Nama: Anisa N Anggraeni NPM: 10212933 Jenjang / Jurusan: S1 / Manajemen Pembimbing: Christiana Wulandari, SE., M.I.Kom ANALISIS RASIO KEUANGAN PT GARUDA INDONESIA TBK SEBELUM DAN SESUDAH MELEPAS SBU CITILINK MENJADI PT CITILINK INDONESIA Latar Belakang • • Dalam dunia usaha pada umumnya setiap perusahaan memiliki laporan keuangan mengenai keadaan keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan tersebut dibuat dengan tujuan untuk menganalisis kinerja, menilai kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan yang telah dicapai di waktu lalu dan waktu yang sedang berjalan. Untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan diperlukan adanya analisa terhadap laporan keuangan. Dalam hal ini, analisis laporan keuangan yang digunakan adalah suatu rasio yang mampu menggambarkan keadaan dan perkembangan suatu perusahaan. Sebagai perusahaan penerbangan pertama dan terbesar di Indonesia, Garuda Indonesia wajib mempertahankan eksistensi nya dalam industri penerbangan Indonesia. Belakangan ini, bermunculan maskapai penerbangan dengan konsep Low Cost Carrier atau penerbangan biaya murah yang mengakibatkan Garuda Indonesia harus mengubah strategi bisnis nya. Garuda Indonesia mendirikan Citilink sebagai Strategic Business Unit yang melayani penerbangan dengan konsep LCC dengan tujuan menggarap pasar menegah ke bawah, sedangkan Garuda Indonesia tetap konsisten menggarap pasar menengah ke atas. Rumusan dan Batasan Masalah Rumusan Masalah • Bagaimana rasio keuangan PT Garuda Indonesia Tbk sebelum melepas SBU Citilink menjadi PT Citilink Indonesia? • Bagaimana rasio keuangan PT Garuda Indonesia Tbk sesudah melepas SBU Citilink menjadi PT Citilink Indonesia? Batasan Masalah Dalam penulisan ini, penulis membatasi analisis rasio yang terdiri dari: • Rasio Likuiditas, yaitu: Current Ratio, Cash Ratio dan Quick Ratio • Rasio Solvabilitas, yaitu: Debt to Equity Ratio, Debt to Assets Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio dan Times Interest Earned • Rasio Profitabilitas, yaitu: Gross Profit Margin Ratio, Net Profit Margin Ratio, Return on Assets dan Return on Equity • Rasio Aktivitas, yaitu: Total Assets Turnover, Fixed Assets Turnover dan Working Capital Turnover Tujuan Penelitian • Untuk mengetahui rasio keuangan PT Garuda Indonesia sebelum melepas SBU Citilink menjadi PT Citilink • Untuk mengetahui rasio keuangan PT Garuda Indonesia sesudah melepas SBU Citilink menjadi PT Citilink Pembahasan • Rasio Likuiditas Ratio 2011 2013 Current 1,16 0,83 Cash 0,65 0,48 Quick 1,04 0,74 2011 2013 Debt to Equity 1,25 1,64 Debt to Assets 0,56 0,62 Long Term to Equity 0,55 0,76 Time Interest Earned 4,42 25,7 • Rasio Solvabilitas Ratio Pembahasan • Rasio Profitabilitas Ratio 2011 2013 Gross Profit Margin 0,029 0,015 Net Profit Margin 0,021 0,003 Return on Assets 0,031 0,0038 Return on Equity 0,069 0,01 • Rasio Aktivitas Ratio 2011 2013 Total Assets Turnover 1,49 1,26 Fixed Assets Turnover 2,32 1,74 Working Capital Turnover 29,73 -22,25 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan pada pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: • Dilihat dari rasio likuiditas PT Garuda Indonesia Tbk sebelum melepas SBU Citilink menjadi PT Citilink Indonesia pada tahun 2011 dalam keadaan likuid. Sedangkan setelah melepas SBU Citilink menjadi PT Citilink Indonesia pada tahun 2013, rasio ini mengalami penurunan yang disebabkan meningkatnya kewajiban lancar melebihi ketersediaan kas dan aktiva lancar sehingga membuat perusahaan dalam keadaan ilikuid. • Dilihat dari rasio solvabilitas PT Garuda Indonesia Tbk sebelum dan sesudah melepas SBU Citilink menjadi PT Citilink Indonesia dalam keadaan solvabel yang berarti perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Kesimpulan • Dilihat dari rasio profitabilitas PT Garuda Indonesia Tbk sebelum dan sesudah melepas SBU Citilink menjadi PT Citilink Indonesia pada tahun 2011 dalam keadaan profit atau menghasilkan keuntungan walaupun terdapat penurunan laba pada tahun 2013. • Dilihat dari rasio aktivitas PT Garuda Indonesia Tbk sebelum dan sesudah melepas SBU Citilink menjadi PT Citilink Indonesia menunjukan bahwa perusahaan telah memanfaatkan aset yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Walaupun terjadi penurunan rasio, namun tidak menunjukan adanya penumpukan aset atau kurang pemanfaatan pada aset yang dimiliki. Hasil negatif terdapat pada perhitungan rasio perputaran modal kerja yang disebabkan jumlah kewajiban lancar lebih besar dari jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan Saran Berdasarkan kesimpulan, saran yang dapat dikemukakan oleh penulis adalah: • Perusahaan diharapkan dapat mengantisipasi kenaikan jumlah kewajiban lancar yang dimiliki dengan menambah jumlah aktiva lancar dan kas yang tersedia atau dengan menekan kenaikan jumlah kewajiban lancar. Meskipun perusahaan mengalami ilikuid, sangatlah mungkin perusahaan dapat memenuhi kewajiban lancarnya melalui sumber dana lain. • Untuk meningkatkan profitabilitasnya, perusahaan harus berupaya menekan beban usaha melalui efisiensi operasionalnya serta efisiensi pelayanan sehingga laba yang diharapkan dapat dicapai. • Hasil rasio perputaran modal kerja yang negatif dapat dicegah dengan menaikan jumlah aktiva lancar dan menekan kenaikan jumlah kewajiban lancar yang dimiliki.