Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Media Proyektor Melalui Film Sosial Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru NURLAILI, S.Pd [email protected] Guru SDN 153 Pekanbaru Abstract ‘’. Keywords: Motivasi Belajar, Media Proyektor, Film Sosial. centered). Dengan demikian, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswalah yang harus banyak aktif. Sedangkan guru harus menciptakan dan melaksanakan pembelajaran yang baik, sehingga pembelajaran tersebut menarik dan bermakna bagi siswanya serta sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa. Untuk melaksanakan tugas tersebut tidaklah mudah, hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi motivasi, misalnya pengaruh alat elektronik dan media seperti handphone, internet dan televisi sehingga anakanak malas belajar. Mengingat pentingnya motivasi bagi siswa dalam belajar, maka guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswasiswanya. Dalam usaha ini banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru, salah satunya yaitu melakukan variasi dalam penggunaan metode mengajar. Peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran. Metode mengajar yang baik yaitu metode yang dapat menumbuhkan aktivitas siswa dalam belajar. Selain itu, metode mengajar juga harus disesuaikan dengan karakteristik materi dan keadaan siswa dalam suatu kelas. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah secara signifikan. Teknologi hanyalah LATAR BELAKANG Pendidikan adalah tugas suatu bangsa yang harus dilaksanakan untuk kepentingan negara dan perorangan, pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapat perhatian yang paling khusus, bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah panggilan yang sangat mulia yang harus diselenggarakan oleh negara. Pendidikan suatu tindakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan pendidikan, orangorang akan mengetahui yang benar dan yang tidak benar, dan pendidikan pula orang akan mengenal apa yang baik dan apa yang buruk. Dengan demikian jelaslah bahwa peran pendidikan yang paling utama bagi manusia adalah pembebasan yang akan membentuk manusia yang utuh, yaitu manusia yang berhasil menggapai segala keutamaan moralitas jiwa mengantarnya ke ide tinggi yaitu kebijakan.1 Kegiatan pembelajaran merupakan kunci utama dalam proses pendidikan di sekolah, dengan guru sebagai pemegang peran utama. Guru diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa agar ia mau belajar dan menjadikan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), bukan lagi hanya berpusat pada guru (teacher 1 Abdullah Idi Jalaluddin. Filsafat pendidikan. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 10 1 satu dari sekian komponen dalam peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Terdapat sejumlah komponen lain yang harus berfungsi efektif agar teknologi dapat memberikan sumbangannya. Komponen mana yang telah berjalan dengan baik, akan berperan lebih efektif lagi jika menggunakan LCD Proyektor dalam pembelajaran. Adapun judul penelitian ini yaitu ‘Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Media Proyektor Melalui Film Sosial Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru’. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik yaitu: a. Motivasi instrinsik adalah motivasi berasal dalam diri anak sendiri.5 Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi sebenarnya, yang timbul dari dalam diri peserta didik, misalnya keinginan bertanya, keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, dan lainlain. b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor luar situasi belajar, seperti : angka, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan; yang bersifat negatif misalnya ejekan dan hukuman. Motivasi bertanya di sekolah yang berasal dari luar diri individu ini pada umumnya di upayakan oleh seorang guru, karena seorang guru yang lebih banyak berinteraksi dengan siswa, khususnya pada saat pembelajaran dikelas. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan di sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik siswa untuk belajar. Ada kemungkinan peserta didik belum menyadari pentingnya pelajaran yang disampaikan guru. Dalam keadaan ini peserta didik bersangkutan perlu dimotivasi untuk belajar. Guru berupaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan keadaan peserta didik itu sendiri.6 KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan “sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.2 Menurut Mc. Donal, motivasi adalah “perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.3 Menurut Oemar Hamalik, motivasi adalah ”suatu perubahan energi dalam diri (pribadi)seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”.4 Dari pengertian yang dikemukakan di atas, motivasi mengandung tiga elemen penting yaitu: a. Bahwa motivasi ini mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling seseorang. Rasa disini dapat diartikan dengan semangat atau tekad yang kuat. 2 Ibid., h. 73. Ibid. 4 Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Antariksa, 2005), h. 106. 3 5 Amir Daien Indrakusuma. Pengantar Ilmu Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, tth.), h.162. 6 Oemar Hamalik, op. cit., h.112. 2 3. Kebutuhan Teori Tentang Motivasi Motivasi selalu terkait dengan kebutuhan, sebab seseorang terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada suatu kebutuhan. Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia hidup dengan memiliki berbagai kebutuhan, yaitu : a. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas b. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain c. Kebutuhan untuk mencapai hasil d. Kebutuhan untuk mengatasi 7 kesulitan. b. 4. Upaya dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi siswa dapat mengembangkan kreatifitas, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Oleh sebab itu, guru harus hatihati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, diantaranya: a. Memberi Angka Menurut Sardiman yaitu ”Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa, yang utama justru mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan 7 c. 8 atau nilai-nilai raport angkanya baik-baik”.8 Dengan adanya penilaian dari guru, maka siswa akan termotivasi untuk belajar. Hadiah Menurut Sardiman yaitu ”Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat unruk suatu pekerjaan tersebut”.9 Thoifuri mengatakan yaitu ”Metode ini mengedepankan kegembiraan dan positif thingking, yaitu memberikan hadiah pada anak didik, baik yang berprestasi akademik maupun yang berperilaku baik. Penghargaan hadiah dianggap sebagai media pengajaran yang preventif dan representatif untuk membuat senang dan menjadi motivator belajar anak didik”.10 Jadi, jika siswa diberi hadiah, maka siswa akan termotivasi untuk belajar. Hadiah ini biasanya diberikan oleh guru pada saat pembagian rapor, baik dalam bentuk uang maupun barang bagi siswa yang berprestasi. Saingan/ kompetensi Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Amir Daien Indrakusuma mengatakan yaitu ”Persaingan, sebenarnya adalah berdasarkan kepada dorongan untuk kedudukan dan penghargaan. Kebutuhan akan kedudukan dan penghargaan adalah merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu kompetisi dapat menjadi tenaga pendorong yang sangat besar”.11 Ibid., h. 92. Ibid. 10 Thoifuri. Menjadi Guru Inisiator. (Semarang: RaSAIL, 2007), h. 60. 11 Amir Daien Indrakusuma. op.cit., h.165 9 Sardiman, A.M., op.cit., h. 77-80. 3 d. e. f. g. Dengan adanya persaingan maka siswa akan termotivasi belajar karena melihat temannya rajin belajar dan memperoleh nilai yang baik. Ego-involvement/ Kesadaran Diri Menurut Sardiman yaitu ”Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting”.12 Dengan adanya kesadaran dari diri siswa tentang pentingnya belajar, maka siswa akan belajar dengan baik sebagai salah satu bentuk mengangkat harga diri dan derajat kemanusiaanyya. Memberi ulangan Sadirman mengatakan ”Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan merupakan sarana motivasi”.13 Dengan adanya jadwal ulangan yang diberikan guru maka siswa akan bersemangat belajar untuk memperoleh hasil yang baik. Mengetahui Hasil Sadirman mengatakan ”dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar”.14 Dengan mengetahui hasil belajar siswa baik itu hasil ulangan, pekerjaan atau nilai rapor, maka siswa yang baik nilainya akan termotivasi untuk mempertahankannya, sedangkan bagi siswa yang rendah nilainya akan termotivasi belajar lebih baik lagi. Pujian Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement h. 15 yang positif dan sekaligus motivasi yang baik. “Sebenarnya tidaklah sukar memuji atau menghargai anak/orang lain. Ada peribahasa mengatakan “ucapan atau perkataan itu tidak dibeli”. Hanya ada keengganan atau “gengsi” menyelinap ke dalam hati kita. Mungkin itulah penyebabnya. Rasulullah sering memuji istrinya, putra-putriinya keluarganya. Pujian dan penghargaan dapat berfungsi efektif apabila dilakukan pada saat dan cara yang tepat serta tidak berlebihan”.15 Dengan adanya pujian, maka siswa ingin agar hasil belajarnya lebih baik lagi serta memotivasi teman yang lain untuk rajin belajar juga. Hukuman Menurut Sardiman yaitu ”Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman”.16 Metode pengajaran hukuman memang perlu (suatu saat) diterapkan pada anak didik agar ia tidak mudah mengadakan tindakan negatif.17 Tindakan negatif disini misalnya tidak memperhatikan pelajaran, membuat keributan, sering keluar masuk kelas, berkelahi dan sebagainya. Dalam memberi hukuman harus memperhatikan hal-hal berikut: 1) Jangan menghukum ketika marah. Karena pemberian hukuman ketika marah akan lebih bersifat emosional yang dipengaruhi nafsu syaithaniyah. 2) Jangan sampai menyakiti perasaan dan harga diri anak atau orang yang kita hukum. Heri Jauhari Mukhtar. Fikih Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005). Hlm. 21. 16 Sardiman.op.cit., h. 94. 17 Thoifuri, op.cit., h. 62. 12 Sadirman., op.cit., h. 93. 13 Ibid., h. 93. 14 Ibid., h. 94. 4 i. j. k. 3) Jangan sampai merendahkan derajat dan martabat orang bersangkutan, misalnya dengan menghina atau mencaci maki di depan orang lain.18 Hal-hal tersebut diperlukan, agar hukuman yang diberikan dapat memberikan pengaruh positif kepada anak didik yakni agar ia tidak mengulangi perbuatannya lagi dan tidak membuat ia malah membenci orang yang menghukumnya. Hasrat untuk belajar Sadirman mengatakan yaitu ”Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti dalam diri anak didik memiliki motivasi untuk belajar”.19 Hasrat yang muncul dari dalam diri siswa juga merupakan motivasi yang kuat bagi siswa untuk belajar. Minat Minat adalah keinginan yang kuat, gairah.20 Sadirman mengatakan: ”Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan menjadi lancar jika disertai dengan minat”.21 Minat merupakan salah satu pendorong yang ada dalam diri siswa untuk belajar. Tujuan yang diakui Sadirman mengatakan bahwa ”Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar”.22 Salah satu kegiatan dalam pembelajaran adalah guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan memahami tujuan tersebut, maka siswa akan termotivasi untuk belajar. B. Hakikat Pembelajaran IPS23 IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut meliputi: Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). 1. Ilmu Sosial (Sicial Science) Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplindisiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”. Menurut Gross dalam Kosasih Djahiri Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk. Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia 18 Heri Jauhari Mukhtar. op.cit., h. 21. Sadirman, A.M. op.cit.,h. 94. 20 Rizky Maulana dan Putri Amelia. Kamus Pelajar Bahasa Indonesia. (Surabaya: Lima Bintang, tth.), h. 275. 21 Sadirman, A.M. op.cit.,h. 94. 19 22 Ibid., h. 95. 23 http://chikahutami.blogspot.co.id/2013/11/hakikat-tujuanfungsi-konsep.html 5 baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. 2. Studi Sosial (Social Studies). Perbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social. Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar. 3. Pengetahuan Sosial (IPS) Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama. Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”. C. Konsep Proyektor dalam Pembelajaran 1. Pengertian LCD Pengertian LCD Proyektor LCD (Liquit Crystal Display) merupakan salah satu alat optik dan elektronik. Sistem optiknya efesien yang menghasilkan cahaya amat terang tanpa mematikan (menggelapkan) lampu ruangan, sehingga dapat memproyeksikan tulisan, gambar, atau tulisan dan gambar yang dapat dipancarkan dengan baik ke layar. Jadi media LCD adalah sebuah alat elektronik berupa layar proyektor berfungsi menampilkan gambar visual, sebagai sarana pendidikan yang dipergunakan untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran. 2. Tujuan LCD Tujuan penggunaan LCD Proyektor sebagai media pembelajaran guna memberikan memotivasi peserta didik, merangsang peserta didik mengingat apa yang sudah dipelajari dan memberikan rangsangan pelajaran baru serta mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. jenis LCD proyektor yang sering digunakan proses dalam pembelajaran adalah proyektor jenis LV-5200. Untuk menggunakan atau mengoperasikan proyektor ini membutuhkan dan menggunakan bantuan komputer. Program informasi didesain melalui program komputer dengan program power point (slide).24 Beberapa hal yang perlu disiapkan guru dalam pembelajaran menggunakan LCD proyektor antara lain: a. Guru sebaiknya sudah dapat mengoperasikan LCD proyektor dan computer. b. Cantumkan point-point penting saja dalam power point. c. Gunakan warna-warna yang menarik. d. Gunakan animasi secukupnya agar tidak mengganggu. e. Hindari suara dari animasi karena dapat menggangu pembicaraan guru. f. Gunakan foto-foto secukupnya. g. Bila memungkinkan gunakan film pendek. h. Segera diminimize-kan apabila power point tidak sedang digunakan 24 130 6 Hujair AH Sanaky, Media Pembelajaran.,hlm. i. Prinsip satu slide satu menit j. Jangan terlalu banyak slide dalam setiap sesi, maksimal 20 slide.25 3. Manfaat LCD Proyektor LCD proyektor merupakan salah satu jenis proyektor yang digunakan untuk menampilkan video, gambar, atau data dari komputer pada sebuah layar atau sesuatu dengan permukaan datar seperti tembok, dsb. Ketika ditanya bagaimana LCD proyektor dapat mempengaruhi pengalaman belajar mengajar? Menurut Philips (2002) dari hasil penelitian, beberapa daerah diidentifikasi adanya pengaruh yang besar terhadap penggunaan media LCD proyektor dalam pembelajaran, termasuk bantuan visual, fleksibilitas yang lebih besar untuk metode pengajaran alternatif, membuat mengajar lebih mudah dan lebih baik, dan kesadaran siswa untuk belajar lebih meningkat. a. Bantuan visual. LCD proyektor memungkinkan guru untuk memberikan beragam konten untuk semua siswa di kelas sekaligus, memungkinkan siswa untuk memiliki pengalaman belajar visual dan berwarna-warni saat pelajaran diberikan. Proyektor ini sempurna untuk pemuda yang berorientasi visual generasi ini karena mereka membantu membuat konsep-konsep abstrak lebih mudah dipahami. b. Sebagai Alternatif mengajar. Dengan tidak memaksa seorang guru hanya mengandalkan buku, proyektor multimedia membuat informasi pendidikan lebih tersedia untuk siswa. Hal ini merupakan perubahan kebiasaan konvensional dan ritual di dalam kelas. Bahkan, beberapa peserta survei percaya LCD proyektor dapat menggantikan papan tulis. c. Membuat mengajar lebih mudah dan lebih baik. Siswa dapat lebih fokus belajar karena melihat satu layar d. e. f. g. 25 Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2008). hlm.145. 7 besar tanpa kesulitan. LCD proyektor telah membuat pengajaran mata pelajaran yang berhubungan dengan internet dan demonstrasi aplikasi baru perangkat lunak jauh lebih mudah, meningkatkan kesadaran dan dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Lebih Efektif dan Efisien. Dengan menggunakan LCD Proyektor, waktu yang digunakan untuk mengajar tidak terbuang sia-sia hanya untuk menulis di papan tulis, dan membuat catatan. Selain itu kualitas visual akan lebih nyaman dengan materi yang dapat terlihat dengan jelas di banding dengan menulis di papan tulis. Hal inilah yang dapat membuat waktu belajar menjadi efektif, dan suasana belajar mejadi efisien. Ramah Lingkungan. Karena LCD Proyektor hanya menggunakan tenaga listrik, maka dapat dikatakan sangat ramah lingkungan dari pada menulis di whiteboard dengan spidol, atau menulis di papan tulis dengan kapur. Selain tidak mencemari lingkungan yang akibatnya dapat mengganggu kesehatan, LCD Proyektor juga ramah lingkungan, bisa digunakan kapan saja dan dimana saja dengan praktis dan cepat. Membiasakan peserta didik dengan teknologi. Secara tidak langsung, penggunaan LCD Proyektor dapat mendidik siswa agar lebih mengeluarkan de-ide kreatifnya dalam penggunaan teknologi. Yang dapat brguna bagi perkembangan dirinya di era modernisasi yang semakin berkembang. Mengikuti Standar Pendidikan. Hampir disetiap sekolah di perkotaan menggunakan media pembelajarn berupa LCD Proyektor. Lambat laun sistem pembelajaran yang seperti ini akan semakin berkembang hingga ke sekolah yang letaknya di desa atau pedalaman. Jadi dengan mengikuti standar pendidikan seperti ini, maka pendidikan akan terus berkembang. perbaikan dari kekurangan yang ditemukan pada siklus I, sehingga secara rasional tentu akan didapati perbaikan dan peningkatan pada proses sebelumnya. Hal ini tergambar dari proses Silklus I – II dari aktivitas guru dan siswa di atas. Peningkatan yang didapati cukup signifikan. A. Gambaran Peningkatan Aktivitas Murid Berdasarkan hasil observasi berkenaan dengan Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Media Proyektor Melalui Film Sosial Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru dapat digambarkan peningkatan aktivitas siswa dari Siklus I – II yaitu: METHODOLOGY Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif deskriptif persentase. Yang mana dalam melakukan analisis proses tetap menggunakan angka-angka. Yang menjadi subjek penelitian ini yaitu siswa dan siswi SDN 153 Pekanbaru Kelas VI dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang. Sementara prosedur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Evaluasi, Refleksi. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Deskriptif dan analisis isi. Metode analisis deskriptif adalah usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data, kemudian di analisis terhadap data tersebut (Winarno, 1990:39). Pendapat di atas diperkuat pula oleh Lexy J. Moleong bahwa analisis data deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar, bukan dalam bentuk angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif, selain itu pula yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang telah di teliti. NO 1 2 3 4 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada dasarnya data yang disajikan berikut ini adalah data yang diperoleh berdasarkan penelitian lapangan. Berdasarkan hasil observasi berkenaan dengan Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Media Proyektor Melalui Film Sosial Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru dapat digambarkan bahwa pada Siklus I aktivitas proses pembelajaran guru masih belum terlaksana secara profesional akan tetapi pada siklus II telah terlaksana dengan sangat baik. Begitu pula aktivitas proses pembelajaran siswa pada siklus I pertama belum terlaksana dengan baik akan tetapi pada siklus II dapat terlaksana dengan baik. Siklus I dilakukan untuk melihat kekurangan dalam pelaksanaan aktivitas baik guru maupun siswa. Sementara siklus II adalah 6 7 8 AKTIVITAS MURID Murid menjawab salam Murid Mendengarkan Orientasi dan Motivasi Guru Murid mencatat Materi yang akan di ajarkan Murid mendengarkan penjelasan materi secara global dan terperinci Murid menyaksikan film singkat berkenaan dengan materi Murid mendengarkan deskripsi film singkat dengan contoh-contoh Murid mencatat kesimpulan materi Guru Menutup Pelajaran Dengan Do’a JUMLAH MURID FR SIKLUS I FR SIKLUS II 37 37 24 37 24 37 20 37 37 37 13 37 13 37 37 37 205 296 Dari gambaran tabel di atas dapat terlihat bahwa pada point Murid mendengarkan deskripsi film singkat dengan contoh-contoh dan Murid mencatat kesimpulan materi dari 13 orang meningkat signifikan menjadi 37 orang. . Hal ini terlihat ada peningkatan secara kuantitatif berkenaan dengan Upaya 8 Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Media Proyektor Melalui Film Sosial Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru dari Siklus I kepada Siklus II dengan perbandingan angka kuantitatif 205 menjadi 296. B. Gambaran Peningkatan Hasil Belajar Murid dalam Pembelajaran Berdasarkan hasil evaluasi hasil belajar murid berkenaan dengan Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Media Proyektor Melalui Film Sosial Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru dapat digambarkan peningkatan Hasil Belajar Murid dalam Pembelajaran dari Siklus I – II yaitu: KLASIFIKASI SKOR SIKLUS I Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah JUMLAH 85-100 71-84 56-70 0-55 - 5 19 13 37 KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini yaitu (1) Proses Pembelajaran guru dan siswa pada siklus II terjadi peningkatan dari siklus II. (2) Ada peningkatan secara kuantitatif berkenaan dengan Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Media Proyektor Melalui Film Sosial Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru dari Siklus I kepada Siklus II dengan perbandingan angka kuantitatif 205 menjadi 296. (3) Evaluasi hasil belajar murid berkenaan dengan Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Media Proyektor Melalui Film Sosial Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru terjadi peningkatan dari siklus I ke Siklu II. (4) Faktror lain yang mempengaruhi Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Media Proyektor Melalui Film Sosial Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru yaitu sarana literatur, tokoh keteladanan dan sosial. SIKLUS II 27 10 0 0 37 Dari gambaran tabel di atas dapat terlihat peningkatan hasil belajar dari siklus I ke Siklu II. Klasifikasi sangat tinggi pada siklus I sebanyak 0 murid dan pada siklus II mendapatkan peningkatan menjadi 27 Murid. Klasifikasi tinggi pada siklus I sebanyak 5 murid dan pada siklus II mendapatkan peningkatan menjadi 10 Murid. Klasifikasi sedang pada siklus I sebanyak 19 murid dan pada siklus II tidak terdapat yang mendapatkan nilai sedang sementara Klasifikasi rendah pada siklus I sebanyak 13 murid dan pada siklus II tidak terdapat murid yang mendapat nilai rendah. REFERENSI Abdullah Idi Jalaluddin. Filsafat pendidikan. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 10 . Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Antariksa, 2005), h. 106. Amir Daien Indrakusuma. Pengantar Ilmu Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, tth.), h.162. C. Faktor Lain Adapun faktor lain yang mempengaruhi Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Media Proyektor Melalui Film Sosial Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru yaitu literatur, tokoh keteladanan sekolah dan sosial. 9 1 Thoifuri. Menjadi Guru Inisiator. (Semarang: RaSAIL, 2007), h. 60. 1 Heri Jauhari Mukhtar. Fikih Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005). Hlm. 21. 1 Rizky Maulana dan Putri Amelia. Kamus Pelajar Bahasa Indonesia. (Surabaya: Lima Bintang, tth.), h. 275. 1 M. Dalyono. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 55. http://chikahutami.blogspot.co.id/2013/11/hakik at-tujuan-fungsi-konsep.html Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2008). hlm.145. Web Internet. 10