MANFAAT BERKUMUR SARI BUAH DELIMA MERAH (Punica

advertisement
MANFAAT BERKUMUR SARI BUAH DELIMA
MERAH (Punica granatum) TERHADAP PENURUNAN
AKUMULASI PLAK GIGI
ADE INDAH PRATIWI
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.027
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2014
i
MANFAAT BERKUMUR SARI BUAH DELIMA MERAH
(Punica granatum) TERHADAP PENURUNAN AKUMULASI PLAK GIGI
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh :
Ade Indah Pratiwi
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.027
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Drg. Yanuaris Widagdo, M.Kes
NPK. 826 085 137
Pembimbing II
Drg. Ni Nyoman Gemini Sari, M.Biomed
NPK. 828 010 310
ii
Tim penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara
pembuatan skripsi dengan judul : ―MANFAAT BERKUMUR SARI BUAH
DELIMA MERAH (Punica granatum) TERHADAP PENURUNAN
AKUMULASI PLAK GIGI‖ yang telah dipertanggung jawabkan oleh calon
sarjana yang bersangkutan pada tanggal 14 Februari 2014.
Atas nama Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan.
Denpasar, 14 Februari 2014
Tim Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Ketua,
Yanuaris Widagdo, drg., M.Kes
NPK : 826 085 137
Anggota :
Tanda Tangan
1. Ni Nyoman Gemini Sari, drg., M. Biomed
NPK : 828 010 310
1. …………...
2. I.G.N Putra Dermawan, drg., Sp.PM
NPK : 826 394 199
2. …………..
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Putu Ayu Mahendri Kusumawati, drg., M.Kes, FISID
NIP. 19590512 198903 2 001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa /
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ―MANFAAT BERKUMUR SARI BUAH
DELIMA
MERAH
(Punica
granatum)
TERHADAP
PENURUNAN
AKUMULASI PLAK GIGI‖ tepat pada waktunya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan bagi mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar untuk memenuhi Satuan
Kredit Semester (SKS) dalam rangka mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi
(SKG).
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Alm. I Gede Rai Muliarta dan Ni Ketut Sarinanti selaku orang tua dan
kakak saya Putu Novita Lestari Amd,Keb. serta seluruh keluarga besar
atas doa dan dukungannya.
2. Yth. drg. Yanuaris Widagdo, M.Kes. selaku pembimbing I dan drg. Ni
Nyoman Gemini Sari, M.Biomed. selaku pembimbing II atas segala upaya
dan bantuan beliau dalam mengarahkan, membimbing dan memberi
petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
3. Yth. Para penguji : drg. Yanuaris Widagdo, M.Kes., drg. Ni Nyoman
Gemini Sari, M.Biomed., dan drg. I.G.N. Putra Dermawan, Sp.PM yang
telah memberikan masukan kritik dan saran.
iv
4. Sampel penelitian atas seluruh kerjasama nya.
5. Adinda, Karima, Dwita, Ophie, Suari, Risca PY, Nanda, Chyntia, Krisna
PA, Dewi, Widinanjaya, Gung Surya, Gus Adi dan semua teman-teman
CRANTER 2010 yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, atas bantuan
dan motivasinya selama penyusunan skripsi ini hingga selesai.
6. Desi Utami, Riswandinatha, Rizka, Vindia, Deva Aditya, yang selalu
memberikan motivasi dan bantuan selama penulis menjalani perkuliahan
dan menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh
civitas
akademik
Fakultas
Kedokteran
Gigi
Universitas
Mahasaraswati Denpasar, staf, dosen dan karyawan yang telah banyak
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan laporan skripsi ini.
Penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, umumnya bagi masyarakat dan
pemerhati bidang pelayanan kesehatan.
Denpasar, Februari 2014
Penulis
v
MANFAAT BERKUMUR SARI BUAH DELIMA MERAH
(Punica granatum) TERHADAP PENURUNAN AKUMULASI PLAK GIGI
Abstrak
Streptococcus mutans, Lactobacillus spp. dan Candida albicans adalah
mikroorganisme dominan yang ditemukan pada plak gigi, bersifat acidogenic dan
acidophilic sehingga memiliki kemampuan mengkonversi karbohidrat menjadi
asam. Pengendalian plak adalah upaya membuang dan mencegah penumpukan
plak pada permukaan gigi yang dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi.
Ekstrak buah delima dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan
Staphylococcus aureus pada pembentukan biofilm secara in vitro. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat berkumur sari buah delima merah
dalam menurunkan akumulasi plak gigi. Metode analisis yang digunakan adalah
Paired Sample T-Test untuk analisis perbandingan pre test dan post test pada
masing-masing kelompok dan uji Independent Sample T-Test untuk analisis
perbandingan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan jumlah sampel
sebanyak 40 orang. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai p < 0.05 artinya penurunan
indeks plak terjadi secara signifikan pada kelompok kontrol dan perlakuan. Uji
Independent Sample T-Test didapatkan bahwa nilai p < 0.05 sehingga ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol yang berkumur air putih
dengan kelompok perlakuan yang berkumur dengan sari buah delima merah
(Punica granatum). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berkumur sari
buah delima merah bermanfaat dalam menurunkan akumulasi plak gigi.
Kata kunci : Sari buah delima merah (Punica granatum), akumulasi plak
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI DAN PENGESAHAN ..................
iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ..............................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
5
A. Plak Gigi ....................................................................................
5
1. Pengertian Plak ...................................................................
5
2. Komposisi Plak ....................................................................
8
3. Proses Terbentuknya Plak ...................................................
11
4. Pengendalian Plak ................................................................
16
5. Indeks Plak ..........................................................................
19
vii
viii
B. Delima Merah (Punica granatum) .............................................
26
1. Deskripsi Delima Merah (Punica granatum) .......................
26
2. Klasifikasi Ilmiah Buah Delima Merah (Punica granatum)
27
3. Kandungan Buah Delima (Punica granatum) ......................
28
4. Manfaat Buah Delima merah (Punica granatum) ................
31
BAB III METODE PENELITIAN
.............................................................
32
A. Rancangan Penelitian ................................................................
32
B. Identifikasi Variabel ..................................................................
32
C. Definisi Operasional ..................................................................
32
D. Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................
33
E. Subyek Penelitian ......................................................................
33
F. Instrumen Penelitian ..................................................................
33
G. Alat dan Bahan ..........................................................................
35
H. Jalannya Penelitian ....................................................................
36
I. Analisis Data ..............................................................................
36
BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................
38
A. Karakteristik Responden ...........................................................
38
B. Analisis Data Statistik ................................................................
38
1. Uji Normalitas dan Homogenitas Data .................................
38
2. Analisis Efek Berkumur Sari Buah Delima Merah terhadap
Penurunan Akumulasi Plak Gigi ..........................................
39
3. Analisis Penurunan Akumulasi Plak Gigi Antar Kelompok
40
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................
41
ix
BAB VI PENUTUP ........................................................................................
45
A. Kesimpulan ....................................................................................
45
B. Saran ...............................................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
46
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM
Halaman
Tabel 2.1 Cara pemberian skor untuk indeks plak ........................................
21
Tabel 2.2. Presentase permukaan gigi yang terkena plak dengan skor PFRI .
23
Tabel 4.1 Karakteristik sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin ...........
38
Tabel 4.2 Rerata skor akumulasi plak gigi sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan ......................................................................................
39
Tabel 4.3 Independent sampel T-test ............................................................
40
Diagram 4.1 Penurunan skor akumulasi plak gigi masing-masing kelompok .
39
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Rumus menghitung indeks plak untuk satu gigi (dikutip dari
Lӧe & Silness 1964 cit. Pintauli dan Hamada 2010) .................
22
Gambar 2.2 Rumus menghitung indeks plak untuk keseluruhan gigi
(dikutip dari Lӧe & Silness 1964 cit. Pintauli dan Hamada
2010) ..........................................................................................
22
Gambar 2.3 Rumus menghitung indeks plak PFR .........................................
23
Gambar 2.4. Indeks plak oleh Turesky-Gilmore-Glickman Modification of
The Quigley-Hein. Skor 0 = tidak ada plak, skor 1 = bercak
plak pada cervical margin gigi, skor 2 = selapis tipis plak pada
cervical margin gigi (1 mm), skor 3 = lapisan plak lebih dari 1
mm namun tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi, skor 4 =
lapisan plak lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih
dari 2/3 permukaan gigi, dan skor 5 = lapisan plak pada 2/3
atau lebih permukaan gigi (dikutip dari Carranza 1990 cit.
Dewi dkk. 2011).........................................................................
24
Gambar 2.5 Lima subdivisi permukaan gigi dalam Indeks PHP ...................
25
Gambar 2.6 Tumbuhan delima ......................................................................
26
Gambar 2.7 Buah delima merah (Punica granatum) .....................................
29
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut tidak hanya terkait dengan persoalan estetika,
tetapi juga dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius apabila seseorang
mengabaikan kebersihan rongga mulutnya. Karies gigi dan penyakit periodontal
adalah contoh penyakit terbanyak yang pada dasarnya disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme patogen di dalam rongga mulut (Hebbal et al. 2012).
Sekumpulan mikroorganisme tersebut membentuk komunitas yang kompleks dan
berkembang dalam suatu matriks intraseluler yang dikenal dengan plak gigi. Plak
berupa lapisan tipis, tidak berwarna dan lunak yang terdiri lebih dari 700 jenis
bakteri dan melekat erat pada permukaan gigi (Seneviratne et al. 2011).
Streptococcus mutans, Lactobacillus spp. dan Candida albicans adalah
mikroorganisme dominan yang ditemukan pada plak gigi, memiliki sifat
acidogenic dan acidophilic sehingga memiliki kemampuan mengkonversi
karbohidrat menjadi asam dan dapat menurunkan pH lingkungan rongga mulut
(Thaweboon et al. 2011). Plak di permukaan gigi dapat dipakai sebagai salah satu
indikator kebersihan mulut. Pembersihan yang kurang baik dapat menyebabkan
plak semakin melekat dan menjadi karang gigi setelah mengalami kalsifikasi
(Hamsar 2006).
Dalam jumlah sedikit plak tidak dapat terlihat kecuali apabila telah
diwarnai dengan disclosing solution atau telah mengalami diskolorasi oleh
pigmen-pigmen yang berada dalam rongga mulut. Apabila plak telah menumpuk,
1
2
akan terlihat berwarna abu-abu, kekuningan dan kuning. Plak biasanya terbentuk
pada sepertiga permukaan gingival dan pada permukaan gigi yang cacat dan kasar
(Putri, Herijulianti dan Nurjannah 2011).
Pengendalian plak adalah upaya membuang dan mencegah penumpukan
plak pada permukaan gigi. Upaya tersebut dapat dilakukan secara mekanis
maupun kimiawi. Menyikat gigi, menggunakan tounge scraper (pembersih lidah)
dan dental floss merupakan cara mekanis yang efektif dalam mengendalikan plak,
mencegah dan mengendalikan gingivitis apabila dilakukan menyeluruh dan teratur
(Putti 2008). Sedangkan secara kimiawi, dapat dilakukan dengan menggunakan
obat kumur yang merupakan perawatan non invasif tambahan bagi seseorang
setelah menyikat gigi. Hal ini dianggap mampu menghilangkan sisa-sisa makanan
dan bakteri yang tertinggal di dalam rongga mulut (Ramadhan 2010).
Menurut Enda (2012), beberapa substansi kimia dalam obat kumur
memiliki sifat antiseptik atau antibakteri yang berguna untuk menghambat
pembentukan plak dan pencegahan gingivitis. Namun, obat kumur yang selama
ini beredar di pasaran dan dirasa aman ternyata ada yang memiliki efek samping
yang menakutkan. Khususnya yang mengandung alkohol, dapat memicu
timbulnya kanker rongga mulut dan kerusakan pada lambung jika tertelan pada
anak-anak. Oleh karena itu, diperlukan obat kumur alami yang aman bagi tubuh
dan dapat digunakan dalam jangka waktu panjang tanpa menimbulkan efek
samping yang berbahaya (Alburuda dan Merdana 2011).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif
untuk
mengurangi penggunaan bahan kimia adalah buah delima merah (Punica
granatum). Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (2001), Reynald (2003), kulit
3
buah delima merah mengandung zat tannin yang bersifat antibakteri yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus dan Staphylococcus. Ekstrak
buah delima dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan
Staphylococcus aureus pada pembentukan biofilm secara in vitro. Hal ini
disebabkan oleh kandungan flavonoid dan tannin yang tinggi di dalam buah
delima merah dan berfungsi sebagai agen antibakteri, sehingga dapat menghambat
perlekatan bakteri pada permukaan gigi (Anita 2009 dan Irene 2011). Dalam
bidang kesehatan mulut, buah delima merah banyak dimanfaatkan sebagai obat
stomatitis, abses periapikal, ulserasi, agen antibakteri, dan antifungi (Louba 2007).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul
adalah apakah berkumur sari buah delima merah (Punica granatum) dapat
menurunkan tingkat akumulasi plak?
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat berkumur sari buah
delima merah (Punica granatum) terhadap penurunan tingkat akumulasi plak gigi.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memberikan informasi bagi masyarakat serta para tenaga kedokteran
gigi mengenai manfaat berkumur dengan sari buah delima merah (Punica
4
granatum) sehingga masyarakat memilih untuk berkumur dengan sari buah
delima.
2. Untuk memberikan alternatif baru mengenai cara menurunkan akumulasi plak
gigi sehingga kebersihan dan kesehatan rongga mulut dapat tercapai.
3. Untuk membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut masyarakat secara preventif dan promotif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Plak Gigi
1. Pengertian Plak
Menurut Besford (1996), permukaan luar dan dalam tubuh manusia
ditutupi oleh bakteri, pada banyak area bakteri ini tidak berbahaya dan dapat
hidup berdampingan dengan sel di permukaan tubuh. Beberapa kondisi
menunjukkan bakteri ini sangat menguntungkan karena bakteri dan sel tubuh ini
dapat mencegah perlekatan dan pertumbuhan bakteri lain yang merugikan.
Pada saat lahir, mulut umumnya pada kondisi steril, tetapi beberapa jam
setelahnya mikroorganisme sudah mulai bermunculan, terutama Streptococcus
salivarius. Pada saat gigi geligi susu erupsi, sudah terbentuk flora yang kompleks.
Bakteri terdapat di dalam saliva, pada lidah dan pipi, pada permukaan gigi,
terutama daerah fisura dan leher gingiva. Jumlah bakteri di dalam saliva dapat
sampai beratus-ratus juta permilimeter tetapi populasi bakteri terbesar dapat
ditemukan pada dorsum lidah (Manson dan Eley 1989).
Dewasa ini telah disadari bahwa harus ada suatu substansi di permukaan
gigi agar penyakit gigi dapat terjadi, suatu substansi yang bertanggung jawab
untuk proses penyakit tersebut disebut plak (Besford 1996). Plak adalah suatu
lapisan transparan yang melekat erat pada permukaan gigi. Terdiri atas bakteri dan
produk-produknya dalam bentuk bahan organik dan anorganik, cairan mulut, sel
epitel yang lepas dan sel darah. Beberapa bakteri yang hidup di dalam rongga
mulut mempunyai kemampuan membentuk koloni pada permukaan gigi dan
5
6
membentuk plak secara berkesinambungan (Armasastra 2011). Secara klinis, plak
menumpuk dan melekat pada gigi-geligi dan objek lain di dalam mulut, misalnya
restorasi, geligi tiruan dan kalkulus (Manson dan Eley 1993).
Menurut Carranza et al. (2002) dental plak adalah deposit lunak yang
berupa lapisan tipis yang melekat pada permukan gigi atau permukaan struktur
keras lain di rongga mulut, termasuk pada restorasi lepasan atau cekat. Organisme
yang dominan pada plak adalah streptokokus. Jumlah dan variasinya bermacammacam dari individu satu ke individu lain lainnya, dari bagian mulut yang satu ke
bagian mulut lainnya, bahan pada berbagai permukaan dari gigi yang sama,
sebelum dan sesudah makan atau menyikat gigi. Usia, diet, komposisi saliva dan
laju kecepatan alirannya, serta faktor-faktor sistemik semuanya mempengaruhi
flora mulut (Manson dan Eley 1989).
Costerton et al. (1987) mengartikan plak sebagai lapisan biofilm dengan
kumpulan bakteri kompleks yang terdiri dari berbagai macam spesies yang
berbeda dalam satu lingkungan. Susunan ini dapat memiliki keuntungan utama
bagi bakteri maupun host. Sebagai contoh bakteri pada susunan tersebut lebih
resisten terhadap perubahan lingkungan eksternal dan memiliki kebutuhan nutrisi
yang rendah.
Menurut Overman (2005), plak gigi merupakan biofilm yang terdiri dari
berbagai spesies bakteri berupa deposit tak berbentuk, bergranula yang
terakumulasi pada permukaan gigi dan merupakan suatu komunitas dari sejumlah
bakteri yang melekat atau tertanam dalam suatu matriks polimer ekstraseluler.
Biofilm sendiri diartikan sebagai komunitas bakteri yang terorganisasi dengan
baik, melekat kuat pada struktur organik maupun anorganik dan sulit dilepaskan
dengan hanya berkumur.
7
Dari berbagai macam pendapat mengenai definisi plak, harus diketahui
bahwa ada beberapa macam plak bakteri yang berhubungan dengan penyakit
rongga mulut dapat dibagi menjadi 2 tipe utama. Yang pertama adalah plak yang
terdiri dari mikroorganisme yang padat dan menumpuk, berkolonisasi, bertumbuh
dan melekat pada permukaan gigi. Tipe plak ini dapat berupa plak supragingiva
atau subgingiva. Tipe yang kedua adalah plak subgingiva yang bebas atau
menempel secara longgar di antara jaringan lunak dan permukaan gigi. Plak
bakteri yang melekat ini tidak dapat dibersihkan dengan semprotan air yang kuat,
tetapi dapat dihilangkan dengan pembersihan mekanis lain. Plak yang menempel
dengan longgar sebagian besar terdiri dari bakteri anaerob (Fedi, Vernino dan
Gray 2005).
Plak dipengaruhi oleh bakteri (Streptococcus mutans), area kontak retensi
plak misalnya restorasi yang berlebih, ketebalan plak, buffer saliva, aliran saliva,
fluoride dan frekuensi mengkonsumsi karbohidrat. Beberapa faktor diketahui
dapat mempengaruhi akumulasi plak, antara lain: gigi berjejal, permukaan yang
kasar, area yang sulit dibersihkan, gigi berada di luar oklusi, serta multiplikasi
bakteri (Quirynen, Teughels dan Haake 2006).
Penelitian dengan mikroskop cahaya dan elektron telah membuktikan
adanya perbedaan morfologi antara plak supragingiva dan subgingiva. Morfologi
plak supragingiva pada gingivitis dan periodontitis tidak berbeda. Sel-sel bakteri
terlihat padat menumpuk pada permukaan gigi dan terbentuk deposit dengan
ketebalan 0,5 mm atau lebih. Komposisi deposit mikroba terdiri atas bakteri kokus
dan beberapa filamen. Plak subgingiva pada periodontitis tersusun atas lapisan
dalam dan lapisan luar. Lapisan dalam yang terdiri atas bakteri yang melekat erat
dilanjutkan oleh plak supragingiva meski lebih tipis dan kurang teratur. Di luar
8
lapisan yang melekat erat ini dan di dekat jaringan lunak poket terdapat lapisan
mikroorganisme yang melekat secara bebas terdiri atas sejumlah spirochaete dan
bakteri gram-negatif (Fedi, Vernino dan Gray 2005).
Plak yang sudah terbentuk pada sebuah lokasi akan terjadi keseimbangan
diantara spesies komunitasnya dan juga oleh pengaruh-pengaruh lainnya yaitu
komponen diet, kebersihan rongga mulut, pertahanan pejamu dan perubahan laju
aliran saliva. Keseimbangan yang disebut homeostasis mikrobial ini terjadi karena
interaksi yang terjadi antara berbagai organisme baik yang bersifat sinergis (saling
menguntungkan) maupun yang bersifat antagonis (Marsh 2006).
2. Komposisi Plak
Rongga mulut manusia menjadi tuan rumah tempat kolonisasi berbagai
macam mikroorganisme (bakteri, jamur). Pada permukaan gigi, koloni bakteri
dapat berupa lapisan biofilm yang dikenal dengan plak. Secara umum komposisi
plak meliputi mikroorganisme, matriks intraseluler yang terdiri dari komponen
organik dan anorganik (Eley, Soory dan Manson 2010).
Menurut Marsh (2004), plak terdiri dari 20% komponen padat dan 80%
air. 70% dari komponen padat adalah bakteri. Berdasarkan jumlah bakteri, plak
terdiri dari karbohidrat dan protein yang meningkatkan perlekatan terhadap
enamel dan berperan sebagai ‗protective cover‘ dan reservoir dari asupan nutrisi
melalui proses metabolit. Jika plak tidak dihilangkan maka akan menjadi matang
(struktur makromolekul memperkuat plak) dan meningkatkan perlekatan plak
pada enamel gigi. Melalui endapan mineral yang terus menerus, plak
kemungkinan akan berubah menjadi kalkulus (Fischer 2012).
9
Dental plak tersusun terutama dari mikroorganisme dan 1 gram dari plak
(berat basah) terdiri dari kira-kira 2x1011 bakteri (Socransky et al. 1963).
Diperkirakan lebih dari 325 bakteri dengan spesies berbeda ditemukan dalam plak
(Moore 1987).
Secara mikrobial, plak disebut sebagai biofilm, yang terdiri dari cairan
hidrat dan maktriks polisakarida ekstraseluler yang dihasilkan oleh bakteri. Pada
sebagian besar lapisan, ion dan molekul dapat hidup secara luas dalam konsentrasi
yang sangat berbeda dari keadaan cairan saliva disekitarnya. Bakteri pada biofilm
juga dapat memperlihatkan aktivitas yang kooperatif dan menunjukkan reaksi
yang berbeda dari spesies yang sama pada isolasi kultur media. Akibatnya, lapisan
biofilm dapat resisten dari bahan antimikroba ataupun pertahanan imunologi yang
mana pada dasarnya bakteri secara individual normal memiliki sensitivitas. Oleh
karena itu, plak bakteri harus dianggap sebagai sesuatu yang memang ada dan
tidak sebagai sekumpulan bakteri semata (Cawson dan Odell 2002).
Mikroorganisme yang ditemukan pada plak bervariasi tergantung individu
dan posisi di dalam mulut, serta umur plak itu sendiri. Plak muda (1-2 hari)
sebagian besar tersusun atas bakteri gram-positif dan bakteri gram-negatif
berbentuk kokus dan batang. Organisme ini biasa bertumbuh pada pelikel
mukopolisakarida amorf dengan tebal kurang dari 1 mikron. Pelikel ini melekat
pada email, sementum, atau dentin (Fedi, Vernino dan Gray 2005).
Matriks interseluler, terdapat sekitar 20% dari massa plak, terdiri dari
materi organik dan anorganik yang didapat dari saliva, cairan gingiva dan produk
hasil bakteri. Unsur pokok organik dari matrik meliputi polisakarida, protein,
glikoprotein dan lemak. Hasil produksi karbohidrat oleh bakteri yang paling
10
sering adalah dekstran, juga terdapat beberapa levan dan galaktosa. Komponen
anorganik antara lain kalsium, fosfor, magnesium, sodium, potassium, dan
fluoride. Kandungan garam anorganik paling tinggi terdapat pada bagian
permukaan lingual pada gigi insisivus bawah (Eley, Soory dan Manson (2010).
Roeslan (2002) mnegungkapkan bahwa plak gigi mengandung tiga
komponen fungsional yaitu :
a. Organisme kariogenik terutama Streptococcus mutans, L. acidophilus, dan A.
viscosus.
b. Organisme
penyebab
kelainan
periodontal
khususnya
Bacterioides
melaninogenicus, Veilonella alcalescens, Fusobacteria dan Spirochaetes juga
terlibat.
c. Bahan adjuvant dan supresif yang paling potensial adalah lipopolisakarida
(LPS), dekstran, levan, dan asam lipoteikoat (LTA).
Selain yang telah dijelaskan di atas, unsur-unsur lain yang ditemukan
dalam plak antara lain :
a. Sel epitel. Sel-sel epitel hampir selalu ditemukan dalam sampel plak.
Gambaran yang terlihat terdiri dari berbagai tingkat integrasi anatomi, dari
bentuk sel terdeskuamasi dengan nuklei yang besar dan dinding sel yang jelas
sehingga tampak gambaran seperti ‗hantu‘, dengan bakteri bergerombol
menegelilingi sel-sel epitel.
b. Sel darah putih. Leukosit, biasanya sel neutrophil polimorfonuklear (PMN),
dapat ditemukan dalam berbagai tingkatan vitalitas pada beberapa fase
inflamasi.
11
c. Eritrosit. Sel eritrosit terlihat pada sampel plak yang diambil dari permukaan
gigi disekitar gingiva yang mengalami ulserasi.
d. Protozoa. Entamoeba dan Trichomonas sering ditemukan pada plak yang
diambil dari permukaan gigi yang mengalami gingivitis akut dan dari dalam
poket periodontal.
e. Partikel makanan. Secara mikroskopis, kadang terlihat partikel makanan
seperti serabut otot (daging) dengan ciri adanya striae otot.
f.
Komponen lain. Di dalam plak kemungkinan ditemukan elemen lain yang
tidak spesifik seperti partikel berbentuk kristal (fragmen halus sementum,
kalsifikasi awal atau partikel makanan yang tidak teridentifikasi).
(Fedi, Vernino dan Gray 2005)
3. Proses Terbentuknya Plak
Menurut Eley, Soory dan Manson (2010), secara umum proses
pembentukan plak terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama merupakan tahap
pembentukan lapisan acquired pellicle, tahap kedua merupakan tahap kolonisasi
awal bakteri dan tahap yang terakhir adalah tahap kolonisasi kedua dan proses
pematangan plak.
Beberapa detik setelah penyikatan gigi, akan terbentuk deposit selapis tipis
dari protein saliva yang terutama terdiri dari glikoprotein pada permukaan gigi
(serta pada restorasi dan geligi tiruan). Lapisan ini yang disebut pelikel, adalah
tipis (0,5 µm), translusen, halus dan tidak berwarna. Lapisan ini melekat erat pada
permukan gigi dan hanya dapat dilepas dengan friksi positif. Pada awalnya,
lapisan ini bebas dari bakteri (Eley, Soory dan Manson 2010).
12
Komponen saliva di dalam pelikel terhadap ikatan mikroorganisme pada
permukaan gigi sangatlah berpengaruh. Terutama ikatan S.sanguis sangat
meningkat oleh adanya pelikel saliva. Bila bakteri sebelumnya diinkubasi dengan
saliva, hal ini mengakibatkan reduksi kuat pelekatan pada permukaan gigi,
mungkin disebabkan oleh agregasi karena pengaruh komponen-komponen saliva
(Amerongen 1992).
Fungsi pelikel saliva adalah perlindungan. Glikoprotein saliva dan kalsium
fosfat saliva terserap pada permukaan email dan membantu mengurangi keausan
gigi. Pelikel juga membatasi difusi produk asam dari pemecahan gula. Pelikel
dapat mengikat berbagai ion organik seperti kalsium, fosfat, dan fluoride, dan
mengandung faktor-faktor antibakteri seperti IgG, IgA, IgM, komplemen dan
lisosim (Eley, Soory dan Manson 2010).
Interaksi spesifik terjadi antara komponen-komponen pelikel pada
permukaan gigi dan adhesi pada permukaan bakteri. Kolonisasi bakteri dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pembangunan dinding sel bakteri, ada
tidaknya fibria, co-agregasi antara berbagai jenis bakteri (Amerongen 1992).
Segera beberapa menit setelah pelikel terbentuk dan terdeposit pada
permukaan gigi, maka akan timbul populasi bakteri disekitarnya. Pada proses
terbentuknya plak, yang pertama berkolonisasi pada permukaan gigi adalah
terutama S. sanguis dan A. viscosus. Kedua jenis bakteri ini memiliki sifat
menguntungkan untuk secara relatif cepat mengikatkan diri dan berkembang biak
(Amerongen 1992).
Bakteri dapat terdeposit langsung ke permukaan enamel gigi, tetapi
biasanya bakteri berikatan dengan pelikel dan agregasi bakteri tersebut mungkin
13
dilapisi oleh glikoprotein saliva. Pada beberapa jam pertama, spesies dari
Streptococcus dan sedikit Actinomyces mulai berikatan dengan pelikel dan ini
merupakan tahap awal kolonisasi bakteri. Selama 1 hari pertama populasi bakteri
ini terus tumbuh dan menyebar ke seluruh permukaan gigi lainnya. Bakteri
membentuk kolom-kolom dan dipisahkan oleh jarak yang sempit dan muncul
spesies baru dalam pertumbuhan plak di dalam celah sempit ini. Deposit yang
terbentuk oleh susunan spesies baru tersebut berikatan dengan bakteri perintis
dengan mekanisme molekul ―lock and key‘. Sehubungan dengan hal itu, spesies
baru tersebut berasal dari saliva atau pada daerah sekitar membran mukosa untuk
memberikan kesan alami sifat bakteri pada permukaan gigi dan berinteraksi
dengan membentuk ikatan dengan bakteri plak yang telah ada sebelumnya.
Penggabungan ini dikenal dengan ‗intergeneric co-aggregation‘ dan ditengahi
oleh protein spesifik yang terjadi diantara kumpulan sel (Kolenbrander 1988).
Selanjutnya, kolonisasi bakteri yang kedua menempel ke dalam plak
dibelakang plak primer yang telah terlebih dahulu terbentuk dan mengambil
keuntungan dari perubahan lingkungan yang merupakan hasil metabolisme dan
pertumbuhan plak primer. Pertama pada proses ini, sisa celah yang ada yang
dihasilkan oleh interaksi bakteri yang telah dijelaskan di atas, ditempati oleh
bakteri kokus gram-negatif seperti spesies Neisseria dan Veillonela. Setelah
bertumbuh 2 hingga 4 hari, terjadi perubahan jumlah dan tipe mikroorganisme
dalam plak. Bakteri gram-negatif kokus dan bakteri gram-negatif batang
bertambah banyak, sedangkan Bacilli fusiformis dan filament semakin jelas (Fedi,
Vernino dan Gray 2005).
14
Kedua, setelah 4-7 hari jika pertumbuhan plak tidak dikontrol atau
dibersihkan, maka akan terjadi inflamasi pada gingiva. Selama proses ini kondisi
lingkungan akan berangsur-angsur berubah dan menyebabkan perubahan selektif
yang lebih lanjut. Termasuk terbukanya celah gingiva sebagai tempat tumbuhnya
bakteri dan menyebabkan cairan sulkus gingiva mengalir keluar dan menghasilkan
pasokan nutrisi lebih banyak. Ini memungkinkan bakteri lain dengan persyaratan
metabolisme yang berbeda dapat masuk ke dalam plak, termasuk bakteri batang
gram-negatif seperti spesies Provotella, Porphyromonas, Capnocytophaga,
Fusobacterium dan Bacterioides. Pada 7-11 hari selanjutnya kompleksitas plak
meningkat lebih jauh lagi dengan munculnya bakteri motile seperti Spirochaetes
dan Vibrio. Interaksi bakteri lebih lanjut terjadi antara sejumlah spesies yang
berbeda. Koloni bakteri sekunder ini juga membentuk kelompok-kelompok utama
yang selanjutnya membentuk plak subgingiva (Kolenbrander et al. 1989).
Jadi, terbentuknya mikroflora kompleks menunjukkan adanya suatu
keseimbangan ekosistem mikrobial di permukaan gigi. Plak matang terbungkus
oleh berbagai macam spesies bakteri asli sehingga membuat spesies bakteri
eksogen sulit masuk ke dalamnya (Christersson et al. 1985). Dengan demikian,
dental plak, seperti flora asli lainnya di kulit, mulut, membran mukosa dan di
dalam usus, memiliki proteksi tinggi dalam mencegah masuknya spesies patogen
(Eley, Soory dan Manson 2010).
Proses metabolik bakteri dapat menyebabkan penurunan pH plak. Sebagai
hasilnya, bagian dasar enamel mulai larut dan pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya karies gigi. Bertambahnya jumlah plak akan memudahkan terjadinya
inflamasi pada gingiva yang dikenal dengan gingivitis. Jika tidak dilakukan
15
perawatan, gingivitis kemungkinan besar akan berkembang menjadi periodontitis
atau peri-implantitis pada pasien yang menggunakan restorasi implan. Hal ini
tentu dapat membahayakan kesehatan gigi dan gingiva juga ketahanan restorasi
(Fischer 2012).
Di dalam saliva terdapat berbagai biopolimer, yang dapat terikat pada
mikroorganisme mulut, yang menyebabkan agregasi. Pembentukan agregat besar
(lebih dari 4-8 sel) menghalang-halangi kolonisasi dan menyebabkan hilangnya
mikroorganisme dari rongga mulut. Berbagai macam faktor agregasi ini dan juga
komponen-komponen saliva lainnya dapat melekat pada permukaan jaringan
mulut dan justru menaikkan kolonisasi bakteri. Bahwa faktor-faktor agregasi di
dalam saliva adalah juga faktor-faktor adherensi pada permukaan gigi, terbukti
dari kenyataan bahwa jika saliva dipreinkubasi dengan Streptoccocus sanguis dan
Streptococcus mutans dan dengan hidroksiapatit untuk menginduksi pelikel,
perlekatan akan berkurang sampai hanya 10%. Secara umum diketahui bahwa
membutuhkan waktu 2-4 jam sebelum mikroorganisme secara klinis dapat
ditunjukkan pada permukaan yang dipolis, sedangkan pembentukan pelikel
dimulai sejak menit pertama dan tetap berlangsung. Disimpulkan bahwa
pembentukan pelikel mendahului permulaan terbentuknya plak (Amerongen
1992).
Menurut Mustaqimah (2003), setiap sel bakteri pada umumnya memiliki
sifat untuk membelah atau menjadi banyak dalam waktu lebih dari 4 jam,
sehingga 8 jam setelah gigi dibersihkan sudah terdapat penyebaran bakteri. Dalam
waktu 12 jam setelah penyikatan gigi, bakteri sudah mengalami kolonisasi sebagai
massa yang meliputi sebagian besar permukaan gigi. Dalam 24 jam setelah
16
penyikatan gigi tersebut, plak sudah terbentuk secara sempurna dan melekat
sangat erat pada tempatnya.
Menghilangkan plak dengan teratur adalah pokok penting untuk kesehatan
mulut dan pemeliharaan terhadap suatu perbaikannya. Namun disayangkan, plak
tidak mudah dideteksi oleh mata yang tidak terlatih. Harus menggunakan bantuan
sebuah agen penyingkap plak agar dapat membuatnya terlihat dan dapat
digunakan untuk menunjukkan kepada pasien dimana plak melekat pada gigi
mereka. Agen penyingkap ini dikenal dengan disclosing agent. Dalam sehari-hari
dikenal dengan bahan pewarna untuk mengevaluasi pembersihan gigi yang sudah
dilakukan. Bahan pewarna yang biasa digunakan adalah iodine, mercurochrome,
bahan pewarna makanan, dan Bismarck brown (Pintaulli dan Hamada 2010).
Syarat disclosing agent sebagai zat pewarna adalah warnanya harus
kontras dengan warna gigi dalam mulut, dengan kumur-kumur ringan warnanya
tidak mudah hilang, rasanya cukup enak sehingga disukai anak-anak, tidak alergi
pada mukosa mulut, mempunyai daya kerja yang efisien dalam pencegahan
pembentukan plak seperti mengandung bahan antibakteri, bahan antiseptik dan
bahan astringent (Fedi, Vernino dan Gray 2005).
4. Pengendalian Plak
Menurut Fedi, Vernino dan Gray (2005), pengendalian plak atau kontrol
plak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari penatalaksanaan penyakit
rongga mulut terutama penyakit periodontal. Plak kontrol adalah pengambilan
dari mikrobial plak dan pencegahan akumulasinya pada permukaan gigi serta pada
permukaan gingiva di sekitarnya. Dengan demikian plak kontrol menjadi suatu
cara yang efektif dalam hal penanganan dan pencegahan terjadinya gingivitis
17
sehingga dapat pula dicegah terjadinya kelainan yang lebih lanjut yaitu penyakit
periodontal.
Pengendalian plak dapat dilakukan dengan cara mekanis maupun kimia.
Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak
secara mekanis yang merupakan gold standard dari upaya pengendalian plak.
Tujuan menyikat gigi antara lain untuk menyingkirkan plak atau mencegah
pembentukan plak, membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stain,
merangsang jaringan gingiva serta melapisi permukaan gigi dengan fluor. Proses
penyikatan gigi tidak lepas dengan penggunaan dentifrices atau pasta gigi. Pasta
gigi digunakan bersama dengan sikat gigi untuk membersihkan dan memoles
seluruh permukaan gigi. Fungsi utama dari pasta gigi adalah membantu sikat gigi
dalam membersihkan permukaan gigi dari pewarnaan gigi dan sisa-sisa makanan,
fungsi sekundernya yaitu memperkilat gigi dan mempertinggi kesehatan gingiva
serta mengurangi bau mulut (Pintaulli dan Hamada 2010).
Upaya mekanik lainnya adalah penggunaan benang gigi atau dental floss
untuk menyempurnakan proses pembersihan seluruh permukaan gigi. Dental floss
berbentuk benang, ada yang berlapis lilin maupun tidak serta ada yang terbuat dari
nilon atau sutra. Floss digunakan untuk menghilangkan plak dan memoles daerah
interproksimal gigi serta membersihkan partikel-partikel sisa makanan yang
tertinggal dibawah titik kontak (Fedi, Vernino dan Gray 2005).
Ditinjau dari sudut bakteriologis, tidak dapat dijamin bahwa tindakan
mekanis seperti penyikatan gigi dan flossing yang baik akan dapat menghilangkan
semua plak dari permukaan gigi, harus disertai dengan upaya tambahan seperti
18
penggunaan obat kumur untuk memberikan efektivitas pembersihan rongga mulut
yang maksimal (Pintaulli dan Hamada 2010).
Secara umum, obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan
untuk membilas rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk
menyingkirkan bakteri perusak, membersihkan sisa makanan yang dapat
menyebabkan plak yang tidak terjangkau ketika menyikat gigi, menghilangkan
bau tak sedap, mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi atau mencegah
karies gigi (Khoiriah 2012). Dewasa ini sudah beredar berbagai obat kumur yang
mengandung bahan antimikroba dan beberapa diantaranya dapat membantu
mengendalikan pertumbuhan plak supragingiva dan gingivitis (Fedi, Vernino dan
Gray 2005).
Pada awalnya, obat kumur digunakan untuk memberikan nafas yang segar.
Kebanyakan obat kumur mengandung campuran ammonium, asam benzoate, dan
fenol. Sama seperti pasta gigi, pemasaran obat kumur berhubungan dengan rasa,
warna, bau, dan sensasi yang diberikan obat kumur tersebut. Sensasi ini diperoleh
dengan menambahkan astringent seperti alum, zinc asetat, zinc stearate, zinc
sitrat dan asam sitrat. Bila ditambahkan zinc sulfat akan berfungsi sebagai anti
plak. Suatu loka karya negara-negara Eropa dalam bidang Periodontology (1994)
menyimpulkan bahwa sekarang ini obat kumur yang paling baik adalah bahan
kontrol plak kemis seperti chlorhexidine terutama apabila pembersihan gigi secara
mekanis tidak mungkin atau sulit dilakukan. Chlorhexidine 0,2% terbukti cukup
efektif sehingga mendapat ijin dari Food and Drug Administration di Amerika
Serikat untuk dipasarkan dan digunakan hampir di seluruh dunia. Salah satu
keuntungannya adalah campuran ini memiliki sifat antibakteri yang bertahan 12
19
jam sampai dilakukan kembali kumur-kumur dengan larutan tersebut (Fedi,
Vernino dan Gray 2005).
Menurut Schiott (1976), penggunaan obat kumur setiap hari secara terus
menerus dapat mengurangi bakteri dalam saliva sebanyak 30-50% dan dalam plak
sebanyak 55-97%. Chlorhexidine 0,2% yang digunakan setiap hari dalam bentuk
larutan kumur juga terbukti efektif dalam mencegah pembentukan plak. namun,
tidak semua obat kumur yang terdapat di pasaran terbebas dari kandungan bahan
kimiawi yang berlebihan. Banyaknya zat tambahan yang terkandung dalam
beberapa larutan obat kumur, memberikan pertimbangan kepada masyarakat
untuk lebih bijaksana dalam menggunakan produk jadi yang telah tersedia. Seiring
perkembangan teknologi dan kesadaran akan pentingnya kesehatan, masyarakat
cenderung lebih berhati–hati dalam penggunaan larutan berbahan kimia dan lebih
memilih menggunakan produk substansi herbal untuk mencegah ketergantungan
terhadap zat kimia tersebut. Ekstrak dari buah-buahan dan tanaman menjadi
pilihan paling populer di masyarakat sebagai obat-obatan herbal belakangan ini.
5. Indeks Plak
Mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk menentukan
keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang. Pada umumnya untuk mengukur
kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu indeks. Indeks adalah suatu angka
yang menunjukkan keadaan klinis yang didapat pada saat dilakukan pemeriksaan,
dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak maupun
kalkulus, dengan demikian angka yang diperoleh berdasarkan penilaian yang
objektif (Putri, Herijulianti dan Nurjannah 2011).
20
Adapun beberapa indeks yang digunakan untuk mengukur plak, yaitu :
a. Indeks plak O‘Leary
Indeks plak O‘Leary menggunakan gambar atau grafik yang dapat
menunjukkan lokasi plak sehingga memungkinkan dokter gigi dan pasien
untuk melihat kemajuan setelah pasien melakukan kontrol plak. Selain itu,
gambar ini memudahkan dokter menentukan lokasi penumpukan plak dan
bagian mana yang harus lebih ditekankan penyikatan giginya atau
pembersihan dengan dental floss.
Tahapan dalam penggunaan indeks plak ini adalah sebagai berikut :
1. Gigi dibagi atas 4 bagian yaitu mesial, distal, bukal dan lingual.
2. Sebelum dilakukan pemeriksaan, semua gigi yang hilang ditandai ‗x‘ dan
gigi yang masih ada dicatat. Untuk tujuan kontrol plak, semua gigi yang
merupakan pontik atau bridge harus diberi skor sama seperti gigi asli
karena plak dapat menumpuk di seluruh permukaan gigi.
3. Pasien diinstruksikan berkumur untuk menyingkirkan sisa makanan atau
debris.
4. Seluruh permukaan gigi diolesi dengan disclosing agent. Pastikan bahwa
daerah pertemuan gigi dan gusi (dentogingival junction) sudah tercakup.
5. Setelah berkumur dengn air, gunakan ujung sonde untuk memastikan ada
tidaknya plak di daerah dentogingival junction. Bila dijumpai plak pada
permukaan gigi yang berkontak dengan margin gingiva, maka pada kartu
diwarnai hitam atau merah.
Pemeriksaan dengan menggunakan indeks ini hanya dilakukan pada
permukaan yang ada plak dan diberi skor. Untuk yang tidak ada plak dibiarkan
21
kosong, kemudian jumlah total permukaan yang diberi skor ditambahkan dan
dibagi dengan jumlah total permukaan yang ada dalam rongga mulut dan
dikalikan seratus. Hasil inilah yang merupakan nilai indeks plak pasien. Untuk
mengevaluasi perkembangan kontrol plak pasien maka dapat dilakukan
dengan menggunakan indeks skor awal dan berikutnya (O‘Leary 1972 cit.
Pintaulli dan Hamada 2010).
b. Indeks plak Lӧ e & Silness
Indeks plak Lӧ e & Silness diindikasikan untuk mengukur skor plak
berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang berada dekat margin gingiva.
Disarankan untuk menggunakannya bersama dengan indeks gingiva (Lӧ e &
Silness 1964) sehingga dapat membantu melihat adanya hubungan plak gigi
dengan inflamasi gingiva. Setiap gigi diperiksa empat permukaan yaitu
permukaan mesial, distal, lingual dan fasial, kemudian skornya dihitung
(Gambar 2.1) dan (Gambar 2.2). Skor berkisar 0 – 1 dikategorikan baik, 1,1 –
2 sedang dan 2,1 – 3 buruk (Tabel 2.1) (Lӧ e & Silness 1964 cit Pintauli dan
Hamada 2010).
Tabel 2.1. Cara pemberian skor untuk indeks plak
Kode
0
1
2
3
Kriteria
Tidak ada plak pada gingiva
Dijumpai lapisan tipis plak yang melekat pada margin gingiva
di daerah yang berbatasan dengan gigi tetangga
Dijumpai tumpukan sedang deosit lunak pada saku gingiva dan
pada margin gingiva dan atau pada permukaan gigi tetangga
yang dapat dilihat langsung
Terdapat deposit lunak yang banyak pada saku gusi dan atau
pada margn dan gigi tetangga
22
Jumlah seluruh skor dari empat permukaan
Untuk satu gigi =
4
Gambar 2.1. Rumus menghitung indeks plak untuk satu gigi (dikutip dari
Lӧ e & Silness 1964 cit. Pintauli dan Hamada 2010)
Jumlah skor indeks plak
Untuk keseluruhan gigi =
Jumlah gigi yang ada
Gambar 2.2. Rumus menghitung indeks plak untuk keseluruhan gigi
(dikutip dari Lӧ e & Silness 1964 cit. Pintauli dan Hamada
2010)
c. Indeks Plaque Formation Rate (PFRI)
PFRI mengukur pembentukan plak selama satu hari, yaitu
penumpukan plak yang terjadi pada gigi selama 24 jam setelah dilakukan
pembersihan gigi. Pemahaman tentang pentingnya faktor yang dapat
mengontrol pembentukan plak gigi merupakan alasan dibuatnya indeks ini.
Prosedurnya meliputi :
1. Pembersihan gigi.
2. Pasien diinstruksikan untuk tidak menyikat gigi atau membersihkan
giginya selama 24 jam.
3. Setelah 24 jam, gigi diperiksa untuk melihat keberadaan plak.
4. Setelah permukaan diperiksa yaitu permukaan mesiobukal, distobukal,
mesiolingual dan distolingual kecuali permukaan oklusal. Kemudian skor
23
plak dihitung (Gambar 2.3) dan disesuaikan dengan 5 skala perhitungan
PFRI (Tabel 2.2)
Tabel 2.2. Presentase permukaan gigi yang terkena plak dengan skor PFRI
% permukaan gigi yang terkena plak
1 – 10
11 – 20
21 – 30
31 – 40
>40
Skor
1
2
3
4
5
Level
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah permukaan gigi yang ada plak
Gambar 2.3. Rumus menghitung PFR (dikutip dari Pintauli dan Hamada 2010)
PFR =
x 100%
Jumlah gigi yang diperiksa x 6 permukaan gigi yang diperiksa
Gambar 2.3. Rumus menghitung indeks plak PFRI
d. Indeks plak Turesky-Gilmore-Glickman Modification of The Quigley-Hein
Indeks plak ini mengukur akumulasi plak permukaan gigi dengan
menggunakan skor dari 0 – 5, dimana skor 0 berarti tidak ada plak, skor 1 berarti
bercak plak pada cervical margin gigi, skor 2 berarti selapis tipis plak pada
cervikal margin gigi (1 mm), skor 3 berarti lapisan plak lebih dari 1 mm namun
tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi, skor 4 berarti lapisan plak lebih dari 1/3
permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi, dan skor 5 berarti
lapisan plak pada 2/3 atau lebih permukaan gigi (Carranza 1990 cit. Dewi dkk.
2011).
24
Gambar 2.4. Indeks plak oleh Turesky-Gilmore-Glickman Modification of The
Quigley-Hein. Skor 0 = tidak ada plak, skor 1 = bercak plak pada
cervical margin gigi, skor 2 = selapis tipis plak pada cervical
margin gigi (1 mm), skor 3 = lapisan plak lebih dari 1 mm namun
tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi, skor 4 = lapisan plak lebih
dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 permukaan
gigi, dan skor 5 = lapisan plak pada 2/3 atau lebih permukaan gigi
(dikutip dari Carranza 1990 cit. Dewi dkk. 2011).
e. Indeks plak Personal Hygiene Performance (Indeks PHP)
Indeks ini pertama kali dikembangkan dengan maksud untuk menilai
individu atau perorangan dalam pembersihan plak setelah diberi instruksi
menyikat gigi (Podshadley dan Haley 1968 cit Pintaulli dan Hamada 2010 ).
Cara pemeriksaan klinis berdasarkan indeks plak PHP adalah sebagai
berikut :
1. Digunakan bahan pewarna gigi yang berwarna merah (disclosing agent) untuk
memeriksa plak yang terbentuk pada permukaan gigi.
2. Pemeriksaan dilakukan pada mahkota gigi bagian fasial atau lingual dengan
membagi tiap permukaan mahkota gigi menjadi lima subdivisi (Gambar 2.5),
yaitu D (distal), G (sepertiga tengah gingival0, M (mesial), C (sepertiga
tengah), I/O (sepertiga tengah insisal atau oklusal).
25
I
O
C
M
D
M
G
C
D
G
Insisif
Molar
Gambar 2.5. Lima subdivisi permukaan gigi dalam Indeks PHP
3. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis pada :
a. Permukaan labial gigi insisif pertama kanan atas.
b. Permukaan labial gigi insisif pertama kiri bawah.
c. Permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas.
d. Permukan bukal gigi molar pertama kiri atas.
e. Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah.
f. Permukaan lingual gigi molar pertama kanan bawah.
4. Cara penilaian plak adalah : Nilai 0 = tidak ada plak, Nilai 1 = ada plak.
5. Cara pengukuran untuk menentukan indeks plak PHP yaitu dengan rumus :
jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa
IP PHP =
Jumlah gigi yang diperiksa
6. Kriteria penilaian tingkat kebersihan mulut berdasarkan indeks plak PHP
(Personal Hygiene Performance), yaitu :
Sangat baik
=0
Baik
= 0,1 – 1,7
Sedang
= 1,8 – 3,4
Buruk
= 3,5 – 5
26
B. Delima Merah (Punica granatum)
1. Deskripsi Delima Merah (Punica granatum)
Secara morfologi, tumbuhan delima merah (Punica granatum) merupakan
tanaman semak atau perdu meranggas yang dapat tumbuh dengan tinggi mencapai
5-8 meter. Tanaman ini berasal dari Persia dan daerah Himalaya yang terletak di
selatan India. Tanaman buah delima tersebar mulai dari daerah subtropik hingga
tropik, dari dataran rendah hingga ketinggian di bawah 1000 m dpl. Tanaman ini
sangat cocok untuk ditanam di tanah yang gembur dan tidak terendam oleh air,
serta air tanahnya tidak dalam (Madhawati 2012).
Batang tanaman delima berbentuk kayu ranting yang bersegi, dan
percabangan banyak tetapi lemah. Pada ketiak daunnya, terdapat duri. Saat masih
muda, warnanya cokelat, dan berubah menjadi hijau kotor setelah tua. Daunnya
tunggal dengan tangkai yang pendek dan letaknya berkelompok. Daun delima
memiliki bentuk yang lonjong dengan pangkal yang lancip, ujung tumpul, tepi
rata, pertulangan menyirip, dan permukaan mengkilap. Panjang daun bisa
mencapai 1-9 cm dengan lebar 0,5-2,5 cm (Savitri 2008).
Gambar 2.6. Tumbuhan delima (Dapoenk 2013)
27
Delima dapat berbunga sepanjang tahun, bunganya tunggal dengan tangkai
pendek, serta keluar di ujung ranting atau ketiak daun yang paling atas. Bunga
delima biasanya 1-5 kuntum berada di ujung ranting, berlilin, panjang dan
lebarnya masing-masing 4-5 cm, daun kelopak dan penyangganya sama-sama 2-3
cm panjangnya. Bunga delima biasanya berwarna merah, putih dan ungu. Warna
bunga
dapat
menentukan
warna
daging
buah
delima
di
dalamnya
(Madhawati 2012).
Menurut Desmond (2000) cit Budka (2008), delima merah memiliki kulit
buah yang tebal dan warnanya beragam seperti hijau keunguan, putih, coklat
kemerahan atau ungu kehitaman. Buahnya berbentuk bulat dengan diameter 5-12
cm, beratnya kurang lebih 100-300 gram, terdiri dari biji-biji kecil, tersusun tidak
beraturan, berwarna putih sampai kemerahan.
2. Klasifikasi Ilmiah Buah Delima Merah (Punica granatum)
Adapun klasifikasi ilmiah delima merah (Punica granatum) adalah sebagai
berikut :
-
Kerajaan
: Plantae
-
Divisi
: Magnoliophyta
-
Kelas
: Magnoliopsida
-
Upakelas
: Rosidae
-
Ordo
: Myrtales
-
Famili
: Lythraceae
-
Genus
: Punica
-
Spesies
: P.granatum
-
Nama binomial
: Punica granatum L.
28
-
Sinonim
: Punica malus , Linnaeus 1758
(sumber : Budka 2008)
Di Indonesia, buah delima dikelompokkan sesuai dengan warnanya, yaitu
delima merah, putih dan ungu. Diantara ketiganya, buah delima merah adalah
yang paling terkenal dan mudah ditemui. Buahnya berbentuk bulat dengan
diameter 5-12 cm. Terdapat bercak-bercak yang agak menonjol dan berwarna
lebih tua pada buah tersebut. Buah ini dikenali dengan adanya calyx atau mahkota
yang menjadi ciri khasnya (Madhawati 2012).
3. Kandungan Buah Delima (Punica granatum)
Delima merah terkenal memiliki banyak kandungan zat aktif pada
beberapa bagian tanamannya, antara lain pada bagian akar, buah, bunga, kulit
batang dan kulit buahnya. Bagian-bagian tersebut memiliki kandungan kimia yang
berbeda-beda pada setiap bagiannya (Savitri 2008).
Kandungan kimia kulit buah delima merah mengandung alkaloid
pelletierene, granatin, betulic acid, ursolic acid, isoquercitrin, elligatanin, resin,
triterpenoid, kalsium oksalat dan pati. Kulit akar dan kulit kayu mengandung
sekitar 20% elligatanin dan 0,5-1% senyawa alkaloid, antara lain alkaloid
pelletierene (C8H14N0), Pseudopelletierine (C8H15N0), dan metilpelletierene
(C8HNO). Alkaloid pelletierine sangat toksik sehingga menyebabkan kelumpuhan
cacing pita, cacing gelang dan cacing kremi. Daun mengandung alkaloid, tanin,
kalsium oksalat, lemak, sulfur peroksidase (Savitri 2008).
Menurut Eibond 2004 cit Sugianto dkk. (2011), di dalam buah delima
merah yang sudah matang, terdapat butiran-butiran biji berwarna putih yang
dibungkus oleh daging buah. Daging buah delima mengandung banyak air, serta
memiliki rasa yang manis keasaman dan manis yang menyegarkan. Selain dapat
29
dikonsumsi secara langsung, buah delima merah dapat dijadikan jus, ekstrak
maupun sari buah. Bagian buah delima merah yang dapat dimakan (kurang lebih
50% dari berat total buah) terdiri dari 80% jus dan 20% biji. Jus segar dari buah
delima merah mengandung 85% air, 10% gula dan 1,5 % pektin, asam askorbat,
dan flavonoid polifenol.
Gambar 2.7. Buah Delima merah (Flexmedia 2013)
Kandungan polifenol dalam buah delima tergantung dari jenis dan
varietasnya yang sebagian besar terdiri dari antosianin, katekin, ellagic tannins,
gallic, dan ellagic acid. Polifenol kompleks bersifat antioksidan yang dapat
diserap dalam tubuh manusia. Selain polifenol, jus delima juga mengandung
vitamin C yang bersifat antioksidan (Buhler and Miranda 2005 cit Sugianto dkk.
2011). Jus buah delima merah mengandung asam sitrat, asam malat, glukosa,
fruktosa, maltose, vitamin (A,C), mineral (kalsium, fosfor, zat besi, magnesium,
natrium dan kalium) serta tannin (Savitri 2008).
Sifat antibakteri yang dimiliki buah delima merah merupakan true
antibiotics, dikarenakan tanpa adanya efek samping, manfaat yang penting adalah
adanya sifat bakterisid dan bakteriostatik pada bakteri pathogen yang telah
resisten terhadap antibiotik sintetis (Khan dan Hanee 2011).
30
Aktivitas antimikrobial delima merah telah banyak diteliti oleh ilmuwan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Al-Zoreky (2009), membuktikan
bahwa ekstrak delima memiliki aktivitas antibakterial melawan beberapa bakteri,
termasuk Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Sedangkan dalam
penelitian sebelumnya, Burapadaja (1995) menemukan bahwa kulit buah delima
merah memiliki aktivitas antimikrobial terhadap Streptococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa (Hulya et al. 2011 cit Kusumo 2013).
Wage (1999) melakukan penelitian yang menemukan bahwa tannin yang
merupakan salah satu kandungan utama dari buah delima merah mmpu
mengisolasi
Staphylococcus
aureus
(44,3%),
Streptococcus
sp.
(18%),
Staphylococcus sp. (12,8%). Selain itu, penelitian yang dilakukan Menezes (2006)
menunjukkan buah delima merah sebagai antibakteri yang digunakan sebagai
alternatif perawatan bakteri plak. Buah delima juga berperan sebagai pengobatan
alternatif penyakit inflamasi kronis (Lansky dan Newman 2007).
Fungsi antibakteri dan antimikroba juga terlihat pada uji fitoterapi buah
delima yang mampu melawan Streptococci strains, Streptococcus mutans,
Streptococcus mitis dan Candida albicans. Mikroorganisme-mikroorganisme
tersebut merupakan mikroba terbanyak yang terdapat di rongga mulut manusia.
Kandungan-kandungan potential yang dimiliki ekstrak buah delima merah bersifat
bakteriostatik dan bakterisid. Tannin merupakan basis aktivitas antibakterial
dengan merusak membran sel yang menyebabkan kebocoran intraseluler,
flavonoid memiliki efek antibakteri karena kemampuannya berinteraksi dengan
DNA bakteri, alkaloid mampu mengganggu komponen penyusun peptidoglikan,
sehingga dinding sel bakteri tidak terbentuk utuh (Smullen et al. 2007)
31
4. Manfaat Buah Delima merah (Punica granatum)
Manfaat terbaik dari buah delima merah dalam perawatan gigi adalah buah
delima merah memiliki bahan antibakteri dan antivirus yang dapat membantu
untuk mengurangi efek plak pada gigi (Madhawati 2012).
Buah delima merah (Punica granatum) memiliki kandungan antioksidan 3
kali lebih banyak dibandingkan wine dan teh hijau dengan kandungan flavonoid
yang berperan penting dalam mencegah radikal bebas dalam tubuh, sekaligus
memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak serta memberikan perlindungan pada kulit.
Sehingga tidak jarang buah delima menjadi salah satu bahan utama dalam
berbagai macam produk perawatan kulit. Antioksidan yang terkandung dalam
buah delima juga membantu mencegah oksidasi LDL atau kolesterol jahat yang
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah (Madhawati 2012).
Buah delima merah mengandung zat tannin yang tinggi, yaitu salah satu
senyawa yang terdapat dalam tanaman yang merupakan salah satu komponen
astringent dengan kemampuan mengikat dan mengendapkan protein sehingga bisa
diaplikasikan dalam pengobatan perdarahan (hemostatic), ulkus peptikum, wasir
dan diare dengan cara menyusutkan selaput lendir usus sehingga cairan diare
berkurang (Madhawati 2012).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimental semu atau studi intervensional (Alatas dkk. 2011). Dengan
pendekatan pre test – post test control group design.
B. Identifikasi Variabel
1.
Variabel pengaruh
: sari buah delima merah
2.
Variabel terpengaruh
: akumulasi plak
3.
Variabel terkendali
: volume pemberian sari buah delima merah
C. Definisi Operasional
1.
Sari buah delima merah adalah daging buah delima merah yang dibuat jus
dengan cara diblender kemudian disaring dengan kasa steril dan dihilangkan
ampasnya yang akan digunakan sebagai larutan kumur.
2.
Akumulasi plak adalah banyaknya plak yang terlihat setelah pewarnaan oleh
larutan disclosing agent kemudian dilakukan pengukuran.
3.
Volume pemberian sari buah delima merah adalah sari buah delima merah
sebanyak 20 ml perorang untuk digunakan berkumur.
32
33
D. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian diadakan di ruang Preklinik Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar, pada tanggal 12 Agustus – 31 Agustus 2013
pukul 10.00 – selesai WITA.
E. Subyek Penelitian
1.Populasi
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.
2.Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive
sampling (Sastroasmoro 2011). Dengan kriteria :
a. Inklusi yaitu OH baik, usia 19-23 tahun, menandatangani inform consent
dan bersedia mendapat perlakuan sesuai dengan alur penelitian.
b. Eksklusi yaitu memiliki kelainan sistemik, perokok berat, menggunakan
protesa atau bahel, terdapat karies servikal dan crowded anterior.
Menurut Khairani (2009), central limit theorem adalah cara untuk
menentukan jumlah sampel walaupun distribusi populasi tidak diketahui,
distribusi samplingnya akan menjadi normal jika jumlah sampelnya mencukupi
yaitu lebih besar atau sama dengan 30 (n≥30). Jadi jumlah sampel yang digunakan
pada penelitian ini sebanyak 40 orang.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah Plaque Index (Index Plaque
Personal Hygiene Performance). Indeks plak PHP adalah angka yang
34
menunjukkan jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa dibagi
jumlah seluruh gigi yang diperiksa (Podshadley dan Haley 1968 cit Pintauli dan
Hamada 2010).
Gigi yang diperiksa dalam penelitian ini menggunakan plak indeks,
permukaan plak indeks yang dinilai adalah permukaan labial dan lingual dengan
membagi tiap permukaan gigi menjadi 5 subdivisi yaitu D (distal), G (1/3 tengah
gingiva), M (mesial), C (1/3 tengah), I/O (1/3 tengah insisal/oklusal). Pemeriksaan
dilakukan secara sistematis pada region :
1.
Permukaan labial gigi insisif pertama kanan atas.
2.
Permukaan labial gigi insisif pertama kiri bawah.
3.
Permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas.
4.
Permukan bukal gigi molar pertama kiri atas.
5.
Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah.
6.
Permukaan lingual gigi molar pertama kanan bawah.
Cara pengukuran untuk menentukan indeks plak PHP dengan rumus :
Jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa
IP PHP =
Jumlah gigi yang diperiksa
35
Cara penilaian plak adalah : Nilai 0 = tidak ada plak dan Nilai 1 = ada plak.
Kriteria penilaian indeks plak PHP (Personal Hygiene Performance) yaitu :
Sangat baik (0)
Baik (0,1 – 1,7)
Sedang (1,8 – 3,4)
Buruk (3,5 – 5)
G. Alat dan Bahan
Alat :
1. Neerbecken
2. Pinset
3. Kaca mulut
4. Sonde
5. Gelas ukur
6. Gelas minum
7. Masker
8. Handscoon
9. Cotton pellet
10. Alat tulis
11. Form penelitian
Bahan :
1. Sari buah delima merah
2. Disclosing agent
3. Air putih
36
H. Jalannya penelitian
1. Alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan terlebih dahulu.
2. Sebelum dilakukan penelitian, calon sampel diminta untuk mengisi dan
menandatangani inform consent untuk kesediaan menjadi sampel.
3. Menjelaskan jalannya penelitian kepada subjek penelitian dan menjelaskan
hal-hal yang harus dilakukan selama penelitian dilaksanakan.
4. Pada penelitian pertama, sebanyak 40 sampel diberikan perlakuan dengan
mengoleskan disclosing agent, kemudian dilakukan pemeriksaan dan dinilai
agar mendapat indeks plak awal perorangan. Sebagai kelompok kontrol,
sampel diinstruksikan berkumur dengan air putih sebanyak 20 ml selama 1
menit. Setelah berkumur, skor plak dicatat kembali dan dimasukkan ke dalam
tabel.
5. Pada penelitian kedua, dilakukan seminggu kemudian. Sebanyak 40 sampel
tersebut kembali diberikan perlakuan dengan mengoleskan disclosing agent,
kemudian dilakukan pemeriksaan dan dinilai agar mendapat indeks plak awal
perorangan. Sebagai kelompok perlakuan, sampel diinstruksikan berkumur
dengan sari buah delima merah sebanyak 20 ml selama 1 menit. Setelah
berkumur, skor plak dicatat dan dimasukkan ke dalam tabel.
6. Hasil pengukuran dicatat pada form yang telah tersedia.
I. Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari penelitian ini dimasukkan ke dalam tabel
untuk pengamatan dan pengkajian data. Data kemudian dianalisis dan diolah
dengan menggunakan SPSS Windows.
37
1. Analisis deskriptif merupakan salah satu jenis analisis dengan memberikan
gambaran (deskripsi) mengenai suatu data yang diperoleh.
2. Uji Normalitas dan Homogenitas.
a. Uji Normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
b. Uji Homogenitas dengan menggunakan uji Lavene‘s Test
3. Uji Efek Perlakuan
a. Bagi data yang berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan uji
statistik parametrik yaitu :
1) Paired sample T-Test untuk analisis perbandingan pre test dan post test
pada masing-masing kelompok.
2) Independent Sample T-Test untuk analisis perbandingan kelompok
perlakuan atau kelompok kontrol.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
Responden yang diperiksa dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar berjumlah 40 orang
sebagai sampel kontrol dan perlakuan. Karakteristik sampel pada penelitian ini
akan disajikan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1. Karakteristik sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Karakteristik
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Umur
(tahun)
19
20
21
23
Total
Jumlah Sampel
15
25
40
2
10
24
4
40
Persentase (%)
37.5
62.5
100
5
25
60
10
100
B. Analisis Data Statistik
1. Uji Normalitas dan Homogenitas Data
Hasil penelitian yang diperoleh dari masing-masing kelompok diuji
normalitasnya dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan diuji
homogenitasnya dengan uji Lavene‘s Test. Dari semua data diperoleh hasil
p > 0.05, sehingga data berdistribusi normal dan homogen.
38
39
2. Analisis Efek Berkumur Sari Buah Delima Merah terhadap Penurunan
Akumulasi Plak Gigi
Dari analisis menggunakan T-Test antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan, menghasilkan data yang menunjukkan hasil dari uji parametrik Paired
Sampel T-Test, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2. Rerata skor akumulasi plak gigi sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan
Kelompok
Kontrol
Perlakuan
Pre
3.39
2.75
Post
2.72
0.86
Beda Rerata
0.67
1.88
T
17.139
22.813
p
0.000
0.000
Berdasarkan hasil dari uji Paired T-Test pada tabel 4.2 di atas, dapat
dilihat bahwa beda rerata skor akumulasi plak gigi pada kelompok kontrol adalah
sebesar 0.67, sedangkan pada kelompok perlakuan sebesar 1.88. Analisis data
dengan uji Paired Sample T-Test diperoleh bahwa terjadi penurunan akumulasi
plak gigi secara signifikan karena nilai p < 0.05 dari perbedaan rata-rata nilai
indeks plak awal dan akhir pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Diagram 4.1. Penurunan skor akumulasi plak gigi masing-masing kelompok
3.5
Skor Akumusi Plak Gigi
3
2.5
2
Pre
1.5
Post
1
0.5
0
Kontrol
Perlakuan
40
3. Analisis Penurunan Akumulasi Plak Gigi Antar Kelompok
Analisis data selisih skor akumulasi plak pada gigi antara kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan dengan menggunakan uji Independent Sample TTest.
Tabel 4.3. Independent Sample T-Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
F
Hasil
Equal
variances
assumed
Equal
variances
not assumed
Sig.
17.080 .000
t
12.993
Sig. (2Mean
Std. Error
tailed) Difference Difference
df
Lower
Upper
78
.000
-1.19500
.09197 -1.37810 -1.01190
- 53.095
12.993
.000
-1.19500
.09197 -1.37946 -1.01054
Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat nilai ―p‖ (sig. (2-tailed) antara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebesar 0.000 (p < 0.05),
menunjukkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap selisih rata-rata penurunan akumulasi plak gigi antara kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan. Sehingga dapat dinyatakan bahwa pemberian sari buah
delima merah (Punica Granatum) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan akumulasi plak gigi.
BAB V
PEMBAHASAN
Rongga mulut manusia pada saat lahir umumnya dalam keadaan steril.
Namun beberapa saat kemudian mikroorganisme mulai bermunculan dan melekat
pada beberapa bagian rongga mulut. Bakteri sebagian besar terdapat di dalam
saliva, pada lidah dan pipi, pada permukaan gigi, terutama daerah fisura dan leher
gingiva (Manson dan Eley 1989).
Dalam jangka waktu tertentu, koloni bakteri di dalam rongga mulut akan
membentuk suatu lapisan tipis yang dapat melekat erat pada permukaan gigi yang
disebut dengan plak (Armasastra 2011). Plak gigi dapat menjadi suatu substansi
utama penyebab penyakit di dalam rongga mulut. Oleh sebab itu perlu dilakukan
pengendalian plak dengan cara mekanis maupun kimia (Fedi, Vernino dan
Gray 2005).
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Pintaulli dan Hamada (2010)
bahwa pengendalian plak secara mekanis yang berupa penyikatan gigi dan
flossing harus disertai dengan upaya tambahan seperti penggunaan obat kumur
untuk memberikan efektivitas pembersihan rongga mulut. Secara umum obat
kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas rongga
mulut dengan tujuan untuk membersihkan sisa makanan yang dapat menyebabkan
plak yang tidak terjangkau ketika menyikat gigi, menghilangkan bau tak sedap,
mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi serta mencegah karies gigi
(Khoiriah 2012).
41
42
Berdasarkan penelitian yang diakukan terdapat 40 sampel yang
diantaranya berjenis kelamin perempuan sebanyak 25 orang dan laki-laki
sebanyak 15 orang pada rentang usia 19-23 tahun. Hasil uji menggunakan uji
Paired T-Test didapatkan bahwa nilai p < 0.05 yang menunjukkan bahwa
penurunan indeks plak terjadi pada kelompok kontrol dan perlakuan. Berdasarkan
Independent Sample T-Test didapatkan bahwa nilai p < 0.05 sehingga ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol yang berkumur air putih
dengan kelompok perlakuan yang berkumur dengan sari buah delima merah
(Punica granatum).
Hasil penelitian diatas menunjukkan penggunaan bahan alami sebagai
pengganti obat kumur berbahan kimia telah banyak dipilih masyarakat. Salah
satunya adalah memanfaatkan sari buah delima merah (Punica granatum) sebagai
obat kumur. Daging buah delima merah memiliki kandungan polifenol yang
terdiri dari antosianin, katekin, ellagic tannins, gallic dan ellagic acid. Sari buah
delima juga mengandung vitamin C yang bersifat antioksidan (Buhler dan
Miranda 2005 cit. Sugianto dkk. 2011).
Sifat antibakteri yang dimiliki buah delima merah merupakan true
antibiotics, dikarenakan tanpa adanya efek samping, manfaat yang penting adalah
adanya sifat bakterisid dan bakteriostatik pada bakteri patogen yang telah resisten
terhdap antibiotik sintetis (Khan dan Hanee 2011). Tannin yang merupakan salah
satu
kandungan
utama
dari
buah
delima
merah
mampu
mengisolasi
Staphylococcus aureus (44,3%), Streptococcus sp. (18%) dan Staphylococcus sp.
(12,8%) ( Min et al. 2010).
43
Hasil penelitian yang diperoleh data bahwa setelah satu menit berkumur
dengan sari buah delima merah terjadi penurunan akumulasi plak secara
signifikan, sedangkan berkumur dengan menggunakan air putih tidak terjadi
penurunan akumulasi plak secara signifikan. Hal ini dikarenakan berkumur
dengan air putih yang tidak mengandung antibakteri hanya melarutkan dekstran
ikatan α (1-6) pada plak gigi namun tidak menghambat pertumbuhan dan aktivitas
bakteri yang terus membentuk plak baru setiap saat. Sedangkan responden yang
berkumur dengan menggunakan sari buah delima merah mengalami penurunan
akumulasi plak yang signifikan dikarenakan selain melarutkan dekstran α (1-6),
sari buah delima memiliki kandungan tannin yang merupakan basis aktivitas
antibakterial dengan merusak membran sel yang menyebabkan kebocoran
intraseluler. Selain itu, kandungan flavonoid pada buah delima merah memiliki
efek antibakteri karena kemampuannya berinteraksi dengan DNA bakteri dan
alkaloid mampu mengganggu komponen penyusun peptidoglikan, sehingga
dinding sel bakteri tidak terbentuk utuh ( Smullen et al. 2007). Kandungan buah
delima merah yang bersifat bakterisid dan bakteriostatik menyebabkan aktivitas
bakteri terhambat dan pembentukan plak setelah berkumur sari buah delima
merah dapat diturunkan,.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa bakteri yang
terdapat di dalam plak gigi akan mampu berkembang biak dan tumbuh secara
terus menerus serta melekat erat pada permukaan gigi apabila tidak dilakukan
upaya pengendalian. Namun, karena kandungan tannin, saponin, polifenol,
flavonoid dan triterpen pada sari buah delima, pertumbuhan Streptococcus
mutans, Streptococcus mitis dan Candida albicans dapat dihambat sehingga
44
penurunan akumulasi plak gigi akan terjadi secara signifikan yang dapat
mempengaruhi penurunan resiko penyakit rongga mulut terutama penyakit
periodontal (Smullen et al. 2007).
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan analisis data maka dapat diperoleh kesimpulan
bahwa berkumur dengan sari buah delima merah (Punica granatum) dapat
menurunkan akumulasi plak gigi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti dapat memberikan
saran sebagai berikut :
1. Delima merah (Punica granatum) memiliki kandungan buah yang sangat baik
bagi kesehatan rongga mulut. Sari buah delima merah bermanfaat sebagai
alternatif obat kumur dalam upaya mengendalikan pertumbuhan plak gigi
secara alami dan mudah di dapat sehingga disarankan agar masyarakat dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari guna menjaga kesehatan gigi dan
mulutnya.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh berkumur
sari buah delima merah (Punica granatum) terhadap penurunan akumulasi
plak dengan frekuensi pemberian yang lebih lama, dengan jumlah sampel
yang lebih banyak serta dengan metode pengambilan sari buah yang berbeda
untuk memberikan hasil yang lebih baik.
45
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, H., Karyomanggolo, W.T., Musa, D.A., dan Boediarso, A. 2011, Desain
penelitian, Dalam Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Sastroasmoro,
dkk., Ed. 4. Jakarta : Sagung Seto.
Alburuda, F. dan Merdana, P. P. G. 2011, Obat Kumur Herbal Dari VCO, The
Hijau Dan Peppermint Sebagai Inovasi Baru Minuman Herbal Yang Berasa
Enak dan Segar, Program kreativitas Mahasiswa, Universitas Jember, Jember.
Amerongen, A.V.N. 1992, Ludah dan Kelenjar Ludah Arti Bagi Kesehatan Gigi,
Penerjemah : R. Abyono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Anita, Y. 2009, Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Delima Putih Terhadap
Pertumbuhan Streptococcus mutans (in vitro), Surabaya : Universitas
Airlangga.
Armasastra, B., 2011, Paradigma Baru Pencegahan Karies Gigi, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Besford, J., 1996, Mengenal Gigi Anda, Penerjemah : Budiman, J.A., ARCAN,
Jakarta.
Buah Delima Merah [Homepage of Flexmedia], [Online]. 2013, Available :
http//www.google.com/flexmedia/buah/delima/merah/
Budka,F. 2008. Active Ingredients, Their Bioavailibility and The Health Benefit of
Punica Granatum Linn (Pomegranate). Accessed : 10-12-2009.
Burapadaja, S. and A. Bunchoo. 1995. Antimicrobial activity of tannins from
Terminalia citrine. Planta Medica, 61: 365.
Carranza, F.A. 1990. Glickman’s Clinical Periodontology, 7th Ed. W. B. Saunders
Company, Philadelphia.
Cawson, R.A., Odell, E.W., Porter, S., 2002, Cawson’s Essential of Oral
Pathology and Oral Medicine, 7th Ed. Elseiver, Philadelphia.
Costerton, J.W., Cheng, K.J. dan Geesey, C.G. 1987, Bacterial Biofilms in Nature
and Disease, Ann Rev Microbial 41:435-464.
Christersson, L.A., Slots, J., Zamboon, J.J. et al. 1985, Transmission and
colonization of Actinobacillus actynomycetemcomitans in localized juvenile
periodontitis, J Periodontal vol.56, hal. 127-131.
Dapoenk 2013, Gambar Tumbuhan Delima [Homepage of Google], [Online].
Available: http//www.google.com/dapoenk2013/tanaman/delima/
Desmond, T. 2000, Tropical Fruit of Indonesia, Archipelago Press.
46
47
Dewi, S., Winarsih, S., dan Natasha, D.P. 2011, Uji Efektivitas Kulit Buah Delima
(Punica Granatum) Sebagai Antimikroba Staphylococcus aureus Penyebab
Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak di Rumah Sakit dan Komunitas Secara In
Vitro. Malang : Universitas Brawijaya.
Eley, B.M., Soory, M., Manson, J.D., 2010, Periodontics, 6th Ed. Elseiver, China.
Enda, F.A. 2012, Pegaruh Pemberian Larutan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) terhadap Pembentukan Plak Gigi, Skripsi, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Fedi, F.P., Vernino, A.R., Gray, J.L. 2005, Silabus Periodonti, Penerjemah :
Amaliya, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Fischer, K., 2012, Scientific Documentation Plaque Test, Ivoclar Vivadent,
Hamburg.
Hamsar, A. 2006, Perbandingan Sikat Gigi yang Berbulu Halus (Soft) dengan
Sikat Gigi Berbulu Sedang (Medium) Terhadap Manfaatnya menghilangkan
Plak Pada Anak Usia 9-12 tahun di SD negeri 060830 Kecamatan Medan
Petisah tahun 2005. Jurnal Ilmiah Panmed. Vol. 1, No. 1, Medan.
Hebbal, M., Ankola, A.V., Sharma, R, Johri, S. 2012, ‗Effectiveness of Herbal
and Fluoridated Toothpaste on Plaque and Gingival Scores Among Residents
of a Working Women’s Hotel‘, Oral Health Prev Dent, Vol. 10, No. 4, India.
Irene. 2011, Daya Hambat Ekstrak Kulit Buah Delima Putih dalam Menghambat
Pembentukan Dental Biofilm pada Stphylococcus Aureus in vitro. Malang :
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya.
Jurenka, J. 2008, ‗Therapeutic Application of Pomegranate (Punica Granatum L.)
: A Review’, Alternative Medicine Review, Vol. 13, No. 2, Dover.
Kolenbrander, P.E. 1988, Intergenic Coaggregation Among Human Oral Bacteria
and Ecology of Dental Plaque, Ann Rev Microbiol 42:627-656.
Kolenbrander, P.E., Anderson, R,N., and Moore, L.V. 1989, Coaggregation of
Fusobacterium Nucleatum, Selenomonas flueggei, Selenomonas infelix,
Selenomonas sputigena with Strains from 11 Genera of Oral Bacteria, Infect
Immun 57:3194-3203.
Kusumo, D.A. 2013, Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi
Bunuh Minimal (KBM) Ekstrak Buah Delima Merah (Punica granatum linn)
terhadap Enterococcus faecallis. Surabaya : Universitas Airlangga.
Khairani. 2009, Analisis Variabel, Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Khoiriah, T. 2012, Haruskah Kita Menggunakan Obat Kumur SetelahMenggosok
Gigi?, [Online], Available : tutikhoi.wordpress.com/2012/05/13/peranan-obatkumur—bagi-kesehatan-mulut-dan-gigi/. html [17 Juni 2013]
48
Lansky, E.P., Newman, R.A. 2007, Punica Granatum (Pomegranate) and It’s
Potential for Prevention and Treatment of Inflammation and Cancer. J
Ethnopharmacol. Ed. 109, No. 2, hlm : 177-206.
Louba, B. 2007, What Are The Medical Properties of Pomegranates?. Journal of
Chinese Clinical Medicine. 2 (9) (21 Agustus 2008).
Manson, J. D. dan Eley, B.M. 1993, Buku Ajar Periodonti, Ed. Ke-2, Penerjemah
: Anastasia S, Hipokrates, Jakarta.
Marsh, P.D. dan Martin, M.V. 1999, Oral Microbiology, 4th Ed. Planta Tree,
Oxford.
Marsh, P.D. 2006, Dental Plaque as a Biofilm and Microbial Community
Implication for Health and Disease. BMC Oral Health2006,6 (suppl 1) : S14
Madhawati, R. 2012, Si Cantik Delima (Punica granatum) Dengan Sejuta
Manfaat Antioksidan sebagai bahan Alternatif Alami Tampil Sehat dan Awet
Muda‘, Universitas Negeri Malang, malang.
Menezes SM, Cordeiro LN, and Viana GS: Punica granatum (pomegranate)
extract is active against dental plaque. Journal of Herbal Pharmacology
2006; 6(2):79-92.
Moore, W.E.C. 1987, Microbiology of Periodontal Disease, J Periodontal Res vol
2, hal. 335-341.
Mustaqimah, D.N. 2003, Gingiva yang Mudah Berdarah dan Pengelolaannya, J
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Vol. 10, No.1, hlm. 50-56.
Newman, M. G., Takey, H. H., Carranza, F.A. 2002, Carranza’s Clinical
Periodontology, WB Saunders, vol. 9, no. 651, hlm. 74.
Pintauli, S., dan Hamada, T., 2010, Menuju Gigi dan Mulut Sehat, USU Press,
Medan.
Putri, M.H., Herijulianti, E., dan Nurjannah, N., 2011, Ilmu Pecegahan Penyakit
Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Putti, F.D. 2008, Pengaruh Konsumsi Permen Karet yang Mengandung Xylitol
Terhadap Pembentukan Plak Gigi, KTI, Universitas Diponegoro, Semarang.
Overman, P.R. 2000, Biofilm : A New View of Plaque. J Contemp Dent. Pract
2000 15;1(3);18-29.
Quirynen, M., Teughels, W., Haake, S.K. 2006, Microbiology of Periodontal
Disease, dalam Carranza‘s Clinical Periodontology, Ed. Ke-10, Saunders
Elseiver, California.
Ramadhan, A.G., 2010, Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Bukunѐ , Jakarta.
49
Reynald, J. 2003, Martindale The Extra Pharmacoepoeia. 30th ed. London : The
Pharmaceutical Press.
Roeslan, B.O., 2002, Imunologi Oral Kelainan di Dalam Rongga Mulut, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
Sastroasmoro, S dan Ismael, S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Sagung Seto.
Savitri, E.S. 2008, Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam, UIN
Press, Malang.
Seneviratne, C.J., Zhang, C.F., Samaranayake, L.P. 2011, ‗Dental Plaque Biofilm
in Oral Health and Disease‘, J Dent Res, vol. 14, no. 2, hlmn. 87-94.
Sugianto dan Lidyawati, N. 2011, Pemberian Jus Delima Merah (Punica
granatum) Dapat Meningkatkan Kadar Glutation Peroksidase Darah Pada
Mencit (Mus musculus) Dengan Aktivitas Fisik Maksimal. Tesis : Program
Magister, Program Studi ilmu Biomedik, Program Pascasarjana. Denpasar :
Universitas Udayana.
Scransky, S.S., Gibbons, R.S., and Dale, A.C. 1963, The Microbiota of the
Gingival Crevice of Man. I. Total Microscopic and Viable Counts of Specific
Microorganisms, Arch Oral Biologic, vol. 8, hal. 275-279.
Smullen, J., Finnei, M., Storey, D.M., and Foster, H.A. 2012, Prevention of
Artificial Dental Plaque Formation in vitro by Plant Extracts. Journal of
Applied Microbiology, Centre for Parasitology and Disease Research, School
of Environment and Life Sciences, University of Salford, Manchester, M5
4WT, U.K.
Syamsuhidayat, S. dan Hutapea, R. 2001, Inventaris Tanaman Obat Indonesia.
Jakarta : Depkes RI.
Thaweboon, S., Nakaparksin, J., Thaweboon, B. 2011, ‗Effect of Oil Pulling on
Oral Medicine‘, Asia J public Health, Vol. 2, No. 2, Thailand.
LAMPIRAN
50
51
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Alamat
:
tahun
Dalam keadaan sadar dan tanpa tekanan menyatakan bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang berjudul ―Efektivitas Berkumur Sari Buah
Delima Merah (Punica granatum) Terhadap Penurunan Akumulasi Plak Gigi‖.
Penelitian ini akan dilakukan oleh Ade Indah Pratiwi (NPM:027/G/10), dengan
disetujui oleh drg. Yanuaris Widagdo, M.Kes selaku pembimbing I. Dan selama
penelitian berlangsung saya akan bertindak kooperatif serta mengikuti arah dari
peneliti.
Mengetahui,
Denpasar, Agustus 2013
Pembimbing I
Drg. Yanuaris Widagdo, M.Kes
(
52
)
53
Indeks Plak Kontrol
Nama
:
Umur
:
Kelamin
: L/P
16
11
26
2
46
31
36
16 (Bukal)
Oklusal
Distal
Mesial
Gingival
Central
Total
11 (Labial)
Insisal
Distal
Mesial
Gingival
Central
Total
26 (Bukal)
Oklusal
Distal
Mesial
Gingival
Central
Total
46 (Lingual)
Oklusal
Distal
Mesial
Gingival
Central
Total
31 (Labial)
Insisal
Distal
Mesial
Gingival
Central
Total
36 (Lingual)
Oklusal
Distal
Mesial
Gingival
Central
Total
Total Indeks Plak Sampel Awal:
+
+
+
+
+
=
=
Total Indeks Plak Sampel Akhir:
+
+
+
+
+
=
=
54
Indeks Plak Perlakuan
Nama
:
Umur
:
Kelamin
: L/P
16
11
26
2
46
31
36
16 (Bukal)
Oklusal
Distal
Mesial
Gingival
Central
Total
11 (Labial)
Insisal
Distal
Mesial
Gingival
Central
Total
26 (Bukal)
Oklusal
Distal
Mesial
Gingival
Central
Total
46 (Lingual)
Oklusal
Distal
Mesial
Gingival
Central
Total
31 (Labial)
Insisal
Distal
Mesial
Gingival
Central
Total
36 (Lingual)
Oklusal
Distal
Mesial
Gingival
Central
Total
Total Indeks Plak Sampel Awal:
+
+
+
+
+
=
=
Total Indeks Plak Sampel Akhir:
+
+
+
+
+
=
=
55
TABEL HASIL PENELITIAN BERKUMUR DENGAN SARI BUAH DELIMA MERAH
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Pre
3,5
3,8
3
3,3
3,7
3,7
3,3
3,5
3,3
2,7
3,3
3,2
3
3,7
3,6
3,3
3,4
3,2
3
3,1
3,3
3,4
3,4
3,1
3,3
3
3
3,1
3,4
3,6
3,1
3,7
3,2
3,1
3,7
3,8
3,7
4
4,1
4,3
Kontrol
Post
Selisih
3
0,5
3,3
0,5
2,3
0,7
2,7
0,6
2,3
1,4
2,5
1,2
3,2
0,1
3,3
0,2
2,3
1
2
0,7
2,8
0,5
2,6
0,6
2,3
0,7
3
0,7
3,1
0,5
2,5
0,8
3,1
0,3
2,8
0,4
2,5
0,5
2,2
0,9
2,4
0,9
2,6
0,8
2,7
0,7
2,5
0,6
2,8
0,5
2,5
0,5
2,6
0,4
2,5
0,6
2,6
0,8
2,7
0,9
2,6
0,5
2,9
0,8
2,6
0,6
2,4
0,7
2,9
0,8
2,9
0,9
2,8
0,9
3,2
0,8
3,4
0,7
3,7
0,6
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Pre
2,6
2,6
2,6
2,5
2,5
3,3
2,1
3
2,5
2,1
2,8
2,1
2,1
2,6
2,6
2,3
2,8
2,8
3,3
3,8
3
3,5
2,7
1,2
3
2,6
3,2
3
3,2
1,2
2,3
2,7
2,5
2,8
3,1
3
3,2
3,7
3,5
3,6
Perlakuan
Post
Selisih
1,1
1,5
1,3
1,3
1
1,6
0,3
2,2
0,3
2,2
0,3
3
1,1
1
0,8
2,2
0,8
1,7
0,5
1,6
0,6
2,2
0,1
2
0,3
1,8
0,3
2,3
0,6
2
0,6
1,7
1,6
1,2
0,6
2,2
1,5
1,8
1,9
1,9
0,8
2,2
1,3
2,2
0,8
1,9
0,8
0,4
0,6
2,4
1
1,6
1,8
1,4
0,8
2,2
0,8
2,4
0,5
0,7
0,8
1,5
0,8
1,9
1
1,5
0,9
1,9
1
2,1
0,5
2,5
1,5
1,7
1
2,7
1,2
2,3
1,1
2,5
56
Uji Normalitas
Uji Normalitas Perlakuan
Case Processing Summary
Cases
Valid
Tahap
N
Perlakuan Pre
Post
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
40 100.0%
0
.0%
40
100.0%
40 100.0%
0
.0%
40
100.0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Tahap
Statistic
Perlakuan Pre
df
.131
Post
.136
a. Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
40
.080
.950
40
.074
40
.061
.960
40
.174
Uji Normalitas Kontrol
Case Processing Summary
Cases
Valid
Tahap
Kontrol
N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Pre
40
100.0%
0
.0%
40
100.0%
Post
40
100.0%
0
.0%
40
100.0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Tahap
Kontrol
Pre
Statistic
.137
Post
.137
a. Lilliefors Significance Correction
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
40
.055
.960
40
.171
40
.058
.971
40
.374
57
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
Kontrol
Perlakuan
.171
1.944
df1
df2
1
1
Sig.
78
78
.680
.167
df
Mean
Square
ANOVA
Sum of Squares
Kontrol
Perlakuan
Between Groups
8.978
1
8.978
Within Groups
9.750
78
.125
Total
18.728
79
Between Groups
Within Groups
71.064
19.811
1
78
Total
90.875
79
71.064
.254
F
Sig.
71.828
.000
279.796
.000
58
Hasil Pengolahan Data dengan Menggunakan
Paired Sample T-Test untuk Kelompok Kontrol
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pre_Kontrol
3.3975
40
.34156
.05400
Post_Kontrol
2.7275
40
.36514
.05773
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
Pre_Kontrol & Post_Kontrol
Correlation
40
Sig.
.757
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
Mean
Pair 1
Pre_Kontrol Post_Kontrol
.67000
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
.24724 .03909
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
.59093
Upper
t
.74907 17.139
df
39
Sig. (2tailed)
.000
59
Hasil Pengolahan Data dengan Menggunakan
Paired Sample T-Test untuk Kelompok Perlakuan
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pre_Perlakuan
2.7500
40
.57289
.09058
Post_Perlakuan
.8650
40
.42399
.06704
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
Pre_Perlakuan &
Post_Perlakuan
Correlation
40
Sig.
.483
.002
Paired Samples Test
Paired Differences
Mean
Pair 1 Pre_Perl 1.88500
akuan Post_Pe
rlakuan
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Std. Error
Deviation Mean
Lower Upper
.52259
t
df
.08263 1.71787 2.05213 22.813 39
Sig. (2tailed)
.000
60
Independent Sample T-Test Pada Kelompok
Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok
Hasil
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Kontrol
40
.6950
.23088
.03651
Perlakuan
40
1.8900
.53388
.08441
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
F
Hasil
Equal
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
17.080
Sig.
t
Sig. (2tailed)
df
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Lower
Upper
.000 -12.993
78
.000
-1.19500
.09197
-1.37810
-1.01190
-12.993
53.095
.000
-1.19500
.09197
-1.37946
-1.01054
61
DOKUMENTASI
Buah Delima Merah
Daging buah delima merah
62
Sari buah delima merah yang telah disaring
Alat dan bahan penelitian
63
Pengecekan plak gigi awal
Pemolesan Disclosing agent
64
Sampel diinstruksikan untuk berkumur dengan
sari buah delima merah sebanyak 20 ml
Setelah dilakukan pemolesan disclosing agent
Setelah berkumur sari buah delima merah
65
Disclosing agent diaplikasikan pada sampel
Setelah berkumur sari buah delima merah, kemudian indeks plak diukur
Disclosing agent diaplikasikan pada sampel
Setelah berkumur sari buah delima merah, kemudian indeks plak diukur
Download