KEDUDUKAN ANAK YANG BERBEDA AGAMA

advertisement
KEDUDUKAN ANAK YANG BERBEDA AGAMA DENGAN ORANG
TUANYA TEHADAP HARTA WARISAN BERDASRAKAN KHI DAN
KUH PERDATA
Usman Abdi / D 101 11 026
Pembimbing 1
: Drs. Supardi M. Ag
Pembimbing 2
: M. Ayyub Mubarak SHi. MH
ABSTRAK
Melihat kondisi bangsa Indonesia yang begitu banyak memiliki
kebudayaan, ras, adat, bahakan agama. Hal ini menibulakan bebagai macam
perbedaan pandangan hukum, terutama dalam hal pengaturan kewarisan.
Pandangan perbedaan agama sering kali menimbulkan suatu permasalahan
hukum bagi setiap insan dalam menerima harta orang tuanya. Dalam hukum
Islam perbedaan agama sangat jelas disebutkan bahwa anak yang berbeda
agama dengan orang tuanya akan terhijab untuk menerima harta orang tuanya
ketika orang tuanya meninggal dunia, hal ini tidak sejalan dengan hukum perdata
yang tidak menyebutkan salah satu penghalang untuk menerima warisan adalah
perbedaan agama. Kemudian jika terjadi pembagian warisan seperti apa upaya
penyelesaiannya dalam hukum Islam. Adapun metode penelitian yang saya
gunakan dalam penelitian ini ialah penelitian yuridis normatif, di mana penulisan
ini mengkaji data-data yang diperoleh baik yang dari bahan hukum hukum
primer dan sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa
kedudukan anak yang berbeda agama dengan orang tuanya terhadap harta
warisan dan guna mengetahui upaya yang ditawarkan hukum Islam dalam
pembagian harta warisan. kedudukan seorang anak terhadap harta warisan ini
sangatlah penting, di mana anak merupakan keturunan dan penerus orang
tuanya, namun ketiaka perbedaan agama mmbuat kedudukan anak terebut
menjadi terhalang dalam menrima harta warisan orang tunya hal ini sangat jelas
disebutkan dalam hukum Islam. Meski demikian, tidak serta merta anak tersebut
kehilangan begitu saja kemungkinan untuk menerima harta orang tuanya, anak
akan mendapat harta orang tuanya dengan jalan hibah atau biasa disebut hadiah
ataupun pemberian kepada seseorang ketika masih hidup, kemudian dengan cara
berwasiat yaitu pernyataan pemilik harta untuk memberiakn sebagian hartana
kepada seseorang yang dikehendakinya. hal ini sesuai drngan fitman Allah SWT
yang artinya diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk
ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas
orang-orang yang bertakwa.
Kata Kunci: Kedudukan Anak Beda Agama, KHI, KUH Perdata
I
Salah
PENDAHULUAN
satu
bidang
penting
dalam hukum Islam dalam hukum
A. Latar Belakang
1
positif di Indonesia ialah hukum
hukum kewarisan yang dianut dan
kewarisan.
hukum
berkembang dimasyarakat ada tiga
kewarisan merupakan bagian dari
siatem yaitu Hukum Kewarisan
hukum
Adat, Hukum Kewarisan Islam,
Di
mana
kekeluargaan
yang
Hukum waris perdata
memegang peran penting, bahkan
menentukan
dan
mencerminkan
Pada
sistem kekeluargaan yang berlaku
kewarisan
dalam masyarakat. Hukum waris
sangat
erat
kaitannya
mengalami
kematian
berarti,
kebutuhan
sesuai
dengan
perkembangan zaman. Terlebih lagi
itu
di negara kita yaitu Indonesia yang
terdapat begitu banyak golongan
pasti yang akan dialami, karena
merupakan akhir
oleh
berubah
merupakan suatu peristiwa yang
kematian
yang
dan pola pikirnya yang bisa selalu
akan
dan
banyak
masyarakat yang semakin kompleks
yang satu dengan yang lain nya. Di
manusia
mengalami
disebebakan
dengan harta kekayaan dan mausia
setiap
bidang
perkembangan
dengan
kehidupan manusia karena terkait
mana
kenyataanya
baik dari suku, budaya, ras, bahkan
dari
agama.
perjalanan hidup setiap manusia di
Secara umum
dunia. Jika orang yang meninggal
dunia meninggalkan keluarga dan
golongan
harta kekayaan atau warisan, maka
kemungkinan
dengan cara apa harta kekayaan
berpindah golongan, dalam hal ini
tersebut akan dibagi. Maka hukum
berpindah
yang membahas mengenai harta
agama ini sangat memilki potensi
peninggalan atau warisan tersebut
untuk
diatur
permasalahan hukum tersendiri. Tak
dalam
hukum
kewarisan
ini
banyaknya
tidak
menutup
seseorang
agama.
untuk
Perpindahan
menimbulkan
sebuah
kala dalam sebuah keluarga ketika
Islam atau KUH Perdata.
yang
salah seorang anak keluar dari
macam
agama orang tuanya atau memutus
kalangan baik dari suku, ras, budaya
tali peragamaan dari kedua orang
sampai pada
tuanya ini akan berdampak
Masyarakat
terdiri
dari
Indonesia
berbagai
agama. sehingga,
2
pada
status
kewarisan
anak
tersebut
Tuanya
Harta
terhadap orang tuanya. Selama ini
Warisan berdasarkan Kompilasi
status perbedaan agama kerap kali
Hukum Islam (KHI) dan Kitab
menimbulkan permasalahan dimana
Undang-Undang
anak yang keluar dari agama orang
Perdata (KUH Perdata)
tuanya tidak memiliki hak terhadap
1. Kedudukan
harta orang tuanya. Dalam hukum
terhadap
positif tidak membatsi anak yang
berdasarkan KHI
Hukum
seorang
harta
anak
warisan
beda agama dengan orang tuanya
Rasulullah SAW bersabda:
untuk menjadi ahli waris selama
“anak-anak adalah setengah dari
anak tersebut memiliki hubungan
haruman
darah terhadap pewaris.
(Turmidzi)”peliharalah
anak-
mereka sesungguhnya anak-anak
Berdasarkan latar belakang
itu
masalah yang telah diuraikan di
adalah
hadiah
Allah
kepadamu”. (diriwayatkan oleh
atas, adapun rumusan masalah
Bukhari).1
yang penulis angkat dalam tulisan
Dari
ini adalah :
penjelasan
diatas
menunjukan bahwa anak sangat
1. Bagaimana kedudukan seorang
penting dalam pandangan Islam,
anak yang beda agama dengan
bagi orang tua haruslah sadar
orang tuanya terhadap harta
mengetahui kedudukan anak bagi
warisan.?
2. Bagaimana
orang tuanya. Kemudaian dalam
upaya
penyelesaiannya
pembagian
surga”
anakmu dan perbaiki budi pekerti
B. Rumusan Masalah
Membahas mengenai kedudukan
mengenai
sorang
warisan terhadap
anak
dalam
warisan
tentunya petama-tama banyak hal
anak yang beda agama dengan
yang menjadi perdebatan yang
orang tuanya.?
II
Terhadap
ditimbulkan. Untuk itu dalam
PEMBAHASAN
kesempatan ini penulis berupaya
A. Kedudukan Seorang Anak Yang
1
Berbeda Agama Dengan Orang
Hamka, lembaga hidup, PT. Pustaka
Panjimas, 1983, hlm 223
3
menjelaskan mengenai warisan
dapat memanggul senjata
ini mulai dari awal mula atau
untuk mengalahkan musuh
lebih tepatnya mengingat kembali
dalam setiap peperangan.
sedikit
sejarah
Kepentingan suku (kabilah)
warisan
menjadi sangat diutamakan
mengenai
singkatnya
mengenai
dalam Islam.
a. Sejarah
karena demi suku itulah
singkat
tentang
martabat
dirinya
dipertaruhkan.
pewarisan dalam islam
3
2) Pewarisan pada masa awal
1) Pewaris pada masa Pra-
Islam
Islam
Sebab-sebab
“Pada jaman jahiliyah
memungkinkan
hukum kewarisan sangat
dipengaruhi
oleh
yang
pada
b) Adanya
c) Adanya
rempah serta hasil jarahan
waris
yang
keluarga
meninggal
hijrah
persaudaraan
yang
dari
antara
kaum Muhajirin dengan
Ahli
kaum Anshar
berhak
3) Pewarisan pada masa Islam
memperoleh harta warisan
dari
pengangkatan
mekkah ke madianh dan
dan rampasan perang dari
taklukan”.
pertalian
anak
dari perniagaan rempah-
mereka
Islam
kerabat
Kehidupannya bergantung
2
awal
a) Adanya
berperang.
bangsa-bangsa
masa
adalah:
ada.
Mereka gemar mengembara
dan
sesorang
mendapatkan harta warisan
sistem
sosial yang dianaut oleh
masyarakat
yang
selanjutnya
yang
“Setelah akidah umat
adalah pihak
Islam
laki-laki, berfisik kuat, dan
bertambah
perkembangan
2
Suparman U, Yusuf Somawinata, fiqh
mawaris hukum kewarisan Islam, Gaya Media
Pratama, Jakarta:, 1997, hlm 2
3
Ahmad Rofik, fiqh mawaris, PT. Raja
Grafindo Persad, Jakarta, 1995, hlm 5
4
kuat,
Islam
semakin maju, pengikut-
semacam
pengikutnya
asuh, justru sangat di
banyak,
bertambah
pemerintahan
lebih
dari
dengan dicabutnya
iru
beberapa hal diatas maka
penaklukan kota Mekkah
sebab-sebab
telah
menungkinkan
berhasil
dengan
yang
seseorang
sukses, maka tidak ada
mendapatkan harta warisan
kewajiban berhijrah lagi
menurut Islam adalah:
setelah
a) Adanya
penaklukan
kota
Mekkah”. 4
hal
ini
yaitu
Nisa ayat 7
mengenai
sebab-sebab
dasar
hukumnya Surat An-
kewarisan ada beberapa hal
dicabut,
hubungan
kekeluargaan
Dalam
b) Adanya
pewarisan,
ikatan
perkawinan,
seperti:
dasar
hukumnya Surat An-
a) Adanya
ikatan
Nisa ayat 12
persaudaraan
b) Berdasarkan
c) Adanya
keturunan
pemerdekaan
budak, yang pada masa
laki-laki yang dewasa
sekarang
dengan
tidak ada lagi karena
mengenyampingkan
sudah lama perbudakan
anak-anak
dihapuskan.
dan
kaum
perempuan
b. Sumber
ini
hukum
sudah
kewarisan
c) Adanya perjanjian
Islam
d) Adanya
Sumber-sumber
dalam
pembagian
Islam
anak,
yang
pengangkatan
kecuali
apabila
diinginkan
warisan
adalah:
mengangkat anak hanya
1) Al-Qur’an,
bermotivasi sosia atau
4
tua
anjurkan
Islam sudah mulai stabil,
dan
orang
merupakan
sumber pertama dan utama,
sebagian
Ibid, hlm 72
5
besar
sumber
hukum
waris
menjelaskan
yang
dan ijtihad imam mazhab,
mengenai
dan para mujtahid dapat
ketentuan-ketentuan
fard
digunakan
(bagian)
ahli
pemecahan-pemecahan
tiap-tiap
dalam
waris, siapa-siapa yang jadi
masalah
ahli waris seperti yang
belum dijelaskan oleh nash
tertuang dalam surat An-
dengan
jelas.
Sebagai
Nisa ayat 7, An-nisa ayat
contoh:
satatus
saudara-
33, Surat Al- Anfal ayat 75,
saudara bersama dengan
dan AL-Ahzab ayat 6
kakek, dalam Al-Qur’an
Al-
Hadits,
langsung
yang
masalah
mengatur
kewarisan
mawaris
ini
yang
tidak
dijelaskan, kecuali dalam
antara
lain:
masalah kalalh. Akan tetapi
dari
Ibnu
menurut
hadits
Nabi
Abbas
menurut
kebanyakan
riwayat
sahabat dan imam mazhab
Bukhari dan Muslim yang
yang mengutip pendapat
artinya: “Berikanlah faraid
Zaid bin Sabit, saudra-
(bagian-bagian yang telah
saudara tersebut mendapat
ditentukan
bagian
Qur’an)
dalam
kepada
Alyang
warisan
muqasamah
secara
bersama
berhak menerimanya dan
dengan kakek. Kemudian
selebihnya
status seorang cucu yang
berikanlah
kepada keluarga laki-laki
ayahnya
yang terdekat”5
meninggal dari pada kakek
2) Ijmak. Sebagian kecil yang
lebih
dulu
yang bakal diwarisi dan
berasal kepada ijmak para
yang
mewaris
bersama-
ahli,
sama
dengan
saudara-
dan
beberapa
diambilkan dasarnya dari
saudaranya
ayahnya.
ijtihad para sahabat. Ijmak
Menurut ketentuan mereka,
cucu-cucu tersebut tidak
5
Ahamd Zahari, Hukum Kewarisan Islam, FH
Untan Pres, Pontianak, hlm 40
mendapat bagian apa-apa
6
karena
terhijab
oleh
saudara
ayahnya,
tetapi
menurut
anaknya.
b) Urutan
keutamaan
undang-undang
berdasarkan ushbah dan
wasiat mesir yang menggali
lai-laki. Ushbah ialah
hukum dari ijtihad para
anggota keluarga yang
ulama muqaddimin, mereka
mempunyai
memberiakn
bagian
darah
berdasarkan
wasiat
berdasarkan
wajibah.
hubungan
sesamanya
hubungan
garis keturunan laki-laki
c. Penggolongan ahli waris
atau patrilineal.
Penggolongan ahli waris
c) Istilah-istilah
khusus
dalam hukum Islam dapat
mengenai
kewarisan
dibedakan menurut beberapa
dalam
Al-Qur’an
sistem
mungkin
disamakan
hukum
kewarisan
yaitu:
dengan
1) Ahli waris menurut sistem
dalam bahasa sehari-hari
kewarisan patrilineal
Pokok-pokok
istilah
biasa
atau istilah hukum adat
pikiran
dalam masyrakat arab,
dalam kewarisan patrilineal
bahkan
syafe’i sebagaiman yang
hukum adat dalam Al-
dikemukakan Sajuti Thalib
Qur’an sendiri
yaitu:
a) Selalu
istilah-istilah
2) Ahli waris menurut sistem
memberikan
kewarisan bilateral
kedudukan yang lebih
Haziairin
baik dalam perolehan
bukunya
harta
kewarisan
peninggalan
kepada pihak laki-laki.
menurut
Dalam
mengemukakan
hubungan
ini
dalam
hukum
bilateral
Al-Qur‟an
bahwa
termaksud perbandingan
“sistem kewarisan Islam
antar ibu dan bapak atas
adalah sistem indivdual
harta
peninggalan
7
bilateral”.6
Dikatakan
sistem hukum waris
demikian, atas dasar ayat-
di Al-Qur’an hal itu
ayat kewarisan dalam Al-
tidak mungkin sebab
Qur’an antara lain seperti
orang
yang tercantum masiang-
mungkin menjadi ahli
masiang dalam surat An-
waris
Nisa (QS. IV) ayat 7, 8,
meninggal
11, 12, 33 dan ayat 17
tanpa keturunan;
serta
setelah
kewarisan
atau
tua
baru
jika
pewaris
dunia
sistem
b) Jika meninggal dunia
sistem
tanpa keturunan maka
hukum waris menurut Al-
ada
Qur’an yang individual
saudara-saudara
bilateral itu dibandingkan
pewaris
dengan
bersama-sama
sistem hukum
kemungkinan
bertindak
waris individual bilateral
sebagai
dalam
dengan orang tuanya,
masyarakat
ahli
waris
bilateral. Hazairin juga
setidak-tidaknya
mengemukakan beberapa
dengan
ibunya.
hal baru yang merupakan
Prinsip
diatas
ciri atau spesifikasi sistem
maksudnya ialah jika
hukum
Islam
orang
tua
menurut Al-Qur’an, yaitu
dapat
berkonkuresi
sebagai berikut:
dengan
a) Anak-anak si pewaris
pewaris,
apabila
bersama-sama
dengan
saudara-
dengan orang tua si
saudara
yang
pewaris
sederajat lebih jauh
waris
serentak
anak-anak
sebagai ahli waris.
dari
Sedangkan
Menurut
dalam
waris
6
pewaris
anak-anaknya.
di
hukum
luar
Al-
Qur’an hal tersebut
Hazairin, hukum kewarisan bilateral menurut
Al-Qur‟an,; Tintamas ,Jakarta, hlm 15
8
tidak mungkin sebab
yaitu
saudara
menyebabkan
si pewaris
hijab
yang
seorang
tertutup haknya oleh
ahli waris tidak dapat
orang tuanya.
warisan karena ada ahli
c) Bahwa
suami-istri
saliang
mewaris,
waris lain yang lebih
berhak
karena
artinya pihak yang
hubungannya
hidup paiang lama
dekat dengan pewaris. 8
menjadi ahli waris
2) Hijab
dari pihak lainnya.7
d. Hal-hal
yang
Nuqshon
(berkurang),
menjadi
lebih
yaitu
yang
hanya mengurangi bagian
keutamaan dan hijab:
yang semestinya diterima
1) Hijab hirman, ialah hijab
seorang
ahli
waris,
yang menyebakan seorang
disebabkan
ahli
waris lain. Misalnya suami
waris
tidak
adanya
ahli
mendapatkan sama sekali,
semetinya
hijan
karena pewaris punya anak
hirman
dapat
dibedakan:
menerima
sehingga
½
berkurang
a) Hirman bil wasfi, yaitu
menjadi ¼ , dan seharusnya
hijab yang menyebabkan
istri menerima ¼ karena
seorang ahli waris tidak
memiliki
mendapatkan
berkurang menjadi 1/8.
warisan
anak
sehingga
karena ada hal-hal atau
Ditambah denagn adanya suatu
keadaan tertentu, seperti
hadits yang menjelaskan dan
membunuh, beda agama,
menegaskan bahwa: “ tidaklah
dan murtad.
berhak
b) Hijab
bisy
syakhshi,
seorang
muslim
mewarisi orang kafir, dan tidak
pula
orang
muslim.”
7
Prof. Dr. H. Eman Suparman, Sh, Mh, Hukum
Waris Islam Dalam Perspektif Islam, Adat,
Dan
BW, Refika Aditama, Bandung, 2005, hlm
15
8
kafir
mewarisi
(Bukhari
dan
M. Ali Hasan, Hukum Kewarisan Dalam
Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1997, hlm 31
9
Muslim).
Sehingganya
anak
dalam garis lurus keatas,
yang tadinya memiliki hak atas
meliputi
orang
warisan orang tuanya namun
saudara,
baik
karena satu hal tersebut (beda
maupun perempuan,
agama)
kehilangan
keturunan mereka. Dan bagi
hak
atas
orang
dalam
hal
khusus
menjadi
kedudukan
warisan.
atas
Jadi,
tua
tua
dan
laki-laki
ada
yang
serta
peraturan
menjamin
pewarisan dan mewaris suatu
bahwa bagian mereka tidak
status atau kedudukan anak
akan kurang dari ¼ bagian
yang berbeda agama dengan
dari
pewaris akan menjadi terhijab
walaupun mereka mewaris
atau terhalang.
bersama-sama
2. Kedudukan
seorang
terhadap
harta
anak
harta
pewaris.
warisan
peninggalan,
saudara
Hakikat
dari
golonag ini ialah bahwa jika
berdasarkan KUH Perdata
pada golongan pertama tidak
Aahli
terdapat ahli waris maka
waris
yang
dimaksud
dalam BW adalah:
golonagn
a. Golongan pertama, keluarga
kedualah
yang
berhak untuk menerima dan
dalam garis lurus kebawah,
mewarisi harta pewaris.
meliputi anak-anak beserta
c. Golongan ketiga, meliputi
keturunan mereka, beserta
kakek, nenek dan leluhur
suami
selanjutnya
atau
istri
yang
ke
atas
ditinggalakn atau yang hidup
pewaris.
paling lama. Hakiakt dari
golonagn ini alah jika ahli
golonag ini ialah bahwa jiak
waris golonagn pertama dan
pewaris meninggalkan anak,
kedua tidak ada yang masih
istri atau suami dan cucu,
hidup
maka cucu tidak mendaat
golongan
warisan karena anak dari
menjadi ahli waris.
pewaris mash hidup.
b. Golongan
kedua,
Hakikat
dari
maka
dari
ahli
waris
ketigalah
yang
d. Golonan keempat, meliputi
kelurga
anggota keluraga dalam garis
10
ke
samping
keluarga
dan
lainnya
sanak
mengurangi
makna
samapai
ketentuan pasal 2 Kitab
drajat keenam. Hakiaktnya
Undang-Undang Hukum
ialah jika golongan pertama,
Perdata yaitu, “anak yang
kedua dan ketiga tidak ada
dalam kandungan sorang
maka
perempuan
barulah
golongan
dianggap
keempat ini yang berperan
sebagai telah dilahirkan,
sebagai ahli waris.
bila mana kepentingan si
Golongan
anak
pertama
menghendakinya.”
tersebut disebutkan salah satu
Apabila
adalah
dunia
anak
dari
pewaris.
ia
meninggal
saatdilahirkan,
Kedudukan anak dari pewaris
maka ia dianggap tidak
disini menjadi pewaris yang
pernah
diutaman dari pewaris yang
demikian
lain. Sehingga kedudukan anak
dalam
terhadap
tersebut
sudah diatur haknya oleh
secara
hukumsebagai ahli waris
untuk
dan telah dianggap cakap
adalah
warisan
mutlak
otomatis
atau
berhak
menerima.
Kemudian
sebagaimana
yang
ada.
Dengan
berarrti
bayi
kandungan
juga
untuk mewaris.
telah
3) Seorang ahli waris harus
dijelaskan sebelumnya, seorang
cakap
ahli waris yang akan menrima
mewaris, dalam arti ia
sejumlah
tidak
terdahulu
harta
peninggalan
harus
memenuhi
serta
dinyatakan
undang-undang
syarat-syarat yaitu:
atau
2) Ahli waris atau para ahli
dianggap
sebagai
tidak cakap untuk menjadi
waris harus ada pada saat
ahli waris.
pewaris meninggal dunia.
Dalam
tidak
sebagai
mewaris karena kematian,
meninggal dunia
ini
oleh
seorang yang tidak patut
1) Harus ada orang yang
Hal
berhak
berarrti
undang-undang
pula menyebutkan tentang hal-
11
hal yang dapat mengggugurkan
kurun waktu yang telah berjalan
sorang
didapati bahwa ahli waris yang
ahli
waris
untuk
mnerima warisan yaitu;
9
tidak patutu tersebut menguasai
1) Ahlli waris yang
dengan
putusan
hakim
telah
dipidana
karena
dipersalahakan
membunuh atau
setidak-tidaknya
mencoba
membunuh
pewaris;
2) Seorang
yang
dengan
putusan
hakim
telah
dipidana
karena
memfitnah
dan
mengadukan
pewaris
dengan
fitnah
telah
melakukan
kejahatan
yang
diancam
pidana
penjara
empat
tahun atau lebih;
3) Ahli waris yang
dengan kekerasan
telah nyata-nyata
telah menghalangi
atau
mencegah
pewaris
untuk
membuat
atau
menarik kembali
suratwasiat;
4) Seorang ahli waris
yang
telah
menggelapkan,
memusnahkan dan
memalsukan surat
wasiat.9
sebagian atau seluruh harta
Apa bila ternyata dalam
dijelaskan diatas, dan tidak
peninggalan dan berpurapura
sebagia ahli waris, maka ia
wajib mengembalikan semua
yang
dikuasainya
hasil-hasil
termaksud
yang
telah
dinikmatinya.
Setelah mengtahui dan
memahami penjelasan diatas
bahwa
jelas
kewarisan
dalam
hukum
perdata
juga
mengenal adanya ahli waris
yaitu
salah
satunya
yang
disebutkan adalah anak dan
anak memiliki kedudukan yang
penting
golongan
dan
masuk
pertama.
Hal
pada
ini
menjelaskan bahwasanya anak
memiliki peran penting dalam
hal kewarisan sebagai yang
meneriam harta. Dalam hukum
kewarisan
perdata
pun
mengenal
adanya
halangan-
halangan
untuk
menrima
warisan terhadap ahli waris,
sebagaimana
yang
telah
menyebutkan bahwasanya salah
Prof. Dr. H. Eman Suparman, Op. Cit, hlm 39
12
satu
pengalang
ahli
hibah sebagai berikut ”hibah
warisa
adalah perbedaan agama. Maka
adalah
jelas bahwa hukum kewarisan
dan
perdata tetap memberikan atau
pemberian balasan”11. Dalam
mengsahkan
untuk
penyerahan
tidak
langsung
bersyarat
tanpa
anak
tersebut
hibah ada tiga hal yang harus
menerima
warisan
dipenuhi yaitu;
apapun agamanya.
a. Ijab,
yaitu
pernyataan
tentang pemberian tersebut
dari pihak yang memberikan
B. Upaya Penyelesaian Dalam
Pembagian
b. Qabul, yaitu pernyataan dari
Warisan
pihak
Berdasarkan
Hukum
c. Qabdlah, yaitu penyerahan
milik itu sendiri, baik dalam
1. Hibah
Hukum
bentuk
Islam
memperbolehkan
memberikan
seluruhnya
harta
Hibah
atau
masih
hidup kepada
orang
lain
yang
“intervivos.”10
bahkan
telah
ditetapakan
hukum Islam pemberian berupa
Pemberian
harta
tidak
bergerak
dapt
dilakukan dengan lisan tanpa
dengan sebutan “hibah.”
mempergunakan suatu documen
dengan
tertulis,
persoalan hibah tersebut diatas,
Fayzee
hukum
dengan tegas bahwa dalam
semasa hidup itu lazim dikenal
A.A
dalam
secara teulis maupun lisan,
disebut
Berkaitan
sebenarnya
Islam dapat dilakukan baik
kekayaan
ketika
yang
maupun secara simbolis.
seseorang
menghadiahkan sebagian atau
Asaf
menrima
pemberian hibah itu
Kewarisan Islam
untuk
yang
akan
tetapi
jika
selanjutnya dukehendaki bukti-
dalam
bukunya “pokok-pokok hukum
bukti
yang
cukup
tentang
Islam II” memberikan rumusan
terjadinya peralihan hak milik,
maka pemberian itu dapatlah
10
Asaf A.A. Fayzee, Pokok-Pokok Hukum
Islam II, Tintamas, Jakarta, 1961, hlm 1
11
13
Ibid, hlm 2
dinyatakan
dalam
bentuk
dihibahkan
tulisan.
kepada
anak
tersebut, sehingga anak merasa
Seseorang yang hendak
bahwa haknya setelah ia keluar
menghibahkan sebagian atau
dari agama yang dianut orang
seluruh
tuanya sudah terselesaikan dan
harta
kekayaanya
semasa hidupnya, dalam hukum
secara
Islam harus memenuhi syarat
tersebut
sebagi berikut:
terhadpa harta orang tuanya dan
a. Orang tersebut harus sudah
tidak
dewasa
bahwa
telah
anak
putus
menuntut
lagi
hak
ketika
orang tuanya meninggla dunia.
b. Harus
waras
akan
Dan
pikirannya
pemberian
hibah
ini
dilakukan ketika orang tuanya
c. Orang tersebut harus sadar
masih hidup.
dan mengerti tentang apa
2. Wasiat
yang diperbuatnya
d. Baik
sadar
laki-laki
Secara
maupun
perempuan
garis
besar
wasiat merupakan pemberian
dapat
suatu
melakukan hibah
harta
dari
seseorang
kepada orang lain atau kepada
e. Perkawinan
bukan
merupakan
penghalang
beberapa
orang
sesudah
meninggalnya orang tersebut.
untuk melakukan hibah
Wasiat adalah suatu tasharruf
Dalam keadaan seperti
(pelepasan)
terhadap
harta
ini, anak yang berbeda agama
peninggalan yang dilaksanakan
tersebut
sesudah
masih
memiliki
meninggal
kesempatan untuk mendapatkan
seseorang.
harta orang tuanya dengan jalan
hukum, wasiat adalah suatu
hibah. Di mana jika anak
perbuatan
tersebut
dengan kemauan hati dalam
keluar
dari
agama
“Menurut
dunia
yang
dilakukan
orang tuanya, maka orang tua
keadaan
anak tersebut dapat memberi
tidak ada dalam syariat Islam
hartanya
suatu
dengan
jalan
14
apapun.
asal
wasiat
Karenanya
yang
wajib
dilakukan dengan jalan putusan
hakim.”
12
Pendapat
mengatakan
lain
wasiat
seorang
di
kamu
kedatangan
(tanda-tanda)
antara
maut,
adalah
jika ia meninggalkan
“pesan terakhir dari seseorang
harta yang banyak,
yang mendekati kematiannya,
Berwasiat untuk ibu-
dapat berupa pesan apa yang
bapak
harus
kerabatnya
dilaksanakan
para
dan
karib
secara
penerima wasiat terhadap harta
ma'ruf, (ini adalah)
peningglannya atau pesan lain
kewajiban
atas
orang-orang
yang
diluar
harta
peninggalan.”13
Dasar hukum wasiat dalam
bertakwa.
hukum kewarisan Islam, yakni
Al-Qur’an
surat
Untuk
Al-Baqarah
sedikit
memperjelas mengnenai wasiat
ayat 180
kiranya perlu sedikit membahas
mengetagui wasiat berdasarkan
    
hukum perdata, dalam hukum
perdata wasiat diatur dalam
    
pasal 875, yakini
“surat
wasiat
atau
testamen adalah suatu akta yang
   
memuat prnyataan seseorang
tentang
apa
dikehendakinya
   
yang
akan
terjadi
setelah ia meninggal dunia, dan
Artinya:”diwajibkan
kamu,
yang olehnya dapat dicabut
atas
kembali
apabila
lagi”14.
Kewarisan
menurut konsep hukum perdata
12
Hasbi Ash-shiddieqy, fiqh Muwaris, Pustaka
Rezki Putra, Jakarta, 2001, hlm273
13
Anwar Sitompul, Fara‟id, Hukum Waris
Dalam Islam dan Masalahnya, Al iklas,
Surabaya,
1984 hlm 60
bisa karena ditentuak undang14
Soedaryo Soimin SH, Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata , pasal 875
15
undang,
bisa
penunjukan
juga
karena
ahli
Rasulullah SAW yang artinya:
“bahwa suatu ketika
Rasullulah SAW datang
mengunjungi
saya
(Sa‟ad bin Abi Waqas)
pada tahun Haji Wada‟,
kemudian saya bertanya
kepada
Rasulullah
SAW; wahai Rasulullah!
Sakitku telah demikian
parah,
sebagaiaman
Engkau lihat, sedang
saya ini orang berada,
tetapi tidak ada yang
dapat mewarisi hartaku
selain seorang anak
perempuan. Bolehkah
aku
bersedekah
(berwasiat) dengan dua
pertiga (2/3) hartaku
(untuk beramal) ? maka
berkatalah Rasulullah
SAW.
Kepadaku,
“jangan” maka Sa‟ad
berkata kepada Beliau,
„bagaiamana
kalau
sepruhnya?‟ Rasulullah
SAW. Berkata „jangan‟.
Kemudian Rasulullah
SAW berkata pula,
„sepertiga‟
dan
sepertiga itu banyak dan
besar.
Sesungguhnya
kau meninggalakn ahli
warismu sebagai orangorang kaya adalah lebih
baik
dari
pada
meninggalkan mereka
sebagai
orang-orang
miskin yang memintaminta kepada orang
banyak” (HR. Bukhari
dan Muslim)
waris
(erfstelling) berdasarkan wasiat
atau testamen. Jika seorang
ditunjuk sebagai ahli waris,
seolah-olah dia berkedudukan
seperti ahli waris berdasarkan
undang-undang. Dalam suatu
penujukan iahli waris selalu
mengenai
seluruh
warisan.
kendati
dalam
perkembangannya
testamen
pengertian
mengalami
banyak
perubahan, tetapi intinya tetap,
yaitu
penujukan
atau
pengangkatan ahli waris.
Dalam hukum perdata
dan hukum Islam mengenai
wasiat dapat ditarik sebuah
kesamaan antara kedua hukum
ini adalah berlakunya kehendak
itu setelah pewasiat meninggal
dunia.
Dan
sepakat
bahwa
“para
orang
ulama
yang
meningglakan ahli waris tidak
boleh memberikan wasiat lebih
dari 1/3 (sepertiga) hartanya.”15
Hal ini sesuai dengan Hadits
15
Ibnu Rusyd, Analisa Fiqih Para Mujtahid,
Terjemahan Bidayatul Mujtahid, Juz III ,
Pustaka Imami,
Jakarta, 1990, hlm 45
Berdasarkan hadits diatas dapat
16
dipahami bahwa, untuk melindungi ahli
sehingga
waris supaya mereka tidak dalam
perdebatan dan perbedaan pendapat
keadaan miskin stelah ditinggalkan
dikalangan para ulama. Namun begitu,
pewaris, harta yang boleh diwasiatkan
meski anak tersebut terputus hanya
(jumlah
boleh
untuk menerima warisan tapi anak
melebihi dari sepertiga dari seluruh
tersebut masih memiliki kesempatan
harta yang diringgalkan hal ini dalam
untuk mendapatkan harta orang tuanya
hukum
untuk
yaitu dengan jalan hibah, dimana orang
melindungi ahli waris. Pada dasarnya
tuanya harus segera memberikan atau
memberiakn
merupakan
mengibahkan hartanya kepada anaknya
tindakan yang dilakukan atas dorongan
yang keluar dari agama yang dianut
kemauan
keadaan
orag tua, kemudian dengan jalan
bagaimanapun. Dengan demikian, pada
wasiat, yaitu setelah tahu bahwasanya
dasarnya
apakah
anaknya keluar dari agama orang
membuat atau tidak membuat wasiat.
tuanya maka sesegera mungkin orang
kemudian dalam hal perbedaan agam
tua tersebut memberiakn wasiat agar
dalam suatu pewarisan yang mana anak
kepentingan
dari pewaris berbeda agama maka ia
mendapat hartanya, namun
sangat
segera
anak yang berbeda agama tersebut
membuat wasiat bagi anaknya yang
tidaklah melebihi dari sepertiga dari
beda agama tersebut, karena jiak terjadi
harta yang ditinggalkan.
kematian maka anak tersebut tidak
III
akan menerima harta warisan dari
A. Kesimpulan
maksiaml)
tidak
kewarisan
Islam
wasiat
sendiri
dalam
seseorang
dianjurkan
bebas
untuk
menimbulakan
anak
banyak
tersebut
tetap
bagian
PENUTUP
pewaris.
Berdasarkan hasil penelitian
Berdasarkan penjelasan diatas
yang dilakuakan oleh penulis, maka
bahwasanya meski dalam perbedaan
penulis dapat menyimpulkan bahwa
agama antara anak dan orang tua itu
dalam hukum positif tidak mengenal
jelas
anak
adanya perbedaan agama menjadi
tersebut terhalang atas harta warisan
halngan dalam hal waris-mewaris,
orang tunaya sehingga menjadiaknya
selama
perdebatan
hubungan darah dengan pewaris
menjadikan
yang
kedudukan
sangat
panajang
17
anak
tersebut
memiliki
maka
hak
anak
tetap
orang kafir mewaris harta orang
melekat. Sebagaiman yang telah
muslim (HR. Bukhari dan Muslim)”.
disebutkan dalam Kitab Undang-
Berdasarkan penjelasn ini bahwa
Undang Hukum Perdata dalam pasal
sangat jelas adanya penghalang atau
832
menegaskan
hijab seorang anak yang berbeda
yang berhak menjadi ahli
agama dengan orang tuanya untuk
waris ialah keluarga sedarah, baik
menerima warisan dan hukum islam
yang sah menurut undang-undang,
tidak
maupun yang diluar perkawinan,
mewaris anatara pewaris ahli waris
dan suami atau istri yang hidup
yangb berbeda agama.
KUH
bahwa
tersebut
Perdata
terlama.
mengenal
adanya
waris
Seiring dengan hal tersebut
Beda halnya dengan hukum
bahwasanya ahli waris yang berbeda
Islam dimana perbedaan agama
agama dengan pewaris akan menjadi
antara si pewaris dan ahli waris
pengalang untuk menerima warisan.
menjadi hiajab untuk meneri harta
dalam
warisan.
adanya Hibah dan Wasiat. Hibah
seperti
yang
telah
dijelaskan diatas bahwa :
a.
b.
c.
hukum
Islam
mengenal
menrupakan pemberian atau hadiah
Pembunuh
tidak
mendapat
warisan
berhak
kepada seseorang dari seseorang
dari
yang masih hidup berupa harta atau
pewaris yang dibunuhnya
apapun.
Orang murtad tidak berhak
pernyataan yang dikelurakan oleh
mendapatkan warisan dari
pewaris ketika masih hidup kepada
pewaris
seseorang
yang
beragama
Wasiat
utnuk
ialah
suatu
memberikan
Islam
sebagian hartanya kepada orang
Orang kafir tidak berhak
yang
dikehendaki.
mendapat
antara
hibah
warisan
dari
dan
Perbedaana
wasiat
ialah
keluarga yang beragam Islam
dimana, orang yang meberiakan
Kemudian dalam Hadits Rasulullah
hibah atau hadiah kepada seseorang
SAW diSebutkan bahwa “ Tidaklah
masih hidup, sementara wasiat akan
berhak orang muslim mewaris harta
terlaksana ketia yang membrikan
orang kafir dan tidaklah berhak
harta
18
telah
meninggal
dunia.
Berdasarkan hal ini bahwasanya
keluarga
anak yang berbeda agama dengan
hibah
orang tuanya akan menerima harta
anggota kelurga yang murtad
orang tuanya dengan jalan hibah dan
atau penyebab lain sebagian
wasiat. Dalam memberikan wasiata
hartanya,
atau hibah kepada seseorang ialah
membuat
1/3 dari harta yang dimiliki atau
anggota kelurga tersebut untuk
yang
memberikan
ditinggalakan
untuk
menghindari
ahli
waris
yang
sebenarnya
agar
pada
saat
untuk memberikan
atau
hadiah
atau
kepada
dengan cara
wasiat
kepada
sebagian
harta
yang akan ditinggalkan yang
tidak lebih dari 1/3 harta.
ditinggalakn tidak dalam keadaan
2. Hendaknya
tidak
ada
lagi
miskin.
perdebatan tentang pembagian
B. Saran
warisan dalam Islam khusunya
Berdasarakan
hasil
penelitian
tentang
pembagian
harta
penulis sedikit memberikan saran
warisan dengan ahli waris yang
mengnenai hal kewarisan:
berbeda agama karena telah
1.
Kiranya
ketika
terjadi
hal
jelas
diesbutkan dalam
demikian dalam sebuah kelurga,
Qur’an,
misalnya ada seorang anggota
Pendapat para Ulama bahwa
kelurga murtad atau penyebab
perbedaan
lain
penghalang dalam pembagian
yang
terjadinya
menyebabkab
perbedaan agama,
Sabda
warisan
Nabi
Al-
agama
dan
menjad
sebagaiman
juga
sehingga sedemikan itu juga
disebutkan dalam
segera
Hukum Islam bahwa pewaris
orang
mengambil
tua
tindakan
untuk
agar
dan
ahli
waris
Kompilasi
sama-sama
kedepan ketika terjadi proses
beragama Islam, tetapi ahli
pembagian warisan tidak terjadi
waris
hal-hal yang tidak diinginkan
dengan
dengan jalan membuat suatu
memperoleh harta denhan jalan
perjanjian
hibah (hadiah) dan wasiat.
tertulis
yang
disepakati oleh seluruh anggota
19
yang
berbeda
agama
pewaris
dapat
3. Untuk para pemerintah agar
menghindari hal-hal yang tidak
kiranya kembali memikirkan
dinginkan
hal
peraturan yang sedikit memiliki
ini
dan
memusyawarhakan
kembali
peraturan-
hal
perbedaan, sehingga perbedaan
seperti ini dapat diatasi dan
tersebut dapat dihindari, melihat
tidak dipermaslahakan kembali
persoalan kewarisan ini sangat
jika
melihat
urgen karena merupakan hal
dengan begitu banyak suku,
yang pasti sebab setiap manusia
budaya,
yang
terjadi
Indonesia
agar
akibat
karena
bahkan
dan
agama
di
untuk
bernyawa
mengalami
4.
20
pasti
akan
kematian.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Ash-shiddieqy , Hasbi, fiqh Muwaris, Jakarta, Pustaka Rezki Putra, 2001
Fayzee, Asaf A.A, Pokok-Pokok Hukum Islam II, Jakarta, Tintamas, 1961
Hasan, M. Ali, Hukum Kewarisan Dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1997
Hamka, lembaga hidup, PT. Pustaka Panjimas, 1983
Rusyd , Ibnu, Analisa Fiqih Para Mujtahid, Terjemahan Bidayatul Mujtahid, Juz
III Jakarta, Pustaka Imami,1990
Rofik , Ahmad, fiqh mawaris, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persad, 1995
Sitompul , Anwar, Fara‟id, Hukum Waris Dalam Islam dan Masalahnya,
Surabaya, Al iklas, 1984
Suparman , H. Eman, Hukum Waris Islam Dalam Perspektif Islam, Adat, Dan
BW, Bandung; Refika Aditama, 2005
U, Suparman , Yusuf Somawinata, fiqh mawaris hukum kewarisan Islam, jakarta:
Gaya Media pratama, 1997
PERATURAN :
Al-Qur’an dan Hadits
Undang-undang Dasar 1945
Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Kitab Undang-undang Hukum Perdata
SUMBER LAIN/WEBSAITE :
http://eprints.undip.ac.id/24428/1/PASNELYZA_KARANI.pAmzah pdf diakses
pada tanggal 20 juni 2015
roufibnumuthi.blogspot.com/2011/03/unsur-unsur-dan-syarat
kn/syaratpewarisan.html?m=1 diakses pada tanggal 20 juni 2015
21
BIODATA PENULIS
Nama
: Usman Abdi
Tempat,Tanggal Lahir
: Parigi, 29 Januari 1992
Alamat
: Desa Santigi Kec, Ongka Malino Kab, parigi
Mautong
No Hp
: 082336802878
Alamat E-Mail
: [email protected]
22
Download