KEDUDUKAN ANAK YANG BERBEDA AGAMA DENGAN ORANG TUANYA TEHADAP HARTA WARISAN BERDASRAKAN KHI DAN KUH PERDATA Usman Abdi / D 101 11 026 Pembimbing 1 : Drs. Supardi M. Ag Pembimbing 2 : M. Ayyub Mubarak SHi. MH ABSTRAK Melihat kondisi bangsa Indonesia yang begitu banyak memiliki kebudayaan, ras, adat, bahakan agama. Hal ini menibulakan bebagai macam perbedaan pandangan hukum, terutama dalam hal pengaturan kewarisan. Pandangan perbedaan agama sering kali menimbulkan suatu permasalahan hukum bagi setiap insan dalam menerima harta orang tuanya. Dalam hukum Islam perbedaan agama sangat jelas disebutkan bahwa anak yang berbeda agama dengan orang tuanya akan terhijab untuk menerima harta orang tuanya ketika orang tuanya meninggal dunia, hal ini tidak sejalan dengan hukum perdata yang tidak menyebutkan salah satu penghalang untuk menerima warisan adalah perbedaan agama. Kemudian jika terjadi pembagian warisan seperti apa upaya penyelesaiannya dalam hukum Islam. Adapun metode penelitian yang saya gunakan dalam penelitian ini ialah penelitian yuridis normatif, di mana penulisan ini mengkaji data-data yang diperoleh baik yang dari bahan hukum hukum primer dan sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa kedudukan anak yang berbeda agama dengan orang tuanya terhadap harta warisan dan guna mengetahui upaya yang ditawarkan hukum Islam dalam pembagian harta warisan. kedudukan seorang anak terhadap harta warisan ini sangatlah penting, di mana anak merupakan keturunan dan penerus orang tuanya, namun ketiaka perbedaan agama mmbuat kedudukan anak terebut menjadi terhalang dalam menrima harta warisan orang tunya hal ini sangat jelas disebutkan dalam hukum Islam. Meski demikian, tidak serta merta anak tersebut kehilangan begitu saja kemungkinan untuk menerima harta orang tuanya, anak akan mendapat harta orang tuanya dengan jalan hibah atau biasa disebut hadiah ataupun pemberian kepada seseorang ketika masih hidup, kemudian dengan cara berwasiat yaitu pernyataan pemilik harta untuk memberiakn sebagian hartana kepada seseorang yang dikehendakinya. hal ini sesuai drngan fitman Allah SWT yang artinya diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. Kata Kunci: Kedudukan Anak Beda Agama, KHI, KUH Perdata I Salah PENDAHULUAN satu bidang penting dalam hukum Islam dalam hukum A. Latar Belakang 1 positif di Indonesia ialah hukum hukum kewarisan yang dianut dan kewarisan. hukum berkembang dimasyarakat ada tiga kewarisan merupakan bagian dari siatem yaitu Hukum Kewarisan hukum Adat, Hukum Kewarisan Islam, Di mana kekeluargaan yang Hukum waris perdata memegang peran penting, bahkan menentukan dan mencerminkan Pada sistem kekeluargaan yang berlaku kewarisan dalam masyarakat. Hukum waris sangat erat kaitannya mengalami kematian berarti, kebutuhan sesuai dengan perkembangan zaman. Terlebih lagi itu di negara kita yaitu Indonesia yang terdapat begitu banyak golongan pasti yang akan dialami, karena merupakan akhir oleh berubah merupakan suatu peristiwa yang kematian yang dan pola pikirnya yang bisa selalu akan dan banyak masyarakat yang semakin kompleks yang satu dengan yang lain nya. Di manusia mengalami disebebakan dengan harta kekayaan dan mausia setiap bidang perkembangan dengan kehidupan manusia karena terkait mana kenyataanya baik dari suku, budaya, ras, bahkan dari agama. perjalanan hidup setiap manusia di Secara umum dunia. Jika orang yang meninggal dunia meninggalkan keluarga dan golongan harta kekayaan atau warisan, maka kemungkinan dengan cara apa harta kekayaan berpindah golongan, dalam hal ini tersebut akan dibagi. Maka hukum berpindah yang membahas mengenai harta agama ini sangat memilki potensi peninggalan atau warisan tersebut untuk diatur permasalahan hukum tersendiri. Tak dalam hukum kewarisan ini banyaknya tidak menutup seseorang agama. untuk Perpindahan menimbulkan sebuah kala dalam sebuah keluarga ketika Islam atau KUH Perdata. yang salah seorang anak keluar dari macam agama orang tuanya atau memutus kalangan baik dari suku, ras, budaya tali peragamaan dari kedua orang sampai pada tuanya ini akan berdampak Masyarakat terdiri dari Indonesia berbagai agama. sehingga, 2 pada status kewarisan anak tersebut Tuanya Harta terhadap orang tuanya. Selama ini Warisan berdasarkan Kompilasi status perbedaan agama kerap kali Hukum Islam (KHI) dan Kitab menimbulkan permasalahan dimana Undang-Undang anak yang keluar dari agama orang Perdata (KUH Perdata) tuanya tidak memiliki hak terhadap 1. Kedudukan harta orang tuanya. Dalam hukum terhadap positif tidak membatsi anak yang berdasarkan KHI Hukum seorang harta anak warisan beda agama dengan orang tuanya Rasulullah SAW bersabda: untuk menjadi ahli waris selama “anak-anak adalah setengah dari anak tersebut memiliki hubungan haruman darah terhadap pewaris. (Turmidzi)”peliharalah anak- mereka sesungguhnya anak-anak Berdasarkan latar belakang itu masalah yang telah diuraikan di adalah hadiah Allah kepadamu”. (diriwayatkan oleh atas, adapun rumusan masalah Bukhari).1 yang penulis angkat dalam tulisan Dari ini adalah : penjelasan diatas menunjukan bahwa anak sangat 1. Bagaimana kedudukan seorang penting dalam pandangan Islam, anak yang beda agama dengan bagi orang tua haruslah sadar orang tuanya terhadap harta mengetahui kedudukan anak bagi warisan.? 2. Bagaimana orang tuanya. Kemudaian dalam upaya penyelesaiannya pembagian surga” anakmu dan perbaiki budi pekerti B. Rumusan Masalah Membahas mengenai kedudukan mengenai sorang warisan terhadap anak dalam warisan tentunya petama-tama banyak hal anak yang beda agama dengan yang menjadi perdebatan yang orang tuanya.? II Terhadap ditimbulkan. Untuk itu dalam PEMBAHASAN kesempatan ini penulis berupaya A. Kedudukan Seorang Anak Yang 1 Berbeda Agama Dengan Orang Hamka, lembaga hidup, PT. Pustaka Panjimas, 1983, hlm 223 3 menjelaskan mengenai warisan dapat memanggul senjata ini mulai dari awal mula atau untuk mengalahkan musuh lebih tepatnya mengingat kembali dalam setiap peperangan. sedikit sejarah Kepentingan suku (kabilah) warisan menjadi sangat diutamakan mengenai singkatnya mengenai dalam Islam. a. Sejarah karena demi suku itulah singkat tentang martabat dirinya dipertaruhkan. pewarisan dalam islam 3 2) Pewarisan pada masa awal 1) Pewaris pada masa Pra- Islam Islam Sebab-sebab “Pada jaman jahiliyah memungkinkan hukum kewarisan sangat dipengaruhi oleh yang pada b) Adanya c) Adanya rempah serta hasil jarahan waris yang keluarga meninggal hijrah persaudaraan yang dari antara kaum Muhajirin dengan Ahli kaum Anshar berhak 3) Pewarisan pada masa Islam memperoleh harta warisan dari pengangkatan mekkah ke madianh dan dan rampasan perang dari taklukan”. pertalian anak dari perniagaan rempah- mereka Islam kerabat Kehidupannya bergantung 2 awal a) Adanya berperang. bangsa-bangsa masa adalah: ada. Mereka gemar mengembara dan sesorang mendapatkan harta warisan sistem sosial yang dianaut oleh masyarakat yang selanjutnya yang “Setelah akidah umat adalah pihak Islam laki-laki, berfisik kuat, dan bertambah perkembangan 2 Suparman U, Yusuf Somawinata, fiqh mawaris hukum kewarisan Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta:, 1997, hlm 2 3 Ahmad Rofik, fiqh mawaris, PT. Raja Grafindo Persad, Jakarta, 1995, hlm 5 4 kuat, Islam semakin maju, pengikut- semacam pengikutnya asuh, justru sangat di banyak, bertambah pemerintahan lebih dari dengan dicabutnya iru beberapa hal diatas maka penaklukan kota Mekkah sebab-sebab telah menungkinkan berhasil dengan yang seseorang sukses, maka tidak ada mendapatkan harta warisan kewajiban berhijrah lagi menurut Islam adalah: setelah a) Adanya penaklukan kota Mekkah”. 4 hal ini yaitu Nisa ayat 7 mengenai sebab-sebab dasar hukumnya Surat An- kewarisan ada beberapa hal dicabut, hubungan kekeluargaan Dalam b) Adanya pewarisan, ikatan perkawinan, seperti: dasar hukumnya Surat An- a) Adanya ikatan Nisa ayat 12 persaudaraan b) Berdasarkan c) Adanya keturunan pemerdekaan budak, yang pada masa laki-laki yang dewasa sekarang dengan tidak ada lagi karena mengenyampingkan sudah lama perbudakan anak-anak dihapuskan. dan kaum perempuan b. Sumber ini hukum sudah kewarisan c) Adanya perjanjian Islam d) Adanya Sumber-sumber dalam pembagian Islam anak, yang pengangkatan kecuali apabila diinginkan warisan adalah: mengangkat anak hanya 1) Al-Qur’an, bermotivasi sosia atau 4 tua anjurkan Islam sudah mulai stabil, dan orang merupakan sumber pertama dan utama, sebagian Ibid, hlm 72 5 besar sumber hukum waris menjelaskan yang dan ijtihad imam mazhab, mengenai dan para mujtahid dapat ketentuan-ketentuan fard digunakan (bagian) ahli pemecahan-pemecahan tiap-tiap dalam waris, siapa-siapa yang jadi masalah ahli waris seperti yang belum dijelaskan oleh nash tertuang dalam surat An- dengan jelas. Sebagai Nisa ayat 7, An-nisa ayat contoh: satatus saudara- 33, Surat Al- Anfal ayat 75, saudara bersama dengan dan AL-Ahzab ayat 6 kakek, dalam Al-Qur’an Al- Hadits, langsung yang masalah mengatur kewarisan mawaris ini yang tidak dijelaskan, kecuali dalam antara lain: masalah kalalh. Akan tetapi dari Ibnu menurut hadits Nabi Abbas menurut kebanyakan riwayat sahabat dan imam mazhab Bukhari dan Muslim yang yang mengutip pendapat artinya: “Berikanlah faraid Zaid bin Sabit, saudra- (bagian-bagian yang telah saudara tersebut mendapat ditentukan bagian Qur’an) dalam kepada Alyang warisan muqasamah secara bersama berhak menerimanya dan dengan kakek. Kemudian selebihnya status seorang cucu yang berikanlah kepada keluarga laki-laki ayahnya yang terdekat”5 meninggal dari pada kakek 2) Ijmak. Sebagian kecil yang lebih dulu yang bakal diwarisi dan berasal kepada ijmak para yang mewaris bersama- ahli, sama dengan saudara- dan beberapa diambilkan dasarnya dari saudaranya ayahnya. ijtihad para sahabat. Ijmak Menurut ketentuan mereka, cucu-cucu tersebut tidak 5 Ahamd Zahari, Hukum Kewarisan Islam, FH Untan Pres, Pontianak, hlm 40 mendapat bagian apa-apa 6 karena terhijab oleh saudara ayahnya, tetapi menurut anaknya. b) Urutan keutamaan undang-undang berdasarkan ushbah dan wasiat mesir yang menggali lai-laki. Ushbah ialah hukum dari ijtihad para anggota keluarga yang ulama muqaddimin, mereka mempunyai memberiakn bagian darah berdasarkan wasiat berdasarkan wajibah. hubungan sesamanya hubungan garis keturunan laki-laki c. Penggolongan ahli waris atau patrilineal. Penggolongan ahli waris c) Istilah-istilah khusus dalam hukum Islam dapat mengenai kewarisan dibedakan menurut beberapa dalam Al-Qur’an sistem mungkin disamakan hukum kewarisan yaitu: dengan 1) Ahli waris menurut sistem dalam bahasa sehari-hari kewarisan patrilineal Pokok-pokok istilah biasa atau istilah hukum adat pikiran dalam masyrakat arab, dalam kewarisan patrilineal bahkan syafe’i sebagaiman yang hukum adat dalam Al- dikemukakan Sajuti Thalib Qur’an sendiri yaitu: a) Selalu istilah-istilah 2) Ahli waris menurut sistem memberikan kewarisan bilateral kedudukan yang lebih Haziairin baik dalam perolehan bukunya harta kewarisan peninggalan kepada pihak laki-laki. menurut Dalam mengemukakan hubungan ini dalam hukum bilateral Al-Qur‟an bahwa termaksud perbandingan “sistem kewarisan Islam antar ibu dan bapak atas adalah sistem indivdual harta peninggalan 7 bilateral”.6 Dikatakan sistem hukum waris demikian, atas dasar ayat- di Al-Qur’an hal itu ayat kewarisan dalam Al- tidak mungkin sebab Qur’an antara lain seperti orang yang tercantum masiang- mungkin menjadi ahli masiang dalam surat An- waris Nisa (QS. IV) ayat 7, 8, meninggal 11, 12, 33 dan ayat 17 tanpa keturunan; serta setelah kewarisan atau tua baru jika pewaris dunia sistem b) Jika meninggal dunia sistem tanpa keturunan maka hukum waris menurut Al- ada Qur’an yang individual saudara-saudara bilateral itu dibandingkan pewaris dengan bersama-sama sistem hukum kemungkinan bertindak waris individual bilateral sebagai dalam dengan orang tuanya, masyarakat ahli waris bilateral. Hazairin juga setidak-tidaknya mengemukakan beberapa dengan ibunya. hal baru yang merupakan Prinsip diatas ciri atau spesifikasi sistem maksudnya ialah jika hukum Islam orang tua menurut Al-Qur’an, yaitu dapat berkonkuresi sebagai berikut: dengan a) Anak-anak si pewaris pewaris, apabila bersama-sama dengan saudara- dengan orang tua si saudara yang pewaris sederajat lebih jauh waris serentak anak-anak sebagai ahli waris. dari Sedangkan Menurut dalam waris 6 pewaris anak-anaknya. di hukum luar Al- Qur’an hal tersebut Hazairin, hukum kewarisan bilateral menurut Al-Qur‟an,; Tintamas ,Jakarta, hlm 15 8 tidak mungkin sebab yaitu saudara menyebabkan si pewaris hijab yang seorang tertutup haknya oleh ahli waris tidak dapat orang tuanya. warisan karena ada ahli c) Bahwa suami-istri saliang mewaris, waris lain yang lebih berhak karena artinya pihak yang hubungannya hidup paiang lama dekat dengan pewaris. 8 menjadi ahli waris 2) Hijab dari pihak lainnya.7 d. Hal-hal yang Nuqshon (berkurang), menjadi lebih yaitu yang hanya mengurangi bagian keutamaan dan hijab: yang semestinya diterima 1) Hijab hirman, ialah hijab seorang ahli waris, yang menyebakan seorang disebabkan ahli waris lain. Misalnya suami waris tidak adanya ahli mendapatkan sama sekali, semetinya hijan karena pewaris punya anak hirman dapat dibedakan: menerima sehingga ½ berkurang a) Hirman bil wasfi, yaitu menjadi ¼ , dan seharusnya hijab yang menyebabkan istri menerima ¼ karena seorang ahli waris tidak memiliki mendapatkan berkurang menjadi 1/8. warisan anak sehingga karena ada hal-hal atau Ditambah denagn adanya suatu keadaan tertentu, seperti hadits yang menjelaskan dan membunuh, beda agama, menegaskan bahwa: “ tidaklah dan murtad. berhak b) Hijab bisy syakhshi, seorang muslim mewarisi orang kafir, dan tidak pula orang muslim.” 7 Prof. Dr. H. Eman Suparman, Sh, Mh, Hukum Waris Islam Dalam Perspektif Islam, Adat, Dan BW, Refika Aditama, Bandung, 2005, hlm 15 8 kafir mewarisi (Bukhari dan M. Ali Hasan, Hukum Kewarisan Dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1997, hlm 31 9 Muslim). Sehingganya anak dalam garis lurus keatas, yang tadinya memiliki hak atas meliputi orang warisan orang tuanya namun saudara, baik karena satu hal tersebut (beda maupun perempuan, agama) kehilangan keturunan mereka. Dan bagi hak atas orang dalam hal khusus menjadi kedudukan warisan. atas Jadi, tua tua dan laki-laki ada yang serta peraturan menjamin pewarisan dan mewaris suatu bahwa bagian mereka tidak status atau kedudukan anak akan kurang dari ¼ bagian yang berbeda agama dengan dari pewaris akan menjadi terhijab walaupun mereka mewaris atau terhalang. bersama-sama 2. Kedudukan seorang terhadap harta anak harta pewaris. warisan peninggalan, saudara Hakikat dari golonag ini ialah bahwa jika berdasarkan KUH Perdata pada golongan pertama tidak Aahli terdapat ahli waris maka waris yang dimaksud dalam BW adalah: golonagn a. Golongan pertama, keluarga kedualah yang berhak untuk menerima dan dalam garis lurus kebawah, mewarisi harta pewaris. meliputi anak-anak beserta c. Golongan ketiga, meliputi keturunan mereka, beserta kakek, nenek dan leluhur suami selanjutnya atau istri yang ke atas ditinggalakn atau yang hidup pewaris. paling lama. Hakiakt dari golonagn ini alah jika ahli golonag ini ialah bahwa jiak waris golonagn pertama dan pewaris meninggalkan anak, kedua tidak ada yang masih istri atau suami dan cucu, hidup maka cucu tidak mendaat golongan warisan karena anak dari menjadi ahli waris. pewaris mash hidup. b. Golongan kedua, Hakikat dari maka dari ahli waris ketigalah yang d. Golonan keempat, meliputi kelurga anggota keluraga dalam garis 10 ke samping keluarga dan lainnya sanak mengurangi makna samapai ketentuan pasal 2 Kitab drajat keenam. Hakiaktnya Undang-Undang Hukum ialah jika golongan pertama, Perdata yaitu, “anak yang kedua dan ketiga tidak ada dalam kandungan sorang maka perempuan barulah golongan dianggap keempat ini yang berperan sebagai telah dilahirkan, sebagai ahli waris. bila mana kepentingan si Golongan anak pertama menghendakinya.” tersebut disebutkan salah satu Apabila adalah dunia anak dari pewaris. ia meninggal saatdilahirkan, Kedudukan anak dari pewaris maka ia dianggap tidak disini menjadi pewaris yang pernah diutaman dari pewaris yang demikian lain. Sehingga kedudukan anak dalam terhadap tersebut sudah diatur haknya oleh secara hukumsebagai ahli waris untuk dan telah dianggap cakap adalah warisan mutlak otomatis atau berhak menerima. Kemudian sebagaimana yang ada. Dengan berarrti bayi kandungan juga untuk mewaris. telah 3) Seorang ahli waris harus dijelaskan sebelumnya, seorang cakap ahli waris yang akan menrima mewaris, dalam arti ia sejumlah tidak terdahulu harta peninggalan harus memenuhi serta dinyatakan undang-undang syarat-syarat yaitu: atau 2) Ahli waris atau para ahli dianggap sebagai tidak cakap untuk menjadi waris harus ada pada saat ahli waris. pewaris meninggal dunia. Dalam tidak sebagai mewaris karena kematian, meninggal dunia ini oleh seorang yang tidak patut 1) Harus ada orang yang Hal berhak berarrti undang-undang pula menyebutkan tentang hal- 11 hal yang dapat mengggugurkan kurun waktu yang telah berjalan sorang didapati bahwa ahli waris yang ahli waris untuk mnerima warisan yaitu; 9 tidak patutu tersebut menguasai 1) Ahlli waris yang dengan putusan hakim telah dipidana karena dipersalahakan membunuh atau setidak-tidaknya mencoba membunuh pewaris; 2) Seorang yang dengan putusan hakim telah dipidana karena memfitnah dan mengadukan pewaris dengan fitnah telah melakukan kejahatan yang diancam pidana penjara empat tahun atau lebih; 3) Ahli waris yang dengan kekerasan telah nyata-nyata telah menghalangi atau mencegah pewaris untuk membuat atau menarik kembali suratwasiat; 4) Seorang ahli waris yang telah menggelapkan, memusnahkan dan memalsukan surat wasiat.9 sebagian atau seluruh harta Apa bila ternyata dalam dijelaskan diatas, dan tidak peninggalan dan berpurapura sebagia ahli waris, maka ia wajib mengembalikan semua yang dikuasainya hasil-hasil termaksud yang telah dinikmatinya. Setelah mengtahui dan memahami penjelasan diatas bahwa jelas kewarisan dalam hukum perdata juga mengenal adanya ahli waris yaitu salah satunya yang disebutkan adalah anak dan anak memiliki kedudukan yang penting golongan dan masuk pertama. Hal pada ini menjelaskan bahwasanya anak memiliki peran penting dalam hal kewarisan sebagai yang meneriam harta. Dalam hukum kewarisan perdata pun mengenal adanya halangan- halangan untuk menrima warisan terhadap ahli waris, sebagaimana yang telah menyebutkan bahwasanya salah Prof. Dr. H. Eman Suparman, Op. Cit, hlm 39 12 satu pengalang ahli hibah sebagai berikut ”hibah warisa adalah perbedaan agama. Maka adalah jelas bahwa hukum kewarisan dan perdata tetap memberikan atau pemberian balasan”11. Dalam mengsahkan untuk penyerahan tidak langsung bersyarat tanpa anak tersebut hibah ada tiga hal yang harus menerima warisan dipenuhi yaitu; apapun agamanya. a. Ijab, yaitu pernyataan tentang pemberian tersebut dari pihak yang memberikan B. Upaya Penyelesaian Dalam Pembagian b. Qabul, yaitu pernyataan dari Warisan pihak Berdasarkan Hukum c. Qabdlah, yaitu penyerahan milik itu sendiri, baik dalam 1. Hibah Hukum bentuk Islam memperbolehkan memberikan seluruhnya harta Hibah atau masih hidup kepada orang lain yang “intervivos.”10 bahkan telah ditetapakan hukum Islam pemberian berupa Pemberian harta tidak bergerak dapt dilakukan dengan lisan tanpa dengan sebutan “hibah.” mempergunakan suatu documen dengan tertulis, persoalan hibah tersebut diatas, Fayzee hukum dengan tegas bahwa dalam semasa hidup itu lazim dikenal A.A dalam secara teulis maupun lisan, disebut Berkaitan sebenarnya Islam dapat dilakukan baik kekayaan ketika yang maupun secara simbolis. seseorang menghadiahkan sebagian atau Asaf menrima pemberian hibah itu Kewarisan Islam untuk yang akan tetapi jika selanjutnya dukehendaki bukti- dalam bukunya “pokok-pokok hukum bukti yang cukup tentang Islam II” memberikan rumusan terjadinya peralihan hak milik, maka pemberian itu dapatlah 10 Asaf A.A. Fayzee, Pokok-Pokok Hukum Islam II, Tintamas, Jakarta, 1961, hlm 1 11 13 Ibid, hlm 2 dinyatakan dalam bentuk dihibahkan tulisan. kepada anak tersebut, sehingga anak merasa Seseorang yang hendak bahwa haknya setelah ia keluar menghibahkan sebagian atau dari agama yang dianut orang seluruh tuanya sudah terselesaikan dan harta kekayaanya semasa hidupnya, dalam hukum secara Islam harus memenuhi syarat tersebut sebagi berikut: terhadpa harta orang tuanya dan a. Orang tersebut harus sudah tidak dewasa bahwa telah anak putus menuntut lagi hak ketika orang tuanya meninggla dunia. b. Harus waras akan Dan pikirannya pemberian hibah ini dilakukan ketika orang tuanya c. Orang tersebut harus sadar masih hidup. dan mengerti tentang apa 2. Wasiat yang diperbuatnya d. Baik sadar laki-laki Secara maupun perempuan garis besar wasiat merupakan pemberian dapat suatu melakukan hibah harta dari seseorang kepada orang lain atau kepada e. Perkawinan bukan merupakan penghalang beberapa orang sesudah meninggalnya orang tersebut. untuk melakukan hibah Wasiat adalah suatu tasharruf Dalam keadaan seperti (pelepasan) terhadap harta ini, anak yang berbeda agama peninggalan yang dilaksanakan tersebut sesudah masih memiliki meninggal kesempatan untuk mendapatkan seseorang. harta orang tuanya dengan jalan hukum, wasiat adalah suatu hibah. Di mana jika anak perbuatan tersebut dengan kemauan hati dalam keluar dari agama “Menurut dunia yang dilakukan orang tuanya, maka orang tua keadaan anak tersebut dapat memberi tidak ada dalam syariat Islam hartanya suatu dengan jalan 14 apapun. asal wasiat Karenanya yang wajib dilakukan dengan jalan putusan hakim.” 12 Pendapat mengatakan lain wasiat seorang di kamu kedatangan (tanda-tanda) antara maut, adalah jika ia meninggalkan “pesan terakhir dari seseorang harta yang banyak, yang mendekati kematiannya, Berwasiat untuk ibu- dapat berupa pesan apa yang bapak harus kerabatnya dilaksanakan para dan karib secara penerima wasiat terhadap harta ma'ruf, (ini adalah) peningglannya atau pesan lain kewajiban atas orang-orang yang diluar harta peninggalan.”13 Dasar hukum wasiat dalam bertakwa. hukum kewarisan Islam, yakni Al-Qur’an surat Untuk Al-Baqarah sedikit memperjelas mengnenai wasiat ayat 180 kiranya perlu sedikit membahas mengetagui wasiat berdasarkan hukum perdata, dalam hukum perdata wasiat diatur dalam pasal 875, yakini “surat wasiat atau testamen adalah suatu akta yang memuat prnyataan seseorang tentang apa dikehendakinya yang akan terjadi setelah ia meninggal dunia, dan Artinya:”diwajibkan kamu, yang olehnya dapat dicabut atas kembali apabila lagi”14. Kewarisan menurut konsep hukum perdata 12 Hasbi Ash-shiddieqy, fiqh Muwaris, Pustaka Rezki Putra, Jakarta, 2001, hlm273 13 Anwar Sitompul, Fara‟id, Hukum Waris Dalam Islam dan Masalahnya, Al iklas, Surabaya, 1984 hlm 60 bisa karena ditentuak undang14 Soedaryo Soimin SH, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata , pasal 875 15 undang, bisa penunjukan juga karena ahli Rasulullah SAW yang artinya: “bahwa suatu ketika Rasullulah SAW datang mengunjungi saya (Sa‟ad bin Abi Waqas) pada tahun Haji Wada‟, kemudian saya bertanya kepada Rasulullah SAW; wahai Rasulullah! Sakitku telah demikian parah, sebagaiaman Engkau lihat, sedang saya ini orang berada, tetapi tidak ada yang dapat mewarisi hartaku selain seorang anak perempuan. Bolehkah aku bersedekah (berwasiat) dengan dua pertiga (2/3) hartaku (untuk beramal) ? maka berkatalah Rasulullah SAW. Kepadaku, “jangan” maka Sa‟ad berkata kepada Beliau, „bagaiamana kalau sepruhnya?‟ Rasulullah SAW. Berkata „jangan‟. Kemudian Rasulullah SAW berkata pula, „sepertiga‟ dan sepertiga itu banyak dan besar. Sesungguhnya kau meninggalakn ahli warismu sebagai orangorang kaya adalah lebih baik dari pada meninggalkan mereka sebagai orang-orang miskin yang memintaminta kepada orang banyak” (HR. Bukhari dan Muslim) waris (erfstelling) berdasarkan wasiat atau testamen. Jika seorang ditunjuk sebagai ahli waris, seolah-olah dia berkedudukan seperti ahli waris berdasarkan undang-undang. Dalam suatu penujukan iahli waris selalu mengenai seluruh warisan. kendati dalam perkembangannya testamen pengertian mengalami banyak perubahan, tetapi intinya tetap, yaitu penujukan atau pengangkatan ahli waris. Dalam hukum perdata dan hukum Islam mengenai wasiat dapat ditarik sebuah kesamaan antara kedua hukum ini adalah berlakunya kehendak itu setelah pewasiat meninggal dunia. Dan sepakat bahwa “para orang ulama yang meningglakan ahli waris tidak boleh memberikan wasiat lebih dari 1/3 (sepertiga) hartanya.”15 Hal ini sesuai dengan Hadits 15 Ibnu Rusyd, Analisa Fiqih Para Mujtahid, Terjemahan Bidayatul Mujtahid, Juz III , Pustaka Imami, Jakarta, 1990, hlm 45 Berdasarkan hadits diatas dapat 16 dipahami bahwa, untuk melindungi ahli sehingga waris supaya mereka tidak dalam perdebatan dan perbedaan pendapat keadaan miskin stelah ditinggalkan dikalangan para ulama. Namun begitu, pewaris, harta yang boleh diwasiatkan meski anak tersebut terputus hanya (jumlah boleh untuk menerima warisan tapi anak melebihi dari sepertiga dari seluruh tersebut masih memiliki kesempatan harta yang diringgalkan hal ini dalam untuk mendapatkan harta orang tuanya hukum untuk yaitu dengan jalan hibah, dimana orang melindungi ahli waris. Pada dasarnya tuanya harus segera memberikan atau memberiakn merupakan mengibahkan hartanya kepada anaknya tindakan yang dilakukan atas dorongan yang keluar dari agama yang dianut kemauan keadaan orag tua, kemudian dengan jalan bagaimanapun. Dengan demikian, pada wasiat, yaitu setelah tahu bahwasanya dasarnya apakah anaknya keluar dari agama orang membuat atau tidak membuat wasiat. tuanya maka sesegera mungkin orang kemudian dalam hal perbedaan agam tua tersebut memberiakn wasiat agar dalam suatu pewarisan yang mana anak kepentingan dari pewaris berbeda agama maka ia mendapat hartanya, namun sangat segera anak yang berbeda agama tersebut membuat wasiat bagi anaknya yang tidaklah melebihi dari sepertiga dari beda agama tersebut, karena jiak terjadi harta yang ditinggalkan. kematian maka anak tersebut tidak III akan menerima harta warisan dari A. Kesimpulan maksiaml) tidak kewarisan Islam wasiat sendiri dalam seseorang dianjurkan bebas untuk menimbulakan anak banyak tersebut tetap bagian PENUTUP pewaris. Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan penjelasan diatas yang dilakuakan oleh penulis, maka bahwasanya meski dalam perbedaan penulis dapat menyimpulkan bahwa agama antara anak dan orang tua itu dalam hukum positif tidak mengenal jelas anak adanya perbedaan agama menjadi tersebut terhalang atas harta warisan halngan dalam hal waris-mewaris, orang tunaya sehingga menjadiaknya selama perdebatan hubungan darah dengan pewaris menjadikan yang kedudukan sangat panajang 17 anak tersebut memiliki maka hak anak tetap orang kafir mewaris harta orang melekat. Sebagaiman yang telah muslim (HR. Bukhari dan Muslim)”. disebutkan dalam Kitab Undang- Berdasarkan penjelasn ini bahwa Undang Hukum Perdata dalam pasal sangat jelas adanya penghalang atau 832 menegaskan hijab seorang anak yang berbeda yang berhak menjadi ahli agama dengan orang tuanya untuk waris ialah keluarga sedarah, baik menerima warisan dan hukum islam yang sah menurut undang-undang, tidak maupun yang diluar perkawinan, mewaris anatara pewaris ahli waris dan suami atau istri yang hidup yangb berbeda agama. KUH bahwa tersebut Perdata terlama. mengenal adanya waris Seiring dengan hal tersebut Beda halnya dengan hukum bahwasanya ahli waris yang berbeda Islam dimana perbedaan agama agama dengan pewaris akan menjadi antara si pewaris dan ahli waris pengalang untuk menerima warisan. menjadi hiajab untuk meneri harta dalam warisan. adanya Hibah dan Wasiat. Hibah seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa : a. b. c. hukum Islam mengenal menrupakan pemberian atau hadiah Pembunuh tidak mendapat warisan berhak kepada seseorang dari seseorang dari yang masih hidup berupa harta atau pewaris yang dibunuhnya apapun. Orang murtad tidak berhak pernyataan yang dikelurakan oleh mendapatkan warisan dari pewaris ketika masih hidup kepada pewaris seseorang yang beragama Wasiat utnuk ialah suatu memberikan Islam sebagian hartanya kepada orang Orang kafir tidak berhak yang dikehendaki. mendapat antara hibah warisan dari dan Perbedaana wasiat ialah keluarga yang beragam Islam dimana, orang yang meberiakan Kemudian dalam Hadits Rasulullah hibah atau hadiah kepada seseorang SAW diSebutkan bahwa “ Tidaklah masih hidup, sementara wasiat akan berhak orang muslim mewaris harta terlaksana ketia yang membrikan orang kafir dan tidaklah berhak harta 18 telah meninggal dunia. Berdasarkan hal ini bahwasanya keluarga anak yang berbeda agama dengan hibah orang tuanya akan menerima harta anggota kelurga yang murtad orang tuanya dengan jalan hibah dan atau penyebab lain sebagian wasiat. Dalam memberikan wasiata hartanya, atau hibah kepada seseorang ialah membuat 1/3 dari harta yang dimiliki atau anggota kelurga tersebut untuk yang memberikan ditinggalakan untuk menghindari ahli waris yang sebenarnya agar pada saat untuk memberikan atau hadiah atau kepada dengan cara wasiat kepada sebagian harta yang akan ditinggalkan yang tidak lebih dari 1/3 harta. ditinggalakn tidak dalam keadaan 2. Hendaknya tidak ada lagi miskin. perdebatan tentang pembagian B. Saran warisan dalam Islam khusunya Berdasarakan hasil penelitian tentang pembagian harta penulis sedikit memberikan saran warisan dengan ahli waris yang mengnenai hal kewarisan: berbeda agama karena telah 1. Kiranya ketika terjadi hal jelas diesbutkan dalam demikian dalam sebuah kelurga, Qur’an, misalnya ada seorang anggota Pendapat para Ulama bahwa kelurga murtad atau penyebab perbedaan lain penghalang dalam pembagian yang terjadinya menyebabkab perbedaan agama, Sabda warisan Nabi Al- agama dan menjad sebagaiman juga sehingga sedemikan itu juga disebutkan dalam segera Hukum Islam bahwa pewaris orang mengambil tua tindakan untuk agar dan ahli waris Kompilasi sama-sama kedepan ketika terjadi proses beragama Islam, tetapi ahli pembagian warisan tidak terjadi waris hal-hal yang tidak diinginkan dengan dengan jalan membuat suatu memperoleh harta denhan jalan perjanjian hibah (hadiah) dan wasiat. tertulis yang disepakati oleh seluruh anggota 19 yang berbeda agama pewaris dapat 3. Untuk para pemerintah agar menghindari hal-hal yang tidak kiranya kembali memikirkan dinginkan hal peraturan yang sedikit memiliki ini dan memusyawarhakan kembali peraturan- hal perbedaan, sehingga perbedaan seperti ini dapat diatasi dan tersebut dapat dihindari, melihat tidak dipermaslahakan kembali persoalan kewarisan ini sangat jika melihat urgen karena merupakan hal dengan begitu banyak suku, yang pasti sebab setiap manusia budaya, yang terjadi Indonesia agar akibat karena bahkan dan agama di untuk bernyawa mengalami 4. 20 pasti akan kematian. DAFTAR PUSTAKA BUKU: Ash-shiddieqy , Hasbi, fiqh Muwaris, Jakarta, Pustaka Rezki Putra, 2001 Fayzee, Asaf A.A, Pokok-Pokok Hukum Islam II, Jakarta, Tintamas, 1961 Hasan, M. Ali, Hukum Kewarisan Dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1997 Hamka, lembaga hidup, PT. Pustaka Panjimas, 1983 Rusyd , Ibnu, Analisa Fiqih Para Mujtahid, Terjemahan Bidayatul Mujtahid, Juz III Jakarta, Pustaka Imami,1990 Rofik , Ahmad, fiqh mawaris, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persad, 1995 Sitompul , Anwar, Fara‟id, Hukum Waris Dalam Islam dan Masalahnya, Surabaya, Al iklas, 1984 Suparman , H. Eman, Hukum Waris Islam Dalam Perspektif Islam, Adat, Dan BW, Bandung; Refika Aditama, 2005 U, Suparman , Yusuf Somawinata, fiqh mawaris hukum kewarisan Islam, jakarta: Gaya Media pratama, 1997 PERATURAN : Al-Qur’an dan Hadits Undang-undang Dasar 1945 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Kitab Undang-undang Hukum Perdata SUMBER LAIN/WEBSAITE : http://eprints.undip.ac.id/24428/1/PASNELYZA_KARANI.pAmzah pdf diakses pada tanggal 20 juni 2015 roufibnumuthi.blogspot.com/2011/03/unsur-unsur-dan-syarat kn/syaratpewarisan.html?m=1 diakses pada tanggal 20 juni 2015 21 BIODATA PENULIS Nama : Usman Abdi Tempat,Tanggal Lahir : Parigi, 29 Januari 1992 Alamat : Desa Santigi Kec, Ongka Malino Kab, parigi Mautong No Hp : 082336802878 Alamat E-Mail : [email protected] 22