BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen dan Fungsi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajemen dan Fungsi Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa kata manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan fungsifungsi
manajemen
itu
(Perencanaan,
Pengorganisasian,
Pengarahan,
Pengendalian). Jadi, Manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai
manajemen, berikut ini akan diungkapkan oleh para ahli..
Menurut Stoner dan Wankel yang dikutip oleh Siswanto (2003;22)
adalah:
Management is the process of
planning, organizing, leading, and
controlling, the effort or organizing members and of using all other
organizational resources to achieve stated organizational goals .
(Manajemen
adalah
proses
perencanaan,
pengorganisasian,
kepemimpinan, dan upaya pengendalian anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan
organisasi yang telah dicapai).
Menurut Hasibuan (2006;1) yaitu:
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu .
Dari definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa manajemen adalah
ilmu dan seni untuk melaksanakan funsi-fungsi manajemen, dimana fungsi-fungsi
manajemen tersebut bertujuan untuk mencapai tujuan bersama, individu, dan
masyarakat secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan sumber daya yang
ada.
2.1.2 Fungsi-fungsi Manajemen
Menurut Sastrohadiwiryo (2005;25-26) fungsi-fungsi manajemen terdiri
dari:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses dari rangkaian kegiatan untuk menetapkan terlebih
dahulu tujuan yang diharapkan pada suatu jangka waktu tertentu atau periode
waktu yang telah ditetapkan, serta tahapan yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan tersebut.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah proses dan rangkaian kegiatan dalam pembagian
pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok
pekerjaan, penentuan hubungan pekerjaan yang baik diantara mereka, serta
pemeliharaan lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang pantas.
c. Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah satu rangkaian kegiatan untuk memberi petunjuk atau
instruksi dari seorang atasan kepada bawahan atau beberapa bawahan, atau
kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal dan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
d. Pemotivasian (Motivating)
Pemberian motivasi adalah suatu proses dan rangkaian kegiatan yang seorang
manajer dalam memberikan inspirasi, semangat, dan kegairahan kerja serta
dorongan kepada karyawan untuk dapat melakukan suatu kegiatan
sebagaimana yang diharapkan.
e. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian
adalah
suatu
proses
dan
rangkaian
kegiatan
untuk
mengusahakan agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan dan tahapan yang harus dilalui. Dengan demikian,
apabila ada kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana dan tahapan, perlu
diadakan suatu tindakan perbaikan (corrective action).
2.2
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia kini semakin berperan besar bagi kesuksesan suatu
organisasi. Mereka membuat sasaran, strategi, inovasi, dan mencapai tujuan
organisasi. Terdapat dua alasan dalam hal ini. Pertama, sumber daya manusia
mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi-sumber daya manusia
merancang dan memproduksi barang dan jasa, mengawasi kualitas, memasarkan
produk, mengalokasikan sumber daya finansial, serta menentukan seluruh tujuan
dan strategi organisasi. Kedua, sumber daya manusia merupakan pengeluaran
utama organisasi dalam menjalankan bisnis.
Menurut Flippo yang dikutip Hasibuan (2006;11) yaitu:
Personal management is the planning, organizing, directing, and
controlling of the procurement, development, compensation,
intergration, maintenance, and separation of human resources to the
and that individual, organizational and societal objectives are
accomplished .
(Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan,
kompensasi, pengintergrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian
karyawan, dengan maksud terwujudnya tujuan perusahaan, individu,
karyawan, dan masyarakat).
Menurut Hasibuan (2006;10) yaitu:
Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat .
Sedangkan
menurut Simamora (2004;4-5) mendefinisikan sebagai
berikut:
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
adalah
pendayagunaan,
pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan
individu anggota organisasi atau kelompok karyawan .
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa manajemen sumber daya
manusia merupakan fenomena sosial pada masa kini dan masa depan dalam era
globalisasi sebagai unsur terpenting mutlak, dianalisis dan dikembangkan dengan
cara tertentu, waktu, tenaga, dan kemampuannya benar-benar dapat dimanfaatkan
secara optimal bagi kepentingan organisasi maupun bagi kepentingan individu.
Pengelolaan sumber daya manusia tidaklah semudah pengelolaan
manajemen
lainnya, karena manajemen
sumber
daya
manusia
khusus
menitikberatkan perhatiannya pada faktor produksi manusia yang memiliki akal,
perasaan, dan juga mempunyai berbagai tujuan. Berhasil tidaknya suatu
perusahaan dalam mencapai tujuan sebagian besar tergantung pada manusianya.
Oleh karena itu tenaga kerja ini harus mendapatkan perhatian khusus dan
merupakan sasaran dari manajemen sumber daya manusia untuk mendapatkan,
mengembangkan, memelihara, dan memanfaatkan karyawan sesuai dengan fungsi
atau tujuan perusahaan.
2.2.2 Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Fungsi manajemen sumber daya manusia sangat luas, hal ini disebabkan
karena tugas dan tanggung jawab manajemen sumber daya manusia untuk
mengelola unsur-unsur manusia seefektif mungkin agar memiliki suatu tenaga
kerja yang memuaskan. Menurut Hasibuan (2006;21) fungsi-fungsi manajemen
sumber daya manusia meliputi fungsi manajerial , yaitu:
1. Fungsi-fungsi Manajerial
a. Perencanaan
Perencanaan (Human Resources Planning) adalah merencanakan tenaga
kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan
menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
kompensasi,
pengintergrasian,
pemeliharaan,
kedisiplinan,
dan
pemberhetian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan, masyarakat.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian (Organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasi
setiap karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,
delegasi wewenang, intergrasi dan koordinasidalam bagan organisasi
(organization chart). Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan
secara efektif.
c. Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan,
agar mau bekerja sama dan bekerja efektif secara efisien dalam membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan
dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua
tugasnya dengan baik.
d. Pengendalian
Pengendalian (Controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua
karyawan, agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai
rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan
perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputi
kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerja sama, pelaksanaan pekerjaan, dan
menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
2. Fungsi-fungsi Operasional
a. Pengadaan
Pengadaan (Procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan
orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya
tujuan.
b. Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa
kini maupun masa depan.
c. Kompensasi
Kompensasi (Compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct)
dan tidak langsung (indirect) uang atau barang kepada karyawan sebagai
imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah
adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak
diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada
batas upah minimum pemerintah berdasarkan internal dan eksternal
konsistensi.
d. Pengintergrasian
Pengintergrasian (intergration) adalah kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama
yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba,
karyawan
dapat
memenuhi
kebutuhan
dari
hasil
pekerjaannya.
Pengintergrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam manajemen
sumber daya manusia, karena mempersatukan dan kepentingan yang
bertolak belakang.
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan (Maintenance) adalah kegiatan untuk memlihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka
tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik akan
dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan
sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal
konsistensi.
f. Pemberhentian
Pemberhentian (Separation) adalah putusnya hubungan seseorang dari
suatu perusahaan. Pemberhentian ini oleh keinginan karyawan, keinginan
perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebs-sebab lainnya.
2.3
Pelatihan Kerja
2.3.1 Pengertian Pelatihan
Secara konseptual pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut
proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem
pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan metode
yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori.
Pelatihan merupakan suatu usaha untuk menghilangkan terjadinya
kesenjangan antara unsur-unsur yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja dengan
unsur-unsur yang dikehendaki oleh organisasi. Melalui pelatihan ini, diharapkan
seluruh potensi kerja seperti pengetahuan, keterampilan, kedisiplinan, dapat
ditingkatkan, sehingga tidak terjadi lagi kesenjangan tersebut.
Berikut ini pengertian mengenai pelatihan menurut Flippo yang dikutip
oleh Hasibuan (2003;70) sebagai berikut:
Latihan adalah merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan
dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan
tertentu .
Menurut Bella yang dikutip oleh Hasibuan (2003;70) sebagai berikut:
Pendidikan dan latihan sama dengan
pengembangan yaitu
merupakan proses peningkatan keterampilan kerja baik teknis
maupun manajerial .
Sedangkan menurut Simamora (2004;273) sebagai berikut:
Pelatihan merupakan proses pembelajaran yang melibatkan
perolehan
keahlian,
konsep,
peraturan,
atau
sikap
untuk
meningkatkan kinerja karyawan .
Menurut Hariandja (2005;168) sebagai berikut:
Pelatihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha
yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan pegawai .
Berdasarkan uraian di atas mengenai pelatihan yang dikemukakan oleh
para ahli, dapat disimpulkan bahwa pelatihan usaha untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan karyawan dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan.
2.3.2 Manfaat Pelatihan
Manfaat pendidikan dan pelatihan menurut Atmodiwirio (2002;43)
beberapa manfaat pelatihan yang kita rasakan baik untuk perkembangan individu
maupun organisasi. Ada dua sisi tentang manfaat pelatihan yang dapat kita
temukan:
1. Dari Segi Individu
Untuk individu pelatihan apapun bentuknya akan mempunyai manfaat:
a. Menambah wawasan, pengetahuan tentang perkembangan organisasi baik
secara internal maupun eksternal.
b. Menambah wawasan tentang perkembangan lingkungan yang sangat
mempengaruhi kehidupan organisasi.
c. Menambah pengetahuan dibidang tugasnya.
d. Menambah keterampilan dalam meningkatkan pelaksanaan tugasnya.
e. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi antara sesama.
f. Meningkatkan kemampuan menangani emosi.
g. Meningkatkan pengalaman memimpin.
2. Bagi Organisasi
Bagi organisasi manfaat pelatihan lebih terbatas dibandingkan dengan
individu:
a. Menyiapkan petugas untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi dari
jabatan yang sekarang.
b. Penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya.
c. Merupakan landasan untuk pengembangan selanjutnya.
d. Meningkatkan kemampuan berproduksi.
e. Meningkatkan kemampuan organisasi untuk menciptakan kolaborasi.
Dari dua manfaat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat
pelatihan adalah untuk meningkatkan potensi manusia anggota suatu organisasi
khususnya pegawai/karyawan suatu perusahaan atau pemerintah, kita mengenal
istilah pendidikan, pelatihan dan pengembangan yang mempunyai tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
2.3.3 Tujuan Pelatihan
Menurut Wahyudi (2002;134) dikatakan bahwa tujuan dari pelatihan dan
pengembangan pada hakekatnya adalah:
1. Meningkatkan produktivitas
Pelatihan dan pengembangan tidak hanya ditujukan untuk tenaga kerja yang
masih baru saja, tetapi juga tenaga kerja lama. Ini dimaksudkan untuk
membantu meningkatkan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan dalam
melaksanakan tugasnya. Disamping itu, kemampuan yang lebih tinggi dapat
meningkatkan hasil (output) baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Akibatnya produktivitas organisasi akan meningkat.
2. Meningkatkan kualitas
Dengan diselenggarakannya program pelatihan dan pengembangan, yang
dapat diperbaiki tidak hanya kualitas produksi, tetapi juga akan memperkecil
kemungkinan dilakukannya kesalahan oleh para tenaga kerja, sehingga
kualitas output akan tetap terjaga dan bahkan mungkin semakin meningkat.
3. Meningkatkan mutu perencanaan kerja
Dengan pelatihan dan pengembangan akan memudahkan seorang pekerja
untuk mengisi lowongan jabatan dalam organisasi, sehingga perencanaan
tenaga kerja dapat dilakukan sebaik-baiknya. Dalam bagian tentang
perencanaan tenaga kerja sudah ditegaskan bahwa antara program
perencanaan tenaga kerja dengan pelatihan dan pengembangan tidak dapat
dipisahkan, karena dalam suatu perencanaan tenaga kerja suatu organisasi
merencanakan kebutuhan tenaga kerjanya secara kualitatif dan kuantitatif,
baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Untuk memperoleh
tenaga kerja dengan kualitas yang sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan
program pelatihan dan pengembangan.
4. Meningkatkan semangat (morale) tenaga kerja
Program pelatihan dan pengembangan akan memperbaiki iklim dan
mengurangi ketegangan-ketegangan yang terjadi di dalam organisasi, sehingga
akan menimbulkan reaksi-reaksi yang positif dari tenaga kerja yang
bersangkutan.
5. Sebagai balas jasa tidak langsung
Dengan memberikan kesempatan kepada seseorang tenaga kerja untuk
mengikuti program pelatihan dan pengembangan dapat diartikan sebagai
pemberian balas jasa kepada tenaga kerja yang bersangkutan atas prestasinya
di masa lalu, karena dengan mengikuti pelatihan dan pengembangan berarti
tenaga kerja tersebut berkesempatan untuk mengembangkan dirinya. Secara
finansial, semua biaya yang dikeluarkan organisasi untuk keperluan pelatihan
dan pengembangan seorang tenaga kerja merupakan balas jasa yang bersifat
tidak langsung.
6. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja
Pelatihan dan pengembangan yang baik dapat mencegah atau mengurangi
terjadinya kecelakaan kerja dalam organisasi, sehingga akan menciptakan
lingkungan kerja yang lebih aman dan memberikan ketenangan dan stabilitas
pada sikap mental tenaga kerja.
7. Mencegah kedaluwarsaan
Program pelatihan dan pengembangan dapat mendorong inisiatif dan
kreativitas tenaga kerja, sehingga dapat mencegah terjadinya kedaluwarsaan.
Sifat kedaluwarsaan seorang tenaga kerja akan terjadi bila kemampuan yang
dimilikinya tertinggal oleh kemampuan yang diperlukan sesuai dengan
perkembangan teknologi.
8. Kesempatan pengembangan diri
Program pelatihan dan pengembangan akan memberikan kesempatan bagi
seorang tenaga kerja untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya,
termasuk meningkatkan perkembangan kepribadiannya.
2.3.4 Langkah-langkah Pengorganisasian Program Pelatihan
Penyusunan suatu program pelatihan sesuai dengan tujuan yang akan
diwujudkannya, harus dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu dan
sistematis. Langkah-langkah pengorganisasian program pelatihan tersebut adalah:
1. Melakukan penelitian dan pengumpulan data
Dari hasil penelitian dan pengumpulan data tersebut dapatlah diketahui
kebutuhan akan pelatihan yang secara nyata dan aktual diperlukan dalam
organisasi. Langkah ini sering pula dikatakan sebagai penentuan kebutuhan
akan pelatihan (training need).
2. Menentukan materi
Dengan kebutuhan akan pelatihan, sebagai hasil dari langkah yang pertama
dapat ditentukan materi pelatihan yang harus diberikan.
3. Menentukan metode pelatihan
Sesuai dengan materi pelatihan yang dibutuhkan, maka ditentukan metode
penyajian yang paling tepat. Penentuan atau pemilihan metode pelatihan
tersebut disamping didasarkan atas materi yang akan disajikan, juga berkaitan
dengan tingkatan tenaga kerja yang akan dilatih. Metode yang akan
dipergunakan untuk operasional dan non-merger akan berbeda dengan metode
untuk tingkatan manajer atau eksekutif.
4. Memilih pelatih yang dibutuhkan
Langkah selanjutnya adalah memilih dan mempersiapkan tenaga pelatih.
Pemilihan seseorang sebagai pelatih harus didasarkan pada keahlian dan
kemampuannya untuk mentransformasikan keahliannya tersebut kepada
peserta pelatihan. Oleh karena itu, pada tahapan ini tidak menyangkut memilih
pelatih, tetapi juga mempersiapkan pelatih dalam arti khusus apabila memang
dibutuhkan diselenggarakan pelatihan khusus bagi pelatih (training for
trainers).
5. Memilih para peserta
Agar program pelatihan dapat mencapai sasaran, hendaklah para pesertanya
dipilih yang benar-benar siap latih . Artinya tenaga kerja yang diikutsertakan
dalam pelatihan adalah mereka yang secara mental telah dipersiapkan untuk
mengikuti program tersebut.
6. Melaksanakan program
Pada langkah ini harus selalu dijaga agar pelaksanaan kegiatan pelatihan
benar-benar mengikuti program yang telah ditetapkan.
7. Melakukan evaluasi program
Langkah terakhir adalah mengevaluasi pelaksanaan program pelatihan.
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan suatu program yang
akan merupakan umpan balik untuk menilai atau menghasilkan suatu output
yang sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
2.3.5 Penentuan Kebutuhan Pelatihan
Penentuan kebutuhan akan pelatihan dengan analisis ditingkat organisasi,
jabatan/tugas, dan individu tersebut dapat dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan sebagai berikut:
1. Performance analysis
Pendekatan ini memulai analisisnya dengan menjawab pertanyaan Kinerja
jabatan apa yang dibutuhkan . Pertanyaan ini mengantarkan kita pada
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan kinerja yang dibutuhkan.
b. Menentukan titik kritis keluaran yang diharapkan dari jabatan tersebut.
c. Menentukan tugas apa yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan kinerja
jabatan tersebut.
d. Menentukan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengerjakan tugas dengan baik.
e. Menentukan faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja jabatan
tersebut, seperti desain jabatan, sumber daya yang tersedia, dan lain-lain.
f. Menyusun skala prioritas dari kemampuan dan keterampilan yang
dibutuhkan dan rumusan sebagai kurikulum pelatihan.
g. Merumuskan rekomendasi untuk memperbaiki kelemahan yang ada.
2. Task analysis
Pendekatan ini memulai analisis dengan menjawab pertanyaan Tugas apa
yang dibutuhkan . Pertanyaan ini mengantarkan kita pada langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menentukan tugas apa yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan kinerja
jabatan tersebut.
b. Menentukan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengerjakan tugas dengan baik.
c. Menyusun skala prioritas dari kemampuan dan keterampilan yang
dibutuhkan dan rumusan sebagai kurikulum pelatihan.
3. Competency study
Pendekatan ini memulai analisis dengan menjawab
Komptensi apa yang
dibuthkan . Pertanyaan ini mengantarkan kita pada langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Bertanya kepada
key person
tentang kompetensi apa yang harus
dimiliki sesuai dengan jabatannya.
b. Menentukan kemampuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan agar
memiliki kompetensi tersebut.
c. Menyusun skala prioritas tentang kemampuan dan keterampilan yang
dibutuhkan dan merumuskannya sebagai kurikulum pelatihan.
4. Training Need Survey
Pendekatan ini memulai analisis dengan menjawab
Kemampuan dan
keterampilan apa yang dibutuhkan . Pertanyaan ini mengantarkan kita pada
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Bertanya kepada key person tentang kemampuan dan keterampilan apa
yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan tugas jabatannya.
b. Menyusun skala prioritas tentang kemampuan dan keterampilan yang
dibutuhkan dan merumuskannya sebagai kurikulum pelatihan.
2.3.6 Metode Pelatihan
Terdapat beberapa macam metode latihan yang dipergunakan dalam usaha
meningkatkan mutu karyawan, baik pengetahuan, keterampilan maupun sikapnya
sehingga dapat meningkatkan disiplin kerja karyawan, mengurangi absensi, serta
memperbaiki kepuasan kerja. Menurut Hariandja (2002;186) ada dua kategori
pokok
program pelatihan.
Masing-masing
kategori
mempunyai
sasaran
pengajaran sikap, konsep atau pengetahuan dan keterampilan utama yang berbeda,
uraian kategorinya antara lain:
1. On the job training (Latihan sambil bekerja)
On the job training meliputi semua upaya melatih karyawan untuk
mempelajari suatu pekerjaan sambil mengerjakannya di tempat kerja yang
sesungguhnya. Berbagai macam teknik yang biasa digunakan dalam
praktik sebagai berikut:
a. Job Instruction training atau latihan instruksi jabatan adalah pelatihan
dimana ditentukan seseorang (biasanya manajer atau supervisor)
bertindak
sebagai
pelatih
untuk
menginstruksikan
bagaimana
melakukan pekerjaan tertentu dalam proses kerja.
b. Job rotation atau rotasi jabatan adalah program yang direncanakan
secara formal dengan cara menugaskan pegawai pada beberapa
pekerjaan yang berbeda dan dalam bagian yang berbeda dengan
organisasi untuk menambah pengetahuan mengenai pekerjaan dalam
organisasi, misalnya promosi, mutasi, dan demosi.
c. Apprenticeship atau magang adalah pelatihan yang mengkombinasikan
antara pelajaran di kelas dengan praktek di lapangan, yaitu setelah
sejumlah teori diberikan kepada peserta, peserta dibawa praktek ke
lapangan. Teknik ini juga mengaplikasikan seluruh prinsip belajar.
d. Coaching adalah bentuk pelatihan dan pengembangan yang dilakukan
di tempat kerja oleh atasan dengan membimbing petugas melakukan
pekerjaan secara informal dan biasanya tidak terencana, misalnya
bagaimana melakukan pekerjaan, bagaimana memecahkan masalah.
Dilihat dari prinsip-prinsip belajar, metode ini mengaplikasikan prinsip
belajar berpartisipasi, relevance, repetition, transference, dan feed
back.
2. Off the job training
Pelatihan dan pengembangan dilaksanakan pada lokasi terpisah dengan
tempat kerja. Program ini memberikan individu dengan keahlian dan
pengetahuan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan pada
waktu terpisah dari waktu kerja reguler mereka, antara lain:
a. Lecture atau kuliah adalah persentasi atau ceramah yang diberikan oleh
pelatih/pengajar kepada sekelompok pendengar, biasanya kelompok
yang cukup besar. Disini pola komunikasi yang terjadi umumnya satu
arah. Pengajar dapat menggunakan berbagai alat peraga, memberikan
kesempatan untuk bertanya atau berdiskusi, meskipun tidak intensif.
Metode ini biasanya diberikan untuk memberikan pengetahuan umum
kepada peserta. Selanjutnya, dilihat dari prinsip-prinsip belajar, metode
ini umumnya paling miskin menggunakan prinsip-prinsip belajar.
b. Video presentation atau video persentasi adalah pelajaran yang
disajikan melalui film, televisi, atau video tentang pengetahuan atau
bagaimana melakukan suatu pekerjaan. Ini biasanya dilakukan
bilamana jumlah peserta cukup banyak dan masalah yang dijelaskan
tidak begitu kompleks.Teknik ini hampir sama dengan lecture, miskin
dalam penggunaan prinsip-prinsip belajar kecuali transference.
c. Vestibule training/simulation adalah latihan yang diberikan di sebuah
tempat yang khusus dirancang menyerupai tempat kerja, yang
dilengkapi dengan berbagai peralatan seperti di tempat kerja. Teknik
ini dapat mencakup semua prinsip belajar.
d. Role playing adalah metode pelatihan yang dilakukan dengan cara,
para peserta diberi peran tertentu untuk bertindak dalam situasi
khusus.Ini dimaksudkan untuk dapat merasakan apa yang dirasakan
orang lain, misalnya pelanggan, atasan, rekan sekerja, sehingga para
peserta dapat berinteraksi dengan baik dengan orang lain.
e. Case study adalah studi kasus yang dilakukan dengan memberikan
beberapa kasus tertentu, kemudian peserta diminta untuk memecahkan
kasus tersebut melalui diskusi dengan kelompok belajar. Kasus-kasus
yang
diberikan
sesuai
dengan
situasi
nyata
pekerjaan
dan
menimbulkan transference.
f. Self study adalah meminta peserta untuk belajar sendiri melalui
rancangan materi yang disusun dengan baik, seperti melalui bahan
bacaan, video, dan kaset. Hal ini biasanya dilakukan karena adanya
hambatan-hambatan geografis, sulitnya untuk bertemu langsung, atau
biaya yang sangat tinggi bilamana para peserta harus dikumpulkan
dalam satu tempat.
g. Program learning adalah bentuk lain dari self study, yaitu menyiapkan
seperangkat pertanyaan dan jawabannya secara tertulis dalam buku,
atau dalam sebuah program komputer. Setelah membaca dan
menjawab pertanyaan, peserta memberikan feedback. Kemudian
melalui feedback dapat diketahui hasilnya.
h. Laboratory training adalah latihan untuk meningkatkan kemampuan
hubungan antar pribadi, melalui sharing pengalaman, perasaan,
persepsi, dan perilaku diantara beberapa peserta.
i. Action learning (belajar bertindak) adalah proses belajar melalui
kelompok kecil dalam memecahkan berbagai persoalan dalam
pekerjaan, yang dibantu oleh seorang ahli, bisa dari dalam perusahaan,
atau dari luar perusahaan.
2.3.7 Jenis Pendidikan dan Pelatihan
Menurut Sastrohadiwiryo (2002;200), pendidikan dan pelatihan dapat
dibedakan sifatnya menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Pendidikan umum
Adalah pedidikan yang dilaksanakan di dalam dan di luar sekolah, baik yang
diselenggarakan
oleh
pemerintah
maupun
swasta,
dengan
tujuan
mempersiapkan dan mengusahakan para peserta pendidikan memperoleh
pendidikan.
2. Pendidikan kejuruan
Adalah pendidikan umum yang direncanakan untuk mempersiapkan para
peserta pendidikan mampu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang
kejuruannya.
3. Pelatihan keahlian
Adalah bagian dari pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang diisyaratkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan,
termasuk didalamnya pelatihan ketatalaksanaan.
4. Pelatihan kejuruan
Adalah bagian dari pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang diisyaratkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang
pada umumnya bertaraf lebih rendah dari pada pelatihan keahlian.
2.3.8 Prinsip Pelatihan
Menurut Sastrohadiwiryo (2003;208) untuk memberikan pedoman
petunjuk terhadap penyelenggaraan pelatihan diperlukan prinsip fundamental
dapat
dijadikan
pedoman
normative
dalam pelaksanaan/penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan. Prinsip umum dalam pelatihan meliputi:
a.
Perbedaan Individu (Individual Diference)
Pada kenyataannya, sulit menemukan dua individu yang memiliki
karakteristik sama. Apabila ada persamaan, hanya dalam hal tertentu saja,
artinya banyak hal yang menunjukan perbedaan. Perbedaan individu yang
menyangkut latar belakang pendidikan, pengalaman, usia dan minat harus
mendapat perhatian yang seksama khususnya dalam menyusun program
pelatihan. Dalam penyelenggaraan pelatihan bagi para penyelia, latar
belakangpendidikan dan pengalaman dapat menunjukan perbedaan yang
berarti. Oleh karena itu, manajemen tenaga kerja harus benar-benar penuh
dengan perencanaan dan kebijakan dalam penyusunan program pelatihan
bagi para tenaga kerjanya, dengan baik mengabaikan kemungkinan yang
akan dihadapi atas keputusan yang diambil.
b.
Hubungan dengan Analisis Pekerjaan (Relation to Job Analysis)
Proses analisis pekerjaan telah menghasilkan dua keputusan yang berguna
bagi pelaksanaan fungsi manajemen tenaga kerja. Yang pertama adalah
suatu keterangan yang nyata dan teratur menenai kewajiban dari tanggung
jawab tertentu dan sekaligus merupakan gambaran menyeluruh tentang
tugas dan pekerjaan yang akan diberikan kepada seseorang tenaga kerja.
Kedua adalah informasi menyeluruh yang harus dipenuhi tenaga kerja,
baik menyangkut materil, immaterial, maupun intelektual agar dapat
memangku suatu pekerjaan yang akan diberikan kepadanya. Dengan
demikian, deskripsi pekerja dapat memantau terhadap kekurangan dan
kebutuhan pelatihan.
c.
Motivasi (Motivation)
Program pelatihan dapat membantu belajarpara tenaga kerja dan juga
membantu mereka dalam bekerja dan pengembangan dirinya.
d.
Partisipasi yang Aktif (Active Partivacition)
Sebenarnya partisipasi aktif seseorang tenaga kerja bukan hanya
diharapkan proses belajar mengajar pada pelaksanaan pelatihan saja, tetapi
lebih dari itu adalah partisipasi dalam setiap aktivitas perusahaan. Peserta
pelatihan yang aktif dalam proses belajar mengajar dapat menambah minat
dan motivasi.
e.
Seleksi Pendidikan dan Pelatihan (Selection of Training and
Education)
Bahwa seluruh tenaga kerja, khususnya tenaga kerja baru, perlu
diikutsertakan dalam pelatihan. Yang mengikuti adalah tenaga kerja yang
telah menunjukan minat dan bakat. Individu tenaga kerja yang
diikutsertakan dalam program pelatihan dapat lebih termotivasi.
f.
Pemilihan Para Pengajar (Selection of Teacher)
Ketetapan tujuan pelatihan, secara langsung mencerminkan minat dan
kemampuan belajar para pengajar. Meskipun terdapat alas an tertentu
untuk menunjuk para manajemen atas para penyelia sebagai pengajar dan
pelatih, pemilihan mereka harus diawasi dengan baik. Karena yang
bersangkutan
dikhawatirkan
menciptakan
kondisi
yang
dapat
menimbulkan tindakan inefektivitas dan inefesiansi dan mengajar kepada
tenaga kerja lain dalam perusahaan. Akibatnya, perusahaan yang akan
memperoleh kerugian.
g.
Pelatihan Pengajar/pelatih (Trainer Teacher Training)
Sebelum bertindak sebagai pengajar/pelatih, mereka perlu diberikan
pelatihan yang cukup memadai. Tidak sedikit pogram pelatihan
mengalami kegagalan karena adanya anggapan bahwa tenagga kerja yang
dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan baik, dapat mengajarkan
dengan baik pula.
h.
Metode Pelatihan( Training and Education Method)
Tata cara pelaksanaan pelatihan menggunakan bermacam-macam media
untuk mengajar. Bagan, chart, grafik, bahan cetak, while bord, OHP, dan
sebagimana merupakan beberapa alat praga yang diperkirakan berguna
dan membantu para peserta.
i.
Prinsip Belajar (Principle of Learning)
Para Pengajar harus cermat dalam membaca minat dan bakat para peserta
pendidikan dan pelatihan, dan mampu mencegah kemungkinan timbul hal
yang mengganggu proses belajar mengajar.
2.3.9 Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan
Bahwa salh satu kegiatan yang harus dilakukan pendidik/ pelatih dalam
melaksanakan tugas dan perannya adalah evaluasi. Kegiatan evaluasi merupakan
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pelatihan, terutama dalam
keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Berhasil tidaknya program pelatihan akan
banyak bergantung kepada kegiatan evaluasi yang dilakukan. Itulah sebabnya
apabila berbicara tentang proses pelatihan, masalah evaluasi sangat sulit untuk
dipisahkan. Dengan demikian, evaluasi merupakan sesuatu masalah yang perlu
mndapat perhatian besar, baik mengenai tujuan , langkah pokok, teknik, alat
evaluasi, maupun system penilaiannya.
Adapun menurut Sastrohadiwiryo (2003;220) evaluasi dalam kegiatan
pelatih memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh peserta dalam
sesuatu periode proses belajar mengajar tertentu.
2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan peserta dalam kelompoknya.
3. Untuk mengetahui tingkat usaha yang telah dilakukan para peserta dalam
kegiatan pelatihan.
4. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh para peserta telah merealisasikan
kapasitasnya melalui kegiatan pelatihan.
5. Untuk mengetahui evaluasi efisiensi metode pelatihan yang digunakan.
2.4
Disiplin Kerja
2.4.1 Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin merupakan salah satu hal yang penting dalam mencapai tujuan
perusahaan. Dengan adanya disiplin pada suatu perusahaan diharapkan para
karyawan dapat mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Disiplin kerja ini dapat
mempengaruhi terhadap pekerjaan yang akhirnya dapat merugikan atau
menguntungkan kedua belah pihak. Disiplin yang dituntut dari pekerjaannya atas
segala prosedur dan peraturan yang berlaku di perusahaan tempatnya bekerja.
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja,
semangat
kerja,
dan
terwujudnya
tujuan
perusahaan,
karyawan,
dan
masyarakat.Oleh karena itu, setiap manajer selalu berusaha agar bawahannya
mempunyai disiplin yang baik.
Disiplin kerja dibuat oleh perusahaan atau instansi pemerintah untuk
menertibkan para pegawai dan disiplin kerja itu, dibuat sesuai dengan persetujuan
para pegawai dengan pihak perusahaan untuk ditaati. Untuk memahami secara
tepat tentang disiplin, perlu dimengerti dengan jelas apa sebenarnya yang
dimaksud dengan disiplin itu. Beberapa definisi dikemukakan para ahli adalah
sebagai berikut:
Menurut Hasibuan (2003;193) mengatakan bahwa:
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan sesorang mentaati
semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku .
Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati
semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya .
Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan sesorang
yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun
tidak .
Jadi, seseorang akan bersedia mematuhi semua peraturan serta
melaksanakan tugas-tugasnya, baik secara sukarela maupun karena paksaan.
Kedisiplinan dapat diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat pada
waktunya, mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, mematuhi semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Sedangkan disiplin kerja menurut Sastrohadiwiryo (2002;291):
Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati,
menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang
berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup
menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksisanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan
kepadanya .
Sedangkan disiplin kerja menurut Simamora (2004;610):
Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum
bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur .
Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan
pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim
kerja di dalam sebuah organisasi .
Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan utama pembinaan disiplin
kerja adalah demi kelangsungan perusahaan sesuai dengan moif perusahaan.
Secara khusus tujuan pembinaan disiplin kerja karyawan, antara lain:
1. Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijaksanaan
ketenagakerjaan maupun kebijakan perusahaan yang berlaku, baik tertulis,
maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen.
2. Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu
memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang
berkepentingan dengan perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang
diberikan kepadanya (karyawan).
3. Dapat menggunakan dan memelihara barang dan jasa, sarana dan
prasarana perusahaan dengan sebaik-baiknya.
4. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku
pada perusahaan.
5. Tenaga kerja mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai
dengan harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek, maupun jangka
panjang.
2.4.2 Macam-macam Disiplin Kerja
Menurut Handoko (2001;208-211) ada tiga macam kedisiplinan, yaitu:
1. Disiplin Preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong
para karyawan agarmengikuti berbagai standar dan aturan, hingga
penyelewengan-pmnyelewengan dapat dicegah, Sasaran pokoknya adalah
untuk mendorong mereka disiplin diri semata-mata karena dipaksa
manajemen. Adapun aturan seperti : kehadiran, penggunaan jam kerja,
ketetapan waktu penyelesaian pekerjaan
2. Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani
pelanggaran terhadap pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba
untuk menghindari pelanggaran lebih lanjut. Yang berguna dalam
pendisiplinan korektif adalah :
a. Peringatan pertama dengan mengkomunikasikan semua peraturan
terhadap karyawan.
b. Sedapat mungkin kedisiplinan diterapkan supaya karyawan dapat
memahami hubungan pristiwa yang dialami oleh karyawan.
c. Konsisten yaitu para karyawan yang melakukan kesalahan yang sama
maka hendaknya diberikan sanksi yang sesuai dengan kesalahan yang
mereka buat.
d. Tidak bersifat pribadi (impersonal) maksudnya tindakan pendisiplinan
ini tidak memandang secara individual tetapi setiap yang melanggar
akan dikenakan sanksi yang berlaku bagi perusahaan.
3. Disiplin Progresif
Disiplin Progresif berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat
terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah
memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan
korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius dilaksanakan.
Adapun langkah-langkah dalam memberikan hukuman progesif adalah
peringatan lisan, peringatan tulisan, skorsing, dan pemecatan.
2.4.3 Sumber Masalah Disiplin Karyawan
Terdapat dua sumber masalah disiplin karyawan, antara lain:
1. Sumber Organisasional, yang terdiri dari:
-
Rekrutmen dan seleksi yang buruk
-
Pelatihan dan pengembangan yang tidak memadai
-
Kurangnya komunikasi
-
Supervisi yang lemah
-
Kebijakan dan peraturan yang tidak masuk akal
2. Sumber individual, yang terdiri dari:
-
Pemakaian alkohol dan obat-obatan
-
Kesulitan keuangan
-
Masalah rumah tangga
-
Penyakit fisik/mental
-
Kebijakan dan peraturan yang tidak masuk akal.
2.4.4 Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja Karyawan
Menurut Mangkunegara (2004;131-132) pelaksanaan sanksi terhadap
pelanggar disiplin kerja dengan memberikan peringatan, harus segera, konsisten,
dan impersonal.
a. Pemberian peringatan
Pegawai yang melanggar disiplin kerja perlu diberikan surat peringatan
pertama, kedua, dan ketiga. Tujuan pemberian peringatan adalah agar pegawai
yang bersangkutan menyadari pelanggaran yang telah dilakukannya. Disamping itu pula surat peringatan tersebut dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam memberikan penilaian kondite pegawai.
b. Pemberian sanksi harus segera
Pegawai yang melanggar disiplin harus segera diberikan sanksi yang sesuai
dengan peraturan organisasi yang berlaku. Tujuannya agar pegawai yang
bersangkutan memahami sanksi pelanggaran yang berlaku di perusahaan.
Kelalaian pemberian sanksi akan memperlemah disiplin yang ada. Disamping
itu, memberi peluang pelanggar untuk mengabaikan disiplin perusahaan.
c. Pemberian sanksi harus konsisten
Pemberian sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin harus konsisten. Hal ini
bertujuan agar pegawai sadar dan menghargai peraturan-peraturan yang
berlaku pada perusahaan. Ketidak konsistenan pemberian sanksi dapat
mengakibatkan pegawai merasakan adanya diskriminasi pegawai ringannya
sanksi, dan pengabaian disiplin.
d. Pemberian sanksi harus impersonal
Pemberian sanksi pelanggaran disiplin harus tidak membeda-bedakan
pegawai, tua muda, pria-wanita tidak diberlakukan sama sesuai dengan
peraturan yang berlaku sama sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Tujuannya agar pegawai menyadari bahwa disiplin kerja berlaku untuk semua
pegawai dengan sanksi pelanggaran yang sesuai dengan peraturan yang
berlakui di perusahaan.
2.4.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Karyawan
Menurut
Wahyudi
(2002;202-207)
banyak
faktor
yang
dapat
mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin dalam organisasi atau perusahaan.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi
Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para
karyawan akan dapat mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia
merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya
yang telah disumbangkannya bagi perusahaan. Akan tetapi bila ia merasa
kompensasi yang diterimanya jauh dari memadai, maka ia akan berpikir
mendua, dan berusaha untuk mencari tambahan penghasilan lain di luar,
sehingga menyebabkan ia sering mangkir, serta izin keluar, dan
sebagainya.
2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan
Keteladanan pimpinan maksudnya bahwa dalam lingkungan perusahaan,
semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana pimpinan dapat
menegakkan disiplin dirinya dari ucapannya, perbuatan dan sikap yang
dapat merugikan aturan disiplin yang sudah diterapkan. Peranan
keteladanan pimpinan amat besar dalam perusahaan, karena pimpinan
dalam suatu organisasi atau perusahaan masih menjadi panutan para
karyawan. Oleh sebab itu, bila seorang pimpinan menginginkan tegaknya
disiplin dalam perusahaan, maka ia harus lebih dulu mempraktekkannya
dan mempelopori, agar dapat diikuti oleh para karyawan lainnya.
a. Ada tidaknya aturan pasti untuk dijadikan pegangan
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila
tidak ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan
bersama. Para karyawan mau melakukan disiplin bila ada aturan yang
jelas dan diinformasikan kepada mereka. Oleh sebab itu, disiplin akan
dapat ditegakkan dalam suatu perusahaan, bila ada peraturan tertulis
yang telah disepakati bersama.
b. Keberanian pimpinan mengambil tinadakan
Suatu disiplin akan dapat ditegakkan, bila disamping aturan tertulis
yang menjadi pegangan bersama, juga perlu ada sanksi. Bila ada
seorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada keberanian
pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat
pelanggaran yang dibuatnya. Dengan adanya tindakan terhadap
pelanggaran disiplin, sesuai dengan sanksi yang ada, maka semua
karyawan akan terasa terlindungi, dan dalam hatinya berjanji tidak
akan berbuat hal yang serupa.
c. Ada tidaknya pengawasan pimpinan
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada
pengawasan,
yang
mengarahkan
para
karyawan
agar
dapat
melaksanakan pekerjaan dengan tepat da sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Dengan adanya pengawasan, maka karyawan akan terbiasa
melaksanakan disiplin kerja. Mungkin untuk sebagian karyawan yang
sudah menyadari arti disiplin, pengawasan seperti ini tidak perlu, tetapi
bagi karyawan lainnya, tegaknya disiplin masih perlu agak dipaksakan,
agar mereka tidak berbuat semaunya dalam perusahaan.
d. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan
Pimpinan yang berhasil memberikan perhatian yang besar kepada para
karyawan akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Karena ia,
bukan hanya dekat dalam arti jarak fisik, tetapi juga mempunyai jarak
dekat dalam arti jarak batin. Pimpinan demikian akan selalu dihormati
dan dihargai oleh para karyawannya, sehingga akan berpengaruh besar
kepada prestasi, semangat kerja dan moral kerja karyawan.
2.5
Pengaruh Antara Pelatihan Kerja dengan Disiplin Kerja
Setiap
perusahaan
menginginkan
karyawannya
memiliki
skill
(keterampilan), knowledge (pengetahuan), ability (kemampuan), dan attitude
(sikap positif) yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, agar tujuan perusahaan
yang bersangkutan dapat berjalan dengan baik. Adanya kesenjangan antara unsur-
unsur yang dimiliki karyawan dengan yang diinginkan perusahaan tidak dapat
dipungkiri. Perusahaan harus melakukan usaha atau penanggulangan terhadap
karyawannya. Usaha tersebut dengan memberikan program pelatihan baik pada
karyawan baru, maupun karyawan lama.
Program pelatihan merupakan suatu proses di mana orang-orang mencapai
kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Dalam
memenuhi kebutuhan tenaga kerja, perusahaan atau organisasi akan berusaha
untuk memangku suatu jabatan tertentu. Oleh karena itu, perlu dilatih agar mampu
untuk mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan dapat menyesuaikan sikap,
tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan sesuai dengan tuntutan perusahaan.
Pelatihan juga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa saling
membutuhkan antara karyawan dengan perusahaan. Sehingga karyawan memiliki
rasa tanggung jawab dengan bekerja sesuai prosedur atau peraturan yang dibuat
perusahaan, dan pada akhirnya akan tercipta kedisiplinan kerja dari karyawan.
Disiplin kerja karyawan dapat diartikan jika karyawan selalu datang dan
pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaan dengan baik,
mematuhi semua peraturan yang berlaku. Disiplin kerja mendorong gairah kerja,
semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan dan karyawan.
Dengan melihat uraian di atas, tentang pelaksanaan pelatihan bagi
peningkatan disiplin kerja karyawan, perusahaan akan memperoleh tenaga kerja
yang berkualitas baik, sehingga karyawan dapat melaksanakan tugasnya secara
efektif sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Oleh karena itu, pelatihan sebagai
sarana untuk menciptakan dan meningkatkan disiplin kerja mempunyai pengaruh
yang penting karena diharapkan akan menghasilkan suatu pengaruh positif.
Download