Pengukuran Medan Elektromagnetik Bebas pada Area Urban Dan Rural Mana Hilul Irfan(1), Eko Setijadi(2), Wirawan(3) Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro – FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Surabaya – 60111 menghasilkan medan magnet. Proses transfer energi dilakukan menggunakan prinsip resonansi, dimana energi ditransfer pada frekuensi yang sama pada pengirim dan penerima. Salah satu aplikasi dari wireless power transmission (WPT) ini adalah pemanenan gelombang elektromagnetik bebas untuk diubah menjadi energi listrik. Hal itu dapat dimungkinkan dengan penggunaan rectifier antenna (rectenna) di bagian penerima yaitu alat yang dapat mengubah gelombang elektromagnetik menjadi arus listrik. Aplikasi wireless power transfer seperti ini kelak sangat berguna untuk menyuplai kebutuhan energi listrik di daerah yang sulit dijangkau setidaknya bagi perangkat berdaya rendah seperti sensor.[1] Untuk memulai perenanaan sistem transfer energi tanpa kabel, perlu dilakukan pemetaan potensi gelombang elektromagnetik. Pemetaan frekuensi ini juga dimaksudkan untuk mengetahui rentang frekuensi yang cocok untuk dimanfaatkan lebih lanjut. Penelitian mengenai pemetaan frekuensi yang efektif untuk sistem WPT inilah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini. Abstrak – Sistem komunikasi nirkabel dari tahun ke tahun semakin berkembang dengan makin banyaknya antena pemancar yang dibangun baik dari pemancar televisi, radio, atau BTS terutama di daerah perkotaan (urban). Semakin banyaknya pemancar berarti semakin banyak gelombang elektromagnetik yang beredar di udara bebas. Gelombang elektromagnetik tersebut mempunyai potensi untuk menjadi sumber energi bagi perangkat elektronik berdaya rendah (misalkan sensor). Pada tugas akhir ini dilakukan pengukuran daya medan elektromagnetik bebas pada spektrum frekuensi yang lebar di beberapa titik pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan frekuensi yang tidak ditentukan dan menggunakan beberapa jenis antena. Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa frekuensi dengan kuat medan paling tinggi di wilayah urban adalah frekuensi GSM/CDMA dengan kuat medan 66 dBµV/m sedangkan frekuensi dengan kuat medan paling tinggi di wilayah rural adalah televisi UHF dengan kuat medan 51 dBµV/m. Frekuensi yang paling potensial untuk dimanfaatkan dalam sistem electromagnetic harvesting di wilayah urban adalah GSM/CDMA karena di wilayah urban jarak antar pemancar yang saling berdekatan. Frekuensi radio FM dan televisi UHF lebih potensial dimanfaatkan dalam sistem electromagnetic harvesting di wilayah rural yang jauh dari pemancar karena daya pancar radio FM dan televisi UHF yang besar dan frekuensi yang lebih rendah mengalami redaman propagasi yang lebih kecil. II. TEORI PENUNJANG A. Konsep Wireless Power Transfer Wireless power transfer (WPT) adalah transmisi energi listrik dari sumber listrik ke beban listrik interkoneksi tanpa kabel. Wireless power transfer berbeda dengan transmisi informasi secara wireless. Pada transmisi informasi parameter penting yang digunakan adalah signal to noise ratio (SNR) menjadi parameter penting, pada wireless power transfer efisiensi menjadi parameter paling penting. Wireless power transfer dibagi menjadi dua macam yaitu near field dan far field. Near field berarti transmisi energi listrik dilakukan dalam jarak yang relatif dekat yaitu sekitar beberapa meter saja. Sedangkan far field berarti transmisi energi dilakukan dalam jarak jauh dalam jarak beberapa kilometer. Contoh far field adalah electromagnetic harvesting atau radio frequency harvesting adalah pengambilan medan elektromagnetikuntuk dimanfaatkan sebagai sumber energi l listrik. Sistem electromagnetic harvesting terdiri atas antena, rectifier, dan rangkaian penguat tegangan.[2] Antena diperlukan untuk menangkap medan elektromagnetik sedangkan rectifier digunakan untuk menyearahkan arus listrik yang ditangkap oleh antena dan rangkaian penguat digunakan untuk memperbesar tegangan yang dihasilkan dari medan elektromagnetik yang ditangkap. Sistem rectifier dan penguat tegangan dapat dibuat menjadi satu rangkaian yang disebut dengan power harvester. Kata kunci : Transmisi Daya Tanpa Kabel, Medan Elektromagnetik, Frekuensi, Daya, Antena B I. PENDAHULUAN erkembangnya teknologi, pengiriman informasi populer dilakukan melalui media non kabel, yang disebut wireless. Komunikasi wireless dilakukan dengan cara memanfaatkan gelombang elektromagnetik sebagai media pengiriman informasi. Saat ini tren pengiriman informasi melalui wireless sedang berkembang jauh lebih pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Pertanyaannya sekarang jika teknologi pengiriman informasi secara wireless dapat berkembang begitu pesat, bagaimanakah dengan transmisi energi listrik secara wireless? Sejak dulu Nikola Tesla sebenarnya sudah dapat melakukan transfer energi listrik secara wireless, tetapi hal ini tidak populer dikarenakan transfer energi listrik secara wireless memiliki efisiensi yang rendah. Konsep dasar yang digunakan untuk melakukan transfer energi listrik secara wireless adalah elektromagnetisme, dimana medan magnet yang berosilasi menghasilkan arus listrik, sedang medan listrik yang berosilasi 1 B. Gelombang dan Spektrum Elektromagnetik Gelombang elektromagnetik adalah kombinasi medan listrik dan medan magnet yang saling tegak lurus yang berosilasi dan merambat lewat ruang dan membawa energi dari satu tempat ke tempat yang lain.[3] Mari kita kembali ke persamaan : kecepatan sama dengan frekuensi dikalikan panjang gelombang. Untuk gelombang elektromagnetik, kecepatan adalah c, atau kecepatan cahaya, Dimana c = 3 x 108 m/s. Maka pada gelombang elektromagnetik belaku persamaan : c f . dimana P1 dan P0 adalah dua nilai yang akan kita bandingkan. Biasanya dalam kasus yang kita tangani, nilai tersebut adalah daya. Lebih lanjut tentang unit tanpa dimensi dB, ada besaran relatif yang berbasis pada besaran P0 tertentu. Besaran itu antara lain : dBm yaitu relatif ke P0 = 1 mW dan dBi yaitu relatif ke antena isotropik yang ideal. III. METODOLOGI PENGUKURAN A. Metodologi Penelitian Tahap pertama pengukuran adalah tahap persiapan. Pada tahap persiapan akan dibahas mengenai hal-hal yang dilakukan sebelum pelaksanaan pengukuran. Hal yang termasuk dalam tahap persiapan ini antara lain: studi literatur, pendataan alat, pengujian alat, dan penentuan titik pengukuran. Alat yang digunakan untuk pengukuran adalah spectrum analyzer dan empat macam antena sesuai dengan rentang frekuensi yang akan diukur. Spectrum analyzer adalah alat yang digunakan untuk mengamati komposisi sebaran spektral dari besaran listrik, akustik, frekuensi radio, sinyal RF, sinyal audio, gelombang optik, bahkan digunakan juga untuk mengukur kekuatan spektrum Parameter utama yang diukur pada pengukuran adalah besarnya daya yang diterima oleh spectrum analyzer. Cara kerja pengukurannya adalah antena menangkap sinyal atau medan elektromagnetik bebas kemudian gelombang elektromagnetik ini diteruskan oleh feeder antena ke spectrum analyzer sehingga besarnya daya yang diterima antena dapat terukur oleh spectrum analyzer. Data pengukuran dari spectrum analyzer yang akan diambil untuk keperluan dianalisa adalah daya maksimum yang terekam selama waktu pengukuran. Selain melakukan pengukuran dengan menggunakan spectrum analyzer, pengukuran juga dilakukan dengan power harvester yaitu rangkaian penyearah dan pengali tegangan. Pengukuran dengan power harvester dilakukan untuk mendapatkan data tegangan dari electromagnetic harvesting. Titik atau tempat yang dijadikan pengukuran ada di lima tempat yaitu : lab B406, B301,B304, Pucang Adi IV Surabaya untuk wilayah urban, dan Krian untuk wilayah rural. (2.1) Gelombang elektromagnetik berbeda dengan gelombang mekanik, mereka tidak membutuhkan media untuk berpropagasi. Gelombang elektromagnetik bahkan akan berpropagasi di ruang hampa seperti di ruang angkasa. Cahaya tampak adalah salah satu bentuk gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik termasuk gelombang transversal. Setiap muatan listrik yang memiliki percepatan memancarkan radiasi elektromagnetik. Waktu kawat (atau panghantar seperti antena) menghantarkan arus bolak-balik, radiasi elektromagnetik dirambatkan pada frekuensi yang sama dengan arus listrik. Gelombang elektromagnetik dapat bersifat seperti gelombang atau seperti partikel bergantung pada situasi. Sebagai gelombang, dicirikan oleh kecepatan (kecepatan cahaya), panjang gelombang, dan frekuensi. Kalau dipertimbangkan sebagai partikel, mereka diketahui sebagai foton.[4] Gelombang elektromagnetik meliputi frekuensi, maupun panjang gelombang, yang sangat lebar. Wilayah frekuensi dan panjang gelombang ini sering disebut sebagai spectrum elektromagnetik. Spektrum gelombang elektromagnetik adalah susunan semua bentuk gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya. Gelombang radio menggunakan bagian dari spectrum elektromagnetik dimana gelombangnya dapat di bangkitkan dengan memasukan arus bolak balik ke antena. Semua gelombang elektromagnetik akan membawa energi. Jumlah energi yang di terima pada satu waktu tertentu di sebut daya. Daya adalah kunci utama yang memungkinan komunikasi wireless dapat beroperasi. Medan listrik di ukur dalam V/m (beda potensial per meter), daya yang ada di dalam-nya setara dengan medan listrik di kuadratkan. (P ~ E2). Secara praktis, kita dapat mengukur daya menggunakan sejenis penerima, misalnya, sebuah antena dan voltmeter, power meter, atau osiloskop. Melihat secara langsung daya yang ada di sinyal pada dasarnya melihat kuadrat dari sinyal dalam Volt (tegangan). Teknik terpenting untuk menghitung daya adalah melakukan perhitungan dengan desibel (dB). Desibel adalah sebuah unit tanpa dimensi, yang di defisinikan berupa hubungan antara dua daya yang kita ukur. Desibel di definisikan sebagai: P dB 10 log 1 P0 Start Tahap Persiapan Pengukuran Dengan Spectrum Analyzer Pengukuran Dengan Power Harvester Analisa Data (2.2) 1 2 IV. ANALISIS DATA 1 A. Pengukuran Kuat Medan pada Frekuensi Radio FM Pada pengukuran radio FM, pengukuran dilakukan untuk setiap frekuensi stasiun pemancar radio yang telah didata sebelumnya. Bandwidth atau lebar pita yang diukur untuk setiap pemancar radio adalah 0,4 MHz. Kesimpulan Stop Gambar 1. Diagram Alir Pengukuran B. Frekuensi Yang Akan Diukur Frekuensi yang diukur dalam pengukuran adalah frekuensi yang umum dipergunakan untuk keperluan telekomunikasi wireless. Frekuensi yang akan diukur antara lain : Radio FM Berdasarkan KM Menteri Perhubungan Nomor 15 Tahun 2003, rentang frekuensi radio FM adalah antara 87,5108 MHz. Rentang frekuensi tersebut dibagi menjadi 204 kanal dengan pengkanalan frekuensi merupakan kelipatan dari 100 Hz. Adapun frekuensi-frekuensi pada radio FM yang akan diukur adalah sebanyak 22 buah. Frekuensi yang diukur tersebut adalah beberapa frekuensi stasiun pemancar radio dengan daerah layanan Surabaya dan sekitarnya. Gambar 2. Grafik Pengukuran Kuat Medan Radio FM Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa pada pengukuran di B406 terdapat selisih sebesar 2 dB antara pengukuran di indoor dengan outdoor atau rata-rata kuat medan yang terukur pada outdoor lebih besar 1,7 kali daripada di indoor. Pada pengukuran di B301 dapat diketahui bahwa terdapat selisih rata-rata daya yang terukur radio FM pada siang hari dengan malam hari adalah 3 dB atau rata-rata daya terima radio FM pada malam hari mengalami penurunan sebesar 2 kali dibandingkan pada siang hari. Kuat medan paling tinggi adalah di Pucang dengan 61 dBµV/m karena wilayah Pucang relatif dekat dengan pemancar radio FM. Televisi Analog UHF Berdasarkan KM Menteri Perhubungan Nomor 76 Tahun 2003, rentang frekuensi televisi analog UHF adalah antara 478-806 MHz dengan lebar kanal 8 MHz. Adapun frekuensi-frekuensi yang diukur adalah frekuensi dari pemancar stasiun televisi yang berjumlah 11. Pemancar stasiun televisi yang diukur adalah pemancar stasiun televisi nasional di wilayah Surabaya. B. Pengukuran Kuat Medan pada Frekuensi Televisi UHF Pada pengukuran pada frekuensi televisi UHF, pengukuran dilakukan untuk setiap frekuensi stasiun pemancar televisi yang telah didata sebelumnya. Bandwidth atau lebar pita yang diukur untuk setiap pemancar televisi adalah 8 MHz. GSM Dan CDMA Telekomunikasi selular yang paling banyak digunakan di Indonesia saat ini adalah Global System for Mobile Communication (GSM) dan Code Division Multiple Access (CDMA). Frekuensi yang akan diukur pada pengukuran adalah frekuensi GSM 900 dan CDMA 800. Operator GSM yang bekerja di frekuensi GSM 900 adalah Telkomsel, Indosat, dan Excelcomindo. Sedangkan operator CDMA yang bekerja di frekuensi CDMA 800 adalah Telkom Flexi, Bakrie Telecom, Indosat (Starone), dan Mobile8.[5] Frekuensi yang akan diukur adalah frekuensi downlink yaitu frekuensi yang dipancarkan base station atau BTS untuk terhubung dengan mobile station atau handset. Wi-Fi Gambar 3. Grafik Pengukuran Kuat Medan Televisi UHF Wireless Fidelity (Wi-Fi) adalah sekumpulan standar yang digunakan untuk jaringan lokal nirkabel (WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11. Wi-Fi yang menggunakan standard radio 802.11b and 802.11g. Rentang frekuensi wi-fi yang diukur adalah antara 2,4-2,495 GHz. Rentang frekuensi ini adalah rentang frekuensi yang digunakan oleh access point di sekitar tempat pengukuran. Pada pengukuran di B406 dapat diketahui bahwa rata-rata kuat medan antara pengukuran di indoor dan outdoor terdapat selisih 1 dB atau kuat medan di indoor lebih besar 1,26 kali daripada kuat medan di outdoor. Pada pengukuran di B301 dapat diketahui bahwa antara pengukuran pada siang hari dan malam hari terdapat selisih 1 dB atau kuat medan pada siang hari lebih besar 1,26 kali daripada pada malam 3 hari. Kuat medan tertinggi ada di Pucang dengan rata-rata kuat medan 58 dBµV/m. bila dibandingkan dengan frekuensi lain yang diukur. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi gelombang elektromagnetik semakin besar redaman yang terjadi. Pada pengukuran di B301 terdapat selisih 3 dB antara pengukuran pada siang hari dengan pengukuran di malam hari. Jadi daya yang terukur pada siang hari lebih besar 2,13 kali daripada daya yang terukur pada malam hari. Kuaat medan terbesar yang terukur terjadi pada pengukuran di B304 dengan 73 dBµV/m. Hal ini bisa terjadi dikarenakan letak titik pengukuran B304 adalah yang paling dekat dengan access point. Kuat medan maksimum frekuensi wifi berbeda dengan frekuensi lainnya. Kuat medan maksimum frekuensi wi-fi tidak terjadi dalam waktu yang lama atau tidak kontinyu. C. Pengukuran Kuat Medan pada Frekuensi GSM/CDMA Pada pengukuran pada frekuensi GSM dan CDMA, frekuensi yang diukur adalah frekuensi dari GSM 900 dan CDMA 800. Rentang frekuensi yang akan diukur untuk setiap operator disesuaikan dengan data alokasi frekuensi untuk operator seluler dari Dirjen Postel. E. Pengamatan Perilaku Pemancar Radio FM Dan Televisi UHF Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai perilaku dari pemancar radio FM dan televisi UHF yaitu gambaran mengenai ketersediaan sumber energi dari electromagnetic harvesting frekuensi radio FM dan televisi selama 24 jam. Pengukuran dilakukan dengan mengukur level daya terima dari masing-masing frekuensi sebanyak 5 waktu yang merepresentasikan waktu 24 jam. Gambar 4. Grafik Pengukuran Daya Frekuensi GSM Dan CDMA Pada pengukuran di B406 dapat diketahui bahwa terdapat selisih 6 dB antara kuat medan di indoor dengan di outdoor atau dengan kata lain daya terima di outdoor lebih besar 3,98 kali daripada daya terima di indoor. Selisih antara daya terima outdoor dengan daya terima indoor frekuensi GSM/CDMA. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi yang lebih tinggi mengalami redaman yang lebih besar ketika melewati penghalang. Antara wilayah urban dengan rural terdapat selisih kuat medan yang cukup besar yaitu 16 dBµV/m karena jarak antar pemancar GSM/CDMA di wilayah urban yang lebih dekat daripada di wilayah rural. D. Pengukuran Kuat Medan pada Frekuensi Wi-Fi Pada pengukuran pada frekuensi Wi-Fi, frekuensi yang diukur mulai dari 2,4 GHz sampai 2,5 GHz yang merupakan bandwidth dari protocol 802.11 b/g. Protokol ini adalah protocol yang digunakan oleh hampir semua access point sekarang ini. Pengukuran hanya dilakukan pada lab B406, B301, dan B304. Gambar 6. Grafik Pengamatan Perilaku Pemancar Radio FM Dan Televisi UHF Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pada pukul 2 dini hari, daya terima radio FM mengalami penurunan yang cukup tajam. Hal ini terjadi dikarenakan sebagian besar pemancar radio FM tidak aktif sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku pemancar radio FM adalah dalam 24 jam pemancar radio FM sebagian besar aktif pada pagi hari sampai malam hari atau sekitar 12-20 jam. Sementara itu grafik daya terima pada frekuensi televisi UHF pada pukul 2 dini hari terjadi penurunan daya terima yang tidak terlalu besar. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar pemancar televisi UHF masih aktif. Dari hal ini bisa ditarik kesimpulan bahwa perilaku dari pemancar televisi adalah sebagian besar aktif selama 24 jam. F. Pengukuran Menggunakan Power Harvester Frekuensi Radio FM Pengukuran menggunakan power harvester pada frekuensi radio FM dilakukan di depan ruang B406. Pengukuran tegangan diambil pada selang waktu 10 detik. Dari data grafik diketahui tegangan maksimal yang terukur adalah 1,373 V dan tegangan rata-rata adalah 0,773 V. Tegangan mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak stabil. Hal ini bisa Gambar 5. Grafik Pengukuran Daya Pada Frekuensi Wi-Fi Pada pengukuran frekuensi wifi di B406 dapat kita ketahui bahwa terdapat selisih 11 dB antara pengukuran di indoor dengan outdoor atau kuat medan maksimum yang terukur di indoor 12,59 kali lebih besar daripada kuat medan maksimum yang terukur di outdoor. Selisih ini merupakan yang terbesar 4 dikarenakan mekanisme charge-discharge pada kapasitor dalam rangkaian power harvester. Frekuensi Wi-Fi Pada pengukuran frekuensi wi-fi, perangkat access point diatur sedemikian rupa sehingga mengeluarkan daya maksimum pada waktu yang cukup lama yaitu dengan cara file sharing pada dua perangkat laptop. Dari grafik tegangan yang diterima pada power harvester ini dapat diketahui bahwa tegangan maksimal yang dihasilkan bernilai 2,482 V dan tegangan rata-rata 2,291 V. Gambar 7. Grafik Tegangan Terhadap Waktu pada Pengukuran Frekuensi Radio FM Frekuensi Televisi UHF Pengukuran menggunakan power harvester pada frekuensi televisi UHF dilakukan di depan ruang B406. Hasil yang diperoleh pada pengukuran dapat dilihat pada grafikdi gambar 8 bahwa tegangan yang terukur stabil dengan tegangan tertinggi 0,698 V dan tegangan rata-rata 0,378 V. Antena diletakkan pada tripod dan diarahkan hingga mencapai kondisi terbaik. Hal ini disebabkan antena bersifat direksional. Gambar 9. Grafik Tegangan Terhadap Waktu pada Pengukuran Frekuensi GSM Dan CDMA V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada kegiatan analisa data terhadap data pengukuran, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pengukuran, frekuensi dengan kuat medan paling tinggi di wilayah urban adalah frekuensi GSM/CDMA dengan kuat medan 66 dBµV/m sedangkan frekuensi dengan kuat medan paling tinggi di wilayah rural adalah televisi UHF dengan kuat medan 51 dBµV/m. 2. Frekuensi yang paling potensial untuk dimanfaatkan dalam sistem electromagnetic harvesting di wilayah urban adalah GSM/CDMA karena di wilayah urban jumlah pemancar GSM/CDMA yang banyak dan jarak antara pemancar yang saling berdekatan. Hal ini diperkuat dengan hasil pengukuran menggunakan power harvester dimana pengukuran frekuensi GSM/CDMA menghasilkan tegangan output yang stabil dan tinggi. 3. Gelombang elektromagnetik dengan frekuensi rendah seperti radio FM dan televisi UHF lebih potensial dimanfaatkan dalam sistem electromagnetic harvesting di wilayah rural yang jauh dari pemancar. Hal ini dikarenakan daya pancar radio FM dan televisi UHF yang besar dan frekuensi yang lebih rendah mengalami redaman propagasi yang lebih kecil. 4. Perilaku pemancar telekomunikasi selama 24 jam relatif stabil kecuali pada frekuensi radio FM karena sebagian besar pemancar radio FM aktif tidak selama 24 jam penuh. Gambar 8. Grafik Tegangan Terhadap Waktu pada Pengukuran Frekuensi Televisi UHF Frekuensi GSM Dan CDMA Pengukuran menggunakan power harvester pada frekuensi GSM dan CDMA dilakukan di depan ruang B406. Pengukuran tegangan diambil pada selang waktu 10 detik. Dari data grafik diketahui tegangan maksimal yang terukur adalah 1,212 V dan tegangan rata-rata adalah 1,084 V. Gambar 9. Grafik Tegangan Terhadap Waktu pada Pengukuran Frekuensi GSM Dan CDMA 5 B. Saran Adapun beberapa hal yang dapat dijadikan perrtimbangan maupun saran dalam pelaksanaan tugas akhir ini guna pengembangan penelitian selanjutnya antara lain : 1. Melakukan pengukuran di sekitar frekuensi 1800 MHz, 1900 MHz dan 2100 MHz, karena beberapa operator GSM dan CDMA di Indonesia mempunyai kanal di frekuensi sekitar 1800 MHz dan 1900 MHz. Selain itu, makin berkembangnya layanan sistem komunikasi seluler generasi ketiga (3G) dengan makin banyaknya BTS yang mendukung teknologi 3G yang bekerja pada frekuensi sekitar 2100 MHz sehingga dirasa perlu dilakukan pengukuran di frekuensi tersebut. 2. Untuk pengukuran di setiap rentang frekuensi digunakan dua atau lebih macam antena untuk membandingkan antena mana yang lebih efektif atau dapat menghasilkan daya maksimum yang terukur lebih besar. REFERENSI [1] [2] [3] [4] [5] Alanson Sample and Joshua R. Smith, “Experimental Results with Two Wireless Power Transfer Systems”, University of Washington, Seattle, WA 98195, 2009 Penela-Lopez and Gasulla-Forner, “Powering Autonomous Sensors”, Springer Dordrecht Heidelberg, New York, 2011 Yarman, Binboga S., “Design of Ultra Wideband Power Transfer Network”, John Willey & Sons Ltd, West Sussex, Ch.2, 2010 Friendly, Hacker. “Wireless Networking in the Developing World”, wnwd.net, New York, Ch.2, 2007 Dirjen Postel, ”Alokasi Frekuensi Operator Seluler (Mobile/FWA)”<URL:http://www.ditfrek.postel.go.id/postel/? idm=5&id=95&ids=155, Diakses 14/04/11 Mana Hilul Irfan dilahirkan di Sidoarjo, 10 Mei 1989. Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Lutfi Agus Riyono dan Anisah. Penulis memulai pendidikan formalnya di SDN Krian IV Sidoarjo dari tahun 1995-2001. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SLTPN 1 Krian pada tahun 2001-2004. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikan ke SMAN 1 Krian pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Setelah menamatkan SMA, penulis melanjutkan studinya ke Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya melalui jalur SPMB pada tahun 2007 dan mengambil Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia. Penulis juga aktif dalam kegiatan laboratorium seperti Asisten Praktikum Dasar Sistem Telekomunmikasi dan Asisten Praktikum Komunikasi Data Dan Pengolahan Sinyal Digital. 6