FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO TAHUN 2013 Elyzabeth Nangoy¹, Besral² 1. Peminatan Kebidanan Komunitas Fakultas Kesehatan Masyarakat 2. Departemen Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat ABSTRAK Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi usia 0-6 bulan tanpa diberi makanan dan minuman lainnya kecuali vitamin, dan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Suwawa Kab. Bone Bolango tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 5-12 bulan dengan jumlah sampel 100 responden. Dari hasil penelitian diperoleh proporsi perilaku pemberian ASI eksklusif hanya sebesar 23 %. Dari 10 variabel terdapat 7 variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan, perilaku ASI segera, dukungan petugas kesehatan dan dukungan suami dan keluarga. Pendidikan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif dimana ibu yang berpendidikan tinggi memiliki peluang 11 kali untuk bisa memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. Oleh karena upaya peningkatan promosi kesehatan berupa penyuluhan dan konseling tentang ASI Eksklusif sangat penting untuk dilakukan. Kata kunci: ASI Eksklusif; Pendidikan Granting exclusive breast feeding is giving breas feeding to a baby age 0-6 months without food and other drinks except vitamins, and medications. This research aims to know the factors related to the behavior of exclusive breast feeding in Clinic Suwawa Kab. Bone Bolango by 2013. Type of this research is quantitative research with cross sectional design research. The sample in this research is the mother who has a baby age 5-12 months with a total sample of 100 respondents. Of research results obtained in proportion to exclusive breast feeding only 23 %. Of the 10 variables there are 7 variables that have a meaningful relationship with exclusive breast feeding behavior, it is education, occupation, age, knowledge, behavior of breast milk immediately, suport health workers and support of the husband and family.Education is the most influential factor of exclusive breast feeding in which highly educated mothers have opportunities 11 times to get it. Keyword : Exclusive Breastfeeding, Education. PENDAHULUAN ASI merupakan karunia Tuhan untuk mencukupi kebutuhan gizi bayi sejak lahir sampai berumur 24 bulan yang penting untuk pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 hidupnya. ASI mengandung zat-zat gizi yang tidak ditemukan dalam makanan dan minuman apapun olahan manusia. Pemberian ASI eksklusif sampai usia bayi 6 bulan membuat perkembangan motorik dan kognitif bayi lebih cepat (Kemenkes RI;2011). Banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah perubahan sosial budaya yaitu ibu- ibu yang bekerja atau mempunyai kesibukan sosial lainnya, meniru teman tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol, merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya, takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesatnya. Seringkali ibu- ibu kurang mendapatkan informasi bahkan seringkali mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif, tentang bagaimana menyusui yang benar dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui. Untuk mencapai keberhasilan dalam menyusui tidaklah diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal. Yang diperlukan hanyalah sikap ibu yang sabar dalam menyusui, sedikit pengetahuan tentang menyusui juga dukungan dari lingkungan ibu baik dari suami, teman maupun petugas kesehatan (Roesli,2000) Saat ini pemberian ASI eksklusif pada bayi dan balita di Indonesia masih rendah dan cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Bayi yang mendapat ASI saja terbanyak pada bulan pertama kelahirannya yaitu sebesar 82,9 % pada usia 2 bulan 69,9 % dan pada usia 6 bulan. Sementara itu cakupan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Gorontalo pada tahun 2010 sebesar 37,43 % dan di tahun 2011 meningkat menjadi 49,5 % ( Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo). Sedangkan di Kabupaten Bone Bolango cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 50,5 % dan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 40,3% (Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango ). Puskesmas Suwawa merupakan salah satu Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Bone Bolango yang cakupan ASI eksklusifnya masih rendah yaitu pada tahun 2010 sebesar 26,2 % dan pada tahun 2011 sebesar 27,12 %. Data ini masih jauh dari target Dinas yang ditetapkan yaitu sebesar 65 % dan target nasional sebesar 80 %. Tujuan penelitian ini adalah diperoleh gambaran perilaku pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango tahun 2013, diperoleh gambaran tentang faktor predisposisi (pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan, pengeluaran keluarga, pemberian ASI segera setelah lahir, dan penggunaan kontrasepsi) terhadap pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Suwawa tahun 2013, diperoleh gambaran penyuluhan dari petugas Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif di puskesmas Suwawa tahun 2013, diperoleh gambaran faktor penguat (dukungan petugas kesehatan dan dukungan suami dan keluarga) terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Suwawa tahun 2013, diketahuinya hubungan faktor predisposisi terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Suwawa tahun 2013, diketahui hubungan faktor penyuluhan/ pemberian informasi terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Suwawa tahun 2013, diketahui hubungan faktor penguat terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Suwawa tahun 2013. TINJAUAN TEORITIS ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir umur 0-6 bulan tanpa diberi makanan dan minuman lainnya kecuali obat dan vitamin (Kemenkes RI;2011). WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk memulai dan mencapai ASI eksklusif yaitu : 1) Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran 2) Menyusui secara eksklusif, artinya tidak ditambah makanan dan minuman lain bahkan air putih sekalipun 3) Menyusui kapanpun bayi inginkan (on demand), sesering yang bayi mau, siang dan malam 4) Tidak menggunakan botol susu maupun empeng 5) Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, di saat tidak bersama anak 6) Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang. Salah satu teori yang berhubungan dengan determinan perilaku seseorang adalah teori Green. Menurut Green (2005), diagonsis perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1. Faktor predisposisi, merupakan faktor yang mendasari atau memotivasi terjadinya perilaku yang mencakup pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan, pengeluaran keluarga, ASI segera setelah lahir dan penggunaan kontrasepsi. 2. Faktor pemungkin (Enabling), meliputi keterpaparan informasi baik dari petugas kesehatan maupun dari media massa dan status meokok ibu. 3. Faktor penguat (Reinforcing) merupakan faktor yang dapat memberikan rangsangan atau penghargaan/ dukungan dan cukup berperan untuk terjadinya suatu perilaku yaitu dari keluarga, panutan, idola, para guru, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat dan pembuat keputusan. Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 Pendidikan merupakan faktor predisposisi atau faktor pemudah yang mempengaruhi perilaku seseorang.Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap pengetahuannya mengenai kesehatan dan perilaku hidup sehat. Menurut Nursalam (2003) dalam Wawan dan Dewi (2010), makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah pula untuk menerima informasi, misalnya informasi tentang pemberian ASI Eksklusif yang baik Menurut dr. Rulina Suradi, wanita pekerja adalah wanita yang mempunyai bayi yang bekerja di luar rumah sehingga terpaksa harus meninggalkan bayinya untuk waktu tertentu. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja tetap dapat memberikan ASI secara eksklusif.Idealnya setiap tempat kerja yang mempekerjakan wanita hendaknya mempunyai “tempat penitipan anak/bayi”.Dengan demikian ibu dapat membawa bayinya ke temapt kerja dan dapat menyusui sampai beberapa jam. Namun bila tidak memungkinkan karena tempat kerja jauh dari rumah, tidak memiliki kenderaan pribadi ataupun mobil jemputan dari kantor atau lingkungan tempat bekerja yang kurang sehat untuk bayi, maka ada cara lain yang juga mudah yaitu dengan memberikan ASI perah. Untuk mengatasi hal ini diperlukan fasilitas dan peraturan-peraturan tempat kerja yang memungkinkan seorang ibu untuk tetap dapat memberikan ASI secara eksklusif sampai bayinya berumur 6 bulan misalnya dengan menyediakan ruangan untuk memerah ASI yang memadai, member izin dan waktu untuk memerah ASI serta waktu cuti yang lebih fleksibel (Roesli,2009). Menurut undang-undang nomor 13 tahun 2003 bahwa umur atau batas usia kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah berumur 15-64 tahun. Menurut Soetjiningsih (1997), ibu yang berumur muda lebih banyak memproduksi ASI dibanding ibu yang sudah tua. Hal ini terjadi karena mulai umur 30 tahun terjadi kemunduran pertumbuhan kelenjar alveoli payudara sehingga ASI yang diproduksi berkurang karena alveoli merupakan kelenjar penghasil ASI (Robert,1993). Menurut Green (1980) pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang menentukan perilaku kesehatan seseorang. Dengan memiliki pengetahuan, seseorang akan lebih yakin dan percaya terhadap apa yang akan dilakukannya serta lebih mengetahui apa akibatnya jika hal itu dilakukan ataupun tidak dilakukan. Menurut Prasetyono (2009), kegagalan pemberian ASI eksklusif secara optimal disebabkan karena rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI eksklusif. Pemahaman yang memadai tentag ASI eksklusif akan mendorong ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Bila seorang ibu yang menyusui tidak memperoleh makanan tambahan yang cukup, maka dapat terjadi masalah dalam produksi ASI.Apalagi jika kekurangan gizi tersebut sudah Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 terjadi sejak masa kehamilan. Oleh sebab itu ibu menyusui sngat dianjurkan untuk dapat mengkonsumsi berbagai macam bahan makanan sumber protein seperti telur, ikan maupun kacang-kacangan serta berbagai makanan sumber vitamin (Prasetyono;2009). Memberikan ASI sedini mungkin setelah melahirkan merupakan langkah yang baik karena pengisapan dalam 30 menit pertama setelah lahir melalui sucking reflex yang akan merangsang keluarnya ASI (Alam;2003). Memberikan ASI pada bayi sedini mungkin akan lebih baik karena membantu bayi mempersiapkan diri menerima perubahan situasi (Soetjining sih;1997). Keluarga berencana penting untuk membantu terus menyusui. Banyak ibu berhenti menyusui jika ia hamil lagi. Pastikan bahwa alat kontrasepsi yang dipilih oleh ibu tidak mengganggu proses menyusuinya. Semua metode KB nonhormonal dapat digunakan dan tidak mempengaruhi pemberian ASI. IUD merupakan salah satu alat kontrasepsi yang sangat cocok digunakan oleh ibu menyusui, selain itu juga kondom, diafragma dan spermisida juga bisa digunakan oleh ibu menyusui asalkan tahu cara penggunaannya yang benar. Metode KB yang mengandung hormone progesterone juga cocok digunakan oleh ibu menyusui seperti depoprovera, norplant dan norplant terbaru atau pil progesterone saja karena metode ini tidak mengganggu pemberian ASI dan dapat sedikit meningkatkan produksi ASI. Menurut Roesli (2000) salah satu langkah keberhasilan dalam menyusui adalah dengan adanya bimbingan dan informasi kepada ibu hamil tentang ASI eksklusif.Pelayanan kesehatan berupa antenatal care dapat menjadi salah satu media bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi tentang menyusui dan mempersiapkan psikologis ibu untuk menyusui nantinya Menurut Depkes (2002), petugas kesehatan dapt berperan penting dalam memberikan dukungan psikologis untuk membantu ibu menyusui yang mengalami hambatan sehingga dengan motivasi yang diberikan oleh petugas kesehatan akan muncul rasa percaya diri ibu untuk menyusui bayinya. Dukungan suami dan anggota keluarga lainnya sangat dibutuhkan.Suami diharapkan dapat membantu tugas rutin sehari-hari agar ibu tidak lelah dan dapat memusatkan perhatian pada bayi dan dirinya sendiri sehingga ibu merasa percaya diri dan bangga dapat menyusui.Anggota keluarga lainnya dapat membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang biasanya dikerjakan oleh ibu. Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian secara kuantitatif dengan desain studi cross sectional dimana seluruh variabel yang akan diteliti diamati pada satu waktu tertentu secara bersamaan. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Suwawa Kabupaten Bone Bolango dengan menggunakan teknik pengambilan sampel adalah total sampling yaitu seluruh poplulasi dijadikan sampel karena sudah dianggap memenuhi kriteria untuk penelitian ini. Penentuan besar sampel minimal dengan menggunakan rumus hipotesis beda dua proporsi dengan tingkat kepercayaan 95 % dan kekuatan uji 80 %. Dari hasil perhitungan sampel diperoleh jumlah sampel minimal sebesar 99 orang dan dibulatkan menjadi 100 orang. Data untuk penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan atau memperoleh gambaran masing-masing variabel yang digunakan untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase setiap variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat dan menganalisis hubungan antara variabel dependen dengan variabl independen menggunakan uji statistik chi-square dengan melihat nilai OR.Dan untuk analisis multivariat dilakukan dengan menghubungkan antara variabel dependen dengan variabel independen secara bersama-sama untuk mengetahui variabel independen mana yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. HASIL PENELITIAN Tabel 5.1 Distribusi Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Variabel Pemberian makanan dan minuman sebelum ASI keluar pertama kalinya Total Usia bayi mendapat makanan dan minuman selain ASI Total Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Total Kategori Tidak Ya < 6 bulan ≥ 6 bulan Tidak Ya Jumlah 35 65 100 54 46 100 77 23 100 Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 Persen (%) 35 65 100 54 46 100 77 23 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya yaitu sebanyak 77 orang (77%), sedangkan responden yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 23 orang (23%). Tabel 5.2 Gambaran Faktor Predisposisi terhadap Perilaku pemberian ASI Eksklusif Faktor Predisposisi Pendidikan Tidak tamat SD SD SMP SMA Akademi/PT Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Distribusi Pekerjaan Pengrajin Pedagang PNS Karyawan swasta Buruh Pabrik Pembantu Rumah Tangga Umur Responden 16-19 tahun 20-35 36-39 Pengetahuan Kurang baik (benar <80%) Baik, (benar ≥ 80%) Pengeluaran ≤ UMR > UMR Perilaku ASI Segera Tidak Ya Penggunaan Kontrasepsi Kontrasepsi Hormonal Non Hormonal Jumlah Persen (%) 5 27 22 34 12 5 27 22 34 12 51 49 51 49 13 25 11 16 27 8 13 25 11 16 27 8 22 61 17 22 61 17 89 11 89 11 54 46 54 46 69 11 69 11 52 48 52 48 Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden yang pendidikannya tidak tamat SD sebesar 5 %, SD sebesar 27%, SMP sebesar 22%, SMA sebesar 34 % dan responden yang dengan pendidikan terakhir akademi atau PT sebesar 12 %. Untuk variabel pekerjaan, pada penlitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu bekerja (pekerjaan tetap) dan tidak bekerja (ibu rumah tangga). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi proporsi responden yang bekerja dan tidak bekerja hampir sama besarnya yaitu bekerja sebesar 51 % dan tidak bekerja sebesar 49 %. Sebagian besar responden bekerja Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 sebagai buruh pabrik sebesar 27 %, pedagang sebesar 25%, karyawan swasta sebesar 16 %, pengrajin sebesar 13 %, PNS sebesar 11 % dan pembantu rumah tangga sebesar 8%. Pada variabel umur, demi kepentingan penelitian umur responden dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu 16-19 tahun, 20-35 tahun dan 36-39 tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi responden dengan usia 20-35 tahun sebesar 61 % lebih besar dibandingkan dengan proporsi responden dengan usia 16-19 tahun sebesar 22 % dan responden dengan usia 36-39 tahun sebesar 17%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang ASI eksklusif yaitu sebanyak 89 orang (89%) dan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 11 orang (11%). Untuk variabel pengeluaran rumah tangga, demi kepentingan penelitian pengeluaran dikategorikan menjadi dua berdasarkan besaran UMR setempat yaitu ≤ UMR dan > UMR. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi responden yang memiliki pengeluaran ≤ UMR yaitu sebanyak 54 orang (54%) hampir sama dibandingkan dengan proporsi responden yang memiliki pengeluaran > UMR yaitu sebanyak 46 orang (46%). Perilaku ASI segera yaitu pemberian ASI saja kepada bayi segera setelah lahir kurang dari 1 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan ASI saja kepada bayi lebih dari 1 jam setelah melahirkan yaitu sebanyak 69 orang (69%). Sedangkan responden yang memberikan ASI kurang dari 1 jam setelah melahirkan (ASI segera) yaitu sebanyak 31 orang (31%). Penggunaan kontrasepsi yaitu status responden saat ini yang menggunakan salah satu cara untuk mencegah kehamilan dengan tujuan menjarangkan kelahiran anak. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden saat ini menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu sebanyak 52 orang (52%) dan responden yang menggunakan kontrasepsi non hormonal sebanyak 48 orang (48%). Tabel 5.3 Distribusi Keterpaparan Informasi pada Responden (n=100) Informasi Jumlah Persen(%) Tidak Pernah Ya Distribusi Sumber Informasi Televisi Petugas Kesehatan Keluarga/orang lain Internet 15 85 15 85 33 80 23 8 33 80 23 8 Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 Berdasarkan keterangan lebih lanjut pada responden terkait keterpaparan informasi tentang ASI Eksklusif, diketahui bahwa sebagian diperoleh dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 85 orang. Tabel 5.4 Gambaran Faktor Penguat (n=100) DukunganPetugas Kesehatan Jumlah Persen(%) <5 dukungan 36 36 ≥5 dukungan 64 64 Bentuk Dukungan Petugas Kesehatan Penyuluhan ASI Eksklusif saat perika hamil 85 85 Anjuran untuk memberikan ASI Eksklusif Penjelasan tentang manfaat ASI Eksklusif 93 93 Penjelasan tentang cara meningkatkan ASI 85 85 eksklusif 84 84 Penyuluhan Asi eksklusif saat persalinan 82 82 Dukungan suami dan keluarga <5 dukungan 42 42 ≥5 dukungan 58 58 Bentuk Dukungan Suami dan Keluarga Setuju ibu memberi ASI 100 100 Menganjurkan susu formula 74 74 Membantu pekerjaan ibu 93 93 Memberi perhatian ttg makanan 94 94 88 Memberi perhatian saat ibu mengalami 88 kesulitan menyusui Hasil penelitian seperti pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa dukungan petugas kesehatan sudah baik, sebagian besar (93%) bentuk dukungan berupa anjuran/persuasi untuk memberikan ASI Eksklusif, 85% bentuk dukungan berupa penyuluhan Asi Eksklusif saat periksa hamil dan penjelasan tentang manfaat ASI Eksklusif, 84% bentuk dukungan berupa penjelasan tentang cara meningkatkan produksi ASI, dan 82% bentuk dukungan berupa penyuluhan ASI eksklusif saat persalinan. Dukungan suami dan keluarga yaitu pengaruh positif yang diberikan oleh keluarga dan suami kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Dukungan petugas terhadap responden dikategorikan berdasarkan besar kecilnya dukungan (median=5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendapatkan ≥5 dukungan dari suami dan keluarga yaitu sebanyak58 orang (58%). Sedangkan responden yang mendapatkan <5 dukungan dari suami dan keluarga yaitu sebanyak 42 orang (42%). Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 Tabel 5.5 Hubungan Variabel Independen dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Variabel Pendidikan Pekerjaan Umur Pengetahuan Pengeluaran Asi Segera Penggunaan Kontrasepsi Keterpaparan Informasi Duk. Petugas Kesehatan Duk. Suami& Keluarga Kategori Rendah Menengah Tinggi Bekerja Tidak Bekerja 16-19 tahun 20-35 tahun 36-39 tahun Kurang Baik Baik ≤UMR >UMR Tidak Ya Hormonal Non Hormonal Tidak Pernah Pernah Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Perilaku Pemberian Asi Eksklusif (n=100) Tidak % Ya % n 24 75 8 25 54 49 87,5 7 12,5 34 4 33,3 8 66,7 12 44 86,3 7 13,7 51 33 67,3 16 32,7 49 20 90,9 2 9,1 22 48 78,7 13 21,3 61 9 52,9 8 47,1 17 72 80,9 17 19,1 89 5 45,5 6 54,5 11 45 83,3 9 16,7 54 32 71,1 13 28,9 45 58 84,1 11 15,9 69 19 61,3 12 38,7 31 38 73,1 14 26,9 52 39 81,3 9 18,8 48 13 86,7 2 13,3 15 64 75,3 21 24,7 85 32 88,9 4 11,1 36 45 70,3 19 29,7 64 37 88,1 5 11,9 42 40 69 18 31 58 Pvalue OR CI 95% 0,002 0,140 0,015 0,044 0,4 6 3,0 0,1-1,3 1,4-25,4 1,1-8,3 0,028 0,216 0,014 0,017 2,7 8,9 5,1 0,6-13,1 1,6-50,5 1,4-18,6 0,225 2,0 0,8-5,3 0,025 3,3 1,3-8,8 0,464 0,6 0,2-1,6 0,510 2,1 0,4-10,2 0,047 3,4 1,0-10,9 0,045 3,3 1,1-9,9 Catatan: Referensi Kategori Pertama (Variabel Pendidikan dan Umur) Hasil analisis uji kai kuadrat menunjukkan bahwa proporsi responden yang paling besar memberikan ASI eksklusif adalah pada kelompok responden dengan latar belakang pendidikan tinggi yaitu sebesar 66,7%, pada kelompok responden dengan latar belakang pendidikan menengah yaitu sebesar 12,5%, dan pada kelompok responden dengan latar belakang pendidikan rendah yaitu sebesar 25%. Responden yang memiliki pendidikan menengah mempunyai peluang sebesar 0,4 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan responden dengan pendidikan rendah. Begitu juga,responden yang memiliki pendidikan tinggi mempunyai peluang sebesar 6 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan responden dengan pendidikan rendah. Hasil analisis menunjukan bahwa proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif bagi bayinya sebagian besar pada kelompok responden tidak bekerja yaitu sebesar 32,7%, sedangkan pada kelompok responden yang bekerja yaitu sebesar 13,7%.Responden yang tidak bekerja mempunyai peluang sebesar 3 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan responden yang bekerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif bagi bayinya paling besar pada kelompok responden dengan usia 36-39 tahun yaitu Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 sebesar 47,1%, pada kelompok responden dengan usia 20-35 tahun yaitu sebesar 21,3%, dan pada kelompok responden dengan usia 16-19 tahun yaitu sebesar 9,1%. Responden yang usia 20-35 tahun mempunyai peluang sebesar 2,7 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan responden dengan usia 16-19 tahun. Begitu juga, responden yang usia 36-39 tahun mempunyai odds sebesar 8,9 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan responden dengan usia 16-19 tahun. Hasil analisis menunjukan bahwa proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif bagi bayinya paling besar pada kelompok responden dengan pengetahuan baik yaitu sebesar 54,5%, sedangkan pada kelompok responden dengan pengetahuan kurang baik yaitu sebesar 19,1%. Responden yang pengetahuan baik mempunyai peluang sebesar 5,1 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan responden yang pengetahuan kurang baik. Hasil analisis menunjukan bahwa proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif bagi bayinya paling besar pada kelompok responden dengan pengeluaran >UMR yaitu sebesar 28,9%, sedangkan pada kelompok responden dengan pengeluaran ≤UMR yaitu sebesar 16,7%. Responden yang memiliki pengeluaran > UMR berpeluang 2 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan responden yang memiliki pengeluaran di bawah UMR. Hasil analisis menunjukan proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif bagi bayinya paling besar pada kelompok responden yang melakukan perilaku ASI segera yaitu sebesar 38,7%, sedangkan pada kelompok responden yang tidak melakukan perilaku ASI segera yaitu sebesar 15,9%. Responden yang melakukan perilaku ASI segera mempunyai peluang sebesar 3,3 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan responden yang tidak melakukan perilaku ASI segera. Hasil analisis menunjukan proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif bagi bayinya paling besar pada kelompok responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu sebesar 26,9%, sedangkan pada kelompok responden yang menggunakan kontrasepsi non hormonal yaitu sebesar 18,8%. Hasil analisis menunjukan proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif bagi bayinya paling besar pada kelompok responden yang pernah mendapatkan informasi yaitu sebesar 24,7%, sedangkan pada kelompok responden yang tidak pernah mendapatkan informasi yaitu sebesar 13,3%. Responden yang pernah mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif memiliki peluang 2,1 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang tidak pernah mendapatkan informasi. Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 Hasil analisis menunjukkan proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif bagi bayinya paling besar pada kelompok responden yang mendapatkan dukungan petugas kesehatan yaitu sebesar 29,7%, sedangkan pada kelompok responden yang tidak mendapatkan dukungan petugas kesehatan yaitu sebesar 11,1%. Responden yang mendapatkan dukungan petugas kesehatan mempunyai peluang sebesar 3,4 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan responden yang tidak mendapatkan dukungan petugas kesehatan. Hasil analisis menunjukan bahwa proporsi responden yang memberikan ASI eksklusif bagi bayinya paling besar pada kelompok responden yang mendapatkan dukungan suami dan keluarga yaitu sebesar 31%, sedangkan pada kelompok responden yang tidak mendapatkan dukungan suami dan keluarga yaitu sebesar 11,9%. Responden yang mendapatkan dukungan suami dan keluarga mempunyai peluang sebesar 3,3 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan responden yang tidak mendapatkan dukungan suami dan keluarga. Analisis multivariat bertujuan untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI Eksklusif. Tahapan analisis multivariat meliputi seleksi bivariat, uji konfounding dan pembuatan model faktor penentu. Dari 10 variabel yang diseleksi bivariat, ada 2 variabel yang tidak masuk dalam kandidat multivariat karena nilai p >0,25 tetapi karena secara substansi keilmuan bisa mempengaruhi perilaku pemberian ASI eksklusif maka kedua variabel ini diikutkan dalam analisis multivariat. Selanjutnya dilakukan uji konfounding dengan mengeluarkan variabel yang nilai p tertinggi > 0,05. Bila ada peruabahan OR sblm variabel dikeluarakan dan stlh dikelauarkan > 10 %, maka variabel tsb dimasukkan kembali ke dlm pemodelan. Selanjutnya dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik. Tabel 5.6 Hasil Analisis Multivariat dengan Uji Regresi Logistik (Step 10/final model) 95% C.I.for EXP(B) Variabel B Pendidikan ≤ SMP P Value OR 0,030 1,0 Lower Upper Pendidikan 1 (SMA) 0,3 0,631 1,4 0,3 5,8 Pendidikan 2 (PT) 2,4 0,009 11 1,8 66,6 Pengeluaran (≥UMR) 0,2 0,678 1,3 0,3 4,9 Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 Kontrasepsi (hormonal) -0,6 0,368 0,5 0,1 2,0 Dukungansuami (Ada) 0,3 0,604 1,4 0,3 5,7 ASI Segera (Ya) 0,6 0,408 1,8 0,4 7,7 0,173 1,0 Usia 16-19 tahun Usia 1 (20-35 thn) 1,0 0,282 2,7 0,4 16,3 Usia2 (36-39 thn) 1,9 0,066 6,9 0,8 54,8 Pekerjaan (tdk bekerja) 1,0 0,129 2,8 0,6 13,4 Pengetahuan (baik) 1,4 0,144 4,0 0,6 26,7 Dukunganpetugas (Ada) 1,0 0,181 2,8 0,6 13,4 Informasi (ada) 0,5 0,596 1,7 0,2 13,9 Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemodelan regresi logistik mempunyai nilai sig.= 0,001 artinya model tersebut bermakna untuk menggambarkan perilaku ASI eksklusif yang dipengaruhi oleh pendidikan responden setelah dikontrol oleh variabel pekerjaan, umur, pengetahuan, pengeluaran, ASI segera, kontrasepsi, keterpaparan informasi, dukungan petugas dan dukungan suami. Variabel Pendidikan 2 (PT) merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. PEMBAHASAN Penggunaan desain cross sectional rawan dengan bias baik bias seleksi maupun bias informasi. Bias seleksi dalam penelitian ini adalah kesalahan dalam menolak subjek penelitian. Bias seleksi yang dapat terjadi adalah ibu yang memiliki anak usia 5 bulan yang melakukan atau tidak melakukan ASI eksklusif memiliki peluang untuk ikut dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk dapat memenuhi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini sehingga walaupun usia anak ibu belum mencapai 6 bulan sudah di jadikan sampel dalam penelitian ini. Bias informasi sering disebut juga recall bias yaitu bias yang sering terjadi ketika responden harus menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan kejadian di masa lampau (retrospektif), sehingga validitas data sangat ditentukan oleh daya ingat responden Pada penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI eksklusif bagi bayinya hingga usia 6 bulan tanpa makanan atau minuman pendamping, yaitu Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 sebesar 77%. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan data Depkes tahun 2009 dimana di Indonesia bayi yang mendapat ASI saja terbanyak hanya pada bulan pertama kehidupannya yaitu sebesar 82,9 %, kemudian pada usia 2 bulan hanya 69,9 % dan pada usia 6 bulan hanya 34,3 %. Selain itu dari hasil Riskesdas tahun 2010 diperoleh bahwa persentase menyusui eksklusif semakin menurun dengan meningkatnya kelompok umur bayi. Pada bayi yang berumur 5 bulan menyusui eksklusif hanya 15,3 %, menyusui predominan 1,5 % dan menyusui parsial 83,2 %. Pada penelitian ditemukan bahwa proporsi perilaku pemberian ASI eksklusif pada kelompok responden dengan pendidikan tinggi yaitu sebesar 66,7% dan lebih tinggi dibandingkan responden dengan pendidikan menengah maupun rendah. Responden yang berpendidikan tinggi memiliki peluang 6 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah. Menurut Nursalam (2003) dalam Wawan dan Dewi (2010), makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah pula untuk menerima informasi, misalnya informasi tentang pemberian ASI Eksklusif yang baik. Peningkatan informasi yang diperoleh diiringi dengan peningkatan pengetahuan akan berdampak baik pada perilaku ASI eksklusif. Pada penelitian ditemukan bahwa besarnya proporsi perilaku pemberian ASI eksklusif pada kelompok responden yang tidak bekerja lebih tinggi dibandingkan responden yang bekerja yaitu sebesar 32,7 %. Responden yang tidak bekerja memiliki peluang 3 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang bekerja. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja tetap dapat memberikan ASI secara eksklusif. Idealnya setiap tempat kerja yang mempekerjakan wanita hendaknya mempunyai “tempat penitipan anak/bayi”. Dengan demikian ibu dapat membawa bayinya ke tempat kerja dan dapat menyusui sampai beberapa jam. Untuk mengatasi hal ini diperlukan fasilitas dan peraturan-peraturan tempat kerja yang memungkinkan seorang ibu untuk tetap dapat memberikan ASI secara eksklusif sampai bayinya berumur 6 bulan misalnya dengan menyediakan ruangan untuk memerah ASI yang memadai, memberi izin dan waktu untuk memerah ASI serta waktu cuti yang lebih fleksibel (Roesli,2009). Pada penelitian ditemukan bahwa proporsi perilaku pemberian ASI eksklusif pada kelompok responden yang berusia 36-39 tahun yaitu sebesar 47,1% dan lebih tinggi dibandingkan responden yang berusia 16-19 tahun dan 20-35 tahun. Responden yang berusia 20-35 tahun memiliki peluang 2,7 kali untuk memberikan ASI ekslusif dibandingkan Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 dengan responden yang berusia 16-19 tahun. Responden yang berusia 36-39 tahun memiliki peluang 8,9 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang berusia 16-19 tahun. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2002) dan Aritonang (2011) menyatakan ada hubungan yang bermakna antara umur responden dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif. Pada penelitian ditemukan bahwa proporsi responden yang berpengetahuan baik yang memberikan ASI eksklusif sebesar 54,5 % lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah. Responden yang berpengetahuan baik memiliki peluang 5,1 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan kurang baik. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah (2012) menemukan bahwa adanya pengaruh pengetahuan ibu terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat tahun 2012. . Pada penelitian ditemukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengeluaran rumah tangga ≤UMR. Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa responden yang dengan pengeluarannya <UMR berpeluang 2 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI ekslusif dibandingkan dengan responden yang pengeluarannya > UMR. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida (2012) menemukan bahwa tidak adanya pengaruh pengeluaran rumah tangga ibu terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok Tahun 2011.. Pada penelitian ditemukan bahwa proporsi perilaku pemberian ASI eksklusif pada kelompok responden dengan perilaku pemberian ASI segera yaitu sebesar 38,7% dan lebih tinggi dibandingkan responden yang tidak memberikan ASI segera bagi bayi baru lahir yaitu sebesar 15,9 %. Responden yang memberikan ASI segera setelah lahir memiliki peluang 3,3 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang tidak memberikan ASI segera setelah lahir. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Apriyana (2012) juga menemukan ada hubungan signifikan antara perilaku ASI segera oleh ibu dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Pasir Angin Kabupaten Bogor Tahun 2012 dengan OR=5,4. Pada penelitian ditemukan bahwa sebagian besar responden sedang menggunakan kontrasepsi hormonal. Hasil uji menunjukkan bahwa proporsi perilaku pemberian ASI eksklusif pada kelompok responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu sebesar Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 26,9 % dan lebih besar dibandingkan dengan kelompok responden yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu sebesar 14,6%. Hal ini disebabkan karena pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kontrasepsi non hormonal masih rendah. Masyarakat kurang mendapat sosialisasi tentag alat kontrasepsi yang bisa digunakan saat menyususi. Pada penelitian ditemukan bahwa sebagian besar responden pernah terpapar informasi mengenai pemberian ASI eksklusif. Hasil uji menunjukkan tidak adanya hubungan antara keterpaparan responden terhadap informasi ASI eksklusif dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Tetapi secara substansi, keterpaparan informasi berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif dimana proporsi responden yang pernah terpapar informasi tentang ASI berpeluang 2,1 kali untuk memberikan ASI ekslusif dibandingkan dengan responden yang tidak pernah mendapatkan informasi. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya perbedaan proporsi perilaku pemberian ASI eksklusif tidak signifikan pada kelompok responden yang pernah terpapar dan tidak pernah terpapar informasi ASI eksklusif Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida (2012) menemukan bahwa tidak adanya pengaruh keterpaparan responden terhadap informasi asi eksklusif terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok Tahun 2011. Pada penelitian ditemukan bahwa proporsi perilaku pemberian ASI eksklusif pada kelompok responden yang mendapatkan dukungan petugas kesehatan yaitu sebesar 29,7% dan lebih tinggi dibandingkan responden yang tidak mendapatkan dukungan petugas kesehatan. Responden yang mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan memiliki peluang 3,4 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan dukungan. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida (2012) yang menemukan bahwa adanya pengaruh dukungan petugas kesehatan terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok Tahun 2011 dengan OR=3,97. Pada penelitian ditemukan bahwa proporsi perilaku pemberian ASI eksklusif pada kelompok responden yang mendapatkan dukungan suami dan keluarga yaitu sebesar 31% dan lebih tinggi dibandingkan responden yang tidak mendapatkan dukungan suami dan keluarga. Responden yang mendapatkan dukungan dari suami dan keluarga memiliki peluang 3,3 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan dukungan. Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida (2012) yang menemukan bahwa adanya pengaruh dukungan suami dan dukungan keluarga terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok Tahun 2011 dengan masing-masing OR adalah 3,7 dan 4,1 Dari hasil analisis multivariat regresi logistik diperoleh bahwa variabel pendidikan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pemberian ASI ekslusif dimana ibu yang berpendidikan tinggi memiliki peluang 11 kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan Asmijanti (2000) dan Munawaroh (2011) bahwa ibu yang berpendidikan tinggi berpeluang untuk dapat memberikan ASI ekslusif lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. Menurut Soetjiningsih (2007), pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesadaran seseorang terhadap kesehatannya. Bila orang tua mempunyai pendidikan lebih tinggi maka akan memperbesar kemungkinan dia untuk dapat menerima informasi yang berkaitan bagaimana cara merawat dan mengasuh anaknya termasuk informasi tentang ASI eksklusif. KESIMPULAN Sebagian responden diwilayah kerja Puskesmas Suwawa tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebesar 77 %. Sebagian besar responden berpendidikan tamat SMA (34%), bekerja (51%), berusia 20-35 tahun (61%), berpengetahuan kurang baik (89 %), memiliki pengeluaran < UMR (54 %), tidak memberikan ASI segera setelah lahir (69%) dan saat ini masih menggunakan kontrasepsi hormonal (52%). Sebagian besar responden pernah mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dengan sumber informasi terbanyak dari petugas kesehatan (80%) dan televisi (33 %). Sebagian besar responden mendapat dukungan dari petugas kesehatan berupa penyuluhan ASI eksklusif (85 %) anjuran memberikan ASI (93%), penjelasan tentang manfaat ASI (85%), penjelasan tentang cara meningkatkan ASI (84 %), dan penyuluhan ASI saat persalinan (82 %). Sebagian besar juga responden mendapat dukungan untuk memberikan ASI eksklusif dari suami dan keluarga. Dari 7 faktor predisposisi terdapat 5 faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan dan ASI segera. Pemberian ASI eksklusif lebih besar pada responden yang berpendidikan tinggi (66,7%), Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 berpengetahuan baik (54,5 %), berusia 36-39 tahun (47,1%), memberikan ASI segera setelah lahir kepada bayinya (38,7 %) dan tidak bekerja (32,7%). Responden yang berpendidikan tinggi memiliki peluang 11 kali lebih besar memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah, responden yang berusia 36-39 tahun berpeluang 6,9 kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang berusia 16-19 tahun, responden yang berpengetahuan baik memiliki peluang 4 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan kurang baik, responden yang tidak bekerja memiliki peluang 2,8 kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang bekerja dan responden yang memberikan ASI segera setelah lahir memiliki peluang 1,8 kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan yang tidak memberikan ASI segera setelah lahir. Faktor keterpaparan informasi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Faktor penguat yaitu dukungan petugas kesehatan dan dukungan suami dan keluarga memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif lebih besar pada responden yang mendapat dukungan dari suami dan keluarga (31%) dan dari dukungan petugas kesehatan (29,7 %). Responden yang mendapat dukungan dari petugas kesehatan memiliki peluang 2,8 kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat dukungan dan responden yang mendapat dukungan dari suami dan keluarga memiliki peluang 1,4 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat dukungan dari suami dan keluarga. SARAN Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas 1. Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat ditingkatkan dengan meningkatkan upaya penyuluhan ataupun sosialisasi kepada ibu tentang cara menyusui yang baik dan benar sehingga masalah-masalah yang sering dihadapi oleh ibu saat menyusui dapat teratasi. 2. Meningkatkan upaya promosi kesehatan khususnya tentang ASI eksklusif kepada ibu yang berusia 16-39 tahun pada setiap kegiatan posyandu ataupun kegiatan pelayanan kesehatan. 3. Meningkatkan upaya penyuluhan tentang ASI eksklusif kepada ibu yang bekerja untuk tetap memberikan ASI eksklusif dengan menganjurkan ibu untuk Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 menyediakan perlengkapan memerah ASI yang cukup dan didukung oleh lingkungan kerja yang baik. 4. Perlu dilakukan sosialisasi ataupun penyuluhan kepada suami dan keluarga tentang peran- peran khusus yang dapat dilakukan oleh suami dan keluarga dalam membantu ibu menyusui bayinya. 5. Mendukung suami dan keluarga dalam mengoptimalkan perannya membantu ibu menyusui bayinya dengan mengajarkan kepada suami dan keluarga tentang strategi-strategi yang bisa dilakukan untuk tetap mendukung ibu misalnya dengan menciptakan suasana yang nyaman untuk ibu dan menganjurkan membantu ibu dalam melaksanakan tugas rumah tangganya sehingga ibu lebih fokus menyusui bayinya. Kepada Dinas Kesehatan 1. Diharapkan dapat mengadakan pelatihan konselor ASI sehingga semua Puskesmas mempunyai konselor ASI. 2. Melakukan sosialisasi kepada seluruh petugas kesehatan baik yang bekerja di Puskesmas, Rumah Sakit atau BPS. 3. Melakukan sosialisasi kepada petugas kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI segera setelah lahir terhadap keberhasilan ASI eksklusif. 4. Koordinasi dengan organisasi kesehatan lain misalnya IBI untuk dapat melakukan seminar tentang ASI segera setelah lahir terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Kepada Instansi ataupun Perusahaan Diharapkan kepada semua instansi ataupun perusahaan yang mempekerjakan ibu menyusui untuk dapat menyediakan fasilitas pojok ASI ataupun dengan memberi izin dan waktu kepada ibu untuk memerah ASI serta waktu cuti yang lebih fleksibel. DAFTAR PUSTAKA Alam,Nahdiatul, Tita. (2003). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 5-12 Bulan Di Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Tahun 2003. Skripsi. FKM UI Aritonang, BR,Citra (2011).Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga Ibu Dengan perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bandar Huluan Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. FKM UI Asmijati. (2001). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tiga Raksa Dati II Tangerang Tahun 2000. Tesis. FKM UI Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Laporan Hasil Riskesdas Tahun 2010. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI Depkes RI. (2002). Manajemen Laktasi. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Gizi Masyarakat ________. (2009). Pemberian air susu ibu dan makanan pendamping ASI. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Gizi Kesehatan Masyarakat. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. (2011). Laporan Tahunan Dinas Kesehatan provinsi Gorontalo Tahun 2010 Provinsi (2012). Gorontalo Tahun 2011. Laporan Tahunan Dinas Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango. (2011). Laporan Tahunan DInas Kabupaten Bone Bolango Tahun 2010. . Kesehatan Kesehatan (2012). Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Green, L.W.,& Kreuter, M.W. (2005). Health Program Planning an Educational and Ecological Approach Fourth Edition, New York. McGraw-Hill Publishing Company Ida. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas kemiri Muka Kota Depok tahun 2011.Tesis. FKM UI Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman Pekan ASI Sedunia ( PAS ) Tahun 2010 ______________________. (2011). Informasi Tentang Pemberian ASI melalui Jakarta : Kemenkes RI Radio. Munawaroh. (2011). Pengaruh ASI Segera Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Tahun 2010. Tesis. FKM UI Prasetyono, D.S. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta : Diva Press Roesli, Utami. (2000). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya Rubinem. (2012). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Srondol Kota Semarang Tahun 2012.Skripsi. FKM UI Soetjiningsih. (1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC Wawan, A dan Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Manusia.Yogyakarta : Nuha Medika Perilaku WHO. (1993). Pelatihan Konseling Menyusui. New York, USA Zakiyah. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat tahun 2012. Skripsi. FKM UI Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013 Faktor-Faktor..., Elyzabeth Nangoy, FKM UI, 2013