FORMULASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK

advertisement
SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 16-23
FORMULASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK ETANOL RIMPANG
KUNYIT (Curcuma longa Linn)
Amelia Sari, Amy Maulidya
Poltekkes Kemenkes Aceh, Jl.Soekarno Hatta, Kampus Terpadu Poltekkes
Kemenkes Aceh, Lampeneurut, Aceh Besar
Email: [email protected]
ABSTRAK
Rimpang kunyit (Curcuma longa Linn) mengandung senyawa alkaloid, flavonoid,
kurkumin, minyak atsiri, saponin, tanin dan terpenoid. Kurkumin dan minyak atsiri
telah terbukti bersifat antioksidatif dan antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh formula sediaan salep ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma longa
Linn) yang baik dengan variasi dasar salep. Jenis penelitian ini ialah eksperimen
laboratorium. Dasar salep yang digunakan yaitu dasar salep hidrokarbon dan dasar
salep serap. Penyarian ekstrak rimpang kunyit dilakukan dengan cara maserasi
menggunakan pelarut etanol 96%. Salep ekstrak etanol rimpang kunyit dibuat
sebanyak 4 sediaan dengan 2 basis salep yang berbeda. Masing-masing basis dibuat
dengan konsentrasi 4% dan 8%. Pembuatan sediaan salep menggunakan metode
peleburan. Evaluasi sediaan salep dilakukan uji organoleptik, homogenitas, pH,
daya sebar, daya lekat, uji iritasi dan peninggalan bekas warna terhadap kulit
sukarelawan. Hasil pengujian semua sediaan salep basis hidrokarbon dan basis
serap dengan konsentrasi 4% dan 8% memenuhi parameter kualitas uji organoleptis,
homogenitas, daya lekat dan uji pH. Untuk pengujian daya sebar salep basis
hidrokarbon konsentrasi 4% dan 8% memenuhi parameter daya sebar, sedangkan
basis salep serap hanya konsentrasi 4% yang memenuhi parameter uji daya sebar.
Semua sediaan salep ekstrak etanol rimpang kunyit tidak mengiritasi dan juga tidak
meninggalkan bekas warna terhadap kulit sukarelawan.
Kata kunci : Ekstrak etanol rimpang kunyit, Salep, Dasar salep
ABSTRACT
Turmeric (Curcuma longa Linn) contain alkaloids, flavonoids, curcumin, essential
oils, saponins, tannins and terpenoids. Curcumin and essential oils have been proven
to be antioxidative and anti-inflammatory. This study aims to obtain an ointment
preparation formula ethanol extract turmeric (Curcuma longa Linn) were good with
a variety ointment base. This type of research is a laboratory experiment. Ointment
base used is a hydrocarbon ointment base and absorptive ointment base. Essence of
turmeric rhizome extract is done by maceration method using ethanol 96%. Ethanol
extract of turmeric ointment made as many as 4 stocks with 2 different ointment base.
Each base is made with a concentration of 4% and 8%. Preparation of ointments
using fusion method. Evaluation of ointment preparations conducted organoleptic
tests, homogeneity, pH, dispersive power, adhesion, irritation test and relics of the
former color on the skin of volunteers. The test results of all the stocks ointment
bases and base hydrocarbon absorbent with a concentration of 4% and 8% meet the
quality parameters organolepis test, homogeneity, adhesion and test the pH. For
16
Salep Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit… (Amelia Sari, Amy Maulidya)
SEL Vol. 3Formulasi
No. 1 JuliSediaan
2016: 16-23
testing of the spread ointment base hydrocarbon concentration of 4% and 8% meet
the parameters of the spread, while the absorptive ointment base concentration is
only 4%, which meets the test parameters of the spread. All preparations ointment
ethanol extract of turmeric does not irritate and does not leave marks on the skin
color of volunteers.
Keywords
: Ethanol extract ofturmeric, ointments, ointments basics
PENDAHULUAN
Ilmu pengobatan tradisional telah
berkembang sejak ribuan tahun lalu.
pengalaman dan pengetahuan yang
dikumpulkan sampai saat ini penting
bagi
kesehatan
masyarakat.
Pengobatan tradisional merupakan
salah satu warisan budaya bangsa,
yang sangat berharga dan patut
disarankan
kembali
kepada
1
masyarakat. Pengobatan tradisional
ini umumnya berasal dari berbagai
macam tumbuhan. Tumbuhan yang
digunakan sebagai obat tradisional
memiliki
keunggulan,
yakni
mempunyai aktivitas biologi karena
mengandung berbagai senyawa yang
dapat mempengaruhi sel-sel hidup dari
suatu organ.2
Salah satu jenis tanaman yang
telah lama digunakan sebagai obat
tradisional adalah kunyit atau kunyet
(Curcuma longa Linn). Selain
digunakan sebagai pewarna makanan
dan minuman serta bumbu dapur,
rimpang kunyit digunakan secara
tradisional untuk menambah nafsu
makan,
peluruh
batu
empedu,
antiradang, antidiare, obat masuk
angin, dapat mengobati gatal, luka dan
sesak nafas.3
Kunyit (Curcuma longa Linn)
mengandung
senyawa
alkaloid,
flavonoid, kurkumin, minyak atsiri,
saponin,
tanin dan terpenoid.4
Kurkumin dan minyak atsiri telah
terbukti bersifat antioksidatif dan
antiinflamasi. Selain itu kurkuminoid
juga memiliki kandungan yang
berfungsi
sebagai
antibakteri,
antikejang,
analgetik,
antidiare,
5,6,7
antipiretik dan antitumor.
Khasiat
kunyit
sebagai
antiinflamasi
dibuktikan
pada
penelitian
sebelumnya
bahwa
perbedaan air perasan rimpang kunyit
dengan konsentrasi 50% dan 75%
berpengaruh nyata (p< 0,05) terhadap
gambaran mikroskopis inflamasi luka
sayat pada kulit mencit (Mus musculus
L).8Penelitian lain juga menambahkan
sediaan topikal ekstrak etanol rimpang
kunyit konsentrasi 4% memberikan
efek antiinflamasi paling kuat yang
diketahui dari persen peradangan yang
lebih kecil.9
Berdasarkan
aktivitas
antiinflamasi yang dimiliki rimpang
kunyit, maka perlu dikembangkan
menjadi suatu sediaan farmasi untuk
meningkatkan penggunaannya. Salah
satu sediaan farmasi yang mudah
dalam penggunaannya adalah salep.
Sediaan
salep
dipilih
karena
merupakan sediaan farmasi yang
paling cocok untuk tujuan pengobatan
pada kulit karena kontak antara obat
dengan kulit lebih lama.10 Salep
merupakan sediaan setengah padat
yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus
larut atau terdispersi homongen dalam
dasar salep yang cocok.
Pemilihan dasar salep merupakan
salah satu hal yang harus diperhatikan
dalam pembuatan salep. Dasar salep
yang akan digunakan yaitu dasar salep
hidrokarbon dan dasar salep serap.
Dasar salep hidrokarbon dikenal
sebagai dasar salep berlemak yang
dimaksudkan untuk memperpanjang
17
SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 16-23
kontak bahan obat dengan kulit dan
bertindak sebagai pembalut penutup.
Dasar salep hidrokarbon digunakan
terutama sebagai emolien, tidak
mengering, dan tidak tampak berubah
dalam waktu yang lama. Dasar salep
serap juga bermanfaat sebagai
emolien.11 Pemilihan kedua dasar
salep tersebut karena merupakan dasar
salep yang tidak mengandung air
karena bahan aktif yang akan
dicampurkan mengandung kurkumin
dan minyak atsiri yang kurang larut
dalam air.12
Berdasarkan uraian di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai formulasi sediaan
salep ekstrak etanol kunyit (Curcuma
longa Linn) dengan dasar salep
hidrokarbon dan dasar salep serap
menggunakan konsentrasi 4% dan 8%.
Kemudian untuk uji evaluasi sediaan
dilakukan
uji
organoleptik,
homogenitas, pH, daya sebar, daya
lekat, uji iritasi dan uji peninggalan
bekas warna
terhadap kulit
sukarelawan.
BAHAN DAN CARA
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk
membuat
salep ekstrak rimpang
kunyit
adalah
vacum
rotary
evaporator, bejana maserasi, blender,
pengaduk kayu, batang pengaduk,
cawan porselen, mortir dan stamper,
penangas air, timbangan digital,
beaker glass, gelas ukur, sudip,
spatula, serbet, kain flanel dan wadah
(pot salep), kaca objek, kaca arloji,
gelas ukur, batang pengaduk, stik pH
universal dan anak timbangan.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah serbuk rimpang
kunyit, etanol 96%, vaselin album,
adeps lanae, alkohol steril dan cera
alba.
18
b.
Prosedur penelitian
Formula standar salep menurut
Formularium Nasional:13
a. Dasar salep Hidrokarbon
R/ Malam putih
50
Vaselin putih
950
m.f. unguentum
1000
b.
Dasar Salep Serap
R/ Vaselin putih
860
Adeps lanae
30
Stearil alkohol
30
Malam putih
80
m.f. unguentum
1000
Salep ekstrak rimpang kunyit
yang dibuat dalam penelitian ini
memiliki dua konsentrasi yaitu 4% dan
8% sebanyak 35 g dengan bobot
dilebihkan 20%, dengan menggunakan
2 basis salep yaitu basis hidrokarbon
dan basis serap.
Pembuatan Ekstrak Rimpang Kunyit
Ditimbang serbuk rimpang kunyit
sebanyak 100 gram, di maserasi
dengan pelarut etanol sebanyak 750
mL selama lima hari. Disaring cairan
menggunakan
kain
flanel
dan
ditambahkan etanol 96% secukupnya
melalui ampas sampai diperoleh
volume 1000 mL. Ekstrak yang
diperoleh dari maserasi rimpang
kunyit lalu di pekatkan dengan vacum
rotary evaporator pada suhu 400C –
500C sampai diperoleh ekstrak yang
kental.
Pembuatan Salep
a. Dasar Salep Hidrokarbon
Proses pembuatan salep diawali
dengan menimbang semua bahan yang
diperlukan
sesuai
perhitungan.
Dimasukkan cera alba dan vaselin
album ke dalam cawan porselen yang
telah dilapisi kain kasa, lalu
dileburkan diatas penangas air. Setelah
meleleh, hasil leburan diserkai dan
dimasukkan dalam lumpang. Digerus
hingga
homogen
dan
dingin.
Ditambahkan ekstrak etanol rimpang
Formulasi
Sediaan
Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit… (Amelia Sari, Amy Maulidya)
SEL Vol.
3 No. 1 Juli
2016:Salep
16-23
kunyit sedikit demi sedikit sambil
digerus hingga homogen dan menjadi
massa setengah padat. Keluarkan
massa (salep) dari lumpang, lalu
ditimbang sebanyak 35 g dan
dimasukkan kedalam wadah (pot
plastik).
b. Dasar Salep Serap
Proses pembuatan salep diawali
dengan menimbang semua bahan yang
diperlukan
sesuai
perhitungan.
Dimasukkan cera alba, vaselin album,
stearil alkohol dan adeps lanae ke
dalam cawan porselen yang telah
dilapisi kain kasa, lalu dileburkan
diatas penangas air. Setelah meleleh,
hasil leburan diserkai dan dimasukkan
ke dalam lumpang. Gerus hingga
homogen dan dingin. Ditambahkan
ekstrak etanol rimpang kunyit sedikit
demi sedikit sambil digerus hingga
homogen dan menjadi massa setengah
padat. Keluarkan massa (salep) dari
lumpang, lalu ditimbang sebanyak 35
g dan dimasukkan kedalam wadah (pot
plastik).
UJI EVALUASI
Sediaan salep yang sudah
diformulasi selanjutnya dilakukan
evaluasi sediaan selama 14 hari yang
dilakukan pada hari-hari ganjil. Ada 6
uji evaluasi yang akan dilakukan,
yaitu:
a. Uji organoleptis
Pengujian organoleptik dilakukan
dengan mengamati sediaan salep
dari bentuk, bau
dan warna
14
sediaan. Menurut Depkes RI15,
spesifikasi salep yang harus
dipenuhi adalah memilih bentuk
setengah padat, warna harus
sesuai dengan spesifikasi pada
saat pembuatan awal salep dan
baunya tidak tengik.
b. Uji homogenitas
Uji
homogenitas
sediaan
dilakukan dengan cara salep
dioleskan pada sekeping kaca atau
c.
d.
e.
bahan transparan lain yang cocok
harus menunjukkan susunan yang
homogen. Salep yang homogen
ditandai dengan tidak terdapatnya
gumpalan pada hasil pengolesan,
struktur yang rata dan memiliki
warna yang seragam dari titik
awal pengolesan sampai titik
akhir pengolesan. Salep yang di
uji diambil tiga tempat yaitu
bagian atas, tengah dan bawah
dari wadah salep.15
Uji daya sebar
Pengujian daya sebar dilakukan
dengan cara meletakkan 0,5 g
salep di antara dua lempeng objek
transparan yang diberi beban 100
g. Pengukuran diameter daya
sebar dilakukan setelah salep
tidak menyebar kembali atau lebih
kurang 1 menit setelah pemberian
beban. Diameter daya sebar salep
yang baik antara 5-7 cm.16
Uji pH salep
Pengukuran
nilai
pH
menggunakan alat bantu stik pH
universal yang dicelupkan ke
dalam 0,5 g salep yang telah
diencerkan
dengan
5
mL
aquadest. Nilai pH salep yang
baik adalah 4,5-6,5 atau sesuai
dengan nilai pH kulit manusia.17
Uji Daya Lekat
Uji daya lekat dilakukan dengan
cara meletakkan salep secukupnya
di antara kedua kaca objek.
Kemudian diberi beban 1 kg
selama 5 menit. Kedua objek
tersebut
dipisahkan
dengan
menarik kaca objek yang di atas
dengan beban seberat 80 g
melewati
sebuah
kontrol,
sedangkan kaca objek yang di
bawah ditahan dengan beban.
Lamanya waktu yang diperlukan
untuk memisahkan kedua objek
tersebut dicatat sebagai waktu
lekat.18 Syarat salep yang baik
apabila semakin lama waktu yang
19
SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 16-23
f.
g.
diperlukan hingga kedua objek
glass terlepas, maka semakin baik
daya lekat salep tersebut. Semakin
lama salep melekat pada kulit,
maka efek yang ditimbulkan juga
semakin besar.19
Uji
iritasi
terhadap
kulit
sukarelawan
Uji
iritasi
terhadap
kulit
sukarelawan dilakukan dengan uji
tempel terbuka (open test). Uji
tempel terbuka dilakukan dengan
mengoleskan sediaan pada lengan
bawah,
kemudian
dibiarkan
terbuka selama 5 menit dan
diamati reaksi yang terjadi.17
Reaksi iritasi positif ditandai oleh
adanya kemerahan, gatal-gatal,
atau bengkakpada kulit lengan
bawah yang diberi perlakuan.20
Uji peninggalan bekas warna
salep pada kulit sukarelawan
Uji peninggalan bekas warna
salep pada kulit sukarelawan
dilakukan dengan mengoleskan
sediaan pada lengan bawah,
kemudian dibiarkan terbuka dan
diamati. Uji ini dilakukan untuk
melihat peninggalan bekas warna
salep di kulit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Simplisia yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rimpang kunyit
(Curcuma longa Linn) yang diambil
dari perkebunan Dusun Cot Kala
Bayeun, Aceh Timur. Rimpang kunyit
dikumpulkan sebanyak 1,5 kg, lalu
dicuci bersih kemudian dipotong
dengan ketebalan 1-3 mm dan
dikeringkan. Setelah kering hasil
simplisia rimpang kunyit yang
dihasilkan adalah 180 g. Kemudian
simplisia dihaluskan dengan blender
hingga menjadi serbuk sebanyak 150
g.
Pembuatan formulasi sediaan
salep dengan bahan aktif ekstrak
etanol rimpang kunyit (Curcuma
20
longa Linn) pada penelitian ini
menggunakan dua basis salep yang
berbeda dengan konsentrasi 4% dan
8%.Kedua basis salep masing-masing
dibuat menjadi 2 konsentrasi yaitu 4%
dan 8% sebanyak 35 gram.
Sediaan yang telah dibuat harus
memiliki stabilitas fisik yang baik
selama waktu penyimpanan. Stabilitas
fisik sediaan salep dapat diketahui
dengan melakukan evaluasi fisik
terhadap sediaan salep yang telah
dibuat. Evaluasi sediaan salep yang
dilakukan yaitu uji organoleptis, uji
homogenitas, uji nilai pH, uji daya
sebar, uji daya lekat, uji iritasi dan uji
peninggalan bekas warna.
Uji stabilitas fisik yang pertama
dilakukan adalah uji organoleptis yang
meliputi bentuk, warna dan bau dari
sediaan salep yang telah dibuat.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan
selama 14 hari menunjukkan bahwa
sediaan salep dengan basis serap
memiliki bentuk lebih setengah padat
dibandingkan dengan salep dengan
basis hidrokarbon. Hasil pengamatan
organoleptis bau dari semua sediaan
salep berbau khas ekstrak rimpang
kunyit. Namun bau yang dihasilkan
memiliki tingkat bau yang berbeda di
antara kedua formula salep dengan
konsentrasi 4% dan konsentrasi 8%
selama waktu penyimpanan. Salep
dengan
konsentrasi
8%
lebih
mempunyai bau yang kuat bila
dibandingkan
dengan
salep
konsentrasi 4%. Hal ini disebabkan
karena salep dengan konsentrasi 8%
mengandung lebih banyak ekstrak
rimpang kunyit dibandingkan dengan
salep
dengan
konsentrasi
4%.
Sementara
warna
salep
yang
dihasilkan memilki warna yang sedikit
berbeda antara salep konsentrasi 4%
dan 8%. Salep basis hidrokarbon dan
serap dengan konsentrasi 4% memiliki
warna orange muda sedangkan salep
dengan konsentrasi 8% memiliki
Sediaan
SEL Vol.Formulasi
3 No. 1 Juli
2016:Salep
16-23Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit… (Amelia Sari, Amy Maulidya)
warna orange tua. Hal ini juga
disebabkan karena salep basis
hidrokarbon dan serap dengan
konsentrasi 8% mengandung ekstak
rimpang kunyit lebih banyak, sehingga
warna yang dihasilkan juga berbeda.
Uji stabilitas fisik yang kedua
adalah uji homogenitas. Pengujian
homogenitas bertujuan untuk melihat
apakah salep yang dibuat homogen
atau tercampur merata antara zat aktif
dengan basis salep. Berdasarkan uji
homogenitas yang telah dilakukan
sebanyak 7 kali selama 2 minggu
menunjukkan bahwa semua sediaan
salep baik salep dengan basis
hidrokarbon dan basis serap homogen.
Hal ini ditunjukkan dengan tidak
adanya
butiran
kasar
ataupun
gumpalan dari hasil pengolesan salep
pada kaca objek. Salep yang homogen
ditandai dengan tidak terdapatnya
gumpalan pada hasil pengolesan,
struktur yang rata dan memiliki warna
yang seragam dari titik awal
pengolesan sampai titik akhir.
Uji stabilitas fisik yang ketiga
adalah uji pH. Uji pH dilakukan untuk
mengetahui tingkat keasam atau
kebasaan dari sediaan salep yang
dihasilkan. Sediaan salep yang baik
digunakan pada kulit adalah salep
yang memiliki nilai pH yang sesuai
dengan nilai pH kulit yaitu 4,5 – 6,5
agar tidak mengiritasi kulit dan
nyaman digunakan.17 Sediaan salep
yang memilki pH terlalu asam dapat
mengiritasi kulit, sedangkan pH yang
terlalu basa membuat kulit bersisik.
Berdasarkan hasil pengujian nilai pH
dengan bantuan stick pH universal,
semua sediaan salep memilki nilai pH
6.
Uji stabilitas fisik yang keempat
adalah uji daya sebar. Uji daya sebar
dilakukan untuk melihat
daya
penyebaran salep. pengujian daya
sebar dilakukan dengan memberikan
beban pada salep dan diukur
penyebarannya. Sediaan salep yang
nyaman digunakan adalah sediaan
salep yang memiliki daya sebar 5 s/d 7
cm.16 Berdasarkan hasil uji daya sebar
yang telah dilakukan sebanyak 7 kali
selama 2 minggu menunjukkan bahwa
semua sediaan yang dihasilkan
memilki daya sebar yang semakin
menurun. Pada salep dengan basis
hidokarbon hasil uji daya sebar
berkisar antara 6,0 cm s/d 5,0 cm,
sedangkan pada salep dengan basis
serap hasil uji daya sebar berkisar
antara 5,9 cm s/d 4,8 cm. Hal ini
menunjukkan bahwa salep dengan
basis
hidrokarbon
memenuhi
parameter
daya sebar,
dimana
diameter daya sebar yang baik antara
5-7 cm. sedangkan untuk salep dengan
basis salep absorbsi belum memenuhi
parameter daya sebar karena pada
akhir
evaluasi
diameter
yang
dihasilkan 4,8 cm yaitu tidak masuk
dalam range 5-7 cm. Faktor yang
mempengaruhi besarnya daya sebar
salep basis hidrokarbon dibandingkan
basis serap karena sediaan salep basis
serap mempunyai bentuk sediaan lebih
setengah padat atau lebih keras
dibandingkan salep basis hidrokarbon
yang mempunyai bentuk setengah
padat atau lebih lembek. Pada salep
dengan basis hidrokarbon lebih
lembek karena penggunaan jumlah
vaselin putih yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan salep basis
serap.
Uji stabilitas fisik yang kelima
adalah uji daya lekat. Uji daya lekat
bertujuan untuk melihat waktu daya
lekat salep. Berdasarkan uji daya lekat
yang telah digunakan menunjukkan
bahwa salep dengan basis serap
mempunyai waktu lekat yang lebih
lama dibandingkan salep dengan basis
hidrokarbon. Hal ini berhubungan
dengan konsistensi bentuk sediaan
salep, salep basis serap memiliki
waktu lekat yang lebih lama karena
21
SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 16-23
konsistensi salep yang lebih keras.
Selama waktu penyimpanan 2 minggu
semua sediaan salep baik salep basis
hidrokarbon dan serap mengalami
peningkatan waktu daya lekat.
Peningkatan daya lekat tersebut
disebabkan perubahan konsistensi
salep yang sedikit lebih mengeras pada
waktu penyimpanan.
Uji stabilitas fisik yang keenam
adalah uji iritasi terhadap kulit
sukarelawan. Uji iritasi terhadap kulit
sukarelawan dilakukan dengan cara uji
tempel terbuka (open pacth test). Uji
tempel terbuka dilakukan dengan
mengoleskan sediaan pada lengan
bawah bagian dalam yang dibuat pada
lokasi lekatan dengan luas tertentu,
kemudian dibiarkan terbuka selama 5
menit
dan diamati reaksi yang
terjadi.17 Reaksi iritasi positif ditandai
oleh adanya kemerahan, gatal-gatal
atau bengkak pada kulit yang diberi
perlakuan.20 Hasil uji iritasi yang
dilakukan
terhadap
5
orang
sukarelawan untuk tiap-tiap sediaan
menunjukkan semua sediaan salep
tidak memberikan efek iritasi. Hal ini
ditunjukkan dengan tidak adanya
kemerahan, gatal-gatal atau bengkak
pada kulit sukarelawan yang diberi
perlakuan.
Uji sediaan salep yang terakhir
adalah uji peninggalan bekas warna
terhadap kulit sukarelawan. Uji
peninggalan bekas warna salep
bertujuan untuk melihat peninggalan
warna salep dikulit pada saat
pemakaian salep. Hal ini dikarenakan
simplisia yang digunakan adalah
rimpang kunyit yang telah dikenal
sebagai pewarna alami ,dan juga
sering meninggalkan bekas warna
pada saat pemakaian, maka perlu
dilakukan uji peninggalan bekas warna
agar nyaman dan aman dipakai oleh
masyarakat. Uji peninggalan bekas
warna
dilakukan
dengan
cara
mengoleskan sediaan salep dikulit
22
sukarelawan dan dibiarkan terbuka
selama 5 menit kemudian diamati.
Hasil uji peninggalan bekas warna
salep yang dilakukan menunjukkan
bahwa semua sediaan salep baik basis
hidrokarbon dan serap dengan
konsentrasi 4% dan 8% tidak
meninggalkan bekas warna di kulit
sehingga nyaman dipakai oleh
masyarakat.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Semua sediaan salep basis
hidrokarbon dan basis serap dengan
konsentrasi 4% dan 8% memenuhi
parameter kualitas uji organolepis,
homogenitas, daya lekat dan uji
pH.Sediaan salep basis hidrokarbon
dengan konsentrasi 4% dan 8%
memenuhi
parameter
daya
sebar.Sediaan salep basis serap pada
konsentrasi 4% memenuhi parameter
daya sebar, sedangkan salep basis
serap konsentrasi 8% tidak memenuhi
parameter daya sebar.Dasar salep yang
lebih baik digunakan berdasarkan hasil
uji stabilitas fisik sediaan yaitu dasar
salep basis hidrokarbon konsentrasi
8%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-qiyanji
A,Muhammad
F,Kembali Ke Alam: Khasiat Dan
Manfaat Tanaman Berkhasiat
Obat,Jakarta, Tim Pustaka Lugu
Alami, 2010.
2. SetiawanD,Ramuan Tradisional
Untuk
Pengobatan
Hepatitis,Jakarta,
Penebar
Swadaya, 2001.
3. Winarto
WP,Khasiat
Dan
Manfaat
Kunyit,
Jakarta,
Agromedia Pustaka, 2003.
4. Rajesh H. et al., Phytochemical
Analysis Of Methanolic Extract
Of
Curcuma
Longa
Linn
Rhizome,International Journal Of
SEL Vol.
3 No. 1 Juli
2016:Salep
16-23Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit… (Amelia Sari, Amy Maulidya)
Formulasi
Sediaan
Universal Pharmacy And Bio
Sciences,2013, ISSN 2319-8141,
5. Wijayakusuma
H,Ramuan
Lengkap
Herbal
Taklukkan
Penyakit, Cet I, Jakarta, Pustaka
Bunda, 2008.
6. Hariana, A,Tumbuhan Obat Dan
Khasiatnya Seri 2. Cet 7, Jakarta,
Penebar Swadaya, 2009.
7. AraujoCAC, Leon LL,Biological
Activities of Curcuma longa L.
Mem Inst Oswaldo Cruz,Rio de
Janeiro, 2001, 96(5) : 723-28.
8. Pratiwi A, Pengaruh Pemberian
Air Perasan Kunyit (Curcuma
Longa Linn) Terhadap gambaran
Mikroskopis Inflamasi Luka Sayat
Pada Kulit Mencit (Mus musculus
L).Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh, 2013.
9. KesumaTW,
Uji
Efek
Antiinflamasi Sediaan Topikal
Ekstrak Etanol Dan Etil Asetat
Rimpang
Tumbuhan
Kunyit
(Curcuma
domestica
Val)
Terhadap Mencit.Tesis. Fakultas
Farmasi Universitas Sumatra
Utara, Medan, 2009.
10. Anief
M,Farmasetika,
Yogyakarta,
Gajah
Mada
University Press, 2005.
11. Depkes RI, Farmakope Indonesia
Edisi IV, Jakarta, Departemen
Kesehatan RI, 1995.
12. Andarwulan N,Fitri F,Pewarna
Alami
untuk
Pangan,Bogor,
SEAFAST Center, 2012.
13. Depkes RI,Formularium Nasional
Edisi II, Jakarta, Departemen
Kesehatan RI, 1978.
14. Anief M, Ilmu Meracik Obat,
Gajah
Mada
University
Press,Yogyakarta, 2008.
15. Depkes RI,Farmakope Indonesia
Edisi III,Jakarta, Departemen
Kesehatan RI, 1979.
16. GragA. et al., Spreanding Of
Semisolid
Formulation:
An
Update,
Pharmaceutical
Technology, 2001, 2002: 84-102.
17. Tranggono RI, Latifah F,Buku
Pegagan Ilmu Kosmetika, Jakarta,
PT Gramedia, 2007.
18. Miranti L,Pengaruh Konsentrasi
Minyak Atsiri Kencur (Kampferia
Galanga) dengan Basis Salep
Larut Air Terhadap Sifat Fisik
Salep Dan Daya Hambat Bakteri
Staphylococus Aureus Secara In
Vitro.Skripsi. Fakultas Farmasi
Universitas
Muhammadiyah,
Surakarta, 2009.
19. Voigt R,Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi. Edisi ke-5, Yogyakarta,
UGM- Press, 1995.
20. Ditjen
POM,Formularium
Kosmetika Indonesia, Jakarta,
Departemen Kesehatan RI, 1985.
23
Download