaga keseimbangan mikroflora alami yang
terdapat pada saluran pencernaan. Saluran pencernaan orang dewasa mempunyai luas
permukaan sekitar 200 m2 (Mayer 2003).
Saluran pencernaan juga berhubungan langsung dengan lingkungan luar,
sehingga dapat menjadi tempat keluar masuknya mikroorganisme patogen (Tamime
2005). Mikroorganisme patogen yang terdapat dalam saluran pencernaan secara
potensial dapat merusak mukosa saluran pencernaan (Sarkovic et al. 2005).
Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC) merupakan mikroorganisme patogen yang
melekat pada permukaan sel epitel usus dan dapat menyebabkan diare (Michail dan
Abernathy 2002). Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan kondisi feses
yang tidak berbentuk atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali selama 24 jam.
WHO menyatakan ada sekitar 4 milyar kasus diare setiap tahun dengan tingkat
mortalitas 3-4 juta per tahun (Zein et al. 2004).
Upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengurangi gangguan saluran
pencernaan diantaranya dengan mengonsumsi pangan fungsional. Salah satu pangan
fungsional yang berkhasiat pada saluran pencernaan dan diminati oleh masyarakat
adalah probiotik. Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang dapat
memberikan efek yang menguntungkan pada saluran pencernaan inang (Parassol et
al. 2005). Probiotik yang biasa digunakan pada produk pangan adalah bakteri asam
laktat (BAL), terutama galur Lactobacillus, Bifidobacterium, dan beberapa dari
Propionibacterium (Collado et al. 2007). Belakangan ini telah mulai dikembangkan
2
pakan hewan yang mengandung probiotik untuk meningkatkan kesehatan saluran
pencernaan.
Bakteri asam laktat mampu mengurangi gangguan saluran pencernaan, mampu
menstimulir pergerakan peristaltik di usus, sehingga transit feses akan lebih singkat,
serta mampu menghambat mikroorgnisme patogen sehingga dapat mencegah
terjadinya diare dan infeksi (Gill dan Guarner 2004). BAL juga dapat bersifat sebagai
imunomodulator untuk meningkatkan daya tahan tubuh (Erickson dan Hubbard
2000). Beberapa peneliti juga melaporkan bahwa mengkonsumsi BAL golongan
Lactobacillus mampu meningkatkan sistem imun seluler dan humoral diantaranya
peningkatan populasi dan proliferasi sel limfosit, produksi sitokin interferon-γ (IFNγ), interleukin-12 (IL-12), IL-10, sel imun Th, serta imunoglobulin (Ig) A, IgE, IgG,
dan IgM (Gackowska et al. 2006; Attaouri et al. 2002).
Imunoglobulin A merupakan protein yang dihasilkan oleh sel limfosit B dan
merupakan imunoglobulin utama yang ditemukan pada mukosa, salah satunya adalah
pada mukosa saluran pencernaan. IgA pada saluran pencernaan berperan memblok
perlekatan mikroorganisme patogen pada sel epitel usus (Wilson 2005). Pada proses
eliminasi antigen yang terdapat pada mukosa saluran pencernaan, IgA tidak
mengundang timbulnya reaksi radang yang hebat karena berfungsi melindungi
mukosa yang lembut (Yamamato et al. 2004).
Kandungan IgA pada saluran pencernaan dapat dideteksi menggunakan metode
immunohistokimia. Prinsip imunohistokimia adalah adanya ikatan antigen-antibodi.
Immunohistokimia mampu mendeteksi suatu molekul yang ada pada jaringan dengan
menggunakan antibodi poliklonal atau antibodi monoklonal terhadap molekul yang
akan dideteksi (reaksi antigen-antibodi). Immunohistokimia mampu memberikan
hasil berupa gambaran secara kualitatif maupun kuantitatif berdasarkan intensitas
warna yang terbentuk seperti warna coklat (Sofian dan Kompono 2006).
Arief et al. (2008) telah menemukan 10 BAL isolat lokal yang diambil dari
daging sapi bangsa peranakan Ongol yang dijual di berbagai pasar tradisional di
daerah Bogor, Jawa Barat. BAL yang ditemukan ini sudah diuji secara in vitro
mempunyai potensi sebagai probiotik. Probiotik lokal sangat diperlukan oleh
3
Indonesia untuk pengembangan pangan probiotik nasional. Isolat lokal mempunyai
keunggulan sangat adaptable dengan kondisi lingkungan Indonesia sehingga tidak
memerlukan rekayasa dan manipulasi sifat asli isolat tersebut (Farida 2006). Astawan
et al. (2009) telah meneliti kemampuan bakterisidal dari 10 jenis isolat BAL terhadap
bakteri Enteropatogenik E. coli (EPEC) secara in vitro. Hasilnya didapatkan dua
spesies BAL yang mempunyai kemampuan terbaik dalam melawan EPEC, yaitu
Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus fermentum.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh bakteri asam laktat L.
plantarum dan L. fermentum secara in vivo menggunakan tikus percobaan untuk
melihat sifat fungsionalnya sebagai bakteri asam laktat yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Enteropatogenik E. coli (EPEC) dan sebagai imunomodulator
dalam meningkatkan produksi IgA. Pengaruh tersebut dilihat dari profil
imunohistokimia IgA dan histologi tebal mukosa pada usus halus tikus percobaan
yang dipapar bakteri Enteropathogenik E. coli (EPEC).
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh pemberian bakteri asam
laktat
L.
plantarum
dan
L.
fermentum
terhadap
profil
imunohistokimia
Immunoglobulin A (IgA) dan histologi tebal mukosa pada usus halus tikus percobaan
yang dipapar bakteri Enteropathogenik E. coli (EPEC).
Download