BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Dalam ISO 9000

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Mutu
Dalam ISO 9000:2005, kualitas didefinisikan sebagai kumpulan dari
karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang ditetapkan.
2.2
Pengertian Manajemen Mutu
Dalam ISO 9000:2005, manajemen kualitas didefinisikan sebagai
aktivitas-aktivitas yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengatur sebuah
organisasi mengenai kualitas.
2.3
Delapan Prinsip Manajemen Mutu
Dalam ISO 9000:2005, terdapat delapan prinsip manajemen mutu yang
dapat digunakan oleh manajemen tingkat atas untuk meningkatkan kinerja
organisasi. Prinsip tersebut antara lain :
1. Fokus pada pelanggan
Organisasi / perusahaan tergantung pada pelanggan mereka, yang
merupakan kunci untuk meraih keuntungan dan pandangan
mereka menentukan kelangsungan hidup organisasi.
2. Kepemimpinan
Pemimpin organisasi menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari
perusahaan
(organisasi).
Mereka
harus
menciptakan
dan
10
memelihara lingkungan internal agar orang – orang dapat menjadi
terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan organisasi.
3. Keterlibatan sumber daya manusia
Orang-orang di semua tingkatan adalah inti dari sebuah organisasi
dan keterlibatan penuh mereka memungkinkan kemampuan
mereka digunakan untuk keuntungan organisasi.
4. Pendekatan proses
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara lebih efisien,
apabila aktivitas-aktivitas dan sumber–sumber daya yang
berkaitan dikelola sebagai suatu proses.
5. Pendekatan sistem ke manajemen
Mengidentifikasi, memahami dan mengelola proses yang saling
berkaitan sebagai suatu sistem yang memberikan kontribusi
kepada efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan.
6. Pengembangan terus-menerus
Perbaikan terus-menerus dari kinerja keseluruhan organisasi harus
menjadi tujuan tetap dari organisasi.
7. Pembuatan keputusan berdasarkan fakta
Keputusan yang efektif adalah keputusan yang berdasarkan
analisa data dan informasi.
8. Hubungan saling menguntungkan dengan pemasok
Suatu organisasi dan pemasoknya adalah saling tergantung, dan
suatu hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan
11
kemampuan organisasi dan pemasoknya dalam menciptakan nilai
tambah.
2.4
Pendekatan Sistem Manajemen Mutu
Dalam ISO 9000:2008, Suatu pendekatan untuk mengembangkan dan
menerapkan sistem manajemen mutu terdiri dari beberapa langkah seperti:
1. Menentukan kebutuhan dan harapan dari pelanggan dan pihakpihak lain yang berkepentingan.
2. Menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu organisasi.
3. Menentukan proses dan tanggung jawab yang diperlukan untuk
mencapai sasaran mutu.
4. Menentukan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai sasaran mutu.
5. Menetapkan metode untuk mengukur efektivitas dan efisiensi dari
setiap proses.
6. Menerapkan langkah-langkah yang telah ditetapkan untuk
menentukan efektivitas dan efisiensi dari setiap proses.
7. Mencegah nonconformities dan menghilangkan sebab-sebabnya.
8. Membuat dan menerapkan suatu proses untuk peningkatan terusmenerus dari sistem manajemen mutu.
2.5
Model Dari Sistem Manajemen Mutu Berbasis Proses
Dalam ISO 9001:2008 terdapat model untuk meningkatkan kinerja dari
perusahaan yang ditunjukkan pada gambar berikut di bawah ini:
12
Gambar 2.1 Model Sistem Manajemen Mutu Berbasis Proses
Dari model proses di atas dapat disimpulkan bagaimana kebutuhan dari
konsumen sangat penting dalam sistem manajemen mutu. Kebutuhan dari
konsumen dipenuhi oleh pihak menajemen menggunakan sumber daya yang ada.
Produk yang dihasilkan diukur, dianalisa, lalu dikembangkan yang nantinya akan
menjadi acuan bagi pihak manajemen.
13
2.6
Manfaat Dari Sistem Manajemen Mutu
Menurut Vincent Gasperz (2005), Manfaat dari penerapan ISO 9001
secara umum adalah:
1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan kualitas
yang terorganisasi secara sistematik.
2. Perusahaan yang telah bersertifikat ISO 9001 dapat meningkatkan image
perusahaan dan telah siap bersaing dalam memasuki pasar global.
3. Menghemat biaya dan mengurangi duplikasi audit sistem kualitas oleh
pelanggan.
4. Perusahaan yang telah besertifikat ISO 9001 akan dicari oleh pelanggan
potensial yang mempunyai bidang usaha yang sama sebagai pemasok
mereka, dengan cara menghubungi lembaga registrasi. Maka hal ini berarti
membuka kesempatan pasar baru bagi perusahaan.
5. Meningkatkan kualitas dan produktivitas dari manajemen melalui kerjasama
dan komunikasi yang lebih baik, sistem pengendalian yang konsisten, serta
pengurangan dan pencegahan pemborosan karena operasi internal menjadi
lebih baik.
6. Meningkatkan kesadaran kualitas dalam perusahaan.
7. Dapat berfungsi sebagai standar kerja untuk melatih karyawan yang baru.
8. Meningkatkan semangat pegawai karena adanya kejelasan kerja sehingga
mereka dapat bekerja lebih efisien.
14
2.7
Klausul-Klasul Dalam ISO 9001:2008
1.
Ruang lingkup
1.1
Umum
ISO 9001 merinci persyaratan sistem manajemen mutu,
dimana organisasi:
•
perlu menunjukkan kemampuannya menyediakan produk
secara konsisten memenuhi kebutuhan pelanggan dan syarat
perundangan dan peraturan yang berlaku.
•
bermaksud
meningkatkan
kepuasan
pelanggan
melalui
penerapan sistem yang efektif, yang meliputi proses untuk
perbaikan sistem berkelanjutan dan jaminan kesesuaian
terhadap persyaratan pelanggan dan perundangan dan
peraturan yang berlaku.
1.2
Penerapan
Semua syarat standar ini bersifat umum dan dapat
diterapkan untuk semua organisasi, tanpa melihat jenis, ukuran
dan produk yang dihasilkan. Bila ada syarat yang tidak dapat
diterapkan karena sifat organisasi dan produknsya, maka ia dapat
dipertimbangkan
untuk
dikesampingkan
/
pengecualian
(Exclusion).
Bila ada yang dikeluarkan, pernyataan kesesuaian terhadap
standar tidak dapat diterima jika pengecualian ini diluar klausul 7
dan pengecualian tersebut tidak mempengaruhi kemampuan
15
organisasi atau tanggung jawabnya untuk menyediakan produk
yang memenuhi persyaratan pelanggan dan syarat perundangan
serta peraturan yang berlaku.
2.
Acuan standar
Dokumen acuan berikut sangat diperlukan untuk penerapan
dokumen ini. Untuk acuan yang bertanggal, hanya edisi yang disebutkan
yang berlaku. Untuk acuan yang tidak bertanggal, edisi terakhir dokumen
acuan yang berlaku. ISO 9000:2005, sistem manajemen mutu – Azas dan
Kosakata.
3.
Definisi
Untuk tujuan dokumen ini, istilah dan definisi dijelaskan dalam
ISO 9000. Melalui teks standar internasional ini, Istilah produk, juga
dapat berarti jasa.
4.
Syarat manajemen mutu
4.1
Syarat umum
Organisasi
harus
menetapkan,
mendokumentasikan,
menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu dan secara
terus-menerus memperbaiki efektivitasnya sesuai dengan syarat
standar. Organisasi harus:
a. Menetapkan proses-proses yang diperlukan dalam sistem
manajemen mutu dan menerapkannya di seluruh organisasi.
16
b. Menetapkan rangkaian dan interaksi proses tersebut.
c. Menentukan kriteria dan metode yang diperlukan untuk
memastikan pengoperasian dan pengendalian proses tersebut
efektif.
d. Memastikan tersedianya sumber daya dan informasi yang
diperlukan untuk pengoperasian dan pemantauan proses
tersebut.
e. Memantau serta mengukur jika perlu dan menganalisa proses
proses tersebut.
f. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil
yang direncanakan serta untuk perbaikan berkelanjutan dari
proses tersebut.
Proses tersebut harus dikelola organisasi sesuai dengan
syarat standar internasional.
Bila organisasi memilih mensubkontrakkan berbagai
proses
yang
persyaratan,
mempengaruhi
maka
kesesuaian
organisasi
harus
produk
terhadap
memastikan
cara
mengendalikan proses tersebut. Tipe dan luas dari pengendalian
yang diterapkan untuk proses yang disubkontrakkan harus
ditetapkan dalam sistem manajemen mutu.
Catatan:
1. Proses yang diperlukan sistem manajemen mutu tersebut
mencakup proses aktivitas manajemen, ketersediaan sumber
daya, realisasi produk, pengukuran, analisis dan perbaikan.
17
2. “Proses subkontrak” diidentifikasi sebagai satu kebutuhan
untuk sistem manajemen mutu organisasi tetapi dipilih untuk
dilakukan oleh pihak luar organisasi.
3. Jaminan pengendalian “proses yang disubkontrakkan” tidak
membebaskan tanggung jawab organisasi untuk memenuhi
semua persyaratan pelanggan, peraturan dan perundangan.
Jenis dan luas dari pengendalian yang diterapkan terhadap
proses yang disubkontrakkan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti:
a. Potensi dampak dari proses yang disubkontrakkan
terhadap kemampuan organisasi menyediakan produk
yang memenuhi persyaratan.
b. Tingkat pengendalian bila proses tersebut ditanggung
bersama.
c. Kemampuan pencapaian pengendalian yang perlu melalui
aplikasi 7.4.
4.2
Persyaratan dokumentasi
4.2.1
Umum
Dokumentasi sistem manajemen mutu harus meliputi:
a. Pernyataan terdokumentasi mengenai kebijakan mutu
dan sasaran mutu.
b. Sebuah pedoman mutu.
c. Prosedur terdokumentasi yang dipersyaratkan standar
ini.
18
d. Dokumen, termasuk catatan / record, yang diperlukan
oleh
organisasi
untuk
memastikan
perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian proses-prosesnya secara
efektif.
Catatan:
1. Istilah prosedur terdokumentasi berarti prosedur
ditetapkan,
Dokumen
didokumentasikan
tunggal
boleh
dan
dipelihara.
dipergunakan
untuk
persyaratan satu atau lebih prosedur. Persyaratan untuk
sebuah prosedur terdokumentasi boleh dicakup oleh
lebih dari satu dokumen.
2. Tingkat dokumentasi sistem manajemen mutu dapat
berbeda antara satu organisasi dengan yang lain
karena:
a. Ukuran organisasi dan jenis aktivitas organisasi.
b. Kompleksitas proses dan interaksinya.
c. Kompetensi personil.
3. Dokumentasi dapat berupa berbagai bentuk atau jenis
media.
4.2.2
Pedoman mutu
Organisasi harus menetapkan dan memelihara
pedoman mutu yang mencakup:
1. Ruang lingkup sistem manajemen mutu, termasuk
perincian dan alasan berbagai pengecualian.
19
2. Prosedur terdokumentasi yang ditetapkan sistem
manajemen mutu, atau mengacu pada mereka.
3. Gambaran interaksi diantara proses-proses sistem
manajemen mutu.
4.2.3 Pengendalian dokumen
Dokumen yang diperlukan oleh sistem manajemen
mutu harus dikendalikan. Catatan mutu merupakan jenis
dokumen khusus dan harus dikendalikan sesuai syarat
(4.2.4).
Prosedur terdokumentasi harus ditetapkan untuk
menentukan pengendalian yang diperlukan:
a. Untuk menyetujui dokumen mengenai kecukupannya
sebelum dikeluarkan.
b. Untuk meninjau dan memperbaharui dokumen sesuai
keperluan dan menyetujui kembali.
c. Untuk memastikan bahwa perubahan dan status
dokumen revisi terbaru diidentifikasi.
d. Untuk memastikan bahwa versi dokumen yang berlaku
tersedia untuk digunakan.
e. Untuk memastikan bahwa dokumen masih dapat
dibaca dan mudah dikenali.
f. Untuk memastikan bahwa dokumen berasal dari luar
yang ditentukan oleh organisasi, yang diperlukan
20
untuk perencanaan dan pelaksanaan sistem manajemen
mutu,
telah
diidentifikasi
dan
distribusinya
dikendalikan.
g. Untuk mencegah penggunaan dokumen kadaluarsa
yang tidak dikehendaki dan untuk menerapkan
identifikasi yang sesuai jika mereka disimpan untuk
berbagai tujuan.
4.2.4 Pengendalian catatan mutu
Catatan mutu dibuat untuk memberikan bukti
kesesuaian
terhadap
manajemen
mutu
syarat
secara
dan
efektif.
bekerjanya
Organisasi
sistem
harus
menetapkan prosedur terdokumentasi untuk menentukan
pengendalian
yang
penyimpanan,
diperlukan
perlindungan,
untuk
identifikasi,
pelacakan,
lama
penyimpanan dan penyusunan catatan mutu. Catatan mutu
harus masih dapat dibaca, dapat dikenal dan dapat dilacak.
5.
Tanggung jawab manajemen
5.1
Komitmen manajemen
Manajemen puncak harus memberikan bukti komitmennya
untuk mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen mutu
dan memperbaiki efektivitasnya secara terus-menerus dengan:
a. Komunikasi
ke
seluruh
anggota
organisasi
mengenai
pentingnya memenuhi syarat pelanggan demikian juga
perundangan dan peraturan.
21
b. Menetapkan kebijakan mutu.
c. Memastikan bahwa sasaran mutu ditetapkan.
d. Mengadakan tinjauan manajemen.
e. Memastikan ketersediaan sumber daya.
5.2
Fokus pada pelanggan
Manajemen puncak harus memastikan bahwa syarat
pelanggan ditentukan dan dipenuhi dengan maksud untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan (lihat 7.2.1 dan 8.2.1).
5.3
Kebijakan mutu
Manajemen puncak harus memastikan bahwa kebijakan mutu:
a. Sesuai dengan tujuan organisasi.
b. Mencakup suatu komitmen untuk memenuhi syarat dan
memperbaiki efektivitas sistem manajemen mutu secara terus
menerus.
c. Memberikan suatu kerangka untuk pembuatan dan tinjauan
sasaran mutu.
d. Dikomunikasikan
dan
dipahami
oleh
seluruh
anggota
organisasi.
e. Ditinjau kesesuaiannya secara terus-menerus.
5.4
Perencanaan
5.4.1
Sasaran mutu
Manajemen puncak harus memastikan bahwa
sasaran mutu, termasuk perlunya memenuhi syarat produk
(lihat 7.1a), ditetapkan pada fungsi dan tingkat yang sesuai
22
dalam organisasi. Sasaran mutu harus dapat diukur dan
sesuai dengan kebijakan mutu.
5.4.2
Perencanaan sistem mutu
Manajemen puncak harus memastikan bahwa:
a. Perencanaan sistem manajemen mutu dilakukan dalam
upaya memenuhi syarat yang ditunjukkan dalam 4.1,
demikian juga sasaran mutu
b. Bila perubahan sistem manajemen mutu direncanakan
dan diterapkan, maka integritas sistem manajemen
mutu tetap dipelihara
5.5
Tanggung jawab, wewenang, komunikasi
5.5.1
Tanggung jawab dan wewenang
Manajemen puncak harus memastikan bahwa
tanggung jawab, wewenang dan hubungan timbal balik
ditentukan dan dikomunikasikan dalam organisasi.
5.5.2
Wakil manajemen
Manajemen puncak harus menugaskan seorang
anggota manajemen, terlepas dari tanggung jawab lain,
harus mempunyai tanggung jawab dan wewenang yang
meliputi:
a. Memastikan bahwa proses-proses yang diperlukan
untuk sistem manajemen mutu, telah ditetapkan,
diterapkan, dan dipelihara
23
b. Pelaporan ke manajemen puncak mengenai kinerja
sistem manajemen mutu dan berbagai keperluan untuk
perbaikan
c. Memastikan
pentingnya
peningkatan
kesadaran
mengenai
persyaratan
pelanggan
diseluruh
organisasi.
Catatan :
Tanggung jawab wakil manajemen dapat meliputi
hubungan dengan pihak luar mengenai masalah yang
berkaitan dengan sistem manajemen mutu.
5.5.3 Komunikasi internal
Manajemen puncak harus memastikan proses
komunikasi yang tepat, dilaksanakan didalam organisasi
dan komunikasi berlangsung mengenai efektivitas sistem
manajemen mutu.
5.6
Tinjauan manajemen
5.6.1
Umum
Manajemen
puncak
harus
meninjau
sistem
manajemen mutu organisasi, pada kurun waktu yang
direncanakan, untuk memastikan bahwa kesesuaian,
kecukupan
dan
efektivitasnya
masih
berlangsung.
Tinjauan ini harus meliputi penilaian kesempatan untuk
melakukan perbaikan dan perlunya untuk melakukan
perubahan sistem manajemen mutu, termasuk kebijakan
24
mutu dan sasaran mutu. Catatan tinjauan manajemen harus
dipelihara (lihat 4.2.4).
5.6.2 Masukan tinjauan
Masukan tinjauan manajemen harus mencakup
informasi mengenai:
a. Hasil audit.
b. Umpan balik pelanggan.
c. Kinerja proses dan kesesuaian produk.
d. Status tindakan pencegahan dan perbaikan.
e. Tindak
lanjut
pelaksanaan
tinjauan
manajemen
sebelumnya.
f. Perubahan
yang
dapat
mempengaruhi
sistem
manajemen mutu.
g. Rekomendasi untuk perbaikan.
5.6.3 Keluaran tinjauan
Hasil
tinjauan
manajemen
harus
mencakup
berbagai keputusan dan tindakan yang berkaitan dengan:
a. Perbaikan efektivitas sistem manajemen mutu dan
prosesnya.
b. Perbaikan produk yang berkaitan dengan syarat
pelanggan.
c. Kebutuhan sumber daya.
25
6.
Manajemen sumber daya
6.1
Ketentuan sumber daya
Organisasi harus menentukan dan menyediakan sumber
daya yang diperlukan:
a. Untuk menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu
dan memperbaiki efektivitasnya secara terus menerus
b. Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi
syarat pelanggan
6.2
Sumber daya manusia
6.2.1
Umum
Personil
yang
melakukan
pekerjaan
yang
mempengaruhi kesesuaian terhadap persyaratan produk
harus cakap berdasarkan pendidikan yang tepat, pelatihan,
ketrampilan dan pengalaman.
Catatan:
Kesesuaian dengan persyaratan produk dapat
dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oeh
personil
yang
melaksanakan
tugas
dalam
sistem
manajemen mutu.
6.2.2
Kecakapan, pelatihan dan kesadaran
Organisasi harus:
a. Menentukan kecakapan yang diperlukan bagi personil
yang melakukan pekerjaan yang mempengaruhi
kesesuaian terhadap persyaratan produk.
26
b. Jika perlu, memberikan pelatihan atau melakukan
tindakan lain untuk mendapatkan kompetensi yang
diperlukan.
c. Mengevaluasi efektivitas tindakan yang dilakukan.
d. Memastikan bahwa personil menyadari relevansi dan
pentingnya aktivitas mereka dan bagaimana andil
mereka terhadap pencapaian sasaran mutu.
e. Memelihara catatan yang sesuai mengenai pendidikan,
pelatihan, ketrampilan dan pengalaman (lihat 4.2.4).
6.3
Prasarana
Organisasi
memelihara
harus
prasarana
menentukan,
yang
diperlukan
menyediakan
untuk
dan
mencapai
kesesuaian produk terhadap persyaratan. Prasarana meliputi, jika
berlaku misalnya:
a. Gedung, ruang kerja, dan keperluan terkait lainnya.
b. Peralatan untu memproses, baik perangkat keras maupun
perangkat lunak.
c. Sarana pendukung seperti sistem transportasi, komunikasi atau
informasi.
6.4
Lingkungan kerja
Organisasi harus menentukan dan mengelola lingkungan
kerja yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian terhadap syarat
produk.
27
Catatan:
istilah “lingkungan kerja” terkait dengan kondisi dimana
perkerjaan dilakukan termasuk fisik, lingkungan dan faktor lain
(seperti kebisingan, temperatur, kelembaban, pencahayaan atau
cuaca).
7.
Realisasi produk
7.1
Perencanaan realisasi produk
Organisasi harus merencanakan dan mengembangkan
proses-proses yang dibutuhkan untuk merealisasikan produk.
Perencanaan realisasi produk harus konsisten dengan syarat
proses-proses sistem manajemen mutu yang lain (lihat 4.1) Dalam
perencanaan realisasi produk, organisasi harus menentukan hal
hal berikut:
a. Sasaran mutu dan persyaratan produk.
b. Kebutuhan untuk menetapkan proses-proses, dokumen dan
menyediakan sumber daya khusus untuk produk.
c. Verifikasi, validasi, pemantauan, pengukuran, inspeksi dan
aktivitas pengujian khusus yang diperlukan untuk produk dan
kriteria produk yang sesuai.
d. Catatan yang diperlukan untuk memberikan bukti bahwa
proses realisasi dan produk yang dihasilkan memenuhi syarat
(lihat 4.2.4 ).
Keluaran perencanaan ini harus dalam bentuk yang sesuai
dengan metode pelaksanaan organisasi.
28
Catatan:
a. Sebuah dokumen yang menetapkan proses sistem manajemen
mutu (termasuk proses realisasi produk) dan sumber daya
untuk diterapkan terhadap produk khusus, proyek atau
kontrak, dapat ditunjuk sebagai rencana mutu.
b. Organisasi juga dapat menerapkan syarat klausul 7.3 untuk
mengembangkan proses realisasi produk.
7.2
Proses yang terkait dengan pelanggan
7.2.1 Penetapan syarat yang berhubungan dengan produk
Organisasi harus menentukan:
a. Syarat yang ditetapkan oleh pelanggan, termasuk
syarat pengiriman dan aktivitas setelah pengiriman.
b. Syarat yang tidak ditetapkan oleh pelanggan, tetapi
penting
untuk
kegunaan
yang
ditentukan
atau
diharapkan, bila diketahui.
c. Syarat undang-undang dan peraturan yang berkaitan
dengan produk.
d. Berbagai syarat tambahan yang dianggap perlu oleh
organisasi.
Catatan:
Aktivitas “pasca pengiriman” termasuk, sebagai
contoh tindakan dalam ketentuan garansi, kewajiban
kontrak seperti jasa perawatan, dan jasa tambahan seperti
recycling atau pembuangan akhir.
29
7.2.2 Tinjauan persyaratan yang terkait dengan produk
Organisasi harus meninjau syarat yang berkaitan
dengan produk. Tinjauan ini harus dilakukan sebelum
organisasi
berjanji
untuk
menyediakan
produk
ke
pelanggan (sebagai contoh pengajuan tender, penerimaan
kontrak atau order, penerimaan perubahan kontrak atau
order) dan harus memastikan bahwa:
a. Syarat produk ditentukan.
b. Syarat
kontrak
atau
order
yang
berbeda
dari
sebelumnya, telah diputuskan.
c. Organisasi mempunyai kemampuan memenuhi syarat
yang ditentukan.
Catatan hasil tinjauan dan tindakan yang timbul
dari tinjauan tersebut harus dipelihara (lihat 4.2.4).
Saat pelanggan tidak memberikan persyaratan
terdokumentasi, syarat pelanggan harus dikonfirmasi oleh
organisasi sebelum penerimaan. Saat syarat produk
diubah, organisasi harus memastikan bahwa dokumen
yang terkait juga diubah dan personil yang terkait
mengetahui perubahan syarat tersebut.
30
Catatan :
Dalam beberapa keadaan, seperti penjualan melalui
internet, tinjauan formal tidak praktis dilakukan untuk
setiap order. Dengan demikian tinjauan dapat mencakup
informasi produk yang relevan seperti katalog atau bahan
iklan.
7.2.3
Komunikasi pelanggan
Organisasi harus menentukan dan melaksanakan
rencana yang efektif untuk berkomunikasi dengan
pelanggan yang berkenaan dengan:
a. Informasi produk.
b. Penanganan permintaan, kontrak atau order, termasuk
perubahan.
c. Umpan balik pelanggan termasuk keluhan pelanggan.
7.3
Desain dan pengembangan
7.3.1 Perencanaan desain dan pengembangan
Organisasi
harus
merencanakan
dan
mengendalikan desain dan pengembangan produk. Dalam
perencanaan desain dan pengembangan produk, organisasi
harus menentukan:
a. Tahap desain dan pengembangan.
b. Tinjauan, verifikasi dan validasi yang sesuai dengan
setiap tahap desain dan pengembangan.
31
c. Tanggung jawab dan wewenang untuk desain dan
pengembangan.
Organisasi harus mengelola hubungan diantara
berbagai kelompok berbeda yang terlibat dalam desain dan
pengembangan untuk memastikan komunikasi yang efektif
dan penugasan tanggung jawab yang jelas. Jika sesuai,
output perencanaan harus selalu diperbaharui, sebagai
kemajuan desain dan pengembangan.
Catatan:
Tinjauan design dan pegembangan, verifikasi dan
validasi mempunyai tujuan berbeda. Mereka dapat
dilaksanakan dan dicatat secara terpisah atau dalam
gabungan, jika sesuai untuk produk dan organisasi.
7.3.2
Masukan desain dan pengembangan
Masukan yang berkenaan dengan syarat produk
harus ditentukan dan catatannya dipelihara (lihat 4.2.4).
Masukan ini harus meliputi:
a. Syarat fungsional dan kinerja.
b. Syarat undang-undang dan peraturan yang berlaku.
c. Bila dapat diterapkan, informasi yang diperoleh dari
desain sebelumnya yang sama.
d. Syarat
lain
pengembangan.
yang
penting
untuk
desain
dan
32
Masukan ini harus ditinjau kecukupannya. Syarat
harus
lengkap,
tidak
bermakna
ganda
dan
tidak
bertentangan satu dengan yang lain.
7.3.3
Output desain dan pengembangan
Output desain dan pengembangan harus tersedia
dalam bentuk yang sesuai untuk pelaksanaan verifikasi
terhadap masukan desain dan pengembangan dan harus
disetujui
sebelum
dilepaskan.
Output
desain
dan
pengembangan harus:
a. Memenuhi syarat masukan desain dan pengembangan.
b. Memberikan informasi yang tepat bagi pembelian,
produksi dan ketentuan jasa.
c. Memuat
atau
menunjukkan
kriteria
penerimaan
produk.
d. Merinci karakteristik produk yang penting bagi
keamanan dan penggunaan yang tepat.
Catatan:
Informasi untuk ketentuan produksi dan jasa dapat
meliputi
rincian
untuk
pemeliharaan
(preservation)
produk.
7.3.4 Tinjauan desain dan pengembangan
Tinjauan secara sistematis pada setiap tahap desain
dan pengembangan harus dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang dijadwalkan:
33
a. Untuk mengevaluasi kemampuan hasil desain dan
pengembangan untuk memenuhi syarat.
b. Untuk
mengidentifikasi
berbagai
masalah
dan
mengusulkan tindakan yang diperlukan.
Peserta tinjauan semacam itu harus meliputi
perwakilan fungsi terkait dari tahap-tahap desain dan
pengembangan yang sedang ditinjau. Catatan hasil
tinjauan dan berbagai tindakan yang perlu harus dipelihara
(lihat 4.2.4).
7.3.5
Verifikasi desain dan pengembangan
Verifikasi
harus
dilakukan
sesuai
dengan
perencanaan yang telah disusun (lihat 7.3.1), untuk
memastikan bahwa hasil desain dan pengembangan telah
memenuhi syarat masukan desain dan pengembangan.
Catatan hasil verifikasi dan berbagai tindakan yang perlu
harus dipelihara (lihat 4.2.4).
7.3.6 Validasi desain dan pengembangan
Validasi
desain
dan
pengembangan
harus
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun (lihat
7.3.1) untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan
mampu memenuhi syarat untuk aplikasi yang ditentukan
atau maksud kegunaannya, jika diketahui. Bila dapat
dilakukan, validasi harus lengkap sebelum pengiriman
34
atau membuat produk. Catatan hasil validasi dan berbagai
tindakan yang perlu harus dipelihara (lihat 4.2.4).
7.3.7
Pengendalian perubahan desain dan pengembangan
Perubahan
desain
dan
pengembangan
harus
diidentifikasi dan catatannya dipelihara. Perubahan harus
ditinjau, diverifikasi dan divalidasi, jika sesuai, dan
disetujui sebelum diterapkan. Tinjauan perubahan desain
dan pengembangan harus meliputi evaluasi pengaruh
perubahan pada bagian unsur utamanya dan produk yang
telah dihasilkan. Catatan hasil tinjauan perubahan dan
berbagai tindakan yang penting harus dipelihara (lihat
4.2.4).
7.4
Pembelian
7.4.1
Proses pembelian
Organisasi harus memastikan bahwa produk yang
dibeli sesuai dengan syarat pembelian yang ditentukan.
Jenis dan tingkat pengendalian yang diterapkan pada
pemasok dan produk yang dibeli harus tergantung pada
pengaruh produk yang dibeli terhadap realisasi berikutnya
atau produk akhir. Organisasi harus mengevaluasi dan
menseleksi pemasok berdasarkan kemampuan mereka
memasok produk yang sesuai dengan syarat organisasi.
Kriteria untuk seleksi, evaluasi dan evaluasi ulang harus
35
ditetapkan. Rekaman hasil evaluasi dan berbagai tindakan
yang timbul dari evaluasi harus dipelihara (lihat 4.2.4).
7.4.2
Informasi pembelian
Informasi
pembelian
harus
menggambarkan
produk yang akan dibeli, bila sesuai meliputi:
a. Syarat untuk menyetujui produk, prosedur, proses dan
peralatan.
b. Syarat kualifikasi personil
c. Syarat sistem manajemen mutu
Organisasi harus memastikan kecukupan syarat
yang ditentukan sebelum membicarakan dengan pemasok.
7.4.3
Verifikasi produk yang dibeli
Organisasi harus menetapkan dan melaksanakan
inspeksi atau aktivitas lain yang perlu untuk memastikan
bahwa produk yang dibeli memenuhi syarat yang
ditentukan. Bila organisasi atau pelanggannya bermaksud
untuk melakukan verifikasi d itempat pemasok, organisasi
harus menyatakan rencana verifikasi yang dimaksud dan
metode kelulusan produk di dalam informasi pembelian.
7.5
Syarat produksi dan jasa
7.5.1
Pengendalian syarat produksi dan jasa
Organisasi harus merencanakan dan melaksanakan
persyaratan produksi dan jasa di dalam kondisi terkendali.
Jika dapat diterapkan, kondisi terkendali harus meliputi:
36
a. Tersedianya
informasi
yang
menggambarkan
karakteristik produk.
b. Tersedianya instruksi kerja, jika perlu.
c. Penggunaan peralatan yang sesuai.
d. Ketersediaan dan penggunaan alat pemantau dan
pengukur.
e. Pelaksanaan pemantauan dan pengukuran.
f. Pelaksanaan
kelulusan,
pengiriman
produk
dan
aktivitas sesudah pengiriman.
7.5.2 Validasi proses produksi dan jasa
Organisasi harus melakukan validasi berbagai
proses produksi dan jasa bila output hasilnya tidak dapat
diverifikasi dengan pemantauan atau pengukuran pada
tahap berikutnya dan sebagai akibatnya, kekurangannya
hanya terlihat sesudah produk digunakan atau jasa
disampaikan. Validasi harus menunjukkan kemampuan
proses
tersebut
untuk
mendapatkan
hasil
yang
direncanakan. Organisasi harus menetapkan perencanaan
proses tersebut, jika dapat diterapkan meliputi:
a. Kriteria
yang
ditetapkan
untuk
meninjau
menyetujui proses.
b. Peralatan dan kualifikasi personil yang disetujui.
c. Penggunaan metode dan prosedur khusus.
dan
37
d. Syarat untuk catatan (lihat 4.2.4).
e. Validasi ulang.
7.5.3 Identifikasi dan mampu telusur
Bila sesuai, organisasi harus mengidentifikasi
produk dengan cara yang sesuai di seluruh realisasi
produk. Organisasi harus mengidentifikasi status produk
berkenaan dengan syarat pemantauan dan pengukuran di
seluruh realisasi produk. Bila mampu telusur merupakan
suatu syarat, organisasi harus mengendalikan identifikasi
unik produk dan memelihara catatannya (lihat 4.2.4).
Catatan:
Dalam
beberapa
sektor
industri,
manajemen
konfigurasi merupakan sarana yang dipakai untuk
memelihara identifikasi dan mampu telusur.
7.5.4
Milik pelanggan
Organisasi
harus
berhati-hati
terhadap
milik
pelanggan, pada saat ia dalam pengendalian organisasi
atau
digunakan
oleh
organisasi.
Organisasi
harus
mengidentifikasi, memverifikasi, melindungi dan menjaga
milik pelanggan yang tersedia untuk digunakan atau
digabungkan ke dalam produk. Jika milik pelanggan
hilang, rusak atau didapatkan tidak sesuai digunakan,
organisasi harus melaporkannya ke pelanggan dan
memelihara catatannya (lihat 4.2.4).
38
Catatan :
Milik
pelanggan
termasuk
“kepemilikan
intelektual” dan data personil.
7.5.5
Pelindungan produk
Organisasi harus menjaga kesesuaian produk
selama pemrosesan internal dan pengiriman ke tujuan
yang
dimaksud
untuk
mempertahankan
kesesuaian
terhadap persyaratan. Jika berlaku, pemeliharaan ini harus
meliputi
identifikasi,
penanganan,
pengemasan,
penyimpanan dan perlindungan. Pemeliharaan juga harus
diterapkan untuk komponen penyusun produk.
7.6
Pengendalian alat pemantau dan pengukur
Organisasi harus menentukan pelaksanaan pemantauan
dan pengukuran, dan alat pemantau dan pengukur yang diperlukan
untuk memberikan bukti kesesuaian produk terhadap syarat yang
ditentukan.
Organisasi
harus
menetapkan
proses
untuk
memastikan bahwa pemantauan dan pengukuran dapat dilakukan
dan dilakukan dengan cara yang sesuai dengan syarat pemantauan
dan pengukuran. Dimana perlu, untuk memastikan hasil yang
sahih, alat pengukur harus:
a. Dikalibrasi atau diverifikasi atau keduanya, pada rentang
waktu yang ditentukan, atau sebelum digunakan, terhadap
standar ukuran yang dapat dirunut ke standar ukuran
internasional atau nasional; bila tidak ada standar semacam
39
itu, dasar yang digunakan untuk kalibrasi dan verifikasi harus
dicatat (lihat 4.2.4).
b. Disetel atau disetel ulang seperlunya.
c. Mempunyai identifikasi untuk menentukan status kalibrasi.
d. Terlindung
dari
penyetelan
yang
menyebabkan
hasil
pengukuran tidak sahih lagi.
e. Terlindung dari kerusakan dan penurunan mutu selama
penanganan, pemeliharaan dan penyimpanan.
Disamping itu, organisasi harus menilai dan mencatat
keabsahan hasil pengukuran sebelumnya bila alat tersebut
didapatkan tidak sesuai dengan syarat. Organisasi harus
melakukan tindakan yang tepat terhadap alat tersebut dan
berbagai produk yang dipengaruhinya. Catatan hasil kalibrasi dan
verifikasi harus dipelihara (lihat 4.2.4). Ketika digunakan dalam
pemantauan dan pengukuran persyaratan yang ditentukan,
kemampuan
perangkat
lunak
komputer
untuk
memenuhi
pelaksanaan yang dikehendaki, harus dipastikan. Hal ini harus
dilakukan sebelum mulai dipakai dan dikonfirmasi ulang ketika
diperlukan
Catatan :
Konfirmasi kemampuan perangkat lunak komputer untuk
memenuhi pelaksanaan yang dikehendaki secara khusus meliputi
verifikasi dan manajemen konfigurasinya untuk memelihara
kesesuaian penggunaanya.
40
8.
Pengukuran , analisa dan perbaikan
8.1
Umum
Organisasi
harus
merencanakan
dan
melaksanakan
pemantauan, pengukuran, analisa dan proses perbaikan yang
diperlukan:
a. Untuk menunjukkan kesesuaian terhadap persyaratan produk.
b. Untuk memastikan kesesuaian sistem manajemen mutu.
c. Untuk memperbaiki efektivitas sistem manajemen mutu
secara terus-menerus.
Hal ini harus meliputi penentuan metode yang dapat
diterapkan,
termasuk
teknik
statistik
dan
jangkauan
pemakaiannya.
8.2
Pemantauan dan pengukuran
8.2.1
Kepuasan pelanggan
Sebagai
salah
satu
ukuran
kinerja
sistem
manajemen mutu, organisasi harus memantau informasi
yang berkaitan dengan persepsi pelanggan, seperti apakah
organisasi telah memenuhi persyaratan pelanggan. Metode
untuk memperoleh dan menggunakan informasi ini harus
ditetapkan.
Catatan:
Pemantauan persepsi pelanggan dapat mencakup
masukan dari sumber-sumber seperti survey kepuasan
pelanggan, data pelanggan mengenai mutu produk yang
41
dikirim, pandangan pengguna, pujian, tuntutan garansi,
laporan pedagang.
8.2.2
Internal audit
Organisasi harus melakukan audit internal pada
rentang waktu yang direncanakan untuk menentukan
apakah sistem manajemen mutu:
a. Sesuai dengan rencana yang telah disusun (lihat 7.1),
terhadap syarat standar internasional ini dan terhadap
syarat sistem manajemen mutu yang ditetapkan
organisasi.
b. Dilaksanakan dan dipelihara secara efektif dimana
sebuah prosedur terdokumentasi harus ditetapkan
untuk menentukan tanggung jawab dan persyaratan
perencanaan dan pelaksanaan audit, pembuatan catatan
dan pelaporan hasil.
Catatan audit dan hasilnya harus dipelihara (lihat
4.2.4) manajemen yang bertanggung jawab untuk area
yang sedang diaudit dan harus menjamin bahwa perbaikan
dan tindakan perbaikan dilakukan tanpa penundaan untuk
mengeliminasi ketidaksesuaian yang ditemukan dan
penyebabnya. Aktivitas tindak lanjutnya harus meliputi
verifikasi tindakan yang dilakukan dan pelaporan hasil
verifikasi (lihat 8.5.2).
42
Catatan :
Lihat ISO 19011 sebagai pedoman
8.2.3
Pemantauan dan pengukuran proses
Organisasi harus mempergunakan metode yang
sesuai untuk pemantauan dan bila dapat diterapkan,
pengukuran proses sistem manajemen mutu. Metode ini
harus menunjukkan kemampuan proses untuk mencapai
hasil yang direncanakan. Bila hasil yang direncanakan
tidak dicapai, maka, jika sesuai, tindakan perbaikan dan
pencegahan harus dilakukan.
Catatan:
Ketika
menentukan
metode
yang
sesuai,
dianjurkan bahwa organisasi memperhatikan jenis dan
tingkat pemantauan dan pengukuran yang tepat untuk
setiap proses terkait dengan dampak mereka terhadap
kesesuaian persyaratan produk dan terhadap efektivitas
sistem manajemn mutu.
8.2.4
Pemantauan dan pengukuran produk
Organisasi
harus
memantau
dan
mengukur
karakteristik produk untuk membuktikan bahwa syarat
produk dipenuhi. Hal ini harus dilakukan pada tahap
proses realisasi produk yang tepat sesuai dengan
perencanaan yang disusun (lihat 7.1). Bukti kesesuaian
terhadap kriteria kesesuaian harus dipelihara. Catatan
43
harus menunjukkan orang yang berwenang meluluskan
produk untuk disampaikan ke pelanggan (lihat 4.2.4).
Pelepasan produk dan pengiriman jasa ke pelanggan harus
tidak dilakukan sampai semua perencanaan yang disusun
(lihat
7.1)
telah
diselesaikan
dengan
memuaskan,
sebaliknya kalau tidak, terlebih dahulu disetujui oleh
personil yang berwenang dan dimana memungkinkan
dapat dilakukan oleh pelanggan.
8.3
Pengendalian produk tidak sesuai
Organisasi harus menjamin bahwa produk yang tidak
sesuai persyaratan produk, telah diidentifikasi dan dikendalikan
untuk mencegah penggunaan atau pengiriman yang tidak
dikehendaki. Sebuah prosedur terdokumentasi harus dibuat untuk
menentukan pengendalian dan tanggung jawab dan wewenang
terkait dengan produk tidak sesuai. Dimana berlaku, organisasi
harus memperlakukan produk tidak sesuai dengan satu atau lebih
cara berikut:
a. Dengan
melakukan
tindakan
untuk
mengeliminasi
ketidaksesuaian yang ditemukan.
b. Dengan pengesahan penggunaan, pelepasan atau penerimaan
dibawah konsesi oleh otoritas yang relevan dan, bila dapat
diterapkan, dilakukan oleh pelanggan.
c. Dengan melakukan tindakan untuk mencegah pemakaian atau
penggunaan seperti yang ditetapkan semula.
44
d. Dengan melakukan tindakan yang tepat terhadap pengaruh
atau potensi pengaruh ketidaksesuaian, ketika ketidaksesuaian
produk terdeteksi sesudah pengiriman atau penggunaan telah
dimulai.
Bila produk tidak sesuai diperbaiki, ia harus diverifikasi
ulang untuk menunjukkan kesesuaian terhadap persyaratan.
Catatan sifat ketidaksesuaian dan berbagai tindakan yang
dilakukan sesudahnya, termasuk konsesi, harus dipelihara (lihat
4.2.4).
8.4
Analisa data
Organisasi
harus
menentukan,
mengumpulkan
dan
menganalisa data yang tepat untuk menunjukkan kesesuaian dan
efektivitas sistem manajemen mutu dan untuk mengevaluasi
perbaikan berkelanjutan efektivitas sistem manajemen mutu yang
dapat dilakukan. Hal ini harus meliputi data yang diperoleh
sebagai hasil pemantauan dan pengukuran dan dari sumber
relevan lainnya. Analisa data harus memberikan informasi yang
berkaitan dengan
a. Kepuasan pelanggan (lihat 8.2.1).
b. Kesesuaian terhadap persyaratan produk (lihat 7.2.1).
c. Karakteristik dan kecenderungan proses dan produk termasuk
kesempatan untuk tindakan pencegahan (lihat 8.2.3 dan 8.2.4).
d. Pemasok (lihat 7.4).
45
8.5
Perbaikan
8.5.1 Perbaikan berkelanjutan
Organisasi
harus
secara
terus-menerus
memperbaiki efektivitas sistem manajemen mutu melalui
penggunaan kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit,
analisa data, tindakan perbaikan dan pencegahan, dan
tinjauan manajemen.
8.5.2
Tindakan perbaikan
Organisasi
harus
melakukan
tindakan
untuk
menghilangkan penyebab ketidaksesuaian dalam usaha
mencegah kejadian berulang. Tindakan perbaikan harus
sesuai dengan pengaruh ketidaksesuaian yang dihadapi.
Prosedur
terdokumentasi
harus
ditetapkan
untuk
menentukan kebutuhan:
a. Peninjauan
ketidaksesuaian
(termasuk
keluhan
pelanggan).
b. Penetapan penyebab ketidak sesuaian.
c. Evaluasi kebutuhan tindakan untuk menjamin bahwa
ketidaksesuaian tidak terjadi lagi.
d. Penetapan dan penerapan tindakan yang diperlukan.
e. Mencatat hasil tindakan yang dilakukan (lihat 4.2.4).
f. Peninjauan tindakan perbaikan yang dilakukan.
46
8.5.3 Tindakan pencegahan
Organisasi harus menentukan tindakan untuk
menghilangkan potensi penyebab ketidaksesuaian, dalam
usaha untuk mencegah hal tersebut terjadi. Tindakan
pencegahan harus tepat untuk mencegah masalah-masalah
yang mungkin terjadi. Prosedur terdokumentasi harus
ditetapkan untuk menentukan kebutuhan:
a. Penentuan
ketidaksesuaian
yang
mungkin
dan
penyebab mereka.
b. Evaluasi perlunya tindakan untuk mencegah terjadinya
ketidaksesuaian.
c. Penentuan dan penerapan tindakan yang diperlukan.
d. Mencatat hasil tindakan yang dilakukan (lihat 4.2.4).
e. Peninjauan efektivitas tindakan pencegahan yang
dilakukan.
2.8
Definisi Penilaian Prestasi
Menurut Hasibuan (2007, p87), yang dimaksud penilaian prestasi adalah
kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku kerja karyawan serta menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya. Di mana penilaian perilaku meliputi kesetiaan,
kejujuran, kepemimpinan, kerja sama, loyalitas, dedikasi dan partisipasi
karyawan.
47
Sedangkan menurut Sikula (Hasibuan, 2007, p87), penilaian prestasi
kerja adalah evaluasi sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh
karyawan dan ditujukan untuk pengembangan.
2.9
Tujuan Penilaian Prestasi
Menurut Hasibuan (2007, p89), tujuan dari penilaian prestasi kerja
karyawan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi,
demosi, pemberhentian dan penetapan besarnya balas jasa.
2. Untuk mengukur prestasi kerja, yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses
dalam pekerjaannya.
3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam
perusahaan.
4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal
kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja serta
peralatan kerja.
5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan pelatihan bagi
karyawan yang berada di dalam organisasi.
6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga
mendapatkan performance kerja yang baik.
7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan (supervisor,
managers, administrator) mengobservasi perilaku bawahan (subordinate)
supaya diketahui minat dan kebutuhannya.
48
8. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan di
masa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.
9. Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.
10. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan karyawan dan
dengan
demikian
dapat
dijadikan
bahan
pertimbangan
agar
bisa
diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan.
11. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan.
12. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan (job
description).
2.10
Pengertian Sistem
McLeod dan Schell, diterjemahkan oleh Teguh, H. (2004, p9)
mengatakan, “Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan
maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan”.
Menurut O’Brien (2003, p8), sistem adalah kumpulan dari komponenkomponen yang saling berhubungan yang bekerja bersama-sama untuk mencapai
tujuan yang sama dengan memasukkan input dan menghasilkan output dalam
suatu proses transformasi yang teratur.
2.11
Pengertian Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Berdasarkan Mathiassen et al. (2000, p. 4-5) pengertian object adalah
suatu entitas yang memiliki identity, state, dan behavior. Sedangkan menurut
Lau (2001, p. 1) object merupakan abstraksi baik untuk hal-hal konseptual
maupun fisik. Objek memiliki keadaan dan identitas yang melekat. Menurut
49
Mathiassen et al (2000, p26), kita harus mengerti kondisi dari user dengan
lengkap dan penuh. Untuk mencapai ini, kita harus melakukan banyak diskusi
dan mempunyai prinsip “hargailah situasi”. Situasi ini dapat digambarkan
dengan Rich Picture.
Mathiassen et al. (2000, p. 14-15) menjelaskan empat buah aktivitas
utama dalam analisa dan perancangan berorientasi objek yang digambarkan
dalam Gambar 2.2 berikut ini.
Gambar 2.2 Aktivitas Utama dalam OOAD
2.12
Rich Picture
Menurut Mathiassen (2000, p26), rich picture adalah gambar informal
yang menyajikan pengertian ilustrator tentang situasi..
Menggambar rich picture sebaiknya dimulai dengan entitas-entitas yang
penting seperti orang, objek, tempat, organisasi, peran, dan tugas. Setelah kita
mendeskripsikan entitas yang relevan, kita mendeskripsikan hubungan di antara
50
entitas-entitas tersebut. Proses adalah hubungan yang paling fundamental dalam
rich picture.
Struktur adalah cara lain untuk melihat relasi antar entitas dalam rich
picture. Struktur mendeskripsikan aspek dari situasi yang bersifat lebih stabil
atau sulit untuk berubah.
2.13
System Definitions
Definisi
sistem
mendeskripsikan
konteks
dari
solusi
yang
terkomputerisasi. FACTOR Criterion dapat digunakan untuk menggambarkan
definisi sistem. FACTOR Criterion terbagi menjadi 6 elemen, yaitu:
a. Functionality : fungsi dari suatu sistem yang mendukung fokus
application domain.
b. Application
domain
:
bagian
dari
organisasi
yang
mengadministrasi,memonitor atau mengontrol problem domain.
c. Condition : dalam kondisi seperti apa sistem akan dibangun dan
digunakan.
d. Technology : teknologi yang digunakan untuk menghasilkan sistem dan
dengan teknologi seperti apa sistem akan berjalan.
e. Objects : objek utama dalam problem domain.
f. Responsibility
:
tanggung
jawab
keseluruhan
sistem
yang
berhubungandengan konteks.
2.14
Analisis Problem Domain
Menurut Mathiassen et al (2000, p 6), problem domain adalah bagian dari
konteks yang diatur, dimonitor, atau dikontrol oleh sistem. Mathiassen et al
(2000, p45) menjelaskan bahwa yang perlu diperhatikan dalam analisis problem
51
domain adalah informasi apa saja yang akan terlibat karena model dari problem
domain menyediakan bahasa yang diperlukan untuk mengekspresikan kebutuhan
dari sistem. Kegiatan dalam analisis problem domain dapat dilihat dalam gambar
2.3 berikut ini.
Gambar 2.3 Kegiatan dalam analisis problem domain
2.14.1 Classes
Menurut Bennet et al. (2002, p.591) class adalah deskripsi dari
kumpulan objek yang secara logis serupa sehubungan dengan behavior
dan struktur datanya.
2.14.2 Structure
Menurut Mathiassen et al (2000, p69-77), terdapat 4 structure
yang digunakan dalam membuat model problem domain, yaitu:
a. Generalisasi
52
Generalisasi adalah kelas umum yang menjelaskan property umum yang
dimiliki oleh suatu kelompok dari kelas-kelas khusus.
b. Cluster
Cluster adalah kumpulan class-class yang berhubungan.
c. Agregasi
Agregasi adalah objek yang lebih besar (keseluruhan) terdiri dari
sejumlah objek-objek (bagiannya)
d. Asosiasi
Asosiasi adalah relasi yang berarti diantara sejumlah objek-objek
2.14.1 Behavior
Tugas utama dalam kegiatan ini adalah menggambarkan pola
perilaku (behaviour pattern) dan atribut dari setiap kelas. (Mathiassen,
(2000, p89)) Behavioral pattern ini digambarkan dengan menggunakan
Statechart Diagram.
Menurut Mathiassen (2000, p93) ada 3 notasi untuk behavioural
pattern yaitu:
•
Sequence, dimana event muncul satu per satu secara berurutan.
•
Selection, dimana terjadi pemilihan satu event dari sekumpulan event
yang muncul.
•
Iteration, dimana sebuah event muncul sebanyak nol atau berulang
kali
53
.2.15
Analisis Application Domain
Menurut Mathiassen et al (2000, p115-117), application domain adalah
organisasi yang mengadministrasi, memonitor, dan mengawasi problem domain.
Application domain ini terdiri dari 3 bagian utama, yaitu usage, function, dan
interface. Kegiatan dalam analisis application domain dapat dilihat dalam
gambar 2.4 berikut ini.
Gambar 2.4 Kegiatan dalam analisis Application domain
2.15.1 Usage
Mathiassen (2000, p117), berpendapat bahwa Usage adalah
bagaimana sistem berinteraksi dengan orang dan sistem lain yang ada di
dalam konteks. Usage memiliki 2 elemen utama, yaitu:
54
a. Actor, adalah abstraksi dari pengguna atau sistem lain yang
berinteraksi dengan sistem target.
b. Use case, adalah pola interaksi antara sistem dengan aktor dalam
application domain.
Menurut Whitten (2001, p655) sequence diagram adalah
penggambaran secara grafis bagaimana objek-objek berinteraksi satu
dengan yang lainnya melalui message-message yang dilakukan dari suatu
use case atau operasi.
Menurut Simon Bennet (2002, p234) Sequence Diagram adalah
penggambaran interaksi antara object yang disusun dalam sebuah
susunan waktu yang dapat digambar pada detil level yang berbeda dan
untuk
menemukan
tingkatan
level
yang
berbeda
pada
siklus
pengembangannya.
2.15.2 Functions
Menurut Mathiassen et al (2000, p138), function adalah fasilitas
untuk membuat sebuah model menjadi berguna bagi actor. Ada 4 tipe
function, yaitu:
a. Update function adalah function yang diaktifkan oleh event dari
problem domain dan menghasilkan perubahan dari state model.
b. Signal function adalah fungsi yang diaktifkan oleh perubahan state
model dan menghasilkan reaksi dalam konteks.
c. Read function adalah fungsi yang diaktifkan dengan adanya
kebutuhan informasi oleh actor dalam melakukan tugas dan sistem
akan menampilkan informasi yang diinginkan.
55
d. Compute function adalah fungsi yang diaktifkan oleh adanya
kebutuhan informasi oleh actor dalam melakukan tugas dan terdiri
dari perhitungan sejumlah informasi.
2.15.3 Interfaces
Menurut Mathiassen et al (2000, p151), interface adalah fasilitas
yang membuat model sistem dan functions menjadi tersedia bagi actor.
Interface ini ada 2 macam, yaitu:
a. User interface adalah interface yang menghubungkan sistem dengan
user.
b. System interface adalah interface yang menghubungkan sistem
dengan sistem lainnya.
2.16
Architectural Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p173), tujuan dari architectural design
adalah untuk menstruktur sistem yang terkomputerisasi. Kegiatan dalam
Architectural Design dapat dilihat dalam gambar 2.5 berikut ini.
Gambar 2.5 Kegiatan dalam Architectural Design
56
Menurut Mathiassen et al. (2000, p173), 3 aktivitas yang terdapat pada
Architectural Design adalah sebagai berikut:
2.16.1 Criteria
Menurut Mathiassen et al. (2000, p177), tujuan dari criteria
adalah untuk mengatur prioritas perancangan. Konsepnya adalah :
•
Criterion : Properti yang diinginkan dari architecture.
•
Conditions : kesempatan dan batas technical, organizational
danhuman yang terlibat dalam suatu tugas.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p178) terdapat 12 jenis kriteria
software:
1. Usable
Adalah
kemampuan
sistem untuk
beradapatasi
dengan
konteks
organisasi,tugas dan teknis.
2. Secure
Adalah kemampuan untuk melakukan pencegahan terhadap akses yang
tidak berwenang.
3. Efficient
Adalah penggunaan secara ekonomis terhadap fasilitas technical
platform.
4. Correct
Adalah sesuai dengan kebutuhan dan tepat guna.
57
5. Reliable
Adalah ketepatan dalam melakukan suatu fungsi.
6. Maintainable
Adalah biaya untuk perbaikan sistem.
7. Testable
Adalah biaya untuk memastikan sistem bekerja sesuai dengan yang
diinginkan.
8. Flexible
Adalah biaya untuk modifikasi sistem telah berjalan.
9. Comprehensible
Adalah usaha yang diperlukan untuk memperoleh pengertian akan suatu
sistem.
10. Reusable
Adalah potensi untuk menggunakan sistem pada bagian sistem lain yang
saling berhubungan.
11. Portable
Adalah kemampuan sistem untuk dapat dipindahkan ke technical
platform yang lain.
12. Interoperable
Adalah kemampuan untuk coupling sistem ke dalam sistem yang lain.
2.16.2 Component
Menurut Mathiassen et al (2000, p189), component architecture
adalah
struktur
sistem
dari
komponen-komponen
yang
saling
58
berhubungan. Sementara component itu sendiri adalah kumpulan dari
bagian program yang membangun suatu keseluruhan dan mempunyai
tanggung jawab yang jelas.
Secara umum, komponen ada 4 macam, yaitu model component,
function component, user interface component, dan system interface
component. Pola arsitektur yang biasa digunakan adalah pola lapisan
(layer). Menurut Mathiassen et al (2000, p193), desain dari masingmasing komponen menggambarkan tanggung jawab masing-masing dan
hubungan ke atas dan ke bawah.
Dalam mengeksplorasi pola arsitektur, yang perlu diperhatikan
adalah ketika menemukan distribusi geografis, rancangan harus
mempertimbangkan pola client-server architecture. Bentuk yang dapat
digunakan adalah sebagaiberikut:
Tabel 2.1 Perbedaan Bentuk Distribusi dalam Client-server Architecture
Client
Server
Architecture
U
U+F+M
Distributed Presentation
U
F+M
Local Presentation
U+F
F+M
Distributed Functionality
U+F
M
Centralized Data
U+F+M
M
Distributed Data
U+F+M
U+F+M
Decentralized Pattern
59
2.16.3 Process Architecture
Menurut Mathiassen et al (2000, p209), process architecture
adalah struktur dari eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang
saling berhubungan. Processor adalah alat yang akan menjalankan
program. Modul fisik dari program yang akan dijalankan ini yang disebut
program component. Active object adalah objek yang telah ditugaskan
sebuah proses.
Tujuan dari process architecture ini adalah untuk menyusun
struktur dari eksekusi pada level fisik. Oleh karena itu, yang harus
diperhatikan
dalam
pembuatan
process
architecture
ini
adalah
mendistribusikan component pada processor dengan baik agar mencegah
terjadinya bottleneck. Process architecture ini dapat digambarkan dengan
menggunakan deployment diagram.
2.17
Component Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p231), tujuan component design adalah
untuk menetapkan sebuah implementasi pada sebuah architectural framework.
Kegiatan dalam component Design dapat dilihat dalam gambar 2.6 berikut ini
Gambar 2.6 Kegiatan dalam component Design
60
2.17.1 Model Component
Menurut Mathiassen et al (2000, p235), model component adalah
bagian dari sistem yang menjalankan model dari problem domain.
Pembuatan desain dari model component ini didasarkan oleh model
berorientasi objek yang didapatkan dari proses analisis. Model ini
menggambarkan problem domain dengan menggunakan class, objek,
struktur dan behavior. Tugas utama dari model component adalah untuk
merepresentasikan event yang ada dengan menggunakan mekanisme yang
tersedia dalam bahasa pemrograman berorientasi objek.
Menurut Mathiassen et al (2000, p239), private event adalah event
yang hanya melibatkan satu objek dari problem domain. Private event
yang terjadi dalam sequence dan selection direpresentasikan sebagai
atribut dalam class. Sedangkan private event yang terjadi dalam iteration
direpresentasikan dalam class baru yang merupakan agregasi dari class
tersebut. Common event adalah event yang melibatkan lebih dari satu
objek. Cara untuk merepresentasikan common event ada beberapa cara
dalam sebuah class diagram, kerena common event ini melibatkan lebih
dari satu class. Oleh karena itu, pilihlah bentuk yang paling sederhana
dari antara pilihan tersebut. Setelah mendapatkan class diagram yang
sudah direvisi, sekarang adalah waktunya untuk mempertimbangkan
bagaimana cara menyederhanakannya.
2.17.2 Function Component
Menurut Mathiassen et al (2000, p251), function component
adalah bagian dari sistem yang mengimplementasi kebutuhan fungsional.
61
Operation adalah sebuah proses yang ditempatkan di class dan dijalankan
melalui objek dari class. Ada 4 macam function, yaitu update, read,
compute, dan signal.
Penempatan function ada 2 cara, yaitu ditempatkan di dalam
modelclass atau ditempatkan di function-class. Untuk function-function
yang hanya melibatkan satu model-class saja, maka cukup ditempatkan di
model-class sebagai operation. Sedangkan untuk function yang
melibatkan beberapa modelclass sekaligus perlu ditempatkan di functionclass untuk kemudian dihubungkan ke model-class yang telibat.
(Mathiassen at al, 2000, p260-262)
Dalam membuat function component semua function yang
complex perlu didefinisikan (dibuat spesifikasinya) agar tidak terjadi
ketidakpasitian dalam proses pembuatan. Sementara,untuk function yang
simple, penjelasan detail ini tidak diperlukan karena secara implicit
pembuat program sudah mengerti maksud dari function tersebut sehingga
tidak perlu melakukan usaha yang sia-sia. (Mathiassen et al, 2000, p264)
2.17.3 Connecting Components
Tujuan dari connecting components menurut Mathiassen et al.
(2000, p271) adalah untuk menggabungkan system components. Ada 2
konsep dalam connenting component yaitu :
a. Coupling
Merupakan suatu ukuran seberapa dekat 2 classes atau components
terhubungkan.
62
b. Cohesion
Merupakan ukuran seberapa dekat class atau component saling terkait
satu sama lain.
2.18
Delapan Aturan Emas Perancangan User Interface
Untuk merancang user interface yang interaktif diperlukan suatu aturan
tertentu biasanya dikenal dengan 8 aturan emas, yang terdiri dari:
1. Rancangan yang dibuat harus selalu konsisten
Rangkaian tindakan yang konsisten diperlukan dalam situasi yang
terminology-nya mirip harus digunakan pada promp, menu dan layer help,
warna, tampilan, kapitalisasi, font, dan sebagainya yang konsisten harus
diterapkan. Pengecualian dalam pembuatan password, tidak boleh berulang.
2. Memungkinkan bagi user untuk menggunakan shortcuts
Bila
frekuensi
penggunaan
meningkat,
keinginan
user
untuk
mengurangi jumlah interaksi dan mempercepat interaksi. Singkatan, tombol –
tombol khusus, perintah khusus, dan fasilitas makro sangat berguna bagi para
pengguna yang sering menggunakan komputer.
3. Dapat memberikan umpan balik yang informative
Setiap tindakan yang dilakukan oleh user harus memiliki umpan balik.
Presentasi visual objek yang diinginkan memberikan perubahan yang berarti
secara eksplisit.
4. Merancang dialog untuk menghasilkan keadaan akhir
Rangkaian kegiatan harus dikelompokkan ke dalam kelompok –
kelompok dengan awalan, pertengahan, dan akhir. Umpan balik yang
informatif pada saat suatu kelompok kegiatan selesai memberikan user
63
kepuasan, perasaan lega, dan tanda bahwa kegiatan tersebut sudah selesai
dan siap melanjutkan kekelompok kegiatan berikutnya.
5. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana
Sistem harus dirancang sedemikian rupa sehingga user tidak dapat
melakukan kesalahan atau error serius. Bila terdapat kesalahan atau error,
sistem harus dapat mendeteksi kesalahan tersebut dan memberikan solusi
penanganan yang mudah, membangun dan spesifik.
6. Mengijinkan pembatalan aksi (undo) dengan mudah
Fitur ini mengurangi kecemasan karena user tahu bahwa apabila user
melakukan kesalahan, maka bisa dikembalikan ke kondisi sebelum kesalahan
dibuat sehingga mendorong user untuk berani mencoba hal–hal dan pilihan–
pilihan yang belum dikenal.
7. Mendukung pengaturan fokus secara internal
Kegiatan system yang mengejutkan, rangkaian entry data yang salah,
ketidakmampuan
melakukan
suatu
kegiatan
dapat
melakukan
dan
mengakibatkan terciptanya rasa cemas serta ketidakpuasan.
8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek
Keterbatasan kemampuan manusia memproses informasi dalam jangka
pendek (seperti ungkapan Sigmund Freud, salah seorang psikoanalis dimana
manusia hanya bisa mengingat tujuh plus - minus dua informasi)
memerlukan display yang mudah diingat dan frekuensi pergerakan window
dikurangi.
64
2.19
Fishbone Diagram
Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan
antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal.
diagram sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab
(sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor
penyebab itu. Diagram sebab akibat ini sering disebut diagram tulang ikan (fish
bone diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan. atau diagram Ishikawa
(Ishikawa diagram) karena pertania kali diperkenalkan oleh Prof Kaoni Ishikawa
dari Universitas Tokyo pada tahun 1953.
2.20
Kerangka Pikir
Berdasarkan paparan teori diatas, penulis akan menganalisa sistem yang
berjalan sehingga diketahui kekurangan dari sistem yang berjalan tersebut.
Setelah itu, penulis akan mewawancara setiap aktor untuk mengkonfirmasi serta
meminta masukan sekaligus mendiskusikan prosedur-prosedur yang diperlukan
dalam membuat sistem manajemen mutu serta sistem yang baik berdasarkan ISO
9001:2008.
Setelah konseptual beserta prosedur-prosedur dari sistem telah jelas,
penulis merancang sebuah sistem terkomputerisasi untuk mendukung proses
yang telah direkayasa ulang serta sistem manajemen mutu yang telah dibuat.
Download