BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 5.1.1 Letak, kondisi geografis, dan topografi Kabupaten Bangli terletak di tengah-tengah pulau Bali, dan menjadi satusatunya kabupaten yang tidak mempunyai pantai di Provinsi Bali. Secara geografis, Kabupaten Bangli terletak pada 115013’ 43” sampai 1150 27’ 24” Bujur Timur, dan 80 08’ 30” sampai 080 31’ 07” Lintang Selatan. Kabupaten Bangli terdiri dari empat kecamatan, yaitu Kecamatan Bangli, Tembuku, Susut, dan Kintamani. Dari empat kecamatan tersebut, 70% dari luas daerah Kabupaten Bangli terletak di Kecamatan Kintamani. Kecamatan Kintamani menguasai 366,92 km2 dari 480,61 km2 luas Kabupaten Bangli. Secara geografis, Kecamatan Kintamani terletak pada 9.097.357,50 m s.d. 9.076.529,26 m Lintang Selatan, dan 305.346,84 m s.d. 329.210,17 m Bujur Timur. Daerah penelitian ini berada pada ketinggian 900 s.d. 1.550 m dpl, dengan kondisi topografi landai hingga berbukit. Tingkat kemiringan lahan pada daerah penelitian berada pada kondisi ds.d. tar hingga kemiringan 60%, dengan sebagian besar wilayah Kecamatan Kintamani merupakan pedesaan (99%). Gambaran kondisi geografis daerah penelitian disajikan pada Gambar 5.1. Sedangkan luas wilayah masing-masing kecamatan di Kabupaten Bangli selengkapnya disajikan pada Tabel 5.1. 58 59 Gambar 5.1 Kondisi Geografis Daerah Penelitian Tabel 5.1 Luas Wilayah Tiap-tiap Kecamatan di Kabupaten Bangli Kecamatan Susut Bangli Tembuku Kintamani Jumlah Luas wilayah (km2) Pedesaan Perkotaan 31,83 17,80 36,90 19,36 48,32 363,56 3,36 480,61 40,20 Sumber. BPS (2008, dalam PPLH Unud, 2009) Kecamatan Kintamani memiliki topografi yang bergelombang hingga berbukit, dengan tingkat kemiringan lahan berkisar antara 0 s.d. 60%. Daerah ini terletak berada pada ketinggian 900 s.d. 1.550 m dpl. Sebagian besar wilayahnya merupakan lahan perkebunan, yaitu 13.860,48 ha (37,6%), tegalan 10.858,46 ha (29,5%), semak 3,862,99 ha 910,5%), dan hutan 2.884,36 (7,8%), serta beberapa penggunaan lainnya. Penggunaan lahan di kecamatan kintamani selengkapnya disajikan pada Tabel 5.2. 60 Tabel 5.2 Penggunaan Lahan di Kecamatan Kintamani Tahun 2000 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jenis penggunaan lahan Bangunan Sawah tadah hujan Tanah kosong Pemukiman Rumput Air Hutan Semak Tegalan/ladang Kebun/perkebunan Jumlah Luas (ha) 0,13 98,21 934,12 1.331,52 1.410,48 1.651,32 2.884,36 3.862,99 10.858,46 13.860,48 36.892,05 (%) 0,0 0,3 2,5 3,6 3,8 4,5 7,8 10,5 29,5 37,6 100,0 Sumber: Bakosurtanal (2000) 5.1.2 Agroklimat A. Curah hujan Curah hujan di Kecamatan Kintamani mencapai 2.990 mm/tahun, dengan enam setengah bulan basah, empat setengah bulan kering, dan satu bulan lembab. Berdasarkan data curah hujan Badan Meteorologi dan Geofisika stasiun Kintamani, pada periode tahun 2008 s.d.2010 curah hujan berkisar 1.227,50 s.d. 2.896,00 mm/th. Pada Periode tersebut, pada tahun 2010 memiliki curah hujan dan hari hujan paling tinggi, seperti disajikan pada Tabel 5.3. Bulan basah terjadi pada bulan Desember hingga pertengahan bulan Mei, sedangkan bulan kering terjadi pada bulan Juni s.d. Oktober. Temperatur daerah ini berada pada 15oC s.d. 25oC, dengan kelembaban 80% hingga 99%. Sebaran curah hujan bulanan disajikan pada Gambar 5.2, dan hari hujan pada Gambar 5.3. 61 Tabel 5.3 Curah Hujan dan Hari Hujan di Kecamatan Kintamani Tahun 2008 s.d. Tahun 2010 Tahun 2008 2009 2010 Total curah hujan 1,427.50 2,486.00 2,896.00 Hari hujan 54 70 128 Sumber: BMG (2011) Curahu hujan 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Bulan Sumber: BMG (2011) 2008 2009 2010 Gambar 5.2 Curah Hujan Bulanan di Kecamatan Kintamani Tahun 2008 s.d. Tahun 2010 Hari hujan 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Bulan Sumber: BMG (2011) Gambar 5.3 Hari Hujan di Kecamatan Kintamani Tahun 2008 s.d. Tahun 2010 2010 2009 2008 62 B. Jenis tanah Jenis tanah di Kawasan Kintamani adalah tanah Regosol, lebih spesifik regosol coklat, regosol kelabu, dan regosol humus. Tanah regosol terbentuk dari abu volkan intermedier dengan kondisi fisiografi kerucut volkon, lembah kaldera, serta lunggul volkan. Bentuk wilayah di Kecamatan Kintamani yaitu landai, bergelombang, berombak, dan bergunung. Secara alami, tanah jenis ini dapat ditumbuhi oleh berbagai macam jenis vegetasi. Adapun morfologi jenis tanah yaitu solum tanah tipis hingga tebal, tanpa horison atau horison alterasi lemah. Warna tanah umumnya kelabu hingga kuning, dengan batas horison terselubung dengan tekstur pasir dengan kadar liat kurang dari 40%. Struktur tanah berbutir tunggal atau tanpa struktur, dengan konsentrasi gembur. Sifat kimia tanah pada umuumnya mempunyai kemasaman tanah yang sangat bervariasi, kandungan bahan organik rendah, kejenuhan basa bervariasi,daya adsopsi rendah, kandungan unsur hara bervariasi, permeabiilitas tinggi, dan kepekaan tanah terhadap erosi besar. Jenis-jenis tanah di Kecamatan Kintamani disajikan pada Tabel 5.4. dan Gambar 5.4. Tabel 5.4 Jenis Tanah di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli Bahan induk Abu volkom intermedier Fisiografi Kerucut Volkom Bentuk wilayah Bergelombang sampai Bergunung Jenis tanah Regosol Coklat Abu volkom intermedier Kerucut Volkom Bergelombang sampai Bergunung, Melandai Regosol Kelabu 680,335 Abu volkom intermedier Lembah Kaldera Melandai sampai Berombak Regosol Kelabu 4.829,379 Abu volkom intermedier Kerucut Volkom Bergelombang sampai Bergunung, Melandai Regosol Kelabu 7.408,997 Abu volkom intermedier Kerucut dan lungur volkan Bergelombang Sampai Bergunung, Melandai Regosol Humus 17.364,801 Sumber: Bakosurtanal (2000) Luas (ha) 583,974 63 Gambar 5.4 Peta Jenis Tanah di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli 5.1.3 Penduduk Hasil sesnsus penduduk tahun 2010 menunjukkan penduduk Kecamatan Kintamani adalah sebanyak 90.150 jiwa. Jumlah rumah tangga sebanyak 24.476 sehingga rata-rata anggota rumah tangga adalah tiga s.d. empat jiwa tiap rumah tangga. Sedangkan, berdasarkan hasil registrasi penduduk keadaan akhir tahun 2009, jumlah penduduk di Kecamatan Kintamani adalah sebanyak 91.796 jiwa. Jika dibandingkan luas daerah Kecamatan Kintamani yaitu 366,92 km 2, rata-rata kepadatan penduduknya adalah 250 jiwa/km2. Jumlah penduduk dari tahun ke tahun terus mengalami pertambahan. Periode 2006 s.d. 2009 terjadi peningkatan jumlah dan kepadatan penduduk. Kondisi kependudukan di Kecamatan Kintamani disajikan pada Tabel 5.5. 64 Tabel 5.5 Perkembangan Penduduk Kecamatan Kintamani Tahun 2005 s.d. tahun 2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Luas 366,92 366,92 366,92 366,92 366,92 Penduduk (orang) Janis kelamin Laki-laki Perempuan 44.743 44.694 45.000 45.004 45.328 45.340 45.516 45.534 45.847 45.949 Jumlah 89.437 90.004 90.668 90.870 91.796 Kepadatan (orang/km2) 244 245 247 248 250 Sumber: BPS Kabupaten Bangli (2010) Sebagaian besar penduduk di Kecamatan Kintamani berada pada usia produktif, yaitu 62,81% pada kisaran umur 15 tahun s.d. 65 tahun. Sedangkan komposisi antara penduduk laki-laki dan perempuan relatif seimbang. Rincian komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur disajikan pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Jumlah Penduduk Kecamatan Kintamani Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008 dan Tahun 2009 No 1 2 3 Kelompok umur 0-14 15-64 > 64 Tahun 2008 Tahun 2009 Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (orang) (orang) (orang) (orang) 14.092 13.945 14.194 14.028 28.775 28.732 28.826 28.835 2.695 2.937 2.827 3.086 Sumber: BPS Kabupaten Bangli (2010) 5.2 Perkebunan dan Produksi Kopi 5.2.1 Perkebunan Kecamatan Kintamani terdiri dari empat puluh delapan desa. Dari jumlah tersebut, hampir semua desa memiliki perkebunan kopi, kecuali di Desa Songan A dan Songan B. Namun demikian, perkebunan kopi tidak tersebar secara merata di desa-desa 65 tersebut. Perkebunan kopi terkonsentrasi di wilayah barat dan utara, serta sebagian pada bagian selatan Kecamatan Kintamani. Data periode 2007 s.d. 2010 menunjukkan luas lahan perkebunan kopi arabika di Kecamatan Kintamani mengalami penurunan. Penurunan terjadi pada periode 2007 s.d. 2009, namun kembali mengalami peningkatan pada tahun 2010. Sebaran perkebunan kopi di Kecamatan disajikan pada Gambar 5.5, sedangkan luas perkebunan kopi disajikan pada Tabel 5.7. Gambar 5.5 Persebaran Perkebunan Kopi di Kecamatan Kintamani Tahun 2007 s.d. Tahun 2010 Tabel 5.7 Perkembangan Perkebunan Kopi Arabika di Kecamatan Kintamani Tahun 2007 s.d. Tahun 2010 No 1 2 3 4 Keterangan Peremajaan Tanaman baru Pengurangan Luas perkebunan 2007 117.00 12.56 31.07 3,606.99 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Bali (2011) Tahun 2008 2009 17.66 91.33 11.62 25.95 85.60 3,581.04 3,507.06 2010 56.00 22.50 12.71 3,516.85 66 5.2.2 Produksi Perkembangan Kopi Arabika di Provinsi Bali mengalami fluktuasi. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Bali, puncak produksi kopi terjadi pada tahun 1997 dan tahun 2000. Namun perioda tahun 2000 s.d. 2006 mengalami penurunan, terutama pada periode tahun 2001 s.d. 2002. Gambaran perkembangan kopi arabika disajikan pada Gambar 5.6. Sedangkan di Kecamatan Kintamani produksi kopi mengalami peningkatan mulai tahun 2007. Peningkatan produksi tersebut seiring dengan luas tanaman kopi menghasilkan (TM) dan juga luas perkebunan kopi secara keseluruhan pada periode 2007 s.d. 2010 (Gambar 5.7). 14 000 Luas kopi (ha) 12 000 Produksi (t) 10 000 8 000 6 000 4 000 2 000 05 04 03 02 01 00 99 98 97 96 95 94 93 92 06 20 20 20 20 20 20 20 19 19 19 19 19 19 19 90 89 88 87 86 85 84 83 82 81 80 79 91 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 78 0 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Bali (2007) Gambar 5.6 Produksi dan Luas Perkebunan Kopi Arabika di Bali Tahun 1978 s.d. Tahun 2006 Gambar 5.7 menunjukkan musim panen (produksi) terjadi pada triwulan kedua dan ketiga yaitu pada bulan April s.d. bulan September. Sedangkan fase peremajaan, penanaman, pemeliharaan, dan pengurangan atau penggantian dengan tanaman jenis lain dilakukan pada triwulan ke empat dan triwulan pertama tahun berikutnya yaitu pada bulan Oktober s.d. bulan Maret. 67 Produksi kopi Arabika di Kecamatan Kintamani terkonsentrasi di desa-desa yang terletak di wilayah utara dan barat serta di beberapa desa di wilayah selatan. Sebaran produksi lebih jelasnya disajikan pada Gambar 5.8. 4000 Peremajaan 3500 Tan. Baru 3000 Pengurangan 2500 Luas perkebunan kopi 2000 Tanaman Belum Menghasilkan 1500 Tanaman Menghasilkan 1000 Tanaman Tua 500 0 Produksi Rata-rata produksi (kg) Keterangan: 2007_1 : 2007_2 : 2007_3 : 2007_4 : 2008_1 : 2008_2 : 2008_3 : 2008_4 : Tahun 2007 triwulan pertama Tahun 2007 triwulan kedua Tahun 2007 triwulan ketia Tahun 2007 triwulan keempat Tahun 2008 triwulan pertama Tahun 2008 triwulan kedua Tahun 2008 triwulan ketia Tahun 2008 triwulan keempat 2009_1 : 2009_2 : 2009_3 : 2009_4 : 2010_1 : 2010_2 : 2010_3 : 2010_4 : Tahun 2009 triwulan pertama Tahun 2009 triwulan kedua Tahun 2009 triwulan ketia Tahun 2009 triwulan keempat Tahun 2010 triwulan pertama Tahun 2010 triwulan kedua Tahun 2010 triwulan ketia Tahun 2010 triwulan keempat Gambar 5.7 Perkembangan Produksi, Tanaman Menghasilkan, dan Luas Perkebunan Kopi Arabika di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli 5.2.3 Ramalan produksi Berdasarkan data produksi pada tahun 2007 s.d. tahun 2010, serta perkembangan perkebunan kopi Arabika, dan juga grafik tanaman baru dan tanaman yang belum menghasilkan di daerah penelitian, maka produksi kopi Arabika di Kecamatan kintamani pada beberapa tahun berikutinya akan cenderung konstan. Namun khusus untuk produksi pada tahun 2011, diprakirakan akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan daerah penelitian mengalami curah hujan dan hari hujan yang tinggi pada tahun 2010 (Gambar 5.2 dan Gambar 5.3). 68 Curah hujan sangat berpengaruh terhadap produksi kopi arabika. Pengaruh curah hujan terhadap produksi menunjukkan hubungan yang linear dan nyata dengan koefisien determinasi sebesar 42,5% dengan peluang (sig) sebesar 0,348 dengan persamaan Y = 1452.436 + 0,096 curah hujan. Hal ini menunjukkan pengaruh curah hujan terhadap produksi kopi arabika di Kecamatan Kintamani adalah sebesar 42,5%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil analisis regresi linear berganda secara parial dapat dilihat pada Tabel 5.8 dan Tabel 5.9. Gambar 5.8 Persebaran Produksi Kopi Arabika di Kecamatan Kintamani Tahun 2007 s.d. Tahun 2010 Tabel 5.8 Model Summaryb Model Dimension 1 R .652a R square .425 Keterangan: a. Predictors: (Constant), Curah Hujan b. Dependent Variable: Produksi Adjusted R square .137 Std. error of the estimate 86.86339 69 Tabel 5.9 Coefficientsa Model 1 (Constant) Curah hujan Unstandardized coefficients B Std. error 1452.436 177.611 .096 .079 Standardized coefficients Beta .652 t 8.178 1.215 Sig. .015 .348 Keterangan: Dependent Variable: Produksi 5.3 Lokasi Pabrik 5.3.1 Kesesuaiaan lokasi Dari hasil analisis kesesuaian lokasi untuk mendirikan pabrik, diperoleh 67 area lokasi pada tipe I, 278 tipe II, 258 tipe III dan masing-masing satu lokasi untuk tipe IV dan V. Lokasi kelas II merupakan luasan yang tertinggi yang diperoleh dari hasil analisis yaitu 294.973.777 ha. Sedangkan lokasi kelas I hanya 70.680.381 ha. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 5.10. Sedangkan sebaran lokasi kesesuaian lahan lokasi pembangunan pabrik disajikan pada Gambar 5.9A. Tabel 5.10 Kelas Kesesuaian Lahan Lokasi Pendirian Pabrik Pengolahan Kopi Arabika di Kecamatan Kintamani Kelas Jumlah area lokasi Luas area (ton) I 67 70.680.381 II 278 294.973.777 III 258 65.470.763 IV 1 23.735.167 V 1 12.018.321 70 A. Peta kelas lokasi pendirian pabrik B. Peta produksi kopi arabika dan lokasi lahan pabrik Gambar 5.9 Peta Kesesuaian Lahan Berdasarkan Kelas untuk Lokasi Pabrik Kopi Arabika di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Dari hasil analisis kesesuaian lahan untuk pembangunan pabrik kopi arabika seperti yang tersaji pada Gambar 5.9A di atas, maka analisis dilanjutkan dengan melakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk kelas I, sedangkan lokasi pada kelas lainnya tidak dilakukan evaluasi, karena lokasi yang diharapkan adalah lokasi kelas I. Evaluasi dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu melakukan survei lapangan yaitu untuk mengetahui lokasi dan kesesuaiannya, serta berdasarkan peta persebaran produksi dan peta 3D (tiga dimensi). Pengecekan lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi existing sehingga untuk lokasilokasi yang tidak sesuai akan dikeluarkan (dieliminasi) dari lokasi kelas I. Selain itu peta lokasi perkebunan hanya menunjukkan bahwa di daerah tersebut terdapat perkebunan kopi, belum memuat informasi volume produksi, sehingga hasil analisisnya kembali dikoreksi dengan peta sebaran produksi, sehingga lokasi lahan kelas I untuk pendirian pabrik yang terletak pada daerah yang produksinya rendah dapat dieliminasi (dihilangkan). Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, maka beberapa lokasi kelas I dari hasil analisis dieliminasi. Daerah atau lokasi yang 71 dikeluarkan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lokasi yang berada dikawasan kaldera gunung Batur, luasan lokasi kurang dari 1 ha, dan lokasi yang terletak di desa atau daerah dengan produksi yang rendah. Hasil analisis menunjukkan diperoleh 16 lokasi yang dapat dipilih untuk pembangunan pabrik di Kecamatan Kintamani (Gambar 5.9B). 5.3.2 Lokasi pabrik (existing) Hasil Plot lokasi dengan global positioning system (GPS) pada pabrikpabrik pengolahan kopi yang telah ada di daerah penelitian menunjukkan pendirian pabrik berada pada daerah layak berdasarkan hasil analisis. Dari delapan pabrik yang disurvei, hanya dua pabrik yang didirikan pada lokasi yang tidak layak, seperti yang disajikan pada Gambar 5.10. Pabrik yang dibangun diluar lokasi yang layak untuk pendirian pabrik yaitu di Desa Gunungbau dan Desa Buahan. Hasil pengamatan pada dua pabrik tersebut menunjukkan beberapa hal yang menyebabkan lokasi tersebut tidak sesuai berdasarkan variabel yang ditetapkan yaitu; untuk pabrik pengolahan di Desa Gunungbau, pabrik dibangun ditengah-tengah pemukiman dimana tipe penggunaan lahan untuk pemukiman memiliki skor faktor yang rendah. Sedangkan untuk pengolahan di Desa Buahan berada pada lahan yang relatif miring. Beberapa pertimbangan yang menyebabkan pabrik tetap dibangun pada lokasi tersebut yaitu berdasarkan kedekatan dengan bahan baku, karena disekitar pabrik pengolahan terdapat perkebunan kopi. 72 Gambar 5.10 Kesesuaian Lokasi Pabrik yang Telah Dibangun di Lokasi Penelitian Gambar 5.11 Zone Pengelolaan Industri Kopi Arabika di Kecamatan Kintamani 73 5.4 Zone Pengelolaan Zonasi pengelolaan dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi operasional. Berdasarkan kondisi geografis serta akses jalan yang telah terbangun, maka pengelolaan agroindustri Kopi Arabika di Kecamatan Kintamani dibagi ke dalam 4 zone pengelolaan seperti terlinat pada Gambar 5.11. 5.4.1 Zone I Zone I terdiri atas 12 Desa yang membentang di wilayah barat hingga barat laut Kecamatan Kintamani. Desa-desa yang termasuk dalam Zone I merupakan daerah dengan perkebunan tinggi (Tabel 5.11). Tabel 5.11 Kondisi Potensi Perkebunan Kopi Arabika Zone I di Kecamatan Kintamani Keterangan Luas perkebunan TM Produksi Rata-rata produksi TBM Peremajaan Pengurangan Tanaman baru Satuan ha ha ton kg ha ha ha ha Tahun 2007 2,133.78 1,569.49 1,003.73 639.52 428.33 72.00 30.57 12.56 2008 2,113.74 1,748.38 1,049.09 600.04 369.97 8.06 20.04 - 2009 2,059.51 1,734.15 1,037.55 598.30 416.29 43.82 58.23 4.00 2010 2,049.15 1,790.18 1,076.90 601.56 387.22 34.45 10.36 - Keterangan: TM : tanaman menghasilkan TBM : tanaman belum menghasilkan 5.4.2 Zone II Zone II terdiri dari 6 Desa yang terletak di wilayah timur laut Kecamatan Kintamani. Desa-desa yang termasuk dalam Zone II memiliki luas perkebunan sedang dengan total luas perkebunan pada tahun 2010 seluar 626,83 ha. (Tabel 5.12). 74 Tabel 5.12 Kondisi Potensi Perkebunan Kopi Arabika Zone II di Kecamatan Kintamani Keterangan Luas perkebunan TM Produksi Rata-rata produksi TBM Peremajaan Pengurangan Tanaman baru Satuan ha ha ton kg ha ha ha ha 2007 653.04 500.50 268.67 536.81 123.64 - Tahun 2008 2009 647.13 629.18 546.42 563.34 276.10 321.68 505.30 571.03 76.12 76.68 0.31 15.86 5.91 17.95 - 2010 626.83 589.68 301.13 510.67 60.48 20.02 2.35 - Keterangan: TM : tanaman menghasilkan TBM : tanaman belum menghasilkan 5.4.3 Zone III Zone III terdiri dari delapan Desa yang membentang dari wilayah tengah-tengah kecamatan hingga selatan di Kecamatan Kintamani. Desa-desa yang termasuk dalam Zone III memiliki luas perkebunan sedang dengan total luas perkebunan pada tahun 2010 seluar 461,18 ha. Gambaran potensi pada Zone III disajikan pada Tabel 5.13. Tabel 5.13 Kondisi Potensi Perkebunan Kopi Arabika Zone III di Kecamatan Kintamani Keterangan Luas perkebunan TM Produksi Rata-rata produksi TBM Peremajaan Pengurangan Tanaman baru Satuan ha ha ton kg ha ha ha ha 2007 467.00 352.90 156.20 442.63 113.25 24.00 - Tahun 2008 2009 467.00 461.18 388.00 388.00 191.44 210.05 493.39 541.35 105.57 112.18 4.43 9.98 5.82 - 2010 461.18 387.75 240.86 621.17 113.36 1.18 - Keterangan: TM : tanaman menghasilkan TBM : tanaman belum menghasilkan 5.4.4 Zone IV Zone IV memiliki cakupan wilayah yang paling luas. Zone ini terdapat 19 desa. Desa-desa pada Zone ini memiliki akses transportasi yang baik serta topografi yang relatif datar. Zone IV terbentang di wilayah selatan Kecamatan 75 Kintamani. Luas perkebunan kopi arabika di Zone IV pada tahun 2010 seluar 336,94 ha. Gambaran potensi pada Zone IV disajikan pada Tabel 5.14. Tabel 5.14 Kondisi Potensi Perkebunan Kopi Arabika Zone IV di Kecamatan Kintamani Keterangan Luas perkebunan TM Produksi Rata-rata produksi TBM Peremajaan Pengurangan Tanaman baru Satuan ha ha ton kg ha ha ha ha Tahun 2007 332.92 214.10 101.90 475.94 117.12 21.00 0.50 - Keterangan: TM : tanaman menghasilkan TBM : tanaman belum menghasilkan 2008 332.92 270.35 124.22 459.49 84.99 3.74 - 2009 336.94 270.35 124.73 461.37 109.78 20.52 3.60 7.62 2010 336.94 270.35 130.78 483.75 110.13 0.35 -