i KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Ayu Dian Ningrum
NIM: 121124049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku tercinta (Harsono dan Susilowati)
Kakakku (Ely Vandes dan Rita) dan Semua Saudaraku
Untuk teman sekaligus pacarku (Benidiktus)
Semua teman-teman PAK dan terkhusus angkatan 2012
semua orang yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapatkan;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta,
menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok,
baginya pintu dibukakan”
(Mat 7: 7-8)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA
BAGI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN. Penulis memilih judul ini berdasarkan
pengalaman dan kesan dari beberapa mahasiswa PAK ketika membicarakan refleksi.
Mereka mengatakan masih sangat kurang menekankan hidup berefleksi. Mereka
melewatkan hari-hari tanpa belajar sesuatu dari apa yang telah mereka alami, dengar, lihat
terhadap kejadian pada hari itu. Sebagai mahasiswa PAK penting menekankan kebiasaan
refleksi karena hal ini membawa dampak terhadap perkembangan kepribadian
mahasiswa.
Persoalan pokok yang dibahas dalam skripsi ini adalah sejauh mana mahasiswa
PAK memiliki kebiasaan berrefleksi dan apakah ada dampaknya bagi perkembangan
kepribadian. Menanggapi persoalan tersebut penulis menjelaskan pengertian kebiasaan
berrefleksi, perkembangan kepribadian dan hubungan antara keduanya melalui kajian
pustaka. Kajian pustaka dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber yakni
pandangan para ahli. Skripsi ini disusun menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penulis juga mengadakan penelitian dengan menggunakan
kuesioner dengan 60 mahasiswa serta wawancara dengan 10 mahasiswa semester I-IX
PAK. Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa Pendidikan Agama Katolik belum
terbiasa melakukan refleksi setiap harinya.
Secara khusus, kebiasaan refleksi membawa dampak bagi perkembangan
kepribadian mahasiswa. Selain penulis memberikan sumbangan pemikiran demi
meningkatkan kebiasaan berrefleksi dan perkembangan kepribadian mahasiswa PAK.
Penulis mengusulkan kegiatan pelatihan refleksi sebagai upaya untuk meningkatkan
kebiasaan refleksi dalam rangka meningkatkan perkembangan kepribadian mahasiswa.
Dengan demikian, mahasiswa dapat belajar dari pengalaman dan mampu merefleksikan
supaya memperkembangkan kepribadian sebagai seorang mahasiswa Pendidikan Agama
Katolik.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
This paper entitled "THE REFLECTION HABIT OF SANATA DHARMA'S
CHATOLIC RELIGION EDUCATION'S STUDENT AND THE IMPACT
DEVELOPMENT OF PERSONALITY" Writer chose this title based on the experiences
and the opinions from some Chatolic Religion Education students whlie talking about
reflection. They said that they still haven't do enough reflection on their life. They missed
day by day without learn something from what they've experienced, heard, saw toward
the event on that day. As a student of Chatolic Religion Education it's important to
emphasize reflection habit because this thing affect our student's personality
development.
The main problem on this paper is how far Chatolic Religion Education has a
reflection habit and is there any impact for their personality development. In response to
that problem writer explain the meaning of reflection habit, personality development and
the relation of both of them by this literature review. Literature review held by studying
many sources which is expert's point of views. This paper written using descriptive
method with qualitative approach. Writer also held research using questioners with 60
students and interview with 10 students of Chatolic Religion Education from I to IX
semester. The results of the research show that Chatolic Religion Education students
haven't used to do reflection every day.
Especially, reflection habit affect student's personality development. Beside writer
donate thought for the sake to remind Chatolic Religion Education student's reflection
habit and personality development. And thus, students can learn from experience and
able to reflect for develop their personalities as a student of Chatolic Religion Education.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah
membimbing, menerangi dan menguatkan penulis dengan kasih karuniaNya yang
berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KEBIASAAN
REFLEKSI MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS
SANATA
DHARMA
DAN
DAMPAKNYA
BAGI
PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai sumbangan pemikiran dan
inspirasi bagi para mahasiswa dalam meningkatkan kebiasaan berrefleksi.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat
pendampingan, dukungan, motivasi, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Maka dari
itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M. Ed, selaku dosen utama yang begitu setia
mendampingi, menuntun, mengembangkan ide dan memberi semangat dengan penuh
kesabaran dari awal hingga akhir.
2. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum, dosen penguji kedua selaku dosen
pembimbing akademik yang telah menguji serta memberikan masukan demi
penyelesaian skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS. S.Ag., M.Si. selaku dosen penguji ketiga yang telah menguji
serta memberikan masukan demi penyelesaian skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Segenap Staf Dosen Prodi PAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma yang mendidik dan mendampingi penulis selama belajar sampai
terselesaikannya skripsi ini.
5. Segenap Staf Sekretariat, Perpustakaan Prodi PAK maupun USD Pusat dan seluruh
karyawan bagian lain yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam
penulisan skripsi ini.
6. Segenap Petugas Perpustakaan Kolose St. Ignatius yang telah mengizinkan penulis
untuk menggunakan yang diperlukan selama menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluargaku tercinta, Bapak Harsono, Ibu Susilowati, kakakku Ely Vandes dan Rita
yang selalu mencintai, memberi motivasi, perhatian dan dukungan dalam segala hal
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini ini.
8. Teman-teman mahasiswa PAK terkhusus teman-teman seperjuangan angkatan 2012
yang selalu memberikan masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden
peneliatian baik yang pengisian kuesioner maupun yang wawncara, tanpa temanteman skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan, dukungan, doa, perhatian dan kerjasama sehingga skripsi ini dapat selesai
dengan baik.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
yang bersifat membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan khususnya para mahasiswa.
Penulis.
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................
iv
HALAMAN MOTTO...............................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH....................................................................................................
vii
ABSTRAK...............................................................................................................
viii
ABSTRACT..............................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR.............................................................................................
x
DAFTAR ISI............................................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................... xvii
PENDAHULUAN..................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah...................................................................................
4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................
5
D. Manfaat Penulisan...................................................................................
5
E. Metode Penulisan....................................................................................
6
F. Sistematika Penulisan.............................................................................
6
BAB I.
BAB II.
KEBIASAAN REFLEKSI DAN DAMPAKNYA BAGI
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN................................................
8
A. Kebiasaan Berrefleksi……….................................................................
9
1.
Pengertian Kebiasaan.......................................................................
9
2.
Pengertian Refleksi..........................................................................
12
3.
Tujuan Kegiatan Refleksi.................................................................
14
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.
Proses Refleksi.................................................................................
16
a. Pengalaman.................................................................................
16
b. Refleksi.......................................................................................
17
c. Aksi.............................................................................................
17
d. Evaluasi.......................................................................................
18
5.
Kebiasaan Berrefleksi......................................................................
18
6.
Perbedaan Refleksi dan Evaluasi.....................................................
19
a. Pengertian Refleksi.....................................................................
19
b. Pengertian Evaluasi.....................................................................
19
B. Perkembangan Kepribadian....................................................................
21
1.
Pengertian Kepribadian....................................................................
21
2.
Pengertian Perkembangan................................................................
25
3.
Aspek-aspek perkembangan kepribadian.........................................
26
a. Usia 0-3 Tahun............................................................................
27
b. Usia 4-6 Tahun............................................................................
27
c. Usia Remaja................................................................................
28
4.
5.
6.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Kepribadian......................................................................................
29
a. Tuhan..........................................................................................
31
b. Agama.........................................................................................
31
c. Kampus.......................................................................................
32
Proses Perkembangan Kepribadian..................................................
32
a. Individualisme.............................................................................
32
b. Sosialisasi....................................................................................
32
c. Integrasi.......................................................................................
33
Ciri-ciri Perkembangan Kepribadian..............................................
33
a. Perluasan Perasaan Diri.............................................................
34
b. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain...........
34
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7.
c. Keamanan Emosional................................................................
35
d. Persepsi Realistis.......................................................................
36
e. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas............................
36
f. Pemahaman Diri........................................................................
36
g. Filsafat Hidup yang Mempersatukan........................................
37
Manfaat Perkembangan Kepribadian...............................................
37
a. Keterbukaan pada pengalaman...................................................
38
b. Keterbukan Eksistensial..............................................................
38
c. Kepercayaan terhadap Orang Lain..............................................
39
d. Perasaan Bebas............................................................................
38
e. Kreativitas...................................................................................
39
C. Dampak Kebiasaan Refleksi Dan Dampaknya Bagi Perkembangan
Kepribadian.............................................................................................
BAB III.
40
GAMBARAN KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA PAK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN................................................
A. Gambaran Umum Prodi PAK-USD
B.
41
42
1.
Sejarah Singkat Prodi PAK-USD...................................................
42
2.
Visi dan Misi Prodi PAK-USD....................................................
44
3.
Tujuan Prodi PAK-USD...............................................................
44
4.
Gambaran Umum Mahasiswa......................................................
46
5.
Pembelajaran dan Suasana Akademik..........................................
48
Penelitian Tentang Kebiasaan Refleksi Bagi Perkembangan
Kepribadian Mahasiswa PAK-USD....................................................
51
1.
Latar Belakang..............................................................................
51
2.
Tujuan Penelitian..........................................................................
53
3.
Jenis Penelitian.............................................................................
54
4.
Variabel Penelitian.......................................................................
54
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C.
5.
Definisi Operasional.....................................................................
55
6.
Responden Dan Sampel Penelitian...............................................
55
7.
Instrumen Penelitian.....................................................................
56
8.
Tempat Dan Waktu Penelitian......................................................
57
9.
Kisi-kisi........................................................................................
57
Laporan Hasil Penelitian......................................................................
59
1.
Laporan Hasil Penelitian Melalui Penyebaran Kuesioner............
59
2.
Laporan Hasil Penelitian Dengan Wawancara.............................
77
3.
Pembahasan Hasil Penelitian........................................................
81
a. Gambaran Kebiasaan Mahasiswa PAK Berrefleksi................
81
b. Dampak Kebiasaan Refleksi Terhadap Perkembangan
4.
Kepribadian.............................................................................
83
Kesimpulan Penelitian..................................................................
86
BAB IV. UPAYA MENINGKATKAN KEBIASAAN REFLEKSI DEMI
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA
PAK USD............................................................................................
86
A. Pentingnya Membiasakan Kebiasaan Refleksi Mahasiswa PAK
USD Dalam Rangka Meningkatkan Perkembangan Kepribadian.......
86
Usulan Pelatihan Refleksi Bagi Para Mahasiswa PAK.......................
89
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................
106
A. Kesimpulan..........................................................................................
106
B.
Saran....................................................................................................
108
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
110
LAMPIRAN..........................................................................................................
112
Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian....................................
(1)
Lampiran 2 : Kuesioner..........................................................................
(2)
Lampiran 3 : Hasil Penelitian.................................................................
(4)
Lampiran 4 : Panduan Pertanyaan Wawancara .....................................
(24)
B.
BAB V.
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5 : Data Responden................................................................
(25)
Lampiran 6 : Transkip Hasil Wawancara..............................................
(27)
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Mat
: Matius
C. Singkatan Lain
AKKI
: Akademik Kateketik
BAPSI
: Badan Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi
Dkk
: Dan Kawan-kawan
DPA
: Dosen Pembimbing Akademik
FIPA
: Fakultas Ilmu Pendidikan Agama
KWI
: Konferensi Wali Gereja
No
: Nomor
PAK
: Pendidikan Agama Katolik
P3MP
: Pengembang Penjamin Mutu Pembelajaran
PPL
: Pengalaman Praktek Lapangan
LPM
: Lembaga Penjamin Mutu
STFK
: Sekolah Tinggi Filsafatat Kateketik
USD
: Universitas Sanata Dharma
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Refleksi adalah satu cara pasti untuk dapat belajar dan bertumbuh. Dengan
refleksi kita dapat hidup lebih baik lagi dan belajar dari pengalaman yang telah
kita lalui. Bagi calon katekis atau pewarta kebiasaan berrefleksi sangat membantu
untuk
memperkembangan
kepribadiannya
secara
menyeluruh.
Kebiasaan
berrefleksi perlu ditumbuhkan dan dikembangkan serta diterapkan dalam hidup
sebagai pembaharuan diri terus menerus.
Refleksi adalah melihat kembali tentang apa yang baru terjadi atau
berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu untuk
meningkatkan, memaknai pengalaman dengan sedikit memahami. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang baru
diterima. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam
struktur kognitif yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang
dimilikinya (Trianto, 2007: 115).
Menurut Atmadi (2006: 17) manusia adalah makhluk yang mampu
melakukan self-reflection. Ia mampu keluar dari dirinya dan menengok ke
belakang,
kemudian mengadakan
penelitian
dan
permenungan.
Dengan
melakukan self-reflection atau berrefleksi pribadi, mahasiswa akan mampu
menemukan kedalaman dari
pelajaran yang telah diterima sehingga dapat
menyentuh hati dan mendorong mereka untuk melakukan suatu aksi sebagai hasil
dari permenungan. Mahasiswa hendaknya menyadari bahwa hasil dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
permenungan tersebut membutuhkan waktu untuk diwujudnyatakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Barbara K. Given (2008: 302) kemampuan berrefleksi yang
dikembangkan secara serius akan membatu mahasiswa mengatasi berbagai
masalah, mampu membuat keputusan, mampu memahami situasi sulit, dan
melaksanakan tugas intelektual lain yang membebani dengan baik. Oleh karena
itu kemampuan reflektif mahasiswa perlu dipupuk karena refleksi membantu
mahasiswa mengenali dirinya sendiri dengan kesadaran yang penuh. Pengenalan
akan diri dengan kesadaran penuh akan membantu dalam memperkembangkan
kepribadian menjadi manusia yang semakin dewasa.
Kebiasaan
berefleksi
ini
diambil
dari
pedagogi
Ignasian
yang
diperkenalkan dan dikembangkan oleh St. Ignatius, seorang Jesuit. Pengajaran ini
menekankan untuk menyimak kembali pelajaran, pengalaman, ide-ide atau reaksi
supaya menangkap maknanya secara lebih mendalam dan konsekuensinya dalam
kehidupan sehari-hari sehingga semakin hari mahasiswa semakin mengalami
perkembangan.
Kepribadian bisa diartikan sebagai identitas seseorang. Bagaimana pun
kepribadian menunjuk kepada suatu keadaan tetapi juga karakter jiwa seseorang.
Dengan begitu kepribadian menyangkut berbagai masalah watak, sifat, tetapi itu
semua tercermin nyata dalam tindakan seseorang (M. Suprihadi Sastrosupono
1979: 6). Harris dan Moran dalam Jack L. Seymour (1997: 61) memahami
kepribadian sebagai kemampuan seseorang untuk mendengarkan kedalaman hidup
batinnya dan menanggapi dengan tindakan lahiriah yang konkret demi hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sendiri maupun orang lain. Mereka berpendapat kepribadian memiliki dua
dimensi yaitu kedalaman hidup (inwardness atau interiority) atau hidup batin
seseorang (inner life) dan relasi dirinya dengan Tuhan, sesama dan alam semesta
yang terungkap dalam tindakan nyata (outer activity). Setiap orang dipanggil
untuk mengembangkan kepribadiannya baik dengan kontemplasi, disiplin
spiritual, retret, maupun membaca buku spiritual.
Menurut
M.
Suprihadi
Sastrosupono
(1979:
39)
perkembangan
kepribadian atau katakanlah peralihan dan perubahan dalam perkembangan
kepribadian, ada banyak orang yang berpendapat bahwa perkembangan itu seperti
garis lurus. Ada banyak pula yang menganggap perkembangan kepribadian
sebagai suatu proses yang agak rata, yakni suatu perkembangan yang biasa-biasa
saja tak terlalu jadi masalah sebab perkembangan itu tidak terasa. Manusia
berkembang melalui tahap-tahap tertentu, yang tidak terpisahkan secara mutlak
satu dari yang lain. Dengan begitu, perkembangan kepribadian mempunyai tahaptahap yang jelas, meskipun tahap-tahap itu juga tak dapat dipisahkan secara tegas.
Prodi PAK adalah salah satu prodi yang ada di Universitas Sanata
Dharma. Mahasiswa prodi PAK ini ialah calon-calon guru agama dan calon
katekis. Sebagai calon guru agama maupun calon katekis tentu perlu
mengembangkan dan menerapkan secara khusus kebiasaan refleksi dalam
kehidupan sehari-hari karena dengan refleksi dapat membantu mahasiswa
mengetahui dan menyadari segala tindakannya, apakah yang telah dilakukan itu
baik atau buruk. Di kampus PAK ini penulis mengamati bahwa mahasiswa PAK
kurang menerapkan kebiasaan berefleksi, padahal hal ini sangat penting bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
perkembangan kepribadian seseorang. Kepribadian yang meliputi jasmani
maupun rohani, merupakan usaha seseorang dalam merealisasikan diri sebagai
manusia seutuhnya.
Penulis
mendapat kesan
dari
beberapa
mahasiswa
PAK ketika
membicarakan refleksi, bahwa mahasiswa mengatakan masih sangat kurang
menekankan hidup berefleksi. Mereka melewatkan hari-hari tanpa belajar sesuatu
dari apa yang telah mereka alami, dengar, lihat terhadap kejadian pada hari itu.
Dari kesan mahasiswa PAK, dapat dinyatakan banyak mahasiswa yang tidak
menyediakan waktu untuk berefleksi. Maka disini penulis ingin mengetahui
sejauh mana mahasiswa PAK telah berrefleksi dalam kehidupan sehari-hari,
dengan itu penulis mengambil judul “KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA
PAK UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah ini, penulis merumuskan
pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kebiasaan refleksi itu dan dampaknya bagi
perkembangan kepribadian?
2. Seberapa jauh mahasiswa PAK USD telah terbiasa berrefleksi dan apa dampaknya
bagi perkembangan kepribadian mereka?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebiasaan refleksi
mahasiswa PAK USD sehingga semakin ada dampaknya bagi perkembangan
kepribadian?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan skripsi ini bertujuan:
1. Menggambarkan tujuan refleksi dengan perkembangan kepribadian.
2. Mendapatkan gambaran apakah kebiasaan refleksi ada dampaknya bagi
perkembangan kepribadian mahasiswa PAK.
3. Menyampaikan usaha konkrit yang dapat dilakukan sebagai sumbangan pemikiran
yang tepat untuk meningkatkan kebiasaan refleksi bagi perkembangan
kepribadian.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari skripsi ini adalah:
1. Skripsi ini dapat dipakai untuk mengetahui sejauh mana kebiasaan refleksi bagi
perkembangan kepribadian mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma.
2. Menumbuhkan minat mahasiswa PAK untuk mengembangkan kebiasaan
berrefleksi tidak hanya dikampus tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
3. Melalui skripsi ini, mahasiswa PAK semakin disadarkan untuk meningkatkan
kegiatan berefleksi bagi perkembangannya.
E. Metode Penulisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Dalam skripsi ini menggunakan metode deskripsi analitis, yaitu
menerangkan
tentang
pengertian
kebiasaan
refleksi
dan
perkembangan
kepribadian. Kemudian guna mengetahui apakah kebiasaan refleksi ada
dampaknya dengan perkembangan kepribadian dengan diadakan sebuah penelitian
menggunakan penyebaran kuesioner bagi mahasiswa PAK, kemudian hasil
penyebaran dianalisis dan dijelaskan. Akhirnya penulis memberikan sumbangan
pemikiran berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang diharapkan
berguna bagi mahasiswa PAK.
F. Sistematika Penulisan
Judul yang dipilih adalah Kebiasaan Refleksi Mahasiswa PAK Universitas
Sanata Dharma Dan Dampaknya Bagi Perkembangan Kepribadian. Adapun
rincian setiap bab nya sebagai berikut.
Bab I berisi pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
Bab II memberikan gambaran tentang apa itu refleksi, tujuan kegiatan
refleksi, kebiasaan refleksi, dan proses refleksi. Sedangkan bagian perkembangan
kepribadian
meliputi
pengertian
kepribadian,
pengertian
perkembangan
kepribadian, aspek-aspek perkembangan kepribadian, proses perkembangan
kepribadian, ciri-ciri perkembangan kepribadian dan manfaat kepribadian. Bab ini
berisi kajian pustaka mengenai kebiasaan refleksi dan perkembangan kepribadian
dari beberapa teori dan pendapat para ahli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Bab III memberikan gambaran umum mengenai mahasiswa PAK USD,
penelitian mengenai kebiasaan refleksi dan dampaknya bagi perkembangan
kepribadian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut
terhadap hasil penelitian menurut masing – masing variabel dan kesimpulan hasil
penelitian. Sedangkan hasil penelitian meliputi laporan hasil penelitian,
pembahasan dan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut terhadap hasil
penelitian menurut masing – masing variabel dan kesimpulan hasil penelitian.
BAB
IV
berisikan
sumbangan
pemikiran
sebagai
usaha untuk
meningkatkan kebiasaan refleksi bagi perkembangan kepribadian mahasiswa PAK
Universitas Sanata Dharma.
Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama
membahas kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan, tujuan penulisan
skripsi serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisikan saran
yang ditujukan kepada Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KEBIASAAN REFLEKSI DAN DAMPAKNYA
BAGI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Pada bab sebelumnya, penulis telah menyampaikan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan kemudian ditindaklanjuti dengan memberikan
gambaran tentang kebiasaan refleksi dan perkembangan kepribadian secara lebih
mendalam. Bab ini berisi kajian pustaka mengenai kebiasaan refleksi dan
perkembangan kepribadian dari beberapa teori dan pendapat para ahli serta
memaparkan dampak kebiasaan berrefleksi bagi perkembangan kepribadian
mahasiswa sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam penulisan
skripsi ini.
Bab II ini menjelaskan mengenai kebiasaan berrefleksi yang merupakan
upaya sadar dan terencana untuk membantu mahasiswa berkembang menjadi
dewasa baik dalam segi intelektual maupun segi pembentukan kepribadian secara
utuh. Dalam dunia pendidikan saat ini perlu diadakan usaha untuk mengingatkan
kembali tujuan dasar dari pendidikan itu sendiri. Kebiasaan berrefleksi dilakukan
sebagai salah satu upaya untuk membantu mahasiswa dalam memperkembangkan
dirinya menjadi lebih dewasa dari segi intelektual maupun segi pembentukan
kepribadian secara utuh. Kegiatan berrefleksi secara terus menerus mampu
membawa dampak baik bagi perkembangan kepribadian mahasiswa, dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
berrefleksi mahasiswa akan dapat bertindak dengan baik dan mampu menemukan
makna hidupnya.
Pada bagian pertama bab ini penulis akan membahas mengenai kebiasaan
berrefleksi yang meliputi pengertian kebiasaan, refleksi, tujuan kegiatan refleksi,
proses berrefleksi, kebiasaan berrefleksi dan perbedaan refleksi dengan evaluasi.
Bagian II menjelaskan tentang perkembangan kepribadian. Secara rinci bagian ini
meliputi pengertian perkembangan, pengertian kepribadian, proses perkembangan
kepribadian, ciri-ciri perkembangan kepribadian, dan manfaat dari perkembangan
kepribadian. Pada bagian akhir bab ini, penulis akan menjelaskan dampak dari
kebiasaan refleksi bagi perkembangan kepribadian.
A. Kebiasaan Berefleksi
1. Pengertian Kebiasaan
Menurut Kartini Kartono (1984: 128) kebiasaan adalah bentuk tingkah
laku yang tetap dari usaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
mengandung unsur afektif perasaan. Suatu kebiasaan ditentukan oleh lingkungan
sosial dan kebudayaan yang kemudian dikembangkan oleh manusia. Kebiasaan
merupakan tingkah laku yang telah distabilkan, dimana kebutuhan tertentu
mendapatkan kepuasaan karena kebutuhanya terpenuhi. Kebiasaan pada dasarnya
merupakan sesuatu yang dilakukan dengan cara yang sama dan berulang-ulang
dalam periode waktu yang lama sehingga akhirnya orang melakukannya secara
otomatis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Julian James (2007: 40) menegaskan bahkan saat seseorang sebenarnya
tidak ingin melakukannya dengan sendirinya ia akan melakukannya karena sudah
terbiasa. Melalui kebiasaan inilah akan tercermin bagian terbesar dari kepribadian.
Kebiasaan bisa bersifat positif dan bisa bersifat negatif. Kebiasaan yang bersifat
positif misalnya bangun pagi, rajin berdoa. Sedangkan kebiasaan yang bersifat
negatif misalnya merokok dan malas-malasan.
Kartini Kartono (1984: 129) menjelaskan pula bahwa kebiasaan menjadi
produk dorongan. Dorongan adalah desakan yang alami untuk memuaskan
kebutuhan hidup dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup.
Dorongan ini sudah ada sejak lahir. Dorongan sering tidak disadari dan terlepas
dari kontrol manusia. Pendidikan dan kebiasaan yang baik ikut mempengaruhi
dorongan tersebut bahkan dapat memperkuatnya.
Begitu banyak perbuatan manusia yang berupa kebiasaan. Sebagian besar
dari kebiasaan itu hanya setengah disadari, atau bahkan tidak disadari lagi. Pada
awal pembentukannya kebiasaan ini masih disadari dan dipertimbangkan oleh
akal. Lama-kelamaan kesadaran ini semakin berkurang dan semakin menipis. Lalu
kebiasaan menjadi otomatis dan tidak disadari lagi, contohnya saja berjalan, naik
sepeda, bernafas dan lainnya. Namun, sewaktu-waktu pertimbangan akal ini dapat
ditimbulkan kembali pada mahasiwa, khususnya jika dibutuhkan untuk mengubah
kebiasaan yang buruk dengan kebiasaan yang lebih baik.
Muhibbin Syah (2012: 128) menjelaskan perubahan kebiasaan tidak dapat
dilakukan begitu saja, melainkan membutuhkan kesediaan belajar terus
melakukannya dan berproses untuk menjadi sebuah kebiasaan. Belajar yang baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kebiasaan adalah proses pembentukan untuk memiliki kepribadian yang lebih
baik, misalnya yang malas berdoa menjadi rajin berdoa. Belajar kebiasaan, selain
menggunakan kemauan, komitmen juga memerlukan pengalaman khusus. Orang
yang ingin melakukan kebiasaan tentunya belajar dari pengalaman serta
berkomitmen untuk melakukan kebiasaan yang mampu mengembangkan
kepribadian menjadi lebih baik.
Julian (2007: 39) menegaskan kembali kebiasaan merupakan kebutuhan
pertama dalam pembentukan karakter mahasiswa, dimana kebiasaan itu nantinya
akan mencerminkan kepribadian mahasiswa. Kebiasaan akan membentuk sifat
dasar mahasiswa. Jika seseorang mempunyai temperamen kalem dan tidak suka
menggunakan kata-kata kasar, itu berarti ia sudah terlatih dalam cara hidup yang
tenang dan ia memiliki latar belakang yang baik sehingga kebiasaan tersebut
membawa dampak yang baik dalam hidup mahasiswa dan menjadikan
kepribadiannya lebih baik. Sebaliknya jika mahasiswa terbiasa melakukan
kebiasaan buruk, maka akan sulit untuk mengubah cara hidupnya meski tidak
menutup kemungkinan untuk dapat berubah menjadi baik tentu membutuhkan
proses dan waktu yang cukup lama, karena untuk mengubah kebiasaan atau cara
hidup seseorang itu bukan hal yang mudah.
Kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus menerus atau
mengulangi sesuatu yang sama berkali-kali dalam rentang waktu yang lama dalam
waktu berdekatan, kebiasaan juga keadaan jiwa yang mendorong untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa berfikir ulang. Kebiasaan sudah menjadi
sebuah rutinitas sehingga tanpa harus disuruh ia akan melakukan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
sendirinya dan kebiasaan akan mampu menggambarkan kepribadian mahasiswa
atau karakter yang ada dalam dirinya.
2. Pengertian Refleksi
Huijbers (1987: 207) menerangkan kata refleksi berasal (dari bahasa Latin
reflectere) berarti “membungkuk atas”. Dengan melayangkan perhatiannya
kepada dirinya sendiri, mahasiswa membungkuk atas dirinya sendiri. Jadi refleksi
menyangkut
tindakan
manusia
sebagai
subjek
pengalaman,
dimana
pengalamannya sendiri yang menjadi bahan mahasiswa untuk dapat berrefleksi.
Refleksi bertolak pada pengalaman dirinya sendiri, dengan melihat kembali
masalalu yang sudah dialami dan kejadian yang sudah terjadi sebagai bahan untuk
direfleksikan. Dari pengalaman tersebut mahasiswa dapat mengingat kembali dan
berimajinasi kejadian mana yang dapat direfleksikan agar dapat menemukan nilai
yang membawa mahasiswa untuk menjadi lebih baik. Bahan refleksi itu berasal
dari pengalaman pribadi baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan. Berdasar pengalaman refleksi mahasiswa diharapkan dapat
menemukan makna hidup yang mampu membuat kepribadianya berkembang.
Menutut Trianto (2007: 113) refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang
sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui refleksi, orang
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Dari
pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa refleksi merupakan suatu cara untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mengkontruksi kembali pengalaman lebih-lebih yang terjadi di masa lalu atau
yang baru saja diterima menjadi suatu bentuk pengetahuan baru yang mampu
memperkaya struktur pengetahuan yang telah dimiliki. Refleksi menjadi suatu
kegiatan penting agar mahasiswa lebih mampu memahami materi pembelajaran
atau proses pembelajaran dengan baik.
Menurut Subagya (2008: 22-55) istilah refleksi dipakai juga dalam artian:
menyimak kembali penuh perhatian bahan studi tertentu, pengalaman, ide-ide,
usul-usul, atau reaksi spontan supaya dapat menangkap maknanya secara lebih
mendalam. Jadi refleksi adalah suatu proses yang memunculkan makna dalam
pengalaman manusiawi. Refleksi adalah menyimak kembali pengalaman untuk
memahami lebih mendalam, seperti menemukan makna, menyadari adanya
gerakan-gerakan batin, motivasi keinginan, dan dapat memunculkan perubahan
dalam diri mahasiswa.
Sehubungan dengan pengertian refleksi, tim Pusat Pengembangan dan
Penjamin Mutu Pembelajaran dan Lembaga Penjamin Mutu (P3MP &LPM)
Universitas
Sanata
Dharma
Yogyakarta
dalam
buku Pedoman
Model
Pembelajaran Berbasis Pedagogis Ignasian (2012: 18) memaknai refleksi sebagai
proses mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat,
pemahaman, imajinasi, dan perasaan yang menyangkut bidang ilmu, pengalaman,
ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai
dari apa yang dipelajari.
Berdasarkan pengertian tersebut sudah sangat jelas bahwa kegiatan refleksi
ingin menemukan makna hidup dan menangkap nilai yang sudah dipelajari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Namun untuk sampai bisa menemukan makna dan nilai tersebut perlu
digarisbawahi bahwa refleksi merupakan kegiatan mengadakan pertimbangan
dengan menggunakan daya ingat, imajinasi dan perasaan. Ketika mahasiswa
mengadakan refleksi perlu mengingat sesuatu yang sudah terjadi, merenungkan
kembali pengalaman dengan berimajinasi dan menggunakan perasaannya
sehingga diharapkan mampu menemukan nilai untuk membawa dirinya ke arah
yang lebih baik. Refleksi membantu mahasiswa untuk mengingat kembali
pengalaman dan merencanakan langkah hidup yang lebih baik untuk selanjutnya
serta dengan refleksi mampu membentuk kepribadian yang utuh.
Dari pendapat ahli-ahli di atas dapat dipahami bahwa refleksi merupakan
upaya mengambil jarak sejenak dari aktivitas tertentu untuk mengingat kembali
pengalaman dalam keheningan untuk memaknai setiap peristiwa yang dialami.
Refleksi yaitu melihat diri sendiri seperti di depan cermin, memandang diri dalam
suasana batin yang hening, tenang, damai, dan terbuka agar lebih mengenal diri
serta mampu menentukan langkah-langkah yang hendak ditempuh selanjutnya
dalam rangka meningkatkan atau menyempurnakan diri. Refleksi merupakan
suatu proses menuju perubahan pribadi yang dapat mempengaruhi perubahan
lingkup sekitar.
3. Tujuan Kegiatan Refleksi
Tim P3MP & LPM Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam buku
“Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogis Ignasian” (2012: 20)
mengungkapkan tujuan kegiatan refleksi yaitu: Menangkap arti atau nilai hakiki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dari apa yang sudah dipelajari, Menemukan keterkaitan antar pengetahuan dengan
realitasnya, Memahami implikasi pengetahuan dan seluruh tanggungjawabnya dan
membentuk hati nurani.
1) Menangkap arti atau nilai hakiki dari apa yang sudah dipelajari dan telah
didapat dalam kegiatan sehari-hari. Dengan menangkap arti dan nilai sesuatu
apa yang telah dipelajari seseorang akan mampu membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk, sehingga dapat bertindak dan menerapkan dalam hidup
sehari-hari.
2) Menemukan keterkaitan antar pengetahuan dengan realitasnya. Refleksi adalah
kegiatan merenungkan kembali sesuatu yang sudah kita dapat, dengan
merenungkan terkadang mahasiswa menyadari bahwa pengetahuan yang sudah
didapat itu ada yang realitas dan ada yang tidak. Melalui refleksi ini seseorang
akan mampu menemukan pengalaman baru dan nilai yang akan membawa
mahasiswa menjadi lebih baik.
3) Memahami implikasi pengetahuan dan seluruh tanggungjawabnya. Semua
kegiatan sebaiknya direfleksikan dengan merenungkan kembali tugas dan
tanggungjawab tentu untuk kedepannya agar lebih baik lagi. Dengan
merefleksikan pengetahuan apa yang sudah dimiliki oleh mahasiswa tentu akan
menambah wawasan yang lebih luas lagi dan tentunya pengetahuan yang
dimiliki akan lebih berguna. Mahasiswa yang dapat merefleksikan kegiatannya
sehari-hari tentu akan lebih baik dan menjadi sosok yang bertanggungjawab,
karena tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
4) Membentuk hati nurani. Dengan menekankan kebiasaan berrefleksi tentu
seseorang akan dapat membentuk hati nuraninya. Mampu membedakan roh
baik dan jahat, mengembangkan kesadaran dalam diri mahasiswa dan dapat
memilih mana yang terbaik untuk dirinya. Kegiatan refleksi yang dilakukan
setiap harinya mampu membentuk hati nurani. Mahasiswa yang memiliki hati
nurani tentu akan memiliki kepribadian yang baik karena orang tersebut
memilik pedoman hidup yang akan menuntun ke arah yang lebih baik dan
positif dengan kesadaran penuh dari dari dalam hati. Setiap manusia
mempunyai hati nurani yang menuntut manusia untuk bersikap berdasarkan
prinsip-prinsip moral, seperti bertindak baik, jujur, benar dan adil.
4. Proses Berrefleksi
Dalam Pedagogi Ignasian, paradigma yang baik harus memperhatikan konteks
belajar dalam proses pedagogisnya. Paradigma tersebut juga harus menunjukkan
cara-cara yang mendukung keterbukaan pada pertumbuhan secara keseluruhan,
seperti yang ditegaskan oleh Subagya (2008: 41-44). Langkah-langkah paradigma
tersebut yaitu: pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.
a. Pengalaman
Pengalaman yang dimaksud dalam pedagogi ini merupakan setiap kegiatan
yang di dalamnya bercirikan pemahaman kognitif dari bahan yang disimak dan
juga keterlibatan dimensi afektif. Pengalaman bisa dibedakan menjadi dua yaitu
pengalaman langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung di antaranya
situasi pembelajaran, biasanya berupa: diskusi, penelitian, kegiatan lapangan, aksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
sosial, home stay, karya wisata, dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk
pengalaman tidak langsung dalam situasi pembelajaran yaitu upaya memperoleh
informasi mengenai sebuah peristiwa melalui kegiatan membaca, mendengar atau
menyimak gambar. Hal ini dapat dilakukan melalui proses perangsangan indera
dan daya imajinasi melalui simulasi, permainan atau tayangan video-visual.
b. Refleksi
Dalam refleksi, daya ingat, pemahaman, daya khayal, dan perasaan
dipergunakan untuk menangkap arti dan nilai yang sedang dipelajari. Refleksi
merupakan sebuah proses yang membentuk suara hati yang terdiri dari keyakinan,
nilai, sikap, serta seluruh cara bertindak agar mahasiswa mampu menjadi pribadi
yang lebih baik. Suara hati memungkinkan untuk mengembangkan kesadaran
akan benar dan salah, baik dan jahat, dan dimana posisi seseorang pada keadaan
tersebut. Dengan kata lain refleksi merupakan proses untuk menemukan makna
dalam pengalaman manusiawi, dengan begitu seseorang diharapkan menjadi
sosok teladan yang baik untuk sesama.
c. Aksi
Refleksi dalam Pedagogi Ignasian menjadi mentah jika hanya menghasilkan
pemahaman dan reaksi-reaksi afektif saja. Meskipun tidak dipungkiri bahwa
reaksi afektif juga penting. Reaksi afektif akan mengantar mahasiswa untuk
merasakan dan mengenyam yang dapat memperdalam pengalaman. Unsur afektif
merupakan daya yang menggerakkan pengertian menjadi tekad perbuatan. Istilah
aksi di sini merujuk pada pertumbuhan sikap batin dan tindakan yang ditampilkan
berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan. Pengalaman afektif mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
sangat penting untuk membangun aksi, merefleksi pengalaman-pengalaman yang
ada dengan dorongan dari dalam diri mahasiswa akan memiliki aksi yang dapat
memperkembangkan dirinya.
d. Evaluasi
Dampak refleksi tidak hanya pada pertumbuhan dan perkembangan
akademis, tetapi juga perkembangan kepribadian dan kepeduliannya kepada
sesama.
Kebiasaan
refleksi
akan
dapat
membantu
mahasiswa
memperkembangkan kepribadiannya, karena dengan berrefleksi mahasiswa akan
mampu berfikir jernih sebelum bertindak dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Evaluasi di sini ialah cara untuk mengetahui dengan tepat kemampuan dan kondisi
tantangan yang harus dihadapi. Sehingga seseorang perlu mengadakan evaluasi
dengan mengukur atau menilai sejauhmana kegiatan refleksi yang dilakukan
berhasil dan membuat mahasiswa menjadi semakin berkembang.
5. Kebiasaan Berrefleksi
Menurut penelitian Huijbers (1987: 218) kebiasaan berrefleksi dalam proses
pendidikan memang sangat penting. Apalagi kebiasaan berrefleksi ini tidak
terbentuk begitu saja melainkan membutuhkan upaya untuk menciptakan suatu
kebiasaan berrefleksi. Keberhasilan mahasiswa tidak hanya didukung oleh
kemampuan kognitifnya saja, namun lebih ditentukan oleh kemampuan dalam
merefleksikan proses pembelajaran. Melalui kegiatan refleksi, mahasiswa mampu
mengkonstruksi pengetahuan sendiri atas materi pembelajaran berdasarkan
pengalaman belajar yang ia peroleh sehingga mereka akan memiliki pemahaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dalam dirinya sendiri mengenai materi pembelajaran. Refleksi ialah proses
pembelajaran yang berdampak sangat positif bagi mahasiswa karena akan
mengembangkan dan meningkatkan kepribadian mahasiswa. Karena itu,
kebiasaan berefleksi dalam proses perkuliahan perlu ditingkatkan.
6. Perbedaan Refleksi dengan Evaluasi
a. Pengertian refleksi
Menurut Trianto (2007: 113) refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang
sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui refleksi, mahasiswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Dari
pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa refleksi merupakan suatu cara untuk
mengkontruksi kembali pengalaman dan pengetahuan yang terjadi di masa lalu
atau yang baru saja diterima menjadi suatu bentuk pengetahuan baru yang mampu
memperkaya struktur pengetahuan yang telah dimiliki. Refleksi menjadi suatu
kegiatan penting bagi mahasiswa agar mereka lebih mampu memahami materi
pembelajaran atau proses pembelajaran dengan baik.
b. Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak
akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan,
pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Indonesia akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris
yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols, 2002: 220).
Sedangkan menurut Purwanto (2009: 54) istilah evaluasi merupakan kegiatan
yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan. Untuk memastikan bahwa suatu kegiatan program atau proyek
mencapai sasaran dan tujuan yang direncanakan, maka perlu diadakan evaluasi
dengan melihat sejauh mana kegiatan tersebut berhasil dan peningkatan kinerja
program. Seperti yang diungkapkan oleh Purwanto (2009: 78) bahwa evaluasi
adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan melihat sejauh mana keberhasilan
program yang dilaksanakan.
Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi oleh Arikunto dan Jabar (2004: 99)
yang menyatakan pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi
didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan
pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil
pengamatan dengan kriteria. Penilaian (assessment) merupakan kegiatan
menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi
merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku dengan batasan sebagai proses
memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu
kriteria tertentu. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan
dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria namun
dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian
baru membandingkannya dengan kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Dari kedua uraian di atas yang menjadi dasar perbedaan antara refleksi dan
evaluasi ialah jika refleksi berpusat pada subjek atau diri sendiri, melihat sejauh
mana diri seseorang berkembang. Sedangkan evaluasi ialah objek atau kegiatan
yang sedang dilakukan, sehingga evaluasi bisa diartikan untuk mengukur sejauh
mana kegiatan yang dilakukan berhasil.
B. Perkembangan Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Menurut Agus Sujanto dkk (1980: 18) kepribadian dietimologikan dalam
bahasa Inggris disebut personality merupakan kata yang berasal dari bahasa latin
kuno prosopon atau persona yang berarti “kedok” atau “topeng”. Yaitu tutup
muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk
menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Allport dalam Paulus
Budiraharjo (1997: 86-90) mengatakan kepribadian adalah organisasi dinamis dari
sistem-sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya
yang unik terhadap karakteristik perilaku dan pemikirannya. Kata dinamis
menunjukkan bahwa kepribadian secara konstan dapat berkembang dan berubah.
Organisasi menunjukkan bahwa dalam diri individu ada semacam pusat
pengaturan
yang
menghubungkan
menyatukan
berbagai
komponen-komponen
komponen
tersebut
secara
kepribadian
erat.
dan
Kepribadian
merupakan suatu bagian fungsional individu yang memainkan peran aktif dalam
perilaku individu. Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun
keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam fungsi-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
fungsi. Memahami kepribadian berarti memahami diri atau memahami manusia
seutuhnya (Alwison, 2004: 2).
Yayasan Cipta Loka Caraka (2002: 15) mengatakan kepribadian adalah
pola menyeluruh dari semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang
baik jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial, mempunyai arti bahwa
kepribadian bukan hanya tumpukan sifat-sifat yang terpisah-pisah. Kepribadian
seharusnya merupakan suatu kesatuan yang harmonis. Kesatuan atau pola inilah
yang membedakan orang yang satu dengan orang yang lainnya. Hal ini juga
menunjukkan bahwa kepribadian bukan hanya kecerdasan, perasaan yang dewasa,
atau cita-cita yang luhur semata. Kepribadian merupakan gabungan organis yang
harmonis dari sifat-sifat yang dimiliki seseorang.
Menurut Elizabet B. Hurlock (1989: 236-239) ada lima persamaan yang
menjadi ciri bahwa definisi-definisi tersebut adalah definisi kepribadian.
a. Kepribadian bersifat umum: kepribadian menunjuk kepada sifat umum
seseorang, pikiran, kegiatan, dan perasan yang berpengaruh secara sistematik
berpengaruh terhadap seluruh tingkah lakunya.
b. Kepribadian bersifat khas: kepribadian dipakai untuk menjelaskan sifat
individu yang membedakan orang satu dengan yang lain.
c. Kepribadian berjangka lama: kepribadian dipakai untuk menggambarkan sifat
individu yang awet, tidak mudah berubah sepanjang hayat.
d. Kepribadian bersifat kesatuan: kepribadian dipakai untuk memandang diri
sebagai unit tungal, terstruktur yang membentuk kesatuan dan konsisten.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
e. Kepribadian bisa berfungsi baik atau bersifat buruk: kepribadian adalah cara
bagaimana orang berada di dunia. Apakah ia tampil dalam tampilan yang baik,
kepribadiannya sehat dan kuat. Atau sebaliknya, kepribadiaanya menyimpang
dan lemah.
Menurut Tarsis Tarmudji (1998: 11) kepribadian yang sehat merupakan
unsur yang sangat penting dalam pembentukan hidup manusia. Dewasa ini
semakin banyak orang yang merasakan pentingnya mengembangkan kepribadian.
Paulus Budiharjo (1997: 66-69) menjelaskan kepribadian merupakan suatu pola
menyeluruh pada semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang baik
yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial. Kepribadian merupakan
satu-kesatuan yang harmonis. Kepribadian seharusnya merupakan sesuatu yang
ditentukan oleh kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa kanakkanaknya, dan merupakan kekuatan historis yang mempengaruhi perkembangan
manusia.
Kepribadian meliputi banyak unsur jasmani dan rohani. Kepribadian juga
merupakan sesuatu yang ditata, diatur dan diusahakan oleh setiap orang secara
khas atas beberapa pengaruh yang ada. Kepribadian tersebut pada akhirnya akan
tampak dan terwujud dalam tindakan seseorang.
Abin Syamsudin dalam Syamsu Yusuf (2007: 127) menjelaskan bahwa
kepribadian dapat diartikan sebagai kualitas perilaku individu yang tampak dalam
melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Keunikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri,
yaitu meliputi hal-hal berikut:
a. Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku konsekuen
atau tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
b. Temperamen, yaitu cepat/lambatnya reaksi terhadap rangsangan-rangsangan
yang datang dari lingkungan.
c. Stabilitas emosi, merupakan kadar kestabilan reaksi emosi terhadap rangsangan
dari lingkungan, misalnya mudah tidaknya tersinggung, marah, putus asa, dan
lain sebagainya.
d. Responsibilitas (tanggung jawab), yaitu kesiapan untuk menerima resiko dari
tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Misalnya mau menerima resiko secara
wajar, atau malah melarikan diri dari resiko.
e. Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi berkaitan dengan hubungan interpersonal
yang tampak dalam pribadi yang terbuka atau tertutup; kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain.
Suprihadi Sastrosupono (1979: 6-9) mengatakan bahwa kata kepribadian
sering kita dengar berhubugan dengan keadaan seseorang. Kepribadian bisa
diartikan sebagai identitas seseorang. Bagaimanapun kepribadian menunjuk
kepada suatu keadaan tetapi juga karakter jiwani seseorang. Kepribadian
menyangkut watak, sifat, tetapi itu semua tercermin nyata dalam perbuatan atau
nampak dalam tindakan seseorang. Dengan kata lain, seseorang yang dapat
mengatakan siapakah dirinya itu berarti bahwa orang memiliki kepribadian. Orang
sadar akan dirinya dan dapat mengerti secara tepat tentang pribadinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Bandingkan dengan seorang anak kecil umumnya belum dapat mengatakan
dengan sadar siapa dirinya, dan belum dapat mengatakan “aku”, anak-anak
cenderung mengatakan namanya sendiri.
Max Scheler dalam Suprihadi Sastrosupono (1979: 67) menyebutkan
bahwa persona adalah subyek bukan obyek. Itu berarti bahwa seseorang yang
berkepribadian kuat adalah yang dapat menentukan dirinya sendiri berbuat apa
sebagai apa, mau apa dan lain-lain. Pribadi yang kuat adalah pribadi yang tidak
ditentukan oleh orang lain semata-mata dan bahwa persona itu justru merupakan
hal yang paling esensial dalam pribadi seseorang.
2. Pengertian Perkembangan
Paulus Budiharjo (1997: 53-56) berpendapat bahwa perkembangan
kepribadian merupakan suatu dinamika yang terjadi sepanjang hidup dan secara
kontinyu berkembang dan belajar menuju realisasi diri. Proses tersebut tidaklah
mudah bahkan terkadang merupakan proses yang sulit dan menyakitkan. Proses
untuk mengaktualisasikan diri tidak dapat terjadi secara otomatis. Jika seseorang
hidup dalam lingkungan yang sehat, maka akan hidup menjadi individu yang utuh
serta dewasa. Sebaiknya, jika seseorang tumbuh dalam lingkungan yang tidak
sehat maka kemungkinan perkembangan kepribadiannya akan mengalami
gangguan.
Menurut Duane Schult (1991: 41-50) pribadi yang berfungsi sepenuhnya
mampu mengalami secara mendalam keseluruhan emosi, kebahagiaan atau
kesedihan, gembira atau putus asa. Ciri-ciri dari kepribadian sehat adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
memiliki perasaan yang kuat, dapat memilih, bertindak bebas, kreatif dan spontan.
Memiliki keberanian untuk menjadi “ada” yaitu menjadi diri sendiri tanpa
bersembunyi di balik topeng atau berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan
dirinya. Perkembangan kepribadian merupakan perubahan dalam organisasi dan
struktur tingkah laku. Semakin bertambah umur seseorang, semakin bervariasi
tingkah laku yang berubah atau bertambah menjadi semakin kompleks.
Mengembangkan kepribadian berarti mengembangkan bakat yang dimiliki,
mewujudkan mimpi, meningkatkan kepercayaan diri dan menjalin relasi yang
baik dengan sesama. Perkembangan kepribadian tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan ada interaksi dengan sesama. Melalui interaksi individu tumbuh
menjadi pribadi yang utuh dan dewasa, semakin bijaksana dalam melakukan
segala sesuatu, belajar dari pengalaman-pengalamannya untuk menjadi semakin
baik setiap harinya.
3. Aspek-aspek perkembangan kepribadian
Kepribadian seseorang tidak dibawa dari lahir. Perkembangan kepribadian
manusia merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan
yang sangat panjang mulai dari anak-anak sampai dewasa. Perkembangan
kepribadian yang berjalan dengan baik dan positif dapat membentuk manusia
menjadi pribadi khas atau unik. Mengemukakan pendapat Allport Paulus
Budiraharjo (1997: 88-90) menuliskan bahwa proprium adalah sesuatu yang
langsung kita sadari, atau sesuatu yang merupakan pusat hidup kita. Proprium
terdiri dari hal-hal atau proses yang penting dan bersifat pribadi yang dialami dan
dirasakan oleh seorang individu, segi-segi tersebut yang menentukan seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
menjadi unik. Pada intinya proprium mencakup semua aspek kepribadian yang
membuat kesatuan batin. Proprium berkembang dari bayi hingga akhir hidup dan
bergerak melalui 7 aspek perkembangan sebagai berikut: usia 0-3 tahun, usia 4-11
tahun, usia12-17 tahun, dan usia 18-30 tahun.
a. Usia 0-3 tahun
1) The bodily self; bagi seorang bayi, tubuh menjadi sangat penting, bayi secara
kontinyu menerima sensor informasi dari organ internal dan otot-otot bersamaan
dengan urat-urat. Sensasi ini menjadi terasa ketika bayi lapar dan frustasi. Dalam
situasi tersebut bayi belajar akan keterbatasan tubuh.
2) Self identity; aspek ini terjadi kurang lebih 18 bulan. Anak-anak menyadari bahwa
dirinya tetap orang yang sama walaupun terus berubah dan berkembang. Hal ini
ditandai dengan mengenal nama diri sebagai identitas utama. Nama itu menjadi
lambang dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinyadan membedakan dari
semua diri yang lain di dunia.
3) Self esteem; aspek ini terjadi kira-kira 2-3 tahun. Aspek ini membuat anak-anak
lebih mengenal lingkungan. hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak
sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri.
Anak bersifat agresif, ingin membuat benda-benda, menyeidiki dan memuaskan
perasaan ingin tahunya tentang lingkungan tersebut. Menurut Allport, hal ini
merupakan tahap perkembangan kepribadian yang menentukan. Apabila orang tua
menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang
timbul dapat rusak yang menimbulkan perasaan dihina dan marah.
b. Usia 4-11 Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
1) Self extention; pada aspek ini pusat perhatian lebih kepada kepemilikan. Secara
tipikal anak pada aspek ini sangat egoistis. Anak menjadi sangat tertarik pada
kepemilikan material.
2) Self image; gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Self image atau
gambaran diri memiliki 2 komponen, yaitu belajar peran dan aspirasi bagi masa
depan. Gambaran diri berkembang dari interaksi-interaksi orang tua dengan anak.
c. Usia 12 - 17
1) The self as rational coper atau diri sebagai pelaku rasional. Pada tahap ini anak
mulai menyusun strategi untuk memecahkan masalah-masalah. Aturan-aturan dan
harapan-harapan dari guru dan teman sekolah, secara aktivitas-aktivitas dan
tantangan-tantangan yang dapat mengembangkan intelektual penting untuk
diberikan. Melalui hal-hal tersebut anak akan belajar memecahkan masalah
menggunakan proses-proses rasional dan logis.
2) Proprium striving; tahap ini pada umumnya mulai terbentuk pada usia 12 tahun.
Aspek proprium striving dapat diartikan dengan kesatuan kepribadian. Kesatuan
dan keutuhan kepribadian mungkin tidak pernah dapat tercapai secara sempurna,
namun orang akan terus melakukan proses untuk menjadi lebih utuh lagi. Oleh
karena itu menurut Allport pada tahap ini merupakan masa yang paling
menentukan di mana orang sibuk dalam mencari identitas.
d. Usia 18 – 30
Early Adulthood tahap ini adalah periode pemantapan diri terhadap pola hidup
baru. Banyak kegiatan yang mulai ditinggalkan seperti hura-hura dan nongkrong.
Memikirkan hal yang lebih penting seperti memilih pasangan hidup dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
menjadikan cita-cita lebih real. Selama masa dewasa, pemahaman emosional akan
terus berkembang, berpotensi untuk terus belajar, mengembangkan diri dalam hal
keterampilan dan aktualisasi diri, bekerja, membina hubungan sosial dan tentunya
perkembangan kepribadiannya semakin berkembang.
Senada dengan pendapat Allport tentang perkembangan kepribadian pada
usia remaja, mengungkapkan bahwa remaja adalah pemuda-pemudi yang berada
pada masa perkembangan yang disebut masa “adolesensi” (masa remaja menuju
kedewasaan). Masa ini merupakan tahap perkembangan dalam kehidupan
manusia, tetapi juga belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini
disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanan-kanak menuju
kearah kedewasaan yang terjadi pada usia 18-30 tahun. Masa remaja adalah masa
kegoncangan dan kebimbangan. Akibatnya remaja melakukan penolakanpenolakan pada kebiasaan rumah, sekolah, membentuk kelompok hanya untuk
“gengnya”. Mereka mudah tergincang dan bingung.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian
Faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian adalah faktor
genetik atau hereditasi dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan faktor
dari dalam atau faktor yang dibawa sejak lahir. Faktor ini bisa bersifat kejiwaan
atau bersifat kebutuhan. Kejiwaan merupakan faktor yang berwujud pikiran,
perasaan, kemauan, fantasi, ingatan, dan lain-lain yang dibawa sejak lahir.
Menurut Syamsu Yusuf (2007: 21-22) masa dalam kandungan dipandang
sebagai periode yang kritis dalam perkembangan kepribadian individu, sebab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
tidak hanya sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai
pembentukan kemampuan-kemampuan yang menentukan jenis penyesuaian
individu terhadap kehidupan setelah kelahiran. Fungsi genetik dalam kaitannya
dengan perkembangan kepribadian adalah sebagai bahan mentah (raw materials)
kepribadian seperti fisik, inteligensi dan temperamen. Fungsi genetik juga
membatasi perkembangan kepribadian individu, dalam artian meskipun kondisi
lingkungan sangat kondusif, namun perkembangan kepribadian tidak bisa
melebihi kapasitas atau potensi hereditas. Hal ini membantu individu untuk
memperkembangkan
pribadinya.
Selain
itu
keadaan
fisik
juga
turut
mempengaruhi perkembangan pribadi seseorang seperti panjang pendeknya leher,
susunan urat saraf, otot-otot dan lain-lain. Fungsi genetik berpengaruh pula
terhadap keunikan kepribadian individu.
Sedangkan faktor lingkungan merupakan segala sesuatu yang berasal dari
luar seseorang baik yang hidup maupun yang mati. Lingkungan adalah
keseluruhan fenomena baik peristiwa, situasi atau kondisi fisik/alam atau sosial
yang mempengaruhi perkembangan individu. Faktor lingkungan masyarakat yang
beraneka ragam dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang,
misalnya lingkungan yang kacau, tidak tenang dan tidak terkendali akan
membentuk kepribadian yang kurang baik. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kepribadian terbentuk dari keadaan-keadaan lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun sosial yang terjalin di tengah masyarakat dan keluarga yang dibawa
sejak lahir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Selain faktor-faktor tersebut, faktor lain yang ikut mempengaruhi
perkembangan kepribadian menurut Caraka (2002: 24-29) antara lain Tuhan,
agama dan kampus.
a) Tuhan
Ada orang yang begitu sibuk memperkembangkan kepribadiannya dengan
bergaul dengan sesama manusia, hingga lupa bergaul dengan Tuhan. Padahal
relasi dengan Tuhan dapat membantu seseorang menjadi pribadi yang dewasa,
pribadi yang mampu mendengarkan suara hati dan pribadi yang bertanggung
jawab. Allah telah mengutus Tuhan sebagai teladan pribadi yang sempurna. Kasih
Allah mendorong manusia untuk berusaha semakin mendekati teladan itu dan
rahmat-Nya akan mendukung usaha tersebut. Orang yang dekat dengan Tuhan
biasanya perkembangan kepribadiannya akan baik karena kerap meneladani
kepribadian Tuhan.
b) Agama
Agama mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian.
Agama menjadi tempat untuk memperkembangkan nilai-nilai iman, harapan dan
kasih. Nilai-nilai iman memberi keyakinan bahwa kepribadian ideal merupakan
cita-cita yang tepat. Harapan menumbuhkan sikap optimis dalam hidup dan
keyakinan akan kemampuan untuk berkembang. Tanpa kemampuan mengasihi
dengan tulus, orang tidak akan mencapai kepribadian yang dewasa. Dengan
demikian agama memberikan pandangan hidup yang mengarah cara berpikir dan
sikap seseorang. Berkat inilah kepribadian yang sedang berkembang dapat
menjadi utuh dan seimbang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
c) Kampus
Kampus mempunyai pengaruh yang kuat atas perkembangan kepribadian.
Mengembangkan bakat dan kepribadian manusia secara penuh dan utuh sehingga
tercapai taraf kedewasaan intelektual, psikologis, moral, dan artistik demi
pelayanan kepada sesama. Mengembangkan tiga nilai unggulan dimensi
kemanusiaan dibidang ilmu, teknologi, dan seni, yakni kompetensi (competence),
kesadaran etis (conscience), dan bela rasa (compassion).
5. Proses Perkembangan Kepribadian
Kepribadian tidak tumbuh dan berkembang secara instan melainkan
melalui proses. Setiap individu harus melewati serangkaian tahap perkembangan
dalam proses menjadi orang dewasa. Kartini Kartono (1984: 121-122)
mengemukakan bahwa kepribadian seseorang bertumbuh dan berkembang melalui
tiga proses, yaitu:
a. Individualisme
Individualisme adalah suatu proses menjadi manusia, perubahan masa bayi
yang sangat bergantung menjadi tidak bergantung. Proses ini membantu individu
memperluas kesadaran identitas pribadinya, penerimaan diri, dan kepastian akan
dirinya.
b. Sosialisasi
Sosialisasi yaitu suatu proses dinamis di mana individu mempelajari
keterampilan-keterampilan, informasi, dan pemahaman kebutuhan, berhubungan
secara efektif dengan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
c. Integrasi
Integrasi merupakan suatu proses yang mengkombinasikan, mengorganisir
dan mengerjakan bersama bagian-bagian yang berbeda atau sifat-sifat khas dari
seseorang individu menuju ke tingkat yang lebih tinggi sebagai sesuatu
keseluruhan yang kompleks.
Dalam ketiga proses tersebut, setiap individu mempunyai pengalamanpengalaman. Pengalaman-pengalaman tersebut bisa saja pengalaman yang
menyenangkan dan bisa saja pengalaman yang tidak menyenangkan. Pengalamanpengalaman yang diperoleh individu dalam proses di atas, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat berpengaruh bagi perkembangan kepribadian
individu. Pengalaman-pengalaman tersebut dapat bersifat positif (membantu)
maupun bersifat negatif menghambat perkembangan kepribadian. Semua itu tentu
tergantung dari bagaimana individu mengolah pengalaman-pengalaman yang
diterimanya.
6. Ciri-ciri Perkembangan Kepribadian
Kepribadian merupakan apa yang ditampilkan oleh seseorang. Orang yang
kepribadiannya berkembang secara sehat tentu akan menampilkan sesuatu yang
membawa dampak positif baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Menurut
Allport dalam Schultz (1991: 30-36) ada 7 kriteria yang menandakan kepribadian
berkembang secara sehat, antara lain: perluasan diri, hubungan hangat atau akrab
dengan orang lain, keamanan emosional, persepsi realistis, keterampilanketerampilan dan tugas, pemahaman diri dan filsafat hidup yang mempersatukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
a. Perluasan Perasaan Diri
Perluasan perasaan diri ketika diri seseorang berkembang, maka diri orang
tersebut meluas menjangkau banyak orang dan benda. Kemudian ketika lingkaran
pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita
yang abstrak. Dengan kata lain, ketika seseorang menjadi matang, dia akan
mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Akan tetapi tidak cukup jika
hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri, misalnya seperti
pekerjaan belumlah cukup. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan
penuh.
Allport menambahkan bahwa partisipasi otentik yang dilakukan oleh
orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia. Orang harus
meluaskan diri dalam aktivitas. Suatu aktivitas harus relevan, penting dan berarti
bagi diri orang tersebut, apabila seseorang mengerjakan sesuatu pekerjaan karena
ada perasaan percaya bahwa pekerjaan itu penting, menantang kemampuan, atau
menyenangkan, maka orang tersebut merupakan seorang partisipan yang otentik.
Semakin seseorang terlibat secara penuh dalam berbagai aktivitas, orang atau ide,
maka ia akan semakin sehat secara psikologis dan menjadi perluasan perasaan
diri.
b. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orangorang lain, yaitu kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang memiliki kepribadian atau orang yang sehat secara psikologis akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
mampu memperlihatkan keintiman atau cinta terhadap orang-orang yang
dicintainya, misalnya saja orang tua, saudara, teman, dan lain-lain.
Sedangkan perasaan terharu, tipe kehangatannya yang kedua adalah suatu
pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan
semua orang tanpa membeda-bedakan. Orang yang berkepribadian memiliki
pemahaman akan kondisi orang lain dan mampu berempati dengan orang lain.
c. Keamanan Emosional
Keamanan emosional meliputi penerimaan diri, menerima emosi manusia
dan sabar. Penerimaan diri merupakan kemampuan untuk menerima kelemahan
atau kekurangan tanpa menyerah pada titik kelemahan melainkan berproses untuk
memperbaiki diri. Kualitas berikutnya ialah mampu menerima emosi-emosi
manusia dan berusaha mengontrolnya sehingga tidak mengganggu aktivitas
pribadi dan mengarahkan pada hal-hal yang lebih baik.
Orang yang memiliki kepribadian akan selalu sabar ketika menghadapi
masalah dalam hidup tanpa menyerahkan diri kepada kekecewaan melainkan
berusaha memikirkan cara-cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
d. Persepsi Realistis
Orang yang berkepribadian akan memandang dunia mereka secara
obyektif, dan memiliki kemampuan memandang orang lain tanpa prasangka.
Mereka tidak lagi percaya bahwa orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat
atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadinya. Mereka menerima
realitas sebagaimana adanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
e. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Orang yang berkepribadian tidak akan merasa cukup hanya dengan
memiliki keterampilan yang relevan, melainkan ia akan berpikir untuk
mengembangkan dan menggunakan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya
secara iklas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam
pekerjaan atau tugas pekerjaannya. Orang yang berkepribadian akan melakukan
pekerjaan yang penting dengan dedikasi, komitmen dan keterampilanketerampilan.
f. Pemahaman Diri
Seseorang yang memiliki kepribadian yang utuh dan sehat berarti telah
mencapai pemahaman diri dan pengenalan diri yang menuntut pemahaman
tentang hubungan atau perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki
seseorang dengan gambaran dirinya sendiri menurut keadaan yang sesungguhnya.
Ia akan terbuka terhadap pendapat orang lain dalam merumuskan suatu gambaran
diri yang obyektif.
g.
Filsafat Hidup yang Mempersatukan
Orang yang memiliki pribadi yang sehat dan utuh selalu mengarahkan
hidupnya ke masa depan dengan didorong oleh tujuan-tujuan tertentu dan
rencana-rencana jangka panjang. Mereka mempunyai keinginan kuat untuk
mengerjakan sesuatu sampai selesai, mereka mempunyai arah hidup. Arah
membimbing semua segi kehidupan menuju suatu tujuan atau rangkai tujuan serta
memberikan orang tersebut suatu alasan untuk hidup. Selain itu, suara hati juga
berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
berkepribadian sehat dan matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung
jawab kepada diri sendiri dan kepada orang lain, dan mungkin berakar dalam
nilai-nilai agama atau ciri-ciri etis. Seorang pribadi yang matang telah
mengembangkan berbagai macam unsur seperti tujuan, nilai, suara hati dan
pandangan-pandangan yang membuat menjadi terarah.
7. Manfaat Perkembangan Kepribadian
Agus Sujanto (1980: 5-6) menyatakan bahwa manfaat dari perkembangan
kepribadian adalah manusia dapat mengetahui pribadi seseorang, itu merupakan
hal yang pertama dan utama, orang atau diri sendiri. Hal itu dapat diketahui
dengan melakukan intropeksi diri, yaitu melihat kepada diri sendiri, dengan begitu
orang dapat mengoreksi dirinya sendiri. Dengan demikian orang dapat langsung
merubah ketika melakukan kekeliruan sebelum orang lain merubahnya atau
sebelum merugikan orang lain dan diri sendiri.
Kepribadian akan membuat seseorang menjadi lebih bermakna dalam
hidupnya. Dengan kepribadian seseorang dapat menunjukkan bahwa dirinya
mempunyai kualitas hidup. Orang yang memiliki kepribadian tidak akan pernah
merasa takut dalam menghadapi segala hal yang terjadi dalam hidupnya.
Kepribadian yang utuh mendorong seseorang untuk lebih bertanggung jawab
dalam hidupnya dan tidak mudah putus asa dalam mencapai cita-cita dan masa
depan yang lebih baik.
Senada dengan pendapat di atas, Alwison (2004: 51-55) mengemukakan
bahwa tujuan hidup adalah mencapai aktualisasi diri, atau memiliki ciri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
kepribadian yang membuat kehidupan menjadi sebaik-baiknya. Individu yang
mampu membuat kehidupan menjadi sebaik-baiknya adalah pribadi yang
berfungsi penuh. Perkembangan kepribadian yang berfungsi penuh tersebut
meliputi lima ciri, yaitu: keterbukaan pada pengalaman, keterbukaan eksistensial,
kepercayaan terhadap orang lain, perasaan bebas dam kreativitas.
a. Keterbukaan pada pengalaman
Keterbukaan pada pengalaman memiliki arti bahwa seseorang tidak
bersifat kaku tetapi fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang
diberikan oleh kehidupan, tetapi juga menggunakan dalam membuka
kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapan-ungkapan baru.
b. Keterbukan Eksistensial
Keterbukaan eksistensial merupakan kehidupan seseorang yang tidak
mudah
berprasangka
ataupun
memanipulasi
pengalaman-pengalaman
melainkan dapat menyesuiakan diri karena kepribadiaannya terus menerus
terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru.
c. Kepercayaan terhadap Orang Lain
Kepercayaan terhadap orang lain mempunyai arti bahwa orang
bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang
sangat diandalkan dalam pengambilan keputusan daripada rasional dan
intelektual ketika mengalami situasi sulit. Orang yang berfungsi secara utuh
dapat bertindak bijaksana dalam berprilaku dan mempunyai kebebasan serta
memperhatikan konsekuensi-konsekuensi.
d.
Perasaan Bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin ia mengalami
kebebasan untuk memilih dan bertindak. Ia memiliki perasaan berkuasa secara
pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan bergantung pada
dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan dan peristiwa masa lampau.
Oleh karena itu, ia mempunyai banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa
mampu melakukan apa saja yang dapt dilakukan.
e. Kreativitas
Seorang pribadi yang kreatif akan bertindak dengan bebas serta
menciptakan hidup dan dapat mewujudkan kebutuhan serta potensinya secara
kreatif dengan cara yang memuaskan. Orang yang kreatif tidak akan merasa
terbelenggu dalam peraturan konvensional serta kebiasaan masyarakat. Orang
yang memiliki pribadi yang penuh akan lebih mampu menyesuaikan diri dan
bertahan pada perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi yang
dihadapi.
C. Dampak Kebiasaan Refleksi Bagi Perkembangan Kepribadian
Pada bagian terakhir bab ini penulis akan menjelaskan dampak kebiasaan
berrefleksi bagi perkembangan kepribadian. Jika dilihat dari segi psikologi,
kebiasaan refleksi berdampak bagi perkembangan kepribadian. Seseorang yang
terbiasa melakukan kegiatan refleksi tentu akan memiliki pribadi yang utuh
karena setiap kegiatan yang dilakukan ia mencoba menemukan makna dan nilai
yang menjadikan dirinya lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Refleksi merupakan tanggapan secara mendalam dan kritis seseorang atas
pengalamannya sendiri. Melalui proses refleksi mahasiswa berusaha semakin
memahami makna hidup dan konsekuensi dari pengalaman sehingga mampu
memilih tindakan yang cocok untuk pengembangan dirinya. Refleksi sebagai
kegiatan intelektual dan afektif dimana mahasiswa terlibat dalam upaya
mengeksplorasi pengalaman dalam rangka mencapai pemahaman dan menemukan
nilai yang dapat memperkembangkan hidupnya ke arah yang mampu membawa
perubahan positif pada dirinya.
Mengingat pentingnya perkembangan kepribadian bagi kehidupan, upaya
untuk memperkembangkan kepribadian individu perlu terus dilakukan untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik. Kebiasaan refleksi ialah cara agar seseorang
dapat semakin berkembang dalam segi kepribadiannya, ketika seseorang dapat
melakukan kegiatan berrefleksi setiap harinya maka akan mampu menjadi pribadi
yang lebih baik.
Kebiasaan berrefleksi tidak muncul dengan sendirinya melainkan
membutuhkan latihan-latihan secara khusus. Dalam hal ini mahasiswa perlu
melatih dirinya secara terus menerus untuk membentuk kebiasaan berrefleksi
sehingga kebiasaan berrefleksi yang dilakukan dapat lebih terarah dan semakin
maksimal. Kegiatan berrefleksi yang dijadikan suatu kebiasaan dan dilaksanakan
secara konsisten dan berkelanjutan akan membantu seseorang lebih siap mengolah
pengalamannya sehingga mejadi bahan baginya untuk tumbuh dan berkembang
menjadi dirinya, yaitu pribadi yang semakin dewasa dan peduli terhadap sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
GAMBARAN KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA PAK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG UTUH
Bab III ini merupakan jawaban dari rumusan masalah kedua mengenai
seberapa jauh mahasiswa PAK telah terbiasa berrefleksi dan apa dampaknya bagi
perkembangan kepribadian. Pada bab sebelumnya penulis telah menjelaskan
tentang pengertian kebiasaan berrefleksi, perkembangan kepribadian serta
dampaknya kebiasaan berrefleksi bagi perkembangan kepribadian.
Untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa telah terbiasa berrefleksi dan
dampaknya bagi perkembangan kepribadian maka penulis menyusun bab III
dalam beberapa bagian pembahasan. Pada bagian pertama penulis menguraikan
gambaran umum prodi PAK Universitas Sanata Dharma yang meliputi visi, misi,
tujuan, gambaran umum serta pembelajaran dan suasana akademik. Bagian kedua
membahas mengenai penelitian yang mencakup: latar belakang, variabel, definisi
konseptual, tujuan, jenis, instrumen pengumpulan data, responden, tempat, waktu
serta kisi-kisi instrumen penelitian.
Bagian berikutnya berupa laporan hasil penelitian. Laporan disajikan
berdasarkan penelitian yang diadakan di kampus PAK, selanjutnya dibahas dan
dijelaskan. Pembahasan penelitian ini berguna untuk memperoleh pembuktian
mengenai seberapa jauh mahasiswa PAK telah terbiasa berrefleksi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dampaknya bagi perkembangan kepribadian. Pada bagian bab akhir berupa
kesimpulan dari hasil penelitian yang berguna untuk menyusun upaya pada bab
berikutnya.
A. Gambaran Umum Prodi PAK-USD
1.
Sejarah Singkat Prodi PAK
Prodi PAK didirikan pada tanggal 1 Agustus 1962 yang waktu itu
menyandang nama Yayasan Akademik Kateketik Katolik Indonesia (AKKI).
Kemudian pada tanggal 31 Maret 1971 AKKI berubah nama menjadi Sekolah
Tinggi Kateketik Pradnyawidya, berdasarkan proses Sekolah Tinggi Kateketik
Pradnyawidya yang semula terdiri dari dua unit yaitu sarjana muda dan sarjana
penuh dipadukan kedalam bentuk baru berupa program sarjana satu (S1) dengan
nama Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya atau biasa disebut STFK.
Pada tahun 1999, pemerintah mengadakan penataan kembali nama-nama program
studi di lingkungan PTS di seluruh Indonesia yang membuat status FIPA USD
berubah menjadi program studi dengan nama Ilmu Pendidikan Kekhususan
Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) dan menjadi bagian FKIP USD.
Prodi PAK pada tahun 2004 mengajukan akreditasi kepada BAN PT dan
pada 21 April 2004 berdasarkan SK ketua BAN-PT No: 014/BAN-PT/AkVII/S1/IV/2004 mendapatkan skor 393 dengan peringkat A. 5 tahun berikutnya,
prodi mengajukan lagi akreditasi dan pada tanggal 19 juni 2009 berdasarkan SK
BAN-PT No: 015/BAN-PT/Ak-XII/S1/VI/2009 mendapatkan skor 377 dengan
peringkat A. Setelah 2 kali berturut-turut mendapat peringkat A, prodi
memutuskan mengikuti gerak universitas dengan mengenakan cara pandang baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dalam melaksanakan visi dan misi yang dituangkan dalam Renstra Prosi 20092013. Cara pandang yang dimaksud adalah outward looking yakni cara pandang
yang lebih berorientasi pada tindakan yang perlu dilakukan oleh prodi supaya
secara aktif berperan serta dalam pembangunan Gereja Indonesia dengan cara
memanfaatkan secara optimal potensi internal yang ada di dalam prodi. Cara
pandang yang baru ini dipahami oleh prodi sesuai dan relevan sejak 51 tahun yang
lalu untuk ikut meningkatkan pengembangan hidup beriman umat Katolik dan
mengembangkan karya-karya katekese di Indonesia.
Kekhasan Prodi PAK adalah adanya kesadaran dan penghayatan bahwa
belajar di Prodi PAK merupakan suatu panggilan khusus dari Tuhan sendiri.
Kesadaran akan panggilan Tuhan untuk mewartakan sabda-Nya memotivasi
mereka secara religius dalam belajar. Sedangkan peluang mahasiswa untuk
memperkembangkan diri secara utuh sungguh menjadi salah satu prioritas utama
Prodi. Dengan penuh kesadaran Prodi PAK memadukan pelaksanaan mata kuliahmata kuliah kurikuler yang berstatus sks dengan mata kuliah yang berstatus kokurikulertanpa nol sks, disertai kegiatan ekstrakurikuler.
Di dalam Prodi PAK kurikulum dipandang sebagai jalan yang harus
ditempuh atau proses yang harus dilalui untuk mencapai profil lulusan yang
dicita-citakan. Walaupun kurikulum bukan segalanya, tetapi perannya sangat
strategis dalam membantu lulusan menjadi guru-guru agama katolikatau katekis
yang berintegritas dan beriman secara mendalam. Integritas pribadi dan
kedalaman iman terwujud bukan hanya melalui banyaknya informasi dan prestasi
akademis yang dicapai oleh mahasiswa melainkan melalui refleksi pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dan pembinaan spiritualitas. Prodi melalui kurikulum, kegiatan rohani,
kokurikuler, dan ekstrakulikuler menyediakan sarana dan menciptakan atmosphir
yang memungkinkan, bahkan mendorong mahasiswa untuk membina spiritualitas
dan merefleksikan serta memaknai pengalaman hidup dan studinya.
2.
Visi dan Misi Prodi PAK-USD
Visi Prodi PAK:
“Prodi PAK sebagai lembaga pendidikan mendidik calon Sarjana Pendidikan
Agama Katolik yang beriman tangguh dan profesional demi terwujudnya Gereja
yang memperjuangkan masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat”.
Misi Prodi PAK:
a.
Mendidik kaum muda menjadi Sarjana Pendidikan Agama Katolik yang dapat
berprofesi sebagai Guru Agama Katolik, Katekis, Pengembangan karya katekese
dalam konteks Gereja Indonesia.
b.
Mengembangkan karya katekese dalam Gereja demi terwujudnya masyarakat
Indonesia yang semakin bermartabat.
3.
Tujuan Prodi PAK-USD
Prodi IPPAK mempunyai tujuan yaitu:
a.
Menghasilkan Sarjana pendidik Agama Katolik yang beriman mendalam,
berkompeten, berkepribadian, dan berintegritas dengan sikap yang unggul dan
dapat membantu sesama umat beriman mengembangkan iman, yang dapat
berprofesi menjadi Guru Agama Katolik, Katekis, dan Pengembangan karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
katekese melalui kerjasama dengan tokoh-tokoh umat dan pemimpin gerejawi
lainnya.
b.
Menghasilkan karya-karya pengembangan katekese. Prodi PAK adalah salah satu
prodi yang mempelajari tentang pendidikan agama katolik, bukan hanya
pendidikan namun juga belajar tentang katekese. Sebagai calon pendidik iman
tentu harus memahami tentang katekese, tujuan, arah katekese dan kebutuhan
umat. Mahasiswa di haruskan untuk mampu menggali dan mendalami katekese
supaya ketika sudah lulus dan terjun langsung umat mahasiswa dapat berkatekese
dengan baik dan menjawab semua kebutuhan umat sehingga iman umat dapat
terus berkembang dan mampu menghasilkan karya-karya katekese di tengah umat.
Tim penyusun Borang Akreditasi tahun 2013 menjelaskan bahwa Prodi
PAK - USD semakin belajar bagaimana mengembangkan kurikulum perkuliahan
yang relevan untuk zaman sekarang ini terutama akan kebutuhan umat yang akan
dilayani. Karena zaman yang semakin berkembang maka dosen juga semakin
mempersiapkan diri dengan meningkatkan produktivitas, kualitas mengajar, dan
juga penelitian. Itu semua dilakukan oleh dosen PAK untuk mempersiapkan
mahasiswanya agar dapat menghadapi tuntutan zaman sekarang.
Menghadapi berkembangnya zaman dan tuntutannya, Prodi PAK tidak
berdiam
diri
untuk
melakukan
perubahan
misalnya
dengan
semakin
berkembangnya program-program unggulan semisal Teater Rakyat, dimana
kegiatan ini mengasah kemampuan mahasiswa-mahasiswi untuk mampu
mengolah dan juga mengemukakan pendapatnya mengenai masalah atau isu yang
sedang hangat di masyarakat. Selain itu ada Pembinaan Spiritualitas yang ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
tiap semester (mulai dari semester I sampai VIII). Dalam Pembinaan Spiritualitas
ini terdapat tema-tema yang diolah pada tiap semester. Tema-tema ini diharapkan
memacu mahasiswa-mahasiswi untuk semakin mampu melihat dirinya sebagai
pribadi yang otentik dan juga menghargai temannya yang lain. Tapi yang paling
utama mahasiswa mampu mendapatkan ilmu terutama akan pelatihan soft skills.
4.
Gambaran Umum Mahasiswa-mahasiswi PAK - USD
Mahasiswa-mahasiswi PAK sangat beragam, karana datang dari berbagai
suku, budaya, daerah yang berbeda-beda namun di kampus PAK semua disatukan
tanpa melihat perbedaan satu sama lain. Kaum awan dan religius semua menyatu
dengan rasa kekeluargaan yang begitu erat, tanpa melihat status dan pangkat.
Pengalaman penulis pada awal kuliah merasa segan ketika berbincang dengan
kaum religius, karena penulis merasa mereka berbeda dengan kaum kaum awam.
Namun, seiring berjalannya waktu menjadi terbiasa justru merasa bahwa ini
adalah anugrah bisa bersahabat dan dekat dengan kaum religius. Di kampus PAK
ini penulis merasa menemukan banyak saudara karena antara dosen dengan
mahasiswa sangat menjalin relasi yang begitu baik dengan begitu penulis merasa
bahwa di kampus PAK ini adalah rumah yang mampu memberi kebahagiaan.
Di prodi PAK, mahasiswa-mahasiswi mempunyai dosen pembimbing
(DPA) masing-masing untuk mendampingi studi selama kuliah, dan juga
mendampingi ketika ada persoalan, sehingga tidak mengganggu kelancaran studi.
DPA juga mengamati berkembangnya mahasiswa-mahasiswi di dalam proses
kuliah maupun di luar kuliah. Ini semua terjalin dengan baik dan penuh dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
keakraban. Penulis merasa bahwa DPA ini sangat penting karena penulis merasa
memiliki orang tua baru yang selalu bisa membimbing kita disaat mengalami
kesusahan dan selalu memberi saran yang terbaik.
Selain belajar katekese, diawal studi mahasiswa-mahasiswi prodi PAK
dibekali bagaimana dapat mengekspresikan diri lewat mata kuliah yang
mendukung, seperti teater dan pembinaan ekspresi. Di sini mahasiswa-mahasiswi
dilatih untuk berani tampil di muka umum, mampu berkomunikasi dengan efektif,
serta mampu mengutarakan ide (gagasan) di dalam kelompok. Mahasiswa dilatih
untuk berani mengutarakan pendapat, dan berani berbicara di depan umum, agar
ketika terjun langsung ke umat mahasiswa sudah bisa menghadapi umat dan
mampu mengkomunikasikan katekese dengan baik.
Selain itu, di prodi PAK juga mengajak mahasiswa untuk terlibat dalam
organisasi-organisasi yang ada di Universitas Sanata Dharma, baik lingkup Prodi
maupun Universitas. Dengan harapan agar mahasiswa dapat menjalin komunikasi
dan bertukar pengalaman dengan mahasiswa lainnya.
Prodi
PAK
juga
menyelenggarakan
kegiatan
yang
mendukung
mahasiswanya seperti kuliah umum, misa kampus yang diadakan tiap minggu
pertama setiap bulan, retret dan juga rekoleksi dan kegiatan rohani lain yang
mendukung. Dengan kegiatan tersebut diharapkan mahasiswa-mahasiswi PAK
mampu mendalami panggilannya sebagai calon ketekis atau pendidik iman.
Mahasiswa-mahasiswi PAK setelah lulus dituntut mempunyai soft skllis
untuk mendukung pelayanannya sebagai guru agama maupun katekis. Prodi
mempunyai tujuan yaitu menghasilkan lulusan yang berkarakter utuh dan kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dalam 3 C, yaitu competence, conscience, dan compassion. Semua ini bertujuan
untuk membina lulusan yang berbudi luhur, berkarakter, jujur, bertanggungjawab,
dan juga disiplin. Ini juga didasari oleh nilai-nilai Kristiani dan juga visi Ignasian.
Dalam nilai-nilainya, prodi menekankan bahwa lulusannya harus mampu
mempunyai profesionalitas dalam mendidik, mampu mempunyai kreativitas
dalam mendidik, dan juga membangun sikap murah hati.
Ciri khas yang lebih ditekankan lagi di prodi PAK ialah mahasiswamahasiswi mendapatkan pelayanan, baik itu dari para dosen maupun dari pihak
universitas sendiri. Setiap semesternya prodi PAK selalu memberi mata kuliah
Pembinaan Spiritualitas, meskipun kuliah ini tidak memberi bobot SKS tetapi
bagi penulis kuliah Pembinaan Spiritualitas ini sangat penting dan mendukung
perkembangan kepribadian mahasiswa. Yang dapat membawa semangat dan
motivasi mahasiswa untuk terus menggali dan menggali sejauh mana imannya
berkembang dan mendekatkan mahasiswa dengan Yesus Kristus.
5. Pembelajaran dan Suasana Akademis Prodi PAK-USD
Proses pembelajaran di Prodi PAK berlangsung dengan lancar tertib dan
disiplin, karena dukungan sistem informasi akademik yang telah dikembangkan
oleh BAPSI (Biro Adiministrasi Perancanaan dan Sistem Informasi), fasilitas
buku-buku perpustakaan prodi yang memadahi, dedikasi dosen dan yang lebih
utama adalah partisipasi mahasiswa. Pembelajaran dilaksanakan dengan berpusat
pada kebutuhan mahasiswa dengan menekankan peran aktif mereka. Metode
dialog, diskusi kelompok, praktikum, pengamatan, dan presentasi merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
pilihan utama metode para dosen Prodi PAK. Untuk monitoring proses
pembelajaran, Pusat Peningkatan dan Penjaminan Mutu Pembelajaran (P3MP)
Universitas Sanata Dharma setiap tahun mengadakan pelatihan dan memberikan
dana insentif bagi para dosen untuk meningkatkan proses pembelajaran dengan
menggunakan Model Pendagogi Ignatian. Suasana akademik sudah tercipta tetapi
sangat
perlu
untuk
mempertanggungjawabkan
ditingkatkan
secara
terutama
ilmiah
kegiatan
pendekatan
prodi
pembelajaran
untuk
yang
dilaksanakan oleh para dosen.
Sedangkan kompetensi yang mendukung lulusan dari prodi PAK adalah
mahasiswa yang menguasai dasar-dasar ilmu teologi dan mampu menguasai
dasar-dasar ilmu pendidikan. Mata kuliah di Prodi PAK wajib diambil seluruhnya
oleh mahasiswa karena sudah sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain mata kuliah
yang berbobot 2 SKS, ada juga mata kuliah yang nol ( 0 ) SKS. Ini menjadi
kekhasan kokuriluler prodi PAK karena bertujuan agar mahasiswa memiliki bekal
ketrampilan berekspresi, memiliki kerohanian yang kuat, dan juga berkepribadian
yang mantab. Mata kuliah kokurikuler ini juga menjadi prasyarat dalam yudisium.
Praktek lapangan menjadi salah satu hal yang penting bagi prodi PAK,
karena beberapa mata kuliah harus dipraktekkan setelah memahami teori.
Misalnya mata kuliah PPL PAK Dasar dan Menengah dimana mahasiswamahasiswi terjun secara langsung mengajar di sekolah, begitu juga ada KKN
(KBP/Karya Bakti Paroki) yang terjun langsung ke tengah-tengah hidup umat di
paroki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Suasana akademis di prodi PAK selama ini penulis rasakan sangat kental
dengan persaudaraan dan saling membantu satu sama lain. Rasa persaudaraan itu
terbina antar mahasiswa, antar dosen, dan juga karyawan. Pada umunya hubungan
serta partisipasi mahasiswa terhadap segala kegiatan di kampus begitu aktif
terlibat dan sangat mendukung misalnya ketika semester II ada kegiatan Teater
Rakyat yang itu merupakan salah satu dari mata kuliah, semester yang lain pun
ikut mengapresiasi dengan menyaksikan penampilan mereka.
Ada hal lain yang membuat prodi PAK berbeda dari prodi lain yaitu
bagaimana sikap persaudaraan dan kekeluargaan dipupuk di dalam kampus.
Misalnya ketika perkuliahan berlangsung mahasiswa pun dapat berpartisipasi
secara aktif. Keterlibatan mahasiswa ini merupakan dampak dari pembelajaran
yang menyentuh pribadi mereka karena paradigma yang digunakan di prodi
IPPAK didasarkan pada pedagogi reflektif. Maka di setiap kegiatan maupun
pembelajaran selalu dilengkapi dengan refleksi dan evaluasi, hal ini tidak lepas
dari spiritualitas yang dihidupi oleh lembaga yaitu Spiritualitas Ignasian.
Selain itu, dosen termasuk DPA (Dosen Pembimbing Akademis)
melakukan monitoring kepada mahasiswanya misalnya dengan mengadakan
pertemuan rutin atau bertanya hal-hal yang dapat membantu mahasiswa untuk
semakin serius dalam kuliah. Prodi PAK menyediakan segala hal untuk
membantu mahasiswa mengembangkan dirinya dalam berbagai bidang misalnya
dalam berorganisasi maupun hal-hal yang dapat membantu mahasiswa semakin
berkembang dan mengasah soft skill, misalnya dalam acara makrab yang
merancang dan mengurus semua kegiatan dari mahasiswa atau ketika ada kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
seminar dosen mahasiswa diminta membantu serta ikut terlibat dalam seminar
tersebut.
Sikap saling menghormati, menerima dan saling percaya antar
pendamping dan juga mahaiswa merupakan kekhasan prodi PAK. Dosen
mengenakan pendekatan secara personalis supaya tercipta suasana yang nyaman
dalam proses perkuliahan maupun pendampingan. Suasana keterbukaan itu
menyingkirkan rasa tak aman, namun mahasiswa juga mempunyai sikap tenggang
rasa karena saling menghargai perbedaan di antara mereka. Selain itu di dalam
kampus ada suasana kebersamaan dan kerjasama, karena pada dasarnya manusia
adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dalam kebersamaan itu
seseorang dapat tumbuh dan berkembang baik itu dari segi pribadi maupun hidup
sosialnya juga berpengaruh untuk segi spiritualitasnya. Dalam prodi PAK
kegiatan kebersamaan cukup banyak misalnya kuliah umum, Makrab, Rekoleksi
Prodi, dan Misa kampus.
B. Penelitian Tentang Kebiasaan Refleksi Bagi Perkembangan Kepribadian
Mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma
1. Latar Belakang
Penulis ingin melakukan penelitian bagi mahasiswa-mahasiswi PAK
tentang sejauh mana mereka telah terbiasa berrefleksi dan apa dampaknya bagi
perkembangan kepribadian. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendapatkan
gambaran apakah kebiasaan berrefleksi ada dampaknya bagi perkembangan
kepribadian mahasiswa PAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Mahasiswa-mahasiswi perlu memiliki kepribadian yang baik, apalagi
sebagai calon pendidik guru agama Katolik itu sangat penting memiliki
kepribadian yang dapat memperkembangkan diri mereka, karena menjadi seorang
guru itu harus memberi teladan dan tindakan yang baik bukan hanya kepada
siswanya tetapi kepada semua orang. Untuk memiliki kepribadian yang baik itu
bukan hal yang mudah, karena sekarang ini mahasiswa mudah sekali terpengaruh
dan terbawa aruz zaman.
Menurut Given (2008: 302) kemampuan berefleksi yang dikembangkan
secara serius akan membatu mahasiswa mengatasi berbagai masalah, mampu
membuat keputusan, mampu memahami situasi sulit, dan melaksanakan tugas
intelektual lain yang membebani dengan baik. Oleh karena itu kemampuan
reflektif mahasiswa perlu dipupuk karena refleksi membantu mahasiswa
mengenali dirinya sendiri dengan kesadaran yang penuh. Pengenalan akan diri
dengan kesadaran penuh akan membantu dalam memperkembangkan kepribadian
menjadi manusia yang semakin dewasa.
Berdasarkan pengalaman penulis dan melihat mahasiswa angkatan 2012
banyak mahasiswa yang sulit jika diminta untuk berrefleksi. Mereka melakukan
refleksi hanya sebatas tuntutan untuk memenuhi tugas mata kuliah yang
bersangkutan bukan karena keinginan dari diri sendiri, sehingga sangat sulit untuk
menemukan makna atau nilai dari apa yang telah mereka pelajari atau lakukan.
Penulis merasa bahwa menanamkan kebiasaan berrefleksi itu sangat penting bagi
perkembangan hidup mahasiswa, dengan menanamkan kebiasaan berrefleksi
dapat mengantarkan seseorang kedalam kehidupan rohani yang lebih dalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Penulis sudah membuktikan sendiri hidup tanpa berrefleksi dan hidup
menanamkan kebiasaan berrefleksi. Seseorang yang tidak pernah berrefleksi
hidupnya akan dangkal, mereka hanya mencari yang enak-enak saja dan
pandangnya begitu sempit sehingga seseorang yang tidak pernah melakukan
refleksi sulit untuk diajak berproses dan hidupnya tidak akan pernah berkembang.
Sedangkan seseorang yang sudah terbiasa melakukan refleksi maka hidupnya
akan lebih terarah dan dapat berproses dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Kebiasaan berrefleksi dalam proses pembelajaran memang sangat penting,
karena keberhasilan belajar mahasiswa tidak hanya didukung oleh kemampuan
kognitifnya saja, namun lebih ditentukan oleh kemampuan dalam merrefleksikan
proses pembelajaran. Berangkat dari beberapa persoalan yang muncul perlu
kiranya penulis meneliti seberapa jauh mahasiswa PAK melakukan kegiatan
refleksi dan adakah dampaknya bagi perkembangan kepribadiannya.
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendapatkan gambaran sejauh mana mahasiswa memiliki kebiasaan untuk
berrefleksi.
2. Mendapat gambaran apakah kebiasaan berrefleksi membawa dampak bagi
perkembangan kepribadian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Sudjana Nana, 2012: 60).
Penelitian
deskriptif
adalah
suatu
penelitian
yang
ditujukan
untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang ada, baik itu alamiah atau
rekayasa manusia (Sudjana Nana, 2012: 72). Sedangkan metode deskriptif analitis
merupakan metode yang menganalisis suatu data yang ditinjau dari dua hal yakni
kenyataan dan ketentuan yang ada.
Desain
penelitian
ialah
Ex
Post
Facto,
Sugiyono
(2013:
7)
mengungkapkan bahwa penelitian Ex Post Facto adalah suatu penelitian yang
dilakukan untuk meneliti suatu kejadian atau peristiwa yang telah ada dengan
melihat ke belakang faktor-faktor yang relevan, mempengaruhi atau menimbulkan
kejadian atau peristiwa tersebut. Pengertian ini senada dengan pendapat Sugiyono
(1997: 7) yang menyatakan bahwa penelitian Ex Post Facto adalah suatu
penelitian yang dilakukan untuk meneliti suatu kejadian atau peristiwa yang telah
ada dengan melihat kebelakang faktor-faktor yang relevan yang mempengaruhi
atau menimbulkan kejadian atau peristiwa tersebut.
4. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2013: 38) variabel penelitian merupakan suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Kebiasaan berrefleksi
b. Perkembangan kepribadian
5. Definisi Operasional
a. Kebiasaan Berrefleksi
Menurut Subagya (2008: 25) kebiasaan berrefleksi ialah kegiatan yang sudah
menjadi rutinitas dan membentuk pola hidup seseorang untuk membantu
mengingat, menghadirkan kembali dan mengolah pengalaman tersebut
sehingga memberi daya gerak untuk berkembang.
b. Perkembangan kepribadian
Menurut Syamsu Yusuf (2007: 127) berpendapat bahwa perkembangan
kepribadian diartikan sebagai kualitas perilaku individu yang didasari oleh
nilai, sikap dan tindakan seseorang dalam melakukan penyesuaian diri secara
menyeluruh serta mau mendengarkan kerinduan hatinya dan bertindak untuk
melayani.
6. Responden dan Sampel Penelitian
Penelitian ini mengambil populasi mahasiswa-mahasiswi PAK. Penulis
mengambil sampel mempergunakan teknik random sampling yaitu mengambil
sampel secara acak sederhana sesuai dengan responden yang sudah ditentukan.
Sedangkan penulis melakukan penarikan sampel dengan metode accidental
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
sampling yaitu penelitian dilakukan secara kebetulan sesuai dengan unit atau
subjek yang ada.
Penulis mengambil sampel dari tiap semester mulai dari semester I, III, V,
VII, dan IX dan pengambilan dengan sistem acak sehingga penulis mendapatkan
jumlah responden sejumlah 60.
7. Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
penyebaran kuesioner. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat pertanyaan
berkaitan dengan kebiasaan refleksi dan perkembangan kepribadian. Penyebaran
angket ini diberikan kepada mahasiswa-mahasiswi PAK semester I, III, V, VII,
dan IX setelah diisi kuesioner dikembalikan pada peneliti.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Instrumen ini
bersifat checklist atau daftar cek, artinya suatu daftar yang berisi subjek dan
aspek-aspek yang akan diamati. Menurut Sugiyono (2013: 142), kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan instrumen pengumpulan data yang efisien dan
cukup menjawab masalah penelitian yang dicari. Kuesioner dalam penelitian ini
ditujukan untuk para mahasiswa dan menggunakan skala Likert. Menurut
Riduwan (2013: 85) skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial.
Dengan menggunakan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan
atau pernyataan (Sugiyono, 2013: 93). Aspek sangat sering dinilai sangat setuju =
5, setuju = 4 , netral = 3, tidak setuju = 2 dan sangat tidak setuju = 1. Kuesioner
yang disebarkan terdiri dari 2 bagian. Kuesioner I mengenai kebiasaan berrefleksi
dan kuesioner II mengenai dampak dari perkembangan kepribadian.
8. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kampus Prodi PAK Universitas Sanata
Dharma yang beralamat di Jl. Ahmad Jazuli no 2, Kota baru, Yogyakarta.
Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan September 2016.
9. Kisi-kisi
Tabel 1
Kisi-kisi kuesioner
Variabel
Kebiasaan
Berrefleksi
Indikator
a. Mahasiswa selalu berrefleksi setiap
Nomor
Jumlah
1-2
2
3-4
2
5-6
2
7-8
2
peristiwa yang dilaluinya.
b. Mahasiswa memiliki pola hidup
yang lebih terarah dan mendalam.
c. Mahasiswa rutin melakukan
kegiatan berrefleksi setiap hari
d. Mahasiswa selalu berrefleksi setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mengalami kegagalan maupun
keberhasilan dalam belajar
e. Mahasiswa mampu mengolah
9-10
2
11-12
2
13-14
2
15
1
16
1
17-18
2
19-20
2
hidupnya dan terus berkembang.
Dampak dari
a. Mahasiswa mampu megembangkan
Perkembangan
diri dari segi intelektual maupun
Kepribadian
kepribadian
b. Mahasiswa memiliki integritas dan
rasa tanggung jawab.
c. Mahasiswa mampu mendengarkan
suara hati dan peduli terhadap
sesama
d. Mahasiswa dapat bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar.
e. Mahasiswa kritis dan peka terhadap
situasi.
f. Mahasiswa menampilkan diri
sebagai pribadi yang dewasa dan
percaya diri.
Jumlah
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
C. Laporan Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis akan menyampaikan hasil penelitian berdasarkan
penelitian mengenai kebiasaan refleksi dan dampaknya bagi perkembangan
kepribadian mahasiswa semester I, III, V, VII dan IX di prodi Pendidikan Agama
Katolik Universitas Sanata Dharma. Penelitian tersebut dilaksanakan pada tanggal 3
- 4 Oktober 2016 menggunakan penyebaran kuesioner. Penulis mendapatkan
presentase kuesioner dengan cara membagi jumlah mahasiswa yang memilih
alternatif jawaban tertentu dengan jumlah total responden, lalu dikali 100%.
Keterangan :
P = J/T x 100%
P = Presentase
J = Jumlah mahasiswa yang memilih alternatif jawaban tertentu
T = Jumlah total seluruh responden
1. Laporan Hasil Penelitian Melalui Penyebaran Angket
Penulis melakukan penelitian dengan membagikan angket sebanyak 60
responden, dan angket yang sudah penulis bagikan semua kembali dengan jumlah
yang sama karena penulis memberikan angket tersebut perorang dengan sistem
acak. Setiap semester penulis mengambil 12 responden terdiri dari semester I, III,
V, VII dan IX.
Pada bagian ini, peneliti akan menunjukan seberapa sering mahasiswa
berrefleksi dan seberapa besar dampaknya bagi perkembangan kepribadian.
Berdasarkan kuesioner, setiap variabel terdiri dari 10 item pernyataan yang tersedia.
Perhitungan skor sebagai berikut:
Keterangan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
SS = sangat setuju (5)
TS = tidak setuju (2)
S = setuju (4)
STS = sangat tidak setuju (1)
N = netral (3)
Pada tabel di bawah ini, bilangan yang diikuti tanda % menunjukkan
presentase jawaban responden, sedangkan bilangan tanpa tanda % menunjukkan
jumlah jawaban responden pada item pernyataan.
a. Semester I
Tabel 3
Variabel I : Kebiasaan Berrefleksi
N = 12
No
1.
Pernyataan
Sejak masuk kuliah di prodi
PAK mahasiswa terbiasa
SS
S
N
TS
STS
5
4
3
2
1
7
3
2
0
0
58,3%
25%
16,7%
2
3
7
0
0
16,7%
25%
58,7%
5
6
1
0
0
41,6%
50%
8,4%
6
5
1
0
0
50%
41,6%
8,4%
berrefleksi setiap kegiatan
2.
Setiap selesai kegiatan
melakukan refleksi baik dalam
kelompok maupun pribadi
3.
Refleksi membawa mahasiswa
menjadi lebih terarah
4.
refleksi membantu mahasiswa
menangkap makna dari apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
telah dipelajari
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Setiap hari meluangkan waktu
2
3
7
0
0
10-20 menit untuk berrefleksi
16,7%
25%
58,3%
Terbiasa melakukan refleksi
2
5
4
1
0
malam hari atau sebelum tidur
16,7%
41,6%
33,4%
8,3%
Mahasiswa terbiasa berrefleksi
2
7
2
1
ketika berhasil dalam belajar
16,7%
58,3%
16,7%
8,3%
berrefleksi ketika sedang stres
6
4
1
1
50%
33,3%
8,3%
8,3%
8
4
0
0
0
belajar pengalaman masalalu
66,7%
33,3%
Kegiatan berrefleksi membatu
6
6
0
0
0
mahasiswa terus berproses dan
50%
50%
Dengan refleksi mahasiswa bisa
berkembang
Berdasarkan hasil penelitian pada variabel I, hampir 12 mahasiswa
semester 1 menjawab positif terbiasa melakukan kegiatan berrefleksi, bahkan
sebelum masuk kuliah di PAK mereka menyatakan sudah terbiasa berrefleksi.
Mereka juga setuju dengan pernyataan bahwa kebiasaan refleksi membawa hidup
mereka menjadi lebih terarah dan mampu membantu mahasiswa memaknai setiap
perjalanan. Dengan refleksi juga mahasiswa bisa belajar dari pengalaman
masalalu dan membantu mahasiswa terus berkembang.
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel 4
Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian
N = 12
No
11.
Pernyataan
Mahasiswa mampu mengembangkan
diri melalui kegiatan akademik
SS
S
N
TS
STS
5
4
3
2
1
5
6
1
0
0
41,7%
50%
8,3%
5
4
3
0
0
41,7%
33,3%
25%
4
6
2
0
0
33,3%
50%
16,7%
5
7
0
0
0
41,7%
58,3%
4
6
2
0
0
33,3%
50%
16,7%
6
3
4
0
0
50%
25%
33,3%
3
7
2
0
0
25%
58,3%
16,7%
maupun non akademik
12.
Mahasiswa mampu berfikir sebelum
bertindak
13.
Mahasiswa mampu jujur dengan diri
sendiri dan orang lain
14.
Mampu menunjukan sikap tanggung
jawab dari setiap tugas yang diberikan
oleh siapa pun
15.
Mampu mendengarkan hati nurani dan
sikap peduli terhadap penderitaan
sesama
16.
Mampu menjalin hubungan baik
dengan siapa pun
17.
Memikirkan konsekuensinya sebelum
mengambil keputusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
18.
Membantu siapa pun yang sedang
mengalami kesusahan
19.
5
2
41,7%
41,7%
16,6%
4
7
1
33,3%
58,3%
8,3%
6
5
1
50%
41,7%
8,3%
Dapat menjadi pribadi yang dewasa
dan percaya diri
20.
5
Dapat membedakan tindakan yang
baik dan buruk
0
0
0
0
0
0
Dari pernyataan di atas sudah terlihat jelas bahwa refleksi sangat
membawa dampak bagi perkembangan kepribadian mahasiswa. Hampir dari
semua pernyataan mahasiswa menjawab positif. Artinya mahasiswa PAK
semester 1 begitu merasakan dampak dari kebiasaan berrefleksi. Mahasiswa
semester 1 juga menyatakan bahwa dengan refleksi mereka bisa bersikap dewasa,
mampu mendengarkan hati nuraninya, berfikir sebelum bertindak, lebih percaya
diri, menjalin relasi dengan siapa saja dan lebih peka dengan keadaan sekitarnya.
b. Semester III (2015)
Tabel 5
Variabel I: Kebiasaan Berrefleksi
N = 12
No
1.
Pernyataan
Sejak masuk kuliah di prodi PAK
SS
S
N
TS
STS
5
4
3
2
1
3
4
4
1
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
25%
33,3%
33,3%
8,4%
4
7
1
0
0
33,3%
58,3%
8,4%
4
7
1
0
0
33,3%
58,3%
8,4%
3
7
2
0
0
25%
58,3%
16,7%
1
1
5
5
0
8,3%
8,3%
0
3
6
2
1
25%
50%
16,7%
8,3%
1
3
8
0
0
8,3%
25%
66,7%
1
6
4
1
0
8,3%
50%
33,3%
8,3%
4
7
1
0
0
belajar pengalaman masalalu
33,3%
58,3%
8,4%
Kegiatan berrefleksi membatu
3
6
3
0
0
mahasiswa terus berproses dan
25%
50%
25%
mahasiswa terbiasa berrefleksi setiap
kegiatan
2.
Setiap selesai kegiatan melakukan
refleksi baik dalam kelompok maupun
pribadi
3.
Refleksi membawa mahasiswa
menjadi lebih terarah
4.
refleksi membantu mahasiswa
menangkap makna dari apa yang telah
dipelajari
5.
Setiap hari meluangkan waktu 10-20
menit untuk berrefleksi
6.
Terbiasa melakukan refleksi malam
hari atau sebelum tidur
7.
Mahasiswa terbiasa berrefleksi ketika
berhasil dalam belajar
8.
9.
10.
berrefleksi ketika sedang stres
Dengan refleksi mahasiswa bisa
berkembang
41,7% 41,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Dari hasil penelitian yang sudah penulis lakukan kepada beberapa
mahasiswa semester 3 (tiga) sudah jelas bahwa mereka sudah terbiasa melakukan
kebiasaan berrefleksi, sebagian semester 3 menyatakan bahwa mereka sudah
terbiasa berrefleksi sebelum kuliah di PAK namun ada juga yang menyatakan
bahwa mereka belum terbiasa melakukan kebiasaan berrefleksi. Mahasiswa juga
menyatakan tidak setiap hari melakukan berrefleksi namun mereka sudah terbiasa
melakukan kebiasaan refleksi misal ketika mereka mengalami kegagalan atau
stres. Mahasiswa semester 3 juga menyatakan dengan kebiasaan berrefleksi
mereka semakin menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu berproses.
Tabel 6
Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian
N = 12
No
11.
Pernyataan
Mahasiswa mampu mengembangkan
diri melalui kegiatan akademik
SS
S
N
TS
STS
5
4
3
2
1
2
8
2
0
0
16,7%
66,6%
16,7%
4
8
0
0
0
33,3%
66,7%
2
7
3
0
0
16,7%
58,3%
25%
maupun non akademik
12.
Mahasiswa mampu berfikir sebelum
bertindak
13.
Mahasiswa mampu jujur dengan diri
sendiri dan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
14.
Mampu menunjukan sikap tanggung
jawab dari setiap tugas yang diberikan
3
5
4
25%
41,7%
33,3%
3
6
3
25%
50%
25%
1
7
4
8,3%
58,4%
33,3%
2
8
2
16,7%
66,6%
16,7%
3
6
3
25%
50%
25%
2
7
3
16,7%
58,3%
25%
3
7
2
25%
58,3%
16,7%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
oleh siapa pun
15.
Mampu mendengarkan hati nurani dan
sikap peduli terhadap penderitaan
sesama
16.
Mampu menjalin hubungan baik
dengan siapa pun
17.
Memikirkan konsekuensinya sebelum
mengambil keputusan
18.
Membantu siapa pun yang sedang
mengalami kesusahan
19.
Dapat menjadi pribadi yang dewasa
dan percaya diri
20.
Dapat membedakan tindakan yang
baik dan buruk
Dari hasil penelitian variabel ke 2 ini, sudah sangat terlihat jelas bahwa 12
mahasiswa PAK semester 3 sangat setuju dengan semua pernyataan artinya
mereka sangat merasakan dampak dari kebiasaan berrefleksi. Dari kegiatan
berrefleksi mereka menyatakan semakin berkembang baik dari segi akademik
maupun non akademik, mereka menyatakan semakin dapat menjadi pribadi yang
lebih baik dari sebelumnya dan belajar dari pengalaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
c. Semester V (2014)
Tabel 7
Variabel I: Kebiasaan Berrefleksi
N = 12
No
1.
Pernyataan
Sejak masuk kuliah di prodi PAK
mahasiswa terbiasa berrefleksi setiap
SS
S
N
TS
STS
5
4
3
2
1
1
4
6
1
0
8,3%
33,3%
50%
8,3%
1
5
6
0
0
8,3%
41,7%
50%
4
8
0
0
0
33,3%
66,7%
4
7
1
0
0
33,4%
58,3%
8,3%
6
6
0
0
0
50%
50%
6
5
1
0
0
50%
41,7%
8,3%
1
5
5
1
0
kegiatan
2.
Setiap selesai kegiatan melakukan
refleksi baik dalam kelompok maupun
pribadi
3.
Refleksi membawa mahasiswa
menjadi lebih terarah
4.
refleksi membantu mahasiswa
menangkap makna dari apa yang telah
dipelajari
5.
Setiap hari meluangkan waktu 10-20
menit untuk berrefleksi
6.
Terbiasa melakukan refleksi malam
hari atau sebelum tidur
7.
Mahasiswa terbiasa berrefleksi ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
8,3%
41,7%
41,7%
8,3%
9
3
0
0
0
75%
25%
7
5
0
0
0
belajar pengalaman masalalu
58,3%
41,7%
Kegiatan berrefleksi membatu
8
4
0
0
0
mahasiswa terus berproses dan
66,7%
33,3%
berhasil dalam belajar
8.
9.
10.
berrefleksi ketika sedang stres
Dengan refleksi mahasiswa bisa
berkembang
Pada variabel 1 mengenai kebiasaan berrefleksi, mahasiswa semester 5
menyatakan bahwa mereka sudah terbiasa berrefleksi baik sebelum kuliah
maupun sesudah kuliah, bahwa setiap harinya mereka menyempatkan waktu 1020 menit untuk berrefleksi dan mereka menyatakan berrefleksi ketika malam hari
atau sebelum tidur. Dengan berrefleksi mereka bisa belajardari pengalaman
masalalu dan kegiatan berrefleksi menjadikan mahasiswa terus berproses dan
berkembang.
Tabel 8
Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian
N = 12
No
11.
Pernyataan
Mahasiswa mampu mengembangkan
SS
S
N
TS
STS
5
4
3
2
1
5
7
0
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
diri melalui kegiatan akademik
41,7%
58,3%
9
3
75%
25%
10
2
83,3%
16,7%
10
2
83,3%
16,7%
6
6
50%
50%
10
2
83,3%
16,7%
2
maupun non akademik
12.
Mahasiswa mampu berfikir sebelum
bertindak
13.
Mahasiswa mampu jujur dengan diri
sendiri dan orang lain
14.
Mampu menunjukan sikap tanggung
jawab dari setiap tugas yang diberikan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
1
0
0
16,7%
75%
8,3%
6
5
1
0
0
50%
41,7%
8,3%
12
0
0
0
0
0
0
0
0
oleh siapa pun
15.
Mampu mendengarkan hati nurani dan
sikap peduli terhadap penderitaan
sesama
16.
Mampu menjalin hubungan baik
dengan siapa pun
17.
Memikirkan konsekuensinya sebelum
mengambil keputusan
18.
Membantu siapa pun yang sedang
mengalami kesusahan
19.
Dapat menjadi pribadi yang dewasa
dan percaya diri
20.
Dapat membedakan tindakan yang
baik dan buruk
100%
12
100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Dari kebiasaan berrefleksi yang sudah dilakukan oleh semester 5 begitu
membawa damapak positif, hal ini terlihat jelas dengan hasil penelitian bahwa
semua hasilnya positif bahkan hampir 95% mahasiswa semester 5 begitu
mendapatkan hasil yang begitu positif dari kegiatan berrefleksi. Dengan kebiasaan
refleksi mahasiswa semester 5 semakin menjadi pribadi yang lebih baik dan
berkembang.
d. Semester VII (2013)
Tabel 9
Variabel I: Kebiasaan Berrefleksi
N = 12
No
1.
Pernyataan
Sejak masuk kuliah di prodi PAK
mahasiswa terbiasa berrefleksi setiap
SS
S
N
TS
STS
5
4
3
2
1
3
6
2
1
0
25%
50%
16,7%
8,3%
1
6
4
1
8,3%
50%
33,4%
8,3%
6
5
1
0
0
50%
41,7%
8,3%
4
7
1
0
0
33,3%
58,4%
kegiatan
2.
Setiap selesai kegiatan melakukan
refleksi baik dalam kelompok maupun
0
pribadi
3.
Refleksi membawa mahasiswa
menjadi lebih terarah
4.
refleksi membantu mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
menangkap makna dari apa yang telah
8,3%
dipelajari
5.
Setiap hari meluangkan waktu 10-20
0
0
5
1
0
25%
41,7%
8,3%
3
5
4
0
0
25%
41,7%
33,3%
2
4
3
3
0
16,7%
33,3%
25%
25%
6
5
1
0
0
50%
41,7%
8,3%
Kegiatan berrefleksi membantu
6
6
0
0
0
mahasiswa terus berproses dan
50%
50%
menit untuk berrefleksi
6.
Terbiasa melakukan refleksi malam
hari atau sebelum tidur
7.
Mahasiswa terbiasa berrefleksi ketika
berhasil dalam belajar
8.
9.
berrefleksi ketika sedang stres
Dengan refleksi mahasiswa bisa
belajar pengalaman masalalu
10.
3
3
6
25%
25%
50%
3
3
25%
berkembang
Dari hasil penelitian terhadap semester 7 juga 12 mahasiswa menyatakan
sudah terbiasa berrefleksi karena hampir 80% mahasiswa menjawab positif.
Mahasiswa semester 7 sudah melakukan refleksi sebelum kuliah di PAK. Mereka
menyatakan bahwa kegiatan berrefleksi mengajarkan mereka untuk selalu belajar
dari pengalaman masalalunya. Namun juga ada beberapa mahasiswa yang tidak
setuju melakukan kegiatan berrefleksi ketika ia mengalami stres dan hampir 75%
mahasiswa menyatakan setuju berrefleksi ketika mendapatkan kesuksesan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Mahasiswa semester 7 semua setuju bahwa dengan berrefleksi dapat membuat
dirinya semakin berkembang dan mampu berproses.
Tabel 10
Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian
N = 12
No
11.
Pernyataan
Mahasiswa mampu mengembangkan
diri melalui kegiatan akademik
SS
S
N
TS
STS
5
4
3
2
1
2
8
2
0
0
16,7%
66,6%
16,7%
4
4
4
0
0
33,3%
33,3%
33,4%
6
4
2
0
0
50%
33,3%
16,7%
4
7
1
0
0
33,4%
58,3%
8,3%
4
7
1
0
0
33,3%
58,3%
8,4%
maupun non akademik
12.
Mahasiswa mampu berfikir sebelum
bertindak
13.
Mahasiswa mampu jujur dengan diri
sendiri dan orang lain
14.
Mampu menunjukan sikap tanggung
jawab dari setiap tugas yang diberikan
oleh siapa pun
15.
Mampu mendengarkan hati nurani dan
sikap peduli terhadap penderitaan
sesama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
16.
Mampu menjalin hubungan baik
dengan siapa pun
17.
Memikirkan konsekuensinya sebelum
mengambil keputusan
18.
Membantu siapa pun yang sedang
mengalami kesusahan
19.
Dapat menjadi pribadi yang dewasa
dan percaya diri
20.
Dapat membedakan tindakan yang
baik dan buruk
4
7
1
33,3%
58,4%
8,3%
3
5
4
25%
41,7%
33,3%
3
6
3
25%
50%
25%
3
8
1
25%
66,7%
8,3%
7
5
0
58,3%
41,7%
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Dari kebiasaan refleksi yang dilakukan semester 7, ternyata membawa
dampak yang begitu positif bagi perkembangan kepribadian mahasiswa semester
7. Dengan kebiasaan refleksi mereka semakin dapat membedakan mana tindakan
yang baik dan buruk, mereka semakin dapat menjadi mahasiswa yang
bertanggungjawab dalam setiap tugasnya, menjadi pribadi yang percaya diri dan
selalu memikirkan konsekuensinya sebelum bertindak.
e. Semester IX (2012)
Tabel 11
Variabel I: Kebiasaan Berrefleksi
N = 12
No
Pernyataan
SS
S
N
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
1.
Sejak masuk kuliah di prodi PAK
mahasiswa terbiasa berrefleksi setiap
5
4
3
2
1
2
2
5
3
0
16,7%
16,8%
41,7%
25%
0
4
8
0
0
33,3%
66,7%
7
5
0
0
58,3%
41,7%
2
8
2
0
0
16,7%
66,6%
16,7%
0
3
5
4
0
kegiatan
2.
Setiap selesai kegiatan melakukan
refleksi baik dalam kelompok maupun
pribadi
3.
Refleksi membawa mahasiswa
0
menjadi lebih terarah
4.
refleksi membantu mahasiswa
menangkap makna dari apa yang telah
dipelajari
5.
Setiap hari meluangkan waktu 10-20
menit untuk berrefleksi
6.
Terbiasa melakukan refleksi malam
1
7
3
8,3%
8,3%
58,4%
25%
2
2
8
0
0
16,7%
16,7%
66,6%
5
4
3
0
0
41,7%
33,3%
25%
4
7
1
0
0
belajar pengalaman masalalu
33,3%
58,4%
8,3%
Kegiatan berrefleksi membatu
3
8
1
0
0
Mahasiswa terbiasa berrefleksi ketika
berhasil dalam belajar
8.
9.
10.
41,7% 33,3%
1
hari atau sebelum tidur
7.
25%
Berrefleksi ketika sedang stres
Dengan refleksi mahasiswa bisa
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
mahasiswa terus berproses dan
25%
66,7%
8,3%
berkembang
Dari hasil penelitian semester 9 ini, ada mahasiswa yang sudah terbiasa
berrefleksi namun juga ada mahasiswa yang belum terbiasa melakukan kegiatan
refleksi. Banyak mahasiswa semester 9 yang menjawab netral bahkan ada yang tidak
setuju dengan pernyataan mahasiswa meluangkan waktu 10-20 menit dan melakukan
refleksi malam hari atau sebelum tidur. Namun mahasiswa semester 9 banyak yang
menyatakan bahwa kegiatan refleksi membatu mahasiswa terus berproses dan
berkembang.
Tabel 12
Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian
N = 12
No
11.
Pernyataan
Mahasiswa mampu mengembangkan
diri melalui kegiatan akademik
SS
S
N
TS
STS
5
4
3
2
1
1
8
3
0
0
8,3%
66,7%
25%
1
6
5
0
0
8,3%
50%
41,7%
0
7
5
0
0
maupun non akademik
12.
Mahasiswa mampu berfikir sebelum
bertindak
13.
Mahasiswa mampu jujur dengan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
sendiri dan orang lain
14.
Mampu menunjukan sikap tanggung
jawab dari setiap tugas yang diberikan
58,3%
41,7%
2
7
2
1
16,7%
58,3%
16,7%
8,3%
1
6
5
0
0
8,3%
50%
41,7%
2
7
3
0
0
16,7%
58,3%
25%
3
5
3
1
0
25%
41,7%
25%
8,3%
2
7
3
0
0
16,6%
58,3%
25%
1
8
3
0
0
8,3%
66,7%
25%
4
5
3
0
0
33,3%
41,7%
25%
0
oleh siapa pun
15.
Mampu mendengarkan hati nurani dan
sikap peduli terhadap penderitaan
sesama
16.
Mampu menjalin hubungan baik
dengan siapa pun
17.
Memikirkan konsekuensinya sebelum
mengambil keputusan
18.
Membantu siapa pun yang sedang
mengalami kesusahan
19.
Dapat menjadi pribadi yang dewasa
dan percaya diri
20.
Dapat membedakan tindakan yang
baik dan buruk
Dari kebiasaan refleksi mahasiswa semester 9 begitu merasakan
dampaknya. Mereka menyatakan bahwa dengan kegiatan berrefleksi membantu
mereka untuk dapat semakin berkembang, semakin dapat menjadi pribadi yang
lebih baik dan mampu membedakan mana yang harus ia lakukan dan mana yang
tidak dilakukan. Mahasiswa semester 7 menyatakan bahwa dengan kebiasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
refleksi ia menjadi pribadi yang percaya diri dan mampu menjalin hubungan baik
dengan siapa saja.
2. Laporan Hasil Penelitian dengan Wawancara
Dari hasil penelitian yang sudah penulis lakukan dengan menggunakan
angket, penulis mencurigai responden karena hasilnya hampir semua positif
padahal menurut penulis dan berdasarkan pengamatan hasilnya negatif. Dengan
begitu penulis memutuskan untuk melakukan penelitian ulang dengan wawancara
dan penulis ingin melihat kembali apakah hasil angket itu benar-benar kenyatan
dari mahasiswa atau hanya muncul dari pemikiran. Penulis melakukan wawancara
setiap angkatan 2 mahasiswa.
Pada bagian ini juga penulis akan melaporkan hasil penelitian wawancara
yang dilaksanakan pada tanggal 26 mei 2016 bertempat di prodi PAK kampus V
USD. Responden penelitian wawancara ini ialah mahasiswa semester I – IX,
namun dari setiap semester hanya di ambil 2 mahasiswa. Dalam melaporan kasil
wawancara, penulis menggunakan code:
R = Responden
1-10 =
menunjukkan no responden
S = Semester
1-9 = menunjukkan semester
Pertanyaan pertama, mahasiswa benar-benar melakukan refleksi atau
tidak. R8S7 yang didukung R1S1 menjawab tidak pernah melakukan kegiatan
refleksi, ketika disuruh atau saat ada tugas kuliah sekalipun sulit sekali untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
berrefleksi. Kemudian R9S9 didukung oleh R5S5, R6S5, R7S7, R2S1 dan R10S9
tidak selalu berrefleksi namun pernah melakukan refleksi ketika ia sedang
dihadapkan dengan masalah yang ia rasa berat dan membuat hidupnya menjadi
lebih buruk, namun tidak setiap masalah itu direfleksikan karena rasa malas lebih
besar dari kemauan untuk berrefleksi. Selanjutnya R3S3 dipertegas R4S3
mengungkapkan hanya kadang-kadang melakukan refleksi. Ia melakukan ketika
ada pengalaman yang mengena di hati atau yang membuat dirinya bahagia, namun
juga tidak semua yang membuat bahagia direfleksikan karena terkadang
kebahagiaan tersebut berubah menjadi rasa malas.
Pertanyaan kedua, apa yang mahasiswa cari dari refleksi. R8S7 didukung
oleh R2S1, R3S3, R1S1 dan R6S5 bahwa mereka masih bingung apa yang harus
dicari ketika sedang berrefleksi, sekalipun ketika ada tugas ataupun ada masalah
mereka tidak tahu apa yang harus direfleksikan dan juga tidak tahu bagaimana
refleksi sesungguhnya. Kemudian R9S9 didukung oleh R4S3, R5S5, R7S7, dan
R10S9 yang mereka cari dari refleksi ialah kedamaian, ketenangan, kedewasaan,
buah-buah rohani yang mampu membantu untuk menyelesaikan masalah dan
sebuah makna yang mampu menjadikan pembelajaran untuk kedepannya dan
sikap yang lebih baik.
Pertanyaan ketiga, perasaan dan manfaat apa yang dirasakan dari kegiatan
berrefleksi. R9S9 didukung oleh R8S7 dan R1S1 mengungkapkan perasaan yang
dirasakan ialah kebingungan dan rasa tidak tahu karena mereka belum bisa
berrefleksi dengan sungguh-sungguh dan belum bisa menemukan manfaat yang
mampu membuat dirinya berkembang, namun sedikit manfaat yang mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
rasakan ialah mereka bisa belajar dari pengalaman masalalunya. Kemudian R10S7
yang didukung oleh R3S3, R5S5, R7S7 dan R2S1 ketika berrefleksi mereka merasa
lega dan tenang meskipun kegiatan refleksi dilakukan hanya kadang dan itupun
mereka tidak tahu apa yang harus ia refleksikan. Manfaat dari refleksi ialah
mereka dapat menemukan jawaban atas masalah dan persoalan yang dihadapi.
Selanjutnya R4S3 ditegaskan oleh R6S5 perasaan yang dirasakan ialah semakin
diteguhkan melalui kegiatan refleksi meskipun melakukan refleksi tidak setiap
hari dan manfaat yang diperoleh ialah dapat menjadi pribadi yang lebih baik, tegar
dan mampu mengenali diri sendiri.
Pertanyaan keempat, faktor pendukung dan penghambat ketika berrefleksi.
R8S7 didukung R2S2 dan R1S1 faktor pendukung untuk berrefleksi ialah ketika
ada tugas dan faktor penghambatnya ialah rasa malas dan rasa tidak ingin tahu dan
tidak mau belajar bagaimana refleksi sesungguhnya itu. R7S7 didukung R4S3 dan
R3S3 menjawab faktor pendukungnya ialah pengalaman yang mampu menyentuh
hati dan dijadikan bahan untuk berrefleksi dan faktor penghambatnya selain rasa
malas ialah rasa kepuasan dengan apa yang sudah dimiliki dan menganggap diri
sudah paling benar. Kemudian R10S9 kembali ditegaskan oleh R6S5, R9S9 dan
R5S5 mengatakan faktor pendorong untuk melakukan refleksi ialah ingin keluar
dari masalah yang dirasa itu membebani hidupnya dan faktor penghambat adalah
rasa dari dalam diri tidak ada kemauan untuk berubah yang paling mendasar ada
rasa malas, capek dan pada akahirnya memilih untuk tidur.
Pertanyaan kelima, apakah refleksi membawa dampak bagi perkembangan
kepribadian. R4S3 didukung R2S1, R3S3 dan R1S1 mengungkapkan memang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
benar refleksi membawa dampak bagi perkembangan kepribadian namun mereka
belum sepenuhnya merasakan karena mereka menyadari bahwa belum melakukan
refleksi tidak setiap hari. Selanjutnya R8S7 ditegaskan kembali oleh R6S5, R7S7,
R5S5, R9S9 dan R10S9 dengan refleksi mereka semakin dapat berkembang dari
segi kepribadiaannya, meskipun mereka tidak selalu melakukan kegiatan
berrefleksi tetapi mereka merasakan bahwa refleksi itu membawa pengaruh yang
baik bagi perkembangan kepribadian
Pertanyaan keenam, dari refleksi perkembangan kepribadian seperti apa
yang diperoleh. R1S1 mengatakan belum bisa memperoleh apa-apa karena ia
menyadari bahwa ia belum bisa sungguh-sungguh berrefleksi dan belum tahu apa
yang dicari dari refleksi. R4S3 didukung oleh R3S3 dan R2S1 dengan refleksi ia
lebih bisa mengenali diri sendiri, mengontrol emosi, mampu menempatkan diri
dengan baik, menerima kritikan dari orang lain, lebih bisa menghargai orang lain
dan dapat belajar dari kesalahan. Kemudian R5S5 ditegaskan R6S5 bahwa dengan
refleksi menjadi pribadi yang lebih dekat dengan Tuhan dan dapat menjalin
komunikasi serta relasi yang baik dengan Tuhan. R7S7 didukung oleh R8S7
dengan refleksi ia lebih mampu bersyukur dan dapat belajar dari pengalaman.
Selanjutnya R9S9 didukung oleh R10S9 kegiatan refleksi dapat membantu
mengolah diri, tidak mengulang kesalahan yang sama, menjadi pribadi yang
percaya diri, mampu bertanggungjawab dan dapat berproses.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
3. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan data dari laporan hasil
penelitian, kajian teori mengenai kebiasaan berrefleksi dan perkembangan
kepribadian sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Pembahasan dibagi
berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian dalam skripsi ini ialah
memperoleh gambaran sejauh mana mahasiswa PAK memiliki kebiasaan untuk
berrefleksi dan mengetahui apakah kebiasaan berrefleksi membawa dampak bagi
perkembangan kepribadian.
a. Gambaran kebiasaan mahasiswa PAK berrefleksi
Untuk memperoleh gambaran sejauh mana mahasiswa PAK memiliki
kebiasaan berrefleksi peneliti mengadakan penelitian dengan menyebarkan
kuesioner dan wawancara kepada mahasiswa PAK semester I, III, V, VII dan IX.
Melihat hasil penelitian melalui penyebaran angket yang hampir semua
menjawab positif tetapi penulis mencurigai bahwa mahasiswa menjawab angket
tidak sesuai dengan fakta yang ada. Karena itu penulis mengambil keputusan
untuk melakukan wawancara. Dan hasilnya hampir berbanding kebalik, ketika
dalam angket mereka menjawab sering melakukan kegiatan refleksi namun ketika
wawancara kebanyakan dari mereka menjawab bahwa melakukan refleksi ketika
ada tugas dan ketika ada masalah atau ketika disuruh. Hal ini sudah terlihat bahwa
mereka tidak sungguh-sungguh melakukan refleksi.
Namun dari hasil wawancara sebagian mahasiswa menjawab berdasarkan
persepsi atau asumsi belum sampai pada fakta. Mahasiswa menjawab begitu
merasakan dampak dari kegiatan berrefleksi, sedangkan yang terjadi mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
belum terbiasa berrefleksi bahwa mereka masih masih bingung apa yang harus
direfleksikan. Karena untuk memiliki kebiasaan refleksi memang bukan hal yang
mudah, perlu latihan terus menerus sampai mahasiswa menjadi terbiasa dengan
refleksi dan mereka tahu apa yang direfleksikan.
Menurut Julian (2007: 39) kebiasaan merupakan kebutuhan pertama dalam
pembentukan karakter seseorang, dimana kebiasaan itu nantinya akan
mencerminkan kepribadian seseorang. Kebiasaan akan membentuk sifat dasar
seseorang. Kemudian menurut Huijbers (1987: 207) Refleksi bertolak pada
pengalaman dirinya sendiri, dengan melihat kembali masa lalu yang sudah dialami
dan kejadian yang sudah terjadi sebagai bahan untuk direfleksikan. Dari
pengalaman tersebut seseorang dapat mengingat kembali dan berimajinasi tentang
kejadian mana yang dapat direfleksikan agar dapat menemukan nilai yang
membawa seseorang untuk menjadi lebih baik. Bahan utama untuk berrefleksi itu
berasal dari pengalaman pribadi baik itu pengalaman yang menyenangkan
maupun tidak menyenangkan. Dari pengalaman seseorang diharapkan dapat
menemukan makna hidup yang mampu membuat kepribadianya berkembang.
Memiliki kebiasaan berrefleksi memang sangat penting. Dengan berrefleksi
seseorang akan lebih berkembang, memiliki pola hidup yang lebih terarah dan
mampu memaknai pengalaman hidupnya. Dari hasil penyebaran angket hampir
semua mahasiswa menjawab positif namun dari hasil wawancara mahasiswa
menyatakan belum terbiasa berrefleksi bahkan mereka masih bingung apa yang
harus direfleksikan. Berdasarkan pengamatan penulis dan didukung oleh hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
wawancara bahwa mahasiswa PAK belum benar-benar melakukan refleksi atas
kemauan dari diri sendiri.
b. Dampak kebiasaan refleksi terhadap perkembangan kepribadian
Memiliki kepribadian yang baik itu memang bukan hal yang mudah dan
setiap orang pasti memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Untuk memiliki
kepribadian yang baik itu sebenarnya kemauan dari diri sendiri, apakah dirinya itu
mau berkembang atau tidak. Dari penelitian ini juga peneliti ingin memperoleh
apakah kebiasaan refleksi membawa dampak bagi perkembangan kepribadian
mahasiswa PAK.
Menurut hasil penelitian dan wawancara, mahasiswa PAK belum memiliki
kebiasaan berrefleksi bahkan mereka tidak tahu apa yang harus dicari dari
kegiatan refleksi. Ketika penulis melakukan wawancara, hampir semua
mahasiswa menyatakan bahwa refleksi ini begitu berpengaruh bagi perkembangan
kepribadian. Sebagian kecil mahasiswa merasakan dampaknya, yaitu mereka
mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan sebagian mahasiswa mengatakan
mereka belum bisa merasakan dampak dari refleksi karena mereka memang
belum terbiasan berrefleksi. Ini terlihat dari hasil wawancara yang sudah penulis
lakukan.
Paulus Budiharjo (1997: 53-56) berpendapat bahwa perkembangan
kepribadian merupakan suatu dinamika yang terjadi sepanjang hidup Individu
secara kontinyu berkembang dan belajar keterampilan baru serta bergerak menuju
realisasi diri. Perkembangan kepribadian tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan adanya hubungan serta interaksi dengan sesama selain itu kepribadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
dapat terbentuk dari dalam diri. Melalui interaksi individu tumbuh menjadi
pribadi yang utuh dan dewasa, semakin bijaksana dalam melakukan segala
sesuatu, belajar dari pengalaman-pengalamannya untuk menjadi semakin baik
setiap harinya.
4. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan
hasil
dan
pembahasan
penelitian,
penulis
akan
menyampaikan kesimpulan penelitian menjadi 2 bagian guna menanggapi tujuan
penelitian. Mahasiswa PAK sejak awal masuk kuliah sudah banyak dibekali
kemampuan serta pengetahuan untuk berrefleksi dan untuk mengembangkan
iman.
Pertama, menyampaikan gambaran kebiasaan berrefleksi mahasiswa di
Pendidikan Agama Katolik. Melalui penelitian dan wawancara, penulis menjadi
lebih tahu seberapa sering mahasiswa PAK berrefleksi. Berdasarkan penelitian
dengan menggunakan angket semua mahasiswa menjawab positif mereka
menyatakan selalu berrefleksi setiap hari, namun berdasarkan wawancara ternyata
hasilnya negatif, mahasiswa mengatakan belum terbiasa berrefleksi bahkan
mereka masih belum mengetahui apa itu refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dan
wawancara penulis cenderung percaya dengan hasil wawancara bahwa mahasiswa
PAK belum terbiasan berrefleksi. Bahkan dari hasil wawancara mahasiswa
mengatakan mereka masih bingung apa yang harus mereka cari dari refleksi.
Kedua, kebiasaan berrefleksi membawa dampak bagi perkembangan
kepribadian. Mahasiswa PAK menyadari bahwa kebiasaan refleksi membawa
dampak positif bagi perkembangan kepribadian. Namun kepribadian itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
berkembang tidak semata-mata dari kegiatan berrefleksi, kepribadian dapat
berkembang bisa dari dalam diri maupun dari faktor luar yang mendukung
perkembangan itu sendiri. Mereka menyatakan dengan berrefleksi mereka mampu
mendengarkan hati nuraninya, bersikap peduli dengan siapa pun, mampu menjadi
pribadi yang lebih dewasa dan percaya diri. Selain itu mahasiswa lebih dapat
mengenali diri sendiri dan tidak melakukan kesalahan yang sama. Sebagai
mahasiswa PAK atau calon pendidik iman, mereka harus mampu bersikap
dewasa, berrelasi baik dengan siapa pun, dan bertindak lebih baik. Sebagai calon
pendidik tentu harus memiliki kepribadian yang dapat membawa dirinya semakin
berkembang dan mampu terus berproses.
Dari hasil penelitian ini akan ditindak lanjuti di bab IV. Dari hasil
penelitian dan wawancara, mahasiswa PAK belum memiliki kebiasan berrefleksi
bahkan mereka masih belum mengetahui apa itu refleksi. Untuk menciptakan dan
membiasakan mahasiswa PAK dengan kegiatan berrefleksi, penulis mengusulkan
program pelatihan refleksi. Dengan pelatihan refleksi ini diharapkan mahasiswa
mau menciptakan kebiasaan refleksi dalam setiap harinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
UPAYA MENINGKATKAN KEBIASAAN REFLEKSI
DEMI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA PAK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Pada bab sebelumnya penulis telah mengemukakan hasil penelitian melalui
kuesioner dan wawancara kebiasaan refleksi mahasiswa PAK Universitas Sanata
Dharma dan dampaknya bagi perkembangan kepribadian dan membahas hasil
penelitian tersebut. Dari penelitian dapat dilihat bahwa mahasiswa PAK belum
secara mandiri melakukan kegiatan refleksi, sesungguhnya mahasiswa tahu arti
refleksi itu apa. Kebiasaan berrefleksi dipahami sangat berpengaruh baik untuk
perkembangan kepribadian mahasiswa.
Pada bab IV ini penulis memaparkan mengenai upaya yang diharapkan dapat
meningkatkan kebiasaan berrefleksi demi perkembangan kepribadian mahasiswa
berdasarkan kajian pustaka bab II dan hasil penelitian di bab III. Penulis akan
membagi bab IV ini kedalam tiga bagian: pertama, menjelaskan tentang pentingnya
meningkatkan kebiasaan refleksi bagi mahasiswa PAK. Kedua, contoh usulan
kegiatan yang dapat mendukung upaya tersebut. Ketiga, penulis akan menyampaikan
rincian usulan kegiatan.
A. Pentingnya Meningkatkan Kebiasaan Refleksi Mahasiswa PAK
Berdasarkan penelitian dan didukung hasil wawancara penulis mendapatkan
kesimpulan bahwa mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma masih perlu
ditingkatkan kegiatan berrefleksi. Sebenarnya mereka sudah begitu terbiasa dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
kegiatan refleksi, bahkan setiap kegiatan selalu diakhiri dengan refleksi. Namun,
untuk refleksi secara mandiri mereka belum terbiasa. Oleh karena itu perlu usaha
secara khusus untuk meningkatkan kebiasaan berrefleksi, pentingnya meningkatkan
kebiasaan berrefleksi perlu di dasarkan 3 hal: Refleksi perlu menjadi kebiasaan yang
bersifat pribadi bukan hanya formal, Refleksi sebagai bagian esensial dalam
pembentukan kepribadian, dan Refleksi adalah cara untuk mampu membentuk
kepribadian secara personal dan utuh.
1. Refleksi perlu menjadi kebiasaan yang bersifat pribadi bukan hanya formal
Kebiasaan berrefleksi sangat berpengaruh bagi perkembangan kepribadian
mahasiswa. Kebiasaan berrefleksi ini sangat penting untuk perkembangan
kepribadian, karena dengan berrefleksi seseorang selalu belajar dari pengalaman dan
mampu menjadi orang yang lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara, mahasiswa
PAK masih perlu ditingkatkan lagi kebiasaan berrefleksi baik di rumah maupun di
kampus secara pribadi, bukan hanya formal dikampus saja melainkan secara mandiri.
Oleh karena itu mahasiswa perlu didorong untuk membiasakan diri melakukan
kegiatan refleksi supaya mereka juga tahu apa yang harus direfleksikan dan apa yang
sebenarnya dicari dari kegiatan refleksi itu sendiri.
2. Refleksi bagian esensial dalam pembentukan kepribadian sebagai calon katekis
Sebagai calon katekis atau guru agama mendekatkan diri atau memiliki
relasi baik dengan Tuhan itu sangat penting. Karena dengan begitu seseorang mampu
mendengarkan kedalaman hatinya, dan mampu menjadi pribadi yang baik. Hal yang
memprihatinkan mahasiswa Pendidikan Agama Katolik masih bingung apa refleksi
itu sesungguhnya dan apa yang harus ia cari dari kegiatan berrefleksi dalam kaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
dengan panggilannya sebagai calon katekis. Maka penulis mengusulkan kegiatan
pelatihan refleksi untuk meningkatkan kebiasaan berrefleksi mahasiswa PAK
sehingga membawa dampak bagi perkembangan kepribadian sebagai calon katekis.
Kegiatan pelatihan ini mengajak mahasiswa PAK untuk dapat membentuk hati
nurani,
menangkap
nilai
dari
apa
yang
sudah
dipelajari
dan
mampu
mengimplikasikan pengetahuannya. Sebagai para calon pendidik juga penting
menyadari karya Allah dan tanggapan mereka terhadap karya Allah itu, terutama
dalam karya sebagai calon pendidik iman. Melalui kegiatan tersebut, mahasiswa
diharapkan mau membiasakan diri untuk berrefleksi.
3. Refleksi adalah cara untuk mampu membentuk kepribadian secara personal dan utuh
Sehubungan dengan pengertian refleksi, tim Pusat Pengembangan dan
Penjamin Mutu Pembelajaran dan Lembaga Penjamin Mutu (P3MP &LPM)
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam buku Pedoman Model Pembelajaran
Berbasis Pedagogis Ignasian (2012: 18) memaknai refleksi sebagai proses
mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat, pemahaman,
imajinasi, dan perasaan yang menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang
diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai dari apa yang
dipelajari. Berdasarkan pengertian tersebut sudah sangat jelas bahwa kegiatan
refleksi ingin menemukan makna hidup dan menangkap nilai yang sudah dipelajari.
Namun untuk sampai bisa menemukan makna dan nilai tersebut perlu digarisbawahi
bahwa refleksi merupakan kegiatan mengadakan pertimbangan dengan menggunakan
daya ingat, imajinasi dan perasaan. Ketika seseorang mengadakan refleksi perlu
mengingat sesuatu yang sudah terjadi, merenungkan kembali pengalaman dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
berimajinasi dan menggunakan perasaannya diharapkan mampu menemukan nilai
untuk membawa dirinya ke arah yang lebih baik. Refleksi membantu seseorang
untuk mengingat kembali pengalaman dan merecanakan langkah hidup yang lebih
baik untuk selanjutnya serta dengan refleksi mampu membentuk kepribadian yang
utuh.
B. Usulan Pelatihan Refleksi Bagi Para Mahasiswa Pendidikan Agama Katolik
1. Latar belakang
Penulis mengusulkan program pelatihan refleksi, karena mahasiswa perlu
dibimbing kembali dan mendapat pelatihan mengenai refleksi. Dengan begitu
mereka tahu dan paham apa tujuan dari refleksi dan bagaimana cara refleksi
sesungguhnya dilakukan. Dengan kegiatan pelatihan refleksi ini diharapkan
mahasiswa dapat meningkatkan dan membiasakan diri dengan berrefleksi.
Dengan kegiatan refleksi mahasiswa mampu mendengarkan hati nurani,
mengenali dan memahami kerinduan hati serta dapat mewujudkan melalui studi dan
tindakan cinta kasih. Seseorang yang terbiasa berrefleksi tentu hidupnya akan lebih
bermakna dan terarah, karena dengan refleksi ia mampu mendengarkan suara hati,
menjawab kerinduan hatinya dengan penuh tanggungjawab dan bertindak dengan
penuh kasih.
Kepribadian seseorang dapat berkembang memang semata-mata bukan
karena kebiasaan berrefleksi, namun memiliki kebiasaan refleksi menjadi salah satu
kegiatan yang akan mengantar mahasiswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Dengan kebiasaan berrefleksi mahasiswa lebih mampu berproses, tidak akan
mengalami kesalahan yang sama dan akan selalu belajar dari pengalaman.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, peristiwa-peristiwa seringkali berlalu
begitu saja tanpa sempat kita refleksikan sehingga kita tidak mengetahui makna
dibaliknya. Sementara iman kita mengatakan bahwa Tuhan hadir dalam peristiwaperistiwa yang kita alami setiap harinya, sehingga dalam hidup sehari-hari penting
sekali membiasakan diri untuk berrefleksi. Dalam membuat usulan pelatihan refleksi
ini, penulis menyusun langkah-langkah yang perlu dipersiapkan untuk memperlancar
rangkaian kegiatan sehingga tujuan dari kegiatan ini dapat tercapai.
2. Tema dan Tujuan Pelatihan Refleksi
Kegiatan pelatihan refleksi kali ini mengangkat tema “Malas No, Refleksi
Yes”. Tema ini diambil untuk menyadarkan dan membantu para mahasiswa agar
menciptakan kebiasaan berrefleksi dan berani memberantas rasa malas yang ada
dalam dirinya. Memiliki kebiasaan berrefleksi akan membuat mahasiswa mampu
mendengarkan suara hati, menjadi pribadi yang dewasa dan bertindak dengan cinta
kasih, karena dengan kebiasaan berrefleksi tersebut mahasiswa lebih dapat
berkembang, berproses, lebih dekat dengan Tuhan dan mampu mengenali diri sendiri
lebih dalam lagi.
Tujuan:
1. Peserta mampu menangkap arti dari apa yang sudah dipelajari.
2. Peserta mampu menemukan keterkaitan antara pengetahuan dan realita.
3. Peserta mampu mengimplikasikan pengetahuan dan bertanggungjawab.
4. Peserta mampu mendengarkan hati nuraninya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
3. Peserta
Peserta pelatihan refleksi adalah mahasiswa semester 2 Pendidikan Agama
Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Pendamping: Dr. B. Rukiyanto, SJ dan bekerjasama dengan Tim Spiritualitas Prodi.
5. Tempat dan Waktu
Pelatihan ini dilaksanakan hari sabtu dan minggu supaya tidak mengganggu
jadwal kuliah mahasiswa sehingga semua mahasiswa bisa mengikutinya. Tempat
pelaksanaan menyesuiaikan angkatan.
6. Bentuk Pelatihan Refleksi
Pelatihan refleksi dilaksanakan dengan pengolahan pengalaman, sharing
kelompok, sharing pengalaman, penyampaian materi dan latihan refleksi langsung.
Pelatihan ini dilaksanakan dengan santai namun mendalam.
7. Sumber Bahan
Pelatihan ini dirancang dengan menggunakan sumber bahan yang memperkaya
dan menunjang pelatihan refleksi (buku-buku). Sumber bahan tersebut diantaranya
pengalaman baik selama di PAK maupun di luar kampus, latihan rohani dan latihan
refleksi.
8. Metode
Metode yang digunakan dalam pelatihan ini yaitu mengolah pengalaman,
refleksi pribadi, sharing kelompok, ceramah/informasi dan latihan langsung.
9. Sarana
Sarana pendukung kelancaran pelatihan refleksi ini ialah laptop, hand out, LCD,
dan speaker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
10. Susunan Acara
Susunan Kegiatan Pelatihan Refleksi Mahasiswa PAK USD
No
1.
Waktu
15.00
Acara
Petugas
Sampai di lokasi
Petugas
2.
15.00-15.30
Snack
Petugas
3.
15.30-16.30
Mandi
Pribadi
4.
16.30-17.00
Pengantar dan pembuka
Pendamping
5.
17.00-19.00
Sesi
1:
Pengolahan
Pengalaman Pendamping
berrefleksi
6.
19.00-19.30
Makan malam
Petugas
7.
19.30-22.00
Sesi 2: Pengayaan Mengenai Refleksi
Pendamping
8.
22.00-23.00
Refleksi pribadi
Pribadi
9.
23.00
Istirahat
10.
06.30-07.30
Misa Pagi
Petugas
11.
07.30-08.00
Sarapan pagi
Petugas
12.
08.00-10.00
Sesi 3: Latihan Refleksi
Pendamping
13.
10.00-10.30
Snack
Petugas
14.
10.30-11.00
Ice breaking
Petugas
15.
11.00-13.00
Sesi 4: Perencanaan Kedepan
Pendamping
16.
13.00-14.00
Makan siang dan Pulang
Petugas
11. Uraian Kegiatan Dari Setiap Sesi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
a. Salam dan Pengantar
Selamat sore dan selamat datang kepada para mahasiswa selanjutnya
mengucapkan terima kasih atas kesempatan untuk dapat berkumpul bersama
melaksanakan pelatihan refleksi. Kegiatan ini diadakan karena berdasarkan hasil
penelitian sudah jelas bahwa mahasiswa PAK belum begitu paham dengan refleksi.
Pendamping juga menyampaikan tujuan dari kegiatan pelatihan refleksi. Pelatihan
refleksi ini mengajak mahasiswa menyadari bahwa memiliki kebiasaan berrefleksi
ini sangat penting dalam hidup. Orang yang tidak pernah berrefleksi maka hidupnya
akan dangkal dan datar karena ia akan sulit untuk berproses. Orang yang memiliki
kebiasaan berrefleksi maka hidupnya akan lebih terarah karena setiap peristiwa atau
kejadian yang dialaminya selalu dijadikan pelajaran untuk kedepannya sehingga
tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Selain itu orang yang sering berrefleksi
tentunya ia akan memiliki relasi yang baik dengan Tuhan karena ia selalu
menyempatkan waktu untuk merenung bersama Tuhan. Melatih diri untuk
berrefleksi untuk dapat mewujudkan perkembangan kepribadiannya sebagai seorang
mahasiswa.
b. Doa Pembukaan
Pendamping: Marilah kita hening sejenak untuk menyiapkan hati, pikiran dan
tindakan kita sebelum mengikuti kegiatan rekoleksi ini, kemudian memejamkan mata
sambil mendengarkan lagu “Semua baik” lalu berusaha menyadari kasih Allah dan
kehadiran-Nya dalam hidup kita. Disusul doa pembukaan dengan mengucap syukur
atas kesempatan kegiatan pelatihan refleksi dan memohon kasih penyertaan Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
agar kegiatan ini memberi buah-buah positif untuk memperkembangkan kepribadian
dengan belajar meneladani Yesus.
c. Sesi 1 : Pengolahan pengalaman
Tujuan: peserta bersama pendamping diharapkan mampu mengolah pengalamannya
baik itu pengalaman buruk maupun yang mengesankan, karena pengalaman adalah
guru yang ilmu yang paling berharga. Dengan mampu mengolah pengalaman
mahasiwa akan menjadi pribadi yang lebih baik dan akan semakin berkembang.
Peserta diminta membagi diri dalam kelompok, setiap kelompok 5-7 mahasiswa
untuk sharing pengalaman berrefleksi selama ini dalam kelompok dengan panduan
pertanyaan dibawah ini.
Panduan sharing pengalaman:
1. Apa yang kamu refleksikan selama ini?
2. Apa yang kamu cari ketika berrefleksi?
3. Ceritakanlah pengalaman yang mengesankan ketika melakukan refleksi?
4. Selama ini apa yang kamu pahami mengenai refleksi?
5. Hambatan apa yang membuat kamu sulit untuk berrefleksi?
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan mahasiswa mampu mengingat
kembali
dan
mengolah
pengalamannya,
mereka
menyadari
pentingnya
merrefleksikan pengalaman yang terjadi untuk pembelajaran kedepannya dan
menjadi kunci supaya mereka tidak melakukan kesalahan yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Setelah sharing pengalaman dalam kelompok, peserta berkumpul kembali di ruangan
dan pleno hasil sharing pengalamnya. Sesudah pleno pendamping sedikit memberi
penegasan dan menyimpulkan hasil dari sharing pengalaman peserta.
d. Sesi II. Pemahaman Tentang Refleksi (akan dijelaskan dengan Power Point)
1. Pengertian Refleksi
Huijbers (1987: 207) refleksi bertolak pada pengalaman dirinya sendiri, dengan
melihat kembali masalalu yang sudah dialami dan kejadian yang sudah terjadi
sebagai bahan untuk direfleksikan. Dari pengalaman tersebut seseorang dapat
mengingat kembali dan berimajinasi kejadian mana yang dapat direfleksikan agar
dapat menemukan nilai yang membawa seseorang untuk menjadi lebih baik.
Bahan refleksi itu berasal dari pengalaman pribadi baik itu pengalaman yang
menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Berdasar pengalaman yang
seseorang diharapkan dapat menemukan makna hidup yang mampu membuat
kepribadianya berkembang.
Menutut Trianto (2007: 113) refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang
sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui refleksi, orang
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Dari
pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa refleksi merupakan suatu cara untuk
mengkontruksi kembali pengalaman lebih-lebih yang terjadi di masa lalu atau
yang baru saja diterima menjadi suatu bentuk pengetahuan baru yang mampu
memperkaya struktur pengetahuan yang telah dimiliki. Refleksi menjadi suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
kegiatan penting agar seseorang lebih mampu memahami materi pembelajaran
atau proses pembelajaran dengan baik.
Sehubungan dengan pengertian refleksi, tim Pusat Pengembangan dan
Penjamin Mutu Pembelajaran dan Lembaga Penjamin Mutu (P3MP &LPM)
Universitas
Sanata
Dharma
Yogyakarta
dalam
buku Pedoman
Model
Pembelajaran Berbasis Pedagogis Ignasian (2012: 18) memaknai refleksi
sebagai:
•
•
•
•
•
Proses mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat
Pemahaman
Imajinasi
perasaan yang menyangkut bidang ilmu
pengalaman
Berdasarkan pengertian tersebut sudah sangat jelas bahwa kegiatan refleksi
ingin menemukan makna hidup dan menangkap nilai yang sudah dipelajari.
Namun untuk sampai bisa menemukan makna dan nilai tersebut perlu
digarisbawahi bahwa refleksi merupakan kegiatan mengadakan pertimbangan
dengan menggunakan daya ingat, imajinasi dan perasaan. Ketika seseorang
mengadakan refleksi perlu mengingat sesuatu yang sudah terjadi, merenungkan
kembali pengalaman dengan berimajinasi dan menggunakan perasaannya
diharapkan mampu menemukan nilai untuk membawa dirinya ke arah yang lebih
baik. Refleksi membantu seseorang untuk mengingat kembali pengalaman dan
merecanakan langkah hidup yang lebih baik untuk selanjutnya serta dengan
refleksi mampu membentuk kepribadian yang utuh.
2. Tujuan Kegiatan Refleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Tim P3MP & LPM Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam buku
“Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogis Ignasian” (2012: 20)
mengungkapkan tujuan kegiatan refleksi yaitu: menangkap arti atau nilai hakiki,
menemukan keterkaitan antar pengetahuan dengan realitasnya, memahami implikasi
pengetahuan dan seluruh tanggungjawabnya, dan membentuk hati nurani.
1) Menangkap arti atau nilai hakiki dari apa yang sudah dipelajari dan telah didapat
dalam kegiatan sehari-hari. Dengan menangkap arti dan nilai sesuatu apa yang
telah dipelajari seseorang akan mampu membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk, sehingga dapat bertindak dan menerapkan dalam hidup sehari-hari.
2) Menemukan keterkaitan antar pengetahuan dengan realitasnya. Refleksi adalah
kegiatan merenungkan kembali sesuatu yang sudah kita dapat, dengan
merenungkan terkadang seseorang menyadari bahwa pengetahuan yang sudah di
dapat itu ada yang realitas dan ada yang tidak. Melalui refleksi ini seseorang akan
mampu menemukan pengalaman baru dan nilai yang akan membawa seseorang
menjadi lebih baik.
3) Memahami implikasi pengetahuan dan seluruh tanggungjawabnya. Semua
kegiatan sebaiknya di refleksikan dengan merenungkan kembali tugas dan
tanggungjawab tentu untuk kedepannya agar lebih baik lagi. Dengan
merefleksikan pengetahuan apa yang sudah dimiliki oleh seseorang tentu akan
menambah wawasan yang lebih luas lagi dan tentunya pengetahuan yang dimiliki
akan lebih berguna. Seseorang yang dapat merefleksikan kegiatannya sehari-hari
tentu akan lebih baik dan menjadi sosok yang bertanggungjawab, karena tidak
akan mengulangi kesalahan yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
4) Membentuk hati nurani. Dengan menekankan kebiasaan berrefleksi tentu
seseorang akan dapat membentuk hati nuraninya. Mampu membedakan roh baik
dan jahat, mengembangkan kesadaran dalam diri seseorang dan dapat memilih
mana yang terbaik untuk dirinya. Kegiatan refleksi yang dilakukan setiap harinya
mampu membentuk hati nurani. Seseorang yang memiliki hati nurani tentu akan
memiliki kepribadian yang baik karena orang tersebut memilik pedoman hidup
yang akan menuntun ke arah yang lebih baik dan positif dengan kesadaran penuh
dari dari dalam hati. Setiap manusia mempunyai hati nurani yang menuntut
manusia untuk bersikap berdasarkan prinsip-prinsip moral, seperti bertindak baik,
jujur, benar dan adil.
3. Proses Berrefleksi
Dalam Pedagogi Ignasian, paradigma yang baik harus memperhatikan konteks
belajar dalam proses pedagogisnya. Paradigma tersebut juga harus menunjukan caracara yang mendukung keterbukaan pada pertumbuhan secara keseluruhan, seperti
yang ditegaskan oleh Subagya (2008: 41-44). Langkah-langkah paradigma tersebut
yaitu: pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.
a. Pengalaman
Pengalaman yang dimaksud dalam pedagogi ini merupakan setiap kegiatan
yang di dalamnya bercirikan pemahaman kognitif dari bahan yang disimak dan juga
keterlibatan dimensi afektif. Pengalaman bisa dibedakan menjadi dua yaitu
pengalaman langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung di antaranya situasi
pembelajaran, biasanya berupa: diskusi, penelitian, kegiatan lapangan, aksi sosial,
home stay, karya wisata, dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
tidak langsung dalam situasi pembelajaran yaitu upaya memperoleh informasi
mengenai sebuah peristiwa melalui kegiatan membaca, mendengar atau menyimak
gambar.
b. Refleksi
Dalam refleksi, daya ingat, pemahaman, daya khayal, dan perasaan
dipergunakan untuk menangkap arti dan nilai yang sedang dipelajari. Refleksi
merupakan sebuah proses yang membentuk suara hati yang terdiri dari keyakinan,
nilai, sikap, serta seluruh cara bertindak agar seseorang mampu menjadi pribadi yang
lebih baik. Suara hati memungkinkan untuk mengembangkan kesadaran akan benar
dan salah, baik dan jahat, dan dimana posisi seseorang pada keadaan tersebut.
Dengan kata lain refleksi merupakan proses untuk menemukan makna dalam
pengalaman manusiawi, dengan begitu seseorang diharapkan menjadi sosok teladan
yang baik untuk sesama.
c. Aksi
Refleksi dalam Pedagogi Ignasian menjadi mentah jika hanya menghasilkan
pemahaman dan reaksi-reaksi afektif saja. Meskipun tidak dipungkiri bahwa reaksi
afektif juga penting. Reaksi afektif akan mengantar seseorang untuk merasakan dan
mengenyam yang dapat memperdalam pengalaman. Unsur afektif merupakan daya
yang menggerakan pengertian menjadi tekad perbuatan. Istilah aksi di sini merujuk
pada pertumbuhan sikap batin dan tindakan yang ditampilkan berdasarkan
pengalaman yang telah direfleksikan. Pengalaman afektif seseorang sangat penting
untuk membangun aksi, merefleksi pengalaman-pengalaman yang ada dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dorongan
dari
dalam
diri
seseorang
akan
memiliki
aksi
yang
dapat
memperkembangkan dirinya.
d. Evaluasi
Dampak refleksi tidak hanya pada pertumbuhan dan perkembangan akademis,
tetapi juga perkembangan kepribadian dan kepeduliannya kepada sesama. Kebiasaan
refleksi akan dapat membantu seseorang memperkembangkan kepribadiannya,
karena dengan berrefleksi seseorang akan mampu berfikir jernih sebelum bertindak
dan menjadi pribadi yang lebih baik. Evaluasi di sini ialah cara untuk mengetahui
dengan tepat kemampuan dan kondisi tantangan yang harus dihadapi. Sehingga
seseorang perlu mengadakan evaluasi dengan mengukur atau menilai sejauh mana
kegiatan refleksi yang dilakukan berhasil dan membuat seseorang menjadi semakin
berkembang.
Setelah peserta mendengarkan penjelasan dari pendamping, pendamping membuka
sesi tanya jawab kiranya ada peseta yang belum paham mengenai materi yang sudah
di sampaikan.
e. Refleksi Pribadi
Tujuan: setelah belajar mengolah pengalaman dan penjelasan mengenai refleksi.
Mahasiswa diharapkan dapat memahami arti refleksi sesungguhnya dan tahu apa
yang ia cari dari refleksi. Sebelum istirahat mahasiswa diminta untuk berrefleksi.
Dengan panduan pertanyaan:
1. Apa yang kamu dapat sepanjang hari ini?
2. Ceritakalah pengalaman yang tak terlupakan selama ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
3. Bagaimana diri kalian menurut orang lain dan menurut anda sendiri?
4. Simbol apa yang cocok untuk memcerminkan diri anda? (misal lilin, air, api atau
yang lainnya) berikan alasanya!
5. Ceritakan pengalaman suka duka pada semester ini?
Sebelum peserta melakukan refleksi, pendamping menuntup kegiatan pada hari ini
dengan berdoa. Pendamping mengajak peserta untuk hening dan memejamkan mata,
peserta diminta menyadari akan hadirnya Tuhan dalam hatinya dan dilanjutkan doa
penutup dengan mengucap syukur atas hari yang boleh dilalui dan semoga kegiatan
pelatihan refleksi ini mampu menyadarkan mahasiswa pentingnya berrefleksi dalam
hidup. Selanjutnya mohon perlindungan untuk malam ini supaya kasih-Mu selalu
menyertai niat dan usaha peserta.
f. Misa Pagi
Tujuan: semoga peserta lebih mampu bersykur atas hari dan menyadari kasih-Mu
yang sungguh luar biasa.
Misa akan dipimpin oleh Romo Ruki SJ yang sudah diersiapkan oleh pendamping.
g. Sesi 3: Latihan Refleksi
Tujuan: peserta diharapkan bisa melakukan refleksi sungguh-sungguh, tahu apa yang
dicari dari refleksi dan menciptakan kebiasaan refleksi dalam kesehariannya.
Sebelumnya pendamping akan memberi pengarah bagaimana melakukan refleksi.
Untuk melakukan kegiatan refleksi perlu memahami beberapa unsur pokok yang
dapat mengantar mahasiswa benar-benar dapat berrefleksi dengan sungguh dan
peserta tahu arah dari refleksi. Peserta diminta mengingat kembali pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
selama 1 bulan yang sudah dilalui. Pendamping menjelaskan atau mengarahkan
langkah-langkah untuk latihan refleksi:
1. Kesadaran dihadapan Tuhan
Dalam keheningan mahasiswa diminta untuk membuka hatinya dan menyadari akan
kehadiran Tuhan. Mahasiswa harus menyadari bahwa semua pengalaman dan semua
peristiwa yang dilalui itu adalah campur tangan dari Tuhan.
2. Memutar kembali pengalaman
Setelah itu peserta diminta memutar, mengingat dan melihat kembali pengalaman
yang sudah terjadi dan sudah dilalui. Ingat kembali pengalaman tersebut, jadikan
pengalaman itu sebuah pelajaran.
3. Mencari apa yang pantas disyukuri mencari apa yang pantas disesali tindak
lanjut untuk kedepan apa yang ingin ditingkatkan.
•
Mencari apa yang pantas disyukuri
Dari pengalaman 1 bulan, peserta diminta mengingat kembali pengalaman selama ini
yang pantas disyukuri ari sekian banyak pengalaman.
•
Mencari apa yang pantas disesali
Peserta kembali merenungkan pengalamanya selama 1 bulan, mengingat dan melihat
kembali pengalaman apa yang harus peserta sesali dan dijadikan pelajaran untuk
kedepannya.
•
Tindak lanjut untuk kedepan yang ingin ditingkatkan
Dari pengalaman yang sudah disyukuri dan disesali, peserta bisa merenungkan
kembali pengalamannya, kemudian memikirkan tindak lanjut untuk kedepannya baik
pengalaman yang sudah disyukuri maupun pengalaman yang sudah disesali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Sehingga peserta dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dari
sebelumnya.
4. Mohon rahmat dari Tuhan
Setelah menyadari, mensyukuri, menyesali dan menindak lanjuti pengalaman.
Peserta diharapkan mohon rahmat dari Tuhan semoga pengalaman yang ia dapatkan
mampu menjadikan pembelajaran dan semoga aksi yang akan dilakukan mampu
peserta wujudkan.
Setelah memahami dan mengetahui langkah-langkah dari refleksi peserta diberi
waktu untuk latihan berrefleksi secara pribadi. Dengan langkah-langkah yang sudah
dijelaskan oleh pendamping semoga peserta bisa mendengarkan kerinduan hatinya
selama ini dan menindaklanjuti kerindunya tersebut. Adapun petunjuk untuk
berrefleksi:
•
Dari sekian banyak pengalaman yang kamu miliki, pilihlah satu pengalaman saja
yang kamu anggap pengalaman itu sungguh mengispirasi kalian? Mengapa?
•
Bagaimana relasi mu dengan orang-orang sekitar kamu, khususnya di kampus
PAK?
•
Sejauh ini bagaimana relasi mu dengan Tuhan?
•
Kesulitan apa yang kamu temui ketika berrefleksi?
Setelah peserta melakukan refleksi secara pribadi, peserta diminta berkumpul
kembali dan meminta beberapa peserta untuk mensharingkan hasil refleksinya.
Kemudian pendamping memberi waktu peserta apabila ada hal yang ingin
ditanyakan terkait tentang latihan refleksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Kegiatan latihan refleksi ini akan di lanjutkan dengan perkuliah pembinaan
spiritualitas, supaya kegiatan refleksi tidak berhenti disini akan tetapi berlanjut untuk
kedepannya sehingga peserta memiliki kebiasaan untuk berrefleksi baik secara
pribadi dirumah maupun kegiatan dikampus.
h. Ice Breaking
Pendamping dibantu oleh petugas dan mengajak peserta untuk mencairkan suasana
dengan mengikuti gerak lagu Positive Thinking dan game singkat.
i. Sesi 4: perencanaan kedepan
Tujuan: dari kegiatan pelatihan refleksi ini diharapkan mahasiswa memiliki
perencanaan untuk kedepannya seperti apa, sehingga peserta dapat berkembang dan
memiliki arah serta tujuan yang pasti.
Pendamping memberi rangkuman mengenai kegiatan pelatihan refleksi ini,
pendamping berharap melalui pelatihan ini peserta menjadi lebih tahu dan mengerti
apa sesungguhnya refleksi itu, apa yang di cari dan bagaimana cara berrefleksi yang
benar. Melalui kegiatan ini kita kembali disadarkan dan diingatkan akan pengalaman
atau peristiwa yang sudah kita lalui selamai ini kurang lebih 1 bulan ini. Pengalaman
adalah pelajaran yang baik untuk kita, dengan pengalaman kita akan dapat belajar
dari masalalui. Sebagai mahasiswa Pendidikan Agama Katolik atau calon katekis kita
pantas menjalin relasi yang baik dengan Tuhan dan mampu mendengarkan suara
hati.
Dengan kegiatan pelatihan refleksi, sekarang peserta diminta membuat perencanan
dari mulai 1 semester kedepan dan ketika itu sudah terwujud bisa dilakukan lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
untuk kedepan, misal dari yang tidak pernah berdoa memiliki komitmen untuk rajin
berdoa. Bisa juga perencanan yang kalian inginkan selama ini dan boleh lebih dari
satu. Panduan:
•
Perencanan apa yang akan kalian lakukan untuk kedepan? (bisa diawali dengan satu
bulan kedepan terlebih dahulu).
•
Dari perencanan yang kamu buat, apa yang akan kamu lakukan untuk mewujudkan
rencana tersebut?
Dari perencanan tersebut peserta dapat menjadi pribadi yang lebih berkembang,
memiliki komitmen hidup dan memiliki semangat untuk mewujudkannya.
j. Penutup
Dari kegiatan pelatihan ini, mahasiswa diharapkan sadar bahwa memiliki
kebiasaan refleksi itu penting bagi perkembangan kepribadian. Setelah mengikuti
pelatihan ini, mahasiswa diharapkan menanamkan atau menumbuhkan kegiatan
refleksi dalam hidupnya. Dengan berrefleksi mahasiswa mampu mendengarkan suara
hati dan bertindak dengan cinta kasih, selain itu dengan refleksi mahasiswa tidak
akan mengulang kesalahan yang sama dan menjadi mahasiswa yang selalu
berkembang baik dari segi kepribadian maupun segi akademis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan menyajikan kesimpulan berdasarkan rumusan
permasalahan dan tujuan penelitian, dengan didukung dengan hasil penelitian.
Kemudian berikutnya berisi saran untuk beberapa pihak yang berhubungan
dengan penulisan skripsi ini.
A. Kesimpulan
Kebiasaan berrefleksi ialah kegiatan yang sudah menjadi rutinitas dan
membentuk pola hidup seseorang untuk membantu mengingat, menghadirkan
kembali dan mengolah pengalaman tersebut sehingga memberi daya gerak untuk
berkembang.
Menurut
tim
Pusat
Pengembangan
dan
Penjamin
Mutu
Pembelajaran dan Lembaga Penjamin Mutu (P3MP &LPM) Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta dalam buku Pedoman Model Pembelajaran Berbasis
Pedagogis Ignasian (2012: 18) menyatakan refleksi merupakan proses
mengadakan
pertimbangan
seksama
dengan
menggunakan
daya
ingat,
pemahaman, imajinasi, dan perasaan yang menyangkut bidang ilmu, pengalaman,
ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai
dari apa yang dipelajari. Dengan refleksi seseorang dapat menyimak kembali
pengalaman serta memahami lebih dalam, menemukan makna atau hikmanya,
menyadari adanya gerakan-gerakan batin dan dapat memunculkan perubahan
positif dalam dirinya.
Dengan refleksi seseorang dapat mengolah kembali pengalamannya dan
tidak mengulangi kesalahan yang sama, karena dengan refleksi kita dapat melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
kembali pengalaman di masa lalu baik itu pengalaman baik maupun buruk.
Kebiasaan
berrefleksi
akan
membantu
seseorang
dalam
membentuk
perkembangan kepribadian. Ketika seseorang sudah terbiasa berrefleksi maka ia
tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, dengan begitu kepribadian
seseorang
akan
semakin
berkembang.
Seseorang
yang
kepribadiannya
berkembang, ia dapat menjawab kerinduan hatinya dan bertanggungjawab untuk
menjawab kerinduan hatinya.
Berdasarkan penelitian, mahasiswa PAK USD belum memiliki kebiasaan
refleksi. Meskipun setiap kegitan maupun ada acara di kampus mahasiswa PAK
selalu mengakhiri dengan refleksi, namun dari hasil penelitian mereka
mengatakan tidak tahu apa yang harus mereka cari dari refleksi dan apa
sebenarnya itu refleksi. Namun adapun faktor yang menghambat mahasiswa tidak
pernah berrefleksi ialah karena tuntutan tugas yang banyak sehingga menyita
waktu mereka, kesibukan tersebut menjadikan mahasiswa tidak pernah
berrefleksi. Kebiasaan akan membawa dampak bagi perkembangan kepribadian.
Mahasiswa yang mempunyai kebiasaan refleksi tentu ia akan memiliki
kepribadian yang baik, karena dengan refleksi mahasiswa mampu mendengarkan
suara hatinya, menangkap makna atau arti dari setiap pelajaran dan tidak akan
mengulangi kesalahan yang sama.
Menanggapi hal tersebut, penulis mengusulkan kegiatan pelatihan refleksi
sebagai upaya membantu mahasiswa PAK untuk menanamkan kebiasaan refleksi
dalam dirinya. Melalui kegiatan ini, para mahasiswa dapat meluangkan waktu
untuk merenungkan dan melihat kembali pengalaman hidupnya terlebih selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
kuliah di PAK. Para mahasiswa dapat mengolah dirinya melalui berbagai sesi
yang telah disiapkan dengan mengolah pengalaman pribadi dan latihan untuk
berrefleksi. Selain itu, para mahasiswa dapat berbagai pengalaman melalui sharing
dan diskusi agar semakin memahami apa sebenarnya refleksi dan apa yang
seharusnya dicari dari refleksi. Dengan demikian, para mahasiswa dapat
menentukan aksi untuk kedepannya yang hendak dilakukan untuk membiasakan
dan meningkatkan kebiasaan refleksi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyampaikan saran kepada
beberapa pihak sebagai upaya untuk meningkatkan kebiasaan berrefleksi
mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma bagi Perkembangan kepribadian.
1. Bagi Para Mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma
a. Memiliki kemauan untuk mengikuti segala bentuk bimbingan dan
pembinaan yang diselenggarakan oleh pihak kampus dalam kegiatan
berrefleksi yang dapat membantu untuk menumbuhkan sikap reflektif dan
perkembangan kepribadian.
b. Mahasiswa
bersedia
terus-menerus
dengan
kesadaran
diri
untuk
mengembangkan kepribadian agar semakin dapat menjadi pribadi yang
lebih dewasa.
c. Mahasiswa mau menanamkan kebiasaan berrefleksi dalam hidup sehari-hari
guna untuk meningkatkan perkembangan kepribadian.
2. Bagi Kampus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
a. Diperluhkan adanya pembinaan dan bimbingan lebih dalam lagi tentang
pentingnya penguasaan melakukan refleksi bagi para mahasiswa.
b. Perlu memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk mengembangkan
kreativitas dalam hal kegiatan berrefleksi yang mendukung mahasiswa mau
membiasakan diri dengan kegiatan refleksi.
c. Perlu diadakan pelatihan refleksi atau pemahaman mengenai refleksi
sehingga mahasiswa benar-benar memahami arti refleksi.
3. Bagi Dosen
a. Dosen perlu menciptakan kelas sebagai komunitas belajar yang menerapkan
komponen kepribadian dalam proses belajar sehingga dapat membantu
mahasiswa dalam proses pengembangan kepribadiannya.
b. Setiap akhir semester baiknya dosen selalu merrefleksi mata kuliah yang
sudah ditempuh selama satu semester.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daftar Pustaka
Alwison. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: UPT Penerbitan Universitas
Sanata Muhammadiyah.
Arikunto, S dan Jabar. (2004). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Atmadi. (2006). Transformasi
Yogyakarta: Kanisius.
Pendidikan
Memasuki
Milenium
Ketiga.
Cipta Loka Caraka. (2002). Tantangan Membina Kepribadian. Jakarta: Yayasan
Cipta Loka Caraka
Duane Schultz. (1991). Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius
Echols Shadily. (2002) Pengertian Evaluasi. Jakarta: Erlangga.
Elizabeth B. Hurlock (1989). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Given, B. K. (2008). merancang kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan
Otak Emosional, Sosial, Kognitif, Kinestetis dan Reflektif. Jakarta: Kaifa.
Harris, Maria & Gabriel Moran, “Educating Persons” dalam Jack. L. Seymour.
(1997). “Mapping Christian Education: Approach to Congregational
Learning”, Nashville: Abingdon Press.
Huijbers. (1987). Manusia merenungkan dirinya. Yogyakarta: Kanisius.
Julian James. (2007). Belajar Kepribadian. Yogyakarta: Kanisius.
Kartini Kartono. (1984). Psikologi Umum. Jakarta: CV. Rajawali.
Konferensi Wali Gereja Indonesia. (2007). Silabus Pendidikan Agama Katolik.
Yogyakarta: Kanisius.
Muhibbin Syah. (2012). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Paulus Budiraharjo. (1997). Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir. Yogyakarta:
Kanisius.
Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Hasil Belajar
Riduwan. (2013). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Sastrosupono Suprihadi. (1979). Etika dan Kepribadian. Semarang: Satya
Wacana.
Subagya. (2008). Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta: Kanisius.
Sudjana Nana. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Sugiyono. (1997). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
Alfabeta, CV.
Sujanto, Agus. dkk (1980). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Askara Baru.
Tim Penyusun P3MP & LPM Universitas Sanata Dharma (2012). Pedoman
Model Pembelajaran Berbasis Pendagogi Ignasian. Yogyakarta: LPM
USD.
Tarsis Tarmuji. (1998). Pengembangan Diri. Yogyakarta: Liberty.
Trianto. (2007). Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Yusuf Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
Download