Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Aspirasi Superior (Abhinīhāra) “Setelah Aku menyeberang lautan saṃsāra dengan usaha sendiri, Aku akan menyelamatkan mahluk lain; ketika Aku telah menundukkan daya-daya inderaku, Aku akan mengajarkannya ke mahluk lain supaya mereka juga menjadi terkendali; ketika Aku telah memadamkan api kekotoran batin di dalam diriku, Aku akan menyejukkan batin mahluk lain yang terbakar; ketika aku telah mendapatkan kenyamanan tertinggi Nibbāna, Aku ingin semua mahluk juga menikmatinya; ketika Aku telah memadamkan api kelahiran kembali di tiga alam, Aku akan memadamkan api tersebut yang membakar di mahluk lain…” (GCh 1:59). Konvensi Spiritual Pada Jaman Buddha Guru spiritual di India pada waktu itu cenderung ‘menyembunyikan’ ajarannya. “Ānanda, apa yang diharapkan saṅgha dari Aku? Aku telah mengajarkan Dhamma, Ānanda, dengan tidak membedabedakannya antara ‘dalam’ dan ‘luar’. Berkaitan dengan Ajaran, Tathāgata tidak mempunyai ‘genggaman guru (ācariyamuṭṭhi)’ (D 2:100). Keengganan Buddha untuk Mengajar “Aku telah menemukan Kebenaran dengan penuh kesulitan. Tidak ada gunanya untuk menyatakannya (halaṃ dāni pakāsituṃ). Dhamma ini tidak akan mudah dipahami oleh mereka yang ‘pergi menuju’ / [menderita oleh] nafsudan-kebencian (rāgadosaparetehi). Melawan arus, halus, dalam, sulit terlihat, lembut —mereka yang ‘tenggelam dan mabuk’ dalam nafsu tidak melihatnya, (tidak pula) oleh ia yang ‘terbungkus’ oleh kegelapan yang menggumpal (tamokhandhena).” (M 1:168) Keengganan Buddha untuk Mengajar Bukan karena malas tetapi karena menunggu Sahampati untuk menyampaikan permohonannya. Semua mahluk sangat menghormati Brahmā; oleh kerena itu apabila semua mahluk mengerti bahwa Brahmā pun memohon kepada Buddha untuk mengajarkan Dhamma maka mereka akan lebih memperhatikan dan menghormati Dhamma. 6 Buddha sebelum Gotama, yaitu Vipassī, Sikhī, Vessabhū, Kakusandha, Konāgamana dan Kassapa juga enggan pada awalnya (D 2:35-40). Sahampati adalah Brahmā yang paling senior di alam semesta ini (imasmiṃ cakkavāḷe jeṭṭhakamahābrahme). (DA 2:467) Keengganan Buddha untuk Mengajar Ketika Bodhisatta telah beraspirasi sejak waktu yg sangat lama untuk mencapai keBuddha-an demi membebaskan mahluk lain, mengapa batinnya sekarang cenderung tidak ingin melakukan apa-apa? Hal ini dikarenakan baru sekarang, setelah mencapai Pencerahan, Buddha menyadari sepenuhnya betapa kuatnya kekotoran-batin yang ada di semua mahluk dan juga betapa dalamnya Dhamma. Lebih jauh lagi, Dia menginginkan Brahmā untuk memohon guna mengajar sehingga semua mahluk yg menghormati Brahmā akan menghargai Dhamma dan berkeinginan untuk mendengarkannya serta mempunyai rasa hormat thd Dhamma (MA 2:176 f) Permintaan Brahmā Sahampati ‘Dunia akan musnah, dunia akan binasa, karena pikiran Sang Tathāgata, yang sempur na dan tercerahkan sempurna lebih condong pada tidak berbuat apa-apa daripada mengajarkan Dhamma.’ ‘Yang Mulia, sudilah Sang Bhagavā mengajarkan Dhamma, sudilah Yang Sempurna mengajarkan Dhamma. Ada makhluk-makhluk dengan sedikit debu di mata mereka yang ‘jatuh’ karena tidak mendengarkan Dhamma. Ada di antara mereka yang akan memahami Dhamma.’ (S 1:138 f) Brahmā Sahampati Anāgāmī (Yang-tidak-kembali-lagi) yang terlahir di alam Suddhāvāsa (Sn 2:476) dan hidup untuk satu kappa utuh karena di masa lalu telah mengembangkan jhāna pertama sebagai seorang bhikkhu (BA 12). Beliau hadir pada saat kelahiran Bodhisatta dan Pencerahan Sempurna dg memegangi payung putih berdiameter 3 yojana diatas kepala Buddha (BA 287). Pada jaman Buddha Kassapa beliau adalah seorang bhikkhu dg nama Sahaka yg telah menghancurkan semua nafsu terhadap kenikmatan-inderawi (kāmesu kāmacchandaṃ virajetvā); terlahir di alam Brahmā dan kemudian bernama Sahampati (S 5:232 f; SA 1:199). Brahmā Sahampati Dengan memohon Buddha Gotama untuk mengajar maka Sahampati ‘menghubungkan’ Dhamma dari 2 Buddha yaitu Kassapa dan Gotama. Nama beliau lebih tepatnya adalah Sahakapati (BA 12). Bunga Teratai Biru, Putih dan Merah Lahir, berkembang dan tumbuh subur di dalam air tanpa pernah muncul di atas permukaan air. …muncul persis di permukaan air. …muncul dari dalam air, berdiri tegak diatas permukaan tanpa pernah tercemari oleh air. Berbagai jenis mahluk: sedikit / banyak debu di mata; dengan indria yang tajam / tumpul; berkualitas baik / buruk; mudah / sulit dididik; beberapa yang melihat ketidak-sempurnaan dan takut pada dunia setelah yang sekarang. Perumpamaan ‘Ladang’ Menanam benih di ladang yang subur terlebih dahulu ➾ bhikkhu dan bhikkhunī karena mereka berdiam dengan Aku sebagai pulau mereka, dengan Aku sebagai naungan mereka, dengan Aku sebagai penjaga mereka, dengan aku sebagai perlindungan mereka. Ladang berkualitas menengah ➾ umat laki-laki dan perempuan. Ladang berkualitas rendah ➾ pengikut aliran lain, pertapa, brahmana dan pertapa-pengembara karena apabila mereka bisa memahami bahkan satu kalimat pun maka hal tsb akan membawa manfaat dan kebahagiaan untuk waktu yang lama di masa depan. (S 4:315 f) Menabuh Genderang Ke-tanpa-mati-an Demi ‘ketiga teratai dan ketiga ladang’, Buddha membabarkan Dhamma. Keputusan revolusioner karena pada jaman tersebut tradisi guru spiritual hanya mengajar kepada murid tertentu / terbatas. Setelah mengetahui bahwa Āḷāra Kālāma dan Uddaka Rāmaputta telah meninggal dunia, maka Buddha menuju ke Taman Rusa, Isipatana, Benares untuk mengajarkan Dhamma kepada 5 pertapa yang menemaniNya selama praktik penyiksaan-diri. Bhikkhu Bodhi di Ariyapariyesanā Sutta: naik (paññā) dan turun (karuṇā). Selesai