BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal secara tegas mewajibkan setiap perusahaan yang menawarkan efeknya melalui pasar modal atau disebut emiten untuk mengungkapkan seluruh informasi mengenai keadaan usahanya, termasuk keadaan keuangan, aspek hukum, manajemen, dan harta kekayaan perusahaan (full disclosure) kepada masyarakat. 1 Profesi penunjang pasar modal turut bertanggung jawab dalam mengembangkan pasar modal. Pekerjaan utama dari profesi penunjang pasar modal adalah membantu emiten dalam proses go public dan dalam memenuhi persyaratan mengenai keterbukaan yang sifatnya terus menerus. Profesi penunjang pasar modal, untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, perlu memiliki pengetahuan yang memadai mengenai Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya serta ikut bertanggung jawab terhadap kepatuhan atau ketaatan emiten yang menjadi pengguna jasanya dalam rangka mematuhi ketentuan pasar modal yang berlaku, dan secara aktif memberikan nasihat kepada nasabahnya untuk memenuhi ketentuan yang berlaku. 2 Integritas, profesionalisme dan independensi profesi penunjang pasar modal sangatlah penting. Salah satu tolak ukur yang dipakai untuk menilai profesionalisme yang dimiliki oleh profesi penunjang pasar modal adalah kemampuan untuk memberikan 1 Adrian Sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 4. Jusuf Anwar (1), Pasar Modal sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, (Bandung: PT. Alumni, 2008), hlm. 127. 2 Universitas Sumatera Utara informasi kepada masyarakat investor mengenai nilai wajar harta kekayaan perusahaan yang go public. 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 64 ayat (1) menyatakan bahwa Profesi Penunjang Pasar Modal terdiri dari: 4 a. b. c. d. e. Akuntan Konsultan hukum Penilai Notaris, dan Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Profesi penunjang pasar modal yang sering menjadi sorotan pelaku bursa adalah akuntan publik. Akuntan publik adalah pihak yang memiliki kewenangan memeriksa laporan keuangan emiten, guna memberikan pendapat atas laporan keuangan yang dipublikasikan oleh emiten. Akuntan publik juga selalu menjadi narasumber atas kebenaran laporan keuangan emiten dalam periode akhir tahun pembukuan. Meskipun profesi akuntan publik lebih banyak membantu emiten, pemodal bisa memanfaatkan akuntan publik sebagai sumber informasi tentang laporan keuangan emiten. Laporan keuangan merupakan informasi penting, karena pengambilan keputusan investasi dimulai dari indikator keuangan ini. Sehingga pemodal sangat berkepentingan dengan pendapat yang dibuat akuntan publik. 5 Menurut John A. Prasetio, setiap perusahaan yang go public secara periodik harus melaporkan pertanggungjawaban atas pengelolaan berbagai sumber ekonomi 3 Ibid., hlm. 131. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 5 Aristides Katoppo, Pasar Modal Indonesia (Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), hlm. 161-162. 4 Universitas Sumatera Utara yang dikuasai oleh perusahaan tersebut. Laporan pertanggungjawaban itu diperiksa oleh pihak yang independen yaitu akuntan publik. Laporan tersebut disusun dengan aturan yang berlaku yaitu standar akuntansi keuangan dan peraturan lainnya. Sebelum go public, kebanyakan perusahaan adalah milik keluarga. Biasanya sistem pertanggungjawaban keuangannya dibuat oleh internal auditor, masih sederhana, dan tidak memakai standar akuntansi tertentu. Laporan keuangan yang disajikan secara sederhana sering tidak akurat dan tidak konsisten. Sehingga, kata John, sebelum go public perusahaan-perusahaan itu selalu melakukan restrukturisasi operasional, modal, termasuk perombakan sistem akuntansi mereka. Akuntan membantu agar mekanisme kerja manajemen dari segi pelaporan keuangannya menjadi lebih efisien dan baik. Laporan keuangan sebenarnya merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan, sedangkan tanggung jawab akuntan publik terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan hasil audit. Pada umumnya akuntan publik melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Standar tersebut mengharuskan akuntan publik merencanakan dan melaksanakan audit agar akuntan publik memeroleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan konsolidasi itu bebas dari salah saji secara material. 6 Akuntan publik adalah pihak yang memberikan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai 6 Ibid. Universitas Sumatera Utara dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 7 Pemilihan akuntan publik didasarkan pada beberapa faktor, yaitu pengalaman berhubungan dengan Badan Pengawas Pasar Modal dan menguasai proses penawaran umum, serta mempunyai reputasi yang baik. 8 Akuntan yang melakukan kegiatan di bidang pasar modal wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam untuk mendapatkan Surat Tanda Daftar Profesi Penunjang Pasar Modal untuk akuntan publik. Akuntan publik berperan dalam mengungkapkan informasi keuangan perusahaan dan memberikan pendapat mengenai kewajaran atas data yang disajikan dalam laporan keuangan. 9 Akuntan publik memberikan laporan atau penilaian kelayakan laporan keuangan emiten. Laporan-laporan tersebut antara lain: neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan emiten. Akuntan publik yang melakukan tugas ini harus yang dianggap kredibel. Hasil penelitian oleh akuntan publik kemudian diumumkan kepada masyarakat dan akan dijadikan pedoman pihak-pihak pengambil keputusan di pasar modal, terutama investor. 10 Akuntan publik melakukan pemeriksaan terhadap segala aspek keuangan dan pembukuan perusahaan bukan hanya untuk tahun buku yang sedang berjalan, tapi juga beberapa tahun sebelum penawaran umum tersebut dilaksanakan. Akuntan juga melakukan penelitian segala aspek keuangan perusahaan, laporan keuangan beberapa tahun sebelumnya dan estimasi-estimasi di bidang keuangan dan juga rencana cash7 Adrian Sutedi., Op. cit., hlm. 30. Asril Sitompul, Pasar Modal (Penawaran Umum dan Permasalahannya), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 52. 9 Adrian Sutedi., Loc. cit. 10 Mandala Manurung dan Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hlm. 67. 8 Universitas Sumatera Utara flow (aliran kas) perusahaan. Pada masa penawaran umum ini perusahaan penilai (appraisal) akan menilai perusahaan (valuation) dan untuk itu, akuntan harus memperhatikan dengan teliti jalannya penilaian ini untuk menghindarkan kemungkinan terjadinya penipuan dalam penilaian tersebut, antara lain dengan melakukan “mark up” yaitu menaikkan nilai perusahaan dari nilai yang sebenarnya atau “overstated” yaitu penggelembungan laba perusahaan ataupun dengan “windowdressing” atau perbaikan pembukuan perusahaan dengan mencantumkan angka-angka yang tidak benar agar perusahaan tampak sehat. 11 Akuntan publik, dengan memperlihatkan keterbatasan yang ada di dalam proses pemeriksaan, harus melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa, termasuk antisipasi kemungkinan adanya kekeliruan atau penyelewengan. Pemeriksaan ini tidak saja dilakukan atas catatan dan bukti yang diterima dari emiten, tetapi mencakup prosedur lain seperti pengkajian analitis, inspeksi, pengamatan, tanya jawab, konfirmasi dan prosedur lain yang perlu. Pemeriksaan ini tidak menjamin ditentukannya semua kekeliruan dan penyelewengan. Apabila pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan maka tanggung jawab profesional Akuntan Publik telah terpenuhi. Akuntan Publik akan dianggap lalai, bila gagal menemukan kecurangan yang terjadi karena kelalaiannya untuk mematuhi norma pemeriksaan. 12 Tanggung jawab Akuntan Publik atas laporan keuangan yang diperiksa berada pada pernyataan pendapat yang diberikan. Tujuan pemeriksaan adalah untuk 11 Asril Sitompul (1), Due Diligence dan Tanggung Jawab Lembaga-Lembaga Penunjang pada Proses Penawaran Umum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 38-39. 12 Ibid., hlm. 206. Universitas Sumatera Utara memberikan pendapat apakah laporan keuangan itu mencerminkan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan perusahaan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia, yang diterapkan secara konsisten. Perlu disadari bahwa emiten dapat memerintahkan karyawannya untuk mencatat atau menyembunyikan transaksi dengan cara tertentu, sehingga menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan atau, melakukan penyelewengan, apabila ia dengan sengaja melanggar prosedur pengendalian intern yang ada. Di sini, kita dihadapkan dengan integritas emiten. Pemeriksaan tidak akan berjalan baik apabila emiten telah kehilangan integritasnya. 13 Beberapa contoh dimana Akuntan Publik harus bertanggung jawab atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal adalah pada skandal keuangan besar-besaran yang menimpa perusahaan-perusahaan raksasa Amerika Serikat mulai dari Enron, WorldCom, AOL, Walt Disney, Vivendi Universal, Merck, Global Crossing, Xeroc, Tyco, yang melibatkan lembaga investment bank seperti CSFB, JP Morgan, dan Merrill Lycnh, dan tentu saja tidak lepas dari peranan kantor akuntan publik yang sebelumnya mengaudit perusahaan-perusahaan tersebut. 14 Contoh di Indonesia yang juga melibatkan akuntan publik yang harus bertanggung jawab atas laporan keuangan yang overstated di Pasar Modal adalah PT. Kimia Farma. PT. Kimia Farma diindikasikan melakukan mark up (overstated) 13 Sawidji Widoatmodjo, Teknik Memetik Keuntungan di Pasar Bursa Efek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), hlm. 204-206. 14 Telaah Kritis Pasar Modal Syariah, sebagaimana dimuat dalam http://jurnalekonomi.org/2003/12/20/telaah-kritis-pasar-modal-syariah/., diakses tanggal 28 Maret 2011 pukul 10.00 WIB. Universitas Sumatera Utara jumlah keuntungan dalam laporan keuangannya pada tahun 2001 dimana perusahaan melaporkan laba bersih Rp. 132,263 milyar padahal laba bersih sesungguhnya adalah Rp. 99,594 milyar, sehingga ada kelebihan pencatatan laba bersih sebesar Rp. 32,66 milyar; 15 selain itu, PT Kereta Api Indonesia, pada tahun 2005, mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar telah diraihnya, padahal sebenarnya menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar. 16 Contoh lain yakni PT Indofarma, kasus ini bermula saat perusahaan yang memproduksi 80% (delapan puluh persen) obat generik itu mengalami kerugian sebesar Rp. 20,097 milyar pada tahun 2002, padahal hingga kuartal III tahun yang sama, laba bersih indofarma mencapai Rp. 88,57 milyar. 17 Latar belakang diatas menarik perhatian penulis untuk melakukan Penelitian tentang “Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang Overstated di Pasar Modal”. B. Permasalahan Permasalahan yang akan diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana independensi akuntan publik di pasar modal? 15 Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Tatanusa, 2012), hlm. 256. Contoh-contoh kasus pelanggaran etikasebagaimana dimuat dalam http://liaaaajach.wordpress.com/2013/01/19/contoh-contoh-kasus-pelanggaran-etika-profesi-akuntansi/ diakses tanggal 17 juni 2013. 17 Rizka Ardhianty Armein, Analisis Kasus Laporan Keuangan PT. Indofarma, Tbk, sebagaimana dimuat dalam http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/912/2/lw-04-032005-analisis_kasus_laporan_keuangan.pdf diakses tanggal 17 juni 2013. 16 Universitas Sumatera Utara 2. Bagaimana penentuan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan di pasar modal? 3. Bagaimana tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tesis ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui independensi akuntan publik di pasar modal. 2. Untuk mengetahui penentuan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan di pasar modal 3. Untuk mengetahui pengaturan tentang tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan praktis. Atas dasar tujuan tersebut diatas, maka penelitian hukum positif yang berhubungan dengan “Tanggung Jawab Akuntan Publik Atas Laporan Keuangan Yang Overstated Di Pasar Modal” akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis akan memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu hukum, khususnya dalam hukum bisnis, lebih khusus lagi dalam hukum pasar modal mengenai “Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang overstated Universitas Sumatera Utara di Pasar Modal” dan memberikan tambahan wawasan kepada kalangan yang berminat pada hukum bisnis, khususnya hukum pasar modal dan pihak-pihak serta lembagalembaga yang terkait di pasar modal. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis, sebagai wadah mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teori yang telah dipelajari selama kuliah, serta semakin menambah wawasan dan pengetahuan tentang tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal. b. Bagi Akuntan Publik, sebagai pengingat untuk lebih berhati-hati dan secara teliti dalam melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan terlibat di pasar modal agar pendapat yang dihasilkan tidak menyesatkan para investor. c. Bagi Emiten, sebagai bahan pertimbangan agar memberikan segala informasi yang dibutuhkan akuntan publik dalam hal laporan keuangan perusahaan dan mengungkapkan segala informasi tersebut secara menyeluruh agar memberikan jaminan dan menarik para investor untuk berinvestasi di perusahaan. d. Bagi investor, untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang laporan keuangan yang dikeluarkan oleh akuntan publik, dan harus lebih berhati-hati dalam berinvestasi di pasar modal serta memberikan perlindungan bagi investor karena adanya peraturan di bidang pasar modal. e. Bagi Pembuat Kebijakan, sebagai bahan untuk dapat melengkapi peraturan yang berkaitan dengan tanggung jawab akuntan publik dan dapat menciptakan Universitas Sumatera Utara penegakan hukum demi terciptanya iklim usaha yang adil dan kondusif serta menjamin kepastian hukum bagi para pelaku usaha. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini didasarkan pada ide, gagasan serta pemikiran penulis secara pribadi dengan melihat perkembangan hukum di bidang bisnis khususnya pada permasalahan “Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang Overstated di Pasar Modal”. Berdasarkan pengamatan dan penelusuran kepustakaan yang dilakukan di lingkungan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara terhadap penelitian-penelitian yang ada, ternyata belum ada yang melakukan penelitian mengenai “Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang Overstated di Pasar Modal”. Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan, ada beberapa penelitian yang memiliki topik yang sama, namun dalam hal permasalahannya dan pembahasannya berbeda dengan isi penelitian ini, yaitu: 1. Mukhti, 2008, Perlindungan Hukum bagi Investor Publik dalam Penghapusan Pencatatan (Delisting) Saham pada Kegiatan Pasar Modal Indonesia dengan rumusan masalah sebagai berikut: 18 a. Bagaimana aspek hukum dalam pelaksanaan penghapusan pencatatan (delisting) pada kegiatan pasar modal indonesia? 18 Mukhti, 2008, Perlindungan Hukum bagi Investor Publik dalam Penghapusan Pencatatan (Delisting) Saham pada Kegiatan Pasar Modal Indonesia sebagaimana dimuat dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5061/1/08E00722.pdf, diakses tanggal 18 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara b. Bagaimana mekanisme perlindungan hukum yang dilakukan oleh Bapepam bagi investor publik dalam proses penghapusan pencatatan (delisting) saham bagi kegiatan pasar modal Indonesia? c. Apakah ketentuan di bidang pasar modal yang ada telah memberikan perlindungan hukum bagi investor publik manakala terjadi penghapusan pencatatan (delisting) saham pada kegiatan pasar modal Indonesia? 2. Tandi Pada Palayukan, 2012, Analisis terhadap Larangan Praktik Insider Trading di Pasar Modal dengan rumusan masalah sebagai berikut: 19 a. Bagaimanakah karakteristik perdagangan orang dalam (insider trading) dalam pasar modal? b. Bagaimanakah ketentuan larangan praktik insider trading dalam pasar modal? c. Bagaimanakah pengawasan terhadap praktik insider trading dalam perkembangan pasar modal? 3. Mega Kartika, 2009, Peran dan Tanggung Jawab Underwriter dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana dengan rumusan masalah sebagai berikut: 20 a. Bagaimana peran dan tanggung jawab underwriter dalam perjanjian full commitment di pasar perdana? b. Apa saja yang dikategorikan sebagai penyimpangan oleh underwriter pada proses penawaran umum perdana dan bagaimana akibat hukumnya? 19 Tandi Pada Palayukan, Analisis terhadap Larangan Praktik Insider Trading di Pasar Modal, (Medan: Pasca Sarjana Ilmu Hukum USU, 2012), hlm. 15. 20 Mega Kartika, Peran dan Tanggung Jawab Underwriter dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana, (Medan: Pasca Sarjana Ilmu Hukum USU, 2009), hlm. 13. Universitas Sumatera Utara c. Bagaimana penyelesaian sengketa antara underwriter dan emiten? Berdasarkan judul penelitian dan permasalahan diatas penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian baru dan keasliannya dapat dipertanggungjawabkan secara akademis berdasarkan nilai objektivitas dan kejujuran. F. Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual 1. Kerangka Teoritis Kerangka Teoritis dalam penelitian karya ilmiah hukum mempunyai 4 (empat) ciri, yaitu (a) teori-teori hukum, (b) asas-asas hukum, (c) doktrin hukum dan (d) ulasan pakar hukum berdasarkan pembidangan kekhususannya. 21 Teori merupakan tujuan akhir dari ilmu pengetahuan. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena batasan dan sifat hakikat suatu teori adalah “…seperangkat konstruk (konsep), batasan, dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan-hubungan antar variabel, dengan tujuan menjalankan dan memprediksi gejala-gejala itu”. Rumusan diatas, mengandung 3 hal, pertama, teori merupakan seperangkat proposisi yang terdiri atas variabel-variabel yang terdefenisikan dan saling berhubungan. Kedua, teori menyusun antar hubungan seperangkat variabel dan dengan demikian merupakan suatu pandangan sistematis mengenai fenomenafenomena yang dideskripsikan oleh variabel-variabel itu. Akhirnya, suatu teori 21 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 79. Universitas Sumatera Utara menjelaskan fenomena. Penjelasan itu diajukan dengan cara menunjuk secara rinci variabel-variabel tertentu yang berkaitan dengan variabel-variabel tertentu lainnya. 22 Penelitian ini menggunakan teori Tanggung Jawab Profesional (Professional Liability). Dalam Black Law Dictionary, Profession is A vocation or occupation requiring special, usually advanced, education, knowledge, and skill; e.g. law or medical profession. Professional is One engaged in one of learned professions or in an occupation requiring a high level of training and proficiency. 23 Profesi adalah pekerjaan yang mensyaratkan pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan khusus, biasanya pada tingkat lanjut, misalnya profesi hukum atau kedokteran. Ciri utama dari seorang profesi adalah mempunyai pendidikan khusus, keterampilan khusus, dan dalam tingkat lanjut, contohnya akuntan publik. Sedangkan profesional adalah seseorang yang terlibat suatu pekerjaan yang perlu belajar terlebih dahulu untuk dapat mengerjakannya, atau suatu pekerjaan ynag mensyaratkan pelatihan dan keahlian pada tingkat yang tinggi. Dengan demikian professional dalam professional liability berarti orang yang memberi jasa tertentu dan tanggung jawab dari pemberi jasa/pengemban profesi atau jasa yang diberikannya. 24 Secara teoritik, di dalam Undang-undang perlindungan konsumen diatur beberapa macam tanggung jawab (liability), salah satunya Professional Liability. 22 Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 42-43. 23 Black Law Dictionary. 24 Hukum Pertanggungjawaban Profesi (Professional Liability), sebagaimana dimuat di http://www.docstoc.com/docs/3844817/HUKUM-PERTANGGUNGJAWABAN-PROFESIdalam (PROFFESIONAL-LIABILITY)-DAN, diakses tanggal 28 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara Professional Liability menyatakan bahwa dalam hal tidak terdapat hubungan perjanjian antara pelaku usaha dengan konsumen, tetapi prestasi pemberi jasa tersebut tidak terukur sehingga merupakan perjanjian ikhtiar (inspanningverbintenis), maka tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada professional liability (pertanggungjawaban profesional), yang menggunakan tanggung jawab perdata secara langsung (strict liability) dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat memanfaatkan jasa yang diberikannya. Sebaliknya, dalam hal terdapat hubungan perjanjian antara pelaku usaha dengan konsumen, dan prestasi pemberi jasa tersebut terukur sehingga merupakan perjanjian hasil (resultants verbintennis), maka tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada professional liability, yang menggunakan tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian (contractual liability) dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat memanfaatkan jasa yang diberikannya. 25 Menurut Komar Kantaatmaja sebagaimana dikutip oleh Shidarta menyatakan tanggung jawab profesional adalah tanggung jawab hukum (legal liability) dalam hubungan dengan jasa profesional yang diberikan kepada klien. Tanggung jawab profesional ini timbul karena mereka (para penyedia jasa profesional) tidak memenuhi perjanjian yang mereka sepakati dengan klien mereka atau akibat dari 25 Harjono, Perlindungan Hukum Konsumen yang Menderita Kerugian dalam Transaksi Properti Menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen (Studi pada Pengembangan Perumahan PT. Fajar Bangun Raharja Surakarta), Yustisia Edisi Nomor 68 Mei-Agustus 2006, hlm. 5, sebagaimana dimuat dalam http://eprints.uns.ac.id/808/1/perlindungan_hukum_terhadap_konsumen_yang_menderita_kerugian.pd f, diakses tanggal 15 Agustus 2013. Universitas Sumatera Utara kelalaian penyedia jasa tersebut mengakibatkan terjadinya perbuatan melawan hukum. 26 Tanggung jawab profesional (Professional Liability) merupakan pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan dan menuntut keahlian, menggunakan tehnik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan. Ciri-ciri dari profesi, yaitu: 27 1. Standar untuk kerja 2. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan standar kualitas akademik yang bertanggung jawab. 3. Organisasi profesi 4. Etika dan kode etik profesi 5. Sistem imbalan 6. Pengakuan masyarakat Berdasarkan pengertian diatas, Tanggung jawab professional (Professional Liability) adalah tanggung jawab hukum (legal liability) dalam hubungan dengan jasa profesional yang diberikan kepada klien. Jenis jasa yang ditawarkan bisa pada 2 hal, yaitu: 28 26 Yoan Budiyanto, 2012, Jurnal Perlindungan Hukum bagi Perusahaan Lembaga Pembiayaan Selaku Kreditor terhadap Musnah atau Dialihkannya Objek Jaminan Fidusia, (Malang: Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya), hlm. 20, sebagaimana dimuat dalam http://hukum.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/yohanjadi.pdf, diakses tanggal 15 Agustus 2013. 27 Tanggung Jawab Profesional, http://rendi-gumelar.blogspot.com/2011/10/normal-0-falsefalse-false-en-us-x-none.html, diakses tanggal 28 Maret 2012. 28 Hukum Perlindungan Konsumen, sebagaimana dimuat di dalam http://kuliahade.wordpress.com/category/hukum-perlindungan-konsumen/, diakses tanggal 28 Maret 2012. Universitas Sumatera Utara 1. Menjanjikan menghasilkan sesuatu (resultaat verbintenis), yaitu Jasa yang menjanjikan untuk menghasilkan sesuatu, misalnya tanggung jawab dokter gigi atas hasil pekerjaannya menambal gigi pasien. 2. Mengupayakan sesuatu (inspanningsverbintenis), yaitu Jasa yang memperjanjikan untuk mengupayakan sesuatu, misalnya tanggung jawab profesional seorang pengacara untuk mengupayakan agar kepentingan kliennya dapat dilindungi seoptimal mungkin. 29 Tanggung jawab profesional (Professional Liability) terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu: 30 1. Tanggung jawab profesional (Professional Liability) berdasarkan kode etik organisasi profesi yang bersangkutan (intern). Contohnya akuntan yang melanggar kode etik akuntan publik akan dicabut dari organisasi profesi akuntan publik. 2. Tanggung jawab profesional (Professional Liability) berdasarkan hukum (ekstern) merupakan tanggung jawab profesional berdasarkan hukum (legal liability), diartikan sebagai tanggung jawab hukum pemberi jasa/pengemban profesi atas jasa yang diberikannya kepada kliennya atau tanggung jawab hukum pengemban profesi terhadap pihak ketiga. Profesi akuntan publik diatur dalam sebuah aturan yang disebut sebagai kode etik profesi akuntan publik. Dalam kode etik profesi akuntan publik ini diatur 29 Product Liability, Professional Liability, sebagaimana dimuat di dalam http://tipsmotivasihidup.blogspot.com/2013/02/product-liability-professional-liability.html, diakses tanggal 14 Mei 2013. 30 Kewajiban dan Tanggung Jawab Hukum, sebagaimana dimuat di dalam http://ekamulyani.blogspot.com/2013/01/kewajiban-dan-tanggung-jawab-hukum.html, diakses tanggal 28 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara berbagai masalah, baik masalah prinsip yang harus melekat pada diri akuntan publik, maupun standar teknis pemeriksaan yang juga diikuti oleh akuntan publik, juga bagaimana ketiga pihak melakukan komunikasi atau interaksi. 31 Adapun fungsi dari kode etik profesi akuntan publik adalah: 32 1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. 2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan 3. Mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Dinyatakan dalam kode etik yang berkaitan dengan masalah prinsip bahwa akuntan harus menjaga, menjunjung dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas, seperti bertanggung jawab (responsibility), berintegritas (integrity), bertindak secara objektif (objectivity) dan menjaga indenpendensinya terhadap kepentingan berbagai pihak (independence), dan hati-hati dalam menjalankan profesi (due care). Setiap akuntan publik harus mempertahankan integritas, objektivitas dan independensi dalam menjalankan tugasnya. Seorang akuntan publik yang mempertahankan integritas, akan bertindak jujur dan tegas dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi. Etika akuntan yang dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) tahun 2011 yang disusun oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) disebut sebagai norma akuntan menjadi patokan resmi para akuntan publik Indonesia dalam berpraktek. 31 Kewajiban dan Tanggung Jawab Hukum, sebagaimana dimuat di dalam http://ekamulyani.blogspot.com/2013/01/kewajiban-dan-tanggung-jawab-hukum.html, diakses tanggal 28 Maret 2013. 32 Kode Etik Profesi dan Kewajiban Hukum, sebagaimana dimuat di dalam http://kozekosasih.blogspot.com/p/kode-etik-profesi-dan-kewajiban-hukum.html, diakses tanggal 28 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara Norma-norma dalam SPAP tersebut yang menjadi acuan dalam penentuan tiga standar utama dalam pekerjaan akuntan publik, antara lain: 1. Akuntan publik harus memiliki keahlian teknis, independen dalam sikap mental serta kemahiran profesional dengan cermat dan seksama. 2. Akuntan publik wajib menemukan ketidakberesan, kecurangan, manipulasi dalam pengauditan. Hal yang paling ditekankan dalam SPAP adalah betapa esensialnya kepentingan publik yang harus dilindungi serta sifat independensi dan kejujuran seorang akuntan publik dalam berprofesi. Namun sulit untuk menentukan fungsi dan etika pengauditan yang secara teknik dapat mendeteksi jika ada penyelewengan pada sistem pemerintahan baik untuk penyusunan anggaran maupun aktivitas keuangan lainnya. IAPI mempunyai tugas dan kewajiban terhadap anggotanya yang terlibat dalam proses pemeriksaan akuntan (auditing) agar tetap menjunjung tinggi profesionalisme mereka. Tuntutan profesionalisme bagi akuntan publik antara lain: 1. Mengembangkan ilmu dan seni akuntansi 2. Menjaga kepercayaan publik kepada profesi 3. Mengadakan dan menjalankan setiap program dan kegiatan profesi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas jasa yang diberikan profesi Sebagai organisasi profesional di samping harus mampu membina anggotanya, IAPI harus mampu mengawasi dan menindak anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan publik. Kewajiban lain yang harus dipikul IAPI agar dapat menjadi salah satu “pillars of integrity” adalah menjadi salah satu agen Universitas Sumatera Utara yang mempromosikan good governance. Promosi ini dilakukan pada dasarnya untuk “menyuarakan” adanya keterbukaan dan akuntabilitas dalam berbagai aktivitas masyarakat. Peran lain yang dapat IAPI ambil untuk mendukung gerakan anti korupsi yang merupakan salah satu elemen gerakan untuk menciptakan good governance adalah dengan memberikan dukungan teknis kepada lembaga atau gerakan anti korupsi. 33 Adapun yang menjadi prinsip etika profesi akuntan publik Indonesia, adalah sebagai berikut: 34 1. Tanggung jawab profesi Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi. 2. Kepentingan publik Akuntan sebagai anggota IAPI berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepentingan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. 3. Integritas 33 Kewajiban dan Tanggung Jawab Hukum, sebagaimana dimuat di dalam http://ekamulyani.blogspot.com/2013/01/kewajiban-dan-tanggung-jawab-hukum.html, diakses tanggal 28 Maret 2013. 34 Prinsip Etika Profesi Akuntan Publik Indonesia, sebagaimana dimuat dalam http://adhebadriah.blogspot.com/2012/10/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html, diakses tanggal 28 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya tersebut dengan menjaga integritasnya setinggi mungkin. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. 4. Obyektifitas Dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, setiap akuntan sebagai anggota IAPI harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas. 5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. 6. Kerahasiaan Akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat-sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa Universitas Sumatera Utara profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir 7. Perilaku profesional Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesinya. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum. 8. Standar teknis Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan mematuhi standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, akuntan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektifitas. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, International Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan. Penelitian ini juga menggunakan prinsip keterbukaan (disclosure). Menurut Bacelius Ruru keterbukaan (disclosure) adalah kewajiban perusahaan atau emiten untuk menyampaikan laporan perusahaan, baik dalam bentuk laporan keuangan berkala maupun laporan kejadian penting lainnya. Informasi tersebut harus akurat, tepat waktu, dan dapat dipertanggungjawabkan, namun demikian, untuk yang namanya tindakan membeli efek, maka sektor hukum mensyaratkan untuk keterbukaan (disclosure) lebih dari yang berlaku untuk membeli barang biasa. Cukup banyak pemikiran telah tercurahkan dan cukup banyak aturan main yang telah digulirkan hanya untuk menjamin agar unsur transparansi tersebut benar-benar muncul ke permukaan. Pentingnya eksistensi dan kedudukan unsur keterbukaan (disclosure) dalam pasar modal sehingga kalau belum bisa menjamin unsur keterbukaan ini, maka hukum pasar modal tersebut dianggap masih belum apa-apa. Universitas Sumatera Utara Keterbukaan (disclosure) informasi di pasar modal diperlukan karena informasi itu harus dijamin kebenarannya sehingga masyarakat pemodal dapat memahami keadaan perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau tidak membeli efek. 35 Menurut Undang-Undang Pasar Modal Pasal 1 angka 25: 36 “Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut.” Fungsi dari prinsip keterbukaan dalam pasar modal adalah sebagai berikut: 37 a. Prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor tidak percaya terhadap mekanisme pasar. Sebab prinsip keterbukaan mempunyai peranan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi karena melalui keterbukaan bisa terbentuk suatu penilaian (judgement) terhadap investasi, sehingga investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap portofolio mereka. Makin jelas informasi perusahaan, maka keinginan investor untuk kekurangan serta ketertutupan informasi dapat menimbulkan ketidakpastian bagi investor, dan konsekuensinya menimbulkan ketidakpercayaan investor dalam melakukan investasi melalui pasar modal. 35 Adrian Sutedi,, Op. cit., hlm. 5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 37 Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia Program Pascasarjana, 2006), hlm. 7. 36 Universitas Sumatera Utara b. Prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Filosofi ini didasarkan pada konstruksi pemberian informasi secara penuh sehingga menciptakan pasar modal yang efisien, yaitu harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia. Prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan supply informasi yang benar, agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat, hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan pasar modal sebagai lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan informasi. Tanpa informasi peserta pasar tidak dapat mengevaluasi produk-produk lembaga keuangan. Kalau informasi mengenai saham sedikit, maka investor yang melakukan investasi relatif kecil. Bisa juga terjadi bahwa suatu saham yang kualitasnya baik akan tetapi mempunyai harga yang rendah dari semestinya, hal ini dapat terjadi apabila informasi mengenai saham tersebut tidak tersedia secara luas dan akurat, dengan perkataan lain, informasi saham yang mutunya rendah dapat mengakibatkan harga saham itu menjadi lebih rendah dari semestinya. Manajemen perusahaan harus menjaga pasar untuk menjual saham pada pasar primer dan pasar sekunder. Artinya semua informasi yang relevan mengenai apa yang ada dan akan ada harus dikemukakan, jika tidak mereka akan kehilangan kesempatan menjual sahamnya. c. Prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan (fraud) 38 Pencapaian tujuan prinsip keterbukaan untuk perlindungan investor ini dapat terpenuhi, sepanjang informasi yang disampaikan kepada investor mengandung 38 Ibid., hlm. 8-9. Universitas Sumatera Utara kelengkapan data keuangan emiten dan informasi lainnya yang mengandung fakta materiel. Penyampaian informasi yang demikian kepada investor berguna untuk menghindarkan investor dari bentuk penipuan atau manipulasi. 39 Max Weber pernah mengatakan bahwa konsistensi dalam penerapan hukum mutlak bagi proses industrialisasi suatu bangsa. Hukum yang berkenaan dengan industri pasar modal yang berlaku sekarang harus dikaji kembali, mengingat konsistensi dan penerapan hukum pasar modal di Indonesia masih menghambat penciptaan pasar modal yang efisien, sebab pasar modal telah lama dipandang sebagai barometer dalam hakikat bisnis. Isu utama yang harus dicermati dalam pasar modal adalah prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri, sebab keterbukaan tentang fakta material sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham. 40 Pentingnya prinsip keterbukaan dalam pasar modal didasarkan kepada beberapa teori yang saling berkaitan, artinya teori yang belakangan merupakan reaksi atau perbaikan dari teori sebelumnya. 39 40 Ibid., hlm. 61. Adrian Sutedi., Op. cit., hlm. 100. Universitas Sumatera Utara Teori pertama yang berkaitan dengan informasi yang mempengaruhi harga saham adalah hipotesis pasar modal yang efisien (efficient capital market hypothesis). Pada mulanya efficient capital market hypothesis (ECMH) muncul dalam literatur ekonomi dan kemudian menjadi alat bagi ahli hukum serta menjadi bahan untuk membuat pendapat hukum. Karena tidak adanya suatu penjelasan yang sama mengenai pasar yang efisien, hal itu menjadi suatu persoalan serius bagi para hakim, ahli hukum dan pembuat peraturan, yang akan memakai pendekatan ECMH sebagai dasar kebijakan dalam pengaturan. Pendekatan ECMH sama dengan teori pasar efisien, yaitu menentukan “securities prices reflect a significiant amount of information from many different source in the securities market” atau “prices at any time ‘fully reflect’ all available information”. “Informasi yang dapat dipercaya direfleksikan ke harga saham secara cepat dan mempengaruhi suatu kesempatan yang tidak bisa dieksploitasi secara sistematis. Suatu harga saham harus didasarkan pada pernyataan yang akurat dari manajemen perusahaan. Artinya informasi itu tidak merupakan pernyataan yang menyesatkan. Penyampaian informasi yang tidak akurat dapat mengakibatkan pasar modal tidak efisien. Maka dalam hal ini keterbukaan artinya, suatu informasi tidak mengandung misrepresentation atau omission. 41 41 Bismar Nasution., Op. cit., hlm. 12-13. Universitas Sumatera Utara Melalui pendekatan ECMH melahirkan fraud on the market theory yang berkenaan dengan tanggung jawab tergugat. Mahkamah Agung Amerika Serikat dalam Basic Inc v. Levinsion, 485 U.S. 224 (1988) menetapkan: The fraud on the market theory is based on the hypothesis that, in an open end developed securities market, the price of a company’s stock is determined by the available material information regarding the company and its business… Misleading statement will therefore defraud purchasers of stock even if the purchasers do not directly rely on the misstatement… Inti suatu gugatan dalam penipuan pasar modal berdasarkan fraud on the market theory adalah apabila terjadi misrepresentation dan informasi itu masuk ke pasar yang secara cepat dapat merubah harga saham. Untuk merubah suatu harga saham, informasi yang salah tersebut harus dapat mempengaruhi orang-orang yang mempunyai kapasitas yang dapat mempengaruhi harga saham yang diperdagangkan. Orang-orang yang mempunyai kapasitas seperti itu menjadi ukuran dalam penentuan adanya penipuan. Sebab dalam pasar saham yang modern harga saham bukan ditentukan oleh investor profesional. Dengan perkataan lain, suatu informasi yang salah tidak dapat merubah harga saham, apabila informasi itu tidak dipercaya oleh investor potensil yang profesional. Berdasarkan teori ini adalah melawan hukum bagi setiap orang, baik langsung maupun tidak langsung, barang siapa yang membuat pernyataan yang menyesatkan atau tidak menyatakan suatu fakta materiel. 42 Oleh karena itu, penekanan prinsip keterbukaan dalam kaitannya dengan efficient capital market hypothesis dan fraud on the market theory, perlu didekati 42 Ibid., hlm. 13-14. Universitas Sumatera Utara dengan teori mengenai standar penentuan fakta materiel (materialitas). Misalnya dalam SEC v Texas Gulf Sulphur, 401 F. 2d, 833, (2d. Cir. 1968), mengenai apakah suatu fakta bersifat material, yaitu apabila dengan fakta tersebut investor memutuskan untuk membeli, menjual atau menahan saham yang ada dimilikinya. Tes lainnya, apakah fakta tersebut menimbulkan akibat terhadap harga saham secara substansial. 43 2. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah penggambaran antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan dengan istilah yang akan diteliti dan/atau diuraikan dalam karya ilmiah. 44 Landasan konseptual ini dibuat untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang keliru dan memberikan arahan dalam penelitian, maka dengan ini dirasa perlu untuk memberikan beberapa konsep yang berhubungan dengan judul dalam penelitian ini, yaitu: a. Tanggung Jawab adalah sebagai suatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan hak maupun kewajiban 45 dan kewajiban memikul kerugian yang diderita oleh pihak lain bila dituntut, baik dalam hukum maupun administrasi. b. Akuntan publik adalah Akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri dan terdaftar di Bapepam. 46 43 Ibid. Zainuddin Ali., Op. cit., hlm. 79. 45 Pengertian Tanggung Jawab, sebagaimana dimuat di dalam http://www.sekedarkabar. blogspot. com/2012/05/pengertian-tanggung-jawab.html, diakses tanggal 28 Maret 2013. 46 Penjelasan Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 44 Universitas Sumatera Utara c. Tanggung jawab profesional adalah tanggung jawab hukum (legal liability) dalam hubungan dengan jasa profesional yang diberikan kepada klien (pengguna jasa profesional). 47 d. Tanggung jawab akuntan publik adalah tanggung jawab profesional (Professional Liability) berdasarkan hukum (legal liability), diartikan sebagai tanggung jawab hukum pemberi jasa/pengemban profesi atas jasa yang diberikannya kepada kliennya atau tanggung jawab hukum pengemban profesi terhadap pihak ketiga. 48 e. Laporan keuangan adalah laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan perubahan-perubahannya, serta hasil yang dicapai selama periode tertentu. 49 f. Overstated adalah penggelembungan dana atau laba/keuntungan perusahaan. g. Laporan keuangan yang overstated adalah penggelembungan laba/keuntungan dalam laporan keuangan perusahaan. h. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. 50 47 Hukum Perlindungan Konsumen, sebagaimana dimuat di dalam http://kuliahade.wordpress.com/category/hukum-perlindungan-konsumen/, diakses tanggal 28 Maret 2012. 48 Hukum Perlindungan Konsumen, sebagaimana dimuat di dalam http://kuliahade.wordpress.com/category/hukum-perlindungan-konsumen/, diakses tanggal 28 Maret 2012. 49 Lili M. Sadeli, Dasar-Dasar Akuntansi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 18. 50 Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Universitas Sumatera Utara G. Metode Penelitian 1. Sifat dan Jenis Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitis. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. 51 Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara tepat, sifat individu, suatu gejala, keadaan atau kelompok tertentu. Deskriptif analitis berarti bahwa penelitian ini menggambarkan suatu peraturan hukum dalam konteks teori-teori hukum dan pelaksanaannya, serta menganalisis fakta secara cermat tentang penggunaan peraturan perundang-undangan tentang tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal. 52 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Hukum Normatif. Penelitian Hukum Normatif disebut juga Penelitian Hukum Doktrinal. Penelitian Hukum Doktrinal Hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan (law in the books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif untuk meneliti norma- 51 Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Rieneka Citra, 1999), hlm. 21. Mukhti, Perlindungan Hukum bagi Investor Publik dalam Penghapusan Pencatatan (Delisting) Saham pada Kegiatan Pasar Modal Indonesia. (Medan: Pasca Sarjana Ilmu Hukum, 2008), hlm. 27. 52 Universitas Sumatera Utara norma hukum yang berlaku terkait dengan tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal. 2. Sumber Data Penelitian hukum yang normatif menggunakan data sekunder, yang terdiri atas (1) bahan hukum primer; (2) bahan hukum sekunder; (3) serta bahan hukum tersier. 53 a. Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. 54 Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan dan peraturan yang berkaitan dengan akuntan publik, yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 Tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik, Peraturan Pemerintah dan peraturan yang lainnya yang terkait dengan Akuntan Publik. b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer), 55 semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi, 56 termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum dan jurnal-jurnal hukum. 57 53 Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, (Malang: UMM PRESS, 2009), hlm. 127. 54 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 141. 55 Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia Publishing, 2005), hlm. 241-242. 56 Peter Mahmud Marzuki., Loc. Cit. 57 Ibid., hlm. 155. Universitas Sumatera Utara c. Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, encyclopedia, dan lain-lain. 58 3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data. Banyak masalah yang dirumuskan tidak akan bisa terpecahkan karena metode untuk memperoleh data yang digunakan tidak memungkinkan. 59 Penelitian ini menggunakan Penelitian Hukum Normatif, oleh karena itu Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah Studi Kepustakaan. Studi Kepustakaan merupakan metode tunggal yang dipergunakan dalam penelitian hukum normatif. 60 Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan pada dasarnya adalah menunjukkan jalan pemecahan permasalahan penelitian. Apabila penulis mengetahui apa yang telah dilakukan oleh penulis lain, maka penulis akan lebih siap dengan pengetahuan yang lebih dalam dan lengkap. Secara singkat studi kepustakaan dapat membantu penulis dalam berbagai keperluan, misalnya: 61 58 Johnny Ibrahim., Loc. cit. Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 174. 60 Ibid., hlm 17. 61 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 112-113. 59 Universitas Sumatera Utara 1. Mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian yang sejenis dan berkaitan dengan permasalahan. 2. Mendapat metode, teknik, atau cara pendekatan pemecahan permasalahan yang digunakan. 3. Sebagai sumber data sekunder. 4. Mengetahui historis dan perspektif dari permasalahan penelitiannya. 5. Mendapatkan informasi tentang cara evaluasi atau analisis data yang dapat digunakan. 6. Memperkaya ide-ide baru. 7. Mengetahui siapa saja penulis lain di bidang yang sama dan siapa pemakai hasilnya. 4. Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. 62 Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif secara kualitatif dengan beberapa langkah. Pertama, menginventarisir dan mengidentifikasikan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang relevan. Kedua, melakukan sistematisasi keseluruhan bahan hukum, asas-asas hukum, teori-teori, konsep-konsep, dan bahan rujukan lainnya dengan cara melakukan seleksi bahan hukum kemudian melakukan klasifikasi menurut penggolongan bahan hukum dan menyusun data hasil penelitian secara sistematis yang dilakukan secara logis dengan menghubungkan dan mengaitkan antara bahan hukum yang satu dengan bahan hukum lainnya. 63 Ketiga, analisis bahan hukum yang telah dikumpulkan dilakukan menurut cara-cara analisis dan penafsiran gramatikal serta sistematis di mana interpretasi dilakukan dengan menafsirkan undang-undang sebagai bagian dari 62 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), hlm. 263. 63 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 160. Universitas Sumatera Utara keseluruhan sistem perundang-undangan dengan menghubungkannya dengan undang-undang lain secara logis dan sistematis. 64 Keempat, hasil penelitian yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif. Kelima, penarikan kesimpulan dilakukan secara deduktif yaitu pemikiran dimulai dari hal yang umum kepada hal yang khusus. 65 64 Hadin Muhjad dan Nunuk Nuswardani, Penelitian Hukum Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2012), hlm. 163. 65 Syamsul Arifin, Falsafah Hukum, (Medan: Uniba Press, 2011), hlm. 57. Universitas Sumatera Utara