MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) BERBASIS CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tulung Tahun Ajaran 2015/2016) PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: FAQUSREINI MAQFIROH A 410 120 229 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 HALAMAN PERSETUJUAN MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) BERBASIS CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tulung Tahun Ajaran 2015/2016) PUBLIKASI ILMIAH Oleh: FAQUSREINI MAQFIROH A 410 120 229 Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh: Dosen Pembimbing Dra. N. Setyaningsih, M.Si NIK.403 ii HALAMAN PENGESAHAN MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) BERBASIS CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tulung Tahun Ajaran 2015/2016) OLEH FAQUSREINI MAFIROH A 410 120 229 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari ……., ………. 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji: 1. Dra. N. Setyaningsih. M.Si (……..……..) (Ketua Dewan Penguji) 2. Drs. Ariyanto, M.Pd (……………) (Anggota I Dewan Penguji) 3. Prof. Dr. Sutama, M. Pd (Anggota II Dewan Penguji) Dekan, Prof. Dr. HarunJokoPrayitno, M.Hum NIDN. 0028646501 iii (…………….) MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) BERBASIS CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tulung Tahun Ajaran 2015/2016) ABSTRAK Penelitian ini betujuan untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa melalui model pembelajaran PBL berbasis CIRC. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah guru yang memberikan tindakan dan penerima tindakan adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Tulung, Klaten berjumlah 36 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan saat penelitian adalah metode observasi, dokumentasi, catatan lapangan, dan metode tes. teknik analisis data yang digunakan adalahmetode alur yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Validitas data menggunakan teknik tringulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang dapat dilihat dari indikator yaitu: (1) Mengkomunikasikan pemikiran matematis melalui aktivitas bertanya secara lisan sebelum tindakan (13,88%) dan diakhir tindakan menjadi ( 47,22%); (2) Mengkomunikasikan pemikiran matematis melalui menjawab pertanyaan secara lisan, sebelum tindakan (16,66%) dan diakhir tindakan menjadi (52,77%); (3) Menggunakan bahasa matematis untuk mengekspresikan ide atau gagasan secara tepat menggunakan tabel, grafik, bagan dan gambar sebelum (27,77%) dan diakhir tindakan menjadi (72,22%); (4) Mengkomunikasi pemikiran matematis melalui model matematika sebelum (22,22%) dan diakhir tindakan menjadi (63,88%). Sehingga disimpulkan bahwa penggunaan model PBL berbasis CIRC dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa keas VII D SMP Negeri 1 Tulung, Klaten. Kata kunci : komunikasi matematika, PBL, CIRC Abstracts This study aims to improve students' mathematical communication through PBL learning model based CIRC. This research is a classroom action research. The subjects were teachers who provide action and action recipients are students of class VII D SMP Negeri 1 Tulung, Klaten total of 36 students. Data collection method used when research is the method of observation, documentation, field notes, and test methods. data analysis techniques used adalahmetode flow consists of data reduction, data presentation and conclusion. The validity of the data using techniques tringulasi. The results of this study showed an increase in students' mathematical communication skills that can be seen from the following indicators: (1) Communicate mathematical thinking through the activity of orally asked before action (13.88%) and end action into (47.22%); (2) Communicating mathematical thinking through answering questions orally, before the action (16.66%) and end action into (52.77%); (3) Using a mathematical language to express an idea or ideas appropriately using tables, graphs, charts and images before (27.77%) and end action into (72.22%); (4) communicate mathematical thinking through mathematical models before (22.22%) and end action into (63.88%). So it concluded that the use of the model-based PBL CIRC can improve students' mathematical communication skills keas VII D SMP Negeri 1 Tulung, Klaten. Keywords: mathematical communication, PBL, CIRC 1. PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu yang bertujuan untuk mendidik anak agar berfikir logis, kritis, sistematis, memiliki sifat-sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa. Salah satu kemampuan matematis tersebut adalah kemampuan komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik dapat memunculkan ide yang bagus baik secara lisan maupun secara tulisan. Untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dengan menyelenggaran pendidikan yang berkualitas. 1 Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kece rdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Sedangkan untuk tujuan pendidikan sendiri yaitu terdapat pada UU RI No.20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3, yaitu bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi potensi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertangung jawab. Tujuan pendidikan diatas dapat tercapai apabila dalam proses pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya. Dalam suatu proses pembelajaran siswa diharapkan dapat berkomunikasi dengan guru dan siswa lainnya, sehingga dapat memunculkan gagasan-gagasan baru. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan kebanyakan dari siswa enggan mengutarakan ide atau gagasannya kepada guru dan temannya sehingga dalam proses pembelajaran kemampuan komunikasi matematis siswa sangat kurang. Komunikasi matematis merupakan hal yang sangat penting dimiliki siswa dalam proses pembelajaran. Dalam komunikasi matematis mencakup komunikasi secara lisan maupun secara tulisan. Menurut sanjaya (2012: 79) komunikasi adalah sebagai suatu proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima pesan dengan maksud untuk mempengaruhi penerima pesan. NCTM (dalam Ali Mahmudi) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika yang harus dikuasai oleh siswa adalah (1) Mengorganisasi dan mengkonsolidasi pemikiran matematika dan mengkomunikasikan kepada siswa lain, (2) Mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa lain, guru dan lainnya, (3) meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika siswa dengan cara memikirkan pemikiran dan strategi siswa lain, (4) menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi matematika. Dalam penelitian ini, Siswa dikatakan berhasil dalam komunikasi matematis apabila siswa dapat (1) Mengkomunikasikan pemikiran matematis melalui aktivitas bertanya secara lisan. (2) Mengkomunikasikan pemikiran matematis melalui menjawab pertanyaan secara lisan. (3) Menggunakan bahasa matematis untuk mengekspresikan ide atau gagasan secara tepat menggunakan tabel, grafik, bagan. (4) Mengkomunikasi pemikiran matematis melalui model matematika. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang dilakukan di kelas VII-D SMP N 1 Tulung Klaten yang berjumlah 36 siswa menunjukkan bahwa komunikasi matematika masih rendah hal ini dapat dilihat dari persentasi yang didapat yaitu mengkomunikasikan pemikiran matematis melalui aktivitas bertanya secara lisan terdapat 5 orang siswa (14,28%), mengkomunikasikan pemikiran matematis melalui menjawab pertanyaan secara lisan terdapat 6 orang siswa (16,66%), menggunakan bahasa matematis untuk mengekspresikan ide atau gagasan secara tepat menggunakan tabel, grafik, bagan terdapat 10 siswa (27,77%), mengkomunikasi pemikiran matematis melalui model matematika terdapat 8 orang siswa (22,22%). Hal ini disebabkan karena (1) guru masih aktif dalam proses pembelajaran dan masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional yaitu model pembelajaran yang masih menggunakan pendekatan ceramah dalam menyampaikan materi kepada siswa; (2) dalam pembelajaran guru masih berorientasi pada buku paket dan LKS; dan (3) guru dalam memberikan tugas terstruktur dengan mengambil soal dari LKS. Selain hal tersebut yang menyebabkan kemampuan komunikasi siswa rendah adalah siswa masih ada yang ramai, bercanda dengan teman sebelahnya, dan asik sendiri ketika proses pembelajaran berlangsung. Sehingga menyebabkan siswa kurang tanggap terhadap apa yang telah disampaikan oleh guru dan membuat siswa enggan mengutarakan pendapatnya didepan kelas. Maka dari itu untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa guru perlu menciptakan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran dan pemahaman siswa dalam mempelajari matematika dapat meningkat. Menurut Trianto (2007: 1) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membawa siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi seperti yang diharapkan (Pribadi, 2011: 15). Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan siswa dapat mengkomunikasikan apa yang diketahui dalam proses pembelajaran kepada guru dan siswa lainnya. Sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang diajarkan. Salah satu alternatif yang digunakan untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa adalah model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) yang berbasis CIRC (Cooperatife Integrated Reading And Composition). 2 Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik dan mengembangkan ketrampilan kolaborasi siswa untuk menginvestigasi secara bersama-sama. Menurut Sugiyanto (2010: 138) model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran yang mengharuskan guru untuk mengembangkan ketrampilan kolaborasi diantara siswa dan membantu mereka untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama. Sedangkan model pembelajaran CIRC (Cooperatife Integrated Reading And Composition) merupakan salah satu model pembelajaran cooperative learning yang mengajarkannya dengan membaca dan menulis. Dalam model pembelajaran CIRC ini, siswa juga diajak untuk kerjasama dan berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok. Menurut Slavin (2009: 200) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif CIRC merupakan program yang komprehensif untuk mengajari pelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa para kelas yang lebih tinggi. Dengan demikian, model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) yang berbasis CIRC (Cooperatife Integrated Reading And Composition) adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam proses pembelajarannya dan sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan kolaborasi siswa serta menginvestigasi secara bersama-sama dengan membaca dan menulis simbol-simbol yang terdapat dalam matematika. Berdasarkan dari uraian diatas dalam penelitian ini tentang model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) berbasis CIRC (Cooperatife Integrated Reading And Composition) diharapkan meningkatkan komunikasi matematis siswa kelas VII-D di SMP Negeri 1 Tulung, Klaten. 2. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Reserch (CAR) yang bertujuan untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa melalui model pembelajaran PBL (problem based learning) berbasis CIRC ( Cooperatife Integrated Reading and Composition). Menurut moh. Amin (2011: 2) menyatakan bahwa PTK merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif yang dilakukan oleh pelaku tindakan (guru) dan dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran baik proses maupun hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Tulung. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama dua siklus dengan dua kali pertemuan setiap siklusnya. Subyek penelitian ini adalah guru yang memberikan tindakan dan penerima tindakan adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Tulung berjumlah 36 siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, dokumentasi, catatan lapangan dan metode tes. analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpilan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan model pembelajaran PBL (problem based learning) berbasis CIRC (Cooperatife Integrated Reading and Composition) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Dimana langkah-langkah dengan model pembelajaran PBL (problem based learning) berbasis CIRC (Cooperatife Integrated Reading and Composition) sebagai berikt: 1) Siswa mendengarkan ketika Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi, 2) Siswa berkelompok setelah guru membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa, 3) Siswa menyelesaikan suatu masalah yang diberikan oleh guru, 4) siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya, 5) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap masalah yang diberikan guru dan ditulis pada lembar kerja siswa, 6) Siswa melakukan eksperiman serta mencari solusi dari masalah yang diberikan oleh guru, 7) Siswa merencanakan dan menyiapkan hasil diskusi, 8) Siswa mempresentasikan hasil kelompoknya, 9) siswa melakukan refleksi terhadap investigasinya dan prosesproses yang telah gunakan selama proses pembelajaran. Berdasarkan pembelajaran dari tindakan siklus I dan siklus II dengan menerapkan model pembelajaran PBL (problem based learning) berbasis CIRC (Cooperatife Integrated Reading and Composition) dan menerapkan langkah-langkah diatas terjadi peningkatan komunikasi matematika pada siswa kelas VII D SMP N 1 Tulung Tahun Ajaran 2015/2016. Data yang diperoleh peneliti mengenai kemampuan komunikasi matematika siswa dari sebelum tindakan sampai sesudah tindakan siklus II dapat dilihat dari tabel dan gambar berikut: 3 Tabel 1 Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa No Indikator Komunikasi Matematis 1. Mengkomunikasikan pemikiran matematis melalui aktivitas bertanya secara lisan. Mengkomunikasikan pemikiran matematis melalui menjawab pertanyaan secara lisan. 2. 3. 4. Menggunakan bahasa matematis untuk mengekspresikan ide atau gagasan secara tepat menggunakan tabel, grafik, bagan. Mengkomunikasi pemikiran matematis melalui model matematika. Presentase siswa yang ditargetkan Awal Akhir 5 siswa 17 siswa (14,28%) (47,22%) 6 siswa (16,66%) 19 siswa (52,77%) 10 siswa (27,77%) 26 siswa (72,22%) 8 siswa (22,22%) 23 siswa (63,88%) Cara mengukur/ mengamati Diamati pada saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah siswa yang bertanya secara lisan. Diamati pada saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah siswa yang menjawab pertanyaan secara lisan. Diamati dari hasil pekerjaan siswa yang menggunakan tabel, grafik, bagan atau simbol dalam matematika. Diamati dari hasil pekerjaan siswa yang menggunakan model matematika. Dari tabel 1 maka dapat diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII D di SMP Negeri 1 Tulung dengan menggunakan model pembelajaran PBL (problem based learning) berbasis CIRC (Cooperatife Integrated Reading and Composition) mengalami peningkatan yang signifikan dari sebelum tindakan sampai tindakan siklus II. Peningkatan kemampuan komunikasi matematika tersebut dapat diketahui setelah dilakukan tindakan penelitian pada siklus I dan siklus II. Adapaun langkah-langkah dalam proses pembelajaran PBL (problem based learning) berbasis CIRC (Cooperatife Integrated Reading and Composition) adalah 3.1 Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa. Dalam fase ini guru memberikan orientasi kepada siswa berupa materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kemudian guru menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran dari materi segitiga dan memberikan motivasi kepada siswa, sehingga siswa dapat lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi. 3.2 Mengorganisasikan siswa untuk meneliti. Pada fase ini guru membentuk siswa menjadi 9 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Setelah semua siswa bergabung dengan angota kelompoknya guru memberikan suatu permasalahan kepada siswa untuk dipecahkan secara berdiskusi. Dengan adanya kelompok dalam pembelajaran maka siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dimaksudkan agar siswa dapat bertukar informasi atau pengetahuan dengan cara diskusi kelompok . Hal ini didukung oleh Moh. fikri bungel dkk (2014) yang menyatakan bahwa dengan pembelajaran secara berkelompok siswa akan mudah mendapatkan solusi dari permasalahan yang diberikan. 3.3 Membantu investigasi mandiri dan kelompok. Pada fase ini, salah satu anggota kelompok membacakan soal yang harus dipecahkan dan anggota yang lain mendengarkan dan merencanakan ide untuk memecahkan permasalahan tersebut. sehingga dalam proses ini, siswa akan mencari tahu bagaimana cara memecahkan masalah tersebut dari berbagai sumber seperti buku paket atau bertanya kepada guru. Hal ini didukung oleh Atik Yuliana dan Sukoriyanto dalam penelitiannya yang berjudul penerapan model kooperative learning tipe circ untuk meningkatkan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi himpunan kelas VII SMP Negeri 13 Malang bahwa tugas guru saat siswa diskusi kelompok adalah memberi bimbingan kepada siswa. Guru sebagai fasilitator untuk membimbing dan memberikan arahan kepada siswa mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selam proses pembelajaran. Dengan ada hal tersebut maka komunikasi matematika siswa dalam menjawab dan menanya secara lisan pada waktu pembelajaran dapat berlangsung. 4 Kemudian siswa menyiapkan hasil diskusi dan menuliskan hasil diskusi kelompok pada lembar kerja siswa secara runtut. Dari hasil pekerjaan diskusi tersebut maka dapat diketahui kelompok yang menggunakan bahasa matematis untuk mengekspresikan ide atau gagasan secara tepat menggunakan tabel, grafik, bagan dan gambar serta mengkomunikasikan pemikiran matematis melalui model matematika. 3.4 Mengembangkan dan mempresentasikan hasil. Pada fase ini guru menunjuk kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas. Penunjukkan ini dimaksudkan agar setiap kelompok siap dalam mempresentasikan dan bertanggung jawab terhadap hasil diskusi kelompoknya. Sehingga siswa terlatih untuk berpendapat didepan kelas. Dan saat salah satu kelompok memperesetasikan didepan kelas maka kelompok yang lain memberikan tanggapan terhadap presentasi dari kelompok tersebut. Serta guru sebagai fasilitator untuk menguatkan hasil dari pekerjaan diskusi kelompok. 3.5 Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Pada fase ini siswa dan guru melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. Tujuannya untuk mengetahui pendapat siswa mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung. Pada siklus I proses pembelajaran sudah menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) berbasis CIRC (Cooperatife Integrated Reading And Composition) untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa. Guru memulai pembelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran dari materi menghitung besar salah satu sudut segitiga apabila dua sudut lainnya diketahui. Kemudian siswa diminta untuk berkelompok berdasarkan dari pilihan guru dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru dengan diskusi kelompok. Dari pembelajaran ini siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran, sehingga kemampuan komunikasi matematika siswa meningkat. Namun dalam pembelajaran tindakan siklus I belum berjalan maksimal dan masih butuh perbaikan. Karena dalam proses pembelajaran kondisi kelas kurang kondusif, masih banyak siswa yang gaduh dan bergantung pada teman satu kelompok dalam diskusi. Sehingga pada siklus I pembelajaran dengan model PBL berbasis CIRC untuk meningkatkan komunikasi siswa kurang optimal. Maka dari itu perlu adanya perbaikan pada siklus II. Pada siklus II proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL berbasis CIRC namun lebih mengoptimalkan pada latihan soal. Tindakan siklus II ini guru memulai pembelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru memberikan motivasi agar siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan guru menjelaskan tujuan pembelajaran dari materi menghitung keliling dan luas segitiga. Pada siklus II ini pembelajaran sama halnya dengan tindakan siklus I yaitu siswa diminta untuk berkelompok. Setelah kelompok dalam kelas terbentuk yang terdiri dari 4 siswa setiap kelompoknya kemudian guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan bersama dengan anggota kelompoknya. Selama proses mengerjakan soal yang terdapat dalam lembar kerja siswa (LKS) siswa diperbolehkan bertanya kepada guru atau peneliti apabila menemui masalah yang belum dimengerti. Ketika waktu berdiskusi sudah habis maka salah satu anggota dari setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas. Kemudian memberikan komentar atau pendapat tentang hasil diskusi kelompok tersebut. berdiskusi dan menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setelah itu guru membahas soal dari lembar kerja siswa yang telah dikerjakan bersama kelompoknya. Dalam tindakan siklus II ini terlihat bahwa siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dilihat dari kondisi kelas yang sudah kondusif kemudian antusias siswa ketika proses diskusi, presentasi dan dalam mengemukakan pendapat didepan kelas. Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi matematika siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada siklus I dan siklus II bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa telah mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari indikator komunikasi matematikasiswa, namun peningkatan pada siklus I perlu adnya perbaikan dan dilakukan tindakan lagi, melihat dari kemampuan komunikasi matematika siswa yang belum optimal. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa menggunakan model pembelajaran PBL (problem based learning) berbasis CIRC (Cooperatife Integrated Reading and Composition) dan siswa kurang aktif dalam proses diskusi. Sedangkan pada siklus II siswa sudah mulai aktif dalam proses diskusi dan siswa sudah terbiasa dengan penerapan model pembelajaran PBL (problem based learning) berbasis CIRC (Cooperatife Integrated Reading and Composition). 5 4. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan secara kolaborasi antara peeliti dan guru matematika kelas VII D di SMP Negeri 1 Tulung, Klaten tahun 2016/2017 melalui model pembelajaran PBL Problem Based Learning) berbasis CIRC (Cooperatife Integrated Reading And Composition) dapat meningkatkan komunikasi matematika siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari tercapainya indikator komunikasi matematika siswa sebagai berikut: 1. Mengkomunikasikan pemikiran matematis melalui aktivitas bertanya secara lisan. Data hasil pengamatan sebelum dilakukan tindakan penelitian banyaknya siswa yang mampu mengkomunikasikan pemikiran matematis melalui aktivitas bertanya secara lisan adalah sebanyak 5 siswa (13,88%) dan setelah tindakan pada siklus I ada 11 siswa (30,55%) dan pada siklus II ada 17 siswa (47,22%). 2. Mengkomunikasikan pemikiran matematis melalui menjawab pertanyaan secara lisan. Data hasil pengamatan sebelum dilakukan tindakan penelitian banyaknya siswa yang mengkomunikasikan pemikiran matematis melalui menjawab pertanyaan secara lisan adalah sebanyak 6 siswa (16,66%) dan setelah tindakan pada siklus I ada 12 siswa (33,33%) dan pada siklus II ada 19 siswa (52,77%). 3. Menggunakan bahasa matematis untuk mengekspresikan ide atau gagasan secara tepat menggunakan tabel, grafik, bagan. Data hasil pengamatan sebelum dilakukan tindakan penelitian banyaknya siswa yang menggunakan bahasa matematis untuk mengekspresikan ide atau gagasan secara tepat menggunakan tabel, grafik, bagan adalah sebanyak 10 siswa (27,77%) dan setelah tindakan pada siklus I ada 18 siswa (50,00%) dan pada siklus II ada 26 siswa (72,22%). 4. Mengkomunikasi pemikiran matematis melalui model matematika. Data hasil pengamatan sebelum dilakukan tindakan penelitian banyaknya siswa yang mengkomunikasi pemikiran matematis melalui model matematika adalah sebanyak 8 siswa (22,22%) dan setelah tindakan pada siklus I ada 14 siswa (38,88%) dan pada siklus II ada 23 siswa (63.88%). DAFTAR PUSTAKA Amin, Moh. 2011. Panduan Praktis Penelitian Tindakan Kelas Untuk Penilaian Angka Kredit Guru. Yogyakarta: inspirasi. Bugel, F. Moh. (2014). “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Palu Pada Metri Prisma”. Jurnal elektronik pendidikan matematikatadulako, 2(1). Depdiknas. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Buku 3 Matematika. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional. Mahmudi, A. (2009). “Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika”. Jurnal MIPMIPA UNHALU, 8(1), 1-9. Pribadi, A. Benny. 2011. Model Assure untuk Mendesain Pembelajaran Sukses. Jakarta: Dian Rakyat Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group Slavin, E. Robert. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Yuma Pustaka. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Yuliana, & Sukoriyanto. 2013. “Penerapan model kooperative learning tipe circ untuk meningkatkan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi himpunan kelas VII SMP Negeri 13 Malang’. 6