BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pekerjaan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting bagi
masyarakat. Bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka
memperoleh imbalan berupa uang, jasa maupun untuk mengembangkan diri.
Seiring perkembangan zaman, maka tuntutan untuk suatu pekerjaan pun semakin
tinggi, mulai dari tuntutan gaji, tuntutan tugas, tuntutan pekerjaan, dan
sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.
Diera industrialisasi saat ini, perekonomian semakin maju dan pesat dari
tahun ke tahun. Perusahaan yang saling berlomba-lomba untuk mendapatkan
keuntungan yang semakin besar akan mempengaruhi perubahan lingkungan kerja.
Perubahan lingkungan kerja secara internal maupun eksternal mendorong
organisasi untuk merespon dengan cepat dan beradaptasi dengan lingkungan yang
penuh dengan persaingan (Suhanto, 2009). Pada kondisi saat ini, keberhasilan
suatu perusahaan dilihat dari keunggulan sumber daya manusia yang
mengolahnya.
Pada dasarnya, setiap organisasi menginginkan dan menuntut agar seluruh
karyawan
dapat
menyelesaikan
pekerjaannya
dengan
sebaik
mungkin.
Pengelolaan yang baik dan profesional merupakan suatu hal yang menjadi bagian
dari siklus hidup suatu organisasi atau perusahaan dalam pencapaian tujuannya.
Sumber daya yang ada dalam perusahaan harus dapat dimanfaatkan sebaik
Universitas Sumatera Utara
mungkin, termasuk sumber daya manusia sebagai faktor utamanya (Suhanto,
2009).
Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam menunjang
keberhasilan suatu organisasi. Hal ini dikarenakan manusia merupakan sumber
daya yang tidak bisa digantikan secara sempurna oleh sumber daya lainnya.
Sumber daya manusia sangat ditentukan oleh kualitasnya yang diharapkan dapat
membawa dampak positif terhadap perkembangan ekonomi pada organisasi atau
perusahaan. Namun, untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas
dan untuk dapat mempertahankan sumber daya manusia yang ada tidaklah mudah.
Hal ini salah satunya disebabkan karena kehidupan di organisasi merupakan salah
satu sumber stres bagi manusia (Cope, 2003).
Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, pemutusan
hubungan kerja, dan bangkrutnya beberapa perusahaan sebagai akibat dari krisis
yang berkepanjangan telah menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi
ribuan bahkan jutaan tenaga kerja. Mereka harus rela dipindahkan ke bagian yang
sangat tidak mereka kuasai dan tidak tahu berapa lama lagi mereka akan dapat
bertahan atau dipekerjakan. Selain itu mereka harus menghadapi pimpinan baru,
pengawasan yang ketat, tunjangan kesejahteraan yang berkurang dari sebelumnya,
dan harus bekerja lebih lama dan lebih giat demi mempertahankan status sosial
ekonomi keluarga. Para pekerja di setiap level pekerjaan mengalami tekanan dan
ketidakpastian. Situasi inilah yang seringkali memicu terjadinya stres kerja (Rini,
2002).
Universitas Sumatera Utara
Stres kerja di tempat kerja bukanlah fenomena baru, tetapi merupakan
ancaman besar bagi kesehatan dan kesejahteraan karyawan (Nahar, Hosaain,
Rahman, and Bairagi, 2013). Stres sebagai akibat negatif dari pekerjaan ternyata
dialami banyak pekerja. Sebagian besar stres kerja berasal dari pekerjaan yang
mereka lakukan. Tuntutan untuk kinerja yang lebih tinggi dan produktivitas lebih
besar akan meningkatkan stres. Stres ini kemudian menyebabkan kinerja
karyawan menjadi kurang optimal (Cope, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association pada
tahun 2013 menemukan bahwa 41% dari pekerja menyatakan mereka biasanya
merasa tegang atau stres selama mereka bekerja dan 46% menyatakan gaji rendah
secara signifikan mempengaruhi tingkat stres mereka di tempat kerja. Karyawan
juga mengutip kurangnya kesempatan untuk pertumbuhan dan kemajuan (41 %),
beban kerja yang berat (41 %), tuntutan pekerjaan yang tidak realistis (35 %) dan
jam kerja yang panjang (37 %) sebagai sumber stres yang berpengaruh secara
signifikan dan sebanyak 32 % karyawan menunjukkan bahwa mereka berniat
untuk mencari tempat kerja lain dalam tahun depan.
Stres kerja dapat memiliki efek positif pada karyawan setiap organisasi,
tetapi sampai batas tertentu dimana seorang karyawan dapat mengatasinya. Stres
yang dirasakan melebihi batas akan memiliki hasil negatif pada karyawan (Bashir
& Ramay, 2010). Stres kerja juga dapat meningkatkan atau menurunkan prestasi
kerja. Saat tidak ada stres, tantangan kerja menjadi hilang dan prestasi kerja
cenderung menurun. Namun dengan bertambahnya stres, kecenderungan
meningkatnya prestasi kerja bertambah karena stres membantu seseorang untuk
Universitas Sumatera Utara
mengeluarkan potensi mereka dalam rangka memenuhi persyaratan kerja. Tetapi,
jika stres terlalu tinggi, prestasi kerja akan menurun dan seseorang akan
kehilangan kemampuan untuk mengatasi stres tersebut sehingga stres kerja
sampai ke titik paling tinggi dan mengakibatkan prestasi kerja menjadi nol (Davis
& Newstorm, 2001).
Walaupun stres memiliki dampak positif, namun stres lebih cenderung
dikaitkan dengan hal negatif. Pada organisasi, karyawan yang burnout, menderita
penyakit fisik dan psikologi, tingkat absensi yang tinggi, kinerja yang rendah, dan
kematian sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mengatasi stres
dan ketegangan yang dialami (Sperry, 1991). McGinty (2007) menyimpulkan
bahwa stres di tempat kerja dapat mengurangi produktivitas, meningkatkan
tekanan darah, dan membuat orang sakit dengan berbagai cara. Tingkat stres kerja
yang tinggi dapat merusak kesehatan fisik dan psikologis para karyawan. Hal
tersebut juga akan merugikan organisasi akibat biaya yang ditanggung untuk
pengobatan karyawan (Cope, 2003).
Stranks (2005) menyebutkan bahwa stress mampu mempengaruhi Gross
National Product (GNP). Pada negara Inggris, penanganan stres ternyata
membutuhkan biaya sekitar 3% dari GNP. Selain itu, biaya yang terkait dengan
stress adalah 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan biaya untuk memecahkan
perselisihan di semua industri dan sakit yang terkait karena stres menyebabkan
hilangnya 40 juta hari kerja setiap tahunnya. Stres juga merupakan interaksi
individu dengan lingkungan, namun secara lebih terperinci stres merupakan suatu
respon adaptif yang dihubungkan oleh perbedaan individu dan atau proses
Universitas Sumatera Utara
psikologi yang merupakan konsekuensi tindakan, situasi, atau kejadian eksternal
(lingkungan) yang menempatkan tuntutan psikologi dan atau fisik secara
berlebihan (Luthans, 2005). Stres juga dideskripsikan sebagai tekanan pada tubuh
atau mental yang melebihi batas kemampuan seseorang (Price, 2003).
Dampak negatif dari stress dapat terjadi dalam bentuk respon biologis
(demam, meningkatnya detak jantung), respon emosional (marah, depresi,
frustasi), dan meningkatnya kecelakaan di tempat kerja. Lebih jauh lagi,
Hemmington dan Smith (dalam Nugroho, 2008) stres dapat menyebabkan
ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction), meningkatnya jumlah karyawan yang
keluar (turnover), dan kehilangan tenaga kerja yang direkrut oleh perusahaan lain.
Penelitian Ruyter et. al (2001) menyatakan stres kerja memiliki dampak yang
negatif terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasional, prestasi kerja, dan
turnover. Hal ini sesuai pula dengan penelitian Jaramillo et. al (2006) bahwa
tingkat stress yang tinggi akan menurunkan job satisfaction, organizational
commitment, dan meningkatkan turnover intention.
Stres kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan
fisik, faktor individu, faktor kelompok dan faktor organisasi. Organisasi telah
dikenal sebagai faktor yang menciptakan stres bagi karyawan di tempat kerja
(Greenhaus & Beutell, 1985). Matteson dan Ivancevich (dalam Luthans, 2005)
mengungkapkan bahwa faktor organisasi dalam hal ini mencakup struktur
organisasi, iklim organisasi, desain pekerjaan, dan karakteristik tugas. Perubahan
sistem, lingkungan kerja dan iklim organisasi dapat memicu terjadinya stres kerja
pada karyawan (Vendetti, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Greenberg (2008) mengemukakan bahwa terdapat lima sumber stres, yaitu
intrinsic to the job, role in the organization, career development, relationships at
work, dan organizational structure and climate. Sumber intrinsic to the job
berhubungan dengan kondisi fisik yang buruk dalam bekerja, kelebihan beban
kerja atau tekanan waktu. Sumber role in the organization berhubungan dengan
ambiguitas peran dan konflik peran. Sumber career development berhubungan
dengan kurangnya keamanan dalam bekerja, adanya ambisi yang digagalkan, dan
over-promotion
atau
under-promotion.
Sumber
relationships
at
work
berhubungan dengan hubungan yang buruk dengan atasan atau rekan kerja.
Sumber organizational structure and climate, termasuk kondisi lingkungan kerja
baik secara fisik maupun psikologis, iklim politis kantor, dan kurangnya
partisipasi karyawan.
Lingkungan kerja berpengaruh langsung terhadap sikap kerja dan
menentukan prestasi kerja pegawai dalam bekerja. Lingkungan kerja yang
menyenangkan membuat sikap pegawai positif dan memberi dorongan untuk
bekerja lebih tekun dan lebih baik (Idrus, 2006). Lingkungan kerja juga
berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas hasil kerja karyawan. Pengaruh
lingkungan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu lingkungan luar dan lingkungan
dalam. Steers (dalam Yuliana, 2007) mengungkapkan bahwa lingkungan luar
umumnya menggambarkan kekuatan yang berada di luar organisasi, sedangkan
lingkungan dalam merujuk pada faktor-faktor di dalam organisasi yang dapat
menciptakan budaya dan sosial tempat berlangsungnya kegiatan. Lingkungan
dalam ini biasanya disebut dengan istilah iklim organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Iklim organisasi adalah lingkungan manusia dimana para karyawan
melakukan pekerjaan mereka (Davis & Newstorm, 2001). Iklim organisasi
didefinisikan sebagai bentuk sifat terukur dari lingkungan kerja, dirasakan secara
langsung atau tidak langsung oleh tenaga kerja, dan diasumsikan mempengaruhi
motivasi dan perilaku (Litwin & Stringer, 1968). Seperti udara dalam ruangan,
iklim organisasi mengitari dan mempengaruhi segala hal yang terjadi dalam suatu
organisasi. Pada akhirnya, iklim dipengaruhi oleh hampir semua hal yang terjadi
dalam suatu organisasi.
Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian pada satu
perusahaan. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan Industri yang
memproduksi pupuk. Perusahaan tersebut pada saat ini sedang mengalami suatu
kondisi dimana perusahaan sudah tidak dapat berproduksi secara optimal
dikarenakan keterbatasan bahan bakar. Hal ini kemudian menyebabkan
perusahaan
mengalami
perubahan
lingkungan
kerja
seperti
terpaksa
“merumahkan” sebagian pekerjanya untuk mengurangi jumlah pekerja yang
kemudian mempengaruhi kondisi psikologis karyawan lainnya yang masih
dipekerjakan. Mereka di bayangi ketidakpastian akan seperti apa nasib perusahaan
dan mereka ke depannya. Hal ini terlihat dari komunikasi peneliti dengan salah
seorang karyawan yang masih bekerja di perusahaan :
“Kami sekarang serba nggak pasti. Disatu sisi kami butuh pekerjaan. Tapi
disisi lain juga dalam bekerja kami dibayangi ketidakpastian, ke depannya
akan terjadi apa dengan perusahaan ini nggak ada yang tahu. Jadi kadang
stres juga mikirkannya.”
(Komunikasi personal, 21 Januari 2014)
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan kerja dalam hal ini erat kaitannya dengan iklim organisasi.
Iklim organisasi yang dirasakan berbeda dari biasanya dapat mempengaruhi
kinerja karyawan. Karyawan perusahaan mengungkapkan bahwa lingkungan kerja
sekarang berbeda dari sebelumnya. Selain itu, terdapat pula dimensi dari iklim
organisasi yang dirasakan karyawan berbeda dari sebelumnya yaitu berhubungan
dengan struktur, standard, tanggung jawab, imbalan, resiko, dukungan,
kehangatan, konflik, dan identitas.
Karyawan
perusahaan
mengungkapkan
bahwa
mereka
terkadang
mendapatkan imbalan yang tidak adil. Hal ini terlihat dalam komunikasi personal
peneliti dengan karyawan sebagai berikut :
“Iya kami juga kesal karna kadang upah lembur kami nggak dibayar sama
perusahaan.”
(Komunikasi personal, 21 Januari 2014)
Selain itu, terdapat perubahan lain yang dirasakan oleh karyawan. Hal ini
terlihat dari komunikasi personal peneliti dengan karyawan sebagai berikut :
“Memang semenjak kondisi perusahaan gak stabil gini pasti ada lah
perubahan struktur dan standard dari perusahaan sendiri, karena kan
memang kondisinya udah berubah, pasti yang lainnya juga ikut mengalami
perubahan seperti itu.”
“Harus tanggung jawab kalau sama tugas, apalagi kan sekarang karyawan
udah jauh sekali berkurangnya, jadi yang tadinya satu tugas itu dikerjakan
bertiga atau berdua jadi sendiri sekarang karena yang lainnya udah
di”rumah”kan atau resign.”
(Komunikasi personal, 7 Juli 2014)
Pandangan Johanneson (1973) mengungkapkan bahwa meningkatnya
karyawan yang mengalami stres dalam suatu organisasi dapat dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
iklim organisasi yang dirasakan negatif oleh anggota organisasi. Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi yang dirasakan oleh
karyawan perusahaan berbeda dari sebelumnya dan mengarah kepada iklim yang
negatif. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang
pengaruh iklim organisasi terhadap stres kerja yang dialami oleh karyawan di PT
PIM.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melihat apakah ada
pengaruh iklim organisasi terhadap stres kerja pada karyawan PT PIM?
C.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim organisasi
terhadap stres kerja pada karyawan PT PIM.
D.
MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat dijadikan referensi bagi
peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai variabel stres kerja dan iklim
organisasi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai tingkat stres
kerja dan iklim organisasi yang dirasakan oleh karyawan PT.PIM.
Universitas Sumatera Utara
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Bab I :
Pendahuluan
Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam
pembahasan permasalahan dan hipotesis penelitian. Teori-teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai stres kerja dan
iklim organisasi.
Bab III: Metode Penelitian
Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu
identifikasi
variabel, definisi operasional, populasi, sampel, metode
pengambilan sampel, metode pengumpulan data, prosedur pelaksanaan
penelitian, validitas, uji daya beda item dan reliabilitas alat ukur dan
metode analisis data.
Bab IV : Analisis data dan Pembahasan
Berisikan mengenai analisis data dan pembahasan yang berisikan
gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan
hasil penelitian yang merupakan perbandingan hipotesis dengan teoriteori atau hasil penelitian terdahulu.
Universitas Sumatera Utara
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Berisikan mengenai kesimpulan dan saran dari peneliti. Bab ini akan
membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian dan saran yang
diberikan, baik untuk penyempurnaan penelitian ini, penelitian yang
berhubungan dengan variabel yang diteliti di masa mendatang, serta
saran untuk organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Download