Pokja Koding Tim Tarif INA-CBG Kemenkes RI NCC Out line 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Definisi Casemix Proses koding Koding ICD 10 dan ICD 9 CM Up-date ICD-10 dan ICD 9 CM Aturan kodig lainnya Struktur INA-CBG Up-date logic grouper 5.1 1. DEFINISI CASE-MX Sistem casemix adalah pengelompokan diagnosis dan prosedur dengan mengacu pada ciri klinis yang mirip/sama dan penggunaan sumber daya/biaya perawatan yang mirip/sama. Pengelompokan dilakukan dengan menggunakan software grouper 13/02/2017 4 Pengelompokan diagnosis dan prosedur dikaitkan biaya perawatan ICD-10 14.500 ICD-9CM 8.500 Grouper 30 CMG (Casemix Main Group) 1075 kode INA-CBG 786 kode rawat inap 289 kode rawat jalan 13/02/2017 5 2. PROSES KODING DI RS Proses Manajemen Klaim di RS Rekam Medis Pengecekan kelengkapan rekam medis 1. Tim Audit 2. Tim Rekam Medis Audit Koder Koding Tim Klaim Klaim Bagian Rekam Medis Tidak di audit : 1. LOS < 3 hari 2. Bayi lahir sehat Proses Klaim Pasien JKN Resume Medis yang telah Dilengkapi oleh dokter 1. Discharge centre - Data lengkap 2. Medical Record - Data lengkap Koding Proses grouping INA-CBG Input data : 1. Identitas pasien 2. Pelayananan - Dx utama - Dx sekunder - prosedur Tgl 10 bulan berikutnya Tidak lengkap BPJS Proses verifikasi Pembayaran Klaim BPJS Alur INACBG di RSCM Fungsi Verifikasi : Deteksi dini salah koding Online (ehr) Pelayanan RI dan RJ Penyiapan berkas pendukung oleh Administrasi Klaim Koding Penyakit & Prosedur oleh Koder Unit RM 25 Koder Pengajuan Klaim Grouping INACBG oleh Petugas RM Data entry SW INA-CBG online EHR RSCM oleh Petugas RM 15 Koder Verifikasi Inernal Adm Klaim Berkas Klaim + Hasil Grouping dikirim ke Adm Klaim 3. KODING ICD 10 & 9 CM Diagnosis utama adalah diagnosis yang ditegakkan oleh dokter pada akhir episode perawatan yang menyebabkan pasien mendapatkan perawatan atau pemeriksaan lebih lanjut. Jika terdapat lebih dari satu diagnosis, maka dipilih yang menggunakan sumber daya paling banyak. Jika tidak terdapat diagnosis yang dapat ditegakkan pada akhir episode perawatan, maka gejala utama, hasil pemeriksaan penunjang yang tidak normal atau masalah lainnya dipilih menjadi diagnosis utama. Diagnosis Sekunder adalah diagnosis yang menyertai diagnosis utama pada saat pasien masuk atau yang terjadi selama episode perawatan. Diagnosis sekunder merupakan komorbiditas dan/atau komplikasi. 13/02/2017 12 Komorbiditas adalah penyakit yang menyertai diagnosis utama atau kondisi yang sudah ada sebelum pasien masuk rawat dan membutuhkan pelayanan kesehatan setelah masuk maupun selama rawat. Contoh: Diabetes, Hypertension, dll Komplikasi adalah penyakit yang timbul dalam masa perawatan dan memerlukan pelayanan tambahan sewaktu episode pelayanan, baik yang disebabkan oleh kondisi yang ada atau muncul akibat dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien Contoh: Wound infection, Pneumonia, dll. 13/02/2017 13 a. Jika dalam ICD 10 terdapat catatan “Use additional code, if desired, to identify specified condition” maka kode tersebut dapat digunakan sesuai dengan kondisi pasien. 13/02/2017 14 “Use additional code, if desired ...”. Kode-kode tambahan ini digunakan pada : 1.Infeksi lokal pada bab-bab ‘body systems’, kode dari bab I bisa ditambahkan penyebab infeksi, (B95-B97 ) 2.Neoplasma yang memiliki aktifitas fungsional, kode dari bab II bisa ditambah dengan kode yang sesuai dari bab IV untuk menunjukkan aktifitas fungsionalnya. 3.Neoplasma, KODE MORFOLOGI Vol. 1, bisa ditambahkan untuk identifikasi jenis morfologis tumor tsb. 4.Kondisi yang bisa diklasifikasikan pada F00-F09 (kelainan jiwa organik) pada bab V, satu kode dari bab lain bisa ditambahkan untuk menunjukkan penyebab 5.Kondisi disebabkan oleh zat yang bersifat toksik, Kode bab XX bisa ditambahkan untuk identifikasi zat tersebut. 6.Dua kode bisa digunakan untuk menguraikan cedera, keracunan atau efek lain: bab XIX (cedera), dan bab XX (penyebabnya). Additional code yang lebih rinci ada di Volume 1 13/02/2017 15 Example 4: Main condition: Acute cystitis due to E. coli Other conditions: — Code to acute cystitis (N30.0) as the “main condition”, B96.2 (E. coli as the cause of diseases classified to other chapters) may be used as an optional additional code. Example 17: Main condition: Cerebrovascular accident with hemiplegia Other conditions: — Specialty: Neurology Code stroke, not specified as haemorrhage or infarction (I64) as “main condition”. G81.9 (Hemiplegia, unspecified) may be used as an optional additional code. Example 26: Main condition: Toxoplasmosis Other conditions: Pregnancy undelivered Specialty: High-risk antenatal clinic Code protozoal diseases complicating pregnancy, childbirth and the puerperium (O98.6) as the main condition. B58.9 (Toxoplasmosis, unspecified) may be used as an optional additional code to identify the specific organism. 13/02/2017 16 KODE ASTERISC (*) ICD10 WHO O98-O99 Penyakit ibu yang bisa diklasifikasikan di tempat lain, tapi mempersulit kehamilan, melahirkan, dan puerperium Subkategori yang tersedia disini harus lebih diutamakan untuk ‘KU’ daripada kategori di luar Bab XV, kalau oleh kondisi ini dinyatakan mempersulit kehamilan, diperberat oleh kehamilan, atau merupakan alasan perawatan obstetri. Kode yang relevan dari bab-bab lain tersebut digunakan sebagai kode tambahan. Contoh 1 Diagnosis Utama : Toxoplasmosis. Diagnosis Sekunder : Kehamilan Spesialisasi : Klinik perawatan antenatal beresiko tinggi Dikode : Penyakit protozoa yang mempersulit kehamilan, kelahiran, dan puerperium (O98.6) sebagai diagnosis utama, B58.9 (toxoplasmosis, tidak dijelaskan), diagnosis sekunder. Contoh : 2 Diagnosis Utama Diagnosis Sekunder : Letak lintang : Persalinan SC Anemia Spesialisasi : Obgyn Dikode : Letak lintang (O32.2) sebagai diagnosis utama, Persalinan SC (O82.9), Anemia (O99.0), dan Anemia (D64.9) sebagai diagnosis sekunder. b. Pengkodean sistem dagger (†) dan asterisk (*) Jika diagnosis utama yang ditegakkan dokter dalam ICD 10 menggunakan kode dagger dan asterisk maka yang dikode sebagai diagnosis utama adalah kode dagger, sedangkan kode asterisk sebagai diagnosis sekunder. Namun jika diagnosis sekunder yang ditegakkan dokter dalam ICD 10 menggunakan kode dagger dan asterisk, maka kode tersebut menjadi diagnosis sekunder. 13/02/2017 19 Contoh : Diagnosis Utama : DM Type II Diagnosis Sekunder : Arthitis pada penyakit Lyme Dikode DM Type II (E11.9) sebagai diagnosis utama, Lyme disease (A69.2†) sebagai diagnosis sekunder dan arthitis in Lyme disease (M01.2*) sebagai diagnosis sekunder Diagnosis Utama : Anemia-29Diagnosis Sekunder : Ca Mammae Dikode Ca Mammae (C50.9†) sebagai diagnosis utama dan anemia (D63.0*) sebagai diagnosis sekunder. Diagnosis Utama : Anemia Diagnosis Sekunder : Kronik Renal Failure Dikode Kronik Renal Failure (N18.9†) sebagai diagnosis utama, anemia (D63.8*) sebagai diagnosis sekunder. 13/02/2017 20 KODE ASTERISC (*) ICD10 WHO D63*, D77*, E35*, E90*, F00*, F02*, G01*, G02*, G05*, G07*, G13*, G22*, G26*, G32*, G46*, G53*, G55*, G59*, G63*, G73*, G94*, G99*, H03*, H06*, H13*, H19*, H22*, H28*, H32*, H36*, H42*, H45*, H48*, H58*, H62*, H67*, H75*, H82*, H94*, I32*, I39*, I41*, I43*, I52*, I68*, I79*, I98*, J17*, J91*, J99*, K23*, K67*, K77*, K87*, K93*, L14*, L45*, L54*, L62*, L86*, L99*, M01*, M03*, M07*, M09*, M14*, M36*, M49*, M63*, M68*, M73*, M82*, M90*, N08*, N16*, N22*, N29*, N33*, N37*, N51*, N74*, N77*, KODE ASTERISC (*) ICD10 WHO c. Pengkodean dugaan kondisi, gejala, penemuan abnormal, dan situasi tanpa penyakit Jika pasien dalam episode rawat, koder harus hati-hati dalam mengklasifikasikan Diagnosis Utama pada Bab XVIII (Kode R) dan XXI (Kode Z). Jika diagnosis yang lebih spesifik belum ditegakkan sampai akhir episode perawatan atau tidak ada penyakit atau cedera pada saat dirawat yang bisa dikode, maka kode dari Bab XVIII dan XXI dapat digunakan sebagai kode diagnosis utama (lihat juga Rules MB3 dan MB5). 13/02/2017 23 Contoh : Diagnosis Utama : Dugaan neoplasma ganas serviks – setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan didapatkan hasil bukan neoplasma ganas serviks Diagnosis Sekunder : Dikode observasi dugaan neoplasma ganas (Z03.1) sebagai DU Diagnosis Utama : Epistaxis berat Diagnosis Sekunder : Pasien dirawat satu hari. Tak ada laporan prosedur atau pemeriksaan. Dikode Epistaxis (R04.0). Ini bisa diterima karena pasien jelas dirawat hanya untuk kondisi darurat. 13/02/2017 24 d. Pengkodean kondisi multiple Jika kondisi multiple dicatat di dalam kategori berjudul “Multiple ...”, dan tidak satu pun kondisi yang menonjol, kode untuk kategori “Multiple ...”, harus dipakai sebagai kode diagnosis utama, dan setiap kondisi lain menjadi kode diagnosis sekunder. Pengkodean seperti ini digunakan terutama pada kondisi yang berhubungan dengan penyakit HIV, cedera dan sekuele. 13/02/2017 25 Contoh : Diagnosis Utama : HIV disease resulting in multiple infections Diagnosis Sekunder : - HIV disease resulting in candidiasis - HIV disease resulting in other viral infectionS Dikode HIV disease resulting in multiple infections (B20.7) sebagai diagnosis utama, HIV disease resulting in candidiasis (B20.4) dan HIV disease resulting in other viral infections (B20.3) sebagai diagnosis sekunder Diagnosis Utama : Multiple fraktur of femur Diagnosis Sekunder : Frakture of shaft of femur Frakture of lower of end of femur Dikode multiple fraktur of femur (S72.7) sebagai diagnosis utama, fraktur of shaft of femur (S72.3) dan Frakture of lower of end of femur (S72.4) sebagai diagnosis sekunder 13/02/2017 26 e. Pengkodean kategori kombinasi ICD menyediakan kategori tertentu dimana dua diagnosis yang berhubungan diwakili oleh satu kode. Contoh : Diagnosis Utama : Gagal ginjal Diagnosis Sekunder : Penyakit ginjal hipertensi Dikode Penyakit ginjal hipertensi dengan gagal ginjal (I12.0) Diagnosis Utama : Glaukoma karena peradangan mata Diagnosis Sekunder : – Dikode Glaukoma akibat peradangan mata (H40.4) sebagai diagnosis utama. 13/02/2017 27 Contoh : Diagnosis Utama : Obstruksi usus Diagnosis Sekunder : Hernia inguinalis kiri Dikode Hernia inguinalis unilateral, dengan obstruksi, tanpa gangren (K40.3) Diagnosis Utama : Katarak DM tergantung insulin Diagnosis Sekunder : Hipertensi Spesialisasi : Opthalmologi Dikode Diabetes tergantung insulin dengan komplikasi mata (E10.3†) sebagai diagnosis utama dan katarak diabetes (H28.0*) serta Hipertensi (I10) sebagai diagnosis sekunder. 13/02/2017 28 13/02/2017 29 f. Pengkodean sekuele kondisi tertentu ICD menyediakan sejumlah kategori yang berjudul “sequelae of ...” (B90-B94, E64.-, E68, G09, I69.-, O97, T90-T98, Y85-Y89) yang digunakan untuk menunjukkan kondisi yang tidak didapatkan lagi, diagnosis utama adalah kode yang sesuai dengan bentuk sekuele itu. Kode “sequelae of ......” dapat ditambahkan sebagai kode tambahan. Jika terdapat sejumlah sekuele spesifik namun tidak ada yang lebih menonjol dalam hal kegawatan dan penggunaan sumber daya, boleh digunakan “Sequelae of ...” sebagai diagnosis utama Contoh istiilah : ‘old’ (lama), ‘no longer present’ (tidak terdapat lagi), ‘late effect of .....’ (efek lanjut .....), atau ‘sequele of .....’. 13/02/2017 30 Contoh : Diagnosis Utama : Dysphasia akibat infark otak lama Diagnosis Sekunder : Dikode Dysphasia (R47.0) sebagai diagnosis utama, ‘sequelae of cerebral infarction’ (I69.3) sebagai diagnosis sekunder. Diagnosis Utama : Osteoartritis sendi panggul akibat fraktur lama panggul karena kecelakaan kendaraan bermotor 10 tahun yang lalu Diagnosis Sekunder : Dikode Other post-traumatic coxarthrosis (M16.5) sebagai diagnosis utama, ‘sequelae of fracture of femur’ (T93.1) sebagai diagnosis sekunder. Diagnosis Utama : Efek lanjut poliomielitis Diagnosis Sekunder : -Dikode Sequelae of poliomyelitis (B91) sebagai diagnosis utama karena informasi lain tidak tersedia. 13/02/2017 31 g. Pengkodean kondisi-kondisi akut dan kronis ICD menyediakan kategori atau subkategori yang berbeda untuk masing-masing kategori, tapi tidak untuk gabungannya, kategori kondisi akut harus digunakan sebagai Diagnosis Utama. Contoh : Diagnosis Utama : Kholesistitis akut dan kronis Diagnosis Sekunder : Dikode Acute cholecystitis (K81.0) sebagai diagnosis utama, chronic cholecystitis (K81.1) sebagai diagnosis sekunder. 13/02/2017 32 h. Pengkodean kondisi pasca-prosedur dan komplikasinya Pada Bab XIX (T80-T88) tersedia kategori untuk komplikasi yang berhubungan dengan operasi dan prosedur lain, contohnya infeksi luka operasi, komplikasi mekanis benda-benda implantasi, syok, dan lainnya. setelah prosedur (misalnya pneumonia, embolisme paru) tidak dianggap sebagai kondisi tersendiri sehingga dikode seperti biasa, namun bisa diberi kode tambahan dari Y83-Y84 untuk menunjukkan hubungannya dengan suatu prosedur. Jika kondisi dan komplikasi ini dicatat sebagai Diagnosis Utama, perlu dilakukan rujukan ke ‘modifier’ atau ‘qualifier’ pada Indeks Alfabet untuk pemilihan kode yang tepat. 13/02/2017 33 Contoh : (1) Diagnosis Utama : Hipotiroidisme sejak tiroidektomi 1 tahun yang lalu. Diagnosis Sekunder : Dikode Hipotiroidisme pasca-bedah (E89.0) sebagai diagnosis utama. (2) Diagnosis utama : Perdarahan berlebihan setelah cabit gigi Diagnosis Sekunder : Dikode Perdarahan akibat suatu prosedur (T81.0) sebagai diagnosis utama. 13/02/2017 34 RULE MB1- MB5 RULE MB1 • Kondisi minor direkam sebagai “Kondisi utama” (main condition), kondisi yang lebih bermakna direkam sebagai “kondisi lain” (other condition) Contoh : DU: Dyspepsi; DS: Appendicitis ; Px: Appendectomy RULE MB2 Beberapa Kondisi yang direkam sebagai kondisi utama DU : Osteoporosis,Candida, bronchopneumonia, Rheumatism DPJP : Sp Paru RULE MB3 Kondisi yang direkam sebagai kondisi utama menggambarkan suatu gejala (R) DU:Hematemesis, DS: Varices esopagus, DPJP : Sp PD RULE MB4 • Spesialisitas DU : DM tanpa terapi insulin DS: Cataract mata bilateral Spesialisasi: Ophthalmologist Reseleksi: Kondisi Utama: NIDDM cataract. RULE MB5 Alternatif diagnoses utama Bila ada 2 atau > dari 2 kondisi direkam sebagai pilihan diagnostik sebagai kondisi utama, pilih yang pertama disebut. DU : Sakit kepala mungkin krn sinusitis atau stres. Reseleksi: Sakit kepala J.1 : HIV (B20-B24) Kondisi Utama penyakit HIV disertai beberapa penyakit, HARUS dipilih subkategori 7. yg tepat dari B20-B22. Sub kategori B22.7 bila tdp dua (2) kategori atau lebih dari B20-B22, diikuti kode tambahan utk menentukan daftar kondisi individual dapat digunakan B20-B24 Contoh : 1. KU : Penyanit AIDS dan Sarcoma Kaposi K.Lain : Diberi kode HIV disease resulting in Kaposi’s sarcoma (B21.0) 2. KU : Toxoplasmosis dan Cryptococcosis pd pasien HIV K. Lain :Diberi kode HIV multiple infection (B20.7), B20.8 dan B20.5 dapat digunakan sbg kode tambahan 37 J.2 : Bab II Neoplasma Kasus neoplasma baik primer atau sekunder (metastasis) yang merupakan fokus perawatan, harus dicatat dan dikode sebagai diagnosis utama. Jika Ca. Primer sudah tidak ada lagi maka sbg D.U nya adalah Ca. sekundernya atau komplikasi saat itu. Riwayat Ca Primer sebagai DS . J.3 : E10-E14 DIABETES MELLITUS Subkategori .7 digunakan kode utama bila komplikasi multiple pada DM. diikuti kode komplikasi yg terdaftar dapat ditambahkan sbg kode tambahan. Contoh : 1. K.Utama : Renal failure krn diabetic glumenulonephrosis Diberi kode E14.2+ dan N08.3* 2. K.Utama : IDDM dng Nephropathy, Gangrene & Cataracts Diberi kode utama IDDM with multiple complication (E10.7) dan E10.2+ N08.3* IDDM dng nephropathy, E10.5 NIDDM with Gangrene, E10.3+ H28.0* IDDM with cataract J.5 : Kode PERSALINAN (O80 – O84) 1. Semua persalinan bila terdapat penyulit atau komplikasi maka menjadi kode diagnosis utama (010-075) 2. Kode cara Persalinan (080-084) 3. Kode Outcome Delivery (Z37.-) 40 Kode PERSALINAN (O80 – O84) 41 Pengkodean untuk persalinan : Kaidah koding dalam ICD-10 kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit dalam persalinan. Contoh : DU : KPD DS : Persalinan SC, Anemia Maka di kode sbg DU : KPD (O42.1) DS : SC (O82.9), Anemia (O99.0 dan D64.9), Outcome Delivery (Z37.-) OMIT CODE Jika ada pernyataan omit code pada Indeks Alfabet maka prosedur tersebut adalah bagian dari kode prosedur lain yang berhubungan dan tidak dikode. Contoh : # Craniotomy 01.24 - as operative approach – omit code fetal 73.8 for decompression of fracture 02.02 reopening of site 01.23 # Laparatomy NEC 54.19 as operative approach --omit code # Laminectomy (decompression) (for exploration) 03.09 as operative approach --omit code 13/02/2017 43 4. UP-DATE ICD 10 & 9 CM Dx utama : Hepatitis viral acut B98 di ICD 2008 belum ada Up-date ICD 9CM 5. ATURAN KODING LAINNYA 1.Bayi Lahir dengan Kode P03.0 – P03.6 di Klaim terpisah dengan ibunya. 2.Kontrol ulang RJ dengan diagnosis yg sama gunakan kode “Z” 3.Terapi Berulang (Rehab Medik, Rehab Psikososial, Radioterapi, Chemoterapi, Hemodialisa) gunakan Kode “Z” 4.Pasien RJ dan mendapatkan khemo oral, Kode utamanya Z51.1 5.Riwayat neoplasma ganas menggunakan kode Z85.0 – Z85.9 6.karena riwayat keluarga dengan neoplasma ganas menggunakan kode Z80.0 – Z80.9 13/02/2017 52 7. Anemia dengan neoplasma dan perawatan hanya untuk anemia, Maka Kode Utamanya : Ca (C--) dan Anemia (D63.0) sbg sekunder 8. Penggunaan kode Z29.0 Isolasi 9. Pasien melahirkan di FKTP, dirujuk untuk tubektomi interval di FKRTL maka dikode Sterilization (Z30.2) sebagai diagnosis utama. 10. Pasien Thalasemia Mayor kontrol ulang diberikan obat kelasi besi maka diinputkan sebagai rawat jalan dengan kode D56.1 sebagai diagnosis utama 11. Pemasangan infus pump hanya menggunakan kode 99.18 12. Educational therapy menggunakan kode 94.42 13/02/2017 53 Episode a.Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit, termasuk konsultasi dan pemeriksaan dokter, pemeriksaan penunjang maupun pemeriksaan lainnya. b.Pada sistem INA-CBG, hanya ada 2 episode yaitu episode rawat jalan dan rawat inap, dengan beberapa kriteria di bawah ini : Episode 1) Episode rawat jalan Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru. Pasien yang membawa hasil pada hari pelayanan yang berbeda yang dilanjutkan dengan konsultasi dan pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi medis, dianggap sebagai episode baru. PMK No.76 Tahun 2016 Bab II.c RS Khusus 6. STRUKTUR INA-CBG Principle Diagnosis International Classification of Disease (ICD) Major Diagnostic Category ( 23 groups ) Medical (ICD X) Principle Diagnosis, Specific Conditions, Symptoms, Other Others Surgical (ICD IX CM) Type of Surgery Major, Minor, Other unrelated Dx Complication, Co-morbidities or age split Diagnosis Related Groups (DRG) CASE - MIX severitas Case-Based Groups (CBGs) Klasifikasi tahap kedua Dibagi kedalam 4 sub-groups Sub-group ke-1 menunjukkan CMGs LIST OF CASEMIX MAIN GROUPS NOS. Case-Mix Main Groups (CMG) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Central nervous system Groups Eye and Adnexa Groups Ear, nose, mouth & throat Groups Respiratory system Groups Cardiovascular system Groups Digestive system Groups Hepatobiliary & pancreatic system Groups Musculoskeletal system & connective tissue Groups Skin, subcutaneous tissue & breast Groups Endocrine system, nutrition & metabolism Groups Nephro-urinary System Groups Male reproductive System Groups Female reproductive system Groups Deleiveries Groups Newborns & Neonates Groups Haemopoeitic & immune system Groups CMG Codes G H U J I K B M L E N V W O P D LIST OF CASEMIX MAIN GROUPS NOS. Case-Mix Main Groups (CMG) 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Myeloproliferative system & neoplasms Groups Infectious & parasitic diseases Groups Mental Health and Behavioral Groups Substance abuse & dependence Groups Injuries, poisonings & toxic effects of drugs Groups Factors influencing health status & other contacts with health services Groups Ambulatory Groups-Episodic Ambulatory Groups-Package Sub-Acute Groups Special Procedures Special Drugs Special Investigations I Special Investigations II Special Prosthesis Chronic Groups Errors CMGs CMG Codes C A F T S Z Q QP SA YY DD II IJ RR CD X Sub-group ke-2 menunjukkan tipe kasus (1-9 ) 1. Prosedure Rawat Inap 2. Prosedur Besar Rawat Jalan 3. Prosedur Signifikan Rawat Jalan 4. Rawat Inap Bukan Prosedur 5. Rawat Jalan Bukan Prosedur 6. Rawat Inap Kebidanan 7. Rawat Jalan kebidanan 8. Rawat Inap Neonatal 9. Rawat Jalan Neonatal X. Error Group-1 Group-2 Group-3 Group-4 Group-5 Group-6 Group-7 Group-8 Group-9 Group-10 • Sub-group ke-3 menunjukkan spesifik CBGs (kode CBGs) • Sub-group ke-4 menunjukkan severity level (0-III) CONTOH KODE INA-CBGs 7. Up-date Grouper 5.1 PTCA TANPA STENT ANGIO CEREBRAL KODING PERSALINAN SEVERITY LEVEL SEVERITY LEVEL TOP UP PMK No.4 Tahun 2017 Contoh Kasus 1. Kelas 1 naik ke VIP Tarif INA-CBG Kelas 1 = 10.000.000 Biaya RS = 15.000.000 pasien akan membayar iur 75% dari tarif INA-CBG sebesar = Rp. 7.500.000 PMK No.4 Tahun 2017 Pasal 1 Ayat (2) Contoh Kasus 2. Kelas 2 naik ke VIP Tarif INA-CBG kelas 1 = 10.000.000 Tarif INA-CBG kelas 2 = 8.000.000 Biaya RS = 15.000.000 pasien akan membayar iur 75% dari tarif INA-CBG sebesar = Rp. 7.500.000 Selisih Tarif Kelas 1 dan 2 = Rp. 2.000.000 Total iur pasien = Rp. 9.500.000 PMK No.4 Tahun 2017 Pasal 1 Ayat (3) Contoh Kasus 3. Kelas 3 naik ke VIP Non PBI Tarif INA-CBG kelas 1 = 10.000.000 Tarif INA-CBG kelas 2 = 8.000.000 Tarif INA-cbg kelas 3 = 6.000.000 Biaya RS = 15.000.000 pasien akan membayar iur 75% dari tarif INACBG sebesar = Rp. 7.500.000 Selisih Tarif Kelas 1 dan 2 = Rp. 2.000.000 Selisih Tarif Kelas 2 dan 3 = Rp. 2.000.000 Total iur pasien = Rp. 11.500.000 Contoh Kasus 4. Kelas 1 naik ke VIP Tarif INA-CBG Kelas I = 10.000.000 Biaya RS = 7.500.000 pasien akan membayar iur 75% dari tarif INA-CBG sebesar = Rp. 7.500.000 PMK No.4 Tahun 2017 Poli Ekskutif Pasal 1 Ayat (1) PMK No.4 Tahun 2017 Pasal 1 Ayat (6) Terima kasih