The Truth Is Out There

advertisement
LAMPIRAN
PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
NOMOR 10 TAHUN 2014
TENTANG
KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI PADA PEMERINTAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI
PADA PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Bentuk Investasi
1. Pemerintah Daerah melakukan investasi dimaksudkan antara lain untuk
memperoleh pendapatan dalam jangka panjang atau memanfaatkan dana
yang belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka
manajemen kas.
2. Terdapat beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan sertifikat
atau dokumen lain yang serupa. Hakikat suatu investasi dapat berupa
pembelian surat utang baik jangka pendek maupun jangka panjang, serta
instrumen ekuitas.
Klasifikasi
3. Investasi Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi dua yaitu investasi
jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek
merupakan kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka panjang
merupakan kelompok aset non lancar.
4. Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara
lain:
a. Deposito berjangka waktu 3 (tiga) sampai 12 (dua belas bulan) dan/atau
yang dapat diperpanjang secara otomatis (revolving deposits);
b. Pembelian Surat Utang Negara (SUN) Pemerintah jangka pendek oleh
Pemerintah Daerah dan pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
5. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman Investasinya,
yaitu permanen dan non permanen. Investasi permanen adalah investasi
jangka panjang yang dimaksudkan untuk memiliki secara berkelanjutan,
sedangkan Investasi Nonpermanen adalah Investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.
6. Pengertian berkelanjutan adalah investasi yang dimaksudkan untuk
dimiliki terus menerus tanpa ada niat untuk memperjualbelikan atau
menarik kembali. Sedangkan pengertian tidak berkelanjutan adalah
kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas)
bulan dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat
untuk memperjualbelikan atau menarik kembali.
7. Investasi permanen yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah
Investasi yang tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi untuk
2
mendapatkan deviden dan/atau pengaruh yang signifikan dalam jangka
panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan.
Investasi permanen dapat berupa :
a. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada Perusahaan Perseroan
Terbatas, Perusahaan Daerah, dan Badan Usaha Lainnya yang bukan
milik Daerah/Negara.
b. Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah
untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan
kepada Masyarakat.
8. Investasi nonpermanen yang dilakukan Pemerintah Daerah, antara lain
dapat berupa:
a. Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan
kepada pihak ketiga;
b. Dana yang disisihkan Pemerintah Daerah dalam rangka pelayanan
masyarakat seperti bantuan modal kerja secara bergulir kepada
kelompok masyarakat;
c. Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk
dimiliki Pemerintah Daerah secara berkelanjutan, seperti penyertaan
modal
yang
dimaksudkan
untuk
penyehatan/penyelamatan
perekonomian.
9. Penyertaan modal Pemerintah Daerah dapat berupa surat berharga
(saham) pada suatu perseroan terbatas dan non surat berharga yaitu
kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan yang
bukan perseroan.
Pengakuan
10. Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila
memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa
pontensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut
dapat diperoleh pemerintah;
b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai
(reliable).
11. Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas atau aset memenuhi
kriteria pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji tingkat
kepastian mengalirnya manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa
potensial di masa yang akan datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia
pada saat pengakuan yang pertama kali.
Eksistensi dari kepastian yang cukup bahwa manfaat ekonomi yang akan
datang atau jasa potensial yang akan diperoleh memerlukan suatu
jaminan bahwa suatu entitas akan memperoleh manfaat dari aset tersebut
dan akan menanggung risiko yang mungkin timbul.
3
12. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai
(reliable), biasanya dapat dipenuhi karena adanya transaksi pertukaran
atau pembelian yang didukung dengan bukti yang menyatakan/
mengidentifikasikan biaya perolehannya. Dalam hal tertentu, suatu
investasi mungkin diperoleh bukan berdasarkan biaya perolehan atau
berdasarkan nilai wajar pada tanggal perolehan. Dalam kasus yang
demikian, penggunaan nilai estimasi yang layak dapat digunakan.
13. Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui sebagai
pengeluaran kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam
laporan realisasi anggaran, sedangkan pengeluaran untuk memperoleh
investasi jangka panjang diakui sebagai pengeluaran pembiayaan.
14. Pencatatan perolehan investasi jangka pendek dapat dilihat pada ilustrasi
jurnal sebagai berikut :
Investasi Jangka Pendek
Kas
XXXXX
XXXXX
Pencatatan perolehan investasi jangka panjang dapat dilihat pada ilustrasi
jurnal sebagai berikut:
Pengeluaran Pembiayaan Penyertaan Modal Pemda
XXXXX
Kas
Penyertaan Modal Pemda
XXXXX
Diinvestasikan dlm Investasi Jk Panjang
XXXXX
XXXXX
Pengukuran
15. Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat
membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian nilai pasar
digunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk
investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai
nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya.
16. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya obligasi
jangka pendek, dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan investasi
meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah komisi perantara
jual beli, jasa bank dan biaya lainnya yang timbul dalam rangka perolehan
tersebut.
17. Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya
perolehan, maka investasi dinilai berdasar nilai wajar investasi pada
tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai
wajar, biaya perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar aset
lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut.
18. Investasi jangka pendek dalam bentuk bukan surat berharga non saham,
misalnya dalam bentuk deposito jangka pendek, dicatat sebesar nilai
nominal deposito tersebut.
4
19. Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya penyertaan
modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi harga
transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang timbul dalam
rangka perolehan investasi tersebut.
Sebagai contoh, Pemerintah Daerah Provinsi NTB membeli saham PT
Bank NTB sebanyak 50.000 lembar saham, nominal @ Rp10.000
dengan harga pari. Biaya Komisi dan administrasi 5% dari nilai
nominal. Pemerintah Daerah Provinsi NTB mencatat investasinya
sebesar Rp 525 juta dengan Perhitungan:
50.000 lembar X Rp 10.000
= Rp 500.000.000
Biaya komisi dan administrasi
5% X Rp 500.000.000
= Rp 25.000.000
Jumlah
Rp 525.000.000
============
20. Investasi nonpermanen dicontohkan dalam bentuk pemberian pembelian
obligasi jangka panjang dan investasi yang dimaksudkan tidak untuk
dimiliki secara berkelanjutan, dinilai sebesar nilai perolehannya.
21. Investasi nonpermanen
yang dimaksudkan untuk penyehatan/
penyelamatan perekonomian, dinilai sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan.
Sebagai contoh, Pemerintah Daerah Provinsi NTB memberikan dana
bergulir koperasi sebesar Rp. 2 milyar kepada 20 koperasi. Pemerintah
Daerah Provinsi NTB mencatat investasinya sebesar Rp. 2 milyar, sesuai
dengan besaran nilai bersih yang dapat direalisasikan (mengacu kepada
perjanjian pada masing-masing kegiatan dana bergulir)
22. Investasi nonpermanen dalam bentuk penanaman modal pada kegiatan
pembangunan pemerintah (seperti kegiatan Pembangunan Ufront dan taxi
way pada Bandara Internasional Lombok) dinilai sebesar biaya
pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan dan
biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian kegiatan fisik
sampai kegiatan tersebut diserahkan kepada pihak ketiga.
23. Apabila investasi jangka panjang diperoleh dari pertukaran aset
pemerintah, maka nilai investasi yang diperoleh pemerintah adalah
sebesar biaya perolehan, atau nilai wajar investasi tersebut jika harga
perolehannya tidak ada.
24. Harga perolehan investasi dalam valuta asing yang dibayar dengan mata
uang asing yang sama harus dinyatakan dalam rupiah menggunakan nilai
tukar (kurs tengah bank sentral) yang berlaku pada tanggal transaksi.
25. Diskonto atau premi pada pembelian investasi diamortisasi selama periode
dari pembelian sampai saat jatuh tempo sehingga hasil yang konstan
diperoleh dari investasi tersebut.
26. Diskonto atau premi yang diamortisasi tersebut dikreditkan atau
didebetkan pada pendapatan bunga, sehingga merupakan penambahan
atau pengurangan dari nilai tercatat investasi tersebut.
5
Metode Penilaian Investasi
27. Penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode yaitu:
a. Metode biaya;
Metode biaya adalah suatu metode penilaian yang mencatat nilai
investasi berdasarkan harga perolehan.
Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya
perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian
hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya nilai investasi
pada badan usaha/badan hukum yang terkait.
Sebagai contoh : Jika penyertaan modal yang dimiliki Pemerintah
Daerah Provinsi NTB pada PT. Suara Nusa Media Pratama diperoleh
senilai Rp.200 juta. Pada tahun berjalan PT. Suara Nusa Media Pratama
mengumumkan laba sebesar Rp.100 juta, dan 20% laba tersebut akan
dibagikan sebagai deviden tunai. Dari informasi tersebut maka investasi
Pemerintah Daerah pada PT. Suara Nusa Media Pratama akan dinilai
sebesar biaya yang dikeluarkan untuk perolehannya yaitu senilai
Rp.200 juta.
b. Metode Ekuitas;
Metode ekuitas adalah suatu metode penilaian yang mengakui
penurunan atau kenaikan nilai investasi sehubungan dengan adanya
rugi/laba badan usaha yang menerima investasi (investee), proporsional
terhadap besarnya saham atau pengendalian yang dimiliki pemerintah.
Dengan menggunakan metode ekuitas, pemerintah mencatat investasi
awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar
bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian
laba yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi
pemerintah. Sedangkan dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham,
tidak mempengaruhi nilai investasi pemerintah karena pengakuan
kenaikan nilai investasinya sudah dilakukan pada saat laba dilaporkan.
Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah
porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan
yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.
Sebagai contoh : Jika penyertaan modal yang dimiliki Pemerintah
Daerah Provinsi NTB pada PT. Bank NTB diperoleh senilai Rp.300 Juta
dengan nilai kepemilikan 40% dari total modal saham, Pada tahun
201X PT. Bank NTB mengumumkan laba sebesar Rp.200 juta, dan 20%
laba tersebut akan dibagikan sebagai deviden tunai. Dari informasi
tersebut maka nilai investasi Pemerintah Daerah Provinsi NTB adalah :
Laba bersih PT. Bank NTB Tahun 201X
Laba Dibagi (Rp 200 Jt X 20%)
Jumlah
= Rp 200.000.000
= (Rp 40.000.000)
Rp 160.000.000
============
Kepemilikan Pemda Prov. NTB (Rp 160 Jt X 40%) =Rp 64.000.000
Nilai Penyertaan awal
=Rp 300.000.000
Nilai Penyertaan akhir Tahun 201X
=Rp364.000.000
==========
6
Akibat dari penilaian investasi dengan menggunakan metode
ekuitas nilai investasi bertambah sebesar Rp.64.000.000 dengan jurnal
sebagai berikut :
Tanggal
Keterangan
Penyertaan Modal Pemda
Debet
Kredit
Rp 64 juta
Diinvestasikan dlm Inv. Jk Pjg
Rp 64 juta
Dengan demikian nilai total investasi pada PT Bank NTB menjadi
Rp.364.000.000
c. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable Value);
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama
untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat
dan investasi nonpermanen dalam bentuk dana bergulir.
Dasar penentuan nilai bersih yang dapat direalisasikan diatur sebagai
berikut:
NO
1
2
3
4
Umur Angsuran
<1
Tahun
1 – 2 Tahun
>2– 5 Tahun
>5
Tahun
Kualitas
Lancar
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Taksiran Tak Tertagih
0,5%
10%
50%
100%
28. Penggunaan metode tersebut pada point sebelumnya didasarkan pada
kriteria sebagai berikut:
a. Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya;
b. Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20%
tetapi memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode ekuitas;
c. Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas;
d. Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih
yang direalisasikan.
29. Dalam kondisi tertentu, kriteria besarnya prosentase kepemilikan saham
bukan merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan metode
penilaian investasi, tetapi yang lebih menentukan adalah tingkat pengaruh
(the degree of influence) atau pengendalian terhadap perusahaan investee.
Ciri-ciri adanya
pengaruh
atau pengendalian
pada
perusahaan
investee, antara lain:
a. Kemampuan mempengaruhi komposisi Dewan Komisaris;
b. Kemampuan untuk menunjuk atau menggantikan Direksi;
c. Kemampuan untuk menetapkan dan mengganti Dewan
perusahaan investee;
d. Kemampuan
untuk
mengendalikan
mayoritas
suara
rapat/pertemuan Dewan Direksi.
Direksi
dalam
Pengakuan Hasil Investasi
30. Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara lain
berupa bunga deposito, bunga dana bergulir dan dividen tunai (cash
dividend) dicatat sebagai pendapatan.
7
Sebagai contoh (1): jika Deposito PT. Bank NTB yang dimiliki pemerintah
Daerah Provinsi NTB dengan nilai nominal Rp 1 Milyar dengan suku bunga
tetap 6%, bunga dibayarkan tiap bulan. Dengan perhitungan sebagai
berikut :
Rp 1 Milyar x 12/12 x 6% = Rp 5.000.000
selanjutnya akan dilakukan pencatatan pendapatan sebagai berikut:
Tanggal
Keterangan
Kas di Kas Daerah
Debet
Kredit
Rp 5 juta
Pendapatan Bunga
Rp 5 juta
Sebagai contoh (2): jika Dana Bergulir Koperasi yang dimiliki pemerintah
Daerah Provinsi NTB dengan nilai nominal Rp 2 Milyar untuk 200
koperasi @ Rp10.000.000 dengan suku bunga tetap 6%,
bunga
dibayarkan tiap bulan. Dengan perhitungan sebagai berikut :
Rp 10 juta x 12/12 x 6% = Rp 50.000
selanjutnya akan dilakukan pencatatan pendapatan sebagai berikut:
Tanggal
Keterangan
Kas di Kas Daerah
Pendapatan Bunga
Debet
Kredit
Rp 50 ribu
Rp 50 ribu
31. Hasil investasi berupa deviden tunai yang diperoleh dari penyertaan modal
Pemerintah Daerah yang pencatatannya menggunakan metode biaya,
dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Sedangkan apabila
menggunakan metode ekuitas, bagian laba berupa deviden tunai yang
diperoleh oleh Pemerintah Daerah dicatat sebagai pendapatan hasil
investasi dan mengurangi nilai investasi Pemerintah. Deviden dalam
bentuk saham yang diterima tidak akan menambah nilai investasi
Pemerintah Daerah.
Pelepasan dan Pemindahan Investasi
32. Pelepasan investasi Pemerintah Daerah dapat terjadi karena penjualan,
pelepasan hak karena Peraturan Pemerintah Daerah, dan lain sebagainya.
33. Perbedaan antara hasil pelepasan investasi dengan nilai tercatatnya harus
dibebankan atau dikreditkan kepada keuntungan/rugi pelepasan
investasi.
Penyajian
34. Investasi jangka pendek disajikan sebagai bagian dari Aset Lancar,
sedangkan investasi jangka panjang disajikan sebagai bagian dari Investasi
Jangka Panjang yang kemudian dibagi ke dalam Investasi Nonpermanen
dan Investasi Permanen. Dana bergulir disajikan di Neraca sebagai
Investasi Jangka Panjang-Investasi non permanen-Dana Bergulir. Pada
saat perolehan dana bergulir, dana bergulir dicatat sebesar harga
perolehan dana bergulir. Tetapi secara periodik, Pemerintah Daerah harus
melakukan penyesuaian terhadap Dana Bergulir sehingga nilai Dana
Bergulir yang tercatat di neraca menggambarkan nilai bersih yang dapat
direalisasikan (net realizable value). Nilai yang dapat direalisasikan ini
8
dapat diperoleh jika satker pengelola dana bergulir melakukan
penatausahaan dana bergulir sesuai dengan jatuh temponya (aging
schedule). Berdasarkan penatausahaan tersebut, akan diketahui jumlah
dana bergulir yang benar-benar tidak dapat ditagih, dan bergulir yang
masuk kategori diragukan dapat ditagih dana dana bergulir yang dapat
ditagih.
35. Penyajian dana bergulir di neraca berdasarkan nilai yang dapat
direalisasikan dilaksanakan dengan mengurangkan perkiraan dana
bergulir diragukan tertagih dari dana bergulir yang dicatat sebesar harga
perolehan, ditambah dengan perguliran dana yang berasal dari
pendapatan dana bergulir. dana bergulir diragukan tertagih merupakan
jumlah dan bergulir yang tidak dapat tertagih dan dana bergulir yang
diragukan tertagih. dana bergulir dapat dihapuskan jika dana bergulir
tersebut benar-benar sudah tidak tertagih dan penghapusannya mengikuti
ketentuan yang berlaku.
36. Berikut adalah contoh penyajian investasi jangka pendek dan investasi
jangka panjang dalam Neraca Pemerintah Daerah.
NERACA
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
Uraian
20X1
20X0
Kas di Kas Daerah
xxx
xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran
xxx
xxx
Kas di Bendahara Penerimaan
xxx
xxx
Investasi Jangka Pendek
xxx
xxx
Piutang Pajak
xxx
xxx
xxx
xxx
Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
xxx
xxx
Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
xxx
xxx
Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
xxx
xxx
Investasi dalam Surat Utang Negara
xxx
xxx
Investasi dalam Proyek Pembangunan
xxx
xxx
Investasi Nonpermanen Lainnya
xxx
xxx
xxx
xxx
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
xxx
xxx
Investasi Permanen Lainnya
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
ASET
ASET LANCAR
Jumlah Aset Lancar
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Jumlah Investasi Nonpermanen
Investasi Permanen
Jumlah Investasi Permanen
Jumlah Investasi Jangka Panjang
9
Pengungkapan
37. Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah berkaitan dengan investasi Pemerintah Daerah, antara
lain :
a. Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
b. Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
c. Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek
maupun
investasi jangka panjang;
d. Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan
tersebut;
e. Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
f. Perubahan pos investasi.
38. Terkait dengan investasi nonpermanen dalam bentuk dana bergulir hal-hal
lain yang harus diungkapkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah berkaitan dengan investasi Pemerintah Daerah, antara lain :
a.
b.
c.
d.
Dasar penilaian dana bergulir;
Jumlah dana bergulir yang tidak tertagih dan penyebabnya;
Besarnya suku bunga yang dikenakan;
Saldo awal dana bergulir, penambah/pengurangan dana bergulir dan
saldo akhir dana bergulir;
e. Informasi tentang jatuh tempo dana bergulir berdasarkan umur dana
bergulir.
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,
H. M. ZAINUL MAJDI
Download