KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI ATAS KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS Neni Vesna Madjid Dosen STIH Padang E-mail: [email protected] Abstract The Board of Directors is authorized organ Company Limited and is responsible for the management of the Company Limited for the benefit of a Limited Liability Company in accordance with the intent and purpose as well as to represent the Company Limited Company Limited , both inside and outside the court in accordance with the provisions of the Articles of Association . The legal position of the Board of Directors after the bankruptcy of the limited liability company still remains , throughout the company that have not been declared dissolved by the AGM . Directors are legally competent anything , except with regard to the assets of legal entities . Key words: legal position, directors, bankruptcy, company limited Abstrak Direksi adalah organ Perseroan Terbatas yang berwenang dan bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan Terbatas untuk kepentingan Perseroan Terbatas sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas serta mewakili Perseroan Terbatas, baik di dalam maupun di luar Pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. Kedudukan hukum Direksi setelah kepailitan perseroan terbatas masih tetap, sepanjang perseroan itu belum dinyatakan bubar melalui RUPS. Direksi cakap melakukan perbuatan hukum apa saja, kecuali berkaitan dengan harta kekayaan badan hukum. Kata Kunci: kedudukan hukum, direktur, kepailitan , perseroan terbatas Pendahuluan Masalah diatur kepailitan kepailitan didalam dan sudah peraturan penundaan pembayaran utang (Verordening op he het surseance failissement van en betaling) de yang dicantumkan dalam staatsblaad Tahun 1905 Nomor 217 juncto Staatsbalaad 1906 Nomor 348 yang diundangkan pada tahun 1906 yang kewenangan mengadilinya ada pada pengadilan negeri. Undangundang kepailitan pada mulanya bertujuan untuk melindungi para kreditur dengan memberikan jalan yang jelas dan pasti Utang (selanjutnya Kepailitan). disebut UU 1 dalam Sistem yang dipergunakan menyelesaikan uatang yang tidak dalam UU K (UU No. 4 tahun 1998) dapat tidak melakukan perubahan secara dibayar. Dalam perkembangannya dengan adanya total, krisis melanda pasal-pasal tertentu yang perlu Indonesia mendorong pemerintah diubah dan menambah berbagai Indonesia ketentuan moneter yang menyesuaikan hukum tetapi hanya yang mengubah baru kedalam kepailitan dengan perkembangan undang-undang yang ada. Pokok- hukum kepailitan pokok penyempurnaan itu antara dapat kembali modern agar membangkitkan lain sebagai berikut:2 kembali perekonomian Indonesia Pertama, penyempurnaan disekitar melalui Perpu Nomor 1 tahun 1998 syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh DPR permintaan pernyataan kepailitan, menjadi UU No. 4 tahun 1998. Termasuk didalamnya, pemberian Sehubungan banyaknya dengan putusan Pengadilan pengambilan Kedua, dalam pengaturan kepailitan PT. prosedur kerangka waktu yang pasti bagi Niaga yang kontroversial seperti kasus dan putusan pailit; Penyempurnaan yang Asuransi Manulife Indonesia, PT. penambahan Prudential tindakan sementara yang dapat lain-lain Life maka Assurance, timbul dan untuk diambil ketentuan bersifat oleh merevisi undang-undang tersebut. berkepentingan, Akhirnya pada tanggal 18 Oktober kreditur 2004, lahirlah UU No. 37 tahun sebelum 2004 pernyataan tentang Kepailitan dan atas tentang pihak-pihak yang khususnya oleh kekayaan adanya pailit; debitur putusan Ketiga, Penundaan Kewajiban Pembayaran 1 Jono, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm.2 2 Ahmad Yani dan Gunawan Wijaya, Kepailitan, Rajawali Press, Jakarta, 1999,hlm.5-9 1 Peneguhan fungsi kurator pennyempurnaan memungkinkan pemberian dan yang ini jasa- niaga, dengan hakim-hakim juga jasa tersebut disampaing institusi yang selam ini dikenal, yaitu Balai harta Peninggalan; penegasan upaya Keempat, hukum kepailitan secara umum. Lembaga yang disebut dengan pengadilan yang akan bertugas secara khusus. UU Kepailitan diperlukan untuk3: 1. Menghindarkan pertentangan dapat diambil terhadap putusan apabila ada beberapa kreditur pernyataan pada waktu yang sama meminta kepailitan. Undang-Undang revisi dikatakan Dalam Kepailitan hasil bahwa untuk setiap putusan pernyataan pailit, pembayaran piutangnya debitur. 2. Untuk menghindari upaya hukum yang dapat diajukan kreditor hanyalah mendapatkan Agung; kasasi Kelima, ke Mahkamah adanya yang ingin hak istimewa, rangka yang menuntut haknya dengan kelancaran proses kepailitan dan dengan cara menjual barang pengamanan berbagai kepentingan milik debitur atau menguasai secara sendiri adil, dalam dari juga ditegaskan secara adanya mekanisme penangguhan memperhatikan pelaksanaan hak kreditor dengan kepentingan hak preferens yaitu pemegang hak kreditur lainnya. tanggugan, hipotek, gadai, atau agunan lainnya; Penyempurnaan terhadap Keenam, dilakukan ketentuan pula tentang 3. Untuk tanpa lagi debitur menghindari kecurangan-kecurangan dilakukan debitur atau adanya yang sendiri, misalnya saja debitur berusaha Penundaan Kewajiban Pembayaran memberikan keuntungan utang (PKPU) sebagaimana diatur kepada seorang atau beberapa dalam Bab kedua UU Kepailitan; orang kreditur tertentu, yang Ketujuh, tentang Penegasan dan pembentukan peradilan khusus yang akan menyelesaikan masalah 3 Crahatamarrastid, Menyingkap tabir perseroan (Piercing the Corporate Veil), Bandung, Citra Aditya Bhakti, 2000, hlm 78 2 merugikan kreditur lain lainnya, harus memiliki lebih dari satu atau kreditur. debitur perbuatan melakukan curang dengan b. Debitur tidak membayar melarikan atau menghilangkan sedikitnya satu utang kepada semua harta benda kekayaan salah satu krediturnya debitur bertujuan Sementara dalam Pasal 1 butir tanggungnya 1 UU No. 37 tahun 2004 tentang yang melepaskan terhadap kreditur. kepailitan Dalam rumusan pasal 1 ayat dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (1) Perpu nomor 1 tahun 1998 yang diberikan menjadi UU No. 4 tahun 1998 sebagai berikut; “ Kepailitan tentang kepailitan” Debitur yang adalah sita umum atas semua mempunyai atau lebih kreditur dan kekayaan tidak membayar sedikitnya satu pengurusan dan pemberesannya utang yang sudah jatuh tempo dan dilakukan dapat bawah ditagih dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang definisi”Kepailitan” debitur oleh yang Kurator pengawasan di hakim pengawas. berwenang sebagaimana dimaksud c. Utang yang dibayar itu harus pasal 2, baik atas permohonan telah jatuh waktu dan telah sendiri maupun atas permintaan dapat ditagih.4 seorang atau lebih krediturnya”. Dari ketentuan pasal 1 ayat Dalam untuk perkembangannya mendirikan suatu yang keuntungan orang 1 UU No. 4 tahun 1998 dapat menghasilkan disimpulkan, berupaya untuk mendirikan suatu permohonan pailit dapat diajukan terhadap debitur usaha bila memenuhi syarat-syarat: hukum a. Debitur terhadap siapa yang berbentuk maupun yang badan tidak berbentuk badan hukum. Badan permohonan itu diajukan harus paling sedikit mempunyai dua kreditur, atau dengan kata lain 4 Sutan Reny Syahdeni, Hukum Kepailitan, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta 2002,hlm 63. 3 hukum5 sebagai subjek menetapkan peraturan-peraturan adalah pembawa hak yang tak intern hanya berjiwa dapat melakukan sebagai kalangan pembawa Hak manusia. Misalnya organisasi itu. Dalam pergaulan dapat persetujuan, hukum, semua orang-orang yang yang sama mempunyai kepentingan bersama kekayaan yang tergabung dalam kesatuan melakukan memiliki sekali kekayaan terlepas dari hukum anggota-anggotanya. Adanya berlaku mereka di anggota kerja sama tersebut dianggap perlu badan (rechtspersoon) yang di hukum samping manusia tunggal sebagai kesatuan yang baru, yang mempunyai hak-hak kewajiban-kewajiban dan anggota- (natuurlijkpersoon) adalah suatu anggotanya serta dapat bertindak realita yang timbul sebagai suatu hukum kebutuhan hukum dalam pergaulan bertindak di pengurus-pengurusnya. tengah-tengah masyarakat. Sebab, manusia selain mempunyai kepentingan (individuil), perseorangan juga mempunyai sendiri.6 Badan dengan hukum perantaraan Untuk mengetahui hakikat daripada badan hukum, dalam ilmu pengetahuan hukum kepentingan bersama dan tujuan bermacam-macam bersama yang harus diperjuangkan badan hukum yang satu sama lain bersama pula. Karena itu, mereka berbeda-beda. Berikut ini hanya berkumpul dikemukakan 5 macam teori saja mempersatukan dengan membentuk organisasi dan pengurusnya untuk diri suatu memilih mewakili yang sering teori timbul tentang dikutip oleh 7 penulispenulis ahli hukum : ) 1. Teori Fictie dari Von Savigny mereka. Mereka juga memasukkan harta kekayaan menjadi 5 milik masing-masing bersama, dan C.S.T. kansil, Latihan Ujian Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1992, hlm.47 6 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Azaz-azas Hukum Perdata, PT.Alumni, Bandung, hlm .53 7 Ali Rido, S.H,, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan,Wakaf, Alumni, Bandung, cet. I, 1977,hlm.10. 4 Menurut teori dari Von Savigny 3. Teori Organ dari Otto van badan hukum semata-mata Gierke buatan negara saja. Badan Badan hukum menurut teori ini hukum itu hanyalah fiksi, yakni bukan abstrak (fiksi) dan bukan sesuatu kekayaan tidak yang sesungguhnya ada, tetapi menghidup-kannya bayangan sebagai (hak) yang tidak orang bersubyek, tetapi badan hukum dalam adalah suatu organisme yang subyek riil, yang menjelma sungguh- hukum yang dapat melakukan sungguh perbuatan hukum, yang dapat membentuk hukum seperti dalam pergaulan manusia. Teori ini diikuti juga kemauan oleh Houwing. perantaraan alat-alat yang ada 2. Teori Harta Bertujuan (Doel Kekayaan vermogents theorie) padanya teori manusia saja dengan (pengurus, anggotaanggotanya) manusia Menurut sendiri seperti biasa, yang ini hanya mempunyai pancaindera dan yang dapat sebagainya. Pengikut teori menjadi subyek hukum. Namun, organ ini antara lain Mr. L.C. kata teori ini ada kekayaan Polano. (vermogen) yang merupakan bukan 4. Teori Propriete Collective kekayaan Teori ini diajarkan oleh Planiol seseorang, tetapi kekayaan itu dan Molengraaff. Menurut teori terikat tertentu. ini hak dan kewajiban badan Kekayaan yang tidak ada yang hukum pada hakikatnya adalah mempunyainya dan yang terikat hak kepada tujuan tertentu inilah anggota yang diberi nama badan hukum. Kekayaan badan hukum adalah Teori ini diajarkan oleh A. kepunyaan Brinz, dan diikuti oleh Van der anggotanya. Orang-orang yang Hayden. berhimpun tersebut merupakan tujuan dan kewajiban para bersama-sama. bersama semua suatu kesatuan dan membentuk 5 suatu pribadi yang dinamakan perseroan terbatas sebagai badan badan hukum. Oleh karena itu, hukum, yang mampu melakukan badan hubungan hukum atau perbuatan hukum konstruksi adalah suatu yuridis saja. Busmann dan adalah Star Kranenburg pengikut-pengikut ajaran ini. 5. Teori Kenyataan Yuridis hukum baik terbatas antara perseroan dengan manusian, perseroan terbatas dengan perseroan terbatas lainnya, maupun perseoan terbatas dengan (Juridishe Realiteitsleere) badan Dikatakan bahwa, badan hukum demikian , jelas bahwa perseroan itu merupakan suatu realiteit, terbatas sebagai subjek hukum, konkret, riil, walaupun tidak yang bisa diraba, bukan hayal, tetapi kewajiban sebagaimana manusia. kenyataan yuridis. Teori yang Dengan dikemukakan oleh Majers ini terbatas sebagai subjek hukum menekankan bahwa hendaknya yang mandiri atau persona standi dalam mempersamakan badan in Judicio.8 hukum dengan manusia usaha lainya. mengemban kata hak lain, Perseroan Dengan dan perseroan terbatas (PT) terbatas sampai pada bidang merupakan badan hukum, hal ini hukum saja. dikarenakan juga terdapat unsur- Salah satu bentuk badan usaha yang adalah berbadan Persero hukum Terbatas. PT unsur suatu badan hukum dalam PT, yaitu organisasi yang teratur, memiliki kekayaan sendiri, Sebagai badan hukum sebagaimana melakukan kegiatan hukum, secara melakukan hubungan hukum pasal tegas 1 berbunyi: yang dinyatakan butir 1 UUPT “Perseroan selanjutnya dalam yang sendiri, mempunyai tujuan sendiri. Terbatas Perseroan mempunyai organ yang disebut terdiri atas rapat umum pemegang perseroan adalah badan hukum yang merupakan saham (RUPS), direksi, dan persekutuan modal…” Ini jelas bahwa status 8 Jono, Op.Cit,hlm. 54. 6 komisaris (Pasal 1 butir 2 UUPT). Pengertian Dari tiga organ tadi keberadaan secara direksi punya peranan yang cukup pengaturan atau penyebutannya di penting adalah dalam Undang-Undang Kepailitan Organ Perseroan yang berwenang (UU No. 4 tahun 1998).9 Para dan bertanggung jawab penuh atas sarjana kebanyakan mendasarkan pengurusan Perseroan untuk definisi kepailitan dari berbagai kepentingan Perseroan, sesuai sudut pandang, juga dari berbagai tujuan pasal didalam undang-undang itu mewakili sendiri. Kepailitan adalah suatu Perseroan, baik di dalam maupun sitaan dan eksekusi atas seluruh di luar pengadilan sesuai dengan kekayaan sidebitur ketentuan anggaran dasar seperti kepentingan sikrediturnya yang dimuat dalam Pasal 1 Angka 5 waktu debitur dinyatakan pailit. UU No. 40 tahun 2007. Berdasarkan Dalam pasal 1 ayat 1 UU No. 4 pengertian tahun karena dengan maksud Perseroan direksi Direksi serta diatas, punya perseroan dan peranan terbatas kepailitan. permasalahan jelas bahwa defenitif kepailitan, 1998 (UU tidak ada untuk pada Kepailitan) ketika disebutkan bahwa” Debitur yang mengalami mempunyai atau lebih kreditur dan Berdasarkan tidak membayar sedikitnya satu diatas maka utang yang sudah jatuh tempo dan rumusan masalah dalam penelitian dapat ditagih dinyatakan pailit ini adalah pertama, bagaimana dengan putusan pengadilan yang kedudukan hukum Direksi setelah berwenang sebagaimana dimaksud kepailitan perseroan terbatas? dan pasal 2, baik atas permohonan kedua,bagaimana tanggung jawab Direksi atas kepailitan perseroan terbatas? Pembahasan Kepailitan dalam sistem Hukum Indonesia. 9 Definisi Kepailitan baru ada dalam ketentuan Umum UU No.37 tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Kewajiban Pembayaran Utang yang disahkan tanggal 22 September 2004. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitur Pailit yang pengurusnya dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini. 7 sendiri maupun atas permintaan “Harta seorang atau lebih krediturnya. menjadi jaminan bagi semua Dari defenisi diatas tampak bahwa kreditur; kepailitan itupun merupakan benda-benda perbuatan yang berbentuk penyitaan maupun terhadap harta soemantri lembaga hukum penjualan itu dibagikan secara seimbang kepada semua untuk kecilnya piutang masing- masing, kecuali apabila debitur pendapat Hartono hasil kreditur Sementara itu, pengertian menurut tersebut eksekusi pemenuhan kreditur.10 pailit kekayaan Sri ialah”Suatu perdata menurut diantara para alasan yang besar kreditur sah ada untuk didahulukan”. Eropa Fred B.G Tumbuan, sebagai realisasi dari dua asas Kepailitan adalah sita umum yang pokok dalam hukum perdata Eropa mencakup yang tercantum dalam Pasal 1131 debitur untuk kepentingan semua dan pasal 1132 KUHPerdata.11 krediturnya. seluruh kekayaan Tujuan Pasal 1131 KUHPerdata : adalah “Seluruh kekayaan pembagian kekayaan debitur oleh debitur, baik yang bergerak kurator kepada semua kreditur maupun yang tidak bergerak, dengan memperhatikan hak-hak baik yang sudah ada maupun mereka masing-masing, melalui yang akan ada dikemudian hari sita umum tersebut akan (akan menjadi dapat) dihindari dan diakhiri sita harta tanggugan untuk (untuk kepalitan melakukan) perikatan perseorangan” dan eksekusi oleh para kreditur Pasal 1132 KUHPerdata : secara sendiri-sendiri. Pengertian kreditor 10 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan, Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi dan Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm.193. 11 Sri Soemantri Hartono, Pengantar Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran, Liberty, Yogyakarta, 1981, hlm. 3 debitur sebelumnya dan tidak terdapat dalam UU No. 4 tahun 1998, namun dapat dilihat dalam UU No. 37 tahun 2004 yaitu pada Pasal 1 ayat (2), ditegaskan 8 debitur adalah mempunyai “orang yang utang perjanjian atau Tujuan Hukum Kepailitan karena undang-undang Tujuan dimaksudkan utama untuk kepailitan menghindari ynag pelunasannya dapat ditagih terjadinya dimuka eksekusi terpisah oleh kreditur dan pengadilan”, dan pada sitaan terpisah ayat (1) kreditor ialah “orang yang menggantikannya mempunyai mengadakan piutang perjanjian yang dan dapat karena Undang-undang ditagih atau dengan sitaan bersama sehingga kekayaan debitur dapat dimuka dibagikan kepada semua kreditur ialah sesuai dengan hak masing-masing, seorang kreditur tersebut dapat lembaga-lembaga kepailitan pada mengajukan permohonan dasarnya merupakan sutu lembaga pernyataan pailit atas diri debitur yang memberikan solusi terhadap kepengadilan para pengadilan”. Maksudnya dan dalam hal pihak apababila tersebut dapat memberatkanpihak dalam kreditor, membayar/tidak yaitu apabila debitur tidak beritikad baik maka harta debitor dapat dialihkannya kepihak lain terlebih dahulu mengajukan pernyataan dianggap pailit. sebagai sebelum debitur keadaanberhenti mampu membayar.13 Menurut Sri Rezeki hartono, lembaga kepailitan punya dua permohonan fungsi, yaitu : Pertama, kepailitan Kepailitan sebagai lembaga pemberi jaminan alat untuk kepada kreditur bahwa debitur melepaskan diri dari ikatan utang, tidak akan berbuat curang, dan upaya kepailitan dianggap sebagai tetap bertanggung jawab terhadap pembebasan utang, apalagi bagi semua hutang-hutangnya kepada debitur yang tidak beritikad baik semua kreditur; Kedua, Kepailitan dan harus memenuhi syarat dua sebagai atau lebih kreditur.12 memberi lembaga yang perlindungan juga kepada 13 12 Adrian Sutedi,Op.Cit.hlm. 194. Sutan Remy Syahdeni. Hukum Kepailitan Memahami Failissementverordening, Op.Cit,hlm.39 9 debitur terhadap eksekusi massal krediturnya, kemungkinan oleh jadi kreditur- keberadaan A. Syarat adanya dua kreditur atau lebih, syarat ini bahwa debitur ketentuan tentang kepailitan baik minimal sebagai suatu lembaga sangat sebagai suatu uapaya atau hukum harus dua konsep yang merupakan dengan ketentuan sesuai sebagaimana diatur dalam pasal 1331 dan pasal 1332. 14 kepailitan realisasi adanya prnata pelunasan Permohonan Pernyataan pailit 1 UU Kepailitan, Debitur yang debitor dapat Ini dapat dilihat Pasal 2 ayat dari Pasal 1132 KUHPdt. Dengan kepailitan, Syarat-syarat dengan filosofis lahirnya kepailitan. Hukum azas kreditur, terkait khusus merupakan suatu rangkaian taat mempunyai hukum diharapkan hutang-hutang kepada kreditor dilakukan secara seimbang dan adil. Ada 3 antara lain: macam kreditur mempunyai atau dikenal dalam yang hukum lebih kreditur dan tidak membayar perdata yakni: sedikitnya satu utang yang sudah 1. Kreditur Konkuren yang jatuh tempo dan dapat ditagih diatur dalam pasal 1132 dinyatakan pailit dengan putusan KHPerdata. Kreditor ini pengadilan adalah yang berwenang para kreditor sebagaimana dimaksud pasal 2, dengan hak pari passu baik sendiri dan prorata, artinya para maupun atas permintaan seorang kreditur secara bersama atau memperoleh atas lebih permohonan krediturnya. Syarat- syarat tersebut dapat dijelaskan tanpa sebagai berikut: didahulukan dihitung 14 Sri Rezeki hartono, Hukum Perdata Sebagai Hukum Kepailitan Modern, Majalah Hukum Nasional No.2 tahun 2000, hlm.37 pelunasan ada yang yang berdasarkan pada besarnya piutang masing-masing 10 dibandingkan piutang mereka secara keseluruhan, terhadap dapat ditagih. Syarat ini menunjukkan utang bahwa hutang harus lahir dari seluruh harta kekayaan perikatan sempurna (adanya debitur. schuld dan haftung). Dengan 2. Kreditor preferen yaitu kreditor yang oleh demikian, jelas bahwa utang yang lahir dari perikatan Undang-undang, semata- alamiah mata dimajukan karena sifat tidak piutangnya, permohonan mendapatkan pelunasan pailit. terlebih dahulu. D. Syarat 3. Kreditur separatis, yaitu Sesuai dapat untuk pernyataan Pemohon dengan pailit. ketentuan kreditur pemegang hak Pasal 2 UU kepailitan, pihak jaminan yang inrem, kebendaan yang dalam KUHPdt disebut dengan gadai atau hipotek. dapat mengajukan permohonan pailit adalah: a. Debitur sendiri (Pasal 2 Ayat (1) UU Kepailitan) B. Syarat harus adanya utang. b. Seorang kreditor atau Mengenai ini UU No.4 tahun lebih (Pasal 2 Ayat (1) 1998 UU Kepailitan) tidak memberikan definisi tentang utang. Oleh karena itu telah c. Kejaksaan (Pasal 2 ayat ( 2) UU Kepailitan memberikan penafsiran yang d. Bank Indonesia (Pasal 2 beragam antara utang yang ayat (3) UU Kepailitan. lahir dari perjanjian utang piutang atau utang yang Asas-asas Hukum Kepailitan tidak lahir Asas-asas dalam kepailitan adalah saja dari perjanjian utang piutang. C. Syarat cukup satu hutang sebagai berikut: 1. Asas Paritas creditorium yang telah jatuh waktu dan 11 Pada dasarnya, kedudukan (lihat pasal 202-204 para kreditur adalah sama dan Kepailitan) karenanya mereka mempunyai 3. Azas Iktikad Baik hak yang sama atau UU 16 hasil Keadaan berhenti membayar eksekusi budel pailit sesuai hutang harus dinyatkan secara dengan objektif besarnya tagihan masing-masing. Namun asas ini mengenal pengecualian, yaitu golongan kreditur yang oleh pihak-pihak (Pasal 1338 ayat 3 KUHPdt) 4. Asas Verplichte Procoreur Steling memegang hak agunan atas Asas hukum ini berarti adanya kebendaan, kewajiban dan kreditur golongan bahwa setiap didahulukan permohonan kepailitan harus berdasarkan UU kepailitan dan ada penasehat hukum, dalam peraturan perundang-undangan hal ini penasehat hukum yang yang lain, dengan demikian mempunyai ijin praktek (Pasal asas 5 UU No. 4 tahun 1998).17 paritas berlaku creditorium bagi kreditur konkuren.15 5. Asas cepat, umum yang 1. Adil dilakukan 2. Cepat dalam kepailitan tidak hanya 3. Terbuka18 terbuka pada wilayah negara 4. Efektif19 yang mengadilinya, mencakup yang dengan terbuka, efektif 2. Asas teritorialitas Sita Adil, kekayaan berada diluar kedaulatan namun debitur negeri negara Berakhirnya kepailitan Ada 4 empat macam cara berakhirnya suatu kepailitan 16 Ibid,hlm.1 Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya, Bandung, 1999, hlm.6 18 Adrian Sutedi.Op.Cit. 211-212 19 HP. Pangabean, Penerapan Asasasas Peradilan dalam Kasus Kepailitan, Jurnal Hukum Bisnis, Vol 7, 1999, HPHB, hlm. 29. 17 15 Fred BG tambunan, Mencermati Pokok-pokok Undang-undang Kepailitan yang diubah Perpu No.1/1998, News Letter, No.3 IX Juni/1998,hlm.2. 12 berdasarkan pasal 188 Ayat (1) diatur dalam pasal 15 dan pasal 17 KUHD yaitu Undang-Undang Nomor 4 tahun 1. Kepailitan tersebut batal 1998. 2. Kepailitan tersebut dicabut kepailiatan 3. Adanya perdamaian. terdapat akibat hukum: 1. Debitur 4. Kekuatan daftar pembagian kembali dalam keadaan sebelum ia Ad. 1. Suatu subjek hukum yang dijatuhi putusan pailit. 2. Para telah dinyatakan pailit sebelumnya kreditur pada hak-hak mereka untuk mengadakan tingkat dapat Pengadilan dibatalkan Niaga Terhadap yang putusan telah mendapatkan dicabut kembali kepailitannya eksekusi secara individual. dengan mengajukan upaya hukum Ad. 3. Adanya perdamaian melalui Kepailitan yang berakhir dengan pengadilan kasasi atau peninjauan kembali. acord tidak mebutuhkan hakim Ad. 2. Kepailitan tersebut dicabut perantara, namun terjadi antara dapat debitur dan kreditur. Pengajuan dilakukan jika ternyata setelah dinyatakan pailit oleh acord ini dilakukan 8 hari sebelum putusan pengadilan Niaga yang rapat verifikasi oleh debitur yang berkekuatan hukum tetap, harta ditujukan kepada kreditur melalui sipailit Kepaniteraan tidak demikian ada. Pencabutan untuk ongkos-ongkos menghindari yang dikeluarkan dan accord, bukti oleh Komisaris BHP tentang kantor peninggalan. negara dengan diajukanya bukti- Pengadilan Balai Setelah diadakanlah Negeri harta diterima homologasi kepada hakim acccord yaitu berupa pengesahan tidak danya hakim. boedel pailit atau terlalu sedikit Ad. 4 Daftar pembagian ini dibuat boedel pailit tersebut. Jika unsur oleh Balai harta Peninggalan untuk diterima, mengadakan mengumumkan maka BHP dicabutkan pembagian kepada kreditornya. Daftar pembagaian ini kepailitan dalam Berita Negara dan timbul karena kemungkinan dalam harian setempat. Mengenai bertambahnya boedel sipailit dari dicabutnya keputusan pailit ini, usaha yang dilanjutkan oleh BHP.. 13 pada akhirnya setelah dilunasi dapat kami sampaikan beberapa hutang sipailit dengan pokok pikiran sebagai berikut:20 semua adanya daftar pembagian tersebut Pertama, Undang-Undang Nomor 1 maka berakhirlah kepailitan dari Tahun sipailit. Adapun kedudukan hukum Terbatas sudah siapailit dalam menampung sesudah berakhirnya 1995 tentang pemberesan uatang dapat dilihat perkembangan dari apa yang dimaksud dalam dinamika pasal 188 UU No. 4 tahun 1998. tumbuh Perseroan tidak memadai berbagai hukum dan perekonomian yang begitu dengan pesat seiring kemajuan ilmu Perseroan Terbatas pengetahuan dan teknologi. a. Dasar Hukum dan Pengertian Kedua, Dasar hukum PT yakni UU No. 40 Tahun 2007 tentang RUU Terbatas tentang Perseroan diharapkan menciptakan iklim dapat usaha dan Perseroan Terbatas. Berlaku sejak perdagangan yang lebih sehat dan diundangkan, 16 dinamis UU ekonomi di Indonesia dapat lebih yaitu tanggal Agustus 2007, menggantikan No. 1 Tahun 1995 tentang sehingga para pelaku berkembang dan maju. Perseroan Terbatas. UUPT th 1995 Ketiga, RUU tentang Perseroan tsb sebagai pengganti ketentuan Terbatas ttg perseroan terbatas yang diatur meningkatkan dalam menarik KUHD dengan Pasal 36 sampai 56, dan segala Pasal perubahannya. Untuk dimaksudkan perdagangan investor menanamkan untuk dan asing guna modalnya di Indonesia, sehingga pertumbuhan lebih memahami ekonomi Indonesia dapat terus mengapa Undang-Undang Nomor 1 meningkat dari waktu ke waktu. Tahun Keempat, 1995 Terbatas tentang perlu Perseroan disempurnakan, berbagai Dengan lahirnya undang-undang baru seperti Undang-Undang Nomor 5 20 http://www. legalitalitas.org 14 Tahun 1999 Larangan dibahas bersama antara Dewan Praktek Monopoli dan Persaingan Perwakilan Rakyat dan Presiden di Usaha Tidak Sehat, Undang-Undang Dewan Perwakilan Rakyat pada Nomor tahun 2005. 8 tentang Tahun Perlindungan 1999 tentang Konsumen, dan Istilah Perseroan Terbatas (PT) Undang-Undang Nomor 37 Tahun dulunya dikenal dengan istilah 2004 Naamloze Vennootschap (NV). tentang Kepailitan Penundaaan dan Kewajiban Pembayaran Utang serta berkembangnya tuntutan masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang cepat sederhana serta kepastian Istilah lainnya Limited (Co. Corporate Ltd.), Serikat Dagang Benhard (SDN BHD). Pengertian Perseroan Terbatas dan terdiri dari dua kata, yakni menjamin “perseroan” dan “terbatas”. hukum, perlu Perseroan merujuk kepada penyederhanaan dan penyempurnaan prosedur sero pengesahan terbatas Adapun kata terbatas merujuk permohonan kepada pemegang yang luasnya dan perseroan prosedur modal PT yang terdiri dari seroatau perseroan terbatas. hanya Kelima, penyusunan RUU tentang nominal Perseroan dimilikinya. Terbatas dimaksudkan mendukung good juga ini untuk terselenggaraanya corporate governance di kalangan dunia usaha. Rancangan Undang tentang berdasarkan Legislasi Nasional – UndangPerseroan Terbatas 2005 sebatas pada nilai semua saham yang Perseroan Terbatas adalah Badan hukum persekutuan yang Program (Prolegnas) 2009 telah ditetapkan menjadi prioritas untuk melakukan dengan kegiatan seluruhnya persyaratan didirikan perjanjian, modal saham, merupakan modal, berdasarkan Keenam, Tahun saham-saham. usaha dasar yang terbagi dan dalam memenuhi yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta 15 peraturan pelaksanaannya. dan dapat pula mempunyai Berdasarkan pengertian tersebut kekayaan atau utang (ia bertindak maka sbg dengan perantaraan pengurusnya. UUPT Walaupun suatu badan hukum itu untuk perusahaan dpt PT disebut menurut harus memenuhi unsur-unsur: bukanlah seorang manusia yang 1. Berbentuk badan hukum, yang mempunyai merupakan persekutuan modal. akan tetapi menurut hukum ia 2. Didirikan atas dasar perjanjian; dapat 3. Melakukan kegiatan usaha; kehendak. 4. Modalnya terbagi saham-saham; lazim 5. Memenuhi ditetapkan yang dianut, teori yang kehendak dari dlm serta kehendak UUPT berbadan perusahaan hukum. demikian menjadi subyek menjadi pendukung Dengan itu, hukum hak PT. Akan tetapi, perbuatan-perbuatan undang-undang sebagai yang Menurut persero pengurus dianggap sebagai oleh status mempunyai yang PT merupakan perusahaan dinyatakan dianggap persyaratan perataturan pelaksanaannya. yang pikiran/kehendak, PT yang bertindak atas nama PT, pertanggungjawabannya pada kewajiban, sebagai badan hukum, PT dengan terletak semua 1997: 75).21 PT Sebagai badan hukum mempunyai ciri-ciri yaitu: a. PT mempunyai harta kekayaan PT memiliki kedudukan mandiri sendiri, (persona standi in judicio) yang tanggung jawab sendiri. tidak tergantung pada pemegang harta bendanya (Normin S. Pakpahan, yang dan pengurus b. PT tidak PT mempunyai dapat bertindak sahamnya. Dalam PT hanya organ sendiri, PT terdiri dari organ- yang organ yang dapat perseroan mewakili yang PT atau menjalankan perusahaan (Ery Arifudin, 1999: 24). Hal ini berarti PT dapat melakukan akan bertindak mewakili PT tersebut. c. Organ-organ dari tersebut terdiri orang perorangan yang perbuatan-perbuatan 21 hukum seperti seorang manusia Munawar Kholil, Hukum Perseroan Terbatas Berdasar UU No. 40 tahun 2007 16 cakap untuk bertindak dalam karena setiap gerakan organ-organ hukum. Organ PT terdiri dari itu dikehendaki atau diperintahkan RUPS (Rapat Umum Pemegang oleh otak manusia, maka setiap Saham), gerakan Direksi, Dewan Komisaris. atau aktifitas Direksi badan hukum dikehendaki atau diperintah Direksi oleh badan hukum sendiri, sehingga Direksi adalah Direksi adalah PT personifikasi dari badan hukum itu yang berwenang dan bertanggung sendiri. Sebaliknya Paul Scholten jawab dan atas pengurusan untuk kepentingan dengan organ maksud PT PT sesuai dan tujuan PT Bregstein mengatakan mewakili (1954), langsung bahwa badan Direksi hukum. Kalau serta mewakili PT, baik di dalam dikaji secara mendalam bukankah maupun di luar Pengadilan sesuai kewenangan dengan ketentuan Anggaran Dasar. diemban oleh Direksi itu timbul Untuk karena adanya pengangkatan oleh pertama pengangkatan dilakukan oleh Akta anggota pendiri Pendirian. selanjutnya kali anggota RUPS dalam mempunyai wewenang mengangkat Untuk anggota Direksi, sesuai ketentuan Direksi sebagai Pasal 94 ayat Pengangkatan terdiri atas 1 orang sepihak, anggota Direksi atau lebih. teori organ yang Direksi diangkat oleh RUPS. Direksi P.T. Menurut perwakilan di sebab (1) sini PT yang UUPT. bersifat pengangkatan adalah perintah untuk melakukan Organisme pengurusan PT untuk kepentingan dari Otto von Gierke sebagaimana dan sesuai dengan maksud dan yang dikutip oleh Syuiling (1948), tujuan PT, mewakili PT di dalam Direksi adalah organ atau alat maupun di luar pengadilan sesuai perlengkapan hukum. dengan ketentuan anggaran dasar. Seperti halnya manusia mempunyai Kewenangan untuk mewakili yang organ-organ, seperti tangan, kaki, berdasarkan mata, telinga dan seterusnya dan menjadi hapus atau tidak ada badan pengangkatan itu 17 ketika kewenangan mewakili itu antara hubungan perburuhan ditarik kembali atau orang yang (karena menerima gaji:Penulis) mewakili meninggal dunia. Oleh dan hubungan pemberian kuasa. sebab Induk itu, UUPT mengatur di dari kuasa ini adalah dalam Pasal 94 ayat (3), yang volmacht. Ruang lingkup volmacht mengatakan bahwa anggota Direksi ditentukan oleh isi volmacht itu diangkat untuk waktu sendiri. Apabila volmacht hanya tertentu dan diangkat dirumuskan dalam rumusan yang kembali. Keputusan RUPS untuk umum, maka volmacht hanya akan mengangkat anggota Direksi berisi jangka dapat dan kewenangan mengenai fasilitas lainnya. Bisa juga di dalam perbuatan praktik Padahal Direksi itu tidak hanya penetapan gaji, pengurusan honorarium dan fasilitas lainnya berwenang didelegasikan (beheerdaden) kepada Dewan untuk PT saja. mengurus tetapi juga Komisaris. Dalam hubungan dengan berwenang untuk menguasai atau diberikannya fasilitas gaji dan lain- memelihara lain.22 PT.23 Timbul bagaimanakah pertanyaan sifat (beschikking daden) Kewajiban Direksi antara hubungan lain : 1. Kewajiban yang berkaitan hukum antara Direksi PT dengan PT dengan perseroan; 2. Kewajiban yg yang berkaitan dg RUPS; 3. Kewajiban diwakilinya? Beberapa pemerhati senior di bidang hukum yang bisnis, kepentingan kreditur/masyarakat. seperti (1980), Purwosutjipto Sukardono (1983) berkaitan dengan Kewajiban lainnya yakni: Membuat berpendapat bahwa sifat hubungan daftar pemegang saham, daftar hukum antara Direksi dengan PT khusus, risalah RUPS dan risalah yang diwakilinya adalah kombinasi rapat Direksi, Melaporkan kepada 22 Nindyo Pramono, Tanggung jawab dan Kewajiban Pengurus PT (Bank) menurut UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan,Volume 5 Nomor 3, Desember 2007 PT mengenai saham yang dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan 23 Ibid 18 dan/atau keluarganya dalam PT 3. Direksi menyusun rencana kerja dan PT lain untuk selanjutnya tahunan dicatat tahun buku yang akan datang, dalam Membuat daftar laporan khusus, dimulainya dan 4. Direksi menyampaikan laporan PT, tahunan kepada RUPS setelah memelihara seluruh daftar, risalah ditelaah oleh Dewan Komisaris dan dalam dokumen tahunan sebelum keuangan dokumen keuangan PT, jangka waktu paling meminta persetujuan RUPS untuk : lambat 6 bulan setelah tahun Mengalihkan buku PT berakhir. kekayaan Menjadikan kekayaan P.T jaminan P.T yang dan utang merupakan lebih dari 50 % jumlah kekayaan bersih P.T. dalam 1 atau lebih, transaksi baik yang berkaitan satu sama lain maupun Hak Direksi adalah 1. Hak utk mewakili perseroan di dalam dan di luar pengadilan 2. Hak utk memberikan tertulis kepada pihak lain. 3. Hak utk mengajukan usul kpd tidak. Transaksi tersebut adalah Pengadilan transaksi perseroan pengalihan kekayaan Negeri setelah jangka waktu 1 tahun buku atau persetujuan RUPS. sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar PT. 1. menjalankan untuk pengurusan kepentingan sesuai dengan PT mewakili dalam maupun pengadilan, dg 4. Hak utk membela diri dlm forum RUPS jika Direksi telah utk sementara waktu oleh RUPS/Komisaris PT dan maksud dan tujuan PT 2. Direksi pailit didahului diberhentikan Direksi juga berperan : agar dinyatakan bersih P.T. yang terjadi dalam jangka waktu yang lebih lama kuasa 5. Hak utk mendapatkan gaji dan tunjangan lainnya sesuai AD/Akte Pendirian. Berakhirnya tugas Direksi PT, baik di di luar 1. Jangka waktu masa tugas direksi diatur dalam AD/Akte Pendirian. 19 2. Jika diberhentikan sementara waktu sbl berakhir masa maka tindakan Direksi adalah sah dan tetap mengikat PT, sehingga tugasnya oleh RUPS/Komisaris apabila maka dlm jangka waktu 30 hrs pemenuhan diadakan RUPS utk memberi kerugian tersebut akan diambilkan kesempatan tsb dari aset PT, namun apabila aset dlm PT masih kurang, maka aset Direksi jangka waktu 30 hr tdk ada pribadi yang tanpa itikad baik dan RUPS tanggung jawab tersebut yang akan membela Direksi diri. Apabila maka pemberhentian sementara demi hukum batal. 3. Dalam kondisi tertentu dapat bertindak Komisaris sebagai pengurus perseroan Tanggung Direksi jawab ditentukan timbul diambil kerugian, maka kewajiban untuk atas pemenuhan kewajiban. Ketiga, apabila tidak ada itikad baik dan tanggung jawab serta tidak ada kewenangan intern untuk bertindak, maka tindakan unsur Direksi oleh tidak sah dan tidak kesalahan atau kelalaian, itikad mengikat baik, dan tanggung jawab dalam timbul menjalankan tugas. Akan muncul tersebut bertanggung jawab secara tiga pribadi.24 kemungkinan PT, sehingga apabila kerugian, maka Direksi yang akan apabila ada Mengenai tanggung jawab itikad baik dan tanggung jawab Direksi secara ekstern, maka unsur serta dilengkapi dengan adanya utama adalah ada atau tidaknya kewenangan kewenangan bertindak dari Direksi terjadi. maka Direksi Pertama, untuk bertindak, apabila timbul kerugian, tidak dapat dimintai pertanggungjawaban, karena akan muncul kondisi dua yang Pertama, kemungkinan akan ada terjadi. kewenangan tindakan Direksi yang demikian bertindak dari Direksi, maka yang adalah bertanggung sah dan mengikat PT. Kedua, apabila tidak ada itikad baik dan tanggung jawab tetapi ada kewenangan untuk bertindak, jawab adalah PT, 24 http.//www.adln.unair.ac.id/go.php?i d=gdlhub-gdl-s1-2009-maulidasar 10690&PHPSESSID=ca8339od6688c23c8661 23a9f11a784 20 karena tindakan Direksi yang Pasal 97 ayat (1) UUPT didasarkan pada kewenangan akan menentukan sah bertanggung dan mengikat PT. Namun bahwa Direksi jawab atas apabila aset PT tidak mencukupi pengurusan Perseroan sebagaimana untuk dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1). pemenuhan seluruhnya, maka kewajiban aset Direksi Pengurusan sebagaimana dimaksud pribadi akan ikut juga digunakan pada ayat (1), wajib dilaksanakan untuk kewajiban dengan itikad baik dan penuh tersebut, yaitu Direksi yang dalam tanggung jawab (ayat 2). Setiap menjalankan kewenangannya anggota Direksi bertanggung jawab tersebut diketahui tanpa itikad penuh secara pribadi atas kerugian baik dan tanggung jawab. Kedua, Perseroan bila yang bersangkutan tidak ada kewenangan bertindak, bersalah atau lalai menjalankan maka Direksi akan bertanggung tugasnya sesuai dengan ketentuan jawab pemenuhan secara pribadi karena sebagaimana dimaksud pada ayat tanpa didasari (2), demikian bunyi ayat (3)nya. kewenangan tidak sah dan tidak Kemudian ayat (4) mengatakan akan melainkan bahwa dalam hal Direksi terdiri mengikat Direksi secara pribadi. atas 2 (dua) anggota Direksi atau Disini tindakan yang mengikat akan pelanggaran PT, muncul adanya lebih, hukum, karena sebagaimana dimaksud pada ayat terlampauinya kewenangan (3) tanggung berlaku secara tanggung Direksi, berarti muncul perbuatan renteng melangggar hukum. Kreditor dapat Direksi. Ayat (5)nya mengatakan merugikan Pasal 1365 KUH Perdata bahwa anggota Direksi tidak dapat untuk dipertangung-jawabkan mengajukan gugatan terhadap Direksi secara pribadi kerugian dengan dalil perbuatan melanggar pada 25 hukum. 25 http.//www.adln.unair.ac.id/go.php?i d=gdlhub-gdl-s1-2009-maulidasar bagi jawab setiap sebagaimana ayat membuktikan (3), : anggota atas dimaksud apabila a. dapat kerugian 10690&PHPSESSID=ca8339od6688c23c8661 23a9f11a784 21 tersebut atau bukan karenakesalahan kelalaiannya; melakukan b. pengurusan Apabila yang dinyatakan telah pailit suatu Perseroan Terbatas dengan (PT), Koperasi atau badan hukum itikad baik dan kehatihatian untuk lain kepentingan dan sesuai dengan yayasan yang mempunyai status maksud dan tujuan Perseroan; c. badan hukum, maka pengurus yang tidak mempunyai mempunyai benturan seperti perkumpulan kewajiban atau untuk kepentingan baik langsung maupun mempertanggung tidak tindakan kepailitan tersebut. Dan terhadap pengurusan yang mengakibatkan pernyataan pailit yang dimintakan kerugian; mengambil oleh pesero atau suatu firma, tindakan untuk mencegah timbul maka pengadilan yang berwenang atau adalah pengadilan yang daerah langsung d. atas telah berlanjutnya kerugian jawabkan tersebut. Ketentuan Pasal 97 ayat hukumnya meliputi tempat (5) kedudukan hukum firma tersebut di atas, tidak mengurangi hak anggota Direksi tersebut.Tentang lain pengurus dan/atau Komisaris anggota perseroan dalam mengajukan kepailitan, maka berlakulah UU Perseroan. tentang Perseroan Terbatas (PT) Selanjutnya menurut Pasal 97 ayat yakni UU No. 1 Tahun 1995 yang (6), Perseroan, telah diubah dengan UU No. 40 Pemegang Saham yang mewakili tahun 2007 tentang PT bahwa paling dari organ PT yang bertanggung jawab jumlah seluruh saham dengan hak untuk mengurus dan mewakili PT suara dapat mengajukan gugatan adalah Direksi.26 gugatan untuk Dewan Tanggungjawab atas atas nama nama sedikit1/10 melalui terhadap bagian Pengadilan anggota karena Direksi kesalahan kelalaiannya kerugian Perseroan. Negeri Direksi atas bertanggungjawab yang penuh pengurusan untuk atau kepentingan dan tujuan perseroan menimbulkan 26 http://gagasanhukumwordpress.com/2009/08/1 0/aspek-normatif-uu-kepailitan-bagian-IV 22 serta mewakili perseroan baik di Namun menurut Fred BG dalam maupun diluar pengadilan. Tumbuan, Pernyataan pailit tidak Dalam kepailitan setiap anggota dengan sendirinya mengakibatkan Direksi wajib dengan itikad baik perseroan menjadi bubar, hanya dan penuh tanggung jawab apabila terjadi salah satu dari dua tugas untuk kejadian yang berkenaan dengan kepentingan dan usaha perseroan kepailitan perseroan sebagaimana dan menjalankan bertanggung secara pribadi jawab penuh dimaksud dalam pasal 117 ayat (1) apabila yang c.1 dan UUPT lama, Pengadilan bersangkutan bersalah atau lalai Negeri menjalankan tugasnya. Sedangkan perseroan tanggung jawab perdata Direksi kreditor. perseroan diatur dalam Pasal 104 perseroan pailit yang belum bubar, ayat (2) dan ayat (3) UU PT No. 40 tetap tahun 2007, yang pada intinya melakukan bahwa dalam hal kepailitan terjadi Lebih lanjut beliau mengatakan karena kesalahan atau kelalaian bhawa kepailitan badan hukum direksi dan kekayaan perseroan tidak mengurangi kewenangan dan tidak menutup kecakapan bertindak pengurusnya. kepailitan Kepailitan tidak menyentuh status anggota badan hukum, mengingat bahwa Direksi secara tanggung renteng kepailitan berkaitan dengan dan bertanggung jawab atas kerugian hanya mencakup harta kekayaan itu. Bagi anggota Direksi bila dapat badan membuktikan sebagai subjek hukum yang mandiri cukup kerugian akibat tersebut, bukan untuk maka karena kelalaiannya, bertanggung setiap bahwa kepailitan kesalahan maka jawab dapat membubarkan atas Oleh cakap permohonan karena dan berwenang perbuatan hukum. cakap itu, Badan hukum. Hukum atau tetap tidak karena itu pada dasarnya organ- secara organ badan hukum tersebut tetap tanggung renteng atas kerugian mempunyai tersebut. berdasarkan kemudian bertindakdan oleh kewenangannya hukum. menyimpulkan Beliau bahwa 23 jelas direksi berwenang secara sah perbuatan persroan tetap mengatakan, bahwa adanya mewakili perseroan curator tidak meniadakan hak dan dalam melakukan kewajiban Direksi sebagai pengurus hukum, yang yang merupakan organ perseroan, dan karena curator hanya mengambil kewajibannya, sejauh perbuatan oper hak untuk mengurus dan tersebut membereskan berhubungan baik dengan bukan hak merupakan kekayaan perbuatan pengurus dan perbuatan perusahaan pengalihan mengambil oper dan kewajiban berkenaan dengan kekayaan perseoan yang tercakup dalam harta pailit.27 pailit, dan lainnya.29 Sementara Sementara Amir Abadi Yusuf tidak sependapat Jono, dengan apa yang berpendapat, perlu diingat bahwa dikemukan oleh Fred BG Tumbyuan curator menggantiakn dan Amir Abaadi Yusuf, bahwa Direksi/Komisaris kepailitan perseoan tidak berarti tidak kedudukan Sehubungan pengurusan status Perseoan menjadi Hilang. perusahaan. Eksisnya badan hukum PT berrarti Kewajiban dan tanggung jawab oragan –organnya juga eksis. Status sebagai perusahaan, badan hukum suatu persoan pailit, diluar pengurusan kekayaan, tetap tetap eksis, sebelum perseroan berada dibubarkan harta dengan kekayaan pengurus ditangan direksi dan Komisaris.28 Lebih lanjut beliau yang dilanjutkan dengan likuidasi. Hal mana secra tegas telah dinyatakan dalam pasal 27 Fred BG Tumbuan, Pembagian Kewenangan antara Kurator dan Organ-organ Perseroan Terbatas,”Undang-undang Kepailitan dan Perkembangannya: Prosiding Rangkain Lokakarya Terbatas Masalahmasalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya Tahun 2004, Jakarta 26-28 Januari 2004, 2004, Jakarta, hlm. 246-247. 28 Amir Abadi Yusuf, Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Perusahaan Pailit, Undang-undang Kepailitan dan Perkembangannya: Proseding Lokakarya Terbatas Masalah-masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya Tahun 2004, 143 ayat 1 UUPT” Pembubaran Perseroan tidak mengakibatkan perseroan kehilangan status badan hukum samapi dengan selesainya likuidasi dan pertanggungjawabnya Jakarta 26-28 Januari 2004, 2004, Jakarta, PPH, hlm. 253. 29 Ibid, hlm. 253 24 likudator diterima oleh RUPS atau pailitnya pengadilan. Begitu juga dengan maka badan hukum itu kehilangan ketentuan Pasal 142 ayat 2 UUPT haknya yang berhubungan menyatakan” terjadi dalam pembubaran hal suatu badan untuk hukum, mengurus dengan dan bebas Perseroan terhadap kekayaan badan hukum sebagaimana dimaksud ayat 1, a. itu. Hak tersebut berpindah pada wajib diikuti dengan likuidasi yang kuratornya. diakukan juga dikemukakan oleh Pro. Sutan oleh likuidator atau curator dan b. Perseroan tidak Remy melakukan hukum, kaitanya untuk Debitur. perbuatan kecuali diperlukan membereskan semua urusan 31 Pendapat senada Syahdeni, bahwa dengan dalam perseroan Kurator berkedudukan sama dengan Direksi perseroan perseroan dalam rangka likuidasi. tersebut Ini menggantikan kedudukan Direksi menggaambarkan bahwa karena pembubaran tidak mengakibatkan perseroan status perseroan dinyatakan pailit.32 langsung menjadi hilang, tetapi Organ-organ badn hukum setelah curator perseroan itu statusnya baru berakhir setelah berwenang likuidasi dan pertanggungjawaban akibatnya atas harta pailit. Jika likuidator kita diterima oleh RUPS. selama mengkaji tidak tetap kepailitan ada atas Dengan demikian sebuah PT yang perseorangan dan bukan perseroan dinyatakan pailit, haruslah tetap terbatas, cakap melakukan perbuatan hukum dapat tetap hidup, bersosialisasi, sepanjang bahkan tidak perbuatan tersebut menyangkut harta kekayaan.30 Sementara maka dapat debitur bekerja pailit dan menghasilkan uang untuk harta pailit. Namun, untuk perseroan Adrian Sutedi terbatas memang sulit sekali punya pendapat berbeda dimana ia ditarik garis yang jelas, karena menyatakan”Dengan sebagai dinyatakan 31 30 Jono, Op.Cit, hlm 69-70. 32 badan usaha yang Adrian Sutedi, Op.Cit, hlm 197. Syahdeni.Op.Cit, hlm 227 25 bertujuan maka mencari seluruh keuntungan, (hampir kewenangannya dalam pengurusan diambil harta sebagiman organ-organ tersebut adalah untuk dalam Pasal mendapatkan keuntungan. Namun Kepailitan. seluruh) atau organ perseroan telah kehilangan tindakan yang baiklah untuk kepentingan diskusi ini kita anggap perseroan tetap Akibatnya, kurator mengambil alih saja organ berwenang. tidak dapat 67 dimaksudkan ayat (2) UU 33 Kurator dapat sendiri mengambil tindakan-tindakan pengurusan harta untuk dan atas nama perseroan pailit berdasarkan kewenangan diskresinya. mengadakan beberapa batasan, yaitu keharusan RUPS, dan sebagainya. Analisis di ijin terlebih dahulu dari lembaga atas juga sesuai dengan Undang- lain, seperti Hakim Pengawasan Undang No. 1 tahun 1995 tentang atau rapat kreditur. Jika kurator Perseroan Terbatas ("UUPT"). perlu bantuan dalam mengurus Walaupun mengatur tentang harta debitur/ perseroan pailit, tersebut, termasuk Tentunya perubahan Anggaran Dasar suatu maka perseroan, tenaga ahli. Bahkan perubahan Pasal menegaskan 18 bahwa UU PT perubahan kurator susunan dapat ada Direksi tersebut harus dengan persetujuan Komisaris kurator. Ini berarti bahwa organ pertanggungjawaban RUPS tersebut, masih berfungsi dan dapat menunjuk atau Dewan menyulitkan organ-organ jika pemegang saham masih berwenang disebabakan untuk mengadakan RUPS selama Yang mungkin terjadi, perubahan bukan untuk pengurus harta pailit. susunan organ tersebut dilakukan Selanjutnya kita perlu pertanyakan dalam rangka rencana perdamaian. pula kepentingan kurator untuk Tentunya dalam hal ini debitur mengadakan (yaitu pemegang saham melalui RUPS untuk mengganti susunan anggota Direksi atau Dewan Komisaris. Dalam kepailitan RUPS sebagai salah satu kesalahan kepailitan mereka. 33 http://s2.hukum.univpancasila.ac.id/i ndex.php?option=com_content&view=categor y&layout=blog&id=56&Itemid=62&limitstart =25 26 RUPS) sendiri melakukannya, perdamaian yang dapat karena juga pereroan dalam arti luas yang meliputi juga dapat para relanan kerja, dan konsumen; hanya membahas kreditur rencana diajukan oleh debitur pailit.34 Untuk perseroan, b. Duty Of care and Dilligence, ini tentang tanggung jawab direksi terahadap berarti direksi punya kewajiban untuk berhati-hati.36 perseroan ada 2 teori atau Doktrin Menurut Gunawan Widjaja, yaitu fiduciary duty dan business dalam judgement Prof judgement rule, seorang anggota Sutan Remy Syahdeni ada teori Direksi tidak mudah dianggap telah tentang pengurus melakukan pelanggaran atas duty Pertama, of care and skill, selama ia dalam perseroan rule. Menurut kewajiban yaitu: konsepsi business Statutory duties yaitu kewajiban mengambil yang secara tegas ditentukan oleh didasarkan Undang-Undang. Ini dapat dilihat kecuali jika terdapat kecurangan, dari benturan kewajiban direksi. Kedua, Fiduciary Duties.35 Menurut Gunawan Widajaya Fiduciary Duties terhadap perseroan tindakan pada telah itikad kepentingan, baik, atau perbuatan melawan hukum.37 Jadi dengan diberlakukannya prinsip business judgement rule, terjadi tercermin dari a. Duty of Loyalty beban pembuktian terbalik, and God faith, Dalam hal ini direksi dimana pihak yang menduga tidak hanya Direksi tidak boleh bertindak melaksanakan tugas untuk dan bagi secara baik kepentingan perseroan , melainkan perseroan juga para stakeholder perseroan adanya dugaan tersebut. yang semata-mata didalamnya juga meliputi kepentingan para pemegang saham 34 http://s2.hukum.univpancasila.ac.id/i ndex.php?option=com_content&view=categor y&layout=blog&id=56&Itemid=62&limitstart =25 35 Sutan Syahreni Op.Cit, hlm 425 UU untuk wajib keuntungan membuktikan mengatakan bahwa pemegang saham perseroan tidak 36 Gunawan Widjaya, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, Cet.2, Rajawali Press, 2004, Jakarta, hlm 143144 37 Ibid,hlm.152. 27 bertanggung jawab secara pribadi the atas perikatan yang dibuat atas kekebalan yang biasa dimiliki oleh nama pemegang saham, Direksi, atau perseroan dan tidak corporate veil itu berarti bertanggung jawab atas kerugian komisaris perseroan melebihi jumlah saham tanggung yang dimiliki dan tidak meliputi dibuka dan diterobos, sehingga harta kekayaan pribadinya. Juga menjadi anggota direksi hanya bertanggung kekayaan pribadi manakala terjadi jawab pelanggaran, penyimpangan, atau sebatas mewakili mengurus dan perseroan agar dapat perseroan, yaitu jawabnya tidak kesalahan terbatas terbatas dalam hingga melakukan bertindak di muka umum sehingga pengurusan perseroan. Ketentuan direksi tidak bertanggung jawab piercing the corporate veil untuk terhadap kerugian yang dialami direksi perseroan berlaku apabila perseroan. ketentuan (a) Persyaratan perseroan sebagai tersebut, menurut Budihardjo, SH, badan hukum belum atau tidak MH, Kasubdit Perdata Departemen terpenuhi (di antaranya, Anggaran Hukum Namun dan pengecualian. HAM, memiliki Dasar belum disahkan atau belum “Dalam keadaan diumumkan dalam berita negara, tertentu, tanggung jawab terbatas atau tersebut tidak berlaku," tukasnya pengadilan negeri setempat); (b) dalam Direksi seminar Officers “Directors Personal & Liability belum didaftarkan melanggar prinsip pada ultra vires (di luar cakupan maksud dan Insurance” yang diadakan Sigma tujuan Research & Conference. Sebab, UU kepentingan pemegang perseroan); PT (c) menganut prinsip prinsip perseroan, Direksi melanggar bukan prinsip “piercing the corporate veil” yang fiduciary duty (kepercayaan yang secara harfiah berarti menyingkap diterimanya tabir perseroan).38 atau Menurut Managing cadar Andrey Partner perusahaan. untuk mengurus Sitanggang, Andrey Sitanggang Law Office, piercing 38 http://www.portalhr.com/majalah/edisisebelum nya/strategi/1id379.html 28 Prinsip didasarkan ultra pada vires fakta kepentingan antara perseroan hukum dengan Direksi. Setiap pelanggaran bahwa setiap perseroan memiliki atau penyimpangan atas tugas dan maksud dan tujuan tertentu dalam kewajiban direksi, maka direksi pendiriannya. harus bertanggung jawab hingga Perbuatan yang tergolong ultra vires pada dasarnya harta merupakan tindakan hukum direksi yang dialami oleh tiap-tiap pihak yang yang tidak mengikat perseroan pribadinya atas kerugian berkepentingan. Adapun (dalam hal ini menjadi tanggung bentuk-bentuk pelanggaran jawab pribadi direksi atas kerugian penyimpangan tersebut yang diderita perseroan) karena berikut: (a) Tidak menjalankan sejumlah sebab: (a) Tindakan yang tugasnya secara profesional sesuai dilakukan berada di luar maksud dengan keahlian yang dimilikinya, dan dan tujuan perseroan ; (b) (b) Tidak dan sebagai menjalankan Tindakan yang dilakukan berada di tugasnya sebagai wakil pemegang luar kewenangan yang diberikan saham dengan baik. Bentuk-bentuk kepadanya undang- pelanggaran profesional tersebut, undang yang berlaku dan Anggaran di antaranya: (1) Baik sengaja atau Dasar perseroan. Sedangkan prinsip tidak, melakukan pelanggaran atas fiduciary duty menegaskan bahwa tugas yang diberikan (breach of direksi wajib menjalankan segala duty); (2) Baik sengaja atau tidak, tugas perusahaan melalaikan tugas yang seharusnya dengan berpegang teguh kepada dijalankan (omission of duty); (3) kepercayaan Baik berdasarkan pengurusan yang diterimanya. sengaja atau tidak, Oleh sebab itu, lanjut Andrey, memberikan pernyataan yang salah dalam menjalankan (misstatement); (4) Baik sengaja direksi wajib untuk tugasnya, senantiasa atau tidak, bertindak atas dasar itikad saham pernyataan semata-mata; menjaga diri agar (misleading statement); (5) Baik terhindar dari tindakan yang dapat sengaja menyebabkan penyalahgunaan kewenangan atau benturan atau yang memberikan menyesatkan tidak, melakukan 29 kekuasaan sebagai direksi; (6) Baik bertanggung jawab atas kerugian sengaja tersebut.39 atau memenuhi tidak, tidak yang telah janji diberikan (breach of warranty or Kesimpulan authorithy 1. Kedudukan commitment). Sementara bentuk pelanggaran setelah hukum Direksi kepailitan perseroan masih tetap, sebagai wakil pemegang saham, terbatas antara Pelanggaran sepanjang perseroan itu belum kepercayaan (breach of truth) ; (2) dinyatakan bubar melalui RUPS. Kelalaian (negligence of trust); (3) Direksi Kesalahan perbuatan lain (1) (error). Konsekuensi cakap melakukan hukum apa saja, dari berbagai pelanggaran di atas, kecuali berkaitan dengan harta UU PT mengatur pada Pasal 85 kekayaan badan ayat I dan ayat 2, yang pada Kepailitan perseroan intinya menyentuh menyatakan: anggota direksi bertanggung setiap perseroan jawab sampai sehingga hukum. badan perseroan tidak hukum, melalui organ-organ badan hukum tetap kekayaan pribadinya, apabila yang mempunyai bersangkutan bersalah atau lalai berdasarkan hukum. Kedudukan menjalankan direksi dalam itikad baik dan penuh tanggung sebagai salah jawab dan perseroan usaha perseroan. Selanjutnya Pasal hukumnya 90 ayat 2 menyebutkan, dalam hal digantikan oleh curator kecuali terjadi kepailitan karena kelalaian menyangkut pengurusan harta dan kekayaan untuk tugasnya dengan kepentingan kesalahan direksi, dan kewenangannya kapasitasnya satu yang masih organ badan ada, tidak badan kekayaan perseroan tidak cukup hukum/perseroan. untuk menutupi kerugian akibat bahwa Jadi kepailitan jelas tidak kepailitan tersebut, maka anggota direksi secara tanggung renteng 39 http://www.portalhr.com/majalah/edisisebelum nya/strategi/1id379.html 30 menyebabkan hukum status badan perseroan menjadi hilang. benturan kepentingan baik langsung maupun tidak lansung atas tindakan pengurus yang 2. Tanggung jawab Direksi tidak dilakukan, dan telah mengambil bisa dimintakan jika ia sudah tindakan melaksanakan Fiduciary Duties terjadinya kepailitan (pasal 104 dan business judgement rule ayat, 2,3 dan 4 UUPT). secara baik kecuali kecurangan, kepentingan, dan untuk mencegah ada benturan SARAN perbutan 1. Kedudukan Direksi setelah perseroan haruslah melawan hukum. Namun jika kepalitan kepailitan persroan disebakan jelas oleh kesalahan atau kelalaian kekhawatiran orang untuk ikut anggota direksi dan juga bagi bergabung diperseroan untuk anggota direksi yang pernah menjadi direksi. sehingga tidak menjabat dalam jangka waktu 2. Mengenai lima tahun sebelum putusan direksi pailit diucapkan, maka anggota secara riil dan jernih, sehingga direksi dapat dibedakan apakah direksi bertanggung jawab tanggung ada harus dilihat secara secara tanggung renteng. Tapi itu jika pertanggung jawabannya secara Direksi bisa tidak bertanggung jawab jika bisa bisa jawab dimintakan hukum atau tidak. membuktikan bahwa Kepailitan tersebut bukan karena Daftar Pustaka kesalahannya, telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian tanggung dan jawab penuh untuk Adrian Sutedi, Hukum Perbankan, Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi dan Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, 2006. kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud perseroan, tidak dan tujuan mempunyai Ahmad Yani dan Gunawan Wijaya, Kepailitan, Rajawali Press, Jakarta, 1999. 31 Ali Rido, S.H,, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan,Wakaf, Alumni, Bandung, cet. I, 1977. HP. Pangabean, Penerapan Asasasas Peradilan dalam Kasus Kepailitan, Jurnal Hukum Bisnis, Vol 7, 1999,HPHB. Jono, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007. Crahatamarrastid, Menyingkap tabir perseroan (Piercing the Corporate Veil), bandung, Citra Aditya Bhakti, 2000. Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya, Bandung, 1999. C.S.T. Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Azaz-azas Hukum Perdata, PT. Alumni, Bandung. 2006. Kansil, Latihan Ujian Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1992. Fred BG Tambunan, Mencermati Pokok-pokok Undang-undang Kepailitan yang diubah Perpu No.1/1998, News Letter, No.3 IX Juni/1998. Gunawan Widjaya, Tanggungjawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, Cet.2, Rajawali Press, 2004. Sri Rezeki Hartono, Hukum Perdata sebagai hukum kepailitan modern, Majalah Hukum Nasional No.2 Tahun 2000. Sri Soemantri Hartono, Pengantar Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran, Liberty, Yogyakarta, 1981. Sutan Reny Syahdeni, Hukum Kepailitan, PT. Pustaka Utama Grafiti, jakarta 2002. 32