PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Ayu Dian Ningrum NIM: 121124049 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: Kedua orang tuaku tercinta (Harsono dan Susilowati) Kakakku (Ely Vandes dan Rita) dan Semua Saudaraku Untuk teman sekaligus pacarku (Benidiktus) Semua teman-teman PAK dan terkhusus angkatan 2012 semua orang yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini. iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapatkan; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan” (Mat 7: 7-8) v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK Skripsi ini berjudul KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN. Penulis memilih judul ini berdasarkan pengalaman dan kesan dari beberapa mahasiswa PAK ketika membicarakan refleksi. Mereka mengatakan masih sangat kurang menekankan hidup berefleksi. Mereka melewatkan hari-hari tanpa belajar sesuatu dari apa yang telah mereka alami, dengar, lihat terhadap kejadian pada hari itu. Sebagai mahasiswa PAK penting menekankan kebiasaan refleksi karena hal ini membawa dampak terhadap perkembangan kepribadian mahasiswa. Persoalan pokok yang dibahas dalam skripsi ini adalah sejauh mana mahasiswa PAK memiliki kebiasaan berrefleksi dan apakah ada dampaknya bagi perkembangan kepribadian. Menanggapi persoalan tersebut penulis menjelaskan pengertian kebiasaan berrefleksi, perkembangan kepribadian dan hubungan antara keduanya melalui kajian pustaka. Kajian pustaka dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber yakni pandangan para ahli. Skripsi ini disusun menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penulis juga mengadakan penelitian dengan menggunakan kuesioner dengan 60 mahasiswa serta wawancara dengan 10 mahasiswa semester I-IX PAK. Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa Pendidikan Agama Katolik belum terbiasa melakukan refleksi setiap harinya. Secara khusus, kebiasaan refleksi membawa dampak bagi perkembangan kepribadian mahasiswa. Selain penulis memberikan sumbangan pemikiran demi meningkatkan kebiasaan berrefleksi dan perkembangan kepribadian mahasiswa PAK. Penulis mengusulkan kegiatan pelatihan refleksi sebagai upaya untuk meningkatkan kebiasaan refleksi dalam rangka meningkatkan perkembangan kepribadian mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa dapat belajar dari pengalaman dan mampu merefleksikan supaya memperkembangkan kepribadian sebagai seorang mahasiswa Pendidikan Agama Katolik. viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT This paper entitled "THE REFLECTION HABIT OF SANATA DHARMA'S CHATOLIC RELIGION EDUCATION'S STUDENT AND THE IMPACT DEVELOPMENT OF PERSONALITY" Writer chose this title based on the experiences and the opinions from some Chatolic Religion Education students whlie talking about reflection. They said that they still haven't do enough reflection on their life. They missed day by day without learn something from what they've experienced, heard, saw toward the event on that day. As a student of Chatolic Religion Education it's important to emphasize reflection habit because this thing affect our student's personality development. The main problem on this paper is how far Chatolic Religion Education has a reflection habit and is there any impact for their personality development. In response to that problem writer explain the meaning of reflection habit, personality development and the relation of both of them by this literature review. Literature review held by studying many sources which is expert's point of views. This paper written using descriptive method with qualitative approach. Writer also held research using questioners with 60 students and interview with 10 students of Chatolic Religion Education from I to IX semester. The results of the research show that Chatolic Religion Education students haven't used to do reflection every day. Especially, reflection habit affect student's personality development. Beside writer donate thought for the sake to remind Chatolic Religion Education student's reflection habit and personality development. And thus, students can learn from experience and able to reflect for develop their personalities as a student of Chatolic Religion Education. ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah membimbing, menerangi dan menguatkan penulis dengan kasih karuniaNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai sumbangan pemikiran dan inspirasi bagi para mahasiswa dalam meningkatkan kebiasaan berrefleksi. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat pendampingan, dukungan, motivasi, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada: 1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M. Ed, selaku dosen utama yang begitu setia mendampingi, menuntun, mengembangkan ide dan memberi semangat dengan penuh kesabaran dari awal hingga akhir. 2. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum, dosen penguji kedua selaku dosen pembimbing akademik yang telah menguji serta memberikan masukan demi penyelesaian skripsi ini. 3. P. Banyu Dewa HS. S.Ag., M.Si. selaku dosen penguji ketiga yang telah menguji serta memberikan masukan demi penyelesaian skripsi ini. x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Segenap Staf Dosen Prodi PAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang mendidik dan mendampingi penulis selama belajar sampai terselesaikannya skripsi ini. 5. Segenap Staf Sekretariat, Perpustakaan Prodi PAK maupun USD Pusat dan seluruh karyawan bagian lain yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 6. Segenap Petugas Perpustakaan Kolose St. Ignatius yang telah mengizinkan penulis untuk menggunakan yang diperlukan selama menyelesaikan skripsi ini. 7. Keluargaku tercinta, Bapak Harsono, Ibu Susilowati, kakakku Ely Vandes dan Rita yang selalu mencintai, memberi motivasi, perhatian dan dukungan dalam segala hal sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini ini. 8. Teman-teman mahasiswa PAK terkhusus teman-teman seperjuangan angkatan 2012 yang selalu memberikan masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Teman-teman yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden peneliatian baik yang pengisian kuesioner maupun yang wawncara, tanpa temanteman skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan, dukungan, doa, perhatian dan kerjasama sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan khususnya para mahasiswa. Penulis. xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................... iv HALAMAN MOTTO............................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.................................................................................................... vii ABSTRAK............................................................................................................... viii ABSTRACT.............................................................................................................. ix KATA PENGANTAR............................................................................................. x DAFTAR ISI............................................................................................................ xiii DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................... xvii PENDAHULUAN.................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................................... 4 C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 5 D. Manfaat Penulisan................................................................................... 5 E. Metode Penulisan.................................................................................... 6 F. Sistematika Penulisan............................................................................. 6 BAB I. BAB II. KEBIASAAN REFLEKSI DAN DAMPAKNYA BAGI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN................................................ 8 A. Kebiasaan Berrefleksi………................................................................. 9 1. Pengertian Kebiasaan....................................................................... 9 2. Pengertian Refleksi.......................................................................... 12 3. Tujuan Kegiatan Refleksi................................................................. 14 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Proses Refleksi................................................................................. 16 a. Pengalaman................................................................................. 16 b. Refleksi....................................................................................... 17 c. Aksi............................................................................................. 17 d. Evaluasi....................................................................................... 18 5. Kebiasaan Berrefleksi...................................................................... 18 6. Perbedaan Refleksi dan Evaluasi..................................................... 19 a. Pengertian Refleksi..................................................................... 19 b. Pengertian Evaluasi..................................................................... 19 B. Perkembangan Kepribadian.................................................................... 21 1. Pengertian Kepribadian.................................................................... 21 2. Pengertian Perkembangan................................................................ 25 3. Aspek-aspek perkembangan kepribadian......................................... 26 a. Usia 0-3 Tahun............................................................................ 27 b. Usia 4-6 Tahun............................................................................ 27 c. Usia Remaja................................................................................ 28 4. 5. 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian...................................................................................... 29 a. Tuhan.......................................................................................... 31 b. Agama......................................................................................... 31 c. Kampus....................................................................................... 32 Proses Perkembangan Kepribadian.................................................. 32 a. Individualisme............................................................................. 32 b. Sosialisasi.................................................................................... 32 c. Integrasi....................................................................................... 33 Ciri-ciri Perkembangan Kepribadian.............................................. 33 a. Perluasan Perasaan Diri............................................................. 34 b. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain........... 34 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. c. Keamanan Emosional................................................................ 35 d. Persepsi Realistis....................................................................... 36 e. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas............................ 36 f. Pemahaman Diri........................................................................ 36 g. Filsafat Hidup yang Mempersatukan........................................ 37 Manfaat Perkembangan Kepribadian............................................... 37 a. Keterbukaan pada pengalaman................................................... 38 b. Keterbukan Eksistensial.............................................................. 38 c. Kepercayaan terhadap Orang Lain.............................................. 39 d. Perasaan Bebas............................................................................ 38 e. Kreativitas................................................................................... 39 C. Dampak Kebiasaan Refleksi Dan Dampaknya Bagi Perkembangan Kepribadian............................................................................................. BAB III. 40 GAMBARAN KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA PAK UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN................................................ A. Gambaran Umum Prodi PAK-USD B. 41 42 1. Sejarah Singkat Prodi PAK-USD................................................... 42 2. Visi dan Misi Prodi PAK-USD.................................................... 44 3. Tujuan Prodi PAK-USD............................................................... 44 4. Gambaran Umum Mahasiswa...................................................... 46 5. Pembelajaran dan Suasana Akademik.......................................... 48 Penelitian Tentang Kebiasaan Refleksi Bagi Perkembangan Kepribadian Mahasiswa PAK-USD.................................................... 51 1. Latar Belakang.............................................................................. 51 2. Tujuan Penelitian.......................................................................... 53 3. Jenis Penelitian............................................................................. 54 4. Variabel Penelitian....................................................................... 54 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI C. 5. Definisi Operasional..................................................................... 55 6. Responden Dan Sampel Penelitian............................................... 55 7. Instrumen Penelitian..................................................................... 56 8. Tempat Dan Waktu Penelitian...................................................... 57 9. Kisi-kisi........................................................................................ 57 Laporan Hasil Penelitian...................................................................... 59 1. Laporan Hasil Penelitian Melalui Penyebaran Kuesioner............ 59 2. Laporan Hasil Penelitian Dengan Wawancara............................. 77 3. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................ 81 a. Gambaran Kebiasaan Mahasiswa PAK Berrefleksi................ 81 b. Dampak Kebiasaan Refleksi Terhadap Perkembangan 4. Kepribadian............................................................................. 83 Kesimpulan Penelitian.................................................................. 86 BAB IV. UPAYA MENINGKATKAN KEBIASAAN REFLEKSI DEMI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA PAK USD............................................................................................ 86 A. Pentingnya Membiasakan Kebiasaan Refleksi Mahasiswa PAK USD Dalam Rangka Meningkatkan Perkembangan Kepribadian....... 86 Usulan Pelatihan Refleksi Bagi Para Mahasiswa PAK....................... 89 KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 106 A. Kesimpulan.......................................................................................... 106 B. Saran.................................................................................................... 108 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 110 LAMPIRAN.......................................................................................................... 112 Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian.................................... (1) Lampiran 2 : Kuesioner.......................................................................... (2) Lampiran 3 : Hasil Penelitian................................................................. (4) Lampiran 4 : Panduan Pertanyaan Wawancara ..................................... (24) B. BAB V. xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 5 : Data Responden................................................................ (25) Lampiran 6 : Transkip Hasil Wawancara.............................................. (27) xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Teks Kitab Suci Mat : Matius C. Singkatan Lain AKKI : Akademik Kateketik BAPSI : Badan Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi Dkk : Dan Kawan-kawan DPA : Dosen Pembimbing Akademik FIPA : Fakultas Ilmu Pendidikan Agama KWI : Konferensi Wali Gereja No : Nomor PAK : Pendidikan Agama Katolik P3MP : Pengembang Penjamin Mutu Pembelajaran PPL : Pengalaman Praktek Lapangan LPM : Lembaga Penjamin Mutu STFK : Sekolah Tinggi Filsafatat Kateketik USD : Universitas Sanata Dharma xviii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Refleksi adalah satu cara pasti untuk dapat belajar dan bertumbuh. Dengan refleksi kita dapat hidup lebih baik lagi dan belajar dari pengalaman yang telah kita lalui. Bagi calon katekis atau pewarta kebiasaan berrefleksi sangat membantu untuk memperkembangan kepribadiannya secara menyeluruh. Kebiasaan berrefleksi perlu ditumbuhkan dan dikembangkan serta diterapkan dalam hidup sebagai pembaharuan diri terus menerus. Refleksi adalah melihat kembali tentang apa yang baru terjadi atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu untuk meningkatkan, memaknai pengalaman dengan sedikit memahami. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang baru diterima. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya (Trianto, 2007: 115). Menurut Atmadi (2006: 17) manusia adalah makhluk yang mampu melakukan self-reflection. Ia mampu keluar dari dirinya dan menengok ke belakang, kemudian mengadakan penelitian dan permenungan. Dengan melakukan self-reflection atau berrefleksi pribadi, mahasiswa akan mampu menemukan kedalaman dari pelajaran yang telah diterima sehingga dapat menyentuh hati dan mendorong mereka untuk melakukan suatu aksi sebagai hasil dari permenungan. Mahasiswa hendaknya menyadari bahwa hasil dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 permenungan tersebut membutuhkan waktu untuk diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Barbara K. Given (2008: 302) kemampuan berrefleksi yang dikembangkan secara serius akan membatu mahasiswa mengatasi berbagai masalah, mampu membuat keputusan, mampu memahami situasi sulit, dan melaksanakan tugas intelektual lain yang membebani dengan baik. Oleh karena itu kemampuan reflektif mahasiswa perlu dipupuk karena refleksi membantu mahasiswa mengenali dirinya sendiri dengan kesadaran yang penuh. Pengenalan akan diri dengan kesadaran penuh akan membantu dalam memperkembangkan kepribadian menjadi manusia yang semakin dewasa. Kebiasaan berefleksi ini diambil dari pedagogi Ignasian yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh St. Ignatius, seorang Jesuit. Pengajaran ini menekankan untuk menyimak kembali pelajaran, pengalaman, ide-ide atau reaksi supaya menangkap maknanya secara lebih mendalam dan konsekuensinya dalam kehidupan sehari-hari sehingga semakin hari mahasiswa semakin mengalami perkembangan. Kepribadian bisa diartikan sebagai identitas seseorang. Bagaimana pun kepribadian menunjuk kepada suatu keadaan tetapi juga karakter jiwa seseorang. Dengan begitu kepribadian menyangkut berbagai masalah watak, sifat, tetapi itu semua tercermin nyata dalam tindakan seseorang (M. Suprihadi Sastrosupono 1979: 6). Harris dan Moran dalam Jack L. Seymour (1997: 61) memahami kepribadian sebagai kemampuan seseorang untuk mendengarkan kedalaman hidup batinnya dan menanggapi dengan tindakan lahiriah yang konkret demi hidup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 sendiri maupun orang lain. Mereka berpendapat kepribadian memiliki dua dimensi yaitu kedalaman hidup (inwardness atau interiority) atau hidup batin seseorang (inner life) dan relasi dirinya dengan Tuhan, sesama dan alam semesta yang terungkap dalam tindakan nyata (outer activity). Setiap orang dipanggil untuk mengembangkan kepribadiannya baik dengan kontemplasi, disiplin spiritual, retret, maupun membaca buku spiritual. Menurut M. Suprihadi Sastrosupono (1979: 39) perkembangan kepribadian atau katakanlah peralihan dan perubahan dalam perkembangan kepribadian, ada banyak orang yang berpendapat bahwa perkembangan itu seperti garis lurus. Ada banyak pula yang menganggap perkembangan kepribadian sebagai suatu proses yang agak rata, yakni suatu perkembangan yang biasa-biasa saja tak terlalu jadi masalah sebab perkembangan itu tidak terasa. Manusia berkembang melalui tahap-tahap tertentu, yang tidak terpisahkan secara mutlak satu dari yang lain. Dengan begitu, perkembangan kepribadian mempunyai tahaptahap yang jelas, meskipun tahap-tahap itu juga tak dapat dipisahkan secara tegas. Prodi PAK adalah salah satu prodi yang ada di Universitas Sanata Dharma. Mahasiswa prodi PAK ini ialah calon-calon guru agama dan calon katekis. Sebagai calon guru agama maupun calon katekis tentu perlu mengembangkan dan menerapkan secara khusus kebiasaan refleksi dalam kehidupan sehari-hari karena dengan refleksi dapat membantu mahasiswa mengetahui dan menyadari segala tindakannya, apakah yang telah dilakukan itu baik atau buruk. Di kampus PAK ini penulis mengamati bahwa mahasiswa PAK kurang menerapkan kebiasaan berefleksi, padahal hal ini sangat penting bagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 perkembangan kepribadian seseorang. Kepribadian yang meliputi jasmani maupun rohani, merupakan usaha seseorang dalam merealisasikan diri sebagai manusia seutuhnya. Penulis mendapat kesan dari beberapa mahasiswa PAK ketika membicarakan refleksi, bahwa mahasiswa mengatakan masih sangat kurang menekankan hidup berefleksi. Mereka melewatkan hari-hari tanpa belajar sesuatu dari apa yang telah mereka alami, dengar, lihat terhadap kejadian pada hari itu. Dari kesan mahasiswa PAK, dapat dinyatakan banyak mahasiswa yang tidak menyediakan waktu untuk berefleksi. Maka disini penulis ingin mengetahui sejauh mana mahasiswa PAK telah berrefleksi dalam kehidupan sehari-hari, dengan itu penulis mengambil judul “KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA PAK UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah ini, penulis merumuskan pertanyaan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan kebiasaan refleksi itu dan dampaknya bagi perkembangan kepribadian? 2. Seberapa jauh mahasiswa PAK USD telah terbiasa berrefleksi dan apa dampaknya bagi perkembangan kepribadian mereka? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 3. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebiasaan refleksi mahasiswa PAK USD sehingga semakin ada dampaknya bagi perkembangan kepribadian? C. Tujuan Penulisan Penulisan skripsi ini bertujuan: 1. Menggambarkan tujuan refleksi dengan perkembangan kepribadian. 2. Mendapatkan gambaran apakah kebiasaan refleksi ada dampaknya bagi perkembangan kepribadian mahasiswa PAK. 3. Menyampaikan usaha konkrit yang dapat dilakukan sebagai sumbangan pemikiran yang tepat untuk meningkatkan kebiasaan refleksi bagi perkembangan kepribadian. D. Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan dari skripsi ini adalah: 1. Skripsi ini dapat dipakai untuk mengetahui sejauh mana kebiasaan refleksi bagi perkembangan kepribadian mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma. 2. Menumbuhkan minat mahasiswa PAK untuk mengembangkan kebiasaan berrefleksi tidak hanya dikampus tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. 3. Melalui skripsi ini, mahasiswa PAK semakin disadarkan untuk meningkatkan kegiatan berefleksi bagi perkembangannya. E. Metode Penulisan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 Dalam skripsi ini menggunakan metode deskripsi analitis, yaitu menerangkan tentang pengertian kebiasaan refleksi dan perkembangan kepribadian. Kemudian guna mengetahui apakah kebiasaan refleksi ada dampaknya dengan perkembangan kepribadian dengan diadakan sebuah penelitian menggunakan penyebaran kuesioner bagi mahasiswa PAK, kemudian hasil penyebaran dianalisis dan dijelaskan. Akhirnya penulis memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang diharapkan berguna bagi mahasiswa PAK. F. Sistematika Penulisan Judul yang dipilih adalah Kebiasaan Refleksi Mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma Dan Dampaknya Bagi Perkembangan Kepribadian. Adapun rincian setiap bab nya sebagai berikut. Bab I berisi pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II memberikan gambaran tentang apa itu refleksi, tujuan kegiatan refleksi, kebiasaan refleksi, dan proses refleksi. Sedangkan bagian perkembangan kepribadian meliputi pengertian kepribadian, pengertian perkembangan kepribadian, aspek-aspek perkembangan kepribadian, proses perkembangan kepribadian, ciri-ciri perkembangan kepribadian dan manfaat kepribadian. Bab ini berisi kajian pustaka mengenai kebiasaan refleksi dan perkembangan kepribadian dari beberapa teori dan pendapat para ahli. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 Bab III memberikan gambaran umum mengenai mahasiswa PAK USD, penelitian mengenai kebiasaan refleksi dan dampaknya bagi perkembangan kepribadian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut terhadap hasil penelitian menurut masing – masing variabel dan kesimpulan hasil penelitian. Sedangkan hasil penelitian meliputi laporan hasil penelitian, pembahasan dan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut terhadap hasil penelitian menurut masing – masing variabel dan kesimpulan hasil penelitian. BAB IV berisikan sumbangan pemikiran sebagai usaha untuk meningkatkan kebiasaan refleksi bagi perkembangan kepribadian mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma. Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama membahas kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan, tujuan penulisan skripsi serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisikan saran yang ditujukan kepada Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II KEBIASAAN REFLEKSI DAN DAMPAKNYA BAGI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN Pada bab sebelumnya, penulis telah menyampaikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan kemudian ditindaklanjuti dengan memberikan gambaran tentang kebiasaan refleksi dan perkembangan kepribadian secara lebih mendalam. Bab ini berisi kajian pustaka mengenai kebiasaan refleksi dan perkembangan kepribadian dari beberapa teori dan pendapat para ahli serta memaparkan dampak kebiasaan berrefleksi bagi perkembangan kepribadian mahasiswa sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini. Bab II ini menjelaskan mengenai kebiasaan berrefleksi yang merupakan upaya sadar dan terencana untuk membantu mahasiswa berkembang menjadi dewasa baik dalam segi intelektual maupun segi pembentukan kepribadian secara utuh. Dalam dunia pendidikan saat ini perlu diadakan usaha untuk mengingatkan kembali tujuan dasar dari pendidikan itu sendiri. Kebiasaan berrefleksi dilakukan sebagai salah satu upaya untuk membantu mahasiswa dalam memperkembangkan dirinya menjadi lebih dewasa dari segi intelektual maupun segi pembentukan kepribadian secara utuh. Kegiatan berrefleksi secara terus menerus mampu membawa dampak baik bagi perkembangan kepribadian mahasiswa, dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 berrefleksi mahasiswa akan dapat bertindak dengan baik dan mampu menemukan makna hidupnya. Pada bagian pertama bab ini penulis akan membahas mengenai kebiasaan berrefleksi yang meliputi pengertian kebiasaan, refleksi, tujuan kegiatan refleksi, proses berrefleksi, kebiasaan berrefleksi dan perbedaan refleksi dengan evaluasi. Bagian II menjelaskan tentang perkembangan kepribadian. Secara rinci bagian ini meliputi pengertian perkembangan, pengertian kepribadian, proses perkembangan kepribadian, ciri-ciri perkembangan kepribadian, dan manfaat dari perkembangan kepribadian. Pada bagian akhir bab ini, penulis akan menjelaskan dampak dari kebiasaan refleksi bagi perkembangan kepribadian. A. Kebiasaan Berefleksi 1. Pengertian Kebiasaan Menurut Kartini Kartono (1984: 128) kebiasaan adalah bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang mengandung unsur afektif perasaan. Suatu kebiasaan ditentukan oleh lingkungan sosial dan kebudayaan yang kemudian dikembangkan oleh manusia. Kebiasaan merupakan tingkah laku yang telah distabilkan, dimana kebutuhan tertentu mendapatkan kepuasaan karena kebutuhanya terpenuhi. Kebiasaan pada dasarnya merupakan sesuatu yang dilakukan dengan cara yang sama dan berulang-ulang dalam periode waktu yang lama sehingga akhirnya orang melakukannya secara otomatis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 Julian James (2007: 40) menegaskan bahkan saat seseorang sebenarnya tidak ingin melakukannya dengan sendirinya ia akan melakukannya karena sudah terbiasa. Melalui kebiasaan inilah akan tercermin bagian terbesar dari kepribadian. Kebiasaan bisa bersifat positif dan bisa bersifat negatif. Kebiasaan yang bersifat positif misalnya bangun pagi, rajin berdoa. Sedangkan kebiasaan yang bersifat negatif misalnya merokok dan malas-malasan. Kartini Kartono (1984: 129) menjelaskan pula bahwa kebiasaan menjadi produk dorongan. Dorongan adalah desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan hidup dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini sudah ada sejak lahir. Dorongan sering tidak disadari dan terlepas dari kontrol manusia. Pendidikan dan kebiasaan yang baik ikut mempengaruhi dorongan tersebut bahkan dapat memperkuatnya. Begitu banyak perbuatan manusia yang berupa kebiasaan. Sebagian besar dari kebiasaan itu hanya setengah disadari, atau bahkan tidak disadari lagi. Pada awal pembentukannya kebiasaan ini masih disadari dan dipertimbangkan oleh akal. Lama-kelamaan kesadaran ini semakin berkurang dan semakin menipis. Lalu kebiasaan menjadi otomatis dan tidak disadari lagi, contohnya saja berjalan, naik sepeda, bernafas dan lainnya. Namun, sewaktu-waktu pertimbangan akal ini dapat ditimbulkan kembali pada mahasiwa, khususnya jika dibutuhkan untuk mengubah kebiasaan yang buruk dengan kebiasaan yang lebih baik. Muhibbin Syah (2012: 128) menjelaskan perubahan kebiasaan tidak dapat dilakukan begitu saja, melainkan membutuhkan kesediaan belajar terus melakukannya dan berproses untuk menjadi sebuah kebiasaan. Belajar yang baik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 kebiasaan adalah proses pembentukan untuk memiliki kepribadian yang lebih baik, misalnya yang malas berdoa menjadi rajin berdoa. Belajar kebiasaan, selain menggunakan kemauan, komitmen juga memerlukan pengalaman khusus. Orang yang ingin melakukan kebiasaan tentunya belajar dari pengalaman serta berkomitmen untuk melakukan kebiasaan yang mampu mengembangkan kepribadian menjadi lebih baik. Julian (2007: 39) menegaskan kembali kebiasaan merupakan kebutuhan pertama dalam pembentukan karakter mahasiswa, dimana kebiasaan itu nantinya akan mencerminkan kepribadian mahasiswa. Kebiasaan akan membentuk sifat dasar mahasiswa. Jika seseorang mempunyai temperamen kalem dan tidak suka menggunakan kata-kata kasar, itu berarti ia sudah terlatih dalam cara hidup yang tenang dan ia memiliki latar belakang yang baik sehingga kebiasaan tersebut membawa dampak yang baik dalam hidup mahasiswa dan menjadikan kepribadiannya lebih baik. Sebaliknya jika mahasiswa terbiasa melakukan kebiasaan buruk, maka akan sulit untuk mengubah cara hidupnya meski tidak menutup kemungkinan untuk dapat berubah menjadi baik tentu membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama, karena untuk mengubah kebiasaan atau cara hidup seseorang itu bukan hal yang mudah. Kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus menerus atau mengulangi sesuatu yang sama berkali-kali dalam rentang waktu yang lama dalam waktu berdekatan, kebiasaan juga keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa berfikir ulang. Kebiasaan sudah menjadi sebuah rutinitas sehingga tanpa harus disuruh ia akan melakukan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 sendirinya dan kebiasaan akan mampu menggambarkan kepribadian mahasiswa atau karakter yang ada dalam dirinya. 2. Pengertian Refleksi Huijbers (1987: 207) menerangkan kata refleksi berasal (dari bahasa Latin reflectere) berarti “membungkuk atas”. Dengan melayangkan perhatiannya kepada dirinya sendiri, mahasiswa membungkuk atas dirinya sendiri. Jadi refleksi menyangkut tindakan manusia sebagai subjek pengalaman, dimana pengalamannya sendiri yang menjadi bahan mahasiswa untuk dapat berrefleksi. Refleksi bertolak pada pengalaman dirinya sendiri, dengan melihat kembali masalalu yang sudah dialami dan kejadian yang sudah terjadi sebagai bahan untuk direfleksikan. Dari pengalaman tersebut mahasiswa dapat mengingat kembali dan berimajinasi kejadian mana yang dapat direfleksikan agar dapat menemukan nilai yang membawa mahasiswa untuk menjadi lebih baik. Bahan refleksi itu berasal dari pengalaman pribadi baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Berdasar pengalaman refleksi mahasiswa diharapkan dapat menemukan makna hidup yang mampu membuat kepribadianya berkembang. Menutut Trianto (2007: 113) refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui refleksi, orang mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa refleksi merupakan suatu cara untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 mengkontruksi kembali pengalaman lebih-lebih yang terjadi di masa lalu atau yang baru saja diterima menjadi suatu bentuk pengetahuan baru yang mampu memperkaya struktur pengetahuan yang telah dimiliki. Refleksi menjadi suatu kegiatan penting agar mahasiswa lebih mampu memahami materi pembelajaran atau proses pembelajaran dengan baik. Menurut Subagya (2008: 22-55) istilah refleksi dipakai juga dalam artian: menyimak kembali penuh perhatian bahan studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi spontan supaya dapat menangkap maknanya secara lebih mendalam. Jadi refleksi adalah suatu proses yang memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi. Refleksi adalah menyimak kembali pengalaman untuk memahami lebih mendalam, seperti menemukan makna, menyadari adanya gerakan-gerakan batin, motivasi keinginan, dan dapat memunculkan perubahan dalam diri mahasiswa. Sehubungan dengan pengertian refleksi, tim Pusat Pengembangan dan Penjamin Mutu Pembelajaran dan Lembaga Penjamin Mutu (P3MP &LPM) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam buku Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogis Ignasian (2012: 18) memaknai refleksi sebagai proses mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan yang menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai dari apa yang dipelajari. Berdasarkan pengertian tersebut sudah sangat jelas bahwa kegiatan refleksi ingin menemukan makna hidup dan menangkap nilai yang sudah dipelajari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 Namun untuk sampai bisa menemukan makna dan nilai tersebut perlu digarisbawahi bahwa refleksi merupakan kegiatan mengadakan pertimbangan dengan menggunakan daya ingat, imajinasi dan perasaan. Ketika mahasiswa mengadakan refleksi perlu mengingat sesuatu yang sudah terjadi, merenungkan kembali pengalaman dengan berimajinasi dan menggunakan perasaannya sehingga diharapkan mampu menemukan nilai untuk membawa dirinya ke arah yang lebih baik. Refleksi membantu mahasiswa untuk mengingat kembali pengalaman dan merencanakan langkah hidup yang lebih baik untuk selanjutnya serta dengan refleksi mampu membentuk kepribadian yang utuh. Dari pendapat ahli-ahli di atas dapat dipahami bahwa refleksi merupakan upaya mengambil jarak sejenak dari aktivitas tertentu untuk mengingat kembali pengalaman dalam keheningan untuk memaknai setiap peristiwa yang dialami. Refleksi yaitu melihat diri sendiri seperti di depan cermin, memandang diri dalam suasana batin yang hening, tenang, damai, dan terbuka agar lebih mengenal diri serta mampu menentukan langkah-langkah yang hendak ditempuh selanjutnya dalam rangka meningkatkan atau menyempurnakan diri. Refleksi merupakan suatu proses menuju perubahan pribadi yang dapat mempengaruhi perubahan lingkup sekitar. 3. Tujuan Kegiatan Refleksi Tim P3MP & LPM Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam buku “Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogis Ignasian” (2012: 20) mengungkapkan tujuan kegiatan refleksi yaitu: Menangkap arti atau nilai hakiki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 dari apa yang sudah dipelajari, Menemukan keterkaitan antar pengetahuan dengan realitasnya, Memahami implikasi pengetahuan dan seluruh tanggungjawabnya dan membentuk hati nurani. 1) Menangkap arti atau nilai hakiki dari apa yang sudah dipelajari dan telah didapat dalam kegiatan sehari-hari. Dengan menangkap arti dan nilai sesuatu apa yang telah dipelajari seseorang akan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga dapat bertindak dan menerapkan dalam hidup sehari-hari. 2) Menemukan keterkaitan antar pengetahuan dengan realitasnya. Refleksi adalah kegiatan merenungkan kembali sesuatu yang sudah kita dapat, dengan merenungkan terkadang mahasiswa menyadari bahwa pengetahuan yang sudah didapat itu ada yang realitas dan ada yang tidak. Melalui refleksi ini seseorang akan mampu menemukan pengalaman baru dan nilai yang akan membawa mahasiswa menjadi lebih baik. 3) Memahami implikasi pengetahuan dan seluruh tanggungjawabnya. Semua kegiatan sebaiknya direfleksikan dengan merenungkan kembali tugas dan tanggungjawab tentu untuk kedepannya agar lebih baik lagi. Dengan merefleksikan pengetahuan apa yang sudah dimiliki oleh mahasiswa tentu akan menambah wawasan yang lebih luas lagi dan tentunya pengetahuan yang dimiliki akan lebih berguna. Mahasiswa yang dapat merefleksikan kegiatannya sehari-hari tentu akan lebih baik dan menjadi sosok yang bertanggungjawab, karena tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 4) Membentuk hati nurani. Dengan menekankan kebiasaan berrefleksi tentu seseorang akan dapat membentuk hati nuraninya. Mampu membedakan roh baik dan jahat, mengembangkan kesadaran dalam diri mahasiswa dan dapat memilih mana yang terbaik untuk dirinya. Kegiatan refleksi yang dilakukan setiap harinya mampu membentuk hati nurani. Mahasiswa yang memiliki hati nurani tentu akan memiliki kepribadian yang baik karena orang tersebut memilik pedoman hidup yang akan menuntun ke arah yang lebih baik dan positif dengan kesadaran penuh dari dari dalam hati. Setiap manusia mempunyai hati nurani yang menuntut manusia untuk bersikap berdasarkan prinsip-prinsip moral, seperti bertindak baik, jujur, benar dan adil. 4. Proses Berrefleksi Dalam Pedagogi Ignasian, paradigma yang baik harus memperhatikan konteks belajar dalam proses pedagogisnya. Paradigma tersebut juga harus menunjukkan cara-cara yang mendukung keterbukaan pada pertumbuhan secara keseluruhan, seperti yang ditegaskan oleh Subagya (2008: 41-44). Langkah-langkah paradigma tersebut yaitu: pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. a. Pengalaman Pengalaman yang dimaksud dalam pedagogi ini merupakan setiap kegiatan yang di dalamnya bercirikan pemahaman kognitif dari bahan yang disimak dan juga keterlibatan dimensi afektif. Pengalaman bisa dibedakan menjadi dua yaitu pengalaman langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung di antaranya situasi pembelajaran, biasanya berupa: diskusi, penelitian, kegiatan lapangan, aksi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 sosial, home stay, karya wisata, dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk pengalaman tidak langsung dalam situasi pembelajaran yaitu upaya memperoleh informasi mengenai sebuah peristiwa melalui kegiatan membaca, mendengar atau menyimak gambar. Hal ini dapat dilakukan melalui proses perangsangan indera dan daya imajinasi melalui simulasi, permainan atau tayangan video-visual. b. Refleksi Dalam refleksi, daya ingat, pemahaman, daya khayal, dan perasaan dipergunakan untuk menangkap arti dan nilai yang sedang dipelajari. Refleksi merupakan sebuah proses yang membentuk suara hati yang terdiri dari keyakinan, nilai, sikap, serta seluruh cara bertindak agar mahasiswa mampu menjadi pribadi yang lebih baik. Suara hati memungkinkan untuk mengembangkan kesadaran akan benar dan salah, baik dan jahat, dan dimana posisi seseorang pada keadaan tersebut. Dengan kata lain refleksi merupakan proses untuk menemukan makna dalam pengalaman manusiawi, dengan begitu seseorang diharapkan menjadi sosok teladan yang baik untuk sesama. c. Aksi Refleksi dalam Pedagogi Ignasian menjadi mentah jika hanya menghasilkan pemahaman dan reaksi-reaksi afektif saja. Meskipun tidak dipungkiri bahwa reaksi afektif juga penting. Reaksi afektif akan mengantar mahasiswa untuk merasakan dan mengenyam yang dapat memperdalam pengalaman. Unsur afektif merupakan daya yang menggerakkan pengertian menjadi tekad perbuatan. Istilah aksi di sini merujuk pada pertumbuhan sikap batin dan tindakan yang ditampilkan berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan. Pengalaman afektif mahasiswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 sangat penting untuk membangun aksi, merefleksi pengalaman-pengalaman yang ada dengan dorongan dari dalam diri mahasiswa akan memiliki aksi yang dapat memperkembangkan dirinya. d. Evaluasi Dampak refleksi tidak hanya pada pertumbuhan dan perkembangan akademis, tetapi juga perkembangan kepribadian dan kepeduliannya kepada sesama. Kebiasaan refleksi akan dapat membantu mahasiswa memperkembangkan kepribadiannya, karena dengan berrefleksi mahasiswa akan mampu berfikir jernih sebelum bertindak dan menjadi pribadi yang lebih baik. Evaluasi di sini ialah cara untuk mengetahui dengan tepat kemampuan dan kondisi tantangan yang harus dihadapi. Sehingga seseorang perlu mengadakan evaluasi dengan mengukur atau menilai sejauhmana kegiatan refleksi yang dilakukan berhasil dan membuat mahasiswa menjadi semakin berkembang. 5. Kebiasaan Berrefleksi Menurut penelitian Huijbers (1987: 218) kebiasaan berrefleksi dalam proses pendidikan memang sangat penting. Apalagi kebiasaan berrefleksi ini tidak terbentuk begitu saja melainkan membutuhkan upaya untuk menciptakan suatu kebiasaan berrefleksi. Keberhasilan mahasiswa tidak hanya didukung oleh kemampuan kognitifnya saja, namun lebih ditentukan oleh kemampuan dalam merefleksikan proses pembelajaran. Melalui kegiatan refleksi, mahasiswa mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri atas materi pembelajaran berdasarkan pengalaman belajar yang ia peroleh sehingga mereka akan memiliki pemahaman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 dalam dirinya sendiri mengenai materi pembelajaran. Refleksi ialah proses pembelajaran yang berdampak sangat positif bagi mahasiswa karena akan mengembangkan dan meningkatkan kepribadian mahasiswa. Karena itu, kebiasaan berefleksi dalam proses perkuliahan perlu ditingkatkan. 6. Perbedaan Refleksi dengan Evaluasi a. Pengertian refleksi Menurut Trianto (2007: 113) refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui refleksi, mahasiswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa refleksi merupakan suatu cara untuk mengkontruksi kembali pengalaman dan pengetahuan yang terjadi di masa lalu atau yang baru saja diterima menjadi suatu bentuk pengetahuan baru yang mampu memperkaya struktur pengetahuan yang telah dimiliki. Refleksi menjadi suatu kegiatan penting bagi mahasiswa agar mereka lebih mampu memahami materi pembelajaran atau proses pembelajaran dengan baik. b. Pengertian Evaluasi Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 Indonesia akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols, 2002: 220). Sedangkan menurut Purwanto (2009: 54) istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Untuk memastikan bahwa suatu kegiatan program atau proyek mencapai sasaran dan tujuan yang direncanakan, maka perlu diadakan evaluasi dengan melihat sejauh mana kegiatan tersebut berhasil dan peningkatan kinerja program. Seperti yang diungkapkan oleh Purwanto (2009: 78) bahwa evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan melihat sejauh mana keberhasilan program yang dilaksanakan. Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi oleh Arikunto dan Jabar (2004: 99) yang menyatakan pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria. Penilaian (assessment) merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria namun dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan kriteria. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 Dari kedua uraian di atas yang menjadi dasar perbedaan antara refleksi dan evaluasi ialah jika refleksi berpusat pada subjek atau diri sendiri, melihat sejauh mana diri seseorang berkembang. Sedangkan evaluasi ialah objek atau kegiatan yang sedang dilakukan, sehingga evaluasi bisa diartikan untuk mengukur sejauh mana kegiatan yang dilakukan berhasil. B. Perkembangan Kepribadian 1. Pengertian Kepribadian Menurut Agus Sujanto dkk (1980: 18) kepribadian dietimologikan dalam bahasa Inggris disebut personality merupakan kata yang berasal dari bahasa latin kuno prosopon atau persona yang berarti “kedok” atau “topeng”. Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Allport dalam Paulus Budiraharjo (1997: 86-90) mengatakan kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap karakteristik perilaku dan pemikirannya. Kata dinamis menunjukkan bahwa kepribadian secara konstan dapat berkembang dan berubah. Organisasi menunjukkan bahwa dalam diri individu ada semacam pusat pengaturan yang menghubungkan menyatukan berbagai komponen-komponen komponen tersebut secara kepribadian erat. dan Kepribadian merupakan suatu bagian fungsional individu yang memainkan peran aktif dalam perilaku individu. Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam fungsi- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 fungsi. Memahami kepribadian berarti memahami diri atau memahami manusia seutuhnya (Alwison, 2004: 2). Yayasan Cipta Loka Caraka (2002: 15) mengatakan kepribadian adalah pola menyeluruh dari semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang baik jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial, mempunyai arti bahwa kepribadian bukan hanya tumpukan sifat-sifat yang terpisah-pisah. Kepribadian seharusnya merupakan suatu kesatuan yang harmonis. Kesatuan atau pola inilah yang membedakan orang yang satu dengan orang yang lainnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa kepribadian bukan hanya kecerdasan, perasaan yang dewasa, atau cita-cita yang luhur semata. Kepribadian merupakan gabungan organis yang harmonis dari sifat-sifat yang dimiliki seseorang. Menurut Elizabet B. Hurlock (1989: 236-239) ada lima persamaan yang menjadi ciri bahwa definisi-definisi tersebut adalah definisi kepribadian. a. Kepribadian bersifat umum: kepribadian menunjuk kepada sifat umum seseorang, pikiran, kegiatan, dan perasan yang berpengaruh secara sistematik berpengaruh terhadap seluruh tingkah lakunya. b. Kepribadian bersifat khas: kepribadian dipakai untuk menjelaskan sifat individu yang membedakan orang satu dengan yang lain. c. Kepribadian berjangka lama: kepribadian dipakai untuk menggambarkan sifat individu yang awet, tidak mudah berubah sepanjang hayat. d. Kepribadian bersifat kesatuan: kepribadian dipakai untuk memandang diri sebagai unit tungal, terstruktur yang membentuk kesatuan dan konsisten. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 e. Kepribadian bisa berfungsi baik atau bersifat buruk: kepribadian adalah cara bagaimana orang berada di dunia. Apakah ia tampil dalam tampilan yang baik, kepribadiannya sehat dan kuat. Atau sebaliknya, kepribadiaanya menyimpang dan lemah. Menurut Tarsis Tarmudji (1998: 11) kepribadian yang sehat merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentukan hidup manusia. Dewasa ini semakin banyak orang yang merasakan pentingnya mengembangkan kepribadian. Paulus Budiharjo (1997: 66-69) menjelaskan kepribadian merupakan suatu pola menyeluruh pada semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang baik yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial. Kepribadian merupakan satu-kesatuan yang harmonis. Kepribadian seharusnya merupakan sesuatu yang ditentukan oleh kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa kanakkanaknya, dan merupakan kekuatan historis yang mempengaruhi perkembangan manusia. Kepribadian meliputi banyak unsur jasmani dan rohani. Kepribadian juga merupakan sesuatu yang ditata, diatur dan diusahakan oleh setiap orang secara khas atas beberapa pengaruh yang ada. Kepribadian tersebut pada akhirnya akan tampak dan terwujud dalam tindakan seseorang. Abin Syamsudin dalam Syamsu Yusuf (2007: 127) menjelaskan bahwa kepribadian dapat diartikan sebagai kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Keunikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut: a. Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku konsekuen atau tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat. b. Temperamen, yaitu cepat/lambatnya reaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan. c. Stabilitas emosi, merupakan kadar kestabilan reaksi emosi terhadap rangsangan dari lingkungan, misalnya mudah tidaknya tersinggung, marah, putus asa, dan lain sebagainya. d. Responsibilitas (tanggung jawab), yaitu kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Misalnya mau menerima resiko secara wajar, atau malah melarikan diri dari resiko. e. Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi berkaitan dengan hubungan interpersonal yang tampak dalam pribadi yang terbuka atau tertutup; kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Suprihadi Sastrosupono (1979: 6-9) mengatakan bahwa kata kepribadian sering kita dengar berhubugan dengan keadaan seseorang. Kepribadian bisa diartikan sebagai identitas seseorang. Bagaimanapun kepribadian menunjuk kepada suatu keadaan tetapi juga karakter jiwani seseorang. Kepribadian menyangkut watak, sifat, tetapi itu semua tercermin nyata dalam perbuatan atau nampak dalam tindakan seseorang. Dengan kata lain, seseorang yang dapat mengatakan siapakah dirinya itu berarti bahwa orang memiliki kepribadian. Orang sadar akan dirinya dan dapat mengerti secara tepat tentang pribadinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 Bandingkan dengan seorang anak kecil umumnya belum dapat mengatakan dengan sadar siapa dirinya, dan belum dapat mengatakan “aku”, anak-anak cenderung mengatakan namanya sendiri. Max Scheler dalam Suprihadi Sastrosupono (1979: 67) menyebutkan bahwa persona adalah subyek bukan obyek. Itu berarti bahwa seseorang yang berkepribadian kuat adalah yang dapat menentukan dirinya sendiri berbuat apa sebagai apa, mau apa dan lain-lain. Pribadi yang kuat adalah pribadi yang tidak ditentukan oleh orang lain semata-mata dan bahwa persona itu justru merupakan hal yang paling esensial dalam pribadi seseorang. 2. Pengertian Perkembangan Paulus Budiharjo (1997: 53-56) berpendapat bahwa perkembangan kepribadian merupakan suatu dinamika yang terjadi sepanjang hidup dan secara kontinyu berkembang dan belajar menuju realisasi diri. Proses tersebut tidaklah mudah bahkan terkadang merupakan proses yang sulit dan menyakitkan. Proses untuk mengaktualisasikan diri tidak dapat terjadi secara otomatis. Jika seseorang hidup dalam lingkungan yang sehat, maka akan hidup menjadi individu yang utuh serta dewasa. Sebaiknya, jika seseorang tumbuh dalam lingkungan yang tidak sehat maka kemungkinan perkembangan kepribadiannya akan mengalami gangguan. Menurut Duane Schult (1991: 41-50) pribadi yang berfungsi sepenuhnya mampu mengalami secara mendalam keseluruhan emosi, kebahagiaan atau kesedihan, gembira atau putus asa. Ciri-ciri dari kepribadian sehat adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 memiliki perasaan yang kuat, dapat memilih, bertindak bebas, kreatif dan spontan. Memiliki keberanian untuk menjadi “ada” yaitu menjadi diri sendiri tanpa bersembunyi di balik topeng atau berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya. Perkembangan kepribadian merupakan perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah laku. Semakin bertambah umur seseorang, semakin bervariasi tingkah laku yang berubah atau bertambah menjadi semakin kompleks. Mengembangkan kepribadian berarti mengembangkan bakat yang dimiliki, mewujudkan mimpi, meningkatkan kepercayaan diri dan menjalin relasi yang baik dengan sesama. Perkembangan kepribadian tidak terjadi dengan sendirinya melainkan ada interaksi dengan sesama. Melalui interaksi individu tumbuh menjadi pribadi yang utuh dan dewasa, semakin bijaksana dalam melakukan segala sesuatu, belajar dari pengalaman-pengalamannya untuk menjadi semakin baik setiap harinya. 3. Aspek-aspek perkembangan kepribadian Kepribadian seseorang tidak dibawa dari lahir. Perkembangan kepribadian manusia merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan yang sangat panjang mulai dari anak-anak sampai dewasa. Perkembangan kepribadian yang berjalan dengan baik dan positif dapat membentuk manusia menjadi pribadi khas atau unik. Mengemukakan pendapat Allport Paulus Budiraharjo (1997: 88-90) menuliskan bahwa proprium adalah sesuatu yang langsung kita sadari, atau sesuatu yang merupakan pusat hidup kita. Proprium terdiri dari hal-hal atau proses yang penting dan bersifat pribadi yang dialami dan dirasakan oleh seorang individu, segi-segi tersebut yang menentukan seseorang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 menjadi unik. Pada intinya proprium mencakup semua aspek kepribadian yang membuat kesatuan batin. Proprium berkembang dari bayi hingga akhir hidup dan bergerak melalui 7 aspek perkembangan sebagai berikut: usia 0-3 tahun, usia 4-11 tahun, usia12-17 tahun, dan usia 18-30 tahun. a. Usia 0-3 tahun 1) The bodily self; bagi seorang bayi, tubuh menjadi sangat penting, bayi secara kontinyu menerima sensor informasi dari organ internal dan otot-otot bersamaan dengan urat-urat. Sensasi ini menjadi terasa ketika bayi lapar dan frustasi. Dalam situasi tersebut bayi belajar akan keterbatasan tubuh. 2) Self identity; aspek ini terjadi kurang lebih 18 bulan. Anak-anak menyadari bahwa dirinya tetap orang yang sama walaupun terus berubah dan berkembang. Hal ini ditandai dengan mengenal nama diri sebagai identitas utama. Nama itu menjadi lambang dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinyadan membedakan dari semua diri yang lain di dunia. 3) Self esteem; aspek ini terjadi kira-kira 2-3 tahun. Aspek ini membuat anak-anak lebih mengenal lingkungan. hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Anak bersifat agresif, ingin membuat benda-benda, menyeidiki dan memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan tersebut. Menurut Allport, hal ini merupakan tahap perkembangan kepribadian yang menentukan. Apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat rusak yang menimbulkan perasaan dihina dan marah. b. Usia 4-11 Tahun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 1) Self extention; pada aspek ini pusat perhatian lebih kepada kepemilikan. Secara tipikal anak pada aspek ini sangat egoistis. Anak menjadi sangat tertarik pada kepemilikan material. 2) Self image; gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Self image atau gambaran diri memiliki 2 komponen, yaitu belajar peran dan aspirasi bagi masa depan. Gambaran diri berkembang dari interaksi-interaksi orang tua dengan anak. c. Usia 12 - 17 1) The self as rational coper atau diri sebagai pelaku rasional. Pada tahap ini anak mulai menyusun strategi untuk memecahkan masalah-masalah. Aturan-aturan dan harapan-harapan dari guru dan teman sekolah, secara aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan yang dapat mengembangkan intelektual penting untuk diberikan. Melalui hal-hal tersebut anak akan belajar memecahkan masalah menggunakan proses-proses rasional dan logis. 2) Proprium striving; tahap ini pada umumnya mulai terbentuk pada usia 12 tahun. Aspek proprium striving dapat diartikan dengan kesatuan kepribadian. Kesatuan dan keutuhan kepribadian mungkin tidak pernah dapat tercapai secara sempurna, namun orang akan terus melakukan proses untuk menjadi lebih utuh lagi. Oleh karena itu menurut Allport pada tahap ini merupakan masa yang paling menentukan di mana orang sibuk dalam mencari identitas. d. Usia 18 – 30 Early Adulthood tahap ini adalah periode pemantapan diri terhadap pola hidup baru. Banyak kegiatan yang mulai ditinggalkan seperti hura-hura dan nongkrong. Memikirkan hal yang lebih penting seperti memilih pasangan hidup dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 menjadikan cita-cita lebih real. Selama masa dewasa, pemahaman emosional akan terus berkembang, berpotensi untuk terus belajar, mengembangkan diri dalam hal keterampilan dan aktualisasi diri, bekerja, membina hubungan sosial dan tentunya perkembangan kepribadiannya semakin berkembang. Senada dengan pendapat Allport tentang perkembangan kepribadian pada usia remaja, mengungkapkan bahwa remaja adalah pemuda-pemudi yang berada pada masa perkembangan yang disebut masa “adolesensi” (masa remaja menuju kedewasaan). Masa ini merupakan tahap perkembangan dalam kehidupan manusia, tetapi juga belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanan-kanak menuju kearah kedewasaan yang terjadi pada usia 18-30 tahun. Masa remaja adalah masa kegoncangan dan kebimbangan. Akibatnya remaja melakukan penolakanpenolakan pada kebiasaan rumah, sekolah, membentuk kelompok hanya untuk “gengnya”. Mereka mudah tergincang dan bingung. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian Faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian adalah faktor genetik atau hereditasi dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan faktor dari dalam atau faktor yang dibawa sejak lahir. Faktor ini bisa bersifat kejiwaan atau bersifat kebutuhan. Kejiwaan merupakan faktor yang berwujud pikiran, perasaan, kemauan, fantasi, ingatan, dan lain-lain yang dibawa sejak lahir. Menurut Syamsu Yusuf (2007: 21-22) masa dalam kandungan dipandang sebagai periode yang kritis dalam perkembangan kepribadian individu, sebab PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 tidak hanya sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai pembentukan kemampuan-kemampuan yang menentukan jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran. Fungsi genetik dalam kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah sebagai bahan mentah (raw materials) kepribadian seperti fisik, inteligensi dan temperamen. Fungsi genetik juga membatasi perkembangan kepribadian individu, dalam artian meskipun kondisi lingkungan sangat kondusif, namun perkembangan kepribadian tidak bisa melebihi kapasitas atau potensi hereditas. Hal ini membantu individu untuk memperkembangkan pribadinya. Selain itu keadaan fisik juga turut mempengaruhi perkembangan pribadi seseorang seperti panjang pendeknya leher, susunan urat saraf, otot-otot dan lain-lain. Fungsi genetik berpengaruh pula terhadap keunikan kepribadian individu. Sedangkan faktor lingkungan merupakan segala sesuatu yang berasal dari luar seseorang baik yang hidup maupun yang mati. Lingkungan adalah keseluruhan fenomena baik peristiwa, situasi atau kondisi fisik/alam atau sosial yang mempengaruhi perkembangan individu. Faktor lingkungan masyarakat yang beraneka ragam dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, misalnya lingkungan yang kacau, tidak tenang dan tidak terkendali akan membentuk kepribadian yang kurang baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepribadian terbentuk dari keadaan-keadaan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial yang terjalin di tengah masyarakat dan keluarga yang dibawa sejak lahir. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 Selain faktor-faktor tersebut, faktor lain yang ikut mempengaruhi perkembangan kepribadian menurut Caraka (2002: 24-29) antara lain Tuhan, agama dan kampus. a) Tuhan Ada orang yang begitu sibuk memperkembangkan kepribadiannya dengan bergaul dengan sesama manusia, hingga lupa bergaul dengan Tuhan. Padahal relasi dengan Tuhan dapat membantu seseorang menjadi pribadi yang dewasa, pribadi yang mampu mendengarkan suara hati dan pribadi yang bertanggung jawab. Allah telah mengutus Tuhan sebagai teladan pribadi yang sempurna. Kasih Allah mendorong manusia untuk berusaha semakin mendekati teladan itu dan rahmat-Nya akan mendukung usaha tersebut. Orang yang dekat dengan Tuhan biasanya perkembangan kepribadiannya akan baik karena kerap meneladani kepribadian Tuhan. b) Agama Agama mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian. Agama menjadi tempat untuk memperkembangkan nilai-nilai iman, harapan dan kasih. Nilai-nilai iman memberi keyakinan bahwa kepribadian ideal merupakan cita-cita yang tepat. Harapan menumbuhkan sikap optimis dalam hidup dan keyakinan akan kemampuan untuk berkembang. Tanpa kemampuan mengasihi dengan tulus, orang tidak akan mencapai kepribadian yang dewasa. Dengan demikian agama memberikan pandangan hidup yang mengarah cara berpikir dan sikap seseorang. Berkat inilah kepribadian yang sedang berkembang dapat menjadi utuh dan seimbang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 c) Kampus Kampus mempunyai pengaruh yang kuat atas perkembangan kepribadian. Mengembangkan bakat dan kepribadian manusia secara penuh dan utuh sehingga tercapai taraf kedewasaan intelektual, psikologis, moral, dan artistik demi pelayanan kepada sesama. Mengembangkan tiga nilai unggulan dimensi kemanusiaan dibidang ilmu, teknologi, dan seni, yakni kompetensi (competence), kesadaran etis (conscience), dan bela rasa (compassion). 5. Proses Perkembangan Kepribadian Kepribadian tidak tumbuh dan berkembang secara instan melainkan melalui proses. Setiap individu harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi orang dewasa. Kartini Kartono (1984: 121-122) mengemukakan bahwa kepribadian seseorang bertumbuh dan berkembang melalui tiga proses, yaitu: a. Individualisme Individualisme adalah suatu proses menjadi manusia, perubahan masa bayi yang sangat bergantung menjadi tidak bergantung. Proses ini membantu individu memperluas kesadaran identitas pribadinya, penerimaan diri, dan kepastian akan dirinya. b. Sosialisasi Sosialisasi yaitu suatu proses dinamis di mana individu mempelajari keterampilan-keterampilan, informasi, dan pemahaman kebutuhan, berhubungan secara efektif dengan orang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 c. Integrasi Integrasi merupakan suatu proses yang mengkombinasikan, mengorganisir dan mengerjakan bersama bagian-bagian yang berbeda atau sifat-sifat khas dari seseorang individu menuju ke tingkat yang lebih tinggi sebagai sesuatu keseluruhan yang kompleks. Dalam ketiga proses tersebut, setiap individu mempunyai pengalamanpengalaman. Pengalaman-pengalaman tersebut bisa saja pengalaman yang menyenangkan dan bisa saja pengalaman yang tidak menyenangkan. Pengalamanpengalaman yang diperoleh individu dalam proses di atas, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh bagi perkembangan kepribadian individu. Pengalaman-pengalaman tersebut dapat bersifat positif (membantu) maupun bersifat negatif menghambat perkembangan kepribadian. Semua itu tentu tergantung dari bagaimana individu mengolah pengalaman-pengalaman yang diterimanya. 6. Ciri-ciri Perkembangan Kepribadian Kepribadian merupakan apa yang ditampilkan oleh seseorang. Orang yang kepribadiannya berkembang secara sehat tentu akan menampilkan sesuatu yang membawa dampak positif baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Menurut Allport dalam Schultz (1991: 30-36) ada 7 kriteria yang menandakan kepribadian berkembang secara sehat, antara lain: perluasan diri, hubungan hangat atau akrab dengan orang lain, keamanan emosional, persepsi realistis, keterampilanketerampilan dan tugas, pemahaman diri dan filsafat hidup yang mempersatukan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 a. Perluasan Perasaan Diri Perluasan perasaan diri ketika diri seseorang berkembang, maka diri orang tersebut meluas menjangkau banyak orang dan benda. Kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Dengan kata lain, ketika seseorang menjadi matang, dia akan mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Akan tetapi tidak cukup jika hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri, misalnya seperti pekerjaan belumlah cukup. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menambahkan bahwa partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia. Orang harus meluaskan diri dalam aktivitas. Suatu aktivitas harus relevan, penting dan berarti bagi diri orang tersebut, apabila seseorang mengerjakan sesuatu pekerjaan karena ada perasaan percaya bahwa pekerjaan itu penting, menantang kemampuan, atau menyenangkan, maka orang tersebut merupakan seorang partisipan yang otentik. Semakin seseorang terlibat secara penuh dalam berbagai aktivitas, orang atau ide, maka ia akan semakin sehat secara psikologis dan menjadi perluasan perasaan diri. b. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orangorang lain, yaitu kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu. Orang yang memiliki kepribadian atau orang yang sehat secara psikologis akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 mampu memperlihatkan keintiman atau cinta terhadap orang-orang yang dicintainya, misalnya saja orang tua, saudara, teman, dan lain-lain. Sedangkan perasaan terharu, tipe kehangatannya yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua orang tanpa membeda-bedakan. Orang yang berkepribadian memiliki pemahaman akan kondisi orang lain dan mampu berempati dengan orang lain. c. Keamanan Emosional Keamanan emosional meliputi penerimaan diri, menerima emosi manusia dan sabar. Penerimaan diri merupakan kemampuan untuk menerima kelemahan atau kekurangan tanpa menyerah pada titik kelemahan melainkan berproses untuk memperbaiki diri. Kualitas berikutnya ialah mampu menerima emosi-emosi manusia dan berusaha mengontrolnya sehingga tidak mengganggu aktivitas pribadi dan mengarahkan pada hal-hal yang lebih baik. Orang yang memiliki kepribadian akan selalu sabar ketika menghadapi masalah dalam hidup tanpa menyerahkan diri kepada kekecewaan melainkan berusaha memikirkan cara-cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang diharapkan. d. Persepsi Realistis Orang yang berkepribadian akan memandang dunia mereka secara obyektif, dan memiliki kemampuan memandang orang lain tanpa prasangka. Mereka tidak lagi percaya bahwa orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadinya. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 e. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas Orang yang berkepribadian tidak akan merasa cukup hanya dengan memiliki keterampilan yang relevan, melainkan ia akan berpikir untuk mengembangkan dan menggunakan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya secara iklas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan atau tugas pekerjaannya. Orang yang berkepribadian akan melakukan pekerjaan yang penting dengan dedikasi, komitmen dan keterampilanketerampilan. f. Pemahaman Diri Seseorang yang memiliki kepribadian yang utuh dan sehat berarti telah mencapai pemahaman diri dan pengenalan diri yang menuntut pemahaman tentang hubungan atau perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang dengan gambaran dirinya sendiri menurut keadaan yang sesungguhnya. Ia akan terbuka terhadap pendapat orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang obyektif. g. Filsafat Hidup yang Mempersatukan Orang yang memiliki pribadi yang sehat dan utuh selalu mengarahkan hidupnya ke masa depan dengan didorong oleh tujuan-tujuan tertentu dan rencana-rencana jangka panjang. Mereka mempunyai keinginan kuat untuk mengerjakan sesuatu sampai selesai, mereka mempunyai arah hidup. Arah membimbing semua segi kehidupan menuju suatu tujuan atau rangkai tujuan serta memberikan orang tersebut suatu alasan untuk hidup. Selain itu, suara hati juga berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati orang yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 berkepribadian sehat dan matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau ciri-ciri etis. Seorang pribadi yang matang telah mengembangkan berbagai macam unsur seperti tujuan, nilai, suara hati dan pandangan-pandangan yang membuat menjadi terarah. 7. Manfaat Perkembangan Kepribadian Agus Sujanto (1980: 5-6) menyatakan bahwa manfaat dari perkembangan kepribadian adalah manusia dapat mengetahui pribadi seseorang, itu merupakan hal yang pertama dan utama, orang atau diri sendiri. Hal itu dapat diketahui dengan melakukan intropeksi diri, yaitu melihat kepada diri sendiri, dengan begitu orang dapat mengoreksi dirinya sendiri. Dengan demikian orang dapat langsung merubah ketika melakukan kekeliruan sebelum orang lain merubahnya atau sebelum merugikan orang lain dan diri sendiri. Kepribadian akan membuat seseorang menjadi lebih bermakna dalam hidupnya. Dengan kepribadian seseorang dapat menunjukkan bahwa dirinya mempunyai kualitas hidup. Orang yang memiliki kepribadian tidak akan pernah merasa takut dalam menghadapi segala hal yang terjadi dalam hidupnya. Kepribadian yang utuh mendorong seseorang untuk lebih bertanggung jawab dalam hidupnya dan tidak mudah putus asa dalam mencapai cita-cita dan masa depan yang lebih baik. Senada dengan pendapat di atas, Alwison (2004: 51-55) mengemukakan bahwa tujuan hidup adalah mencapai aktualisasi diri, atau memiliki ciri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 kepribadian yang membuat kehidupan menjadi sebaik-baiknya. Individu yang mampu membuat kehidupan menjadi sebaik-baiknya adalah pribadi yang berfungsi penuh. Perkembangan kepribadian yang berfungsi penuh tersebut meliputi lima ciri, yaitu: keterbukaan pada pengalaman, keterbukaan eksistensial, kepercayaan terhadap orang lain, perasaan bebas dam kreativitas. a. Keterbukaan pada pengalaman Keterbukaan pada pengalaman memiliki arti bahwa seseorang tidak bersifat kaku tetapi fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga menggunakan dalam membuka kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapan-ungkapan baru. b. Keterbukan Eksistensial Keterbukaan eksistensial merupakan kehidupan seseorang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman-pengalaman melainkan dapat menyesuiakan diri karena kepribadiaannya terus menerus terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru. c. Kepercayaan terhadap Orang Lain Kepercayaan terhadap orang lain mempunyai arti bahwa orang bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat diandalkan dalam pengambilan keputusan daripada rasional dan intelektual ketika mengalami situasi sulit. Orang yang berfungsi secara utuh dapat bertindak bijaksana dalam berprilaku dan mempunyai kebebasan serta memperhatikan konsekuensi-konsekuensi. d. Perasaan Bebas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 Semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Ia memiliki perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan bergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan dan peristiwa masa lampau. Oleh karena itu, ia mempunyai banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang dapt dilakukan. e. Kreativitas Seorang pribadi yang kreatif akan bertindak dengan bebas serta menciptakan hidup dan dapat mewujudkan kebutuhan serta potensinya secara kreatif dengan cara yang memuaskan. Orang yang kreatif tidak akan merasa terbelenggu dalam peraturan konvensional serta kebiasaan masyarakat. Orang yang memiliki pribadi yang penuh akan lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan pada perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi yang dihadapi. C. Dampak Kebiasaan Refleksi Bagi Perkembangan Kepribadian Pada bagian terakhir bab ini penulis akan menjelaskan dampak kebiasaan berrefleksi bagi perkembangan kepribadian. Jika dilihat dari segi psikologi, kebiasaan refleksi berdampak bagi perkembangan kepribadian. Seseorang yang terbiasa melakukan kegiatan refleksi tentu akan memiliki pribadi yang utuh karena setiap kegiatan yang dilakukan ia mencoba menemukan makna dan nilai yang menjadikan dirinya lebih baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 Refleksi merupakan tanggapan secara mendalam dan kritis seseorang atas pengalamannya sendiri. Melalui proses refleksi mahasiswa berusaha semakin memahami makna hidup dan konsekuensi dari pengalaman sehingga mampu memilih tindakan yang cocok untuk pengembangan dirinya. Refleksi sebagai kegiatan intelektual dan afektif dimana mahasiswa terlibat dalam upaya mengeksplorasi pengalaman dalam rangka mencapai pemahaman dan menemukan nilai yang dapat memperkembangkan hidupnya ke arah yang mampu membawa perubahan positif pada dirinya. Mengingat pentingnya perkembangan kepribadian bagi kehidupan, upaya untuk memperkembangkan kepribadian individu perlu terus dilakukan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kebiasaan refleksi ialah cara agar seseorang dapat semakin berkembang dalam segi kepribadiannya, ketika seseorang dapat melakukan kegiatan berrefleksi setiap harinya maka akan mampu menjadi pribadi yang lebih baik. Kebiasaan berrefleksi tidak muncul dengan sendirinya melainkan membutuhkan latihan-latihan secara khusus. Dalam hal ini mahasiswa perlu melatih dirinya secara terus menerus untuk membentuk kebiasaan berrefleksi sehingga kebiasaan berrefleksi yang dilakukan dapat lebih terarah dan semakin maksimal. Kegiatan berrefleksi yang dijadikan suatu kebiasaan dan dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan akan membantu seseorang lebih siap mengolah pengalamannya sehingga mejadi bahan baginya untuk tumbuh dan berkembang menjadi dirinya, yaitu pribadi yang semakin dewasa dan peduli terhadap sesama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III GAMBARAN KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA PAK UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG UTUH Bab III ini merupakan jawaban dari rumusan masalah kedua mengenai seberapa jauh mahasiswa PAK telah terbiasa berrefleksi dan apa dampaknya bagi perkembangan kepribadian. Pada bab sebelumnya penulis telah menjelaskan tentang pengertian kebiasaan berrefleksi, perkembangan kepribadian serta dampaknya kebiasaan berrefleksi bagi perkembangan kepribadian. Untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa telah terbiasa berrefleksi dan dampaknya bagi perkembangan kepribadian maka penulis menyusun bab III dalam beberapa bagian pembahasan. Pada bagian pertama penulis menguraikan gambaran umum prodi PAK Universitas Sanata Dharma yang meliputi visi, misi, tujuan, gambaran umum serta pembelajaran dan suasana akademik. Bagian kedua membahas mengenai penelitian yang mencakup: latar belakang, variabel, definisi konseptual, tujuan, jenis, instrumen pengumpulan data, responden, tempat, waktu serta kisi-kisi instrumen penelitian. Bagian berikutnya berupa laporan hasil penelitian. Laporan disajikan berdasarkan penelitian yang diadakan di kampus PAK, selanjutnya dibahas dan dijelaskan. Pembahasan penelitian ini berguna untuk memperoleh pembuktian mengenai seberapa jauh mahasiswa PAK telah terbiasa berrefleksi dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 dampaknya bagi perkembangan kepribadian. Pada bagian bab akhir berupa kesimpulan dari hasil penelitian yang berguna untuk menyusun upaya pada bab berikutnya. A. Gambaran Umum Prodi PAK-USD 1. Sejarah Singkat Prodi PAK Prodi PAK didirikan pada tanggal 1 Agustus 1962 yang waktu itu menyandang nama Yayasan Akademik Kateketik Katolik Indonesia (AKKI). Kemudian pada tanggal 31 Maret 1971 AKKI berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya, berdasarkan proses Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya yang semula terdiri dari dua unit yaitu sarjana muda dan sarjana penuh dipadukan kedalam bentuk baru berupa program sarjana satu (S1) dengan nama Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya atau biasa disebut STFK. Pada tahun 1999, pemerintah mengadakan penataan kembali nama-nama program studi di lingkungan PTS di seluruh Indonesia yang membuat status FIPA USD berubah menjadi program studi dengan nama Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) dan menjadi bagian FKIP USD. Prodi PAK pada tahun 2004 mengajukan akreditasi kepada BAN PT dan pada 21 April 2004 berdasarkan SK ketua BAN-PT No: 014/BAN-PT/AkVII/S1/IV/2004 mendapatkan skor 393 dengan peringkat A. 5 tahun berikutnya, prodi mengajukan lagi akreditasi dan pada tanggal 19 juni 2009 berdasarkan SK BAN-PT No: 015/BAN-PT/Ak-XII/S1/VI/2009 mendapatkan skor 377 dengan peringkat A. Setelah 2 kali berturut-turut mendapat peringkat A, prodi memutuskan mengikuti gerak universitas dengan mengenakan cara pandang baru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 dalam melaksanakan visi dan misi yang dituangkan dalam Renstra Prosi 20092013. Cara pandang yang dimaksud adalah outward looking yakni cara pandang yang lebih berorientasi pada tindakan yang perlu dilakukan oleh prodi supaya secara aktif berperan serta dalam pembangunan Gereja Indonesia dengan cara memanfaatkan secara optimal potensi internal yang ada di dalam prodi. Cara pandang yang baru ini dipahami oleh prodi sesuai dan relevan sejak 51 tahun yang lalu untuk ikut meningkatkan pengembangan hidup beriman umat Katolik dan mengembangkan karya-karya katekese di Indonesia. Kekhasan Prodi PAK adalah adanya kesadaran dan penghayatan bahwa belajar di Prodi PAK merupakan suatu panggilan khusus dari Tuhan sendiri. Kesadaran akan panggilan Tuhan untuk mewartakan sabda-Nya memotivasi mereka secara religius dalam belajar. Sedangkan peluang mahasiswa untuk memperkembangkan diri secara utuh sungguh menjadi salah satu prioritas utama Prodi. Dengan penuh kesadaran Prodi PAK memadukan pelaksanaan mata kuliahmata kuliah kurikuler yang berstatus sks dengan mata kuliah yang berstatus kokurikulertanpa nol sks, disertai kegiatan ekstrakurikuler. Di dalam Prodi PAK kurikulum dipandang sebagai jalan yang harus ditempuh atau proses yang harus dilalui untuk mencapai profil lulusan yang dicita-citakan. Walaupun kurikulum bukan segalanya, tetapi perannya sangat strategis dalam membantu lulusan menjadi guru-guru agama katolikatau katekis yang berintegritas dan beriman secara mendalam. Integritas pribadi dan kedalaman iman terwujud bukan hanya melalui banyaknya informasi dan prestasi akademis yang dicapai oleh mahasiswa melainkan melalui refleksi pengalaman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 dan pembinaan spiritualitas. Prodi melalui kurikulum, kegiatan rohani, kokurikuler, dan ekstrakulikuler menyediakan sarana dan menciptakan atmosphir yang memungkinkan, bahkan mendorong mahasiswa untuk membina spiritualitas dan merefleksikan serta memaknai pengalaman hidup dan studinya. 2. Visi dan Misi Prodi PAK-USD Visi Prodi PAK: “Prodi PAK sebagai lembaga pendidikan mendidik calon Sarjana Pendidikan Agama Katolik yang beriman tangguh dan profesional demi terwujudnya Gereja yang memperjuangkan masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat”. Misi Prodi PAK: a. Mendidik kaum muda menjadi Sarjana Pendidikan Agama Katolik yang dapat berprofesi sebagai Guru Agama Katolik, Katekis, Pengembangan karya katekese dalam konteks Gereja Indonesia. b. Mengembangkan karya katekese dalam Gereja demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat. 3. Tujuan Prodi PAK-USD Prodi IPPAK mempunyai tujuan yaitu: a. Menghasilkan Sarjana pendidik Agama Katolik yang beriman mendalam, berkompeten, berkepribadian, dan berintegritas dengan sikap yang unggul dan dapat membantu sesama umat beriman mengembangkan iman, yang dapat berprofesi menjadi Guru Agama Katolik, Katekis, dan Pengembangan karya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 katekese melalui kerjasama dengan tokoh-tokoh umat dan pemimpin gerejawi lainnya. b. Menghasilkan karya-karya pengembangan katekese. Prodi PAK adalah salah satu prodi yang mempelajari tentang pendidikan agama katolik, bukan hanya pendidikan namun juga belajar tentang katekese. Sebagai calon pendidik iman tentu harus memahami tentang katekese, tujuan, arah katekese dan kebutuhan umat. Mahasiswa di haruskan untuk mampu menggali dan mendalami katekese supaya ketika sudah lulus dan terjun langsung umat mahasiswa dapat berkatekese dengan baik dan menjawab semua kebutuhan umat sehingga iman umat dapat terus berkembang dan mampu menghasilkan karya-karya katekese di tengah umat. Tim penyusun Borang Akreditasi tahun 2013 menjelaskan bahwa Prodi PAK - USD semakin belajar bagaimana mengembangkan kurikulum perkuliahan yang relevan untuk zaman sekarang ini terutama akan kebutuhan umat yang akan dilayani. Karena zaman yang semakin berkembang maka dosen juga semakin mempersiapkan diri dengan meningkatkan produktivitas, kualitas mengajar, dan juga penelitian. Itu semua dilakukan oleh dosen PAK untuk mempersiapkan mahasiswanya agar dapat menghadapi tuntutan zaman sekarang. Menghadapi berkembangnya zaman dan tuntutannya, Prodi PAK tidak berdiam diri untuk melakukan perubahan misalnya dengan semakin berkembangnya program-program unggulan semisal Teater Rakyat, dimana kegiatan ini mengasah kemampuan mahasiswa-mahasiswi untuk mampu mengolah dan juga mengemukakan pendapatnya mengenai masalah atau isu yang sedang hangat di masyarakat. Selain itu ada Pembinaan Spiritualitas yang ada di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 tiap semester (mulai dari semester I sampai VIII). Dalam Pembinaan Spiritualitas ini terdapat tema-tema yang diolah pada tiap semester. Tema-tema ini diharapkan memacu mahasiswa-mahasiswi untuk semakin mampu melihat dirinya sebagai pribadi yang otentik dan juga menghargai temannya yang lain. Tapi yang paling utama mahasiswa mampu mendapatkan ilmu terutama akan pelatihan soft skills. 4. Gambaran Umum Mahasiswa-mahasiswi PAK - USD Mahasiswa-mahasiswi PAK sangat beragam, karana datang dari berbagai suku, budaya, daerah yang berbeda-beda namun di kampus PAK semua disatukan tanpa melihat perbedaan satu sama lain. Kaum awan dan religius semua menyatu dengan rasa kekeluargaan yang begitu erat, tanpa melihat status dan pangkat. Pengalaman penulis pada awal kuliah merasa segan ketika berbincang dengan kaum religius, karena penulis merasa mereka berbeda dengan kaum kaum awam. Namun, seiring berjalannya waktu menjadi terbiasa justru merasa bahwa ini adalah anugrah bisa bersahabat dan dekat dengan kaum religius. Di kampus PAK ini penulis merasa menemukan banyak saudara karena antara dosen dengan mahasiswa sangat menjalin relasi yang begitu baik dengan begitu penulis merasa bahwa di kampus PAK ini adalah rumah yang mampu memberi kebahagiaan. Di prodi PAK, mahasiswa-mahasiswi mempunyai dosen pembimbing (DPA) masing-masing untuk mendampingi studi selama kuliah, dan juga mendampingi ketika ada persoalan, sehingga tidak mengganggu kelancaran studi. DPA juga mengamati berkembangnya mahasiswa-mahasiswi di dalam proses kuliah maupun di luar kuliah. Ini semua terjalin dengan baik dan penuh dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 keakraban. Penulis merasa bahwa DPA ini sangat penting karena penulis merasa memiliki orang tua baru yang selalu bisa membimbing kita disaat mengalami kesusahan dan selalu memberi saran yang terbaik. Selain belajar katekese, diawal studi mahasiswa-mahasiswi prodi PAK dibekali bagaimana dapat mengekspresikan diri lewat mata kuliah yang mendukung, seperti teater dan pembinaan ekspresi. Di sini mahasiswa-mahasiswi dilatih untuk berani tampil di muka umum, mampu berkomunikasi dengan efektif, serta mampu mengutarakan ide (gagasan) di dalam kelompok. Mahasiswa dilatih untuk berani mengutarakan pendapat, dan berani berbicara di depan umum, agar ketika terjun langsung ke umat mahasiswa sudah bisa menghadapi umat dan mampu mengkomunikasikan katekese dengan baik. Selain itu, di prodi PAK juga mengajak mahasiswa untuk terlibat dalam organisasi-organisasi yang ada di Universitas Sanata Dharma, baik lingkup Prodi maupun Universitas. Dengan harapan agar mahasiswa dapat menjalin komunikasi dan bertukar pengalaman dengan mahasiswa lainnya. Prodi PAK juga menyelenggarakan kegiatan yang mendukung mahasiswanya seperti kuliah umum, misa kampus yang diadakan tiap minggu pertama setiap bulan, retret dan juga rekoleksi dan kegiatan rohani lain yang mendukung. Dengan kegiatan tersebut diharapkan mahasiswa-mahasiswi PAK mampu mendalami panggilannya sebagai calon ketekis atau pendidik iman. Mahasiswa-mahasiswi PAK setelah lulus dituntut mempunyai soft skllis untuk mendukung pelayanannya sebagai guru agama maupun katekis. Prodi mempunyai tujuan yaitu menghasilkan lulusan yang berkarakter utuh dan kuat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 dalam 3 C, yaitu competence, conscience, dan compassion. Semua ini bertujuan untuk membina lulusan yang berbudi luhur, berkarakter, jujur, bertanggungjawab, dan juga disiplin. Ini juga didasari oleh nilai-nilai Kristiani dan juga visi Ignasian. Dalam nilai-nilainya, prodi menekankan bahwa lulusannya harus mampu mempunyai profesionalitas dalam mendidik, mampu mempunyai kreativitas dalam mendidik, dan juga membangun sikap murah hati. Ciri khas yang lebih ditekankan lagi di prodi PAK ialah mahasiswamahasiswi mendapatkan pelayanan, baik itu dari para dosen maupun dari pihak universitas sendiri. Setiap semesternya prodi PAK selalu memberi mata kuliah Pembinaan Spiritualitas, meskipun kuliah ini tidak memberi bobot SKS tetapi bagi penulis kuliah Pembinaan Spiritualitas ini sangat penting dan mendukung perkembangan kepribadian mahasiswa. Yang dapat membawa semangat dan motivasi mahasiswa untuk terus menggali dan menggali sejauh mana imannya berkembang dan mendekatkan mahasiswa dengan Yesus Kristus. 5. Pembelajaran dan Suasana Akademis Prodi PAK-USD Proses pembelajaran di Prodi PAK berlangsung dengan lancar tertib dan disiplin, karena dukungan sistem informasi akademik yang telah dikembangkan oleh BAPSI (Biro Adiministrasi Perancanaan dan Sistem Informasi), fasilitas buku-buku perpustakaan prodi yang memadahi, dedikasi dosen dan yang lebih utama adalah partisipasi mahasiswa. Pembelajaran dilaksanakan dengan berpusat pada kebutuhan mahasiswa dengan menekankan peran aktif mereka. Metode dialog, diskusi kelompok, praktikum, pengamatan, dan presentasi merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 pilihan utama metode para dosen Prodi PAK. Untuk monitoring proses pembelajaran, Pusat Peningkatan dan Penjaminan Mutu Pembelajaran (P3MP) Universitas Sanata Dharma setiap tahun mengadakan pelatihan dan memberikan dana insentif bagi para dosen untuk meningkatkan proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pendagogi Ignatian. Suasana akademik sudah tercipta tetapi sangat perlu untuk mempertanggungjawabkan ditingkatkan secara terutama ilmiah kegiatan pendekatan prodi pembelajaran untuk yang dilaksanakan oleh para dosen. Sedangkan kompetensi yang mendukung lulusan dari prodi PAK adalah mahasiswa yang menguasai dasar-dasar ilmu teologi dan mampu menguasai dasar-dasar ilmu pendidikan. Mata kuliah di Prodi PAK wajib diambil seluruhnya oleh mahasiswa karena sudah sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain mata kuliah yang berbobot 2 SKS, ada juga mata kuliah yang nol ( 0 ) SKS. Ini menjadi kekhasan kokuriluler prodi PAK karena bertujuan agar mahasiswa memiliki bekal ketrampilan berekspresi, memiliki kerohanian yang kuat, dan juga berkepribadian yang mantab. Mata kuliah kokurikuler ini juga menjadi prasyarat dalam yudisium. Praktek lapangan menjadi salah satu hal yang penting bagi prodi PAK, karena beberapa mata kuliah harus dipraktekkan setelah memahami teori. Misalnya mata kuliah PPL PAK Dasar dan Menengah dimana mahasiswamahasiswi terjun secara langsung mengajar di sekolah, begitu juga ada KKN (KBP/Karya Bakti Paroki) yang terjun langsung ke tengah-tengah hidup umat di paroki. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 Suasana akademis di prodi PAK selama ini penulis rasakan sangat kental dengan persaudaraan dan saling membantu satu sama lain. Rasa persaudaraan itu terbina antar mahasiswa, antar dosen, dan juga karyawan. Pada umunya hubungan serta partisipasi mahasiswa terhadap segala kegiatan di kampus begitu aktif terlibat dan sangat mendukung misalnya ketika semester II ada kegiatan Teater Rakyat yang itu merupakan salah satu dari mata kuliah, semester yang lain pun ikut mengapresiasi dengan menyaksikan penampilan mereka. Ada hal lain yang membuat prodi PAK berbeda dari prodi lain yaitu bagaimana sikap persaudaraan dan kekeluargaan dipupuk di dalam kampus. Misalnya ketika perkuliahan berlangsung mahasiswa pun dapat berpartisipasi secara aktif. Keterlibatan mahasiswa ini merupakan dampak dari pembelajaran yang menyentuh pribadi mereka karena paradigma yang digunakan di prodi IPPAK didasarkan pada pedagogi reflektif. Maka di setiap kegiatan maupun pembelajaran selalu dilengkapi dengan refleksi dan evaluasi, hal ini tidak lepas dari spiritualitas yang dihidupi oleh lembaga yaitu Spiritualitas Ignasian. Selain itu, dosen termasuk DPA (Dosen Pembimbing Akademis) melakukan monitoring kepada mahasiswanya misalnya dengan mengadakan pertemuan rutin atau bertanya hal-hal yang dapat membantu mahasiswa untuk semakin serius dalam kuliah. Prodi PAK menyediakan segala hal untuk membantu mahasiswa mengembangkan dirinya dalam berbagai bidang misalnya dalam berorganisasi maupun hal-hal yang dapat membantu mahasiswa semakin berkembang dan mengasah soft skill, misalnya dalam acara makrab yang merancang dan mengurus semua kegiatan dari mahasiswa atau ketika ada kegiatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 seminar dosen mahasiswa diminta membantu serta ikut terlibat dalam seminar tersebut. Sikap saling menghormati, menerima dan saling percaya antar pendamping dan juga mahaiswa merupakan kekhasan prodi PAK. Dosen mengenakan pendekatan secara personalis supaya tercipta suasana yang nyaman dalam proses perkuliahan maupun pendampingan. Suasana keterbukaan itu menyingkirkan rasa tak aman, namun mahasiswa juga mempunyai sikap tenggang rasa karena saling menghargai perbedaan di antara mereka. Selain itu di dalam kampus ada suasana kebersamaan dan kerjasama, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dalam kebersamaan itu seseorang dapat tumbuh dan berkembang baik itu dari segi pribadi maupun hidup sosialnya juga berpengaruh untuk segi spiritualitasnya. Dalam prodi PAK kegiatan kebersamaan cukup banyak misalnya kuliah umum, Makrab, Rekoleksi Prodi, dan Misa kampus. B. Penelitian Tentang Kebiasaan Refleksi Bagi Perkembangan Kepribadian Mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma 1. Latar Belakang Penulis ingin melakukan penelitian bagi mahasiswa-mahasiswi PAK tentang sejauh mana mereka telah terbiasa berrefleksi dan apa dampaknya bagi perkembangan kepribadian. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendapatkan gambaran apakah kebiasaan berrefleksi ada dampaknya bagi perkembangan kepribadian mahasiswa PAK. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 Mahasiswa-mahasiswi perlu memiliki kepribadian yang baik, apalagi sebagai calon pendidik guru agama Katolik itu sangat penting memiliki kepribadian yang dapat memperkembangkan diri mereka, karena menjadi seorang guru itu harus memberi teladan dan tindakan yang baik bukan hanya kepada siswanya tetapi kepada semua orang. Untuk memiliki kepribadian yang baik itu bukan hal yang mudah, karena sekarang ini mahasiswa mudah sekali terpengaruh dan terbawa aruz zaman. Menurut Given (2008: 302) kemampuan berefleksi yang dikembangkan secara serius akan membatu mahasiswa mengatasi berbagai masalah, mampu membuat keputusan, mampu memahami situasi sulit, dan melaksanakan tugas intelektual lain yang membebani dengan baik. Oleh karena itu kemampuan reflektif mahasiswa perlu dipupuk karena refleksi membantu mahasiswa mengenali dirinya sendiri dengan kesadaran yang penuh. Pengenalan akan diri dengan kesadaran penuh akan membantu dalam memperkembangkan kepribadian menjadi manusia yang semakin dewasa. Berdasarkan pengalaman penulis dan melihat mahasiswa angkatan 2012 banyak mahasiswa yang sulit jika diminta untuk berrefleksi. Mereka melakukan refleksi hanya sebatas tuntutan untuk memenuhi tugas mata kuliah yang bersangkutan bukan karena keinginan dari diri sendiri, sehingga sangat sulit untuk menemukan makna atau nilai dari apa yang telah mereka pelajari atau lakukan. Penulis merasa bahwa menanamkan kebiasaan berrefleksi itu sangat penting bagi perkembangan hidup mahasiswa, dengan menanamkan kebiasaan berrefleksi dapat mengantarkan seseorang kedalam kehidupan rohani yang lebih dalam. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 Penulis sudah membuktikan sendiri hidup tanpa berrefleksi dan hidup menanamkan kebiasaan berrefleksi. Seseorang yang tidak pernah berrefleksi hidupnya akan dangkal, mereka hanya mencari yang enak-enak saja dan pandangnya begitu sempit sehingga seseorang yang tidak pernah melakukan refleksi sulit untuk diajak berproses dan hidupnya tidak akan pernah berkembang. Sedangkan seseorang yang sudah terbiasa melakukan refleksi maka hidupnya akan lebih terarah dan dapat berproses dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Kebiasaan berrefleksi dalam proses pembelajaran memang sangat penting, karena keberhasilan belajar mahasiswa tidak hanya didukung oleh kemampuan kognitifnya saja, namun lebih ditentukan oleh kemampuan dalam merrefleksikan proses pembelajaran. Berangkat dari beberapa persoalan yang muncul perlu kiranya penulis meneliti seberapa jauh mahasiswa PAK melakukan kegiatan refleksi dan adakah dampaknya bagi perkembangan kepribadiannya. 2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendapatkan gambaran sejauh mana mahasiswa memiliki kebiasaan untuk berrefleksi. 2. Mendapat gambaran apakah kebiasaan berrefleksi membawa dampak bagi perkembangan kepribadian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 3. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Sudjana Nana, 2012: 60). Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang ada, baik itu alamiah atau rekayasa manusia (Sudjana Nana, 2012: 72). Sedangkan metode deskriptif analitis merupakan metode yang menganalisis suatu data yang ditinjau dari dua hal yakni kenyataan dan ketentuan yang ada. Desain penelitian ialah Ex Post Facto, Sugiyono (2013: 7) mengungkapkan bahwa penelitian Ex Post Facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti suatu kejadian atau peristiwa yang telah ada dengan melihat ke belakang faktor-faktor yang relevan, mempengaruhi atau menimbulkan kejadian atau peristiwa tersebut. Pengertian ini senada dengan pendapat Sugiyono (1997: 7) yang menyatakan bahwa penelitian Ex Post Facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti suatu kejadian atau peristiwa yang telah ada dengan melihat kebelakang faktor-faktor yang relevan yang mempengaruhi atau menimbulkan kejadian atau peristiwa tersebut. 4. Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2013: 38) variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tentu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini adalah: a. Kebiasaan berrefleksi b. Perkembangan kepribadian 5. Definisi Operasional a. Kebiasaan Berrefleksi Menurut Subagya (2008: 25) kebiasaan berrefleksi ialah kegiatan yang sudah menjadi rutinitas dan membentuk pola hidup seseorang untuk membantu mengingat, menghadirkan kembali dan mengolah pengalaman tersebut sehingga memberi daya gerak untuk berkembang. b. Perkembangan kepribadian Menurut Syamsu Yusuf (2007: 127) berpendapat bahwa perkembangan kepribadian diartikan sebagai kualitas perilaku individu yang didasari oleh nilai, sikap dan tindakan seseorang dalam melakukan penyesuaian diri secara menyeluruh serta mau mendengarkan kerinduan hatinya dan bertindak untuk melayani. 6. Responden dan Sampel Penelitian Penelitian ini mengambil populasi mahasiswa-mahasiswi PAK. Penulis mengambil sampel mempergunakan teknik random sampling yaitu mengambil sampel secara acak sederhana sesuai dengan responden yang sudah ditentukan. Sedangkan penulis melakukan penarikan sampel dengan metode accidental PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 sampling yaitu penelitian dilakukan secara kebetulan sesuai dengan unit atau subjek yang ada. Penulis mengambil sampel dari tiap semester mulai dari semester I, III, V, VII, dan IX dan pengambilan dengan sistem acak sehingga penulis mendapatkan jumlah responden sejumlah 60. 7. Instrumen Penelitian Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat pertanyaan berkaitan dengan kebiasaan refleksi dan perkembangan kepribadian. Penyebaran angket ini diberikan kepada mahasiswa-mahasiswi PAK semester I, III, V, VII, dan IX setelah diisi kuesioner dikembalikan pada peneliti. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Instrumen ini bersifat checklist atau daftar cek, artinya suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Menurut Sugiyono (2013: 142), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan instrumen pengumpulan data yang efisien dan cukup menjawab masalah penelitian yang dicari. Kuesioner dalam penelitian ini ditujukan untuk para mahasiswa dan menggunakan skala Likert. Menurut Riduwan (2013: 85) skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial. Dengan menggunakan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2013: 93). Aspek sangat sering dinilai sangat setuju = 5, setuju = 4 , netral = 3, tidak setuju = 2 dan sangat tidak setuju = 1. Kuesioner yang disebarkan terdiri dari 2 bagian. Kuesioner I mengenai kebiasaan berrefleksi dan kuesioner II mengenai dampak dari perkembangan kepribadian. 8. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kampus Prodi PAK Universitas Sanata Dharma yang beralamat di Jl. Ahmad Jazuli no 2, Kota baru, Yogyakarta. Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan September 2016. 9. Kisi-kisi Tabel 1 Kisi-kisi kuesioner Variabel Kebiasaan Berrefleksi Indikator a. Mahasiswa selalu berrefleksi setiap Nomor Jumlah 1-2 2 3-4 2 5-6 2 7-8 2 peristiwa yang dilaluinya. b. Mahasiswa memiliki pola hidup yang lebih terarah dan mendalam. c. Mahasiswa rutin melakukan kegiatan berrefleksi setiap hari d. Mahasiswa selalu berrefleksi setiap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 mengalami kegagalan maupun keberhasilan dalam belajar e. Mahasiswa mampu mengolah 9-10 2 11-12 2 13-14 2 15 1 16 1 17-18 2 19-20 2 hidupnya dan terus berkembang. Dampak dari a. Mahasiswa mampu megembangkan Perkembangan diri dari segi intelektual maupun Kepribadian kepribadian b. Mahasiswa memiliki integritas dan rasa tanggung jawab. c. Mahasiswa mampu mendengarkan suara hati dan peduli terhadap sesama d. Mahasiswa dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. e. Mahasiswa kritis dan peka terhadap situasi. f. Mahasiswa menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa dan percaya diri. Jumlah 20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 C. Laporan Hasil Penelitian Pada bagian ini penulis akan menyampaikan hasil penelitian berdasarkan penelitian mengenai kebiasaan refleksi dan dampaknya bagi perkembangan kepribadian mahasiswa semester I, III, V, VII dan IX di prodi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma. Penelitian tersebut dilaksanakan pada tanggal 3 - 4 Oktober 2016 menggunakan penyebaran kuesioner. Penulis mendapatkan presentase kuesioner dengan cara membagi jumlah mahasiswa yang memilih alternatif jawaban tertentu dengan jumlah total responden, lalu dikali 100%. Keterangan : P = J/T x 100% P = Presentase J = Jumlah mahasiswa yang memilih alternatif jawaban tertentu T = Jumlah total seluruh responden 1. Laporan Hasil Penelitian Melalui Penyebaran Angket Penulis melakukan penelitian dengan membagikan angket sebanyak 60 responden, dan angket yang sudah penulis bagikan semua kembali dengan jumlah yang sama karena penulis memberikan angket tersebut perorang dengan sistem acak. Setiap semester penulis mengambil 12 responden terdiri dari semester I, III, V, VII dan IX. Pada bagian ini, peneliti akan menunjukan seberapa sering mahasiswa berrefleksi dan seberapa besar dampaknya bagi perkembangan kepribadian. Berdasarkan kuesioner, setiap variabel terdiri dari 10 item pernyataan yang tersedia. Perhitungan skor sebagai berikut: Keterangan: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 SS = sangat setuju (5) TS = tidak setuju (2) S = setuju (4) STS = sangat tidak setuju (1) N = netral (3) Pada tabel di bawah ini, bilangan yang diikuti tanda % menunjukkan presentase jawaban responden, sedangkan bilangan tanpa tanda % menunjukkan jumlah jawaban responden pada item pernyataan. a. Semester I Tabel 3 Variabel I : Kebiasaan Berrefleksi N = 12 No 1. Pernyataan Sejak masuk kuliah di prodi PAK mahasiswa terbiasa SS S N TS STS 5 4 3 2 1 7 3 2 0 0 58,3% 25% 16,7% 2 3 7 0 0 16,7% 25% 58,7% 5 6 1 0 0 41,6% 50% 8,4% 6 5 1 0 0 50% 41,6% 8,4% berrefleksi setiap kegiatan 2. Setiap selesai kegiatan melakukan refleksi baik dalam kelompok maupun pribadi 3. Refleksi membawa mahasiswa menjadi lebih terarah 4. refleksi membantu mahasiswa menangkap makna dari apa yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 telah dipelajari 5. 6. 7. 8. 9. 10. Setiap hari meluangkan waktu 2 3 7 0 0 10-20 menit untuk berrefleksi 16,7% 25% 58,3% Terbiasa melakukan refleksi 2 5 4 1 0 malam hari atau sebelum tidur 16,7% 41,6% 33,4% 8,3% Mahasiswa terbiasa berrefleksi 2 7 2 1 ketika berhasil dalam belajar 16,7% 58,3% 16,7% 8,3% berrefleksi ketika sedang stres 6 4 1 1 50% 33,3% 8,3% 8,3% 8 4 0 0 0 belajar pengalaman masalalu 66,7% 33,3% Kegiatan berrefleksi membatu 6 6 0 0 0 mahasiswa terus berproses dan 50% 50% Dengan refleksi mahasiswa bisa berkembang Berdasarkan hasil penelitian pada variabel I, hampir 12 mahasiswa semester 1 menjawab positif terbiasa melakukan kegiatan berrefleksi, bahkan sebelum masuk kuliah di PAK mereka menyatakan sudah terbiasa berrefleksi. Mereka juga setuju dengan pernyataan bahwa kebiasaan refleksi membawa hidup mereka menjadi lebih terarah dan mampu membantu mahasiswa memaknai setiap perjalanan. Dengan refleksi juga mahasiswa bisa belajar dari pengalaman masalalu dan membantu mahasiswa terus berkembang. 0 0 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 Tabel 4 Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian N = 12 No 11. Pernyataan Mahasiswa mampu mengembangkan diri melalui kegiatan akademik SS S N TS STS 5 4 3 2 1 5 6 1 0 0 41,7% 50% 8,3% 5 4 3 0 0 41,7% 33,3% 25% 4 6 2 0 0 33,3% 50% 16,7% 5 7 0 0 0 41,7% 58,3% 4 6 2 0 0 33,3% 50% 16,7% 6 3 4 0 0 50% 25% 33,3% 3 7 2 0 0 25% 58,3% 16,7% maupun non akademik 12. Mahasiswa mampu berfikir sebelum bertindak 13. Mahasiswa mampu jujur dengan diri sendiri dan orang lain 14. Mampu menunjukan sikap tanggung jawab dari setiap tugas yang diberikan oleh siapa pun 15. Mampu mendengarkan hati nurani dan sikap peduli terhadap penderitaan sesama 16. Mampu menjalin hubungan baik dengan siapa pun 17. Memikirkan konsekuensinya sebelum mengambil keputusan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 18. Membantu siapa pun yang sedang mengalami kesusahan 19. 5 2 41,7% 41,7% 16,6% 4 7 1 33,3% 58,3% 8,3% 6 5 1 50% 41,7% 8,3% Dapat menjadi pribadi yang dewasa dan percaya diri 20. 5 Dapat membedakan tindakan yang baik dan buruk 0 0 0 0 0 0 Dari pernyataan di atas sudah terlihat jelas bahwa refleksi sangat membawa dampak bagi perkembangan kepribadian mahasiswa. Hampir dari semua pernyataan mahasiswa menjawab positif. Artinya mahasiswa PAK semester 1 begitu merasakan dampak dari kebiasaan berrefleksi. Mahasiswa semester 1 juga menyatakan bahwa dengan refleksi mereka bisa bersikap dewasa, mampu mendengarkan hati nuraninya, berfikir sebelum bertindak, lebih percaya diri, menjalin relasi dengan siapa saja dan lebih peka dengan keadaan sekitarnya. b. Semester III (2015) Tabel 5 Variabel I: Kebiasaan Berrefleksi N = 12 No 1. Pernyataan Sejak masuk kuliah di prodi PAK SS S N TS STS 5 4 3 2 1 3 4 4 1 0 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 25% 33,3% 33,3% 8,4% 4 7 1 0 0 33,3% 58,3% 8,4% 4 7 1 0 0 33,3% 58,3% 8,4% 3 7 2 0 0 25% 58,3% 16,7% 1 1 5 5 0 8,3% 8,3% 0 3 6 2 1 25% 50% 16,7% 8,3% 1 3 8 0 0 8,3% 25% 66,7% 1 6 4 1 0 8,3% 50% 33,3% 8,3% 4 7 1 0 0 belajar pengalaman masalalu 33,3% 58,3% 8,4% Kegiatan berrefleksi membatu 3 6 3 0 0 mahasiswa terus berproses dan 25% 50% 25% mahasiswa terbiasa berrefleksi setiap kegiatan 2. Setiap selesai kegiatan melakukan refleksi baik dalam kelompok maupun pribadi 3. Refleksi membawa mahasiswa menjadi lebih terarah 4. refleksi membantu mahasiswa menangkap makna dari apa yang telah dipelajari 5. Setiap hari meluangkan waktu 10-20 menit untuk berrefleksi 6. Terbiasa melakukan refleksi malam hari atau sebelum tidur 7. Mahasiswa terbiasa berrefleksi ketika berhasil dalam belajar 8. 9. 10. berrefleksi ketika sedang stres Dengan refleksi mahasiswa bisa berkembang 41,7% 41,7% PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 Dari hasil penelitian yang sudah penulis lakukan kepada beberapa mahasiswa semester 3 (tiga) sudah jelas bahwa mereka sudah terbiasa melakukan kebiasaan berrefleksi, sebagian semester 3 menyatakan bahwa mereka sudah terbiasa berrefleksi sebelum kuliah di PAK namun ada juga yang menyatakan bahwa mereka belum terbiasa melakukan kebiasaan berrefleksi. Mahasiswa juga menyatakan tidak setiap hari melakukan berrefleksi namun mereka sudah terbiasa melakukan kebiasaan refleksi misal ketika mereka mengalami kegagalan atau stres. Mahasiswa semester 3 juga menyatakan dengan kebiasaan berrefleksi mereka semakin menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu berproses. Tabel 6 Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian N = 12 No 11. Pernyataan Mahasiswa mampu mengembangkan diri melalui kegiatan akademik SS S N TS STS 5 4 3 2 1 2 8 2 0 0 16,7% 66,6% 16,7% 4 8 0 0 0 33,3% 66,7% 2 7 3 0 0 16,7% 58,3% 25% maupun non akademik 12. Mahasiswa mampu berfikir sebelum bertindak 13. Mahasiswa mampu jujur dengan diri sendiri dan orang lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 14. Mampu menunjukan sikap tanggung jawab dari setiap tugas yang diberikan 3 5 4 25% 41,7% 33,3% 3 6 3 25% 50% 25% 1 7 4 8,3% 58,4% 33,3% 2 8 2 16,7% 66,6% 16,7% 3 6 3 25% 50% 25% 2 7 3 16,7% 58,3% 25% 3 7 2 25% 58,3% 16,7% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 oleh siapa pun 15. Mampu mendengarkan hati nurani dan sikap peduli terhadap penderitaan sesama 16. Mampu menjalin hubungan baik dengan siapa pun 17. Memikirkan konsekuensinya sebelum mengambil keputusan 18. Membantu siapa pun yang sedang mengalami kesusahan 19. Dapat menjadi pribadi yang dewasa dan percaya diri 20. Dapat membedakan tindakan yang baik dan buruk Dari hasil penelitian variabel ke 2 ini, sudah sangat terlihat jelas bahwa 12 mahasiswa PAK semester 3 sangat setuju dengan semua pernyataan artinya mereka sangat merasakan dampak dari kebiasaan berrefleksi. Dari kegiatan berrefleksi mereka menyatakan semakin berkembang baik dari segi akademik maupun non akademik, mereka menyatakan semakin dapat menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya dan belajar dari pengalaman. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 c. Semester V (2014) Tabel 7 Variabel I: Kebiasaan Berrefleksi N = 12 No 1. Pernyataan Sejak masuk kuliah di prodi PAK mahasiswa terbiasa berrefleksi setiap SS S N TS STS 5 4 3 2 1 1 4 6 1 0 8,3% 33,3% 50% 8,3% 1 5 6 0 0 8,3% 41,7% 50% 4 8 0 0 0 33,3% 66,7% 4 7 1 0 0 33,4% 58,3% 8,3% 6 6 0 0 0 50% 50% 6 5 1 0 0 50% 41,7% 8,3% 1 5 5 1 0 kegiatan 2. Setiap selesai kegiatan melakukan refleksi baik dalam kelompok maupun pribadi 3. Refleksi membawa mahasiswa menjadi lebih terarah 4. refleksi membantu mahasiswa menangkap makna dari apa yang telah dipelajari 5. Setiap hari meluangkan waktu 10-20 menit untuk berrefleksi 6. Terbiasa melakukan refleksi malam hari atau sebelum tidur 7. Mahasiswa terbiasa berrefleksi ketika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 8,3% 41,7% 41,7% 8,3% 9 3 0 0 0 75% 25% 7 5 0 0 0 belajar pengalaman masalalu 58,3% 41,7% Kegiatan berrefleksi membatu 8 4 0 0 0 mahasiswa terus berproses dan 66,7% 33,3% berhasil dalam belajar 8. 9. 10. berrefleksi ketika sedang stres Dengan refleksi mahasiswa bisa berkembang Pada variabel 1 mengenai kebiasaan berrefleksi, mahasiswa semester 5 menyatakan bahwa mereka sudah terbiasa berrefleksi baik sebelum kuliah maupun sesudah kuliah, bahwa setiap harinya mereka menyempatkan waktu 1020 menit untuk berrefleksi dan mereka menyatakan berrefleksi ketika malam hari atau sebelum tidur. Dengan berrefleksi mereka bisa belajardari pengalaman masalalu dan kegiatan berrefleksi menjadikan mahasiswa terus berproses dan berkembang. Tabel 8 Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian N = 12 No 11. Pernyataan Mahasiswa mampu mengembangkan SS S N TS STS 5 4 3 2 1 5 7 0 0 0 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 diri melalui kegiatan akademik 41,7% 58,3% 9 3 75% 25% 10 2 83,3% 16,7% 10 2 83,3% 16,7% 6 6 50% 50% 10 2 83,3% 16,7% 2 maupun non akademik 12. Mahasiswa mampu berfikir sebelum bertindak 13. Mahasiswa mampu jujur dengan diri sendiri dan orang lain 14. Mampu menunjukan sikap tanggung jawab dari setiap tugas yang diberikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 1 0 0 16,7% 75% 8,3% 6 5 1 0 0 50% 41,7% 8,3% 12 0 0 0 0 0 0 0 0 oleh siapa pun 15. Mampu mendengarkan hati nurani dan sikap peduli terhadap penderitaan sesama 16. Mampu menjalin hubungan baik dengan siapa pun 17. Memikirkan konsekuensinya sebelum mengambil keputusan 18. Membantu siapa pun yang sedang mengalami kesusahan 19. Dapat menjadi pribadi yang dewasa dan percaya diri 20. Dapat membedakan tindakan yang baik dan buruk 100% 12 100% PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 Dari kebiasaan berrefleksi yang sudah dilakukan oleh semester 5 begitu membawa damapak positif, hal ini terlihat jelas dengan hasil penelitian bahwa semua hasilnya positif bahkan hampir 95% mahasiswa semester 5 begitu mendapatkan hasil yang begitu positif dari kegiatan berrefleksi. Dengan kebiasaan refleksi mahasiswa semester 5 semakin menjadi pribadi yang lebih baik dan berkembang. d. Semester VII (2013) Tabel 9 Variabel I: Kebiasaan Berrefleksi N = 12 No 1. Pernyataan Sejak masuk kuliah di prodi PAK mahasiswa terbiasa berrefleksi setiap SS S N TS STS 5 4 3 2 1 3 6 2 1 0 25% 50% 16,7% 8,3% 1 6 4 1 8,3% 50% 33,4% 8,3% 6 5 1 0 0 50% 41,7% 8,3% 4 7 1 0 0 33,3% 58,4% kegiatan 2. Setiap selesai kegiatan melakukan refleksi baik dalam kelompok maupun 0 pribadi 3. Refleksi membawa mahasiswa menjadi lebih terarah 4. refleksi membantu mahasiswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 menangkap makna dari apa yang telah 8,3% dipelajari 5. Setiap hari meluangkan waktu 10-20 0 0 5 1 0 25% 41,7% 8,3% 3 5 4 0 0 25% 41,7% 33,3% 2 4 3 3 0 16,7% 33,3% 25% 25% 6 5 1 0 0 50% 41,7% 8,3% Kegiatan berrefleksi membantu 6 6 0 0 0 mahasiswa terus berproses dan 50% 50% menit untuk berrefleksi 6. Terbiasa melakukan refleksi malam hari atau sebelum tidur 7. Mahasiswa terbiasa berrefleksi ketika berhasil dalam belajar 8. 9. berrefleksi ketika sedang stres Dengan refleksi mahasiswa bisa belajar pengalaman masalalu 10. 3 3 6 25% 25% 50% 3 3 25% berkembang Dari hasil penelitian terhadap semester 7 juga 12 mahasiswa menyatakan sudah terbiasa berrefleksi karena hampir 80% mahasiswa menjawab positif. Mahasiswa semester 7 sudah melakukan refleksi sebelum kuliah di PAK. Mereka menyatakan bahwa kegiatan berrefleksi mengajarkan mereka untuk selalu belajar dari pengalaman masalalunya. Namun juga ada beberapa mahasiswa yang tidak setuju melakukan kegiatan berrefleksi ketika ia mengalami stres dan hampir 75% mahasiswa menyatakan setuju berrefleksi ketika mendapatkan kesuksesan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 Mahasiswa semester 7 semua setuju bahwa dengan berrefleksi dapat membuat dirinya semakin berkembang dan mampu berproses. Tabel 10 Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian N = 12 No 11. Pernyataan Mahasiswa mampu mengembangkan diri melalui kegiatan akademik SS S N TS STS 5 4 3 2 1 2 8 2 0 0 16,7% 66,6% 16,7% 4 4 4 0 0 33,3% 33,3% 33,4% 6 4 2 0 0 50% 33,3% 16,7% 4 7 1 0 0 33,4% 58,3% 8,3% 4 7 1 0 0 33,3% 58,3% 8,4% maupun non akademik 12. Mahasiswa mampu berfikir sebelum bertindak 13. Mahasiswa mampu jujur dengan diri sendiri dan orang lain 14. Mampu menunjukan sikap tanggung jawab dari setiap tugas yang diberikan oleh siapa pun 15. Mampu mendengarkan hati nurani dan sikap peduli terhadap penderitaan sesama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 16. Mampu menjalin hubungan baik dengan siapa pun 17. Memikirkan konsekuensinya sebelum mengambil keputusan 18. Membantu siapa pun yang sedang mengalami kesusahan 19. Dapat menjadi pribadi yang dewasa dan percaya diri 20. Dapat membedakan tindakan yang baik dan buruk 4 7 1 33,3% 58,4% 8,3% 3 5 4 25% 41,7% 33,3% 3 6 3 25% 50% 25% 3 8 1 25% 66,7% 8,3% 7 5 0 58,3% 41,7% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Dari kebiasaan refleksi yang dilakukan semester 7, ternyata membawa dampak yang begitu positif bagi perkembangan kepribadian mahasiswa semester 7. Dengan kebiasaan refleksi mereka semakin dapat membedakan mana tindakan yang baik dan buruk, mereka semakin dapat menjadi mahasiswa yang bertanggungjawab dalam setiap tugasnya, menjadi pribadi yang percaya diri dan selalu memikirkan konsekuensinya sebelum bertindak. e. Semester IX (2012) Tabel 11 Variabel I: Kebiasaan Berrefleksi N = 12 No Pernyataan SS S N TS STS PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 1. Sejak masuk kuliah di prodi PAK mahasiswa terbiasa berrefleksi setiap 5 4 3 2 1 2 2 5 3 0 16,7% 16,8% 41,7% 25% 0 4 8 0 0 33,3% 66,7% 7 5 0 0 58,3% 41,7% 2 8 2 0 0 16,7% 66,6% 16,7% 0 3 5 4 0 kegiatan 2. Setiap selesai kegiatan melakukan refleksi baik dalam kelompok maupun pribadi 3. Refleksi membawa mahasiswa 0 menjadi lebih terarah 4. refleksi membantu mahasiswa menangkap makna dari apa yang telah dipelajari 5. Setiap hari meluangkan waktu 10-20 menit untuk berrefleksi 6. Terbiasa melakukan refleksi malam 1 7 3 8,3% 8,3% 58,4% 25% 2 2 8 0 0 16,7% 16,7% 66,6% 5 4 3 0 0 41,7% 33,3% 25% 4 7 1 0 0 belajar pengalaman masalalu 33,3% 58,4% 8,3% Kegiatan berrefleksi membatu 3 8 1 0 0 Mahasiswa terbiasa berrefleksi ketika berhasil dalam belajar 8. 9. 10. 41,7% 33,3% 1 hari atau sebelum tidur 7. 25% Berrefleksi ketika sedang stres Dengan refleksi mahasiswa bisa 0 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 mahasiswa terus berproses dan 25% 66,7% 8,3% berkembang Dari hasil penelitian semester 9 ini, ada mahasiswa yang sudah terbiasa berrefleksi namun juga ada mahasiswa yang belum terbiasa melakukan kegiatan refleksi. Banyak mahasiswa semester 9 yang menjawab netral bahkan ada yang tidak setuju dengan pernyataan mahasiswa meluangkan waktu 10-20 menit dan melakukan refleksi malam hari atau sebelum tidur. Namun mahasiswa semester 9 banyak yang menyatakan bahwa kegiatan refleksi membatu mahasiswa terus berproses dan berkembang. Tabel 12 Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian N = 12 No 11. Pernyataan Mahasiswa mampu mengembangkan diri melalui kegiatan akademik SS S N TS STS 5 4 3 2 1 1 8 3 0 0 8,3% 66,7% 25% 1 6 5 0 0 8,3% 50% 41,7% 0 7 5 0 0 maupun non akademik 12. Mahasiswa mampu berfikir sebelum bertindak 13. Mahasiswa mampu jujur dengan diri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 sendiri dan orang lain 14. Mampu menunjukan sikap tanggung jawab dari setiap tugas yang diberikan 58,3% 41,7% 2 7 2 1 16,7% 58,3% 16,7% 8,3% 1 6 5 0 0 8,3% 50% 41,7% 2 7 3 0 0 16,7% 58,3% 25% 3 5 3 1 0 25% 41,7% 25% 8,3% 2 7 3 0 0 16,6% 58,3% 25% 1 8 3 0 0 8,3% 66,7% 25% 4 5 3 0 0 33,3% 41,7% 25% 0 oleh siapa pun 15. Mampu mendengarkan hati nurani dan sikap peduli terhadap penderitaan sesama 16. Mampu menjalin hubungan baik dengan siapa pun 17. Memikirkan konsekuensinya sebelum mengambil keputusan 18. Membantu siapa pun yang sedang mengalami kesusahan 19. Dapat menjadi pribadi yang dewasa dan percaya diri 20. Dapat membedakan tindakan yang baik dan buruk Dari kebiasaan refleksi mahasiswa semester 9 begitu merasakan dampaknya. Mereka menyatakan bahwa dengan kegiatan berrefleksi membantu mereka untuk dapat semakin berkembang, semakin dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu membedakan mana yang harus ia lakukan dan mana yang tidak dilakukan. Mahasiswa semester 7 menyatakan bahwa dengan kebiasaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 refleksi ia menjadi pribadi yang percaya diri dan mampu menjalin hubungan baik dengan siapa saja. 2. Laporan Hasil Penelitian dengan Wawancara Dari hasil penelitian yang sudah penulis lakukan dengan menggunakan angket, penulis mencurigai responden karena hasilnya hampir semua positif padahal menurut penulis dan berdasarkan pengamatan hasilnya negatif. Dengan begitu penulis memutuskan untuk melakukan penelitian ulang dengan wawancara dan penulis ingin melihat kembali apakah hasil angket itu benar-benar kenyatan dari mahasiswa atau hanya muncul dari pemikiran. Penulis melakukan wawancara setiap angkatan 2 mahasiswa. Pada bagian ini juga penulis akan melaporkan hasil penelitian wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 26 mei 2016 bertempat di prodi PAK kampus V USD. Responden penelitian wawancara ini ialah mahasiswa semester I – IX, namun dari setiap semester hanya di ambil 2 mahasiswa. Dalam melaporan kasil wawancara, penulis menggunakan code: R = Responden 1-10 = menunjukkan no responden S = Semester 1-9 = menunjukkan semester Pertanyaan pertama, mahasiswa benar-benar melakukan refleksi atau tidak. R8S7 yang didukung R1S1 menjawab tidak pernah melakukan kegiatan refleksi, ketika disuruh atau saat ada tugas kuliah sekalipun sulit sekali untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 berrefleksi. Kemudian R9S9 didukung oleh R5S5, R6S5, R7S7, R2S1 dan R10S9 tidak selalu berrefleksi namun pernah melakukan refleksi ketika ia sedang dihadapkan dengan masalah yang ia rasa berat dan membuat hidupnya menjadi lebih buruk, namun tidak setiap masalah itu direfleksikan karena rasa malas lebih besar dari kemauan untuk berrefleksi. Selanjutnya R3S3 dipertegas R4S3 mengungkapkan hanya kadang-kadang melakukan refleksi. Ia melakukan ketika ada pengalaman yang mengena di hati atau yang membuat dirinya bahagia, namun juga tidak semua yang membuat bahagia direfleksikan karena terkadang kebahagiaan tersebut berubah menjadi rasa malas. Pertanyaan kedua, apa yang mahasiswa cari dari refleksi. R8S7 didukung oleh R2S1, R3S3, R1S1 dan R6S5 bahwa mereka masih bingung apa yang harus dicari ketika sedang berrefleksi, sekalipun ketika ada tugas ataupun ada masalah mereka tidak tahu apa yang harus direfleksikan dan juga tidak tahu bagaimana refleksi sesungguhnya. Kemudian R9S9 didukung oleh R4S3, R5S5, R7S7, dan R10S9 yang mereka cari dari refleksi ialah kedamaian, ketenangan, kedewasaan, buah-buah rohani yang mampu membantu untuk menyelesaikan masalah dan sebuah makna yang mampu menjadikan pembelajaran untuk kedepannya dan sikap yang lebih baik. Pertanyaan ketiga, perasaan dan manfaat apa yang dirasakan dari kegiatan berrefleksi. R9S9 didukung oleh R8S7 dan R1S1 mengungkapkan perasaan yang dirasakan ialah kebingungan dan rasa tidak tahu karena mereka belum bisa berrefleksi dengan sungguh-sungguh dan belum bisa menemukan manfaat yang mampu membuat dirinya berkembang, namun sedikit manfaat yang mereka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 rasakan ialah mereka bisa belajar dari pengalaman masalalunya. Kemudian R10S7 yang didukung oleh R3S3, R5S5, R7S7 dan R2S1 ketika berrefleksi mereka merasa lega dan tenang meskipun kegiatan refleksi dilakukan hanya kadang dan itupun mereka tidak tahu apa yang harus ia refleksikan. Manfaat dari refleksi ialah mereka dapat menemukan jawaban atas masalah dan persoalan yang dihadapi. Selanjutnya R4S3 ditegaskan oleh R6S5 perasaan yang dirasakan ialah semakin diteguhkan melalui kegiatan refleksi meskipun melakukan refleksi tidak setiap hari dan manfaat yang diperoleh ialah dapat menjadi pribadi yang lebih baik, tegar dan mampu mengenali diri sendiri. Pertanyaan keempat, faktor pendukung dan penghambat ketika berrefleksi. R8S7 didukung R2S2 dan R1S1 faktor pendukung untuk berrefleksi ialah ketika ada tugas dan faktor penghambatnya ialah rasa malas dan rasa tidak ingin tahu dan tidak mau belajar bagaimana refleksi sesungguhnya itu. R7S7 didukung R4S3 dan R3S3 menjawab faktor pendukungnya ialah pengalaman yang mampu menyentuh hati dan dijadikan bahan untuk berrefleksi dan faktor penghambatnya selain rasa malas ialah rasa kepuasan dengan apa yang sudah dimiliki dan menganggap diri sudah paling benar. Kemudian R10S9 kembali ditegaskan oleh R6S5, R9S9 dan R5S5 mengatakan faktor pendorong untuk melakukan refleksi ialah ingin keluar dari masalah yang dirasa itu membebani hidupnya dan faktor penghambat adalah rasa dari dalam diri tidak ada kemauan untuk berubah yang paling mendasar ada rasa malas, capek dan pada akahirnya memilih untuk tidur. Pertanyaan kelima, apakah refleksi membawa dampak bagi perkembangan kepribadian. R4S3 didukung R2S1, R3S3 dan R1S1 mengungkapkan memang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 benar refleksi membawa dampak bagi perkembangan kepribadian namun mereka belum sepenuhnya merasakan karena mereka menyadari bahwa belum melakukan refleksi tidak setiap hari. Selanjutnya R8S7 ditegaskan kembali oleh R6S5, R7S7, R5S5, R9S9 dan R10S9 dengan refleksi mereka semakin dapat berkembang dari segi kepribadiaannya, meskipun mereka tidak selalu melakukan kegiatan berrefleksi tetapi mereka merasakan bahwa refleksi itu membawa pengaruh yang baik bagi perkembangan kepribadian Pertanyaan keenam, dari refleksi perkembangan kepribadian seperti apa yang diperoleh. R1S1 mengatakan belum bisa memperoleh apa-apa karena ia menyadari bahwa ia belum bisa sungguh-sungguh berrefleksi dan belum tahu apa yang dicari dari refleksi. R4S3 didukung oleh R3S3 dan R2S1 dengan refleksi ia lebih bisa mengenali diri sendiri, mengontrol emosi, mampu menempatkan diri dengan baik, menerima kritikan dari orang lain, lebih bisa menghargai orang lain dan dapat belajar dari kesalahan. Kemudian R5S5 ditegaskan R6S5 bahwa dengan refleksi menjadi pribadi yang lebih dekat dengan Tuhan dan dapat menjalin komunikasi serta relasi yang baik dengan Tuhan. R7S7 didukung oleh R8S7 dengan refleksi ia lebih mampu bersyukur dan dapat belajar dari pengalaman. Selanjutnya R9S9 didukung oleh R10S9 kegiatan refleksi dapat membantu mengolah diri, tidak mengulang kesalahan yang sama, menjadi pribadi yang percaya diri, mampu bertanggungjawab dan dapat berproses. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 3. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan data dari laporan hasil penelitian, kajian teori mengenai kebiasaan berrefleksi dan perkembangan kepribadian sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Pembahasan dibagi berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian dalam skripsi ini ialah memperoleh gambaran sejauh mana mahasiswa PAK memiliki kebiasaan untuk berrefleksi dan mengetahui apakah kebiasaan berrefleksi membawa dampak bagi perkembangan kepribadian. a. Gambaran kebiasaan mahasiswa PAK berrefleksi Untuk memperoleh gambaran sejauh mana mahasiswa PAK memiliki kebiasaan berrefleksi peneliti mengadakan penelitian dengan menyebarkan kuesioner dan wawancara kepada mahasiswa PAK semester I, III, V, VII dan IX. Melihat hasil penelitian melalui penyebaran angket yang hampir semua menjawab positif tetapi penulis mencurigai bahwa mahasiswa menjawab angket tidak sesuai dengan fakta yang ada. Karena itu penulis mengambil keputusan untuk melakukan wawancara. Dan hasilnya hampir berbanding kebalik, ketika dalam angket mereka menjawab sering melakukan kegiatan refleksi namun ketika wawancara kebanyakan dari mereka menjawab bahwa melakukan refleksi ketika ada tugas dan ketika ada masalah atau ketika disuruh. Hal ini sudah terlihat bahwa mereka tidak sungguh-sungguh melakukan refleksi. Namun dari hasil wawancara sebagian mahasiswa menjawab berdasarkan persepsi atau asumsi belum sampai pada fakta. Mahasiswa menjawab begitu merasakan dampak dari kegiatan berrefleksi, sedangkan yang terjadi mereka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 belum terbiasa berrefleksi bahwa mereka masih masih bingung apa yang harus direfleksikan. Karena untuk memiliki kebiasaan refleksi memang bukan hal yang mudah, perlu latihan terus menerus sampai mahasiswa menjadi terbiasa dengan refleksi dan mereka tahu apa yang direfleksikan. Menurut Julian (2007: 39) kebiasaan merupakan kebutuhan pertama dalam pembentukan karakter seseorang, dimana kebiasaan itu nantinya akan mencerminkan kepribadian seseorang. Kebiasaan akan membentuk sifat dasar seseorang. Kemudian menurut Huijbers (1987: 207) Refleksi bertolak pada pengalaman dirinya sendiri, dengan melihat kembali masa lalu yang sudah dialami dan kejadian yang sudah terjadi sebagai bahan untuk direfleksikan. Dari pengalaman tersebut seseorang dapat mengingat kembali dan berimajinasi tentang kejadian mana yang dapat direfleksikan agar dapat menemukan nilai yang membawa seseorang untuk menjadi lebih baik. Bahan utama untuk berrefleksi itu berasal dari pengalaman pribadi baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Dari pengalaman seseorang diharapkan dapat menemukan makna hidup yang mampu membuat kepribadianya berkembang. Memiliki kebiasaan berrefleksi memang sangat penting. Dengan berrefleksi seseorang akan lebih berkembang, memiliki pola hidup yang lebih terarah dan mampu memaknai pengalaman hidupnya. Dari hasil penyebaran angket hampir semua mahasiswa menjawab positif namun dari hasil wawancara mahasiswa menyatakan belum terbiasa berrefleksi bahkan mereka masih bingung apa yang harus direfleksikan. Berdasarkan pengamatan penulis dan didukung oleh hasil PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 wawancara bahwa mahasiswa PAK belum benar-benar melakukan refleksi atas kemauan dari diri sendiri. b. Dampak kebiasaan refleksi terhadap perkembangan kepribadian Memiliki kepribadian yang baik itu memang bukan hal yang mudah dan setiap orang pasti memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Untuk memiliki kepribadian yang baik itu sebenarnya kemauan dari diri sendiri, apakah dirinya itu mau berkembang atau tidak. Dari penelitian ini juga peneliti ingin memperoleh apakah kebiasaan refleksi membawa dampak bagi perkembangan kepribadian mahasiswa PAK. Menurut hasil penelitian dan wawancara, mahasiswa PAK belum memiliki kebiasaan berrefleksi bahkan mereka tidak tahu apa yang harus dicari dari kegiatan refleksi. Ketika penulis melakukan wawancara, hampir semua mahasiswa menyatakan bahwa refleksi ini begitu berpengaruh bagi perkembangan kepribadian. Sebagian kecil mahasiswa merasakan dampaknya, yaitu mereka mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan sebagian mahasiswa mengatakan mereka belum bisa merasakan dampak dari refleksi karena mereka memang belum terbiasan berrefleksi. Ini terlihat dari hasil wawancara yang sudah penulis lakukan. Paulus Budiharjo (1997: 53-56) berpendapat bahwa perkembangan kepribadian merupakan suatu dinamika yang terjadi sepanjang hidup Individu secara kontinyu berkembang dan belajar keterampilan baru serta bergerak menuju realisasi diri. Perkembangan kepribadian tidak terjadi dengan sendirinya melainkan adanya hubungan serta interaksi dengan sesama selain itu kepribadian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 dapat terbentuk dari dalam diri. Melalui interaksi individu tumbuh menjadi pribadi yang utuh dan dewasa, semakin bijaksana dalam melakukan segala sesuatu, belajar dari pengalaman-pengalamannya untuk menjadi semakin baik setiap harinya. 4. Kesimpulan Penelitian Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, penulis akan menyampaikan kesimpulan penelitian menjadi 2 bagian guna menanggapi tujuan penelitian. Mahasiswa PAK sejak awal masuk kuliah sudah banyak dibekali kemampuan serta pengetahuan untuk berrefleksi dan untuk mengembangkan iman. Pertama, menyampaikan gambaran kebiasaan berrefleksi mahasiswa di Pendidikan Agama Katolik. Melalui penelitian dan wawancara, penulis menjadi lebih tahu seberapa sering mahasiswa PAK berrefleksi. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan angket semua mahasiswa menjawab positif mereka menyatakan selalu berrefleksi setiap hari, namun berdasarkan wawancara ternyata hasilnya negatif, mahasiswa mengatakan belum terbiasa berrefleksi bahkan mereka masih belum mengetahui apa itu refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara penulis cenderung percaya dengan hasil wawancara bahwa mahasiswa PAK belum terbiasan berrefleksi. Bahkan dari hasil wawancara mahasiswa mengatakan mereka masih bingung apa yang harus mereka cari dari refleksi. Kedua, kebiasaan berrefleksi membawa dampak bagi perkembangan kepribadian. Mahasiswa PAK menyadari bahwa kebiasaan refleksi membawa dampak positif bagi perkembangan kepribadian. Namun kepribadian itu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 berkembang tidak semata-mata dari kegiatan berrefleksi, kepribadian dapat berkembang bisa dari dalam diri maupun dari faktor luar yang mendukung perkembangan itu sendiri. Mereka menyatakan dengan berrefleksi mereka mampu mendengarkan hati nuraninya, bersikap peduli dengan siapa pun, mampu menjadi pribadi yang lebih dewasa dan percaya diri. Selain itu mahasiswa lebih dapat mengenali diri sendiri dan tidak melakukan kesalahan yang sama. Sebagai mahasiswa PAK atau calon pendidik iman, mereka harus mampu bersikap dewasa, berrelasi baik dengan siapa pun, dan bertindak lebih baik. Sebagai calon pendidik tentu harus memiliki kepribadian yang dapat membawa dirinya semakin berkembang dan mampu terus berproses. Dari hasil penelitian ini akan ditindak lanjuti di bab IV. Dari hasil penelitian dan wawancara, mahasiswa PAK belum memiliki kebiasan berrefleksi bahkan mereka masih belum mengetahui apa itu refleksi. Untuk menciptakan dan membiasakan mahasiswa PAK dengan kegiatan berrefleksi, penulis mengusulkan program pelatihan refleksi. Dengan pelatihan refleksi ini diharapkan mahasiswa mau menciptakan kebiasaan refleksi dalam setiap harinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV UPAYA MENINGKATKAN KEBIASAAN REFLEKSI DEMI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA PAK UNIVERSITAS SANATA DHARMA Pada bab sebelumnya penulis telah mengemukakan hasil penelitian melalui kuesioner dan wawancara kebiasaan refleksi mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma dan dampaknya bagi perkembangan kepribadian dan membahas hasil penelitian tersebut. Dari penelitian dapat dilihat bahwa mahasiswa PAK belum secara mandiri melakukan kegiatan refleksi, sesungguhnya mahasiswa tahu arti refleksi itu apa. Kebiasaan berrefleksi dipahami sangat berpengaruh baik untuk perkembangan kepribadian mahasiswa. Pada bab IV ini penulis memaparkan mengenai upaya yang diharapkan dapat meningkatkan kebiasaan berrefleksi demi perkembangan kepribadian mahasiswa berdasarkan kajian pustaka bab II dan hasil penelitian di bab III. Penulis akan membagi bab IV ini kedalam tiga bagian: pertama, menjelaskan tentang pentingnya meningkatkan kebiasaan refleksi bagi mahasiswa PAK. Kedua, contoh usulan kegiatan yang dapat mendukung upaya tersebut. Ketiga, penulis akan menyampaikan rincian usulan kegiatan. A. Pentingnya Meningkatkan Kebiasaan Refleksi Mahasiswa PAK Berdasarkan penelitian dan didukung hasil wawancara penulis mendapatkan kesimpulan bahwa mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma masih perlu ditingkatkan kegiatan berrefleksi. Sebenarnya mereka sudah begitu terbiasa dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 kegiatan refleksi, bahkan setiap kegiatan selalu diakhiri dengan refleksi. Namun, untuk refleksi secara mandiri mereka belum terbiasa. Oleh karena itu perlu usaha secara khusus untuk meningkatkan kebiasaan berrefleksi, pentingnya meningkatkan kebiasaan berrefleksi perlu di dasarkan 3 hal: Refleksi perlu menjadi kebiasaan yang bersifat pribadi bukan hanya formal, Refleksi sebagai bagian esensial dalam pembentukan kepribadian, dan Refleksi adalah cara untuk mampu membentuk kepribadian secara personal dan utuh. 1. Refleksi perlu menjadi kebiasaan yang bersifat pribadi bukan hanya formal Kebiasaan berrefleksi sangat berpengaruh bagi perkembangan kepribadian mahasiswa. Kebiasaan berrefleksi ini sangat penting untuk perkembangan kepribadian, karena dengan berrefleksi seseorang selalu belajar dari pengalaman dan mampu menjadi orang yang lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara, mahasiswa PAK masih perlu ditingkatkan lagi kebiasaan berrefleksi baik di rumah maupun di kampus secara pribadi, bukan hanya formal dikampus saja melainkan secara mandiri. Oleh karena itu mahasiswa perlu didorong untuk membiasakan diri melakukan kegiatan refleksi supaya mereka juga tahu apa yang harus direfleksikan dan apa yang sebenarnya dicari dari kegiatan refleksi itu sendiri. 2. Refleksi bagian esensial dalam pembentukan kepribadian sebagai calon katekis Sebagai calon katekis atau guru agama mendekatkan diri atau memiliki relasi baik dengan Tuhan itu sangat penting. Karena dengan begitu seseorang mampu mendengarkan kedalaman hatinya, dan mampu menjadi pribadi yang baik. Hal yang memprihatinkan mahasiswa Pendidikan Agama Katolik masih bingung apa refleksi itu sesungguhnya dan apa yang harus ia cari dari kegiatan berrefleksi dalam kaitan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 dengan panggilannya sebagai calon katekis. Maka penulis mengusulkan kegiatan pelatihan refleksi untuk meningkatkan kebiasaan berrefleksi mahasiswa PAK sehingga membawa dampak bagi perkembangan kepribadian sebagai calon katekis. Kegiatan pelatihan ini mengajak mahasiswa PAK untuk dapat membentuk hati nurani, menangkap nilai dari apa yang sudah dipelajari dan mampu mengimplikasikan pengetahuannya. Sebagai para calon pendidik juga penting menyadari karya Allah dan tanggapan mereka terhadap karya Allah itu, terutama dalam karya sebagai calon pendidik iman. Melalui kegiatan tersebut, mahasiswa diharapkan mau membiasakan diri untuk berrefleksi. 3. Refleksi adalah cara untuk mampu membentuk kepribadian secara personal dan utuh Sehubungan dengan pengertian refleksi, tim Pusat Pengembangan dan Penjamin Mutu Pembelajaran dan Lembaga Penjamin Mutu (P3MP &LPM) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam buku Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogis Ignasian (2012: 18) memaknai refleksi sebagai proses mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan yang menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai dari apa yang dipelajari. Berdasarkan pengertian tersebut sudah sangat jelas bahwa kegiatan refleksi ingin menemukan makna hidup dan menangkap nilai yang sudah dipelajari. Namun untuk sampai bisa menemukan makna dan nilai tersebut perlu digarisbawahi bahwa refleksi merupakan kegiatan mengadakan pertimbangan dengan menggunakan daya ingat, imajinasi dan perasaan. Ketika seseorang mengadakan refleksi perlu mengingat sesuatu yang sudah terjadi, merenungkan kembali pengalaman dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 berimajinasi dan menggunakan perasaannya diharapkan mampu menemukan nilai untuk membawa dirinya ke arah yang lebih baik. Refleksi membantu seseorang untuk mengingat kembali pengalaman dan merecanakan langkah hidup yang lebih baik untuk selanjutnya serta dengan refleksi mampu membentuk kepribadian yang utuh. B. Usulan Pelatihan Refleksi Bagi Para Mahasiswa Pendidikan Agama Katolik 1. Latar belakang Penulis mengusulkan program pelatihan refleksi, karena mahasiswa perlu dibimbing kembali dan mendapat pelatihan mengenai refleksi. Dengan begitu mereka tahu dan paham apa tujuan dari refleksi dan bagaimana cara refleksi sesungguhnya dilakukan. Dengan kegiatan pelatihan refleksi ini diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan dan membiasakan diri dengan berrefleksi. Dengan kegiatan refleksi mahasiswa mampu mendengarkan hati nurani, mengenali dan memahami kerinduan hati serta dapat mewujudkan melalui studi dan tindakan cinta kasih. Seseorang yang terbiasa berrefleksi tentu hidupnya akan lebih bermakna dan terarah, karena dengan refleksi ia mampu mendengarkan suara hati, menjawab kerinduan hatinya dengan penuh tanggungjawab dan bertindak dengan penuh kasih. Kepribadian seseorang dapat berkembang memang semata-mata bukan karena kebiasaan berrefleksi, namun memiliki kebiasaan refleksi menjadi salah satu kegiatan yang akan mengantar mahasiswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 Dengan kebiasaan berrefleksi mahasiswa lebih mampu berproses, tidak akan mengalami kesalahan yang sama dan akan selalu belajar dari pengalaman. Dalam kehidupan kita sehari-hari, peristiwa-peristiwa seringkali berlalu begitu saja tanpa sempat kita refleksikan sehingga kita tidak mengetahui makna dibaliknya. Sementara iman kita mengatakan bahwa Tuhan hadir dalam peristiwaperistiwa yang kita alami setiap harinya, sehingga dalam hidup sehari-hari penting sekali membiasakan diri untuk berrefleksi. Dalam membuat usulan pelatihan refleksi ini, penulis menyusun langkah-langkah yang perlu dipersiapkan untuk memperlancar rangkaian kegiatan sehingga tujuan dari kegiatan ini dapat tercapai. 2. Tema dan Tujuan Pelatihan Refleksi Kegiatan pelatihan refleksi kali ini mengangkat tema “Malas No, Refleksi Yes”. Tema ini diambil untuk menyadarkan dan membantu para mahasiswa agar menciptakan kebiasaan berrefleksi dan berani memberantas rasa malas yang ada dalam dirinya. Memiliki kebiasaan berrefleksi akan membuat mahasiswa mampu mendengarkan suara hati, menjadi pribadi yang dewasa dan bertindak dengan cinta kasih, karena dengan kebiasaan berrefleksi tersebut mahasiswa lebih dapat berkembang, berproses, lebih dekat dengan Tuhan dan mampu mengenali diri sendiri lebih dalam lagi. Tujuan: 1. Peserta mampu menangkap arti dari apa yang sudah dipelajari. 2. Peserta mampu menemukan keterkaitan antara pengetahuan dan realita. 3. Peserta mampu mengimplikasikan pengetahuan dan bertanggungjawab. 4. Peserta mampu mendengarkan hati nuraninya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 3. Peserta Peserta pelatihan refleksi adalah mahasiswa semester 2 Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Pendamping: Dr. B. Rukiyanto, SJ dan bekerjasama dengan Tim Spiritualitas Prodi. 5. Tempat dan Waktu Pelatihan ini dilaksanakan hari sabtu dan minggu supaya tidak mengganggu jadwal kuliah mahasiswa sehingga semua mahasiswa bisa mengikutinya. Tempat pelaksanaan menyesuiaikan angkatan. 6. Bentuk Pelatihan Refleksi Pelatihan refleksi dilaksanakan dengan pengolahan pengalaman, sharing kelompok, sharing pengalaman, penyampaian materi dan latihan refleksi langsung. Pelatihan ini dilaksanakan dengan santai namun mendalam. 7. Sumber Bahan Pelatihan ini dirancang dengan menggunakan sumber bahan yang memperkaya dan menunjang pelatihan refleksi (buku-buku). Sumber bahan tersebut diantaranya pengalaman baik selama di PAK maupun di luar kampus, latihan rohani dan latihan refleksi. 8. Metode Metode yang digunakan dalam pelatihan ini yaitu mengolah pengalaman, refleksi pribadi, sharing kelompok, ceramah/informasi dan latihan langsung. 9. Sarana Sarana pendukung kelancaran pelatihan refleksi ini ialah laptop, hand out, LCD, dan speaker. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 10. Susunan Acara Susunan Kegiatan Pelatihan Refleksi Mahasiswa PAK USD No 1. Waktu 15.00 Acara Petugas Sampai di lokasi Petugas 2. 15.00-15.30 Snack Petugas 3. 15.30-16.30 Mandi Pribadi 4. 16.30-17.00 Pengantar dan pembuka Pendamping 5. 17.00-19.00 Sesi 1: Pengolahan Pengalaman Pendamping berrefleksi 6. 19.00-19.30 Makan malam Petugas 7. 19.30-22.00 Sesi 2: Pengayaan Mengenai Refleksi Pendamping 8. 22.00-23.00 Refleksi pribadi Pribadi 9. 23.00 Istirahat 10. 06.30-07.30 Misa Pagi Petugas 11. 07.30-08.00 Sarapan pagi Petugas 12. 08.00-10.00 Sesi 3: Latihan Refleksi Pendamping 13. 10.00-10.30 Snack Petugas 14. 10.30-11.00 Ice breaking Petugas 15. 11.00-13.00 Sesi 4: Perencanaan Kedepan Pendamping 16. 13.00-14.00 Makan siang dan Pulang Petugas 11. Uraian Kegiatan Dari Setiap Sesi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 a. Salam dan Pengantar Selamat sore dan selamat datang kepada para mahasiswa selanjutnya mengucapkan terima kasih atas kesempatan untuk dapat berkumpul bersama melaksanakan pelatihan refleksi. Kegiatan ini diadakan karena berdasarkan hasil penelitian sudah jelas bahwa mahasiswa PAK belum begitu paham dengan refleksi. Pendamping juga menyampaikan tujuan dari kegiatan pelatihan refleksi. Pelatihan refleksi ini mengajak mahasiswa menyadari bahwa memiliki kebiasaan berrefleksi ini sangat penting dalam hidup. Orang yang tidak pernah berrefleksi maka hidupnya akan dangkal dan datar karena ia akan sulit untuk berproses. Orang yang memiliki kebiasaan berrefleksi maka hidupnya akan lebih terarah karena setiap peristiwa atau kejadian yang dialaminya selalu dijadikan pelajaran untuk kedepannya sehingga tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Selain itu orang yang sering berrefleksi tentunya ia akan memiliki relasi yang baik dengan Tuhan karena ia selalu menyempatkan waktu untuk merenung bersama Tuhan. Melatih diri untuk berrefleksi untuk dapat mewujudkan perkembangan kepribadiannya sebagai seorang mahasiswa. b. Doa Pembukaan Pendamping: Marilah kita hening sejenak untuk menyiapkan hati, pikiran dan tindakan kita sebelum mengikuti kegiatan rekoleksi ini, kemudian memejamkan mata sambil mendengarkan lagu “Semua baik” lalu berusaha menyadari kasih Allah dan kehadiran-Nya dalam hidup kita. Disusul doa pembukaan dengan mengucap syukur atas kesempatan kegiatan pelatihan refleksi dan memohon kasih penyertaan Tuhan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 agar kegiatan ini memberi buah-buah positif untuk memperkembangkan kepribadian dengan belajar meneladani Yesus. c. Sesi 1 : Pengolahan pengalaman Tujuan: peserta bersama pendamping diharapkan mampu mengolah pengalamannya baik itu pengalaman buruk maupun yang mengesankan, karena pengalaman adalah guru yang ilmu yang paling berharga. Dengan mampu mengolah pengalaman mahasiwa akan menjadi pribadi yang lebih baik dan akan semakin berkembang. Peserta diminta membagi diri dalam kelompok, setiap kelompok 5-7 mahasiswa untuk sharing pengalaman berrefleksi selama ini dalam kelompok dengan panduan pertanyaan dibawah ini. Panduan sharing pengalaman: 1. Apa yang kamu refleksikan selama ini? 2. Apa yang kamu cari ketika berrefleksi? 3. Ceritakanlah pengalaman yang mengesankan ketika melakukan refleksi? 4. Selama ini apa yang kamu pahami mengenai refleksi? 5. Hambatan apa yang membuat kamu sulit untuk berrefleksi? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan mahasiswa mampu mengingat kembali dan mengolah pengalamannya, mereka menyadari pentingnya merrefleksikan pengalaman yang terjadi untuk pembelajaran kedepannya dan menjadi kunci supaya mereka tidak melakukan kesalahan yang sama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 Setelah sharing pengalaman dalam kelompok, peserta berkumpul kembali di ruangan dan pleno hasil sharing pengalamnya. Sesudah pleno pendamping sedikit memberi penegasan dan menyimpulkan hasil dari sharing pengalaman peserta. d. Sesi II. Pemahaman Tentang Refleksi (akan dijelaskan dengan Power Point) 1. Pengertian Refleksi Huijbers (1987: 207) refleksi bertolak pada pengalaman dirinya sendiri, dengan melihat kembali masalalu yang sudah dialami dan kejadian yang sudah terjadi sebagai bahan untuk direfleksikan. Dari pengalaman tersebut seseorang dapat mengingat kembali dan berimajinasi kejadian mana yang dapat direfleksikan agar dapat menemukan nilai yang membawa seseorang untuk menjadi lebih baik. Bahan refleksi itu berasal dari pengalaman pribadi baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Berdasar pengalaman yang seseorang diharapkan dapat menemukan makna hidup yang mampu membuat kepribadianya berkembang. Menutut Trianto (2007: 113) refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui refleksi, orang mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa refleksi merupakan suatu cara untuk mengkontruksi kembali pengalaman lebih-lebih yang terjadi di masa lalu atau yang baru saja diterima menjadi suatu bentuk pengetahuan baru yang mampu memperkaya struktur pengetahuan yang telah dimiliki. Refleksi menjadi suatu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 kegiatan penting agar seseorang lebih mampu memahami materi pembelajaran atau proses pembelajaran dengan baik. Sehubungan dengan pengertian refleksi, tim Pusat Pengembangan dan Penjamin Mutu Pembelajaran dan Lembaga Penjamin Mutu (P3MP &LPM) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam buku Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogis Ignasian (2012: 18) memaknai refleksi sebagai: • • • • • Proses mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat Pemahaman Imajinasi perasaan yang menyangkut bidang ilmu pengalaman Berdasarkan pengertian tersebut sudah sangat jelas bahwa kegiatan refleksi ingin menemukan makna hidup dan menangkap nilai yang sudah dipelajari. Namun untuk sampai bisa menemukan makna dan nilai tersebut perlu digarisbawahi bahwa refleksi merupakan kegiatan mengadakan pertimbangan dengan menggunakan daya ingat, imajinasi dan perasaan. Ketika seseorang mengadakan refleksi perlu mengingat sesuatu yang sudah terjadi, merenungkan kembali pengalaman dengan berimajinasi dan menggunakan perasaannya diharapkan mampu menemukan nilai untuk membawa dirinya ke arah yang lebih baik. Refleksi membantu seseorang untuk mengingat kembali pengalaman dan merecanakan langkah hidup yang lebih baik untuk selanjutnya serta dengan refleksi mampu membentuk kepribadian yang utuh. 2. Tujuan Kegiatan Refleksi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 Tim P3MP & LPM Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam buku “Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogis Ignasian” (2012: 20) mengungkapkan tujuan kegiatan refleksi yaitu: menangkap arti atau nilai hakiki, menemukan keterkaitan antar pengetahuan dengan realitasnya, memahami implikasi pengetahuan dan seluruh tanggungjawabnya, dan membentuk hati nurani. 1) Menangkap arti atau nilai hakiki dari apa yang sudah dipelajari dan telah didapat dalam kegiatan sehari-hari. Dengan menangkap arti dan nilai sesuatu apa yang telah dipelajari seseorang akan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga dapat bertindak dan menerapkan dalam hidup sehari-hari. 2) Menemukan keterkaitan antar pengetahuan dengan realitasnya. Refleksi adalah kegiatan merenungkan kembali sesuatu yang sudah kita dapat, dengan merenungkan terkadang seseorang menyadari bahwa pengetahuan yang sudah di dapat itu ada yang realitas dan ada yang tidak. Melalui refleksi ini seseorang akan mampu menemukan pengalaman baru dan nilai yang akan membawa seseorang menjadi lebih baik. 3) Memahami implikasi pengetahuan dan seluruh tanggungjawabnya. Semua kegiatan sebaiknya di refleksikan dengan merenungkan kembali tugas dan tanggungjawab tentu untuk kedepannya agar lebih baik lagi. Dengan merefleksikan pengetahuan apa yang sudah dimiliki oleh seseorang tentu akan menambah wawasan yang lebih luas lagi dan tentunya pengetahuan yang dimiliki akan lebih berguna. Seseorang yang dapat merefleksikan kegiatannya sehari-hari tentu akan lebih baik dan menjadi sosok yang bertanggungjawab, karena tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 4) Membentuk hati nurani. Dengan menekankan kebiasaan berrefleksi tentu seseorang akan dapat membentuk hati nuraninya. Mampu membedakan roh baik dan jahat, mengembangkan kesadaran dalam diri seseorang dan dapat memilih mana yang terbaik untuk dirinya. Kegiatan refleksi yang dilakukan setiap harinya mampu membentuk hati nurani. Seseorang yang memiliki hati nurani tentu akan memiliki kepribadian yang baik karena orang tersebut memilik pedoman hidup yang akan menuntun ke arah yang lebih baik dan positif dengan kesadaran penuh dari dari dalam hati. Setiap manusia mempunyai hati nurani yang menuntut manusia untuk bersikap berdasarkan prinsip-prinsip moral, seperti bertindak baik, jujur, benar dan adil. 3. Proses Berrefleksi Dalam Pedagogi Ignasian, paradigma yang baik harus memperhatikan konteks belajar dalam proses pedagogisnya. Paradigma tersebut juga harus menunjukan caracara yang mendukung keterbukaan pada pertumbuhan secara keseluruhan, seperti yang ditegaskan oleh Subagya (2008: 41-44). Langkah-langkah paradigma tersebut yaitu: pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. a. Pengalaman Pengalaman yang dimaksud dalam pedagogi ini merupakan setiap kegiatan yang di dalamnya bercirikan pemahaman kognitif dari bahan yang disimak dan juga keterlibatan dimensi afektif. Pengalaman bisa dibedakan menjadi dua yaitu pengalaman langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung di antaranya situasi pembelajaran, biasanya berupa: diskusi, penelitian, kegiatan lapangan, aksi sosial, home stay, karya wisata, dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk pengalaman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 tidak langsung dalam situasi pembelajaran yaitu upaya memperoleh informasi mengenai sebuah peristiwa melalui kegiatan membaca, mendengar atau menyimak gambar. b. Refleksi Dalam refleksi, daya ingat, pemahaman, daya khayal, dan perasaan dipergunakan untuk menangkap arti dan nilai yang sedang dipelajari. Refleksi merupakan sebuah proses yang membentuk suara hati yang terdiri dari keyakinan, nilai, sikap, serta seluruh cara bertindak agar seseorang mampu menjadi pribadi yang lebih baik. Suara hati memungkinkan untuk mengembangkan kesadaran akan benar dan salah, baik dan jahat, dan dimana posisi seseorang pada keadaan tersebut. Dengan kata lain refleksi merupakan proses untuk menemukan makna dalam pengalaman manusiawi, dengan begitu seseorang diharapkan menjadi sosok teladan yang baik untuk sesama. c. Aksi Refleksi dalam Pedagogi Ignasian menjadi mentah jika hanya menghasilkan pemahaman dan reaksi-reaksi afektif saja. Meskipun tidak dipungkiri bahwa reaksi afektif juga penting. Reaksi afektif akan mengantar seseorang untuk merasakan dan mengenyam yang dapat memperdalam pengalaman. Unsur afektif merupakan daya yang menggerakan pengertian menjadi tekad perbuatan. Istilah aksi di sini merujuk pada pertumbuhan sikap batin dan tindakan yang ditampilkan berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan. Pengalaman afektif seseorang sangat penting untuk membangun aksi, merefleksi pengalaman-pengalaman yang ada dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 dorongan dari dalam diri seseorang akan memiliki aksi yang dapat memperkembangkan dirinya. d. Evaluasi Dampak refleksi tidak hanya pada pertumbuhan dan perkembangan akademis, tetapi juga perkembangan kepribadian dan kepeduliannya kepada sesama. Kebiasaan refleksi akan dapat membantu seseorang memperkembangkan kepribadiannya, karena dengan berrefleksi seseorang akan mampu berfikir jernih sebelum bertindak dan menjadi pribadi yang lebih baik. Evaluasi di sini ialah cara untuk mengetahui dengan tepat kemampuan dan kondisi tantangan yang harus dihadapi. Sehingga seseorang perlu mengadakan evaluasi dengan mengukur atau menilai sejauh mana kegiatan refleksi yang dilakukan berhasil dan membuat seseorang menjadi semakin berkembang. Setelah peserta mendengarkan penjelasan dari pendamping, pendamping membuka sesi tanya jawab kiranya ada peseta yang belum paham mengenai materi yang sudah di sampaikan. e. Refleksi Pribadi Tujuan: setelah belajar mengolah pengalaman dan penjelasan mengenai refleksi. Mahasiswa diharapkan dapat memahami arti refleksi sesungguhnya dan tahu apa yang ia cari dari refleksi. Sebelum istirahat mahasiswa diminta untuk berrefleksi. Dengan panduan pertanyaan: 1. Apa yang kamu dapat sepanjang hari ini? 2. Ceritakalah pengalaman yang tak terlupakan selama ini? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 3. Bagaimana diri kalian menurut orang lain dan menurut anda sendiri? 4. Simbol apa yang cocok untuk memcerminkan diri anda? (misal lilin, air, api atau yang lainnya) berikan alasanya! 5. Ceritakan pengalaman suka duka pada semester ini? Sebelum peserta melakukan refleksi, pendamping menuntup kegiatan pada hari ini dengan berdoa. Pendamping mengajak peserta untuk hening dan memejamkan mata, peserta diminta menyadari akan hadirnya Tuhan dalam hatinya dan dilanjutkan doa penutup dengan mengucap syukur atas hari yang boleh dilalui dan semoga kegiatan pelatihan refleksi ini mampu menyadarkan mahasiswa pentingnya berrefleksi dalam hidup. Selanjutnya mohon perlindungan untuk malam ini supaya kasih-Mu selalu menyertai niat dan usaha peserta. f. Misa Pagi Tujuan: semoga peserta lebih mampu bersykur atas hari dan menyadari kasih-Mu yang sungguh luar biasa. Misa akan dipimpin oleh Romo Ruki SJ yang sudah diersiapkan oleh pendamping. g. Sesi 3: Latihan Refleksi Tujuan: peserta diharapkan bisa melakukan refleksi sungguh-sungguh, tahu apa yang dicari dari refleksi dan menciptakan kebiasaan refleksi dalam kesehariannya. Sebelumnya pendamping akan memberi pengarah bagaimana melakukan refleksi. Untuk melakukan kegiatan refleksi perlu memahami beberapa unsur pokok yang dapat mengantar mahasiswa benar-benar dapat berrefleksi dengan sungguh dan peserta tahu arah dari refleksi. Peserta diminta mengingat kembali pengalaman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 selama 1 bulan yang sudah dilalui. Pendamping menjelaskan atau mengarahkan langkah-langkah untuk latihan refleksi: 1. Kesadaran dihadapan Tuhan Dalam keheningan mahasiswa diminta untuk membuka hatinya dan menyadari akan kehadiran Tuhan. Mahasiswa harus menyadari bahwa semua pengalaman dan semua peristiwa yang dilalui itu adalah campur tangan dari Tuhan. 2. Memutar kembali pengalaman Setelah itu peserta diminta memutar, mengingat dan melihat kembali pengalaman yang sudah terjadi dan sudah dilalui. Ingat kembali pengalaman tersebut, jadikan pengalaman itu sebuah pelajaran. 3. Mencari apa yang pantas disyukuri mencari apa yang pantas disesali tindak lanjut untuk kedepan apa yang ingin ditingkatkan. • Mencari apa yang pantas disyukuri Dari pengalaman 1 bulan, peserta diminta mengingat kembali pengalaman selama ini yang pantas disyukuri ari sekian banyak pengalaman. • Mencari apa yang pantas disesali Peserta kembali merenungkan pengalamanya selama 1 bulan, mengingat dan melihat kembali pengalaman apa yang harus peserta sesali dan dijadikan pelajaran untuk kedepannya. • Tindak lanjut untuk kedepan yang ingin ditingkatkan Dari pengalaman yang sudah disyukuri dan disesali, peserta bisa merenungkan kembali pengalamannya, kemudian memikirkan tindak lanjut untuk kedepannya baik pengalaman yang sudah disyukuri maupun pengalaman yang sudah disesali. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 Sehingga peserta dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. 4. Mohon rahmat dari Tuhan Setelah menyadari, mensyukuri, menyesali dan menindak lanjuti pengalaman. Peserta diharapkan mohon rahmat dari Tuhan semoga pengalaman yang ia dapatkan mampu menjadikan pembelajaran dan semoga aksi yang akan dilakukan mampu peserta wujudkan. Setelah memahami dan mengetahui langkah-langkah dari refleksi peserta diberi waktu untuk latihan berrefleksi secara pribadi. Dengan langkah-langkah yang sudah dijelaskan oleh pendamping semoga peserta bisa mendengarkan kerinduan hatinya selama ini dan menindaklanjuti kerindunya tersebut. Adapun petunjuk untuk berrefleksi: • Dari sekian banyak pengalaman yang kamu miliki, pilihlah satu pengalaman saja yang kamu anggap pengalaman itu sungguh mengispirasi kalian? Mengapa? • Bagaimana relasi mu dengan orang-orang sekitar kamu, khususnya di kampus PAK? • Sejauh ini bagaimana relasi mu dengan Tuhan? • Kesulitan apa yang kamu temui ketika berrefleksi? Setelah peserta melakukan refleksi secara pribadi, peserta diminta berkumpul kembali dan meminta beberapa peserta untuk mensharingkan hasil refleksinya. Kemudian pendamping memberi waktu peserta apabila ada hal yang ingin ditanyakan terkait tentang latihan refleksi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 Kegiatan latihan refleksi ini akan di lanjutkan dengan perkuliah pembinaan spiritualitas, supaya kegiatan refleksi tidak berhenti disini akan tetapi berlanjut untuk kedepannya sehingga peserta memiliki kebiasaan untuk berrefleksi baik secara pribadi dirumah maupun kegiatan dikampus. h. Ice Breaking Pendamping dibantu oleh petugas dan mengajak peserta untuk mencairkan suasana dengan mengikuti gerak lagu Positive Thinking dan game singkat. i. Sesi 4: perencanaan kedepan Tujuan: dari kegiatan pelatihan refleksi ini diharapkan mahasiswa memiliki perencanaan untuk kedepannya seperti apa, sehingga peserta dapat berkembang dan memiliki arah serta tujuan yang pasti. Pendamping memberi rangkuman mengenai kegiatan pelatihan refleksi ini, pendamping berharap melalui pelatihan ini peserta menjadi lebih tahu dan mengerti apa sesungguhnya refleksi itu, apa yang di cari dan bagaimana cara berrefleksi yang benar. Melalui kegiatan ini kita kembali disadarkan dan diingatkan akan pengalaman atau peristiwa yang sudah kita lalui selamai ini kurang lebih 1 bulan ini. Pengalaman adalah pelajaran yang baik untuk kita, dengan pengalaman kita akan dapat belajar dari masalalui. Sebagai mahasiswa Pendidikan Agama Katolik atau calon katekis kita pantas menjalin relasi yang baik dengan Tuhan dan mampu mendengarkan suara hati. Dengan kegiatan pelatihan refleksi, sekarang peserta diminta membuat perencanan dari mulai 1 semester kedepan dan ketika itu sudah terwujud bisa dilakukan lagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 untuk kedepan, misal dari yang tidak pernah berdoa memiliki komitmen untuk rajin berdoa. Bisa juga perencanan yang kalian inginkan selama ini dan boleh lebih dari satu. Panduan: • Perencanan apa yang akan kalian lakukan untuk kedepan? (bisa diawali dengan satu bulan kedepan terlebih dahulu). • Dari perencanan yang kamu buat, apa yang akan kamu lakukan untuk mewujudkan rencana tersebut? Dari perencanan tersebut peserta dapat menjadi pribadi yang lebih berkembang, memiliki komitmen hidup dan memiliki semangat untuk mewujudkannya. j. Penutup Dari kegiatan pelatihan ini, mahasiswa diharapkan sadar bahwa memiliki kebiasaan refleksi itu penting bagi perkembangan kepribadian. Setelah mengikuti pelatihan ini, mahasiswa diharapkan menanamkan atau menumbuhkan kegiatan refleksi dalam hidupnya. Dengan berrefleksi mahasiswa mampu mendengarkan suara hati dan bertindak dengan cinta kasih, selain itu dengan refleksi mahasiswa tidak akan mengulang kesalahan yang sama dan menjadi mahasiswa yang selalu berkembang baik dari segi kepribadian maupun segi akademis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis akan menyajikan kesimpulan berdasarkan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian, dengan didukung dengan hasil penelitian. Kemudian berikutnya berisi saran untuk beberapa pihak yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. A. Kesimpulan Kebiasaan berrefleksi ialah kegiatan yang sudah menjadi rutinitas dan membentuk pola hidup seseorang untuk membantu mengingat, menghadirkan kembali dan mengolah pengalaman tersebut sehingga memberi daya gerak untuk berkembang. Menurut tim Pusat Pengembangan dan Penjamin Mutu Pembelajaran dan Lembaga Penjamin Mutu (P3MP &LPM) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam buku Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogis Ignasian (2012: 18) menyatakan refleksi merupakan proses mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan yang menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai dari apa yang dipelajari. Dengan refleksi seseorang dapat menyimak kembali pengalaman serta memahami lebih dalam, menemukan makna atau hikmanya, menyadari adanya gerakan-gerakan batin dan dapat memunculkan perubahan positif dalam dirinya. Dengan refleksi seseorang dapat mengolah kembali pengalamannya dan tidak mengulangi kesalahan yang sama, karena dengan refleksi kita dapat melihat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 kembali pengalaman di masa lalu baik itu pengalaman baik maupun buruk. Kebiasaan berrefleksi akan membantu seseorang dalam membentuk perkembangan kepribadian. Ketika seseorang sudah terbiasa berrefleksi maka ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, dengan begitu kepribadian seseorang akan semakin berkembang. Seseorang yang kepribadiannya berkembang, ia dapat menjawab kerinduan hatinya dan bertanggungjawab untuk menjawab kerinduan hatinya. Berdasarkan penelitian, mahasiswa PAK USD belum memiliki kebiasaan refleksi. Meskipun setiap kegitan maupun ada acara di kampus mahasiswa PAK selalu mengakhiri dengan refleksi, namun dari hasil penelitian mereka mengatakan tidak tahu apa yang harus mereka cari dari refleksi dan apa sebenarnya itu refleksi. Namun adapun faktor yang menghambat mahasiswa tidak pernah berrefleksi ialah karena tuntutan tugas yang banyak sehingga menyita waktu mereka, kesibukan tersebut menjadikan mahasiswa tidak pernah berrefleksi. Kebiasaan akan membawa dampak bagi perkembangan kepribadian. Mahasiswa yang mempunyai kebiasaan refleksi tentu ia akan memiliki kepribadian yang baik, karena dengan refleksi mahasiswa mampu mendengarkan suara hatinya, menangkap makna atau arti dari setiap pelajaran dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Menanggapi hal tersebut, penulis mengusulkan kegiatan pelatihan refleksi sebagai upaya membantu mahasiswa PAK untuk menanamkan kebiasaan refleksi dalam dirinya. Melalui kegiatan ini, para mahasiswa dapat meluangkan waktu untuk merenungkan dan melihat kembali pengalaman hidupnya terlebih selama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 kuliah di PAK. Para mahasiswa dapat mengolah dirinya melalui berbagai sesi yang telah disiapkan dengan mengolah pengalaman pribadi dan latihan untuk berrefleksi. Selain itu, para mahasiswa dapat berbagai pengalaman melalui sharing dan diskusi agar semakin memahami apa sebenarnya refleksi dan apa yang seharusnya dicari dari refleksi. Dengan demikian, para mahasiswa dapat menentukan aksi untuk kedepannya yang hendak dilakukan untuk membiasakan dan meningkatkan kebiasaan refleksi. B. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyampaikan saran kepada beberapa pihak sebagai upaya untuk meningkatkan kebiasaan berrefleksi mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma bagi Perkembangan kepribadian. 1. Bagi Para Mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma a. Memiliki kemauan untuk mengikuti segala bentuk bimbingan dan pembinaan yang diselenggarakan oleh pihak kampus dalam kegiatan berrefleksi yang dapat membantu untuk menumbuhkan sikap reflektif dan perkembangan kepribadian. b. Mahasiswa bersedia terus-menerus dengan kesadaran diri untuk mengembangkan kepribadian agar semakin dapat menjadi pribadi yang lebih dewasa. c. Mahasiswa mau menanamkan kebiasaan berrefleksi dalam hidup sehari-hari guna untuk meningkatkan perkembangan kepribadian. 2. Bagi Kampus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109 a. Diperluhkan adanya pembinaan dan bimbingan lebih dalam lagi tentang pentingnya penguasaan melakukan refleksi bagi para mahasiswa. b. Perlu memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk mengembangkan kreativitas dalam hal kegiatan berrefleksi yang mendukung mahasiswa mau membiasakan diri dengan kegiatan refleksi. c. Perlu diadakan pelatihan refleksi atau pemahaman mengenai refleksi sehingga mahasiswa benar-benar memahami arti refleksi. 3. Bagi Dosen a. Dosen perlu menciptakan kelas sebagai komunitas belajar yang menerapkan komponen kepribadian dalam proses belajar sehingga dapat membantu mahasiswa dalam proses pengembangan kepribadiannya. b. Setiap akhir semester baiknya dosen selalu merrefleksi mata kuliah yang sudah ditempuh selama satu semester. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Daftar Pustaka Alwison. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: UPT Penerbitan Universitas Sanata Muhammadiyah. Arikunto, S dan Jabar. (2004). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Atmadi. (2006). Transformasi Yogyakarta: Kanisius. Pendidikan Memasuki Milenium Ketiga. Cipta Loka Caraka. (2002). Tantangan Membina Kepribadian. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka Duane Schultz. (1991). Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius Echols Shadily. (2002) Pengertian Evaluasi. Jakarta: Erlangga. Elizabeth B. Hurlock (1989). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Given, B. K. (2008). merancang kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan Otak Emosional, Sosial, Kognitif, Kinestetis dan Reflektif. Jakarta: Kaifa. Harris, Maria & Gabriel Moran, “Educating Persons” dalam Jack. L. Seymour. (1997). “Mapping Christian Education: Approach to Congregational Learning”, Nashville: Abingdon Press. Huijbers. (1987). Manusia merenungkan dirinya. Yogyakarta: Kanisius. Julian James. (2007). Belajar Kepribadian. Yogyakarta: Kanisius. Kartini Kartono. (1984). Psikologi Umum. Jakarta: CV. Rajawali. Konferensi Wali Gereja Indonesia. (2007). Silabus Pendidikan Agama Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Muhibbin Syah. (2012). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Paulus Budiraharjo. (1997). Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius. Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Hasil Belajar Riduwan. (2013). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sastrosupono Suprihadi. (1979). Etika dan Kepribadian. Semarang: Satya Wacana. Subagya. (2008). Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta: Kanisius. Sudjana Nana. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 Sugiyono. (1997). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta, CV. Sujanto, Agus. dkk (1980). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Askara Baru. Tim Penyusun P3MP & LPM Universitas Sanata Dharma (2012). Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pendagogi Ignasian. Yogyakarta: LPM USD. Tarsis Tarmuji. (1998). Pengembangan Diri. Yogyakarta: Liberty. Trianto. (2007). Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Prestasi Pustaka. Yusuf Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Scanned by CamScanner