Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

advertisement
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan
Media Proyektor Melalui Film Sosial
Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru
NURLAILI, S.Pd
[email protected]
Guru SDN 153 Pekanbaru
Abstract
‘’.
Keywords: Motivasi Belajar, Media Proyektor, Film Sosial.
centered). Dengan demikian, aktivitas siswa
sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran,
sehingga siswalah yang harus banyak aktif.
Sedangkan guru harus menciptakan dan
melaksanakan
pembelajaran
yang
baik,
sehingga pembelajaran tersebut menarik dan
bermakna bagi siswanya serta sebagai upaya
untuk meningkatkan prestasi dan motivasi
belajar siswa.
Untuk melaksanakan tugas tersebut
tidaklah mudah, hal ini dikarenakan banyak
faktor yang mempengaruhi motivasi, misalnya
pengaruh alat elektronik dan media seperti
handphone, internet dan televisi sehingga anakanak malas belajar.
Mengingat pentingnya motivasi bagi siswa
dalam belajar, maka guru diharapkan dapat
membangkitkan motivasi belajar siswasiswanya. Dalam usaha ini banyak cara yang
dapat dilakukan oleh guru, salah satunya yaitu
melakukan variasi dalam penggunaan metode
mengajar. Peranan metode mengajar sebagai
alat untuk menciptakan proses pembelajaran.
Metode mengajar yang baik yaitu metode yang
dapat menumbuhkan aktivitas siswa dalam
belajar. Selain itu, metode mengajar juga harus
disesuaikan dengan karakteristik materi dan
keadaan siswa dalam suatu kelas.
Pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pembelajaran bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah secara signifikan. Teknologi hanyalah
LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah tugas suatu bangsa
yang harus dilaksanakan untuk kepentingan
negara dan perorangan, pendidikan memperoleh
tempat yang paling
utama dan mendapat
perhatian yang paling khusus, bahkan dapat
dikatakan bahwa pendidikan adalah panggilan
yang sangat mulia yang harus diselenggarakan
oleh negara. Pendidikan suatu tindakan
pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan
ketidakbenaran. Dengan pendidikan, orangorang akan mengetahui yang benar dan yang
tidak benar, dan pendidikan pula orang akan
mengenal apa yang baik dan apa yang buruk.
Dengan demikian jelaslah bahwa peran
pendidikan yang paling utama bagi manusia
adalah pembebasan yang akan membentuk
manusia yang utuh, yaitu manusia yang berhasil
menggapai segala keutamaan moralitas jiwa
mengantarnya ke ide tinggi yaitu kebijakan.1
Kegiatan pembelajaran merupakan kunci
utama dalam proses pendidikan di sekolah,
dengan guru sebagai pemegang peran utama.
Guru diharapkan mampu mengelola proses
pembelajaran yang memberikan rangsangan
kepada siswa agar ia mau belajar dan
menjadikan kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered), bukan
lagi hanya berpusat pada guru (teacher
1
Abdullah Idi Jalaluddin. Filsafat pendidikan.
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 10
1
satu dari sekian komponen dalam peningkatan
kualitas pembelajaran di sekolah. Terdapat
sejumlah komponen lain yang harus berfungsi
efektif agar teknologi dapat memberikan
sumbangannya. Komponen mana yang telah
berjalan dengan baik, akan berperan lebih
efektif lagi jika menggunakan LCD Proyektor
dalam pembelajaran.
Adapun judul penelitian ini yaitu ‘Upaya
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam
Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Media
Proyektor Melalui Film Sosial Kelas VI di SDN
153 Pekanbaru’.
c. Motivasi akan dirangsang karena
adanya tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia,
tetapi
kemunculannya
karena
terangsang/ terdorong oleh adanya
unsur lain, dalam hal ini adalah
tujuan. Tujuan ini akan menyangkut
soal kebutuhan.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Motivasi
Faktor
yang
mempengaruhi
motivasi adalah faktor instrinsik dan
faktor ekstrinsik yaitu:
a. Motivasi instrinsik adalah motivasi
berasal dalam diri anak sendiri.5
Motivasi ini sering disebut motivasi
murni atau motivasi sebenarnya,
yang timbul dari dalam diri peserta
didik, misalnya keinginan bertanya,
keinginan
untuk
mendapatkan
keterampilan tertentu, memperoleh
informasi dan pemahaman, dan lainlain.
b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang disebabkan oleh faktor-faktor
luar situasi belajar, seperti : angka,
ijazah, tingkatan, hadiah, medali,
pertentangan dan persaingan; yang
bersifat negatif misalnya ejekan dan
hukuman. Motivasi bertanya di
sekolah yang berasal dari luar diri
individu ini pada umumnya di
upayakan oleh seorang guru, karena
seorang guru yang lebih banyak
berinteraksi
dengan
siswa,
khususnya pada saat pembelajaran
dikelas. Motivasi ekstrinsik tetap
diperlukan di sekolah, sebab
pembelajaran di sekolah tidak
semuanya menarik siswa untuk
belajar. Ada kemungkinan peserta
didik belum menyadari pentingnya
pelajaran yang disampaikan guru.
Dalam keadaan ini peserta didik
bersangkutan perlu dimotivasi untuk
belajar.
Guru
berupaya
membangkitkan motivasi belajar
peserta didik sesuai dengan keadaan
peserta didik itu sendiri.6
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif
yang diartikan “sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu”. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam
subjek untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan. Berawal dari kata “motif” itu,
maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi
aktif.2 Menurut Mc. Donal, motivasi
adalah “perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan”.3
Menurut Oemar Hamalik, motivasi
adalah ”suatu perubahan energi dalam
diri (pribadi)seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan”.4
Dari pengertian yang dikemukakan
di atas, motivasi mengandung tiga
elemen penting yaitu:
a. Bahwa motivasi ini mengawali
terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya
rasa/feeling seseorang. Rasa disini
dapat diartikan dengan semangat
atau tekad yang kuat.
2
Ibid., h. 73.
Ibid.
4
Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran.
(Jakarta: Bumi Antariksa, 2005), h. 106.
3
5
Amir Daien Indrakusuma. Pengantar Ilmu
Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, tth.), h.162.
6
Oemar Hamalik, op. cit., h.112.
2
3. Kebutuhan Teori Tentang Motivasi
Motivasi selalu terkait dengan
kebutuhan, sebab seseorang terdorong
melakukan sesuatu bila merasa ada suatu
kebutuhan. Menurut Morgan dan ditulis
kembali oleh S. Nasution, manusia hidup
dengan memiliki berbagai kebutuhan,
yaitu :
a. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu
untuk sesuatu aktivitas
b. Kebutuhan untuk menyenangkan
orang lain
c. Kebutuhan untuk mencapai hasil
d. Kebutuhan
untuk
mengatasi
7
kesulitan.
b.
4. Upaya dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar
Di
dalam
kegiatan
belajar
mengajar peranan motivasi baik
instrinsik maupun ekstrinsik sangat
diperlukan. Dengan motivasi siswa dapat
mengembangkan kreatifitas, pelajar
dapat mengembangkan aktivitas dan
inisiatif, dapat mengarahkan dan
memelihara ketekunan dalam melakukan
kegiatan belajar. Dalam kaitan itu perlu
diketahui bahwa cara dan jenis
menumbuhkan
motivasi
adalah
bermacam-macam.
Tetapi
untuk
motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat,
dan kadang-kadang juga bisa kurang
sesuai. Oleh sebab itu, guru harus hatihati dalam menumbuhkan dan memberi
motivasi bagi kegiatan belajar para anak
didik. Sebab mungkin maksudnya
memberikan motivasi tetapi justru tidak
menguntungkan perkembangan belajar
siswa.
Ada beberapa bentuk dan cara
untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah, diantaranya:
a. Memberi Angka
Menurut
Sardiman
yaitu
”Angka dalam hal ini sebagai
simbol
dari
nilai
kegiatan
belajarnya. Banyak siswa, yang
utama justru mencapai angka/nilai
yang baik. Sehingga siswa biasanya
yang dikejar adalah nilai ulangan
7
c.
8
atau nilai-nilai raport angkanya
baik-baik”.8
Dengan
adanya
penilaian dari guru, maka siswa
akan termotivasi untuk belajar.
Hadiah
Menurut
Sardiman
yaitu
”Hadiah dapat juga dikatakan
sebagai motivasi, tetapi tidaklah
selalu demikian. Karena hadiah
untuk suatu pekerjaan, mungkin
tidak akan menarik bagi seseorang
yang tidak senang dan tidak
berbakat unruk suatu pekerjaan
tersebut”.9
Thoifuri mengatakan yaitu
”Metode
ini
mengedepankan
kegembiraan dan positif thingking,
yaitu memberikan hadiah pada anak
didik, baik yang berprestasi
akademik maupun yang berperilaku
baik. Penghargaan hadiah dianggap
sebagai media pengajaran yang
preventif dan representatif untuk
membuat senang dan menjadi
motivator belajar anak didik”.10
Jadi, jika siswa diberi hadiah,
maka siswa akan termotivasi untuk
belajar. Hadiah ini biasanya
diberikan oleh guru pada saat
pembagian rapor, baik dalam bentuk
uang maupun barang bagi siswa
yang berprestasi.
Saingan/ kompetensi
Saingan atau kompetensi dapat
digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa.
Amir
Daien
Indrakusuma
mengatakan yaitu ”Persaingan,
sebenarnya adalah berdasarkan
kepada dorongan untuk kedudukan
dan penghargaan. Kebutuhan akan
kedudukan dan penghargaan adalah
merupakan kebutuhan yang sangat
penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan. Oleh karena itu
kompetisi dapat menjadi tenaga
pendorong yang sangat besar”.11
Ibid., h. 92.
Ibid.
10
Thoifuri. Menjadi Guru Inisiator. (Semarang:
RaSAIL, 2007), h. 60.
11
Amir Daien Indrakusuma. op.cit., h.165
9
Sardiman, A.M., op.cit., h. 77-80.
3
d.
e.
f.
g.
Dengan adanya persaingan
maka siswa akan termotivasi belajar
karena melihat temannya rajin
belajar dan memperoleh nilai yang
baik.
Ego-involvement/ Kesadaran Diri
Menurut
Sardiman
yaitu
”Menumbuhkan kesadaran kepada
siswa agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai
tantangan sehingga bekerja keras
dengan mempertaruhkan harga diri
adalah sebagai salah satu bentuk
motivasi yang cukup penting”.12
Dengan adanya kesadaran
dari diri siswa tentang pentingnya
belajar, maka siswa akan belajar
dengan baik sebagai salah satu
bentuk mengangkat harga diri dan
derajat kemanusiaanyya.
Memberi ulangan
Sadirman mengatakan ”Para
siswa akan giat belajar kalau
mengetahui ada ulangan. Oleh
karena itu, memberi ulangan
merupakan sarana motivasi”.13
Dengan adanya jadwal ulangan yang
diberikan guru maka siswa akan
bersemangat
belajar
untuk
memperoleh hasil yang baik.
Mengetahui Hasil
Sadirman
mengatakan
”dengan
mengetahui
hasil
pekerjaan, apalagi kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa
untuk lebih giat belajar”.14 Dengan
mengetahui hasil belajar siswa baik
itu hasil ulangan, pekerjaan atau
nilai rapor, maka siswa yang baik
nilainya akan termotivasi untuk
mempertahankannya,
sedangkan
bagi siswa yang rendah nilainya
akan termotivasi belajar lebih baik
lagi.
Pujian
Apabila ada siswa yang sukses
yang berhasil menyelesaikan tugas
dengan baik, perlu diberikan pujian.
Pujian adalah bentuk reinforcement
h.
15
yang positif dan sekaligus motivasi
yang baik. “Sebenarnya tidaklah
sukar memuji atau menghargai
anak/orang lain. Ada peribahasa
mengatakan “ucapan atau perkataan
itu tidak dibeli”. Hanya ada
keengganan
atau
“gengsi”
menyelinap ke dalam hati kita.
Mungkin
itulah
penyebabnya.
Rasulullah sering memuji istrinya,
putra-putriinya keluarganya. Pujian
dan penghargaan dapat berfungsi
efektif apabila dilakukan pada saat
dan cara yang tepat serta tidak
berlebihan”.15
Dengan adanya pujian, maka
siswa ingin agar hasil belajarnya
lebih baik lagi serta memotivasi
teman yang lain untuk rajin belajar
juga.
Hukuman
Menurut
Sardiman
yaitu
”Hukuman sebagai reinforcement
yang negatif tetapi kalau diberikan
secara tepat dan bijak bisa menjadi
alat motivasi. Oleh karena itu guru
harus memahami prinsip-prinsip
pemberian hukuman”.16
Metode pengajaran hukuman
memang
perlu
(suatu
saat)
diterapkan pada anak didik agar ia
tidak mudah mengadakan tindakan
negatif.17 Tindakan negatif disini
misalnya tidak memperhatikan
pelajaran,
membuat
keributan,
sering keluar masuk kelas, berkelahi
dan sebagainya.
Dalam memberi hukuman
harus
memperhatikan
hal-hal
berikut:
1) Jangan
menghukum
ketika
marah.
Karena
pemberian
hukuman ketika marah akan
lebih bersifat emosional yang
dipengaruhi nafsu syaithaniyah.
2) Jangan
sampai
menyakiti
perasaan dan harga diri anak
atau orang yang kita hukum.
Heri Jauhari Mukhtar. Fikih Pendidikan.
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005). Hlm. 21.
16
Sardiman.op.cit., h. 94.
17
Thoifuri, op.cit., h. 62.
12
Sadirman., op.cit., h. 93.
13
Ibid., h. 93.
14
Ibid., h. 94.
4
i.
j.
k.
3) Jangan sampai merendahkan
derajat dan martabat orang
bersangkutan, misalnya dengan
menghina atau mencaci maki di
depan orang lain.18
Hal-hal tersebut diperlukan,
agar hukuman yang diberikan dapat
memberikan
pengaruh
positif
kepada anak didik yakni agar ia
tidak mengulangi perbuatannya lagi
dan tidak membuat ia malah
membenci
orang
yang
menghukumnya.
Hasrat untuk belajar
Sadirman mengatakan yaitu
”Hasrat untuk belajar, berarti ada
unsur kesengajaan, ada maksud
untuk belajar. Hal ini akan lebih
baik, bila dibandingkan segala
sesuatu kegiatan yang tanpa
maksud. Hasrat untuk belajar berarti
dalam diri anak didik memiliki
motivasi untuk belajar”.19 Hasrat
yang muncul dari dalam diri siswa
juga merupakan motivasi yang kuat
bagi siswa untuk belajar.
Minat
Minat adalah keinginan yang
kuat,
gairah.20
Sadirman
mengatakan: ”Motivasi muncul
karena ada kebutuhan, begitu juga
minat, sehingga tepatlah kalau minat
merupakan alat motivasi yang
pokok. Proses belajar akan menjadi
lancar jika disertai dengan minat”.21
Minat merupakan salah satu
pendorong yang ada dalam diri
siswa untuk belajar.
Tujuan yang diakui
Sadirman mengatakan bahwa
”Rumusan tujuan yang diakui dan
diterima baik oleh siswa, akan
merupakan alat motivasi yang
sangat penting. Sebab dengan
memahami tujuan yang harus
dicapai, karena dirasa sangat
berguna dan menguntungkan, maka
akan timbul gairah untuk terus
belajar”.22 Salah satu kegiatan
dalam pembelajaran adalah guru
harus
menjelaskan
tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Dengan memahami tujuan tersebut,
maka siswa akan termotivasi untuk
belajar.
B. Hakikat Pembelajaran IPS23
IPS merupakan suatu program
pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu
tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan
baik dalam nomenklatur filsafat ilmu,
disiplin ilmu-ilmu sosial (social science),
maupun ilmu pendidikan (Sumantri.
2001:89). Social Scence Education Council
(SSEC) dan National Council for Social
Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai
“Social Science Education” dan “Social
Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti
cara pandang yang bersifat terpadu dari
sejumlah mata pelajaran seperti: geografi,
ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah,
antropologi, psikologi, sosiologi, dan
sebagainya. Dalam bidang pengetahuan
sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut
meliputi: Ilmu Sosial (Social Sciences),
Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).
1. Ilmu Sosial (Sicial Science)
Achmad
Sanusi
memberikan
batasan
tentang
Ilmu
Sosial
(Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai
berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplindisiplin ilmu pengetahuan sosial yang
bertarap akademis dan biasanya
dipelajari pada tingkat perguruan tinggi,
makin lanjut makin ilmiah”. Menurut
Gross
dalam Kosasih Djahiri Ilmu
Sosial merupakan disiplin intelektual
yang mempelajari manusia sebagai
makluk
sosial
secara
ilmiah,
memusatkan pada manusia sebagai
anggota masyarakat dan pada kelompok
atau masyarakat yang ia bentuk. Nursid
Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu
Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku manusia
18
Heri Jauhari Mukhtar. op.cit., h. 21.
Sadirman, A.M. op.cit.,h. 94.
20
Rizky Maulana dan Putri Amelia. Kamus Pelajar
Bahasa Indonesia. (Surabaya: Lima Bintang, tth.), h. 275.
21
Sadirman, A.M. op.cit.,h. 94.
19
22
Ibid., h. 95.
23
http://chikahutami.blogspot.co.id/2013/11/hakikat-tujuanfungsi-konsep.html
5
baik secara perorangan maupun tingkah
laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu
Sosial adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia dan mempelajari
manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Studi Sosial (Social Studies).
Perbeda dengan Ilmu Sosial, Studi
Sosial bukan merupakan suatu bidang
keilmuan atau disiplin akademis,
melainkan lebih merupakan suatu bidang
pengkajian tentang gejala dan masalah
social. Tentang Studi Sosial ini, Achmad
Sanusi memberi penjelasan sebagai
berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf
akademis-universitas,
bahkan
merupakan bahan-bahan pelajaran bagi
siswa sejak pendidikan dasar.
3. Pengetahuan Sosial (IPS)
Harus diakui bahwa ide IPS
berasal
dari literatur pendidikan
Amerika Serikat. Nama asli IPS di
Amerika
Serikat
adalah
“Social
Studies”. Istilah tersebut pertama kali
dipergunakan sebagai nama sebuah
komite yaitu “Committee of Social
Studies” yang didirikan pada tahun
1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu
adalah sebagai wadah himpunan tenaga
ahli yang berminat pada kurikulum
Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan
ahli-ahli
Ilmu-ilmu
Sosial
yang
mempunyai minat sama. Hakikat IPS,
adalah telaah tentang manusia dan
dunianya. Manusia sebagai makhluk
sosial selalu hidup bersama dengan
sesamanya. Dengan kemajuan teknologi
pula sekarang ini orang dapat
berkomunikasi dengan cepat di manapun
mereka berada melalui handphone dan
internet. Kemajuan Iptek menyebabkan
cepatnya komunikasi antara orang yang
satu dengan lainnya, antara negara satu
dengan
negara
lainnya.
Dengan
demikian maka arus informasi akan
semakin cepat pula mengalirnya. Oleh
karena itu diyakini bahwa “orang yang
menguasai informasi itulah yang akan
menguasai dunia”.
C. Konsep Proyektor dalam Pembelajaran
1. Pengertian LCD
Pengertian LCD Proyektor LCD
(Liquit Crystal Display) merupakan
salah satu alat optik dan elektronik.
Sistem
optiknya
efesien
yang
menghasilkan cahaya amat terang tanpa
mematikan
(menggelapkan)
lampu
ruangan,
sehingga
dapat
memproyeksikan tulisan, gambar, atau
tulisan dan gambar yang dapat
dipancarkan dengan baik ke layar.
Jadi media LCD adalah sebuah alat
elektronik berupa layar proyektor
berfungsi menampilkan gambar visual,
sebagai
sarana
pendidikan
yang
dipergunakan
untuk
membantu
tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Tujuan LCD
Tujuan
penggunaan
LCD
Proyektor sebagai media pembelajaran
guna memberikan memotivasi peserta
didik, merangsang peserta didik
mengingat apa yang sudah dipelajari dan
memberikan rangsangan pelajaran baru
serta mengaktifkan peserta didik dalam
proses pembelajaran. jenis LCD
proyektor yang sering digunakan proses
dalam pembelajaran adalah proyektor
jenis LV-5200. Untuk menggunakan
atau mengoperasikan proyektor ini
membutuhkan
dan
menggunakan
bantuan komputer. Program informasi
didesain melalui program komputer
dengan program power point (slide).24
Beberapa hal yang perlu disiapkan
guru dalam pembelajaran menggunakan
LCD proyektor antara lain:
a. Guru sebaiknya sudah dapat
mengoperasikan LCD proyektor dan
computer.
b. Cantumkan point-point penting saja
dalam power point.
c. Gunakan
warna-warna
yang
menarik.
d. Gunakan animasi secukupnya agar
tidak mengganggu.
e. Hindari suara dari animasi karena
dapat menggangu pembicaraan guru.
f. Gunakan foto-foto secukupnya.
g. Bila memungkinkan gunakan film
pendek.
h. Segera
diminimize-kan
apabila
power point tidak sedang digunakan
24
130
6
Hujair AH Sanaky, Media Pembelajaran.,hlm.
i. Prinsip satu slide satu menit
j. Jangan terlalu banyak slide dalam
setiap sesi, maksimal 20 slide.25
3. Manfaat LCD Proyektor
LCD proyektor merupakan salah
satu jenis proyektor yang digunakan
untuk menampilkan video, gambar, atau
data dari komputer pada sebuah layar
atau sesuatu dengan permukaan datar
seperti tembok, dsb. Ketika ditanya
bagaimana LCD proyektor dapat
mempengaruhi pengalaman belajar
mengajar? Menurut Philips (2002) dari
hasil penelitian, beberapa daerah
diidentifikasi adanya pengaruh yang
besar terhadap penggunaan media LCD
proyektor dalam pembelajaran, termasuk
bantuan visual, fleksibilitas yang lebih
besar
untuk
metode
pengajaran
alternatif, membuat mengajar lebih
mudah dan lebih baik, dan kesadaran
siswa untuk belajar lebih meningkat.
a. Bantuan visual. LCD proyektor
memungkinkan
guru
untuk
memberikan beragam konten untuk
semua siswa di kelas sekaligus,
memungkinkan
siswa
untuk
memiliki pengalaman belajar visual
dan berwarna-warni saat pelajaran
diberikan. Proyektor ini sempurna
untuk pemuda yang berorientasi
visual generasi ini karena mereka
membantu membuat konsep-konsep
abstrak lebih mudah dipahami.
b. Sebagai Alternatif mengajar. Dengan
tidak memaksa seorang guru hanya
mengandalkan
buku,
proyektor
multimedia membuat informasi
pendidikan lebih tersedia untuk
siswa. Hal ini merupakan perubahan
kebiasaan konvensional dan ritual di
dalam kelas. Bahkan, beberapa
peserta
survei
percaya
LCD
proyektor dapat menggantikan papan
tulis.
c. Membuat mengajar lebih mudah dan
lebih baik. Siswa dapat lebih fokus
belajar karena melihat satu layar
d.
e.
f.
g.
25
Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi
Dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2008). hlm.145.
7
besar
tanpa
kesulitan.
LCD
proyektor telah membuat pengajaran
mata pelajaran yang berhubungan
dengan internet dan demonstrasi
aplikasi baru perangkat lunak jauh
lebih
mudah,
meningkatkan
kesadaran dan dapat menarik
perhatian siswa sehingga dapat
meningkatkan
motivasi
belajar
siswa.
Lebih Efektif dan Efisien. Dengan
menggunakan
LCD
Proyektor,
waktu yang digunakan untuk
mengajar tidak terbuang sia-sia
hanya untuk menulis di papan tulis,
dan membuat catatan. Selain itu
kualitas visual akan lebih nyaman
dengan materi yang dapat terlihat
dengan jelas di banding dengan
menulis di papan tulis. Hal inilah
yang dapat membuat waktu belajar
menjadi efektif, dan suasana belajar
mejadi efisien.
Ramah Lingkungan. Karena LCD
Proyektor
hanya
menggunakan
tenaga listrik, maka dapat dikatakan
sangat ramah lingkungan dari pada
menulis di whiteboard dengan
spidol, atau menulis di papan tulis
dengan
kapur.
Selain
tidak
mencemari
lingkungan
yang
akibatnya
dapat
mengganggu
kesehatan, LCD Proyektor juga
ramah lingkungan, bisa digunakan
kapan saja dan dimana saja dengan
praktis dan cepat.
Membiasakan peserta didik dengan
teknologi. Secara tidak langsung,
penggunaan LCD Proyektor dapat
mendidik
siswa
agar
lebih
mengeluarkan de-ide kreatifnya
dalam penggunaan teknologi. Yang
dapat brguna bagi perkembangan
dirinya di era modernisasi yang
semakin berkembang.
Mengikuti
Standar Pendidikan.
Hampir disetiap sekolah di perkotaan
menggunakan media pembelajarn
berupa LCD Proyektor. Lambat laun
sistem pembelajaran yang seperti ini
akan semakin berkembang hingga ke
sekolah yang letaknya di desa atau
pedalaman. Jadi dengan mengikuti
standar pendidikan seperti ini, maka
pendidikan akan terus berkembang.
perbaikan dari kekurangan yang ditemukan pada
siklus I, sehingga secara rasional tentu akan
didapati perbaikan dan peningkatan pada proses
sebelumnya. Hal ini tergambar dari proses
Silklus I – II dari aktivitas guru dan siswa di
atas. Peningkatan yang didapati cukup
signifikan.
A. Gambaran Peningkatan Aktivitas Murid
Berdasarkan hasil observasi berkenaan
dengan Upaya Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS
dengan Menggunakan Media Proyektor
Melalui Film Sosial Kelas VI di SDN 153
Pekanbaru dapat digambarkan peningkatan
aktivitas siswa dari Siklus I – II yaitu:
METHODOLOGY
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu pendekatan kuantitatif deskriptif
persentase. Yang mana dalam melakukan
analisis proses tetap menggunakan angka-angka.
Yang menjadi subjek penelitian ini yaitu siswa
dan siswi SDN 153 Pekanbaru Kelas VI dengan
jumlah siswa sebanyak 37 orang. Sementara
prosedur yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan
dan Evaluasi, Refleksi. Adapun teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Analisis Deskriptif dan analisis isi. Metode
analisis deskriptif adalah usaha untuk
mengumpulkan dan menyusun suatu data,
kemudian di analisis terhadap data tersebut
(Winarno, 1990:39). Pendapat di atas diperkuat
pula oleh Lexy J. Moleong bahwa analisis data
deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa
kata-kata dan gambar, bukan dalam bentuk
angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya
penerapan metode kualitatif, selain itu pula yang
dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci
terhadap apa yang telah di teliti.
NO
1
2
3
4
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada dasarnya data yang disajikan berikut
ini adalah data yang diperoleh berdasarkan
penelitian lapangan. Berdasarkan hasil observasi
berkenaan dengan Upaya Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS
dengan Menggunakan Media Proyektor Melalui
Film Sosial Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru
dapat digambarkan bahwa pada Siklus I
aktivitas proses pembelajaran guru masih belum
terlaksana secara profesional akan tetapi pada
siklus II telah terlaksana dengan sangat baik.
Begitu pula aktivitas proses pembelajaran siswa
pada siklus I pertama belum terlaksana dengan
baik akan tetapi pada siklus II dapat terlaksana
dengan baik. Siklus I dilakukan untuk melihat
kekurangan dalam pelaksanaan aktivitas baik
guru maupun siswa. Sementara siklus II adalah
6
7
8
AKTIVITAS
MURID
Murid menjawab
salam
Murid
Mendengarkan
Orientasi dan
Motivasi Guru
Murid mencatat
Materi yang akan di
ajarkan
Murid
mendengarkan
penjelasan materi
secara global dan
terperinci
Murid menyaksikan
film singkat
berkenaan dengan
materi
Murid
mendengarkan
deskripsi film
singkat dengan
contoh-contoh
Murid mencatat
kesimpulan materi
Guru Menutup
Pelajaran Dengan
Do’a
JUMLAH MURID
FR
SIKLUS I
FR
SIKLUS II
37
37
24
37
24
37
20
37
37
37
13
37
13
37
37
37
205
296
Dari gambaran tabel di atas dapat
terlihat
bahwa
pada
point
Murid
mendengarkan deskripsi film singkat dengan
contoh-contoh
dan
Murid
mencatat
kesimpulan materi dari 13 orang meningkat
signifikan menjadi 37 orang.
.
Hal ini terlihat ada peningkatan secara
kuantitatif berkenaan dengan Upaya
8
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
dalam
Pembelajaran
IPS
dengan
Menggunakan Media Proyektor Melalui
Film Sosial Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru
dari Siklus I kepada Siklus II dengan
perbandingan angka kuantitatif 205 menjadi
296.
B. Gambaran Peningkatan Hasil Belajar Murid
dalam Pembelajaran
Berdasarkan hasil evaluasi hasil
belajar murid berkenaan dengan Upaya
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
dalam
Pembelajaran
IPS
dengan
Menggunakan Media Proyektor Melalui
Film Sosial Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru
dapat digambarkan peningkatan Hasil
Belajar Murid dalam Pembelajaran dari
Siklus I – II yaitu:
KLASIFIKASI
SKOR
SIKLUS I
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
JUMLAH
85-100
71-84
56-70
0-55
-
5
19
13
37
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik
dari hasil penelitian ini yaitu (1) Proses
Pembelajaran guru dan siswa pada siklus II
terjadi peningkatan dari siklus II. (2) Ada
peningkatan secara kuantitatif berkenaan dengan
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan
Media Proyektor Melalui Film Sosial Kelas VI
di SDN 153 Pekanbaru dari Siklus I kepada
Siklus II dengan perbandingan angka kuantitatif
205 menjadi 296. (3) Evaluasi hasil belajar
murid berkenaan dengan Upaya Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS
dengan Menggunakan Media Proyektor Melalui
Film Sosial Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru
terjadi peningkatan dari siklus I ke Siklu II. (4)
Faktror lain yang mempengaruhi Upaya
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam
Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Media
Proyektor Melalui Film Sosial Kelas VI di SDN
153 Pekanbaru yaitu sarana literatur, tokoh
keteladanan dan sosial.
SIKLUS
II
27
10
0
0
37
Dari gambaran tabel di atas dapat
terlihat peningkatan hasil belajar dari siklus
I ke Siklu II. Klasifikasi sangat tinggi pada
siklus I sebanyak 0 murid dan pada siklus II
mendapatkan peningkatan menjadi 27
Murid. Klasifikasi tinggi pada siklus I
sebanyak 5 murid dan pada siklus II
mendapatkan peningkatan menjadi 10
Murid. Klasifikasi sedang pada siklus I
sebanyak 19 murid dan pada siklus II tidak
terdapat yang mendapatkan nilai sedang
sementara Klasifikasi rendah pada siklus I
sebanyak 13 murid dan pada siklus II tidak
terdapat murid yang mendapat nilai rendah.
REFERENSI
Abdullah Idi Jalaluddin. Filsafat pendidikan.
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),
hlm. 10
.
Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran.
(Jakarta: Bumi Antariksa, 2005), h. 106.
Amir Daien Indrakusuma. Pengantar Ilmu
Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional,
tth.), h.162.
C. Faktor Lain
Adapun
faktor
lain
yang
mempengaruhi
Upaya
Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran
IPS dengan Menggunakan Media Proyektor
Melalui Film Sosial Kelas VI di SDN 153
Pekanbaru yaitu literatur, tokoh keteladanan
sekolah dan sosial.
9
1
Thoifuri. Menjadi Guru Inisiator. (Semarang:
RaSAIL, 2007), h. 60.
1
Heri Jauhari Mukhtar. Fikih Pendidikan.
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2005). Hlm. 21.
1
Rizky Maulana dan Putri Amelia. Kamus
Pelajar Bahasa Indonesia. (Surabaya:
Lima Bintang, tth.), h. 275.
1
M. Dalyono. Psikologi Pendidikan. (Jakarta:
Rineka Cipta, 2009), h. 55.
http://chikahutami.blogspot.co.id/2013/11/hakik
at-tujuan-fungsi-konsep.html
Munir,
Kurikulum
Berbasis
Teknologi
Informasi Dan Komunikasi, (Bandung:
Alfabeta, 2008). hlm.145.
Web Internet.
10
Download