BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut anak Indonesia saat ini masih menjadi hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi. World Health Organization tahun 2000 mencatat sebesar 60-90% anak usia sekolah di negara berkembang memiliki karies gigi (Petersen dkk., 2005). Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 menunjukkan bahwa 52% anak Indonesia mengalami karies yang tidak diobati atau karies aktif, 46% memiliki kalkulus dan indeks DMF-T sebesar 5,3 (Astoeti dkk., 2004). Salah satu faktor yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya kerusakan gigi geligi ialah kondisi kebersihan gigi dan mulut (Suwelo, 2005). Kebersihan rongga mulut dapat dilihat dari ada atau tidaknya deposit organik, material alba, plak gigi dan kalkulus (Schuurs, 1990). Plak gigi merupakan faktor utama proses terjadinya karies gigi dan inflamasi jaringan lunak sekitar gigi. Plak gigi adalah lapisan tipis pada permukaan gigi yang merupakan akumulasi dari berbagai macam mikroorganisme. Lebih dari 300 spesies bakteri ditemukan dalam deposit plak gigi. Pada awal pembentukan plak, bakteri Streptococcus mutans merupakan jenis bakteri yang paling sering dijumpai (Lee, 2006). Kebersihan gigi dan mulut anak-anak pada umumnya lebih buruk jika dibandingkan dengan orang dewasa. Anak-anak cenderung lebih banyak mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersifat kariogenik, seperti gula-gula 1 2 namun jarang membersihkannya setelah makan atau minum sehingga banyak gigi geliginya yang mengalami kerusakan (Machfoedz dan Yetti, 2005 sit. Nurhidayat dkk., 2012; Worotijan dkk., 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Bagramian dkk. tahun 2009 menunjukkan prevalensi karies pada anak usia 12 tahun sebesar 53,8% dan anak usia 14 tahun sebesar 63,1%. Keadaan flora rongga mulut anakanak kurang lebih sama dengan orang dewasa, tetapi rongga mulut orang dewasa memiliki variasi bakteri lebih banyak sehubungan dengan keadaan mulut dan kondisi gigi geligi (Rustan, 2012). Upaya pengendalian plak pada permukaan gigi dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi. Salah satu sarana pencegahan plak secara kimiawi adalah dengan menggunakan obat kumur. Beberapa substansi kimia dalam obat kumur memiliki sifat antiseptik atau antibakteri yang berguna untuk menghambat pembentukan plak dan pencegahan gingivitis (Pannuti dkk., 2003). Penggunaan larutan kumur merupakan salah satu cara yang dianggap cukup berhasil dalam menjaga kebersihan rongga mulut (Endarti dkk., 2006). Obat kumur yang sering digunakan adalah obat kumur yang mengandung antiseptik, akan tetapi penggunaan antiseptik dalam obat kumur diduga dapat berefek karsinogenik bagi penggunanya (Amalia dkk., 2014). Saat ini masyarakat Indonesia lebih cenderung memilih gaya hidup kembali ke alam (back to nature). Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia memiliki kekayaan alam yang cukup melimpah. Salah satu diantaranya adalah tanaman herbal dengan jenis serta manfaat yang beragam dan tak jarang masyarakat memanfaatkan produk alam tersebut sebagai alternatif pengobatan 3 (Susilowati dan Sumarawati, 2012). Survei kepustakaan tanaman obat yang ada yang ada di Indonesia menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 195 jenis tumbuhan yang berasal dari 74 suku atau 159 marga tumbuhan yang diindikasikan untuk berbagai keperluan terkait kesehatan gigi dan mulut. Salah satu jenis tanaman tersebut ialah pinang (Areca catechu) (Suwondo, 2007). Pinang (Areca catechu) merupakan tanaman famili Arecaceae yang dapat tumbuh dan mudah dijumpai hampir di seluruh daerah Indonesia (Depkes RI, 1989). Buah pinang sudah sangat akrab dengan masyarakat pedesaan, terutama mereka yang masih melakukan tradisi kunyah sirih karena biasanya buah pinang ini dikunyah bersama daun sirih (Gendrowati, 2014). Nonaka (1989) menyatakan bahwa biji pinang mengandung proantosianidin, yaitu tannin terkondensasi yang memiliki aktivitas antibakteri karena efek toksisitasnya mampu merusak membran sel bakteri. Biji pinang juga mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid yang dapat menghambat pembentukan dinding sel serta menyebabkan kematian sel bakteri (Robinson, 1995 sit. Nuria dkk., 2009). Suwondo (2007) dalam penelitiannya membuktikan bahwa sediaan ekstrak air-alkohol biji pinang (Areca catechu) 1% memiliki aktivitas antibakteri yang tinggi terhadap bakteri Streptococcus mutans yang merupakan bakteri utama pembentuk plak gigi. Uji laboratoris (in vitro) khasiat biji pinang dalam bentuk sediaan ekstrak air-alkohol 1% menunjukkan hasil yang cukup baik dalam hal menghambat akumulasi bakteri Streptococcus mutans serotipe-c (MT-8148) dan serotipe-d (OMZ-176). 4 Ekstrak merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Massa atau serbuk yang tersisa diolah sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Pembuatan ekstrak dari simplisia bertujuan agar zat-zat aktif yang terkandung dalam simplisia terdapat dalam kadar yang tinggi, selain itu pemilihan bentuk ekstrak dapat mempermudah dalam hal pengaturan dosis zat aktif yang diinginkan serta dapat digunakan untuk menstandarisasi kandungannya sehingga menjamin keseragaman mutu, keamanan dan khasiat produk akhir (Anief, 2010). Dari uraian di atas, peneliti ingin melakukan uji klinis untuk mengetahui apakah berkumur ekstrak air-alkohol biji pinang (Areca catechu) 1% berpengaruh terhadap akumulasi plak pada gigi anak usia 12-14 tahun. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka timbul suatu permasalahan yaitu bagaimanakah pengaruh berkumur ekstrak air-alkohol biji pinang (Areca catechu) 1% terhadap akumulasi plak gigi anak usia 12-14 tahun. C. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan penulis, penelitian berjudul: Pengaruh Berkumur Ekstrak Air-Alkohol Biji Pinang (Areca catechu) 1% terhadap Akumulasi Plak Gigi Anak Usia 12-14 Tahun belum pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya 5 terkait dengan kemampuan ekstrak air-alkohol biji pinang 1% sebagai antibakteri pembentuk plak gigi adalah: Skrining Tumbuhan Obat yang Mempunyai Aktivitas Antibakteri Penyebab Karies Gigi dan Pembentukan Plak yang dilakukan secara in vitro oleh Syarif Suwondo pada tahun 2007. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berkumur ekstrak airalkohol biji pinang (Areca catechu) 1% terhadap akumulasi plak gigi anak usia 12-14 tahun. E. Manfaat Penelitian 1. Untuk Ilmu Pengetahuan Memberikan informasi ilmiah di bidang kedokteran gigi anak mengenai pengaruh berkumur ekstrak air-alkohol biji pinang (Areca catechu) 1% terhadap akumulasi plak pada gigi anak. 2. Untuk Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai salah satu upaya alternatif untuk menurunkan akumulasi plak gigi khususnya pada anak usia 12-14 tahun dengan menggunakan tanaman herbal pinang (Areca catechu).