BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitian Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan teknik observasi dan teknik in depth interview sebagai salah satu cara untuk memperoleh data primer dari sebuah penelitian, in depth interview dilakukan kepada narasumber yaitu pegawai PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang untuk mengetahui pendapat dan tanggapan mengenai seberapa besar buletin “CAHAYA” berperan sebagai sarana komunikasi dan informasi media komunikasi internal PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, in depth interview yang dilakukan oleh peneliti akan dideskripsikan sesuai dengan jawaban para narasumber. 4.1.1 Hasil Wawancara Sebelum menentukan responden, peneliti melakukan data kuantitatif dengan memberi pertanyaan tertutup kepada 30 pegawai mengenai adakah dampak yang dapat mempengaruhi perilaku dari ke 30 pegawai tersebut setelah membaca dan memanfaatkan buletin “CAHAYA”, dari 30 yang diberikan pertanyaan tersebut 27 orang merasa tidak terpengaruh setelah membaca dan memanfaatkan buletin, dan tiga orang lainnya merasa terpengaruh setelah membaca buletin “CAHAYA”, Berikut dibawah ini adalah grafik yang memperlihatkan hasil dari data kuantitatif : Gambar 4.1 Grafik Data Kuantitatif Untuk mengetahui lebih dalam mengenai tanggapan dan alasan pegawai terhadap dampak pengaruh buletin bagi perilaku pegawai, peneliti melakukan teknik penelitian in depth interview, peneliti mewawancarai pegawai sebagai target sasaran agenda tujuan dari buletin “CAHAYA”. Responden yang diwawancarai secara mendalam sesuai hasil data kuantitatif diatas sebagai berikut: a) Bapak Suharmiko selaku Assisten Bisnis Proses Pelanggan Divisi Niaga b) Ibu Retty selaku Assisten Analysis Pengolahan Data Base Divisi Teknik Informatika c) Ibu Retno selaku Assisten Officer Admintrasi Divisi Pengembangan SDM d) Bapak Eki Sairoma selaku Assisten Analysis Hubungan Masyarakat Divisi Komunikasi dan Bina Lingkungan. 4.1.1.1 Wawancara dengan Bapak Suharmiko Selaku Perwakilan dari Divisi Niaga Pertanyaan diajukan mengenai tanggapan terhadap buletin “CAHAYA”, narasumber Bapak Suharmiko mengatakan bahwa “buletin cahaya pada dasarnya saya rasa sudah cukup informatif karena isinya berbagai informasi dan sudah cukup sesuai dengan kondisi, informasi yang dimaksud adalah informasi seputar PT PLN (Persero) khususnya PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang misalnya berasal dari pihak eksternal maupun internal, untuk informasi internal itu sendiri yaitu program pelayanan, pegawai berprestasi dan kebijakan kebijakan yang berasal dari PT PLN (Persero) yang harus didistribusikan kepada pegawai PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang serta area-area yang menjadi area distribusi”. Setiap buletin yang dibuat diperusahaan memiliki fungsi dan peran, sehingga peneliti memberi pertanyaan mengenai hal tersebut kepada Bapak Suharmiko berikut pendapatnya “menurut saya buletin “CAHAYA” secara perform berguna khususnya bagi PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang karena tidak semua pegawai mengetahui informasi secara up to date dan efektif apalagi jika informasi tersebut sangat-sangat vital”. Peran buletin “CAHAYA” dalam memberikan efek dan perubahan sikap dan pola pikir kepada Bapak Suharmiko, Beliau memberi jawaban “bagi saya ada beberapa hal yang bisa memotivasi saya, khususnya saat saya membaca rubrik yang ada pegawai-pegawai berprestasi”. Bapak Suharmiko merasa termotivasi untuk bisa dan menjadi seperti pegawai-pegawai tersebut sehingga hal tersebut terkadang membuatnya termotivasi untuk menjadi lebih baik dan lebih giat dalam bekerja. Rubrik yang dimaksud oleh bapak suharmiko adalah rubrik kinerja. Peneliti mencoba memberikan pertanyaan mengenai pendistribusian buletin “CAHAYA” Bapak Suharmiko memberikan pendapat “proses pendistribusian untuk divisi saya sendiri disini menurut saya kurang efektif, terkadang orang yang mendistribusikan buletin hanya menaruh buletin di ruang tamu kantor divisi tidak langsung kepada pegawai”. Saat peneliti mengajukan sebuah pertanyaan kepada Bapak Suharmiko mengenai ketertarikan, beliau berpendapat bahwa “menurut saya cover sudah terlihat seperti majalah yang sedang beradar di public, dan tidak kaku seperti buletin-buletin perusahaan pada umumnya. Hanya untuk design secara keseluruhan seperti logo, logo buletin cahaya itu kurang menjual, jadi saya sedikit kurang tertarik namun untuk konsumsi internal perusahaan sudah cukup bagus”. 4.1.1.2 Wawancara dengan Ibu Retty Selaku Perwakilan dari Divisi Teknik Informatika Wawacara yang dilakukan oleh peneliti dengan Ibu Retty selaku perwakilan dari Divisi IT mengenai tanggapannya terhadap media komunikasi internal yaitu salah satunya adalah buletin “CAHAYA” “sebenarnya efektif tapi saya merasanya itukan dibuat oleh pegawai sendiri terkadang sangat subjektif kayak ini bukan soal kantor lagi tetapi lebih ke mempromosikan diri sendiri tapi selain itu sudah ada yang bagus, sejujurnya saya jarang baca buletin”. Peneliti bertanya mengenai fungsi buletin “CAHAYA” sebagai media komunikasi internal kepada Ibu Retty, Ibu Retty berpendapat “Buletin “CAHAYA” tidak berfungsi dengan baik, yaah not really lah karena selama ini pemberitaan yang dimuat terlihat subyektif, rubrik-rubrik yang dimuat juga kaku dan jadul, cuma sebagian kecil sekali yang saya ambil dari buletin”. Tujuan yang dinginkan oleh pihak redaksi Buletin adalah adanya perubahan perilaku yang berperan bagi kinerja pegawai, maka peneliti bertanya adakah perubahan ibu retty setelah membaca dan melihat buletin “CAHAYA” berikut jawaban beliau: “saya tidak mengutamakan buletin “CAHAYA” sebagai sumber informasi utama sehingga untuk perubahan sikap saya merasanya buletin “CAHAYA” tidak memiliki dampak yang signifikan pada dirinya sendiri”. Peneliti coba bertanya mengenai design kepada Ibu Retty beliau beranggapan bahwa “untuk design saya kurang suka,tapi dari yang sudah-sudah memang PLN memang selalu tampil seperti itu. Saya membedakan dengan focus buletin yang dibuat pusat, buletin “CAHAYA” saya rasa kaya design buku anak-anak banyak warna, kurang tajem, dan nuansanya kuning”. Peneliti bertanya mengenai pendistribusian buletin “CAHAYA” pada divisinya beliau menjawab: “tidak efektif meskipun kita dibebaskan untuk membaca atau engga namun untuk pendistribusian terkadang keliatan tidak efektif karena buletin “CAHAYA” tidak langsung diberikan kepada pegawai”. Peneliti merasa perlu memberikan pertanyaan tambahan mengenai darimana Ibu Retty mendapatkan informasi mengenai berita tentang PT PLN (Persero) Distribusi Jakarata Raya dan Tangerang karena peneliti merasa Ibu Retty “Hmm mostly dari email dan obrolan teman kerja” , sehingga dari jawaban ibu Retty tersebut ibu Retty tidak menomor satukan buletin “CAHAYA” sebagai sumber infomasi. 4.1.1.3 Wawancara dengan Bapak Eki Sairoma Situmeang Selaku Perwakilan dari Divisi Komunikasi Dan Bina Lingkungan Tanggapan Bapak Eki mengenai buletin “CAHAYA” beliau berpendapat sebagai berikut: “karena saya divisinya deket sama buletin “CAHAYA”, saat saya masuk juga sudah ada, diperkembangan taun berikutnya semakin lama semakin turun entah dari anggaran atau apa, dulu dimuat tiga bulan sekali sekarang jadi setiap bulan udah bagus, tetapi masih kurang up date, karena biasanya terdapat contributor dari tiap-tiap area yang menjadi perwakilan. Sekarang udah engga ada, mungkin karena contributor udah pindah-pindah” Bapak Eki berpendapat bahwa mengenai fungsi dan peran media komunikasi internal itu sendiri menurutnya : “buletin “CAHAYA” bisa aja sih berfungsi baik tetapi untuk saat ini memang belum efektif dan kurang optimal, harus ada beberapa perubahan kearah perkembangan zaman masa kini sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi minat pegawai untuk membaca”. Saat peneliti bertanya mengenai ketertarikan Bapak Eki terhadap buletin “CAHAYA” “ketertarikan untuk konten saya kurang tertarik, kalo cover aku enggga,klo desain kan subyektif setiap orang berbeda-beda pendapat, tiap majalah kan harusnya punya tipe-tipe tulisan nama misalnya go-girl, cosmopolitan, yaah klo bisa lebih bagus lagi, balik lagi ke konten ak rasa belum mewakili kemauan dari pegawai sendiri”. Mengenai ada atau tidaknya perubahan perilaku beliau menjawab bahwa “buletin “CAHAYA” engga terlalu kepengaruh karena aku engga mengalami perubahan atau termotivasi, setelah membaca buletin, buat saya yaah fungsi buletin buat saya cuma sebagai informasi berita yang sudah saya ketahui” Menurut Bapak Eki mengenai design buletin “CAHAYA” beliau berpendapat sebagai berikut : “saat ini belum mengikuti perkembangan, jadul. Saya merasa buletin “CAHAYA” engga menarik karena setiap edisi selalu seperti itu, cover warna dasarnya kuning, buletin “CAHAYA” terlalu kaku dan ketinggalan zaman” Untuk pendistribusian buletin “CAHAYA” peneliti bertanya bagaimana sistematikan pendistribusian di divisi bapak eki ,berikut jawabanya: Pendistribusi “kalo divisi disini dibaginya pergelondongan, sesuai divisinya masing-masing” 4.1.1.4 Wawancara dengan Ibu Retno Selaku Perwakilan dari Divisi Sumber Daya Manusia Ibu Retno memberi tanggapan buletin “CAHAYA” itu sebagai salah satu alat media komunikasi internal di PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. Isinya hanya berupa berita seputar PT PLN (Persero). Isi buletin sendiri menurut beliau tidak dapat berkomentar banyak mengenai hal tersebut karena beliau jarang mencari informasi di buletin “CAHAYA”. Sepeti kutipan jawaban ibu Retno berikut ini “Buletin itu buat bagi informasi antar pegawai saja untuk isi engga bisa berkomentar banyak soalnya saya baca aja jarang”. Saat peneliti bertanya mengenai fungsi berguna atau tidaknya menurut beliau “aku kurang begitu tahu dan paham, tetapi untuk aku pribadi buletin belum maksimal sama fungsinya. Tidak terlalu dalem isinya juga kurang up to date”. Peneliti mewawancarai untuk mengetahui apakah ada perubahan sikap maupun cara pandang Ibu Retno terhadap buletin “CAHAYA” beliau menjawab “engga ada perubahan apa-apa” karena peneliti dapat menyimpulkan pada saat wawancara berlangsung Ibu Retno jarang membaca buletin “CAHAYA”. Sehingga peneliti harus memberi pertanyaan tambahan untuk Ibu Retno, darimana Ibu Retno tahu informasi mengenai program-program PT PLN (Persero) khususnya PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang beliau menjawab “dari email yang dikirim oleh Divisi Public Relations kepada pegawai dan obrolan beliau dengan para pegawai”. Untuk distribusi Buletin “CAHAYA” Untuk divisi SDM sendiri pendistribusian dilakukan di ruang dan meja rapat sehingga tidak semua pegawai menerima buletin secara langsung “kalo kita lagi sibuk mana sempet datang ke meja rapat yang ada mantengin komputer dimeja terus” Untuk design Buletin “CAHAYA” beliau berpendapat “buletin memang agak ketinggalan zaman, selalu aja untuk design cover berwarna kuning, engga ada perubahan yang bikin saya tertarik untuk mindahin buletin ketangannya dan baca buletin”. Setelah melakukan wawancara dengan para responden yaitu pegawai PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang peneliti akan mengolah dan membuat hasil wawancara dari penelitian tersebut dan dibatasi maupun disesuaikan dengan teori yang telah di tentukan pada bab dua. 4.2 Pengolahan Terhadap Data yang Terkumpul Setiap perusahaan membutuhkan sebuah komunikasi organisasi karena komunikasi organisasi diadakan untuk memenuhi kebutuhan untuk saling memberi informasi, menciptakan keseimbangan antar pegawai dalam organisasi, serta dapat menciptakan kehidupan saling mengerti untuk membuat serta mempertahankan suatu persetujuan aturan maupun kebijakan. Untuk itu komunikasi organisasi diperlukan untuk adanya kerja sama yang diharapkan agar tercapainya cita-cita, baik cita-cita perusahaan, maupun kelompok, yang dapat berdampak positif bagi suatu organisasi maupun perusahaan. Melaui hasil observasi, peneliti mengelompokan Buletin ”CAHAYA” kedalam komunikasi organisasi dalam bentuk pesan organisasi komunikasi formal karena bentuk dan tujuan buletin merupakan sebuah bentuk komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri yaitu PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang sifatnya berorientasi kepentingan organisasi dan selain itu isi dari buletin ”CAHAYA” berupa cara kerja di dalam organisasi, aktifitas hubungan masyarakat, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi, karena semua hal isi yang berada di dalam buletin dibatasi oleh redaksi dan diagendakan oleh redaksi meskipun tujuan daripada dibuatnya buletin sebagai komunikasi untuk individual atau diri pegawai masing-masing. Alasan peneliti untuk mengelompokan buletin kedalam komunikasi formal karena pengertian dan penerapan sebuah komunikasi yang dilakukan menggunakan buletin, mengarah kepada kepentingan organisasi bukan seperti komunikasi informal yang memiliki pengertian komunikasi yang disetujui secara sosial. Media internal buletin “CAHAYA” dibuat dengan tujuan sebagai salah satu cara komunikasi organisasi yang bertujuan untuk memotivasi dan memberikan informasi kepada pegawai agar sebuah agenda perusahaan tercapai, agenda yang dimaksud adalah segala bentuk tujuan perusahaan baik pengetahuan, pemberitahuan program perusahaan maupun motivasi agar adanya perubahan perilaku positif terhadap pegawai dan hal tersebut akan berdampak baik bagi perusahaan. Berkomunikasi melalui media komunikasi dan mengedukasi baik pegawai secara intensif, proaktif dan berkesinambungan agar pegawai dapat termotivasi untuk mencapai tujuan perusahaan bersama. Menurut Paxon, Modway, Porter dan Steers menjelaskan komitmen sebagai berikut kekuatan yang relatif dari identifikasi perseorangan dengan dan keterlibatan dalam organisasi tertentu. Secara konsep dapat dikarakterisasi sedikitnya menjadi tiga faktor: a) Menerima dan rasa percaya yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai dari organisasi b) Kemauan untuk mengeluarkan usaha yang pantas untuk kepentingan organisasi c) Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi Dari konsep komitmen yang dijelaskan diatas redaksi buletin memiliki keinginan terciptanya rasa memiliki terhadap perusahaan, menumbuhkan perasaan bangga dari diri pegawai , mewujudkan rasa kebersamaan antar pegawai . Hal tersebut dapat disesuaikan dengan tiga konsep komitmen diatas sehingga secara teori pihak redaksi sesuai dengan konsep komunikasi organisasi tersebut. Budaya organisasi juga dapat menimbulkan sebuah persepsi seseorang atas lingkungannya bersifat subyekif, semakin besar perbedaan budaya antara dua orang atau lebih semakin besar pula perbedaan persepsi mereka terhadap realitas. Dan oleh karena itu tidak ada dua orang yang mempunyai nilai-nilai budaya yang persis sama, maka tidak akan ada dua orang yang mempunyai persepsi yang persis sama pula. Dalam konteks ini sebenarnya budaya dapat dianggap sebagai pola persepsi dan perilaku yang dianut oleh sekelompok orang. Fungsi buletin ”CAHAYA” adalah adanya persamaan presepsi antar pegawai mengenai informasi yang berhubungan dengan PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang sehingga apa yang akan disampaikan kepada pelanggan memiliki presepsi yang sama. Komunikasi antar karyawan biasanya berfungsi sebagai pengarah informasi baik berita maupun kebijakan agar setiap karyawan mendapat dan mengetahui berita atau informasi yang dibuat oleh perusahaan. Penting dalam tujuan komunikasi karyawan melalui media internal buletin ”CAHAYA”, PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang mengagendakan adanya keikut sertaan dalam memberi konstribusi kepada perusahaan, dengan cara membuat isu– isu yang dibuat sesuai dengan rubrik yang telah ditetapkan oleh pihak redaksi. Penyampaian pesan kepada pegawai melalui media komunikasi internal sebagai bentuk kepentingan sebuah organisasi, sebagai sarana untuk komunikasi antar pimpinan dengan bawahan, antara sesama bawahan dan antara komunikasi kelompok. Kelompok disini adalah kelompok bagian sub bidang pegawai, karena saat peneliti melakukan kerja praktek dan riset kebanyakan pegawai di PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang fokus pada bagian divisi masing-masing dan terkadang peneliti melihat bahwa antar pegawai sub bidang divisi, jarang sekali ada komunikasi baik secara pribadi antar pegawai. Terkadang sub bidang lain tidak mengetahui sub bidang program lain, maka dari sinilah buletin ”CAHAYA” berperan sebagai media komunikasi internal. Proses komunikasi internal ini bisa berwujud komunikasi antar pribadi ataupun komunikasi kelompok. Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk- petunjuk, informasi-informasi memberikan laporan-laporan, kepada bawahannya. saran-saran, Sedangkan pengaduan-pengaduan bawahan kepada pimpinan. b. Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja. Menurut proses komunikasi internal di atas, menurut peneliti buletin ”CAHAYA” masuk kedalam dua bagian proses komunikasi internal tersebut yaitu komunikasi secara horizontal maupun proses komunikasi secara vertikal, alasan peneliti memberi jawaban ini adalah peneliti melihat dari tujuan proses komunikasi tersebut, buletin ”CAHAYA” berperan sebagi proses komunikasi vertikal karena dalam buletin ”CAHAYA” bisa terdapat rubrik ”stop press” yang menjelaskan program-program PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang hal tersebut termasuk kedalam komunikasi pimpinan melalui redaksi buletin ”CAHAYA”, dalam artikel tersebut redaksi bermaksud menyampaikan dan memberikan instruksi-instruksi, petunjukpetunjuk, informasi-informasi kepada bawahan. Untuk proses komunikasi horizontal peneliti mengkategorikan buletin ”CAHAYA” sebagai media komunikasi sesama seperti dari pegawai kepada pegawai, manajer kepada manajer karena pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Buletin ”CAHAYA” bertujuan memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini dibuat untuk membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja. Buletin ”CAHAYA” diharapkan dapat berperan sebagai komunikasi internal agar terciptanya pemahaman yang searah dan sejalur antar karyawan, mengenai kebijakan dan tujuan perusahaan. Sehingga karyawan dapat termotivasi untuk bertindak loyalitas kepada perusahaan sekaligus menjunjung tinggi kerahasiaan perusahaan. Redaksi buletin “CAHAYA” dan mitra bekerja sama membuat konsep internal marketing buletin “CAHAYA” agar pegawai dapat tertarik untuk membaca buletin “CAHAYA” sehingga tujuan yanag diingkan redaksi tercapai. Pada bidang pemasaran jasa, kualitas sangat berhubungan erat dengan performa pegawai. Satu ciri penting dari organisasi yang sukses adalah karyawan yang termotivasi. Oleh karena itu, sikap seorang karyawan terhadap tempat kerja dan lebih jauhnya bagaimana perusahaan dapat memotivasi karyawan memiliki efek langsung terhadap kualitas produk yang ditawarkan kepada pelanggan. Salah satu tantangan paling penting bagi seorang manajer adalah bagaimana membuat karyawan merasa termotivasi dan akan bertindak yang dapat mendukung tercapainya tujuan dari organisasi. Tujuan redaksi membuat buletin adalah meningkatkan kinerja pegawai sehingga pegawai mendapatkan efek langsung terhadap kualitas produk yang ditawarkan kepada pelanggan. Dengan tujuan ini buletin memanfaatkan design buletin “CAHAYA” dibuat menarik agar pegawai tertarik untuk membaca. Namun sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan dengan mewawancarai pegawai, hampir keseluruhan responden yang di wawancarai tidak tertarik akan design yang dibuat oleh redaksi buletin “CAHAYA”. Berikut ini adalah jawaban dari responden : a) Jawaban dari Bapak Suharmiko , “menurut saya cover sudah terlihat seperti majalah yang sedang beradar di public, dan tidak kaku seperti buletin-buletin perusahaan pada umumnya. Hanya untuk design secara keseluruhan seperti logo, logo buletin cahaya itu kurang menjual, jadi saya sedikit kurang tertarik namun untuk konsumsi internal perusahaan sudah cukup bagus”. b) Jawaban dari Ibu Retty , “untuk design saya kurang suka,tapi dari yang sudah-sudah memang PLN memang selalu tampil seperti itu. Saya membedakan dengan focus buletin yang dibuat pusat, buletin “CAHAYA” saya rasa kaya desain buku anak-anak banyak warna, kurang tajem, dan nuansanya kuning”. c) Jawaban Bapak Eky, “saat ini belum mengikuti perkembangan, jadul. Saya merasa buletin “CAHAYA” engga menarik karena setiap edisi selalu seperti itu, cover warna dasarnya kuning, buletin “CAHAYA” terlalu kaku dan ketinggalan zaman “ d) Jawaban Ibu Retno, buletin memang agak ketinggalan zaman, selalu aja untuk design cover berwarna kuning, engga ada perubahan yang bikin saya tertarik untuk mindahin buletin ketangannya dan baca buletin Dari kesimpulan jawaban di atas untuk design buletin “CAHAYA”, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dalam design internal marketing kurang membuat tertarik para pegawai, dapat dilihat dari keseluruhan jawaban responden adanya ketidakte rtarikan pegawai untuk memanfaatkan buletin “CAHAYA”. Target kegiatan Public Relations dalam konteks ini adalah menjaga suasana diantara para karyawan di dalam badan atau perusahaan, bagaimana menciptakan komunikasi efektif, keserasian hubungan antara pimpinan dan bawahan, baik secara horisontal maupun vertikal, sehingga dapat memperkuat tim kerja perusahaan. Tiap anggota dari badan atau perusahaan itu, dari tingkat pimpinan sampai pesuruh, merupakan Public Relations Officer yang tidak resmi. Dimana segala perilaku mereka mendapat sorotan dari publik dan dapat mempengaruhi nama baik perusahaan. Keluarga karyawan juga mempunyai andil besar dalam menciptakan hubungan baik. Karena ketentraman keluarga akan berpengaruh pada ketentraman bekerja pegawai. Buletin “CAHAYA” berperan membantu jalannya fungsi internal Public Relations pada PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, karena buletin masuk kedalam kegiatan dan program internal yaitu memanfaatkan media internal dalam lingkungan perusahaan, seperti yang sudah dijelaskan pada bab tiga dibagian prosedur komunikasi Internal Public Relationss. Redaksi buletin “CAHAYA” yang terdiri dari pegawai-pegawai dalam sub bidang Public Relations mengaharapkan adanya ketercapaian tujuan komunikasi internal sehingga dapat meningkatkan hubungan kepada pelanggan melalui media komunikasi dan mengedukasi secara intensif dan proaktif dan berkesinambungan. Internal Public Relations sangat dibutuhkan oleh para pegawai untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap perusahaan sebagai tempat mereka bekerja sehingga akan berdampak baik bagi perusahaan karena pegawai sepenuh hati melayani pelanggan, pelanggan merupakan kunci utama bagi terciptanya sebuah empati terhadap perusahaan dan image untuk perusahaan. Sehingga perusahaan mendapatkan kepercayaan dari pelanggan. Tidak hanya komunikasi organisasi maupun komunikasi internal yang menjadi analisis peneliti pada peran buletin “CAHAYA”, tujuan utama dari dibuatnya buletin adalah mengagendakan dan mempengaruhi perilaku pegawai, peneliti mencoba membuktikan dengan menggunakan teori agenda setting. Teori agenda setting menyatakan bahwa media sengaja berusaha mempengaruhi pendapat khalayak tentang suatu isu tertentu tetapi media memberi petunjuk mengenai isu-isu apa yang perlu mendapat perhatian. Sama halnya seperti redaksi buletin ”CAHAYA” secara sengaja mengeluarkan isu-isu mengenai program kegiatan PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. Hal tersebut dilakukan agar pegawai memperhatikan program kegiatan PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang . Redaksi buletin ”CAHAYA” sengaja membagi isi buletin menjadi tujuh rubrik dan berharap bahwa tujuh rubrik dengan tujuan masing-masing dapat memberikan dampak positif bagi pegawai. Seperti yang sudah dijelaskan oleh peneliti pada bab sebelumnya yaitu bab tiga, setiap rubrik memiliki tujuan baik dari segi tujuan menambah pengetahuan, informasi kepada pegawai, maupun hiburan bagi pegawai. Hasil dari wawancara peneliti terhadap responden yaitu pegawai PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dalam penerapan teori yang dinyatakan oleh Maxwell Mc-Combs dan Donald Shaw mengenai agenda setting. Dimana redaksi buletin ”CAHAYA” membuat isu-isu agar menarik perhatian pegawai, untuk membuktikan apakah pegawai merasa tertarik akan isu-isu yang dibuat oleh redaksi buletin ”CAHAYA” . Berikut ini adalah pendapat responden mengenai buletin ”CAHAYA”, sehingga dengan jawaban dari responden, peneliti mendapatkan hasil penelitian yang dihubungkan dengan teori agenda setting: a) Jawaban dari Bapak Suharmiko, “buletin cahaya pada dasarnya saya rasa sudah cukup informatif karena isinya berbagai informasi dan sudah cukup sesuai dengan kondisi, informasi yang dimaksud adalah informasi seputar PT PLN (Persero) khususnya PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang misalnya berasal dari pihak eksternal maupun internal, untuk informasi internal itu sendiri yaitu program pelayanan, pegawai berprestasi dan kebijakan kebijakan yang berasal dari PT PLN (Persero) yang harus didistribusikan kepada pegawai PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang serta area-area yang menjadi area distribusi” b) Jawaban dari Ibu Retty, “sebenarnya efektif tapi saya merasanya itukan dibuat oleh pegawai sendiri terkadang sangat subjektif kayak ini bukan soal kantor lagi tetapi lebih ke mempromosikan diri sendiri tapi selain itu sudah ada yang bagus, sejujurnya saya jarang baca buletin”. c) Jawaban Bapak Eky, “karena saya divisinya deket sama cahaya, saat saya masuk juga sudah ada, diperkembangan taun berikutnya semakin lama semakin turun entah dari anggaran atau apa, dulu dimuat tiga bulan sekali sekarang jadi setiap bulan udah bagus, tetapi masih kurang up date., karena biasanya terdapat contributor dari tiap-tiap area yang menjadi perwakilan. Sekarang udah engga ada, mungkin karena contributor udah pindah-pindah” d) Jawaban Ibu Retno “Buletin itu buat bagi informasi antar pegawai saja untuk isi engga bisa berkomentar banyak soalnya saya baca aja jarang”. Untuk kesimpulan jawaban responden yang sudah peneliti jabarkan di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan, masing-masing responden memberikan jawaban yang berbeda mengenai pendapatnya tentang buletin ”CAHAYA”. Peneliti merasa perlu untuk bertanya mengenai pendapat dari audience atau pegawai, karena melalui pendapat tersebut peneliti dapat mengetahui seberapa tertarikah atau seberapa pemahaman yang dimiliki oleh pegawai mengenai buletin ”CAHAYA”. Pendapat yang diberikan oleh para responden berbeda-beda, dan dapat peneliti simpulkan dari masing-masing responden menyadari adanya media komunikasi internal yang dibuat oleh divisi Public Relations PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, namun ada kecendrungan ketidaktertarikan pegawai untuk memanfaatkan buletin ”CAHAYA”. Dalam segi pemanfaatan sumber informasi seperti pendapat yang diberikan oleh Bapak Suharmiko, Bapak Suharmiko merasa bahwa buletin ”CAHAYA” sudah cukup informatif sebagai media komunikasi internal, namun tidak semua pegawai dapat memanfaatkan hal tersebut seperti jawaban yang diberikan oleh ibu Retty dan Ibu Retno, ada ketidak tertarikan untuk menfaatkan buletin ”CAHAYA”, seperti pendapat ibu Retty beliau merasa bahwa isi dari buletin ”CAHAYA” terlihat subyektif. Ada kecendrungan bahwa tujuan media komunikasi internal tidak dapat tersampaikan dengan baik. Kekuatan media sangat berpengaruh pada perubahan prilaku karena Efek dari model agenda setting terdiri atas efek langsung dan efek lanjutan (subsequent effects). Efek langsung berkaitan dengan isu adalah apakah isu itu ada atau tidak ada dalam agenda khalayak dari semua isu, mana yang dianggap paling penting menurut khalayak sedangkan efek lanjutan berupa persepsi (pengetahuan tentang persitiwa tertentu) atau tindakan seperti memilih kontestan pemilu atau aksi protes (Elvinaro.2007:77). Kekuatan buletin “CAHAYA” terhadap pegawai PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dapat dilihat dari perubahan sikap pegawai yang bisa diukur dalam efek langsung dan efek lanjutan, dari keempat orang yang diwawancarai oleh peneliti hanya ada satu orang yang merasakan efek yang diberikan oleh teori agenda setting. Bapak Suharmiko merasakan adanya motivasi setelah membaca isi buletin, sepeti pernyataanya sebagai berikut bahwa ada beberapa hal yang bisa memotivasi beliau khususnya saat beliau membaca rubrik yang berisikan pegawai-pegawai berprestasi pada rubrik kinerja . Bapak Suharmiko merasa termotivasi untuk bisa dan menjadi seperti pegawai-pegawai tersebut sehingga hal tersebut terkadang membuatnya termotivasi untuk menjadi lebih baik dan lebih giat dalam bekerja. Dalam teori agenda setting dijelaskan bahwa khalayak (individu) memiliki kebebasan memilih sebagaimana hal tersebut dilakukan oleh divisi Public Relations PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang , tidak hanya buletin ”CAHAYA” yang digunakan sebagai media komunikasi internal tetapi Divisi Public Relations memanfaatkan dan menghadirkan Televisi Visual Management. Saat peneliti bertanya kepada redaksi buletin sebagai key informan tidak ada kewajiban bagi pegawai untuk membaca buletin ”CAHAYA” pegawai dibebaskan untuk menerima informasi dari media komunikasi internal lainnya, hal tersebut dibuktikan dengan jawaban yang diberikan oleh Ibu Retty kepada peneliti, beliau tahu informasi mengenai kegiatan internal, kegiatan eksternal, dari email yang dikirimkan ke pegawai-pegawai. 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti mendapatkan hasil setelah mewawancarai responden yaitu perwakilan pegawai PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, bisa dilihat dari hasil analisis yang dihubungkan dengan teori komunikasi organisasi, bahwa PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang memanfaatkan buletin “CAHAYA” sebagai alat untuk mengkoordinasi kan sebuah informasi. Peneliti mendapatkan sebuah hasil penelitian hambatan dalam menyampaikan sebuah komunikasi organisasi karena ada ketidak tertarikan dari pegawai untuk memanfaatkan buletin “CAHAYA”. Hasil dari agenda yang dibuat oleh redaksi terdapat kesamaan Secara konsep dengan karakterisasi sedikitnya menjadi tiga faktor: a) Menerima dan rasa percaya yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai dari organisasi b) Kemauan untuk mengeluarkan usaha yang pantas untuk kepentingan organisasi c) Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi Jumlah pegawai yang tidak sedikit melatarbelakangi adanya perbedaan presepsi, dalam hal ini buletin “CAHAYA” digunakan sebagai media untuk menyamaratakan sebuah presepsi kepada pegawai, agar pegawai dapat menyampaikan persepsi yang sama kepada pelanggan. Tidak hanya komunikasi organisasi yang menjadi perhatian peneliti pada penelitian ini, peneliti pun berusaha mengupas bagaimana komunikasi internal melalui buletin “CAHAYA” baik secara internal Public Relations dan internal marketing yang dilakukan oleh divisi Public Relations PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. Dalam segi komunikasi internal, buletin “Cahaya” telah berperan menjadi media dalam jalannya komunikasi internal diperusahaan baik komunikasi vertikal, komunikasi dari atas ke bawah maupun bawah ke atas dan komunikasi horizontal, komunikasi sejajar antar pegawai yang sama jabatan. Internal marketing dilakukan oleh pihak redaksi buletin “CAHAYA”, untuk internal marketing buletin “CAHAYA”, redaksi lebih terfokus dari segi design, bagaimana agar design dibuat menarik dan sesuai dengan image perusahaan, sehingga pegawai tertarik untuk membaca buletin, sesuai dengan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti, design buletin “CAHAYA” terlihat belum mengikuti perkembangan zaman dan pegawai merasa tidak tertarik. Sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan responden, keempat orang yang menjawab pertanyaan peneliti, mereka tidak tertarik terhadap design buletin “CAHAYA” karena terlalu kaku dan ketinggalan zaman, namun dalam segi fisik (kertas) penampilan buletin “CAHAYA” sudah sesuai dengan edisi buletin masa kini. Internal Public Relations memanfaatkan buletin sebagai sarana untuk menyalurkan sebuah informasi secara merata kepada pegawai. Peneliti melihat pada saat observasi bahwa pendistribusian buletin “CAHAYA” tidak dilakukan secara merata, peneliti melihat adanya hambatan pendistribusian, karena pendistribusian buletin “CAHAYA” hanya dilakukan oleh office boy, dan untuk buletin itu sendiri tidak disalurkan langsung kepada pegawai, melainkan hanya diletakan di ruang rapat atau ruang tamu kantor setiap divisi, sehingga media komunikasi internal Public Relations terhambat. Asumsi dasar dari teori agenda setting adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa maka media itu akan memepengaruhi khalayak yang menganggap penting. Dan masyarakat dibebaskan untuk memilih media mana yang dipakai untuk mendapatkan sebuah isu dari peristiwa. Seperti halnya pada buletin ”CAHAYA” yang memiliki peran sebagai sarana informasi, dan sebagai alat untuk mempengaruhi pegawai. Rubrik-rubrik yang dibagi kedalam tujuh bagian memiliki manfaat dan tujuan masingmasing, pihak redaksi berharap adanya pengaruh yang didapat oleh pegawai yang membaca buletin ”CAHAYA”, namun saat peneliti melakukan wawancara dengan responden, peneliti mendapatkan hasil yang bertolak belakang dari pada yang diharapkan oleh redaksi buletin ”CAHAYA”. Dari keempat responden yang diwawancara oleh peneliti hanya ada satu orang yang merasa terpengaruh dan termotivasi setelah membaca buletin ”CAHAYA” , sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa agenda setting yang dipersiapkan oleh anggota redaksi untuk pegawai tidak tercapai dengan baik. Dapat dilihat dari faktor-faktor sebagai berikut: a. Design buletin ”CAHAYA” yang dibuat dan dibentuk oleh pihak redaksi masih kaku dan terkesan tidak mengikuti era perkembangan zaman, sehingga hal tersebut membuat pegawai merasa tidak tertarik untuk membaca buletin. b. Isi buletin cahaya yang kurang up to date sehingga kebanyakan dari pegawai sudah mengetahui informasi, sehingga terkadang isu-isu yang diangkat dalam buletin tersebut tidak mempengaruhi pendapat khalayak (pegawai). Sementara itu Stephen W. Littlejhon (1992) pernah mengatakan, Agenda media itu sendiri harus diformat. Proses ini akan memunculkan masalah bagaimana agenda setting media itu terjadi pada waktu pertama kali. c. Pendistribusian buletin ”CAHAYA” yang tidak merata sehingga tidak semua pegawai menerima buletin ”CAHAYA” secara langsung. Dapat dikatakan bahwa Agenda media yang dilakukan oleh pihak divisi Public Relations PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang tidak tercapai karena tidak mempengaruhi perilaku, minat daripada pegawai terhadap sebuah isu, baik isu kebijakan maupun isu program PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. Buletin “CAHAYA” mengaharapkan perhatian publik secara besar sedangkan secara fakta sesuai dengan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, banyak pegawai yang tidak terpengaruh bahkan tidak tertarik untuk membaca buletin “CAHAYA”.