BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kinerja Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Kinerja Mengajar Guru Kinerja mengajar guru adalah sebagai suatu prestasi tingkat individu dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas, kualitas dari proses pendidikan dan hasilnya, serta guru dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya sebagai guru dalam mengajar. Nayar dalam Hanif (2004) menjelaskan bahwa kinerja mengajar sebagai tingkat prestasi individu artinya bahwa kinerja mengajar guru ditentukan oleh pengetahuan, keterampilan, motivasi, pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam menjalankan tugas dan perannya dengan standar yang spesifik dan jelas yang ditetapkan oleh organisai. Seorang guru dinyatakan berprestasi seorang guru dalam kinerjanya apabila memiliki: (1) Keterampilan mengajar, (2) Keterampilan menejemen, (3) Kedisiplinan dan ketertiban (Hanif, 2004). 1. Keterampilan mengajar, artinya seorang guru harus memiliki aktivitas dan kemampuan dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungasn kelas dan mengadakan komunikasi dengan siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar. Adapun keteram- 11 pilan mengajar meliputi: (a) guru sebelum mengajar membuat persiapan dari rumah, (b) dalam mengajar seorang guru menggunakan berbagai gaya mengajar, (c) guru memiliki kemampuan untuk mengajar materi yang sulit dengan mudah, (d) guru menjawab pertanyaan dari siswa dengan memuaskan, (e) hasil belajar siswa mempunyai nilai yang baik; 2. Keterampilan manajemen, artinya seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, siswa, tugas siswa, dan tugas guru, keterampilan manajemen mencakup: (a) seorang guru berbuat adil terhadap semua siswa dalam memberi nilai, (b) dalam kegiatan proses belajar mengajar tidak terpengaruh oleh kegiatan ekstra kurikuler, (c) pada kegiatan belajar mengajar guru tidak terpengaruh oleh pekerjaan di rumah, (d) guru dalam kegiatan belajar mengajar selalu berusaha untuk mengembangkan diri; 3. Kedisiplinan, dan ketertiban, adalah seorang guru dalam kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, misalnya: (a) seorang guru harus hadir secara teratur dan hadir di kelas tepat waktu, (b) guru selama kegitan belajar mengajar tidak mengerjakan pekerjaan tambahan di dalam kelas, (c) guru mengerjakan pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab selama proses belajar mengajar, (d) guru mengerjakan silabus (RKM, RKH, beserta perangkatnya) tepat waktu, 12 (e) selama proses belajar mengajar guru selalu menerapkan beberapa metode (Hanif, 2004). Sekolah merupakan salah satu bentuk dari organisasi dan tujuan dari sekolah adalah menciptakan pendidikan yang berkualitas. Kualitas dari proses pendidikan dan hasilnya tidak diragukan lagi dipengaruhi oleh kinerja guru. Keseluruhan bangunan pendidikan akan goyah apabila kinerja mengajar guru lemah dan tidak efektif (Hanif, 2004). Oleh karena itu, kinerja mengajar guru yang efektif merupakan suatu keharusan untuk perkembangan pendidikan. Pekerjaan guru selain mengajar di dalam kelas juga bekerja dalam konteks organisasi sekolah. Guru mempunyai peran dan tanggungjawab yang luas terkait dengan mengajar, manajemen sekolah, perubahan kurikulum, inovasi pendidikan, pendidikan guru, bekerja dengan orang tua siswa, juga pelayanan kepada masyarakat (community services). Hanif (2004) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang memberikan kontribusi pada kinerja mengajar guru, yaitu seorang guru harus mengajar secara efektif di kelas dan puas dengan gaya mengajar dan kualitas mengajarnya. Guru juga harus mengatur waktu untuk mengajar dan tugas-tugas lainnya yang ditugaskan oleh kepala sekolah. Guru harus mengatur disiplin dalam kelas, siswa yang mengganggu dalam mengajar, motivasi dan tingkat pencapaian siswa. 13 Guru juga harus teratur dan tepat waktu dalam kegiatan belajar mengajar, memiliki interaksi yang baik dengan siswa dan orang tua siswa maupun kolega kerjanya, karena keterampilan antar pribadi guru juga menentukan kinerja mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sikap guru harus sama, baik kepada siswa pada kelas tinggi maupun kelas rendah. 2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mengajar Guru Hanif (2004), mengemukakan bahwa kinerja mengajar guru secara signifikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: faktor status, jumlah siswa dalam kelas, pendapatan dan pengalaman kerja, sekolah negeri-swasta. Guru yang sudah menikah ditemukan memiliki kinerja yang rendah dibandingkan dengan guru yang belum menikah. Kinerja mengajar guru di kelas dengan jumlah siswa yang sangat banyak ditemukan hasil belajar siswa sangat rendah. Pendapatan juga dapat mempengaruhi kinerja guru, karena terbukti bahwa semakin tinggi pendapatan guru maka akan semakin baik kinerja guru. Pengalaman kerja guru yang semakin banyak juga akan semakin meningkatkan kinerja guru menjadi semakin baik, bahkan status sekolah ternyata juga dapat mempengaruhi kinerja guru. Yang meneliti mengenai kinerja guru di Sekolah Negeri dengan di Sekolah Swasta di Pakistan menemukan bahwa kiner14 ja guru di Sekolah Negeri adalah buruk, sedangkan kinerja guru di Sekolah Swasta adalah baik. Peneliti yang meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru serta hubungan dari berbagai aspek antara lain: Yakobus (2012) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap kinerja mengajar guru dengan belajar mata pelajaran produktif siswa SMK 1 Kota Mobagu. Semakin tinggi kinerja guru semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Nuchiyah (2007) meneliti tentang pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa menyatakan, bahwa prestasi siswa dipengaruhi secara signifikan oleh kinerja mengajar guru dan kepemimpinan kepala sekolah. Ratnasari (2010) menemukan bahwa kinerja mengajar guru secara signifikan dipengaruhi faktor keterampilan sosial, pengenalan diri, motivasi, pengendalian diri, dan empati. Menurut Bahri (2011) penelitian tentang faktor yang mempengaruhi kinerja guru SD di Dataran Tinggi Gowa, menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan kinerja mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa, dan persepsi tentang lingkungan terhadap kinerja guru SD Dataran Tinggi Gowa. Wuviani (2010) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru menemukan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikankualifikasi pendidikan terhadap kinerja mengajar guru. Sabrina (2010) menyatakan bahwa 15 kualifikasi pendidikan berpengaruh baik tidaknya kinerja mengajar guru, artinya jika tingkat pendidikan seseorang lebih pengetahuan tinggi serta maka makin keterampilan yang banyak diajarkan kepadanya sehingga kinerja mengajarnya semakin baik karena didukung bekal keterampilan dan pengetahuan yang diperolehnya. Dari hasil penelitian Hanif dan temuan-temuan beberapa penelitian menunjukkan bahwa kinerja mengajar dipengaruhi banyak faktor antara lain: faktor psikologis, kepercayaan kualifikasi diri, pendidikan, status, kemampuan, pen-dapatan dan pengalaman kerja, jumlah siswa, sistem sekolah negeri dan swasta. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru tersebut mem-berikan gambaran bahwa upaya peningkatan kinerja guru merupakan hal yang sangat kompleks dan perlu dilakukan identifikasi yang tepat agar dapat mengatasi masalah kinerja mengajar guru. 2.1.3 Mengukur Kinerja Mengajar Guru Dalam mengukur kinerja mengajar guru, terdapat beberapa alat ukur yang dapat dipergunakan, yaitu: 1. Angket Kinerja Guru (Nisun, 2011) Untuk mengukur kinerja mengajar guru diukur aktivitas dalam melaksanakan tugas mengajar meliputi kegiatan intra kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler, yang mengacu pada Undang-Undang No 14/2003, 16 (Depdikbud, 1997) ada tujuh indikator, yaitu: (a) perencanaan pembelajaran, (b) proses belajar mengajar, (c) penggunaan media pembelajaran, (d) melaksanakan evaluasi, (e) melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, (f) kerjasama, dan (g) tanggung jawab dikembangkan menjadi 24 item. 2. Angket Kinerja Guru (Wardoyo, 2010) Untuk mengukur kinerja mengajar guru, didasarkan pada kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, meliputi: (a) perencanaan pembelajaran, (b) pelaksanaan pembelajaran, (c) evaluasi pembelajaran, (d) membina hubungan antar pribadi siswa. 3. Angket Kinerja Guru (Dami, 2011) Untuk mengukur kinerja guru, sejauh mana tugas atau kewajiban yang dilakukan oleh seorang guru pada suatu periode tertentu di dalam sistem sekolah untuk mencapai tujuan organisasi. Yang diukur adalah: (a) aspek perencanaan, (b) strategi pembelajaran, (c) penilaian dan evaluasi pembelajaran, (d) lingkungan belajar, (e) aspek komunikasi. 4. Angket Kinerja Mengajar Guru yang Disusun oleh Uno dkk (2001) Bahwa kinerja mengajar guru dapat diukur melalui tugasnya sebagai seorang pengajar, dan sebagai seorang administrator dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi tiga aspek, yaitu: (a) perencanaan pembelajaran, (b) pelaksanaan pembelajaran, (c) pelaksanaan evaluasi pembelajaran, kemudian dijabarkan menjadi 47 indikator. 5. Satari (dalam Alit, 1994) Mengemukakan indikator untuk mengukur kinerja mengajar guru adalah berupa mutu proses pembelajaran yang dipengaruhi oleh guru tentang: (a) menyusun desain instruksional, (b) menguasai metoda pembelajaran dan penggunaannya sesuai dengan sifat kegiatan belajar siswa, (c) melakukan interaksi dengan siswa yang menimbulkan motivasi 17 yang tinggi sehingga siswa-siswa mersakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, (d) menguasai bahan dan menggunakan sumber belajar untuk membangkitkan proses belajar aktif melalui pengembangan keterampilan proses, (e) mengenal perbedaan individual siswa sehingga ia mampu memberikan bimbingan belajar, (f) memberikan umpan balik kepada siswa dan merancang program belajar remidial. 6. Skala Teacher Job Performance (Hanif 2004) Skala digunakan untuk mengukur kinerja guru yang diungkap melalui empat dimensi yaitu: (a) dimensi keterampilan mengajar, (b) dimensi keterampilan manajemen, (c) dimensi kedisiplinan dan ketertiban, dan (d) dimensi keterampilan komunikasi antar pribadi, yang dijabarkan dalam 25 item. Penelitian ini mempergunakan Skala Teacher Job Perfomence yang disusun oleh Hanif (2004) diadaptasi untuk mengukur kinerja mengajar guru. TJPS telah terbukti valid dan reliabel hasilnya adalah r (correctes item-total correlation) sebesar 0,27–0,46 dan alpha sebesar 0,71. TJPS dibuat untuk mengukur kinerja mengajar guru di tempat kerja dan dapat membantu untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kinerja mengajar guru pada tingkat individual dan organisasional serta membantu guru untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas dalam mengajar. TJPS dalam penelitian ini terdiri dari 15 item dan mengukur 4 demensi, yaitu: 1. 18 TS (Teaching Skills) adalah guru memiliki keterampilan mengajar yang baik, yaitu mengajar secara efektif di kelas dan memuaskan dalam gaya dan kualitas mengajarnya mencakup enam indikator, yaitu: (a) Menggunakan gaya mengajar yang berbeda-beda, (b) Kebanyakan siswa nilai perkembangan anak dengan baik, (c) Mengajar siswa sesuai kapasitas mereka, (d) Membuat persiapan dari rumah sebelum mengajar, (e) Mengajar materi yang sulit dengan mudah, (f) Menjawab pertanyaan dari siswa sebaik mungkin sehingga siswa merasa puas; 2. MS (Management Skills) adalah keterampilan guru untuk mengatur waktu mengajar dan tugas-tugasnya yang lain yang ditugaskan oleh kepala sekolah dan departemen terdiri empat indikator, yaitu: (a) berbuat adil dalam memberi nilai, (b) Kegiatan belajar mengajar di kelas tidak terpengaruh dengan kegiatan ekstra kurikuler, (c) Selama kegitan belajar mengajar tidak terpengaruh oleh pekerjaan rumah, (d) Berusaha untuk mengembangkan diri; 3. DR (Discipline and Regulirity) adalah terkait dengan keteraturan dan ketepatan waktu guru di sekolah meliputi: (a) Datang ke kelas tepat waktu, (b) Tidak mengerjakan pekerjaan tambahan selama mengajar di dalam kelas, (c) Mengerjakan pekerjaan mengajar dengan penuh tanggung jawab, (d) Menyelesaikan silabus tepat waktu di kelas, (e) Memelihara metoda-metoda di dalam kelas; 4. IS (Interpersonal Skill) adalah terkait dengan ketrampilan guru menjalin interaksi yang baik dengan siswa, orang tua, dan rekan sekerjanya meliputi (a) Menolong siswa yang mengalami masalah selain masalah pendidikan, (b) Memiliki hubungan yang baik dengan rekan sekerja, (c) Membantu pekerjaan rekan sekerja, (d) Menerima saran dari rekan guru untuk memecahkan masalah di kelas, (e) Memotivasi untuk mengambil bagian dalam kegiatan yang lain, (f) Menghubungi orang tua siswa untuk pengembangan siswa, (g) Membantu kepala sekolah memecahkan masalah disekolah. 19 Pada penelitian ini setiap item dalam Teacher Job Perfomence Scale diberi empat pilihan jawaban, yaitu “Selalu (SL)”, Sering (SR)”, Jarang (J)” dan “Tidak Pernah (TP)”. Pada penelitian ini menggunakan empat kategori pilihan Perfomence Scale jawaban karena dalam dalam Teacher Sukardi Job (2008), menyatakan bahwa berdasar pada pengalaman di masyarakat di indonesia, ada kecenderungan seseorang atau responden memberikan pilihan jawaban pada katagori tengah bila menggunakan pilihan jawaban dengan katagori ganjil (Inneke, 2011). 2.2 Guru TK Bersertifikasi 2.2.1 Pengertian Guru TK Bersertifikasi Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang - undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 tahun 2008 tentang guru menyatakan, guru adalah pendidik profesional. Guru yang dimaksud meliputi guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling, dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan. Guru profesional dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik yang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya dan menguasai kompetensi sebagaimana dituntut oleh undang-undang 20 guru dan dosen. Pengakuan guru sebagai pendidik profesional dibuktikan dengan dimilikinya sertifikat pendidik yang diperoleh melalui proses sistematik yang disebut sertifikasi. Sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagai salah satu upaya peningkatan mutu guru diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan pada satuan pendidikan formal secara berkelanjutan. Guru dalam jabatan yang telah memenuhi persyaratan dapat memenuhi ketentuan sertifikasi guru dalam jabatan. Yang dimaksud dengan guru yang sudah bersertifikasi dalam penelitian ini adalah guru yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik, dan telah dinyatakan lulus uji kompetensi baik lewat jalur portofolio maupun lewat jalur pendidikan dan pelatihan profesi guru (PLPG), sehingga guru tersebut berhak mendapatkan sertifikat pendidik dari LPTK, dan berhak mendapatkan tunjangan profesi (Permendiknas nomor 11 tahun 2011). Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, bahwa guru dinyatakan profesional dan telah bersertifikasi apabila memiliki empat kompetensi, yaitu: 1. Kompetensi pedagogik, seorang guru memiliki kemampuan untuk: (a) Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultur, emosional, dan intelektual, (b) Mema- 21 hami latar belakang keluarga dan masyarakat pesera didik dan kebutuhan belajar dalam kontek kebhinekaan budaya, (c) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik, (d) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, (e) Menguasai teori dan prinip belajar serta pembelajaran yang mendidik, (f) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, (g) Merancang pembelajaran yang mendidik, (h) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik, mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran; 2. Kompetensi kepribadian, kompetensi diekspresikan dalam bentuk kemampuan: (a) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantab, arif, dan berwibawa, (b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (c) Mengevaluasi kinerja sendiri, dan (d) Mengembangkan diri secara berkelanjutan; 3. Kompetensi profesional, kemampuan yang ditunjukkan dalam bentuk kemampuan: (a) Menguasai substansi bidang dan metodologi keilmuannya, (b) Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi/pengembangan, (c) Mengasai dan memanfatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, (d) Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi/pengembangan, (e) Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas; 4. Kompetensi sosial, dalam kompetensi ini ditunjukkan dalam bentuk kemampuan: (a) Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat, (b) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat, (c) Berkontribusi terhadap pengembanan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional, dan global, (d) Memanfaatkan tehnologi informasi dan komuni- 22 kasi (ICT) untuk berkomunikasi dan mengembankan diri. 2.2.2 Hakikat Guru TK Bersertifikasi Guru yang sudah bersertifikasi mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, dalam pasal 39 ayat 1, bahwa tenaga kependidikan bertugas melaksanakan adminsitrasi, pengelolaan, pengembangan dan pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pada ayat 2 dikatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Pekerjaan guru TK bersertifikasi, sebagai guru profesional harus memiliki: (1) kharisma dan wibawa sehingga perlu ditiru dan bisa menjadi teladan bagi siswanya, (2) dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing anak, (3) memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas, dan (4) merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian kusus, serta berpedoman pada aturan-aturan dan teori-teori untuk dilaksanakan dalam praktik dan unjuk kerjanya, sebab teori dan praktik merupakan perpaduan yang tidak dapat 23 dipisahkan (Sujiono, 2009). Keterampilan dalam pekerjaan guru TK bersertifikasi dan profesional dituntut untuk banyak belajar, membaca, dan mendalami teori tentang profesi yang digelutinya. Suatu profesi bukan sesuatu yang permanen, melainkan mengalami perubahan dan mengikuti perkembangan kebutuhan manusia. Begitu pula dalam profesi guru selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Oleh karenanya guru selalu dianjurkan mengikuti perkembangan, salah satunya dengan selalu melakukan penelitian terhadap tugas, profesi, yang dilakukannya. Dalam keguruan, penelitian yang dilakukan ditekankan dengan action research (Sudarmini 2006). Menurut Sutisna (dalam Sudarmini, 2006) bahwa guru bersertifikasi dalam penggunaan metode adalah menguatkan unsur rasionalitas yang menggalakkan sikap kritis terhadap teori. Penerapan lapangan akan mencapai hasil yang maksimal bila dilakukan dengan menggunakan pedoman teoritis yang teruji kevalidannya. Ada perbedaan pekerjaan profesional dan non profesional. Seorang pekerja profesional bekerja mengandalkan teori, praktik, dan pengalaman. Sedang pekerja non profesional bekerja mengandalkan praktik dan pengalaman. Menurut Johnson (dalam Sudarmini, 2006) secara konseptual unjuk kerja guru yang bersertifikasi diharapkan mencakup tiga aspek yaitu kemampuan 24 profesional, kemampuan sosial, dan kemampuan personal. Kemampuan profesional meliputi penguasaan materi yang harus diajarkan, penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan keguruan, serta penguasaan proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada saat membawa tugasnya sebagai guru. Kemampuan personal (pribadi) terdiri dari penampilan sikap positif terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seharusnya dianut oleh seorang guru, serta penampilan untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi siswanya. 2.2.3 Kompetensi Guru Bersertifikasi Kompetensi guru Taman Kanak-kanak, berdasarkan Undang-undang Nomor 20 pasal 40 ayat 2, dinyatakan bahwa kewajiban pendidik adalah: (1) menciptakan suasana yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan (3) memberi teladan dan membawa nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Agar dapat melaksanakan kewajiban dan tugas secara profesional, maka pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada pendi25 dikan anak usia dini atau TK meliputi kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial (Peraturan Menteri Pendidikan Repoblik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007). 2.2.4 Peran Guru TK Bersertifikasi Peran guru TK menurut Rogers dalam Sujiono (2009), yaitu: (1) Peranannya memfasilitasi untuk perkembangan anak menjadi manusia seutuhnya, (2) membuat suatu pelajaran menjadi berharga dengan menerima perasaan anak-anak dan kepribadian, dan percaya bahwa yang lain banyak dipercaya membantu menciptakan suasana yang nyaman selama belajar, (3) mengembangkan pemahaman empati bagi guru yang peka/sensitife untuk mengenal perasaan anak-anak. 2.3 Guru TK yang Belum Bersertifikasi Mengacu pada Permendiknas Nomor 16 tahun 2007, Permendiknas Nomor 58 tahun 2009, dan Permendiknas Nomor 11 tahun 2011 dalam penelitian ini, Guru yang belum bersertifikasi adalah guru yang memiliki kualifikasi akademik SLA sederajad, D2, S1, yang belum memenuhi kriteria dan memenuhi persyaratan sertifikasi. Guru yang belum memiliki empat kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional, dikarenakan belum dinyatakan lulus uji kompetensi baik lewat jalur fortofolio maupun jalur PLPG. 26 Berikut ini adalah standar kompetensi yang dimiliki oleh guru TK yang belum bersertifikasi, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 pada Romawi 3, poin A, tentang standar pendidik nomor: 2 tentang empat kompetensi guru pendamping atau guru TK yang belum bersertifikasi adalah sebagai berikut: (1) Kompetensi Kepribadian meliputi: (a) Bersikap dan berkepribadian sesuai dengan kebutuhan psikologis anak, (b) Bersikap dan berprilaku sesuai dengan norma agama, budaya, dan keyakinan anak, (c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berbudi pekerti luhur; (2) Kompetensi Profesional meliputi (a) Memahami tahapan perkembangan anak, (b) Memahami pertumbuhan dan perkembangan anak, (c) Memahami pemberian rangsangan, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan, (d) Membangun kerjasama dengan orang tua dalam pendidikan, pengasuhan dan perlindungan anak; (3) Kompetensi Pedagogik meliputi (a) Merencanakan kegiatan program pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan, (b) Melaksanakan proses pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan, (c) Melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan; (4) Kompetensi Sosial kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua peserta didik dan masyarakat, meliputi (a) Mampu beadaptasi dengan lingkungan, (b) Mampu berkomunikasi secara aktif dalam melaksanakan peran sosial. 27 2.3.1 Kedudukan Guru TK yang Belum Sertifikasi Berdasarkan Permendiknas No 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini pada Standar pendidik dan tenaga kependidikan menyatakan bahwa, pendidik anak usia dini adalah profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran serta melaksanakan pembimbingan, pengasuhan dan perlindungan anak didik. Menurut Undang-undang RI No.20 tahun 2003 Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Mengacu pada UU RI nomor 20 tahun 2003 dan Permendiknas no 58 tahun 2009, bahwa guru TK/ PAUD merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang bertugas di berbagai jenis layanan baik pada jalur formal maupun non formal seperti TK/RA, BA, KB, TPA, dan bentuk lain sederajat. Pendidik PAUD pada pendidikan jalur formal terdiri atas guru TK (guru inti), guru pendamping, dan pengasuh. 28 Menurut Undang-undang RI No 20 tahun 2003 dan Permendiknas No 58 tahun 2009: Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, bertugas melaksanakan administrasi sekolah, pengelolaan pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada lembaga PAUD. Tenaga kependidikan terdiri atas pengawas/penilik, kepala sekolah, pengelola administrasi, dan petugas kebersihan. Tenaga kependidikan PAUD pada jalur pendidikan formal terdiri atas pengawas, Kepala TK/RA, tenaga administrasi dan petugas kebersihan. Sedangkan tenaga kependidikan pada jalur PAUD pendidikan non formal terdiri atas pendidik, pengelola, administrasi dan petugas kebersihan. Standar pendidikan guru TK meliputi: (1) Kualifikasi akademik dan kompetensi guru PAUD didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru, bagi guru PAUD jalur pendidikan formal (TK, RA, BA dan yang sederajat), dan guru PAUD jalur pendidikan non formal (TPA, KB dan yang sederajat) yang belum memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi di sebut guru pendamping dan pengasuh; (2) Kualifikasi akademik sertifikasi melalui: (a) Pemberian sertifikat pendidik secara langsung (PSPL), (b) Portofolio (PF), (c) Pendidikan dan pelatihan guru (PLPG) atau (d) Pendidikan profesi guru (PPG). Untuk sertifikasi guru dalam jabatan melalui PPG diatur dalam buku panduan sesuai dengan peraturan Menteri pendidikan 29 Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2011 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan. Permendiknas Nomor 11 tahun 2011 ketentuan sertifikasi, syarat peserta sertifikasi guru dalam jabatan adalah: (a) memiliki kualifikasi akademik (SI) atau Diploma empat (D-IV), (b) bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik S-I atau D-IV apabila guru tersebut: 1. Mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru; 2. Mempunyai golongan IV/a, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a; 3. Telah diangkat menjadi guru tetap sebelum tanggal 30 Desember 2005. Berdasarkan pada Undang-undang Guru dan Dosen, Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini pada standar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Permendiknas Nomor 11 tahun 2011 dan kompetensi guru pendamping, meliputi: 1. Kualifikasi akademik: (a) memiliki ijazah D IV PGTK dari perguruan tinggi terakreditasi, (b) memiliki ijazah minimal Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat dan memiliki sertifikat pelatihan/pendidikan/kursus PAUD yang terakreditasi; 2. Kompetensi seorang guru TK harus memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial. 30 Permendiknas Nomor 11 tahun 2011 tentang ketentuan sertifikasi, syarat peserta sertifikasi guru dalam jabatan adalah: (a) memiliki kualifikasi (S-I), atau Diploma empat (D-IV), (b) bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik S-I atau D-IV apabila guru tersebut: 1. Mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru; 2. Mempunyai golongan yang memenuhi angka kumulatif setara dengan golongan IV/a; 3. Telah diangkat menjadi guru tetap sebelum tanggal 30 Desember 2005. Pada dasarnya kompetensi guru TK yang belum bersertifikasi dan guru TK yang sudah bersertifikasi adalah sama yaitu: berdasarkan Undang-undang Nomor 20 pasal 40 ayat 2, dinyatakan bahwa kewajiban guru TK adalah: (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga,profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Agar dapat melaksanakan kewajiban sebagai guru TK, maka guru TK harus memiliki empat kompetensi sebagai agen pembelajaran pada Pendidikan Anak usia Dini meliputi: kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial, (Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 Tentang standar Pendidikan Anak Usia Dini). 31 2.3.2 Peran Guru TK yang Belum Sertifikasi Peran dari guru TK atau guru kelas adalah bagian yang paling penting dari rencana pelajaran atau kegiatan yang tak terlihat, kekritisan dalam menentukan keaktifan dan kualitas dari perawatan dan pendidikan untuk anak-anak. Guru TK merupakan faktor yang paling penting dalam mendidik dan berpengalaman merawat anak (Sujiono 2009: 13). Guru TK yang baik untuk anak-anak adalah harus memiliki sifat dan ciri khas, yaitu kehangatan hati, kepekaan, mudah beradaptasi, jujur, ketulusan hati, sifat yang bersahaja, sifat yang menghibur, menerima perbedaan individu, mampu mendukung pertumbuhan tanpa terlalu melindungi, badan yang sehat dan kuat, ketegaran hidup, perasaan kasihan/ keharuan, menerima diri, emosi yang stabil, percaya diri, mampu untuk terus menerus berprestasi dan dapat belajar dari pengalaman (Sujiono, 2009). Menurut Hymes, Read dan Patterson, Yadley (dalam Sujiono, 2009) menyatakan bahwa secara terperinci peran guru Taman Kanak-kanak yang belum dan yang sudah bersertifikasi adalah: (a) peran guru dalam berinteraksi, (b) peran guru dalam pengasuhan, (c) peran guru dalam mengatur tekanan/stress, (d) peran guru dalam memberikan fasilitas, (e) peran guru dalam perencanaan, (f) peran guru dalam pengayaan, (g) peran guru dalam menangani masalah, (h) peran guru dalam pembelajaran, (i) peran guru dalam pembimbingan dan pemeliharaan. 32 2.4 Kajian yang Relevan Lestari (2010) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru MTs Negeri Trucuk Klaten, menyatakan bahwa sertifikasi guru berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru secara signifikan. Hasil penelitian tersebut dikuatkan oleh hasil penelitian Lismurochatun (2011) yang berjudul Persepsi Guru Belum Bersertifikasi terhadap Kompetensi Guru yang Sudah Sertifikasi di SMK Negeri Sekabupaten Temanggung, menyatakan bahwa guru-guru yang sudah sertifikasi di SMK Negeri Kabupaten Temanggung memiliki kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional ada perbedaan yang signikan yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan guru yang belum bersertifikasi. Sudarmini (2011) dalam penelitian yang berjudul “Persepsi Guru Non Sertifikasi terhadap Kinerja Mengajar Guru SD bersertifikasi di Wilayah UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kandangan” menyatakan bahwa untuk indikator kemampuan merencanakan melaksanakan pembelajaran, melakukan evaluasi serta melakukan analisis memperoleh skor antara 72 sampai 120 yaitu antara kategori cukup sampai dengan sangat baik. Rata-rata perolehan skor guruguru SD bersertifikasi di Kecamatan Kandangan adalah 110 berada pada kategori baik, oleh karena itu guru yang bersertifikasi memiliki kinerja mengajar lebih tinggi daripada guru yang belum bersertifikasi. 33 Suyantini (2012) dalam penelitian yang berjudul “Persepsi Guru yang belum Bersertifikasi Terhadap Kompetensi Guru Sertifikasi di SMP Wilayah UPT Dinpendik Kecamatan Kandangan” menyatakan, bahwa secara keseluruhan dipersepsi bahwa guru yang belum bersertifikasi terhadap guru-guru yang sudah bersertifikasi di SMP Dinpendik Kecamatan Kandangan dari keempat kompetensi (kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial) pada umumnya mendapat skor mean total (4,04) pada kategori sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa guru-guru SMP yang bersertifikasi memiliki kompetensi yang lebih baik dari pada guru yang belum bersertifikasi dengan skor mean total (3,08) pada kategori baik. Syarina (2012), penelitian yang berjudul “Pengaruh Sertifikasi terhadap Kinerja Mengajar Guru dalam Meningkatkan hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran IPS Di SMK negeri 4 Pekan Baru, menunjukkan hasil bahwa: (1) Guru yang sudah lulus sertifikasi mempunyai kinerja mengajar yang lebih tinggi karena memiliki total skor 104 dengan kategori “Sangat Baik“, sedangkan guru yang belum berserifikasi memiliki total skor 90 dengan kategori “Baik” sehingga dapat dilihat bahwa total skor guru yang sudah bersertifikasi lebih baik dari pada guru yang belum bersertifikasi; (2) Hasil belajar siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan guru yang sudah bersertifikasi memiliki prosentase (72,02%) nilai siswa “Baik“, sedangkan 34 hasil belajar siswa yang mengikuti proses pembelajaran guru yang belum bersertifikasi memiliki presentasi (27,29%) dengan nilai siswa lebih dari “Cukup”. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru yang sudah bersertifikasi memiliki kinerja mengajar yang lebih baik daripada guru yang belum bersertifikasi. Hendarto “Pengaruh terhadap (2010) Sertifikasi Kinerja penelitian Guru dan Mengajar yang berjudul Kompetensi pada SMA Guru Negeri 2 Surakarta”, mengatakan bahwa guru-guru di SMA Negeri 2 Surakarta yang sudah bersertifikasi memiliki kinerja mengajar dengan kategori “Baik”, artinya ada perubahan yang lebih baik secara signifikan dibandingkan kinerja mengajar guru yang belum sertifikasi dengan kategori “Sedang”. Hasil Suyantini, penelitian Syarina, dari dan Lestari, Hendarto Sudarmini, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kinerja mengajar guru yang sudah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Yanti (2012) yang meneliti tentang perbedaan tingkat kinerja mengajar yang sudah disertifikasi dengan guru yang belum disertifikasi di SMA Negeri se Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis. Tetapi hasil prapenelitian ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja mengajar guru yang sudah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi. 35 2.5 Hipotesis Berdasarkan kajian teori dari Hanif (2004) tentang kinerja mengajar guru, dan kajian penelitian yang relevan oleh Lestari (2010) tentang pengaruh sertifikasi terhadap kinerja guru MTs negeri Trucuk Klaten, dan Syarina (2012) tentang Pengaruh Sertifikasi terhadap Kinerja Mengajar Guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMK negeri 4 Pekan Baru, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Ada perbedaan signifikan kinerja mengajar guru TK yang sudah bersertifikasi dengan guru TK yang belum bersertifikasi di Wilayah Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung”. 36