KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI ATAS

advertisement
KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
ATAS KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS
Neni Vesna Madjid
Dosen STIH Padang
E-mail: [email protected]
Abstract
The Board of Directors is authorized organ Company Limited and is responsible
for the management of the Company Limited for the benefit of a Limited
Liability Company in accordance with the intent and purpose as well as to
represent the Company Limited Company Limited , both inside and outside the
court in accordance with the provisions of the Articles of Association . The legal
position of the Board of Directors after the bankruptcy of the limited liability
company still remains , throughout the company that have not been declared
dissolved by the AGM . Directors are legally competent anything , except with
regard to the assets of legal entities .
Key words: legal position, directors, bankruptcy, company limited
Abstrak
Direksi
adalah
organ
Perseroan Terbatas
yang berwenang dan
bertanggung
jawab
atas
pengurusan
Perseroan Terbatas untuk
kepentingan
Perseroan Terbatas
sesuai
dengan maksud
dan tujuan
Perseroan Terbatas serta mewakili Perseroan Terbatas, baik di dalam maupun
di luar Pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. Kedudukan hukum
Direksi setelah kepailitan perseroan terbatas masih tetap, sepanjang perseroan
itu belum dinyatakan bubar melalui RUPS. Direksi cakap melakukan perbuatan
hukum apa saja, kecuali berkaitan dengan harta kekayaan badan hukum.
Kata Kunci: kedudukan hukum, direktur, kepailitan , perseroan terbatas
Pendahuluan
Masalah
diatur
kepailitan
kepailitan
didalam
dan
sudah
peraturan
penundaan
pembayaran utang (Verordening op
he
het
surseance
failissement
van
en
betaling)
de
yang
dicantumkan
dalam
staatsblaad
Tahun 1905 Nomor 217 juncto
Staatsbalaad 1906 Nomor 348 yang
diundangkan pada tahun 1906 yang
kewenangan
mengadilinya
ada
pada pengadilan negeri. Undangundang kepailitan pada mulanya
bertujuan untuk melindungi para
kreditur dengan memberikan jalan
yang
jelas
dan
pasti
Utang
(selanjutnya
Kepailitan).
disebut
UU
1
dalam
Sistem yang dipergunakan
menyelesaikan uatang yang tidak
dalam UU K (UU No. 4 tahun 1998)
dapat
tidak melakukan perubahan secara
dibayar.
Dalam
perkembangannya dengan adanya
total,
krisis
melanda
pasal-pasal tertentu yang perlu
Indonesia mendorong pemerintah
diubah dan menambah berbagai
Indonesia
ketentuan
moneter
yang
menyesuaikan
hukum
tetapi
hanya
yang
mengubah
baru
kedalam
kepailitan dengan perkembangan
undang-undang yang ada. Pokok-
hukum
kepailitan
pokok penyempurnaan itu antara
dapat
kembali
modern
agar
membangkitkan
lain sebagai berikut:2
kembali perekonomian Indonesia
Pertama, penyempurnaan disekitar
melalui Perpu Nomor 1 tahun 1998
syarat-syarat
yang telah ditetapkan oleh DPR
permintaan pernyataan kepailitan,
menjadi UU No. 4 tahun 1998.
Termasuk didalamnya, pemberian
Sehubungan
banyaknya
dengan
putusan
Pengadilan
pengambilan
Kedua,
dalam
pengaturan
kepailitan
PT.
prosedur
kerangka waktu yang pasti bagi
Niaga yang kontroversial seperti
kasus
dan
putusan
pailit;
Penyempurnaan
yang
Asuransi Manulife Indonesia, PT.
penambahan
Prudential
tindakan sementara yang dapat
lain-lain
Life
maka
Assurance,
timbul
dan
untuk
diambil
ketentuan
bersifat
oleh
merevisi undang-undang tersebut.
berkepentingan,
Akhirnya pada tanggal 18 Oktober
kreditur
2004, lahirlah UU No. 37 tahun
sebelum
2004
pernyataan
tentang
Kepailitan
dan
atas
tentang
pihak-pihak
yang
khususnya
oleh
kekayaan
adanya
pailit;
debitur
putusan
Ketiga,
Penundaan Kewajiban Pembayaran
1
Jono, Hukum Kepailitan, Sinar
Grafika, Jakarta, 2007, hlm.2
2
Ahmad Yani dan Gunawan Wijaya,
Kepailitan,
Rajawali
Press,
Jakarta,
1999,hlm.5-9
1
Peneguhan
fungsi
kurator
pennyempurnaan
memungkinkan
pemberian
dan
yang
ini
jasa-
niaga, dengan hakim-hakim juga
jasa tersebut disampaing institusi
yang selam ini dikenal, yaitu Balai
harta
Peninggalan;
penegasan
upaya
Keempat,
hukum
kepailitan secara umum. Lembaga
yang
disebut
dengan
pengadilan
yang akan bertugas secara khusus.
UU
Kepailitan
diperlukan
untuk3:
1. Menghindarkan
pertentangan
dapat diambil terhadap putusan
apabila ada beberapa kreditur
pernyataan
pada waktu yang sama meminta
kepailitan.
Undang-Undang
revisi
dikatakan
Dalam
Kepailitan
hasil
bahwa
untuk
setiap putusan pernyataan pailit,
pembayaran
piutangnya
debitur.
2. Untuk
menghindari
upaya hukum yang dapat diajukan
kreditor
hanyalah
mendapatkan
Agung;
kasasi
Kelima,
ke
Mahkamah
adanya
yang
ingin
hak
istimewa,
rangka
yang menuntut haknya dengan
kelancaran proses kepailitan dan
dengan cara menjual barang
pengamanan berbagai kepentingan
milik debitur atau menguasai
secara
sendiri
adil,
dalam
dari
juga
ditegaskan
secara
adanya mekanisme penangguhan
memperhatikan
pelaksanaan hak kreditor dengan
kepentingan
hak preferens yaitu pemegang hak
kreditur lainnya.
tanggugan, hipotek, gadai, atau
agunan
lainnya;
Penyempurnaan
terhadap
Keenam,
dilakukan
ketentuan
pula
tentang
3. Untuk
tanpa
lagi
debitur
menghindari
kecurangan-kecurangan
dilakukan
debitur
atau
adanya
yang
sendiri,
misalnya saja debitur berusaha
Penundaan Kewajiban Pembayaran
memberikan
keuntungan
utang (PKPU) sebagaimana diatur
kepada seorang atau beberapa
dalam Bab kedua UU Kepailitan;
orang kreditur tertentu, yang
Ketujuh, tentang Penegasan dan
pembentukan
peradilan
khusus
yang akan menyelesaikan masalah
3
Crahatamarrastid, Menyingkap tabir
perseroan (Piercing the Corporate Veil),
Bandung, Citra Aditya Bhakti, 2000, hlm 78
2
merugikan kreditur lain lainnya,
harus memiliki lebih dari satu
atau
kreditur.
debitur
perbuatan
melakukan
curang
dengan
b. Debitur
tidak
membayar
melarikan atau menghilangkan
sedikitnya satu utang kepada
semua harta benda kekayaan
salah satu krediturnya
debitur
bertujuan
Sementara dalam Pasal 1 butir
tanggungnya
1 UU No. 37 tahun 2004 tentang
yang
melepaskan
terhadap kreditur.
kepailitan
Dalam rumusan pasal 1 ayat
dan
Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang
(1) Perpu nomor 1 tahun 1998 yang
diberikan
menjadi UU No. 4 tahun 1998
sebagai berikut; “ Kepailitan
tentang kepailitan” Debitur yang
adalah sita umum atas semua
mempunyai atau lebih kreditur dan
kekayaan
tidak membayar sedikitnya satu
pengurusan dan pemberesannya
utang yang sudah jatuh tempo dan
dilakukan
dapat
bawah
ditagih
dinyatakan
pailit
dengan putusan pengadilan yang
definisi”Kepailitan”
debitur
oleh
yang
Kurator
pengawasan
di
hakim
pengawas.
berwenang sebagaimana dimaksud
c. Utang yang dibayar itu harus
pasal 2, baik atas permohonan
telah jatuh waktu dan telah
sendiri maupun atas permintaan
dapat ditagih.4
seorang atau lebih krediturnya”.
Dari ketentuan pasal 1 ayat
Dalam
untuk
perkembangannya
mendirikan
suatu
yang
keuntungan
orang
1 UU No. 4 tahun 1998 dapat
menghasilkan
disimpulkan,
berupaya untuk mendirikan suatu
permohonan
pailit
dapat diajukan terhadap debitur
usaha
bila memenuhi syarat-syarat:
hukum
a. Debitur
terhadap
siapa
yang
berbentuk
maupun
yang
badan
tidak
berbentuk badan hukum. Badan
permohonan itu diajukan harus
paling sedikit mempunyai dua
kreditur, atau dengan kata lain
4
Sutan Reny Syahdeni, Hukum
Kepailitan, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta
2002,hlm 63.
3
hukum5
sebagai
subjek
menetapkan
peraturan-peraturan
adalah pembawa hak yang tak
intern
hanya
berjiwa dapat melakukan sebagai
kalangan
pembawa Hak manusia. Misalnya
organisasi itu. Dalam pergaulan
dapat
persetujuan,
hukum, semua orang-orang yang
yang
sama
mempunyai kepentingan bersama
kekayaan
yang tergabung dalam kesatuan
melakukan
memiliki
sekali
kekayaan
terlepas
dari
hukum
anggota-anggotanya.
Adanya
berlaku
mereka
di
anggota
kerja sama tersebut dianggap perlu
badan
(rechtspersoon)
yang
di
hukum
samping
manusia
tunggal
sebagai kesatuan yang baru, yang
mempunyai
hak-hak
kewajiban-kewajiban
dan
anggota-
(natuurlijkpersoon) adalah suatu
anggotanya serta dapat bertindak
realita yang timbul sebagai suatu
hukum
kebutuhan hukum dalam pergaulan
bertindak
di
pengurus-pengurusnya.
tengah-tengah
masyarakat.
Sebab, manusia selain mempunyai
kepentingan
(individuil),
perseorangan
juga
mempunyai
sendiri.6
Badan
dengan
hukum
perantaraan
Untuk mengetahui hakikat
daripada badan hukum, dalam ilmu
pengetahuan
hukum
kepentingan bersama dan tujuan
bermacam-macam
bersama yang harus diperjuangkan
badan hukum yang satu sama lain
bersama pula. Karena itu, mereka
berbeda-beda. Berikut ini hanya
berkumpul
dikemukakan 5 macam teori saja
mempersatukan
dengan
membentuk
organisasi
dan
pengurusnya
untuk
diri
suatu
memilih
mewakili
yang
sering
teori
timbul
tentang
dikutip
oleh
7
penulispenulis ahli hukum : )
1. Teori Fictie dari Von Savigny
mereka. Mereka juga memasukkan
harta
kekayaan
menjadi
5
milik
masing-masing
bersama,
dan
C.S.T. kansil, Latihan Ujian
Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,
1992, hlm.47
6
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan
Azaz-azas Hukum Perdata, PT.Alumni,
Bandung, hlm .53
7
Ali Rido, S.H,, Badan Hukum dan
Kedudukan
Badan
Hukum
Perseroan,
Perkumpulan,
Koperasi,
Yayasan,Wakaf,
Alumni, Bandung, cet. I, 1977,hlm.10.
4
Menurut teori dari Von Savigny
3. Teori Organ dari Otto
van
badan
hukum
semata-mata
Gierke
buatan
negara
saja.
Badan
Badan hukum menurut teori ini
hukum itu hanyalah fiksi, yakni
bukan abstrak (fiksi) dan bukan
sesuatu
kekayaan
tidak
yang
sesungguhnya
ada,
tetapi
menghidup-kannya
bayangan
sebagai
(hak)
yang
tidak
orang
bersubyek, tetapi badan hukum
dalam
adalah suatu organisme yang
subyek
riil, yang menjelma sungguh-
hukum yang dapat melakukan
sungguh
perbuatan
hukum, yang dapat membentuk
hukum
seperti
dalam
pergaulan
manusia. Teori ini diikuti juga
kemauan
oleh Houwing.
perantaraan alat-alat yang ada
2. Teori
Harta
Bertujuan
(Doel
Kekayaan
vermogents
theorie)
padanya
teori
manusia
saja
dengan
(pengurus,
anggotaanggotanya)
manusia
Menurut
sendiri
seperti
biasa,
yang
ini
hanya
mempunyai
pancaindera
dan
yang
dapat
sebagainya.
Pengikut
teori
menjadi subyek hukum. Namun,
organ ini antara lain Mr. L.C.
kata teori ini ada kekayaan
Polano.
(vermogen)
yang
merupakan
bukan
4. Teori Propriete Collective
kekayaan
Teori ini diajarkan oleh Planiol
seseorang, tetapi kekayaan itu
dan Molengraaff. Menurut teori
terikat
tertentu.
ini hak dan kewajiban badan
Kekayaan yang tidak ada yang
hukum pada hakikatnya adalah
mempunyainya dan yang terikat
hak
kepada tujuan tertentu inilah
anggota
yang diberi nama badan hukum.
Kekayaan badan hukum adalah
Teori ini diajarkan oleh A.
kepunyaan
Brinz, dan diikuti oleh Van der
anggotanya. Orang-orang yang
Hayden.
berhimpun tersebut merupakan
tujuan
dan
kewajiban
para
bersama-sama.
bersama
semua
suatu kesatuan dan membentuk
5
suatu pribadi yang dinamakan
perseroan terbatas sebagai badan
badan hukum. Oleh karena itu,
hukum, yang mampu melakukan
badan
hubungan hukum atau perbuatan
hukum
konstruksi
adalah
suatu
yuridis saja.
Busmann
dan
adalah
Star
Kranenburg
pengikut-pengikut
ajaran ini.
5. Teori
Kenyataan
Yuridis
hukum
baik
terbatas
antara
perseroan
dengan
manusian,
perseroan
terbatas
dengan
perseroan
terbatas
lainnya,
maupun perseoan terbatas dengan
(Juridishe Realiteitsleere)
badan
Dikatakan bahwa, badan hukum
demikian , jelas bahwa perseroan
itu merupakan suatu realiteit,
terbatas sebagai subjek hukum,
konkret, riil, walaupun tidak
yang
bisa diraba, bukan hayal, tetapi
kewajiban sebagaimana manusia.
kenyataan yuridis. Teori yang
Dengan
dikemukakan oleh Majers ini
terbatas sebagai subjek hukum
menekankan bahwa hendaknya
yang mandiri atau persona standi
dalam mempersamakan badan
in Judicio.8
hukum
dengan
manusia
usaha
lainya.
mengemban
kata
hak
lain,
Perseroan
Dengan
dan
perseroan
terbatas
(PT)
terbatas sampai pada bidang
merupakan badan hukum, hal ini
hukum saja.
dikarenakan juga terdapat unsur-
Salah satu bentuk badan
usaha
yang
adalah
berbadan
Persero
hukum
Terbatas.
PT
unsur suatu badan hukum dalam
PT, yaitu organisasi yang teratur,
memiliki
kekayaan
sendiri,
Sebagai badan hukum sebagaimana
melakukan
kegiatan
hukum,
secara
melakukan
hubungan
hukum
pasal
tegas
1
berbunyi:
yang
dinyatakan
butir
1
UUPT
“Perseroan
selanjutnya
dalam
yang
sendiri, mempunyai tujuan sendiri.
Terbatas
Perseroan mempunyai organ yang
disebut
terdiri atas rapat umum pemegang
perseroan adalah badan hukum
yang
merupakan
saham
(RUPS),
direksi,
dan
persekutuan
modal…” Ini jelas bahwa status
8
Jono, Op.Cit,hlm. 54.
6
komisaris (Pasal 1 butir 2 UUPT).
Pengertian
Dari tiga organ tadi keberadaan
secara
direksi punya peranan yang cukup
pengaturan atau penyebutannya di
penting
adalah
dalam Undang-Undang Kepailitan
Organ Perseroan yang berwenang
(UU No. 4 tahun 1998).9 Para
dan bertanggung jawab penuh atas
sarjana kebanyakan mendasarkan
pengurusan
Perseroan
untuk
definisi kepailitan dari berbagai
kepentingan
Perseroan,
sesuai
sudut pandang, juga dari berbagai
tujuan
pasal didalam undang-undang itu
mewakili
sendiri. Kepailitan adalah suatu
Perseroan, baik di dalam maupun
sitaan dan eksekusi atas seluruh
di luar pengadilan sesuai dengan
kekayaan
sidebitur
ketentuan anggaran dasar seperti
kepentingan
sikrediturnya
yang dimuat dalam Pasal 1 Angka 5
waktu debitur dinyatakan pailit.
UU No. 40 tahun 2007. Berdasarkan
Dalam pasal 1 ayat 1 UU No. 4
pengertian
tahun
karena
dengan
maksud
Perseroan
direksi
Direksi
serta
diatas,
punya
perseroan
dan
peranan
terbatas
kepailitan.
permasalahan
jelas bahwa
defenitif
kepailitan,
1998
(UU
tidak
ada
untuk
pada
Kepailitan)
ketika
disebutkan bahwa” Debitur yang
mengalami
mempunyai atau lebih kreditur dan
Berdasarkan
tidak membayar sedikitnya satu
diatas
maka
utang yang sudah jatuh tempo dan
rumusan masalah dalam penelitian
dapat
ditagih
dinyatakan
pailit
ini adalah pertama, bagaimana
dengan putusan pengadilan yang
kedudukan hukum Direksi setelah
berwenang sebagaimana dimaksud
kepailitan perseroan terbatas? dan
pasal 2, baik atas permohonan
kedua,bagaimana tanggung jawab
Direksi atas kepailitan perseroan
terbatas?
Pembahasan
Kepailitan dalam sistem Hukum
Indonesia.
9
Definisi Kepailitan baru ada dalam
ketentuan Umum UU No.37 tahun 2004
Tentang
Kepailitan
dan
Kewajiban
Pembayaran Utang yang disahkan tanggal 22
September 2004. Kepailitan adalah sita umum
atas semua kekayaan Debitur Pailit yang
pengurusnya dan pemberesannya dilakukan
oleh Kurator dibawah pengawasan Hakim
Pengawas sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini.
7
sendiri maupun atas permintaan
“Harta
seorang atau lebih krediturnya.
menjadi jaminan bagi semua
Dari defenisi diatas tampak bahwa
kreditur;
kepailitan
itupun
merupakan
benda-benda
perbuatan
yang
berbentuk
penyitaan
maupun
terhadap
harta
soemantri
lembaga
hukum
penjualan
itu
dibagikan
secara seimbang kepada semua
untuk
kecilnya
piutang
masing-
masing,
kecuali
apabila
debitur
pendapat
Hartono
hasil
kreditur
Sementara itu, pengertian
menurut
tersebut
eksekusi
pemenuhan kreditur.10
pailit
kekayaan
Sri
ialah”Suatu
perdata
menurut
diantara
para
alasan
yang
besar
kreditur
sah
ada
untuk
didahulukan”.
Eropa
Fred
B.G
Tumbuan,
sebagai realisasi dari dua asas
Kepailitan adalah sita umum yang
pokok dalam hukum perdata Eropa
mencakup
yang tercantum dalam Pasal 1131
debitur untuk kepentingan semua
dan pasal 1132 KUHPerdata.11
krediturnya.
seluruh
kekayaan
Tujuan
Pasal 1131 KUHPerdata :
adalah
“Seluruh
kekayaan
pembagian kekayaan debitur oleh
debitur, baik yang bergerak
kurator kepada semua kreditur
maupun yang tidak bergerak,
dengan
memperhatikan
hak-hak
baik yang sudah ada maupun
mereka
masing-masing,
melalui
yang akan ada dikemudian hari
sita umum tersebut akan (akan
menjadi
dapat) dihindari dan diakhiri sita
harta
tanggugan
untuk
(untuk
kepalitan
melakukan)
perikatan perseorangan”
dan eksekusi oleh para kreditur
Pasal 1132 KUHPerdata :
secara sendiri-sendiri.
Pengertian
kreditor
10
Adrian Sutedi, Hukum Perbankan,
Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger,
Likuidasi dan Kepailitan, Sinar Grafika,
Jakarta, 2006, hlm.193.
11
Sri Soemantri Hartono, Pengantar
Hukum
Kepailitan
dan
Penundaan
Pembayaran, Liberty, Yogyakarta, 1981, hlm. 3
debitur
sebelumnya
dan
tidak
terdapat dalam UU No. 4 tahun
1998, namun dapat dilihat dalam
UU No. 37 tahun 2004 yaitu pada
Pasal
1
ayat
(2),
ditegaskan
8
debitur
adalah
mempunyai
“orang
yang
utang
perjanjian
atau
Tujuan Hukum Kepailitan
karena
undang-undang
Tujuan
dimaksudkan
utama
untuk
kepailitan
menghindari
ynag pelunasannya dapat ditagih
terjadinya
dimuka
eksekusi terpisah oleh kreditur dan
pengadilan”,
dan
pada
sitaan terpisah
ayat (1) kreditor ialah “orang yang
menggantikannya
mempunyai
mengadakan
piutang
perjanjian
yang
dan
dapat
karena
Undang-undang
ditagih
atau
dengan
sitaan
bersama
sehingga kekayaan debitur dapat
dimuka
dibagikan kepada semua kreditur
ialah
sesuai dengan hak masing-masing,
seorang kreditur tersebut dapat
lembaga-lembaga kepailitan pada
mengajukan
permohonan
dasarnya merupakan sutu lembaga
pernyataan pailit atas diri debitur
yang memberikan solusi terhadap
kepengadilan
para
pengadilan”.
Maksudnya
dan
dalam
hal
pihak
apababila
tersebut dapat memberatkanpihak
dalam
kreditor,
membayar/tidak
yaitu
apabila
debitur
tidak beritikad baik maka harta
debitor dapat dialihkannya kepihak
lain
terlebih
dahulu
mengajukan
pernyataan
dianggap
pailit.
sebagai
sebelum
debitur
keadaanberhenti
mampu
membayar.13
Menurut Sri Rezeki hartono,
lembaga
kepailitan
punya
dua
permohonan
fungsi, yaitu : Pertama, kepailitan
Kepailitan
sebagai lembaga pemberi jaminan
alat
untuk
kepada kreditur bahwa debitur
melepaskan diri dari ikatan utang,
tidak akan berbuat curang, dan
upaya kepailitan dianggap sebagai
tetap bertanggung jawab terhadap
pembebasan utang, apalagi bagi
semua hutang-hutangnya kepada
debitur yang tidak beritikad baik
semua kreditur; Kedua, Kepailitan
dan harus memenuhi syarat dua
sebagai
atau lebih kreditur.12
memberi
lembaga
yang
perlindungan
juga
kepada
13
12
Adrian Sutedi,Op.Cit.hlm. 194.
Sutan Remy Syahdeni. Hukum
Kepailitan
Memahami
Failissementverordening, Op.Cit,hlm.39
9
debitur
terhadap
eksekusi
massal
krediturnya,
kemungkinan
oleh
jadi
kreditur-
keberadaan
A. Syarat adanya dua kreditur
atau lebih, syarat ini bahwa
debitur
ketentuan tentang kepailitan baik
minimal
sebagai
suatu
lembaga
sangat
sebagai
suatu
uapaya
atau
hukum
harus
dua
konsep
yang
merupakan
dengan
ketentuan
sesuai
sebagaimana
diatur dalam pasal 1331 dan pasal
1332.
14
kepailitan
realisasi
adanya
prnata
pelunasan
Permohonan
Pernyataan pailit
1
UU
Kepailitan,
Debitur
yang
debitor
dapat
Ini dapat dilihat Pasal 2 ayat
dari
Pasal 1132 KUHPdt. Dengan
kepailitan,
Syarat-syarat
dengan
filosofis lahirnya kepailitan.
Hukum
azas
kreditur,
terkait
khusus merupakan suatu rangkaian
taat
mempunyai
hukum
diharapkan
hutang-hutang
kepada
kreditor
dilakukan
secara
seimbang dan adil. Ada 3
antara
lain:
macam
kreditur
mempunyai
atau
dikenal
dalam
yang
hukum
lebih kreditur dan tidak membayar
perdata yakni:
sedikitnya satu utang yang sudah
1. Kreditur Konkuren yang
jatuh tempo dan dapat ditagih
diatur dalam pasal 1132
dinyatakan pailit dengan putusan
KHPerdata. Kreditor ini
pengadilan
adalah
yang
berwenang
para
kreditor
sebagaimana dimaksud pasal 2,
dengan hak pari passu
baik
sendiri
dan prorata, artinya para
maupun atas permintaan seorang
kreditur secara bersama
atau
memperoleh
atas
lebih
permohonan
krediturnya.
Syarat-
syarat tersebut dapat dijelaskan
tanpa
sebagai berikut:
didahulukan
dihitung
14
Sri Rezeki hartono, Hukum Perdata
Sebagai Hukum Kepailitan Modern, Majalah
Hukum Nasional No.2 tahun 2000, hlm.37
pelunasan
ada
yang
yang
berdasarkan
pada besarnya piutang
masing-masing
10
dibandingkan
piutang
mereka
secara
keseluruhan,
terhadap
dapat
ditagih.
Syarat ini
menunjukkan utang bahwa
hutang
harus
lahir
dari
seluruh harta kekayaan
perikatan sempurna (adanya
debitur.
schuld dan haftung). Dengan
2. Kreditor preferen yaitu
kreditor
yang
oleh
demikian, jelas bahwa utang
yang lahir dari perikatan
Undang-undang, semata-
alamiah
mata
dimajukan
karena
sifat
tidak
piutangnya,
permohonan
mendapatkan pelunasan
pailit.
terlebih dahulu.
D. Syarat
3. Kreditur separatis, yaitu
Sesuai
dapat
untuk
pernyataan
Pemohon
dengan
pailit.
ketentuan
kreditur pemegang hak
Pasal 2 UU kepailitan, pihak
jaminan
yang
inrem,
kebendaan
yang
dalam
KUHPdt disebut dengan
gadai atau hipotek.
dapat
mengajukan
permohonan pailit adalah:
a. Debitur sendiri (Pasal 2
Ayat (1) UU Kepailitan)
B. Syarat harus adanya utang.
b. Seorang
kreditor
atau
Mengenai ini UU No.4 tahun
lebih (Pasal 2 Ayat (1)
1998
UU Kepailitan)
tidak
memberikan
definisi tentang utang. Oleh
karena
itu
telah
c. Kejaksaan (Pasal 2 ayat (
2) UU Kepailitan
memberikan penafsiran yang
d. Bank Indonesia (Pasal 2
beragam antara utang yang
ayat (3) UU Kepailitan.
lahir dari perjanjian utang
piutang atau
utang yang
Asas-asas Hukum Kepailitan
tidak
lahir
Asas-asas dalam kepailitan adalah
saja
dari
perjanjian utang piutang.
C. Syarat cukup satu hutang
sebagai berikut:
1. Asas Paritas creditorium
yang telah jatuh waktu dan
11
Pada
dasarnya,
kedudukan
(lihat
pasal
202-204
para kreditur adalah sama dan
Kepailitan)
karenanya mereka mempunyai
3. Azas Iktikad Baik
hak
yang
sama
atau
UU
16
hasil
Keadaan berhenti membayar
eksekusi budel pailit sesuai
hutang harus dinyatkan secara
dengan
objektif
besarnya
tagihan
masing-masing. Namun asas ini
mengenal pengecualian, yaitu
golongan
kreditur
yang
oleh
pihak-pihak
(Pasal 1338 ayat 3 KUHPdt)
4. Asas
Verplichte
Procoreur
Steling
memegang hak agunan atas
Asas hukum ini berarti adanya
kebendaan,
kewajiban
dan
kreditur
golongan
bahwa
setiap
didahulukan
permohonan kepailitan harus
berdasarkan UU kepailitan dan
ada penasehat hukum, dalam
peraturan perundang-undangan
hal ini penasehat hukum yang
yang lain, dengan demikian
mempunyai ijin praktek (Pasal
asas
5 UU No. 4 tahun 1998).17
paritas
berlaku
creditorium
bagi
kreditur
konkuren.15
5. Asas
cepat,
umum
yang
1. Adil
dilakukan
2. Cepat
dalam kepailitan tidak hanya
3. Terbuka18
terbuka pada wilayah negara
4. Efektif19
yang
mengadilinya,
mencakup
yang
dengan
terbuka,
efektif
2. Asas teritorialitas
Sita
Adil,
kekayaan
berada
diluar
kedaulatan
namun
debitur
negeri
negara
Berakhirnya kepailitan
Ada 4 empat macam cara
berakhirnya
suatu
kepailitan
16
Ibid,hlm.1
Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam
Teori dan Praktek, Citra Aditya, Bandung,
1999, hlm.6
18
Adrian Sutedi.Op.Cit. 211-212
19
HP. Pangabean, Penerapan Asasasas Peradilan dalam Kasus Kepailitan, Jurnal
Hukum Bisnis, Vol 7, 1999, HPHB, hlm. 29.
17
15
Fred BG tambunan, Mencermati
Pokok-pokok Undang-undang Kepailitan yang
diubah Perpu No.1/1998, News Letter, No.3 IX
Juni/1998,hlm.2.
12
berdasarkan pasal 188 Ayat (1)
diatur dalam pasal 15 dan pasal 17
KUHD yaitu
Undang-Undang Nomor 4 tahun
1. Kepailitan tersebut batal
1998.
2. Kepailitan tersebut dicabut
kepailiatan
3. Adanya perdamaian.
terdapat akibat hukum: 1. Debitur
4. Kekuatan daftar pembagian
kembali dalam keadaan sebelum ia
Ad. 1. Suatu subjek hukum yang
dijatuhi putusan pailit. 2. Para
telah dinyatakan pailit sebelumnya
kreditur
pada
hak-hak mereka untuk mengadakan
tingkat
dapat
Pengadilan
dibatalkan
Niaga
Terhadap
yang
putusan
telah
mendapatkan
dicabut
kembali
kepailitannya
eksekusi secara individual.
dengan mengajukan upaya hukum
Ad. 3. Adanya perdamaian
melalui
Kepailitan yang berakhir dengan
pengadilan
kasasi
atau
peninjauan kembali.
acord tidak mebutuhkan hakim
Ad. 2. Kepailitan tersebut dicabut
perantara, namun terjadi antara
dapat
debitur dan kreditur. Pengajuan
dilakukan
jika
ternyata
setelah
dinyatakan
pailit
oleh
acord ini dilakukan 8 hari sebelum
putusan
pengadilan Niaga
yang
rapat verifikasi oleh debitur yang
berkekuatan hukum tetap, harta
ditujukan kepada kreditur melalui
sipailit
Kepaniteraan
tidak
demikian
ada.
Pencabutan
untuk
ongkos-ongkos
menghindari
yang
dikeluarkan
dan
accord,
bukti
oleh
Komisaris
BHP
tentang
kantor
peninggalan.
negara dengan diajukanya bukti-
Pengadilan
Balai
Setelah
diadakanlah
Negeri
harta
diterima
homologasi
kepada
hakim
acccord yaitu berupa pengesahan
tidak
danya
hakim.
boedel pailit atau terlalu sedikit
Ad. 4 Daftar pembagian ini dibuat
boedel pailit tersebut. Jika unsur
oleh Balai harta Peninggalan untuk
diterima,
mengadakan
mengumumkan
maka
BHP
dicabutkan
pembagian
kepada
kreditornya. Daftar pembagaian ini
kepailitan dalam Berita Negara dan
timbul
karena
kemungkinan
dalam harian setempat. Mengenai
bertambahnya boedel sipailit dari
dicabutnya keputusan pailit ini,
usaha yang dilanjutkan oleh BHP..
13
pada
akhirnya
setelah
dilunasi
dapat kami sampaikan beberapa
hutang
sipailit
dengan
pokok pikiran sebagai berikut:20
semua
adanya daftar pembagian tersebut
Pertama, Undang-Undang Nomor 1
maka berakhirlah kepailitan dari
Tahun
sipailit. Adapun kedudukan hukum
Terbatas
sudah
siapailit
dalam
menampung
sesudah
berakhirnya
1995
tentang
pemberesan uatang dapat dilihat
perkembangan
dari apa yang dimaksud dalam
dinamika
pasal 188 UU No. 4 tahun 1998.
tumbuh
Perseroan
tidak
memadai
berbagai
hukum
dan
perekonomian
yang
begitu
dengan
pesat
seiring
kemajuan
ilmu
Perseroan Terbatas
pengetahuan dan teknologi.
a. Dasar Hukum dan Pengertian
Kedua,
Dasar hukum PT yakni UU
No.
40
Tahun
2007
tentang
RUU
Terbatas
tentang
Perseroan
diharapkan
menciptakan
iklim
dapat
usaha
dan
Perseroan Terbatas. Berlaku sejak
perdagangan yang lebih sehat dan
diundangkan,
16
dinamis
UU
ekonomi di Indonesia dapat lebih
yaitu
tanggal
Agustus 2007, menggantikan
No. 1
Tahun
1995
tentang
sehingga
para
pelaku
berkembang dan maju.
Perseroan Terbatas. UUPT th 1995
Ketiga, RUU tentang Perseroan
tsb sebagai pengganti ketentuan
Terbatas
ttg perseroan terbatas yang diatur
meningkatkan
dalam
menarik
KUHD
dengan
Pasal
36
sampai
56,
dan
segala
Pasal
perubahannya.
Untuk
dimaksudkan
perdagangan
investor
menanamkan
untuk
dan
asing
guna
modalnya
di
Indonesia, sehingga pertumbuhan
lebih
memahami
ekonomi
Indonesia
dapat
terus
mengapa Undang-Undang Nomor 1
meningkat dari waktu ke waktu.
Tahun
Keempat,
1995
Terbatas
tentang
perlu
Perseroan
disempurnakan,
berbagai
Dengan
lahirnya
undang-undang
baru
seperti Undang-Undang Nomor 5
20
http://www. legalitalitas.org
14
Tahun
1999
Larangan
dibahas bersama antara Dewan
Praktek Monopoli dan Persaingan
Perwakilan Rakyat dan Presiden di
Usaha Tidak Sehat, Undang-Undang
Dewan Perwakilan Rakyat pada
Nomor
tahun 2005.
8
tentang
Tahun
Perlindungan
1999
tentang
Konsumen,
dan
 Istilah Perseroan Terbatas (PT)
Undang-Undang Nomor 37 Tahun
dulunya dikenal dengan istilah
2004
Naamloze Vennootschap (NV).
tentang
Kepailitan
Penundaaan
dan
Kewajiban
Pembayaran
Utang
serta
berkembangnya
tuntutan
masyarakat
untuk
memperoleh
pelayanan
yang
cepat
sederhana
serta
kepastian
Istilah
lainnya
Limited
(Co.
Corporate
Ltd.),
Serikat
Dagang Benhard (SDN BHD).
 Pengertian Perseroan Terbatas
dan
terdiri dari dua kata, yakni
menjamin
“perseroan” dan “terbatas”.
hukum,
perlu
Perseroan
merujuk
kepada
penyederhanaan
dan
penyempurnaan
prosedur
sero
pengesahan
terbatas
Adapun kata terbatas merujuk
permohonan
kepada pemegang yang luasnya
dan
perseroan
prosedur
modal PT yang terdiri dari seroatau
perseroan terbatas.
hanya
Kelima, penyusunan RUU tentang
nominal
Perseroan
dimilikinya.
Terbatas
dimaksudkan
mendukung
good
juga
ini
untuk
terselenggaraanya
corporate
governance
di
kalangan dunia usaha.
Rancangan
Undang
tentang
berdasarkan
Legislasi
Nasional
–
UndangPerseroan
Terbatas
2005
sebatas
pada
nilai
semua
saham
yang
Perseroan Terbatas adalah
Badan
hukum
persekutuan
yang
Program
(Prolegnas)
2009
telah
ditetapkan menjadi prioritas untuk
melakukan
dengan
kegiatan
seluruhnya
persyaratan
didirikan
perjanjian,
modal
saham,
merupakan
modal,
berdasarkan
Keenam,
Tahun
saham-saham.
usaha
dasar
yang
terbagi
dan
dalam
memenuhi
yang
ditetapkan
dalam undang-undang ini
serta
15
peraturan
pelaksanaannya.
dan
dapat
pula
mempunyai
Berdasarkan pengertian tersebut
kekayaan atau utang (ia bertindak
maka
sbg
dengan perantaraan pengurusnya.
UUPT
Walaupun suatu badan hukum itu
untuk
perusahaan
dpt
PT
disebut
menurut
harus memenuhi unsur-unsur:
bukanlah seorang manusia yang
1. Berbentuk badan hukum, yang
mempunyai
merupakan persekutuan modal.
akan tetapi menurut hukum ia
2. Didirikan atas dasar perjanjian;
dapat
3. Melakukan kegiatan usaha;
kehendak.
4. Modalnya terbagi saham-saham;
lazim
5. Memenuhi
ditetapkan
yang
dianut,
teori
yang
kehendak
dari
dlm
serta
kehendak
UUPT
berbadan
perusahaan
hukum.
demikian
menjadi
subyek
menjadi
pendukung
Dengan
itu,
hukum
hak
PT.
Akan
tetapi,
perbuatan-perbuatan
undang-undang
sebagai
yang
Menurut
persero pengurus dianggap sebagai
oleh
status
mempunyai
yang
PT merupakan perusahaan
dinyatakan
dianggap
persyaratan
perataturan pelaksanaannya.
yang
pikiran/kehendak,
PT
yang bertindak atas nama PT,
pertanggungjawabannya
pada
kewajiban, sebagai badan hukum,
PT
dengan
terletak
semua
1997: 75).21
PT Sebagai badan hukum
mempunyai ciri-ciri yaitu:
a. PT mempunyai harta kekayaan
PT memiliki kedudukan mandiri
sendiri,
(persona standi in judicio) yang
tanggung jawab sendiri.
tidak tergantung pada pemegang
harta
bendanya (Normin S. Pakpahan,
yang
dan
pengurus
b. PT
tidak
PT
mempunyai
dapat
bertindak
sahamnya. Dalam PT hanya organ
sendiri, PT terdiri dari organ-
yang
organ yang
dapat
perseroan
mewakili
yang
PT
atau
menjalankan
perusahaan (Ery Arifudin, 1999:
24). Hal ini berarti PT dapat
melakukan
akan bertindak
mewakili PT tersebut.
c. Organ-organ
dari
tersebut
terdiri
orang perorangan yang
perbuatan-perbuatan
21
hukum seperti seorang manusia
Munawar Kholil, Hukum Perseroan
Terbatas Berdasar UU No. 40 tahun 2007
16
cakap untuk bertindak dalam
karena setiap gerakan organ-organ
hukum. Organ PT terdiri dari
itu dikehendaki atau diperintahkan
RUPS (Rapat Umum Pemegang
oleh otak manusia, maka setiap
Saham),
gerakan
Direksi,
Dewan
Komisaris.
atau
aktifitas
Direksi
badan hukum dikehendaki atau
diperintah
Direksi
oleh
badan
hukum
sendiri, sehingga Direksi adalah
Direksi
adalah
PT
personifikasi dari badan hukum itu
yang berwenang dan bertanggung
sendiri. Sebaliknya Paul Scholten
jawab
dan
atas
pengurusan
untuk kepentingan
dengan
organ
maksud
PT
PT
sesuai
dan tujuan PT
Bregstein
mengatakan
mewakili
(1954),
langsung
bahwa
badan
Direksi
hukum.
Kalau
serta mewakili PT, baik di dalam
dikaji secara mendalam bukankah
maupun di luar Pengadilan sesuai
kewenangan
dengan ketentuan Anggaran Dasar.
diemban oleh Direksi itu timbul
Untuk
karena adanya pengangkatan oleh
pertama
pengangkatan
dilakukan oleh
Akta
anggota
pendiri
Pendirian.
selanjutnya
kali
anggota
RUPS
dalam
mempunyai wewenang mengangkat
Untuk
anggota Direksi, sesuai ketentuan
Direksi
sebagai
Pasal
94
ayat
Pengangkatan
terdiri atas 1 orang
sepihak,
anggota
Direksi atau lebih.
teori
organ
yang
Direksi
diangkat oleh RUPS. Direksi P.T.
Menurut
perwakilan
di
sebab
(1)
sini
PT
yang
UUPT.
bersifat
pengangkatan
adalah perintah untuk melakukan
Organisme
pengurusan PT untuk kepentingan
dari Otto von Gierke sebagaimana
dan sesuai dengan maksud dan
yang dikutip oleh Syuiling (1948),
tujuan PT, mewakili PT di dalam
Direksi adalah organ atau alat
maupun di luar pengadilan sesuai
perlengkapan
hukum.
dengan ketentuan anggaran dasar.
Seperti halnya manusia mempunyai
Kewenangan untuk mewakili yang
organ-organ, seperti tangan, kaki,
berdasarkan
mata, telinga dan seterusnya dan
menjadi hapus atau tidak ada
badan
pengangkatan
itu
17
ketika kewenangan mewakili itu
antara
hubungan
perburuhan
ditarik kembali atau orang yang
(karena
menerima
gaji:Penulis)
mewakili meninggal dunia. Oleh
dan hubungan pemberian kuasa.
sebab
Induk
itu,
UUPT
mengatur
di
dari
kuasa
ini
adalah
dalam Pasal 94 ayat (3), yang
volmacht. Ruang lingkup volmacht
mengatakan bahwa anggota Direksi
ditentukan oleh isi volmacht itu
diangkat
untuk
waktu
sendiri. Apabila volmacht hanya
tertentu
dan
diangkat
dirumuskan dalam rumusan yang
kembali. Keputusan RUPS untuk
umum, maka volmacht hanya akan
mengangkat anggota Direksi
berisi
jangka
dapat
dan
kewenangan
mengenai
fasilitas lainnya. Bisa juga di dalam
perbuatan
praktik
Padahal Direksi itu tidak hanya
penetapan
gaji,
pengurusan
honorarium dan fasilitas lainnya
berwenang
didelegasikan
(beheerdaden)
kepada
Dewan
untuk
PT
saja.
mengurus
tetapi
juga
Komisaris. Dalam hubungan dengan
berwenang untuk menguasai atau
diberikannya fasilitas gaji dan lain-
memelihara
lain.22
PT.23
Timbul
bagaimanakah
pertanyaan
sifat
(beschikking daden)
Kewajiban
Direksi
antara
hubungan
lain : 1. Kewajiban yang berkaitan
hukum antara Direksi PT dengan PT
dengan perseroan; 2. Kewajiban yg
yang
berkaitan dg RUPS; 3. Kewajiban
diwakilinya?
Beberapa
pemerhati senior di bidang hukum
yang
bisnis,
kepentingan kreditur/masyarakat.
seperti
(1980),
Purwosutjipto
Sukardono
(1983)
berkaitan
dengan
Kewajiban lainnya yakni: Membuat
berpendapat bahwa sifat hubungan
daftar
pemegang saham, daftar
hukum antara Direksi dengan PT
khusus,
risalah RUPS dan risalah
yang diwakilinya adalah kombinasi
rapat Direksi, Melaporkan kepada
22
Nindyo Pramono, Tanggung jawab
dan Kewajiban Pengurus PT (Bank) menurut
UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, Buletin Hukum Perbankan dan
Kebanksentralan,Volume
5
Nomor
3,
Desember 2007
PT mengenai saham yang dimiliki
anggota Direksi yang bersangkutan
23
Ibid
18
dan/atau keluarganya dalam PT
3. Direksi menyusun rencana kerja
dan PT lain untuk selanjutnya
tahunan
dicatat
tahun buku yang akan datang,
dalam
Membuat
daftar
laporan
khusus,
dimulainya
dan
4. Direksi menyampaikan laporan
PT,
tahunan kepada RUPS setelah
memelihara seluruh daftar, risalah
ditelaah oleh Dewan Komisaris
dan
dalam
dokumen
tahunan
sebelum
keuangan
dokumen
keuangan
PT,
jangka
waktu
paling
meminta persetujuan RUPS untuk :
lambat 6 bulan setelah tahun
Mengalihkan
buku PT berakhir.
kekayaan
Menjadikan
kekayaan
P.T
jaminan
P.T
yang
dan
utang
merupakan
lebih dari 50 % jumlah kekayaan
bersih P.T. dalam 1
atau
lebih,
transaksi
baik
yang
berkaitan satu sama lain maupun
Hak Direksi adalah
1. Hak utk mewakili perseroan di
dalam dan di luar pengadilan
2. Hak
utk
memberikan
tertulis kepada pihak lain.
3. Hak utk mengajukan usul kpd
tidak. Transaksi tersebut adalah
Pengadilan
transaksi
perseroan
pengalihan
kekayaan
Negeri
setelah
jangka waktu 1 tahun buku atau
persetujuan RUPS.
sebagaimana
diatur
dalam
Anggaran Dasar PT.
1. menjalankan
untuk
pengurusan
kepentingan
sesuai dengan
PT
mewakili
dalam
maupun
pengadilan,
dg
4. Hak utk membela diri
dlm
forum RUPS jika Direksi telah
utk
sementara
waktu oleh RUPS/Komisaris
PT
dan
maksud dan
tujuan PT
2. Direksi
pailit
didahului
diberhentikan
Direksi juga berperan :
agar
dinyatakan
bersih P.T. yang terjadi dalam
jangka waktu yang lebih lama
kuasa
5. Hak utk mendapatkan gaji dan
tunjangan
lainnya
sesuai
AD/Akte Pendirian.
Berakhirnya tugas Direksi
PT, baik di
di
luar
1. Jangka
waktu
masa
tugas
direksi diatur dalam AD/Akte
Pendirian.
19
2. Jika diberhentikan sementara
waktu
sbl
berakhir
masa
maka tindakan Direksi adalah sah
dan tetap mengikat PT, sehingga
tugasnya oleh RUPS/Komisaris
apabila
maka dlm jangka waktu 30 hrs
pemenuhan
diadakan RUPS utk memberi
kerugian tersebut akan diambilkan
kesempatan
tsb
dari aset PT, namun apabila aset
dlm
PT masih kurang, maka aset Direksi
jangka waktu 30 hr tdk ada
pribadi yang tanpa itikad baik dan
RUPS
tanggung jawab tersebut yang akan
membela
Direksi
diri.
Apabila
maka
pemberhentian
sementara demi hukum batal.
3. Dalam
kondisi
tertentu
dapat
bertindak
Komisaris
sebagai pengurus perseroan
Tanggung
Direksi
jawab
ditentukan
timbul
diambil
kerugian,
maka
kewajiban
untuk
atas
pemenuhan
kewajiban. Ketiga, apabila tidak
ada
itikad
baik
dan
tanggung
jawab serta tidak ada kewenangan
intern
untuk bertindak, maka tindakan
unsur
Direksi
oleh
tidak
sah
dan
tidak
kesalahan atau kelalaian, itikad
mengikat
baik, dan tanggung jawab dalam
timbul
menjalankan tugas. Akan muncul
tersebut bertanggung jawab secara
tiga
pribadi.24
kemungkinan
PT, sehingga apabila
kerugian,
maka
Direksi
yang
akan
apabila
ada
Mengenai tanggung jawab
itikad baik dan tanggung jawab
Direksi secara ekstern, maka unsur
serta dilengkapi dengan adanya
utama adalah ada atau tidaknya
kewenangan
kewenangan bertindak dari Direksi
terjadi.
maka
Direksi
Pertama,
untuk
bertindak,
apabila
timbul
kerugian,
tidak
dapat
dimintai
pertanggungjawaban,
karena
akan
muncul
kondisi
dua
yang
Pertama,
kemungkinan
akan
ada
terjadi.
kewenangan
tindakan Direksi yang demikian
bertindak dari Direksi, maka yang
adalah
bertanggung
sah
dan
mengikat
PT.
Kedua, apabila tidak ada itikad
baik dan tanggung jawab tetapi
ada kewenangan untuk bertindak,
jawab
adalah
PT,
24
http.//www.adln.unair.ac.id/go.php?i
d=gdlhub-gdl-s1-2009-maulidasar
10690&PHPSESSID=ca8339od6688c23c8661
23a9f11a784
20
karena
tindakan
Direksi
yang
Pasal 97 ayat (1) UUPT
didasarkan pada kewenangan akan
menentukan
sah
bertanggung
dan
mengikat
PT.
Namun
bahwa
Direksi
jawab
atas
apabila aset PT tidak mencukupi
pengurusan Perseroan sebagaimana
untuk
dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1).
pemenuhan
seluruhnya,
maka
kewajiban
aset
Direksi
Pengurusan sebagaimana dimaksud
pribadi akan ikut juga digunakan
pada ayat (1), wajib dilaksanakan
untuk
kewajiban
dengan itikad baik dan penuh
tersebut, yaitu Direksi yang dalam
tanggung jawab (ayat 2). Setiap
menjalankan
kewenangannya
anggota Direksi bertanggung jawab
tersebut diketahui tanpa itikad
penuh secara pribadi atas kerugian
baik dan tanggung jawab. Kedua,
Perseroan bila yang bersangkutan
tidak ada kewenangan bertindak,
bersalah atau lalai menjalankan
maka Direksi akan bertanggung
tugasnya sesuai dengan ketentuan
jawab
pemenuhan
secara
pribadi
karena
sebagaimana dimaksud pada ayat
tanpa
didasari
(2), demikian bunyi ayat (3)nya.
kewenangan tidak sah dan tidak
Kemudian ayat (4) mengatakan
akan
melainkan
bahwa dalam hal Direksi terdiri
mengikat Direksi secara pribadi.
atas 2 (dua) anggota Direksi atau
Disini
tindakan
yang
mengikat
akan
pelanggaran
PT,
muncul
adanya
lebih,
hukum,
karena
sebagaimana dimaksud pada ayat
terlampauinya
kewenangan
(3)
tanggung
berlaku
secara
tanggung
Direksi, berarti muncul perbuatan
renteng
melangggar hukum. Kreditor dapat
Direksi. Ayat (5)nya mengatakan
merugikan Pasal 1365 KUH Perdata
bahwa anggota Direksi tidak dapat
untuk
dipertangung-jawabkan
mengajukan
gugatan
terhadap Direksi secara pribadi
kerugian
dengan dalil perbuatan melanggar
pada
25
hukum.
25
http.//www.adln.unair.ac.id/go.php?i
d=gdlhub-gdl-s1-2009-maulidasar
bagi
jawab
setiap
sebagaimana
ayat
membuktikan
(3),
:
anggota
atas
dimaksud
apabila
a.
dapat
kerugian
10690&PHPSESSID=ca8339od6688c23c8661
23a9f11a784
21
tersebut
atau
bukan
karenakesalahan
kelalaiannya;
melakukan
b.
pengurusan
Apabila
yang
dinyatakan
telah
pailit suatu Perseroan Terbatas
dengan
(PT), Koperasi atau badan hukum
itikad baik dan kehatihatian untuk
lain
kepentingan dan sesuai dengan
yayasan yang mempunyai status
maksud dan tujuan Perseroan; c.
badan hukum, maka pengurus yang
tidak
mempunyai
mempunyai
benturan
seperti
perkumpulan
kewajiban
atau
untuk
kepentingan baik langsung maupun
mempertanggung
tidak
tindakan
kepailitan tersebut. Dan terhadap
pengurusan yang mengakibatkan
pernyataan pailit yang dimintakan
kerugian;
mengambil
oleh pesero atau suatu firma,
tindakan untuk mencegah timbul
maka pengadilan yang berwenang
atau
adalah pengadilan yang daerah
langsung
d.
atas
telah
berlanjutnya
kerugian
jawabkan
tersebut. Ketentuan Pasal 97 ayat
hukumnya
meliputi
tempat
(5)
kedudukan
hukum
firma
tersebut
di
atas,
tidak
mengurangi hak anggota Direksi
tersebut.Tentang
lain
pengurus
dan/atau
Komisaris
anggota
perseroan
dalam
mengajukan
kepailitan, maka berlakulah UU
Perseroan.
tentang Perseroan Terbatas (PT)
Selanjutnya menurut Pasal 97 ayat
yakni UU No. 1 Tahun 1995 yang
(6),
Perseroan,
telah diubah dengan UU No. 40
Pemegang Saham yang mewakili
tahun 2007 tentang PT bahwa
paling
dari
organ PT yang bertanggung jawab
jumlah seluruh saham dengan hak
untuk mengurus dan mewakili PT
suara dapat mengajukan gugatan
adalah Direksi.26
gugatan
untuk
Dewan
Tanggungjawab
atas
atas
nama
nama
sedikit1/10
melalui
terhadap
bagian
Pengadilan
anggota
karena
Direksi
kesalahan
kelalaiannya
kerugian Perseroan.
Negeri
Direksi
atas
bertanggungjawab
yang
penuh
pengurusan
untuk
atau
kepentingan dan tujuan perseroan
menimbulkan
26
http://gagasanhukumwordpress.com/2009/08/1
0/aspek-normatif-uu-kepailitan-bagian-IV
22
serta mewakili perseroan baik di
Namun
menurut Fred BG
dalam maupun diluar pengadilan.
Tumbuan, Pernyataan pailit tidak
Dalam kepailitan setiap anggota
dengan sendirinya mengakibatkan
Direksi wajib dengan itikad baik
perseroan menjadi bubar, hanya
dan
penuh
tanggung
jawab
apabila terjadi salah satu dari dua
tugas
untuk
kejadian yang berkenaan dengan
kepentingan dan usaha perseroan
kepailitan perseroan sebagaimana
dan
menjalankan
bertanggung
secara
pribadi
jawab
penuh
dimaksud dalam pasal 117 ayat (1)
apabila
yang
c.1 dan UUPT lama, Pengadilan
bersangkutan bersalah atau lalai
Negeri
menjalankan tugasnya. Sedangkan
perseroan
tanggung jawab perdata Direksi
kreditor.
perseroan diatur dalam Pasal 104
perseroan pailit yang belum bubar,
ayat (2) dan ayat (3) UU PT No. 40
tetap
tahun 2007, yang pada intinya
melakukan
bahwa dalam hal kepailitan terjadi
Lebih lanjut beliau mengatakan
karena kesalahan atau kelalaian
bhawa kepailitan badan hukum
direksi dan kekayaan perseroan
tidak mengurangi kewenangan dan
tidak
menutup
kecakapan bertindak pengurusnya.
kepailitan
Kepailitan tidak menyentuh status
anggota
badan hukum, mengingat bahwa
Direksi secara tanggung renteng
kepailitan berkaitan dengan dan
bertanggung jawab atas kerugian
hanya mencakup harta kekayaan
itu. Bagi anggota Direksi bila dapat
badan
membuktikan
sebagai subjek hukum yang mandiri
cukup
kerugian
akibat
tersebut,
bukan
untuk
maka
karena
kelalaiannya,
bertanggung
setiap
bahwa
kepailitan
kesalahan
maka
jawab
dapat
membubarkan
atas
Oleh
cakap
permohonan
karena
dan
berwenang
perbuatan
hukum.
cakap
itu,
Badan
hukum.
Hukum
atau
tetap
tidak
karena itu pada dasarnya organ-
secara
organ badan hukum tersebut tetap
tanggung renteng atas kerugian
mempunyai
tersebut.
berdasarkan
kemudian
bertindakdan
oleh
kewenangannya
hukum.
menyimpulkan
Beliau
bahwa
23
jelas
direksi
berwenang
secara
sah
perbuatan
persroan
tetap
mengatakan,
bahwa
adanya
mewakili
perseroan
curator tidak meniadakan hak dan
dalam
melakukan
kewajiban Direksi sebagai pengurus
hukum,
yang
yang merupakan organ perseroan,
dan
karena curator hanya mengambil
kewajibannya, sejauh perbuatan
oper hak untuk mengurus dan
tersebut
membereskan
berhubungan
baik
dengan
bukan
hak
merupakan
kekayaan
perbuatan pengurus dan perbuatan
perusahaan
pengalihan
mengambil oper dan kewajiban
berkenaan
dengan
kekayaan perseoan yang tercakup
dalam harta pailit.27
pailit,
dan
lainnya.29
Sementara
Sementara Amir Abadi Yusuf
tidak
sependapat
Jono,
dengan
apa
yang
berpendapat, perlu diingat bahwa
dikemukan oleh Fred BG Tumbyuan
curator
menggantiakn
dan Amir Abaadi Yusuf, bahwa
Direksi/Komisaris
kepailitan perseoan tidak berarti
tidak
kedudukan
Sehubungan
pengurusan
status Perseoan menjadi Hilang.
perusahaan.
Eksisnya badan hukum PT berrarti
Kewajiban dan tanggung jawab
oragan –organnya juga eksis. Status
sebagai
perusahaan,
badan hukum suatu persoan pailit,
diluar pengurusan kekayaan, tetap
tetap eksis, sebelum perseroan
berada
dibubarkan
harta
dengan
kekayaan
pengurus
ditangan
direksi
dan
Komisaris.28 Lebih lanjut beliau
yang
dilanjutkan
dengan likuidasi. Hal mana secra
tegas telah dinyatakan dalam pasal
27
Fred BG Tumbuan, Pembagian
Kewenangan antara Kurator dan Organ-organ
Perseroan
Terbatas,”Undang-undang
Kepailitan dan Perkembangannya: Prosiding
Rangkain Lokakarya Terbatas Masalahmasalah Kepailitan dan Wawasan Hukum
Bisnis Lainnya Tahun 2004, Jakarta 26-28
Januari 2004, 2004, Jakarta, hlm. 246-247.
28
Amir Abadi Yusuf, Tanggung
Jawab Direksi dan Komisaris Perusahaan
Pailit,
Undang-undang
Kepailitan
dan
Perkembangannya:
Proseding
Lokakarya
Terbatas Masalah-masalah Kepailitan dan
Wawasan Hukum Bisnis Lainnya Tahun 2004,
143 ayat 1 UUPT” Pembubaran
Perseroan
tidak
mengakibatkan
perseroan kehilangan status badan
hukum samapi dengan selesainya
likuidasi dan pertanggungjawabnya
Jakarta 26-28 Januari 2004, 2004, Jakarta,
PPH, hlm. 253.
29
Ibid, hlm. 253
24
likudator diterima oleh RUPS atau
pailitnya
pengadilan. Begitu juga dengan
maka badan hukum itu kehilangan
ketentuan Pasal 142 ayat 2 UUPT
haknya
yang
berhubungan
menyatakan”
terjadi
dalam
pembubaran
hal
suatu
badan
untuk
hukum,
mengurus
dengan
dan
bebas
Perseroan
terhadap kekayaan badan hukum
sebagaimana dimaksud ayat 1, a.
itu. Hak tersebut berpindah pada
wajib diikuti dengan likuidasi yang
kuratornya.
diakukan
juga dikemukakan oleh Pro. Sutan
oleh
likuidator
atau
curator dan b. Perseroan tidak
Remy
melakukan
hukum,
kaitanya
untuk
Debitur.
perbuatan
kecuali
diperlukan
membereskan
semua
urusan
31
Pendapat senada
Syahdeni,
bahwa
dengan
dalam
perseroan
Kurator
berkedudukan
sama dengan Direksi perseroan
perseroan dalam rangka likuidasi.
tersebut
Ini
menggantikan kedudukan Direksi
menggaambarkan
bahwa
karena
pembubaran tidak mengakibatkan
perseroan
status
perseroan
dinyatakan pailit.32
langsung menjadi hilang, tetapi
Organ-organ
badn
hukum
setelah
curator
perseroan
itu
statusnya baru berakhir setelah
berwenang
likuidasi dan pertanggungjawaban
akibatnya atas harta pailit. Jika
likuidator
kita
diterima
oleh
RUPS.
selama
mengkaji
tidak
tetap
kepailitan
ada
atas
Dengan demikian sebuah PT yang
perseorangan dan bukan perseroan
dinyatakan pailit, haruslah tetap
terbatas,
cakap melakukan perbuatan hukum
dapat tetap hidup, bersosialisasi,
sepanjang
bahkan
tidak
perbuatan
tersebut
menyangkut
harta
kekayaan.30
Sementara
maka
dapat
debitur
bekerja
pailit
dan
menghasilkan uang untuk harta
pailit. Namun, untuk perseroan
Adrian
Sutedi
terbatas
memang
sulit
sekali
punya pendapat berbeda dimana ia
ditarik garis yang jelas, karena
menyatakan”Dengan
sebagai
dinyatakan
31
30
Jono, Op.Cit, hlm 69-70.
32
badan
usaha
yang
Adrian Sutedi, Op.Cit, hlm 197.
Syahdeni.Op.Cit, hlm 227
25
bertujuan
maka
mencari
seluruh
keuntungan,
(hampir
kewenangannya dalam pengurusan
diambil
harta
sebagiman
organ-organ tersebut adalah untuk
dalam
Pasal
mendapatkan keuntungan. Namun
Kepailitan.
seluruh)
atau
organ perseroan telah kehilangan
tindakan
yang
baiklah untuk kepentingan diskusi
ini
kita
anggap
perseroan
tetap
Akibatnya,
kurator
mengambil
alih
saja
organ
berwenang.
tidak
dapat
67
dimaksudkan
ayat
(2)
UU
33
Kurator
dapat
sendiri
mengambil
tindakan-tindakan
pengurusan harta untuk dan atas
nama perseroan pailit berdasarkan
kewenangan
diskresinya.
mengadakan
beberapa batasan, yaitu keharusan
RUPS, dan sebagainya. Analisis di
ijin terlebih dahulu dari lembaga
atas juga sesuai dengan Undang-
lain, seperti Hakim Pengawasan
Undang No. 1 tahun 1995 tentang
atau rapat kreditur. Jika kurator
Perseroan
Terbatas
("UUPT").
perlu bantuan dalam mengurus
Walaupun
mengatur
tentang
harta debitur/ perseroan pailit,
tersebut,
termasuk
Tentunya
perubahan Anggaran Dasar suatu
maka
perseroan,
tenaga ahli. Bahkan perubahan
Pasal
menegaskan
18
bahwa
UU
PT
perubahan
kurator
susunan
dapat
ada
Direksi
tersebut harus dengan persetujuan
Komisaris
kurator. Ini berarti bahwa organ
pertanggungjawaban
RUPS
tersebut,
masih
berfungsi
dan
dapat
menunjuk
atau
Dewan
menyulitkan
organ-organ
jika
pemegang saham masih berwenang
disebabakan
untuk mengadakan RUPS selama
Yang mungkin terjadi, perubahan
bukan untuk pengurus harta pailit.
susunan organ tersebut dilakukan
Selanjutnya kita perlu pertanyakan
dalam rangka rencana perdamaian.
pula kepentingan kurator untuk
Tentunya dalam hal ini debitur
mengadakan
(yaitu pemegang saham melalui
RUPS
untuk
mengganti susunan anggota Direksi
atau
Dewan
Komisaris.
Dalam
kepailitan RUPS sebagai salah satu
kesalahan
kepailitan
mereka.
33
http://s2.hukum.univpancasila.ac.id/i
ndex.php?option=com_content&view=categor
y&layout=blog&id=56&Itemid=62&limitstart
=25
26
RUPS)
sendiri
melakukannya,
perdamaian
yang
dapat
karena
juga
pereroan
dalam arti luas yang meliputi juga
dapat
para relanan kerja, dan konsumen;
hanya
membahas
kreditur
rencana
diajukan oleh debitur pailit.34
Untuk
perseroan,
b. Duty Of care and Dilligence, ini
tentang
tanggung jawab direksi terahadap
berarti direksi punya kewajiban
untuk berhati-hati.36
perseroan ada 2 teori atau Doktrin
Menurut Gunawan Widjaja,
yaitu fiduciary duty dan business
dalam
judgement
Prof
judgement rule, seorang anggota
Sutan Remy Syahdeni ada teori
Direksi tidak mudah dianggap telah
tentang
pengurus
melakukan pelanggaran atas duty
Pertama,
of care and skill, selama ia dalam
perseroan
rule.
Menurut
kewajiban
yaitu:
konsepsi
business
Statutory duties yaitu kewajiban
mengambil
yang secara tegas ditentukan oleh
didasarkan
Undang-Undang. Ini dapat dilihat
kecuali jika terdapat kecurangan,
dari
benturan
kewajiban
direksi.
Kedua,
Fiduciary
Duties.35
Menurut
Gunawan
Widajaya
Fiduciary
Duties
terhadap
perseroan
tindakan
pada
telah
itikad
kepentingan,
baik,
atau
perbuatan melawan hukum.37 Jadi
dengan
diberlakukannya
prinsip
business judgement rule, terjadi
tercermin dari a. Duty of Loyalty
beban
pembuktian
terbalik,
and God faith, Dalam hal ini direksi
dimana
pihak
yang
menduga
tidak
hanya
Direksi
tidak
boleh
bertindak
melaksanakan tugas untuk dan bagi
secara
baik
kepentingan perseroan , melainkan
perseroan
juga para stakeholder perseroan
adanya dugaan tersebut.
yang
semata-mata
didalamnya
juga
meliputi
kepentingan para pemegang saham
34
http://s2.hukum.univpancasila.ac.id/i
ndex.php?option=com_content&view=categor
y&layout=blog&id=56&Itemid=62&limitstart
=25
35
Sutan Syahreni Op.Cit, hlm 425
UU
untuk
wajib
keuntungan
membuktikan
mengatakan
bahwa
pemegang saham perseroan tidak
36
Gunawan Widjaya, Tanggung
Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan,
Cet.2, Rajawali Press, 2004, Jakarta, hlm 143144
37
Ibid,hlm.152.
27
bertanggung jawab secara pribadi
the
atas perikatan yang dibuat atas
kekebalan yang biasa dimiliki oleh
nama
pemegang saham, Direksi, atau
perseroan
dan
tidak
corporate
veil
itu
berarti
bertanggung jawab atas kerugian
komisaris
perseroan melebihi jumlah saham
tanggung
yang dimiliki dan tidak meliputi
dibuka dan diterobos, sehingga
harta kekayaan pribadinya. Juga
menjadi
anggota direksi hanya bertanggung
kekayaan pribadi manakala terjadi
jawab
pelanggaran, penyimpangan, atau
sebatas
mewakili
mengurus
dan
perseroan agar dapat
perseroan,
yaitu
jawabnya
tidak
kesalahan
terbatas
terbatas
dalam
hingga
melakukan
bertindak di muka umum sehingga
pengurusan perseroan. Ketentuan
direksi tidak bertanggung jawab
piercing the corporate veil untuk
terhadap kerugian yang dialami
direksi perseroan berlaku apabila
perseroan.
ketentuan
(a) Persyaratan perseroan sebagai
tersebut, menurut Budihardjo, SH,
badan hukum belum atau tidak
MH, Kasubdit Perdata Departemen
terpenuhi (di antaranya, Anggaran
Hukum
Namun
dan
pengecualian.
HAM,
memiliki
Dasar belum disahkan atau belum
“Dalam
keadaan
diumumkan dalam berita negara,
tertentu, tanggung jawab terbatas
atau
tersebut tidak berlaku," tukasnya
pengadilan negeri setempat); (b)
dalam
Direksi
seminar
Officers
“Directors
Personal
&
Liability
belum
didaftarkan
melanggar prinsip
pada
ultra
vires (di luar cakupan maksud dan
Insurance” yang diadakan Sigma
tujuan
Research & Conference. Sebab, UU
kepentingan pemegang perseroan);
PT
(c)
menganut
prinsip
prinsip
perseroan,
Direksi
melanggar
bukan
prinsip
“piercing the corporate veil” yang
fiduciary duty (kepercayaan yang
secara harfiah berarti menyingkap
diterimanya
tabir
perseroan).38
atau
Menurut
Managing
cadar
Andrey
Partner
perusahaan.
untuk
mengurus
Sitanggang,
Andrey
Sitanggang Law Office, piercing
38
http://www.portalhr.com/majalah/edisisebelum
nya/strategi/1id379.html
28
Prinsip
didasarkan
ultra
pada
vires
fakta
kepentingan
antara
perseroan
hukum
dengan Direksi. Setiap pelanggaran
bahwa setiap perseroan memiliki
atau penyimpangan atas tugas dan
maksud dan tujuan tertentu dalam
kewajiban direksi, maka direksi
pendiriannya.
harus bertanggung jawab hingga
Perbuatan
yang
tergolong ultra vires pada dasarnya
harta
merupakan tindakan hukum direksi
yang dialami oleh tiap-tiap pihak
yang
yang
tidak
mengikat
perseroan
pribadinya
atas
kerugian
berkepentingan.
Adapun
(dalam hal ini menjadi tanggung
bentuk-bentuk
pelanggaran
jawab pribadi direksi atas kerugian
penyimpangan
tersebut
yang diderita perseroan) karena
berikut: (a) Tidak menjalankan
sejumlah sebab: (a) Tindakan yang
tugasnya secara profesional sesuai
dilakukan berada di luar maksud
dengan keahlian yang dimilikinya,
dan
dan
tujuan
perseroan
;
(b)
(b)
Tidak
dan
sebagai
menjalankan
Tindakan yang dilakukan berada di
tugasnya sebagai wakil pemegang
luar kewenangan yang diberikan
saham dengan baik. Bentuk-bentuk
kepadanya
undang-
pelanggaran profesional tersebut,
undang yang berlaku dan Anggaran
di antaranya: (1) Baik sengaja atau
Dasar perseroan. Sedangkan prinsip
tidak, melakukan pelanggaran atas
fiduciary duty menegaskan bahwa
tugas yang diberikan (breach of
direksi wajib menjalankan segala
duty); (2) Baik sengaja atau tidak,
tugas
perusahaan
melalaikan tugas yang seharusnya
dengan berpegang teguh kepada
dijalankan (omission of duty); (3)
kepercayaan
Baik
berdasarkan
pengurusan
yang
diterimanya.
sengaja
atau
tidak,
Oleh sebab itu, lanjut Andrey,
memberikan pernyataan yang salah
dalam
menjalankan
(misstatement); (4) Baik sengaja
direksi
wajib
untuk
tugasnya,
senantiasa
atau
tidak,
bertindak atas dasar itikad saham
pernyataan
semata-mata; menjaga diri agar
(misleading statement); (5) Baik
terhindar dari tindakan yang dapat
sengaja
menyebabkan
penyalahgunaan kewenangan atau
benturan
atau
yang
memberikan
menyesatkan
tidak,
melakukan
29
kekuasaan sebagai direksi; (6) Baik
bertanggung jawab atas kerugian
sengaja
tersebut.39
atau
memenuhi
tidak,
tidak
yang
telah
janji
diberikan (breach of warranty or
Kesimpulan
authorithy
1. Kedudukan
commitment).
Sementara
bentuk
pelanggaran
setelah
hukum
Direksi
kepailitan
perseroan
masih
tetap,
sebagai wakil pemegang saham,
terbatas
antara
Pelanggaran
sepanjang perseroan itu belum
kepercayaan (breach of truth) ; (2)
dinyatakan bubar melalui RUPS.
Kelalaian (negligence of trust); (3)
Direksi
Kesalahan
perbuatan
lain
(1)
(error).
Konsekuensi
cakap
melakukan
hukum
apa
saja,
dari berbagai pelanggaran di atas,
kecuali berkaitan dengan harta
UU PT mengatur pada Pasal 85
kekayaan
badan
ayat I dan ayat 2, yang pada
Kepailitan
perseroan
intinya
menyentuh
menyatakan:
anggota
direksi
bertanggung
setiap
perseroan
jawab
sampai
sehingga
hukum.
badan
perseroan
tidak
hukum,
melalui
organ-organ badan hukum tetap
kekayaan pribadinya, apabila yang
mempunyai
bersangkutan bersalah atau lalai
berdasarkan hukum. Kedudukan
menjalankan
direksi
dalam
itikad baik dan penuh tanggung
sebagai
salah
jawab
dan
perseroan
usaha perseroan. Selanjutnya Pasal
hukumnya
90 ayat 2 menyebutkan, dalam hal
digantikan oleh curator kecuali
terjadi kepailitan karena kelalaian
menyangkut pengurusan harta
dan
kekayaan
untuk
tugasnya
dengan
kepentingan
kesalahan
direksi,
dan
kewenangannya
kapasitasnya
satu
yang
masih
organ
badan
ada,
tidak
badan
kekayaan perseroan tidak cukup
hukum/perseroan.
untuk menutupi kerugian akibat
bahwa
Jadi
kepailitan
jelas
tidak
kepailitan tersebut, maka anggota
direksi secara tanggung renteng
39
http://www.portalhr.com/majalah/edisisebelum
nya/strategi/1id379.html
30
menyebabkan
hukum
status
badan
perseroan
menjadi
hilang.
benturan
kepentingan
baik
langsung maupun tidak lansung
atas tindakan pengurus yang
2. Tanggung jawab Direksi tidak
dilakukan, dan telah mengambil
bisa dimintakan jika ia sudah
tindakan
melaksanakan Fiduciary Duties
terjadinya kepailitan (pasal 104
dan business judgement rule
ayat, 2,3 dan 4 UUPT).
secara
baik
kecuali
kecurangan,
kepentingan,
dan
untuk
mencegah
ada
benturan
SARAN
perbutan
1. Kedudukan
Direksi
setelah
perseroan
haruslah
melawan hukum. Namun jika
kepalitan
kepailitan persroan disebakan
jelas
oleh kesalahan atau kelalaian
kekhawatiran orang untuk ikut
anggota direksi dan juga bagi
bergabung diperseroan untuk
anggota direksi yang pernah
menjadi direksi.
sehingga
tidak
menjabat dalam jangka waktu
2. Mengenai
lima tahun sebelum putusan
direksi
pailit diucapkan, maka anggota
secara riil dan jernih, sehingga
direksi
dapat dibedakan apakah direksi
bertanggung
jawab
tanggung
ada
harus
dilihat
secara
secara tanggung renteng. Tapi
itu
jika
pertanggung jawabannya secara
Direksi
bisa
tidak
bertanggung jawab jika bisa
bisa
jawab
dimintakan
hukum atau tidak.
membuktikan bahwa Kepailitan
tersebut
bukan
karena
Daftar Pustaka
kesalahannya, telah melakukan
pengurusan dengan itikad baik,
kehati-hatian
tanggung
dan
jawab
penuh
untuk
Adrian Sutedi, Hukum Perbankan,
Suatu Tinjauan Pencucian
Uang, Merger, Likuidasi dan
Kepailitan, Sinar Grafika,
Jakarta, 2006.
kepentingan Perseroan sesuai
dengan
maksud
perseroan,
tidak
dan
tujuan
mempunyai
Ahmad Yani dan Gunawan Wijaya,
Kepailitan, Rajawali Press,
Jakarta, 1999.
31
Ali Rido, S.H,, Badan Hukum dan
Kedudukan Badan Hukum
Perseroan,
Perkumpulan,
Koperasi,
Yayasan,Wakaf,
Alumni, Bandung, cet. I,
1977.
HP. Pangabean, Penerapan Asasasas Peradilan dalam Kasus
Kepailitan, Jurnal Hukum
Bisnis, Vol 7, 1999,HPHB.
Jono,
Hukum Kepailitan, Sinar
Grafika, Jakarta, 2007.
Crahatamarrastid,
Menyingkap
tabir perseroan (Piercing
the
Corporate
Veil),
bandung,
Citra
Aditya
Bhakti, 2000.
Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam
Teori dan Praktek, Citra
Aditya, Bandung, 1999.
C.S.T.
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan
Azaz-azas Hukum Perdata,
PT. Alumni, Bandung. 2006.
Kansil, Latihan Ujian
Pengantar
Ilmu
Hukum,
Sinar
Grafika,
Jakarta,
1992.
Fred BG Tambunan, Mencermati
Pokok-pokok Undang-undang
Kepailitan
yang
diubah
Perpu No.1/1998, News
Letter, No.3 IX Juni/1998.
Gunawan Widjaya, Tanggungjawab
Direksi
Atas
Kepailitan
Perseroan, Cet.2, Rajawali
Press, 2004.
Sri Rezeki Hartono, Hukum Perdata
sebagai hukum kepailitan
modern, Majalah Hukum
Nasional No.2 Tahun 2000.
Sri Soemantri Hartono, Pengantar
Hukum
Kepailitan
dan
Penundaan
Pembayaran,
Liberty, Yogyakarta, 1981.
Sutan
Reny Syahdeni, Hukum
Kepailitan,
PT.
Pustaka
Utama Grafiti, jakarta 2002.
32
Download