Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Akuntansi Pertanggungjawaban
2.1.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Pengertian Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem
akuntansi yang mengakui adanya pusat-pusat pertanggungjawaban pada
sebuah perusahaan. Akuntansi pertanggungjawaban timbul sebagai akibat
adanya
wewenang
yang
diberikan
dan
bagaimana
mempertanggungjawabkannya dalam laporan tertulis. Laporan tersebut
berupa prestasi kerja manajer untuk setiap pusat pertanggungjawaban dan
pengendali biaya (Iswahyudi,2007).
Sedangkan menurut Anthony & Govindarajan (2004), “Akuntansi
pertanggungjawaban merupakan bagian dari sistem pengontrolan akunting
yang merupakan salah-satu faktor yang mendukung implementasi strategi,
sedangkan strategi itu sendiri merupakan rencana pencapaian tujuan
organisasi”.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban sangat dibutuhkan dalam
pengendalian manajemen sebagai sarana untuk komunikasi, motivasi dan
penilaian. Manajemen bertanggungjawab untuk memastikan bahwa
pekerjaan itu telah dilaksanakan, maka informasi akuntansi membantu
pembentukan orang-orang dalam organisasi dan memotivasi agar bersedia
melaksanakan apa yang diinginkan manajer dan melakukan penilaian
9
10
terhadap karyawan secara periodik untuk mengetahui sejauh mana
pekerjaan telah dilaksanakan (Suwandi, 2008).
Akuntansi pertanggungjawaban yang baik, dalam penerapannya
harus menetapkan atau memberi wewenang secara tegas, karena dari
wewenang ini akan menimbulkan adanya tanggungjawab. Dengan
wewenang dan tanggungjawab tersebut akan memudahkan pengendalian
terhadap penyimpangan yang terjadi. Akuntansi pertanggungjawaban
banyak di pakai oleh perusahaan dan badan usaha lainnya karena
memungkinkan perusahaan untuk merekam seluruh aktivitas usahanya ,
kemudian mengetahui unit yang bertanggungjawab atas aktivitas tersebut,
dan menentukan unit usaha mana yang tidak berjalan secara efisien
(Viyanti , 2010).
Sedangkan
menurut
pertanggungjawaban
sedemikian
rupa
Mulyadi
(2001
adalah suatu sistem
:
218)
,
Akuntansi
akuntansi yang disusun
sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan
pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam
organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang
yang bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang
dianggarkan.
Dari
definisi
ini
dapat
dijelaskan
bahwa
akuntansi
pertanggungjawaban merupakan alat untuk mengukur kinerja dari setiap
pusat pertanggungjawaban, dimana kinerja tersebut dapat diukur dari
pembandingan
antara anggaran kegiatan/biaya
dengan realisasi
11
kegiatan/biaya. Dari definisi tersebut dikatakan bahwa
pertanggungjawaban mengelompokan organisasi
akuntansi
atas pusat-pusat
pertanggungjawaban.
Menurut Matz dan Usry (1997:120), mengemukakan tiga konsep
dasar mengenai akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut :
1) Akuntansi
pertanggungjawaban
didasarkan
atas
penggolongan
tanggungjawab manajemen (departemen-departemen) pada setiap
tingkatan dalam satu organisasi dengan tujuan membentuk anggaran
bagi masing-masing departemen. Individu yang mengepalai pusat
pertanggungjawaban
harus
bertanggungjawab
dan
mempertanggungjawabkan biaya-biaya dari kegiatannya. Konsep ini
menekankan perlunya penggolongan biaya menurut biaya yang dapat
atau tidak dapat dikendalikan oleh kepala departemen. Umumnya
biaya-biaya yang secara langsung dapat dibebankan pada departemen
(kecuali biaya tetap) merupakan biaya yang dapat dikendalikan oleh
manajer departemen tersebut.
2) Titik awal dari sistem informasi akuntansi pertanggungjawaban
terletak pada bagan organisasi dimana ruang lingkup wewenang telah
ditentukan. Wewenang mendasar dari pertanggungjawaban biayabiaya tertentu dengan pertimbangan dan kerjasama antar penyeli,
kepala departemen atau manajer. Biaya tersebut diajukan dalam
anggaran departemen.
12
3) Setiap anggaran harus jelas menunjukan biaya-biaya yang dapat
dikendalikan oleh orang yang bersangkutan. Bagan perkiraan harus
disesuaikan supaya dapat dilakukan pencatatan ata biaya-biaya yang
dapat dikendalikan atau dipertanggungjawabkan dalam kerangka
kerja yang tercakup dalam wewenang.
Konsep diatas menekankan perlunya pembentukan pusat-pusat
pertanggungjawaban
memerlukan
dan
pendelegasian
pusat
pertanggungjawaban
wewenang
untuk
tersebut
mendasari
pertanggungjawaban atas biaya terkendali yang telah dianggarkan.
Sedangkan
menurut
Simamora
(1999)
pengertian
akuntansi
pertanggungjawaban yaitu: “Bentuk akuntansi khusus yang dipakai untuk
mengevaluasi kinerja keuangan segmen bisnis”.
Pada intinya, akuntansi pertanggungjawaban mensyaratkan setiap
manajer untuk berpartisipasi dalam penyusunan rencana-rencana finansial
segmennya dan menyediakan laporan kinerja tepat waktu yang
membandingkan hasil aktual dengan yang direncanakan. Akuntansi
pertanggungjawaban melibatkan suatu arus berkesinambungan informasi
yang berkaitan dengan arus berkelanjutan dari masukan-masukan kedalam,
dan keluaran-keluaran dari suatu pusat pertanggungjawaban perusahaan.
2.1.2. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban
Menurut Ronald (2002) akuntansi pertanggungjawaban selain
menghasilkan laporan juga bertujuan memotivasi manajer untuk
13
menampilkan kinerja yang efektif dan efisien. Selain itu umpan balik
berupa informasi membuat keputusan untuk mengestimasi hasil-hasil
kegiatan perusahaan di masa yang akan datang melakukan perencanaan
selanjutnya.
Menurut
Leaners
(2010)
informasi
akuntansi
pertanggungjawaban dapat berupa informasi masa lalu dan informasi masa
yang akan datang. Informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk
penyusunan anggaran,
sedangkan informasi
akuntansi
masa lalu
bermanfaat sebagai penilai kinerja manajer akuntansi pertanggungjawaban
dan memotivasi manajer.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban, menurut Horngren yang
dialih bahasakan oleh Gunawan Hutahuruk (2002:413), yang diharapkan
suatu organisasi atau perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Organisasi akan lebih mudah dikendalikan karena organisasi dibagi
menjadi unit-unit kecil pengendalian yang berupa pusat-pusat
pertanggungjawaban
2. Keputusan-keputusan operasional akan lebih baik karena dilakukan
oleh manajer pusat-pusat pertanggungjawaban yang mengetahui
permasalahan dan informasi untuk pemecahan masalah.
3. Secara cepat dapat diambil keputusan yang tepat.
4. Para manajer pusat-pusat pertanggungjawaban dapat mengembangkan kemampuan manajerial.
5. Meningkatkan rasa tanggung jawab dan keputusan kerja para
manajer pusat pertanggungjawaban.
14
Berdasarkan uraian di tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
akuntansi pertanggungjawaban bermanfaat terhadap jalannya perusahaan
yaitu berupa keputusan yang diambil tepat pada waktunya serta sesuai
dengan tingkat manajemen yang ada dan organisasi terbagi menjadi unit
yang dikendalikan. Bagi para manajer manfaat yang didapat adalah
meningkatkan keahlian manajerialnya serta berpertisipasi aktif dalam
membuat keputusan, sehingga keputusan kerja dan moralnya dapat lebih
ditingkatkan.
2.1.3. Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban
Menurut Mulyadi (2001), akuntansi pertanggungjawaban memiliki 4
karakteristik yaitu:
1. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban.
Akuntansi pertanggungjawaban mengidentifikasikan pusat
pertanggungjawaban sebagai unit organisasi seperti departemen,
produk,
tim
kerja,
pertanggungjawaban
atau
yang
individu.
dibentuk,
Apapun
satuan
sistem
pusat
akuntansi
pertanggungjawaban membebankan tanggung jawab kepada individu
yang diberi wewenang. Tanggung jawab dibatasi dalam satuan
keuangan (seperti biaya).
2. Standar ditetapkan sebagai tolok ukur kinerja manajer yang
bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu.
15
Setelah
ditetapkan,
pusat
sistem
pertanggungjawaban
akuntansi
diidentifikasi
pertanggungjawaban
dan
menghendaki
ditetapkannya biaya standar sebagai dasar untuk menyusun anggaran.
Anggaran berisi biaya standar yang diperlukan untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan. Biaya standar dan anggaran merupakan ukuran
kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran
yang ditetapkan dalam anggaran.
3. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan
anggaran.
Pelaksanaan anggaran merupakan penggunaan sumber daya
oleh manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran
yang ditetapkan dalam anggaran. Penggunaan sumber daya ini diukur
dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang mencerminkan
ukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam mencapai
sasaran anggaran. Dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban,
secara prinsip individu hanya dimintai pertanggungjawaban atas biaya
yang ia memiliki wewenang untuk mempengaruhinya secara
signifikan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban menyajikan
informasi biaya sesungguhnya dan informasi biaya yang dianggarkan
kepada setiap manajer yang bertanggung jawab, untuk memungkinkan
setiap manajer mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran
mereka dan memungkinkan mereka untuk memantau pelaksanaan
anggaran mereka.
16
4. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman
berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi.
Sistem penghargaan dan hukuman dirancang untuk memacu
para manajer dalam mengelola biaya – untuk mencapai target standar
biaya yang dicantumkan dalam anggaran. Atas dasar evaluasi
penyebab terjadinya penyimpangan biaya yang direalisasikan dari
biaya yang dianggarkan, para manajer secara individual diberi
penghargaan atau hukuman menurut sistem penghargaan dan hukuman
yang ditetapkan.
2.2.
Pusat Pertanggungjawaban
2.2.1. Definisi Pusat Pertanggungjawaban
Dalam
organisasi
perusahaan,
penentuan
daerah
pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab dilaksanakan
dengan menetapkan pusat-pusat pertanggungjawaban. Anthony dan
Govindarajan (2005:171) menyatakan bahwa “pusat pertanggungjawaban
merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggungjawab terhadar aktivitas yang dilakukan”. Sedangkan Hansen
dan Mowen (2005:116) berpendapat bahwa pusat pertanggungjawaban
adalah “suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggungjwaba terhadap
serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu”.
Menurut
Hongren
(2003),
mengemukakan
bahwa
pertanggungjawaban akunting mengidentifikasikan bagian dari organisasi
17
yang mempunyai tanggung jawab untuk setiap tujuan, mengembangkan
ukuran dan target untuk dicapai, dan menciptakan laporan ukuran oleh
bagian kecil dari organisasi atau pusat pertanggungjawaban. Pusat
pertanggungjawaban
dimaksudkan
untuk
membantu
mengimplementasikan rencana manajemen puncak. Dalam kaitan ini,
organisasi terdiri dari kumpulan pusat pertanggungjawaban. Keseluruhan
pusatpertanggungjawaban
ini
membentuk
jenjang
hierarki
dalam
organisasi tersebut.
Pada tingkatan yang terendah adalah pusat untuk seksi-seksi,
pergeseran kerja (workshift), dan unit organisasi kecil lainnya. Departemen
bisnis yang memiliki beberapa unit organisasi yang lebih kecil, menduduki
posisi yang lebih tinggi dalam hierarki. Dari sudut pandang manajer senior
dan dewan direksi, perusahaan secara keseluruhan merupakan pusat
tanggung jawab (Yessie, 2008).
2.2.2. Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban
Ada 4 jenis pusat pertanggungjawaban menurut Anthony & Govindarajan
(2002), yaitu:
a. Pusat Pendapatan (Revenue Center)
Pusat
pendapatan
(revenue
center)
merupakan
pusat
pertanggungjawaban dimana outputnya diukur dalam unit moneter,
tetapi tidak dihubungkan dengan inputnya. Kinerja keuangan pusat
18
pendapatan diukur atas dasar pendapatan yang diperoleh, yaitu hasil
kali antara unit yang dijual dengan harga jualnya.
b. Pusat Biaya (Expense Center)
Pusat biaya (expense center) merupakan pusat pertanggungjawaban
dimana input atau biaya diukur dalam unit moneter namun outputnya
tidak diukur dalam unit moneter. Pusat biaya dibagi menjadi :
1) Pusat biaya teknik/standar (standard or engineered expense center)
adalah elemen biaya yang benar-benar terjadi dan dapat diukur
secara pasti karena mempunyai hubungan yang erat dengan output
yang dihasilkan. Misalnya: bahan baku, upah tenaga kerja, bahan
bakar habis pakai, bahan-bahan pembantu lainnya.
2) Pusat biaya kebijakan adalah biaya yang sebagian besar yang
terjadi tidak mempunyai hubungan yang erat dengan output yang
dihasilkan. Ada beberapa pembagian pusat biaya kebijakan yaitu:

Pusat biaya administrasi dan umum

Pusat biaya penelitian dan pengembangan

Pusat biaya pemasaran
c. Pusat Laba (Profit Center)
Pusat laba (profit center) merupakan pusat pertanggungjawaban
dimana kinerjanya diukur berdasarkan laba yang diperoleh.
d. Pusat Investasi (Investment Center)
Pusat
Investasi
(Investment
center)
merupakan
pusat
pertanggungjawaban dimana kinerjanya diukur berdasarkan laba yang
19
diperoleh dihubungkan dengan investasi yang digunakan untuk
memperoleh laba tersebut. Informasi atas dasar pusat investasi dapat
memotivasi manajer untuk:

Menghasilkan laba.

Mengambil keputusan untuk menambah investasi.

Mengambil keputusan untuk melepas investasi, bila investasi
tersebut tidak memberikan kembalian yang memadai.
2.2.3 Hubungan Struktur Organisasi dengan Pusat Pertanggungjawaban
Menurut Supriyono (2001:2), organisasi adalah sekelompok orang
yang berkerja bersama-sama untuk mencapai satu atau beberapa tujuan.
Adapun pengertian struktur organisasi menurut Jeff Madura (2002:16) ,
struktur organisasi mengidentifikasi peran dan tanggung jawab karyawan
yang dipekerjakan oleh perusahaan. Ada 2 tipe struktur organisasi
berkaitan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban, yaitu: organisasi
fungsional dan organisasi divisional, Dalam hubungannya dengan tingkat
pertanggungjawaban atau pemberian wewenang, struktur organisasi
terbagi menjadi dua bagian, yaitu organisasi fungsional dan divional,
(Supriyono,2001):.
a. Organisasi Fungsional
Dalam organisasi fungsional, pembagian pusat pertanggungjawaban
didasarkan atas fungsi, yaitu fungsi produksi, fungsi penjualan
(pemasaran), dan fungsi administrasi.
20
b. Organisasi Divisional
Dalam organisasi divisional, pembagian organisasi didasarkan pada
divisi-divisi penghsilan laba.
Menurut Supriyono (2001:27), “dibawah setiap divisi dibagi atas
dasar fungsi. Fungsi yang ada pada divisi sama seperti fungsi-fungsi pada
organisasi fungsional”. Pada tipe organisasi ini, setiap divisi merupakan
pusat laba dan mungkin sekaligus sebagai pusat investasi, sedangkan
fungsi-fungsi yang dimilikinya merupakan pusat biaya dan atau pusat
pendapatan. Dalam hubungannya dengan pusat pertanggungjawaban,
struktur organisasi harus dianalisis mengenai kemungkinan adanya
kelemahan dalam pendelegasian wewenang.
2.3.
Syarat-syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban tidak dapat begitu saja diterapkan oleh
setiap perusahaan karen untuk menerapkan hal tersebut harus memenuhi syaratsyarat tertentu. Agar suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban dapat diterapkan
dan terlaksana dengan baik, maka harus dipenuhi syarat-syarat seperti yang
diungkapkan oleh Mulyadi (2001) adalah sebagai berikut :
1.
Struktur organisasi yang menetapkan secara jelas dan tegas menggambarkan
pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab untuk setiap unit dalam
struktur organisasi.
2.
Penyusunan anggaran yang dilakukan oleh tiap tingkatan manajemen dalam
organisasi perusahaan.
21
3.
Adanya pemisahan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya suatu
biaya oleh. seorang manajer pusat biaya tertentu dalam perusahaan.
4.
Adanya klasifikasi dan kode rekening yang disesuaikan dengan tingkatan
manajemen dalam perusahaan.
5.
Sistem pelaporan biaya pada setiap tingkatan perusahaan telah memenuhi
syarat dalam penerapan akuntansi pertanggung jawaban.
Sedangkan menurut Wilson dan Campbell (dikutip oleh Putri, 2005) ada
berbagai faktor lain yang dapat membantu untuk membuat tanggapan atau
penerimaan dari pembaca laporan yang lebih baik :
1. Laporan harus tepat waktu.
2. Laporan harus sederhana dan jelas.
3. Laporan harus dinyatakan dalam bahasa dan istilah yang dikenal oleh
pimpinan yang akan memakainya.
4. Informasi harus disajikan dalam urutan yang logis.
5. Laporan harus akurat.
6. Bentuk
penyajian
harus
disesuaikan
dengan
pimpinan
yang
akan
menggunakannya.
7. Selalu distandarisasikan, apabila mungkin.
8. Rancangan laporan harus mencerminkan sudut pandang pimpinan.
9. Laporan harus berguna.
10. Biaya penyiapan laporan harus dipertimbangkan.
11. Perhatian yang diberikan untuk penyiapan laporan harus sebanding dengan
manfaatnya.
22
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa pada prinsipnya
konsep pelaksanaan akuntansi pertanggungjawaban itu adalah menekankan pada
tugas dan tanggung jawab dari setiap bagian serta membuat pusat-pusat
pertanggungjawaban terhadap masing-masing bagian. Penerapan syarat-syarat
tersebut berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya, tergantung
dari jenis perusahaan, ukurannya, jumlah operasi tambahan ataupun faktor-faktor
khusus yang menjadi ciri perusahaan.
2.3.1 Struktur Organisasi Sebagai Pola Pendelegasian Wewenang
Pengertian organisasi menurut Supriyono (2001:2), adalah sebagai
berikut:
“Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja bersama-sama untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan.” Pengertian struktur organisasi
menurut Jeff Madura (2002:16) adalah sebagai berikut:
“Struktur organisasi mengidentifikasi peran dan tanggung jawab karyawan
yang dipekerjakan oleh perusahaan.”
Definisi di atas menunjukan bahwa dalam organisasi terdapat dua unsur,
yaitu:
1.
Suatu organisasi terdiri dari orang-orang.
2.
Bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama
Struktur organisasi dapat dikatakan sebagai suatu susunan dan
hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada organisasi atau
perusahaan yang dapat digunakan untuk mengendalikan bagian-bagian
23
yang ada didalamnya. Oleh karena itu salah satu tujuan struktur organisasi
adalah mengendalikan, menyalurkan, dan mengarahkan perilaku orang
yang terlibat didalamnya untuk mencapai tujuan organisasi secara
keseluruhan.
Secara garis besar menurut Kagnanto (2010), tujuan dari
pembentukkan organisasi adalah untuk:
1.
Mempermudah pelaksanaan tugas.
2.
Mempermudah pembagian tugas kepada bawahan tertentu.
3.
Menghindarkan duplikasi tugas.
4.
Mempermudah penempatan pegawai-pegawai yang tepat untuk
melaksanakan tugas tertentu.
Menurut Fhateh (2011) struktur organisasi pada setiap perusahaan
berbeda-beda tergantung pada:
1.
Luas perusahaan
2.
Metode yang dipakai dalam pendelegasian wewenang apakah
sentralisasi atau desentralisasi.
Menurut Irma Nilasari dan Sri Wilujeng (2008: 90), dalam
hubungannya dengan pemberian wewenang, struktur organisasi dibagi 2
bagian, yaitu:
1) Organisasi tersentralisasi
Merupakan pengelolaan organisasi dimana pembuatan keputusan
lebih banyak dimiliki oleh pihak manajemen puncak yang
kebanyakan bekerja pada kantor organisasi.
24
2) Organisasi terdesentralisasi
Merupakan pengelolaan organisasi dimana para manajer tingkat
menengah atau
yang tingkatannya lebih rendah memiliki
kewenangan dalam pembuatan keputusan dalam organisasi.
3.
Departementasi, yaitu membagi suatu organisasi menjadi unit-unit
yang disebut departemen, sub unit, seksi, dan sebagainya.
Menurut John French dan B. Raven (2010) pola pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab bisa didasarkan pada:
1.
Fungsi bisnis atau business function (contoh: produksi, keuangan,
personalia, dan lain-lain).
2.
Jenis produk atau product line (contoh: produk a, produk b, dan lainlain).
3.
Daerah geografis atau geographic regional (contoh: daerah x, daerah
y, dan lain-lain).
2.3.2 Pengertian Biaya Terkendali dan Biaya Tak Terkendali
Biaya terkendalikan adalah biaya yang dapat dipengaruhi secara
signifikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban tertentu dalam jangka
waktu tertentu. Sedangkan biaya tidak terkendalikan adalah biaya yang
tidak
dapat
dipengaruhi
secara
signifikan
oleh
manajer
pusat
pertanggungjawaban tertentu dalam jangka waktu tertentu (Supriyono:15).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa biaya
terkendali adalah biaya yang sacara langsung dipengaruhi oleh manajer
25
suatu pusat pertanggungjawaban dalam waktu tertentu, sedangkan biaya
tidak terkendali adalah biaya yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh
manajer suatu pusat pertanggungjawaban dalam jangka waktu tertentu.
Untuk memisahkan biaya kedalam terkendalikan dan tidak
terkendalikan pada kenyataannya seringkali menemui kesulitan. Hanya
sedikit biaya yang menjadi tanggung jawab seseorang. Pedoman untuk
menetapkan apakah suatu biaya dapat dibebankan sebagai tanggung jawab
seorang manajer pusat pertanggungjawaban menurut Mulyadi (2001: 168),
adalah sebagai berikut:
1.
Jika seorang manajer memiliki wewenang, baik dalam pemerolehan
maupun penggunaan jasa, ia harus dibebani dengan biaya jasa
tersebut.
2.
Jika seorang manajer dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah
biaya tertentu melalui tindakannya sendiri, ia dapat dibebani
dengan biaya tersebut.
3.
Meskipun
seorang
manajer
tidak
dapat
secara
signifikan
mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakan langsungnya
sendiri, ia dapat juga dibebani biaya tersebut, jika manajemen
puncak menghendaki agar ia manaruh perhatian sehingga ia dapat
membantu
manajer
lain
yang
mempengaruhi biaya tersebut.”
bertanggung
jawab
untuk
26
2.4
Anggaran
2.4.1 Pengetian Anggaran
Definisi anggaran menurut Hansen dan Mowen (2001:714) adalah
bentuk kuantitatif dalam mencapai tujuan dan tindakan yang akan
dilakukan oleh perusahaan yang dinyatakan dalam istilah fisik atau
keuangan.
Sedangkan menurut Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan
yang dialih bahasakan oleh F. X. Kurniawan Tjakrawala dan Krista
(2005:73) anggaran didefinisikan sebagai alat penting untuk perencanaan
dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi. Pada
pengelolaan perusahaan, manajemen menetapkan tujuan (goal) dan sasaran
(objectives) dan kemudian membuat rencana kegiatan untuk mencapai
tujuan dan sasaran tersebut. Dampak keuangan yang diperkirakan akan
terjadi sebagai akibat dari rencana kerja tersebut kemudian disusun dan
dievaluasi melalui proses penyusunan anggaran.
Suatu anggaran merupakan alat yang dapat digunakan dalam
melaksanakan proses perencanaan dan pengendalian manajemen. Dengan
demikian, tiap-tiap manajer akan merasa bahwa anggaran biaya untuk
pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya adalah anggaran dan dia
akan bersedia dinilai atas tolak ukur anggaran tersebut.
27
2.4.2 Fungsi Anggaran
Fungsi anggaran menurut Marconi dan Siegel (2003:406) adalah
sebagai berikut:
1. Anggaran merupakan hasil dari proses perencanaan, berarti
anggaran mewakili kesepakatan negosiasi di antara partisipan yang
dominan dalam suatu organisasi mengenai tujuan kegiatan di masa
yang akan dating.
2. Anggaran
merupakan
alat
komunikasi
internal
yang
menghubungkan departemen (divisi) yang satu dengan departemen
(divisi)
lainnya
dalam
organisasi
maupun
dengan manajemen puncak.
3. Anggaran menyediakan informasi tentang hasil kegiatan yang
sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
4. Anggaran sebagai alat pengendalian yang mengarah manajemen
untuk menentukan bagian organisasi yang kuat dan lemah, hal ini
akan dapat mengarahkan manajemen untuk menentukan tindakan
koreksi yang harus diambil.
5. Anggaran mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan
untuk bekerja dengan konsisten, efektif dan efisien dalam kondisi
kesesuaian tujuan antara tujuan perusahaan dengan tujuan
karyawan.
28
6. Anggaran merupakan gambaran tentang prioritas alokasi sumber
daya yang dimiliki karena dapat bertindak sebagai blue print
aktivitas perusahaan.
Sedangkan fungsi anggaran menurut Munandar (2001), adalah:
1. Sebagai pedoman kerja
Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah
serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh
kegiatan-kegiatan perusahaan di waktu yang akan dating.
2. Sebagai alat pengkoordinasian kerja
Anggaran berfungsi sebagai alat pengkoordinasian kerja agar
semua bagian-bagian yang terdapat dalam perusahaan dapat saling
menunjang dan bekerjasama dengan baik, untuk menuju sasaran
yang telah ditetapkan.
3. Sebagai alat pengawasan kerja
Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai
pembanding hasil operasi sesungguhnya. Dari perbandingan
tersebut dapat diketahui sebab-sebab penyimpangan antara
anggaran dengan realisasinya, sehingga dapat dikertahui pula
kelemahan-kelemahan
perusahaan.
dan
keuatan-kekuatan
yang
dimiliki
29
2.4.3 Jenis-Jenis Anggaran
Menurut Anthony dan kawan-kawan yang dialihbahasakan oleh
Agus Maulana (2005:46), ada 3 jenis anggaran menurut pusat-pusat
pertanggungjawaban yaitu:
1 Anggaran biaya
Anggaran biaya dapat dibagi kedalam 2 jenis, yaitu:
1) Anggaran yang menyangkut pengeluaran terukur (engineered
expense) dalam pusat pertanggungjawaban, dimana keluarannya
dapat diukur.
2) Anggaran
yang
menyangkut
pengeluaran
diskresioner
(discretionary expense) dipusat pertanggungjawaban, dimana
keluarannya tidak dapat diukur.
2 Anggaran pendapatan
Anggaran pendapatan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Anggaran dirancang untuk mengukur efektivitas pemasaran.
Penyimpangan yang tidak menguntungkan dari anggaran ini
menunjukkan bahwa volume penjualan atau harga jual lebih rendah
daripada yang diyakini manajemen puncak sebagai sasaran yang
pantas.
2) Manajemen pemasaran tidak dapat dituntut untuk sepenuhnya
bertanggung jawab atas pencapaian sasaran yang dianggarkan
seperti halnya dengan anggaran biaya. Banyak ketidakpastian di
30
pasar yang berada di luar jangkauan manajer ini, terutama dalam
jangka pendek.
3 Anggaran laba
Jika seorang manajer dapat mengendalikan pendapatan dan biaya dapat
digabungkan menjadi anggaran laba.
Anggaran laba untuk keseluruhan perusahaan dan untuk pusat-pusat
labanya digunakan untuk:
1) Alokasi sumber daya.
2) Merencanakan
dan
mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan
perusahaan atau divisi.
3) Sebagai alat pengecek akhir tentang kememadaian anggaran biaya.
4) Membagi tanggung jawab kepada semua manajer atas kinerja
keuangan perusahaan atau divisi.
M. Munandar (2001 : 25), mengemukakan jenis-jenis anggaran, sebagai
berikut:
A. Operational Budget, yang terdiri dari :

Anggaran Penjualan

Anggaran Produksi

Anggaran Pembelian

Anggaran Biaya

Anggaran investasi
B. Financial Budget, yang terdiri dari :

Proyeksi laba/rugi
31

Proyeksi neraca

Anggaran kas/bank

Proyeksi sumber dan penggunaan dana

Proyeksi rasio keuangan
2.4.4 Karakteristik Anggaran yang Baik
Menurut Mulyadi (2001: 511), anggaran yang baik memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1.
Anggaran disusun berdasarkan program.
2.
Anggaran
disusun
berdasarkan
karakteristik
pusat
pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi perusahaan.
3.
Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan alat pengendalian.
2.4.5 Manfaat dan Keterbatasan Anggaran
Perusahaan akan mengalami kesulitan dalam mengevaluasi kinerja,
kurang dapat mengoptimalkan efisiensi dan produktivitas kerja, serta
kurang dapat memanfaatkan kesempatan untuk perluasan usaha tanpa
penyusunan suatu anggaran. Menurut M. Nafarin (2004 : 15), manfaat
anggaran antara lain :
1.
Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.
2.
Dapat dipergunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan
pegawai.
3.
Dapat memotivasi pegawai.
32
4.
Menimbulkan rasa tanggungjawab kepada pegawai.
5.
Menghindari pemborosan yang kurang perlu.
6.
Sumber daya seperti: tenaga kerja, peralatan dan dana yang dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin.
7.
Alat pendidikan bagi para manajer.
Menurut Ellen Christina dan kawan-kawan (2001:2), manfaat
penyusunan anggaran adalah sebagai berikut :
1.
Adanya perencanaan terpadu.
2.
Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan.
3.
Sebagai alat pengkoordinasian kerja.
4.
Sebagai alat pengawasan kerja.
5.
Sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan.
Adapun manfaat-manfaat penyusunan anggaran tersebut diatas
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Adanya perencanaan terpadu
Anggaran perusahaan dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
merumuskan suatu rencana perusahaan dan untuk menjalankan
pengendalian
terhadap
berbagai
kegiatan
perusahaan
secara
menyeluruh. Dengan demikian, anggaran merupakan suatu alat bagi
manajemen yang dapat digunakan, baik untuk keperluan perencanaan
maupun pengendalian (Cysyl, 2010).
2.
Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan
33
Anggaran dapat memberikan pedoman yang berguna baik bagi
manajemen puncak maupun manajemen menengah. Anggran yang
disusun dengan baik akun membuat bawahan menyadari bahwa
manajemen memiliki pemahaman yang baik mengenai operasi
perusahaan dan bawahan akan mendapatkan pedoman yang jelas
dalam melaksanakan tugasnya. Disamping itu, penyusunan anggaran
memungkinkan perusahaan untuk mengantisipasi perubahan dalam
lingkungan dan melakukan penyesuaian, sehingga kinerja perusahaan
dapat lebih baik (Ellen Christina, 2001).
3.
Sebagai alat pengkoordinasian kinerja
Penganggaran
dapat
memperbaiki
koordinasi
kerja
internal
perusahaan, sistem anggaran memberikan ilustrasi operasi perusahaan
secara keseluruhan. Oleh karena itu, sistem anggaran memungkinkan
para manajer divisi untuk melihat hubungan antar divisi (bagian)
secara keseluruhan (Leaners, 2010).
4.
Sebagai alat pengawasan kerja
Anggaran memerlukan serangkaian standar prestasi atau target yang
bisa dibandingkan dengan realisasinya, sehingga pelaksanaan setiap
aktivitas dapat dinilai kinerjanya. Dalam menentukan standar acuan,
diperlukan pemahaman yang realistis dan analisis yang seksama
terhadap
kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan
oleh
perusahaan.
Penentuan standar yang sembarangan tanpa didasari oleh pengetahuan
dapat menimbulkan banyak masalah daripada manfaat. Hal ini
34
mengingat
standar
dalam
anggaran
yang
ditetapkan
secara
sembarangan tersebut mungkin merupakan target yang mustahil untuk
dicapai karena terlalu tinggi akan menimbulkan frustasi atau
ketidakpuasan. Sebaliknya, penetapan standar yang terlalu rendah
akan menjadikan biaya menjadi tidak terkendalikan, menurunkan laba
dan semangat kerja (Ellen Christina, 2001)..
5.
Sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan
Anggaran yang disusun dengan baik merupakan standar yang relevan,
akan memberikan pedoman bagi perbaikan operasi perusahaan dalam
menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh agar pekerjaan
bisa diselesaikan dengan cara yang baik, artinya menggunakan
sumber-sumber
daya
perusahaan
yang
dianggap
paling
menguntungkan dan terhadap penyimpangan yang mungkin terjadi
dalam operasional perusahaan, perlu dilakukan evaluasi yang dapat
menjadi masukan berharga bagi penyusunan anggaran selanjutnya
(Mulyadi, 2001).
Disamping manfaat, anggaran juga memiliki keterbatasanketerbatasan.
Menurut
Gunawan
(1996:53),
kelemahan-kelemahan
anggaran adalah sebagai berikut:
1. Karena anggaran disusun berdasarkan estimasi, terlaksananya
dengan baik kegiatan-kegiatan tergantung pada ketepatan estimasi
tersebut.
35
2. Anggaran hanya merupakan rencana, dan rencana tersebut baru
dapat berhasil jika dilaksanakan sungguh-sungguh.
3. Anggaran merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk
membantu
manajer
dalam
melaksanakan
tugasnya,
bukan
menggantikannya.
4. Kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama dengan yang
diramalkan sebelumnya, karena itu anggaran perlu memiliki sifat
luas.”
Sedangkan menurut M Nafarin (2000), dalam bukunya “Penganggaran
Perusahaan” adalah sebagai berikut:
1. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan sehingga
mengandung unsur ketidakpastian.
2. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan
tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu
menyusun anggaran secara lengkap dan akurat.
3. Bagi pihak yang merasa terpaksa untuk melaksanakan anggaran
dapat mengakibatkan mereka mengerutu dan menentang, sehingga
anggaran tidak akan efektif.
2.4.6 Hubungan Anggaran dengan Akuntansi Pertanggungjawaban
Menurut Carter (2006) proses penyusunan anggaran pada dasarnya
merupakan proses penetapan peran (role setting) dalam usaha pencapaian
sasaran perusahaan. Sumber daya yang disediakan untuk memungkinkan
36
manajer berperan dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan tersebut
diukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi.
Oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika
tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang mengukur
berbagai nilai sumber daya yang disediakan bagi setiap manajer yang
berperan dalam usaha pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam
tahun anggaran. Dalam proses penyusunan anggaran, informasi akuntansi
pertanggungjawaban berfungsi sebagai alat pengirim peran (role sending
device).
Menurut
Sinuraya
(2004)
agar
manfaat
akuntansi
pertanggungjawaban tercapai, suatu organisasi atau perusahaan harus
secara cermat mengamati dan menggolongkan pendapatan dan biaya
sesuai dengan berbagai jenjeng manajemen yang bertanggung jawab.
Melalui laporan prestasi, anggaran setiap pusat pertanggungjawaban
dibandingkan dengan realisasinya atai nilai actualnya, selanjutnya dapat
ditentukan prestasi manajer tiap pusat pertanggungjawaban.
2.5
Laporan Pertanggungjawaban
Laporan pertanggungjawaban merupakan ikhtisar hasil-hasil yang dicapai
oleh seorang manajer bidang pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas atau
pekerjaannya selama periode tertentu. Di dalam pengumpulan atau pelaporan
biaya, tiap bidang pertanggungjawaban harus dipisahkan antara biaya terkendali
dan biaya tidak terkendali (Putri, 2005). Laporan pertanggungjawaban berguna
37
sebagai bahan evaluasi terhadap seluruh proses pelaksanaan kegiatan dan hasilhasil yang dapat dicapai dari kegiatan tersebut, yang selanjutnya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan bagi perbaikan-perbaikan dan peningkatan kualitas
pelaksanaan kegiatan pada masa yang akan datang.
Laporan pertanggungjawaban dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan
manajer berbagai jenjang organisasi.
Sunarto (2002:72) juga mengemukan bahwa laporan pertanggungjawaban
biaya berisi informasi sebagai berikut :
a)
nomor dan kode rekening biaya,
b)
jenis biaya pusat pertanggunjawaban,
c)
realisasi biaya bulan ini,
d)
anggaran biaya bulan,
e)
Penyimpangan biaya bulan ini,
f)
Realisasi biaya sampai dengan bulan ini,
g)
Anggaran biaya sampai dengan bulan ini,
h)
Penyimpangan biaya sampai dengan bulan ini.
2.5.1 Prinsip-prinsip Dasar Penyajian Laporan Pertanggungjawaban
Menurut Supriyono (2001: 124) laporan kinerja harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1.
Laporan menyajikan selisih antara anggaran dan realisasinya, faktorfaktor
penyebab selisih, dan manajer yang bertanggung jawab.
38
2.
Laporan kinerja untuk manajer tingkat bawah harus berisi informasi
rinci, dan laporan kinerja untuk manajer tingkat di atasannya harus
berisi informasi yang lebih ringkas.
3.
Laporan kinerja berisi unsur terkendalikan dan unsur tidak
terkendalikan yang disajikan secara terpisah, sehingga manajer yang
bertanggung jawab atas kinerja dapat dimintai pertanggungjawaban
atas unsur-unsur yang terkendalikan olehnya.
4.
Laporan mencakup ramalan tahunan.
5.
Laporan mencakup penjelasan mengenai penyebab selisih, tindakan
koreksi atas selisih dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
tindakan koreksi secara efektif.
Menurut Abdul (2010) kelima prinsip dasar diatas merupakan dasar
bagi suatu sistem pelaporan yang baik. Selain itu, ada berbagai faktor lain
yang dapat membantu untuk membuat tanggapan dari pembaca laporan
yang lebih baik, yaitu:
1.
Laporan harus tepat waktu.
2.
Laporan harus sederhana dan jelas.
3.
Laporan harus dinyatakan dalam bahasa dan istilah yang dikenal oleh
pimpinan yang akan memakainya.
4.
Informasi harus disajikan dalam urutan yang logis.
5.
Laporan harus akurat.
6.
Bentuk penyajian harus disesuaikan dengan pimpinan yang akan
menggunakannya.
39
7.
Selalu distandarisasikan, apabila mungkin.
8.
Rancangan laporan harus mencerminkan sudut pandang pimpinan.
9.
Laporan harus berguna.
10. Biaya penyiapan laporan harus dipertimbangkan.
11. Perhatian yang diberikan untuk penyiapan laporan harus sebanding
dengan manfaatnya.
2.5.2 Jenis Laporan
Menurut Willson dan Campbel (2002:553), laporan dapat dibagi kedalam
tiga golongan, yaitu:
1.
Laporan perencanaan (planning report)
1) Taksiran atau anggaran jangka pendek perusahaan secara
menyeluruh atau perdivisi.
2) Telaah khusus perencanaan jangka pendek mengenai segmen
tertentu dari perusahaan.
3) Taksiran atau anggaran jangka panjang.
2.
Laporan pengendalian (control report)
1) Laporan singkat pengendalian (summary control report)
2) Laporan pengendalian berjalan (current control report)
3.
Laporan informasi (informational report)
1) Laporan trends
2) Laporan analitis
40
2.5.3 Frekuensi Laporan
Menurut Elfiraworotitjan (2010) frekuensi pelaporan prestasi harus
disesuaikan dengan kebutuhan agar manajer dapat melakukan tindakan
perbaikan dengan tepat. Meskipun laporan prestasi tahunan, memang dapat
membantu rencana mengembangkan dan mengevaluasi prestasi manajer,
namun tidak berguna untuk menyesuaikan operasi sepanjang tahun. Jika
laporan prestasi harian diperlukan oleh manajer tertentu, maka laporan
dengan frekuensi harian memang perlu dibuat. Akan tetapi, manfaatmanfaat dan biaya laporan perlu dipertimbangkan. Masalah ini
mengingatkan
kita
bahwa
frekuensi
pelaporan
itu
berbeda-beda
bergantung pada jenjang manajemen dan tingkatan karyawan pada setiap
jenjang.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
periode pelaporan terdiri dari laporan harian, mingguan, bulanan, dan
tahunan disesuaikan dengan kebutuhan agar manajer dapat melakukan
tindakan perbaikan dengan tepat.
2.5.4 Prosedur Penyusunan Laporan dalam Akuntansi Pertanggungjawaban
Menurut Wahyu (2011) prosedur penyusunan laporan akuntansi
pertanggungjawaban
pertama-tama
pertanggungjawaban
mengirim
dimulai
bukti-bukti
dengan
setiap
pusat-pusat
periode
sekali
(bulanan/triwulan) sebagai dasar menyusun laporan atas biaya yang terjadi
dan menjadi tanggung jawab departemen atau bagiannya, data biaya yang
41
dilaporkan
oleh
pusat
pertanggungjawaban
adalah
biaya
yang
sesungguhnya (actual cost) dan data biaya yang sesungguhnya terjadi ini,
dikirim (diserahkan) ke penyusun laporan perusahaan keseluruhan
(biasanya departemen/staf controller atau pengawas intern atau bagian
akuntansi) selanjutnya bagian penyusunan laporan perusahaan keseluruhan
(controller/pengawas intern) mengolah data-data yang berasal dari laporan
pusat-pusat
pertanggungjawaban
dan
menyusun
laporan
pertanggungjawaban dengan membandingkan antara anggaran yang
tersedia dan biaya sesungguhnya yang terjadi pada pusat-pusat
pertanggungjawaban.
Tahap akhir, controller atau pengawas intern mengirimkan laporan
pertanggungjawaban tersebut ke pusat-pusat pertanggungjawaban yang
dinilai maupun atasan dari pusat pertanggungjawaban yang dinilai.
2.6
Penilaian Kinerja
2.6.1 Definisi dan Manfaat Penilaian Kinerja
Kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional
organisasi, bagian organisasi dan karyawan, berdasarkan sasaran, standard
dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Srimindarti, 2006).
Menurut Rudianto (2006:311), penilaian kinerja adalah “penentuan
secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi
dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya”. Tahap penilaian terdiri atas:
42
1. Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya
dari yang telah ditetapkan sebelumnya dalam standar.
3. Penegakkan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan
untuk mencegak perilaku yang tidak diinginkan.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001:434), ada tiga jenis ukuran
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif, yaitu
ukuran kriteria tunggal (single criteria) yang hanya menggunakan satu
ukuran untuk menilai kinerja manajer, ukuran kriteria beragam (multiple
criteria) yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja
manajer, dan ukuran kriteria gabungan (composite criteria) yang
menggunakan berbagai macam ukuran memperhitungkan bobot masingmasing ukuran serta menghitung rata-ratanya sebagai ukuran yang
menyeluruh kinerja manajer.
Menurut Rudianto (2006:315), dalam melakukan penilaian kinerja,
ada beberapa metode yang dapat digunakan , yaitu:
1. Analisis Rasio
2. Anggaran
3. Balance Scorecard
4. Economic Value Added (EVA)
5. Benchmarking
43
2.6.2 Tahap-tahap Penilaian Kinerja
Menurut Juwita (2009) penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap
utama yaitu:
1.
Tahap persiapan
Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci, yaitu:
1) Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang
bertanggung jawab.
2) Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja.
3) Pengukuran kinerja sesungguhnya.
2.
Tahap penilaian
Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci, yaitu:
1) Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah
ditetapkan.
2) Penentuan
penyebab
timbulnya
penyimpangan
kinerja
sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar.
3) Penegakkan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang
digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
Menurut Gary Dessler (2003:241), tahap penilaian kinerja mencakup:
1.
Setting work standards.
2.
Assessing feed back to the employee with the aim of motivating that
person to eliminate deficiencies or continue to perform above par.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan tahap-tahap
penilaian kinerja adalah sebagai berikut:
44
1.
Menentukan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang
bertanggung
jawab
berdasarkan
standar
yang
ditetapkan
sebelumnya.
2.
Membandingkan kinerja aktual dengan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
3.
Menyediakan umpan balik untuk para manajer dengan tujuan
memotivasi agar lebih meningkatkan kinerjanya.
2.6.3 Ukuran Kinerja
Menurut Mulyadi (2001:434), terdapat tiga macam ukuran yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif yaitu:
1.
Ukuran kriteria tunggal (single criteria)
Ukuran kriteria tunggal
adalah ukuran
kinerja
yang hanya
menggunakan suatu ukuran untuk menilai kinerja manajer. Jika
kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerja, orang akan
cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut dengan
akibat diabaikannya kriteria yang lain, yang kemungkinan sama
pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya perusahaan atau
bagiannya.
2.
Ukuran kriteria beragam (multiple criteria)
Ukuran kriteria beragam adalah ukuran kinerja yang menggunakan
berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja manajer. Kriteria
beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal
45
dalam pengukuran kinerja. Berbagai aspek kinerja manajer dicari
ukuran kriterianya sehingga seorang manajer diukur kinerjanya
dengan beragam kriteria. Tujuan penggunaan kriteria beragam ini
adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya
kepada berbagai kinerja.
3.
Ukuran kriteria Gabungan
Ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran,
memperhitungkan bobot masing-masing ukuran, dan menghitung rataratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer.
2.6.4 Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan
Menurut Supriyono (2001:46), pusat pendapatan adalah suatu pusat
pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang prestasi manajernya
dinilai atas dasar pedapatan pusat pertanggungjawaban tersebut. Prestasi
pusat pendapatan diukur berdasarkan yang diperolehnya selama suatu
periode dimana pendapatan tersebut diukur berdasarkan jumlah penjualan
yang dicapai, lalu dibandingkan dengan penjualan yang dianggarkan.
Menurut Sukarno (2002: 44-45), dalam menganalisa kinerja
manajer pusat pendapatan, tidak semata mata dengan menghitung hasil
penjualan, tapi juga harus memperhatikan
pasar yang tersedia dan besarnya
manajer
dan menelaah keseluruhan
pangsa pasar yang dikuasai
oleh
yang bersangkutan. Dalam hal ini analisis industry menjadi
sangat relevan. Tahap analisis industry adalah sebagai berikut :
46
a.
Membuat Proyeksi permintaan pasar
b.
Menilai posisi perusahaan dalam persaingan, yang dapat
dihitunng dengan rumus sebagai berikut :
Pangsa Pasar =
× 100%
Biaya-biaya yang terjadi pada pusat pendapatan hanyalah biaya-biaya
yang berada dibawah pengawasan langsung manajer pusat pendapatan.
Pusat pendapatan tidak dapat disebut sebagai pusat laba, karena biayabiaya yang terjadi salam pusat pertanggungjawaban ini bukan merupakan
biaya lengkap.
Menurut Gary Dessler (2003) informasi akuntansi yang dipakai
sebagai ukuran kinerja pusat pendapatan adalah pendapatan itu sendiri.
Terdapat dua unsur yang dapat dijadikan ukuran dalam penilaian kinerja
pusat pendapatan, yaitu:
1. Tercapainya target pendapatan yang diharapkan.
2. Peningkatan pendapatan dari periode ke periode.
Dalam manetapkan kriteria kinerja manajer, menurut Halim dkk
(2001) berbagai faktor berikut ini perlu dipertimbangkan:
1. Dapat diukur atau tidaknya kriteria.
2. Rentang waktu sumber daya dan biaya.
3. Bobot yang diperhitungkan alas kriteria.
4. Tipe kriteria yang digunakan dan aspek perilaku yang ditimbulkan.
47
2.7 Kerangka Pemikiran
Pengertian akuntansi pertanggungjawaban menurut Simamora (1999)
yaitu: “Bentuk akuntansi khusus yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja
keuangan
segmen bisnis”.
Pada intinya,
akuntansi
pertanggungjawaban
mensyaratkan setiap manajer untuk berpartisipasi dalam penyusunan rencanarencana finansial segmennya dan menyediakan laporan kinerja tepat waktu yang
membandingkan
hasil
aktual
dengan
yang
direncanakan.
Akuntansi
pertanggungjawaban melibatkan suatu arus berkesinambungan informasi yang
berkaitan dengan arus berkelanjutan dari masukan-masukan kedalam, dan
keluaran-keluaran dari suatu pusat pertanggungjawaban perusahaan.
Akuntansi pertanggungjawaban menurut Hansen & Mowen (2001:116)
adalah “sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat
pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk
mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka.” Dari definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang
sangat penting bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja manajer sehingga
perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal sesuai dengan yang
diinginkan.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001:218), Akuntansi pertanggungjawaban
adalah suatu sistem
akuntansi yang disusun sedemikian
rupa
sehingga
pengumpulan dan pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat
pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang
atau kelompok orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan
48
pendapatan yang dianggarkan. Dari definisi ini dapat dijelaskan bahwa akuntansi
pertanggungjawaban merupakan alat untuk mengukur kinerja dari setiap pusat
pertanggungjawaban, dimana kinerja tersebut dapat diukur dari pembandingan
antara anggaran kegiatan /biaya dengan realisasi kegiatan/biaya. Dari definisi
tersebut dikatakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban mengelompokan
organisasi atas pusat-pusat pertanggungjawaban.
Pusat pertanggungjawaban dibagi menjadi 4 yaitu pusat pendapatan , pusat
biaya, pusat laba dan pusat investasi. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan
pada pusat pendapatan perusahaan. Pusat pendapatan merupakan pusat
pertanggungjawaban dimana outputnya diukur dalam unit moneter, tetapi tidak
dihubungkan dengan inputnya. Kinerja keuangan pusat pendapatan diukur atas
dasar pendapatan yang diperoleh (Anthony & Govindarajan , 2002).
Untuk menilai kinerja pusat pertanggungjawaban menurut Mulyadi
(2001:176), informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang
penting dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena
informasi tersebut menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang
bertanggungjawab terhadap perencanaan dan realisasinya. Informasi akuntansi
pertanggungjawaban mencerminkan skor (score) yang dibuat oleh setiap manajer
dalam menggunakan berbagai sumber daya untuk melaksanakan peran manajer
tersebut dalam mencapai sasaran perusahaan.
Informasi akuntansi yang dipakai untuk menilai kinerja pusat pendapatan
adalah pendapatan. Untuk pengukuran kinerja pusat pendapatan, seluruh
pendapatan, baik yang berasal dari transaksi penjualan produk atau jasa kepada
49
pihak luar perusahaan maupun dari transfer produk atau jasa kepada pusat
pertanggungjawaban lain dalam perusahaanm dipakai sebagai tolak ukur kinerja
pusat pendapatan. Kinerja pusat pendapatan diukur atas dasar pendapatan yang
diperoleh yaitu dengan cara membandingkan antara pendapatan yang diperoleh
dengan pendapatan yang dianggarkan (Mulyadi, 2001:436).
Manajer yang bertanggungjawab pada suatu pusat pendapatan diharuskan
untuk membuat suatu laporan pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawan
tersebut
berisi
anggaran (target) penjualan
serta realisasinya.
Laporan
pertanggungjawaban tersebut kemudian akan digunakan sebagai dasar untuk
mengevaluasi kinerja pusat pendapatan (Jihan Azizah Zein dan Hasan Sakti
Siregar,2008).
Menurut Mulyadi (2001:457) informasi akuntansi pertanggugjawaban
mencerminkan nilai sumber daya yang diperoleh perusahaan dari bisnisnya dan
yang dikorbankan oleh pusat pendapatan untuk menjalankan aktivitas bisnis
perusahaan. Kinerja pusat pendapatan diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Dan karena kegiatan tersebut memerlukan sumber
daya, maka kinerja pusat pendapatan akan tercermin dari penggunaan sumber
daya untuk mencapai tujuan perusahaan. Maka akuntansi pertanggungjawaban
dikatakan memadai apabila tujuan perusahaan tercapai dengan berbagai kegiatan
penggunaan sumber daya kinerja pusat pendapatan.
Dengan melihat latar belakang yang telah disampaikan, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana akuntansi pertanggungjawaban
50
berperan dalam menilai kinerja pusat pendapatan. Untuk lebih jelasnya, uraian di
atas dapat dilihat dalam skema berikut:
Peranan Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam
Penilaian Kinerja Manajer Pusat Pendapatan
Peranan Akuntansi
Pertanggungjawaban
Kinerja Manajer Pusat Pendapatan
Variabel dependen (y)
Variabel independen (x)
karakteristik akuntansi
pertanggungjawaban
Syarat-syarat akuntansi
pertanggungjawaban
1) Struktur organisasi
1)
2) Penyusunan anggaran
2)
3) Pemisahaan biaya terkendali
dan biaya tidak terkendali
3)
4) Klasifikasi Kode Rekenig
4)
5) Laporan
pertanggungjawaban
Identifikasi pusat
pertanggungjawaban
Penetapan tolak ukur
kinerja
Perbandingan realisasi dan
anggaran
Pemberian pernghargaan
atau hukuman
Hipotesis
Akuntansi pertanggungjawaban yang memadai
berperan dalam menilai kinerja pusat pendapatan
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Penilaian Kinerja Pusat
Pendapatan
1)
Tercapainya target
pendapatan yang
diharapkan
2)
Peningkatan pendapatan
dari periode ke periode.
51
2.8
Hipotesis
Ho :
Akuntansi pertanggungjawaban berperan dalam menilai kinerja manajer
pusat pendapatan.
Download