ilmu pendidikan dalam perspektif islam

advertisement
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
ETIKA GURU DALAM PEMBERDAYAAN PEMBELAJARAN
Munir1
Abstrak
Masih terdapat anggapan di masyarakat bahwa siapapun dapat mengajar sehingga
tidak merasa perlu untuk mendalami ilmu mengajar. Hal ini ada benarnya bagi mereka
yang dapat mengajar dengan sendirinya tanpa mempelajarinya, tapi tidak jarang
individu yang tidak dapat mengajar namun karena satu dan lain hal dituntut untuk
mengajar. Selain itu, pengajar tidak peduli apakah peserta didik dapat memahami apa
yang diajarkan atau tidak. Tujuan dari pembelajaran sendiri dapat tercapai atau tidak.
Hal yang demikian tidak dapat dikategorikan dalam mengajar ataupun pengajar yang
profesional. Mengajar selalu berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai, maka
mengajar harus dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, untuk melakukan
kegiatan
pembelajaran
diperlukan
suatu
patokan
atau
pedoman
dalam
penyelenggaraannya sehingga dapat dinilai dan dapat dipertanggung jawabkan.
Melalui pedoman tersebut pengajar dapat mengetahui bagaimana mengajar yang
seharusnya.
Kata Kunci : Mengajar, Pengajar, Etika, Guru, Pembelajaran.
1
Penulis adalah dosen STAI Sunan Drajat Kranji Paciran Lamongan.
47
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
A. Pendahuluan
sampai kepada amalan, nilai-nilai kerja
itu harus dihayati (intemalized) lebih
Ada beberapa istilah yang harus
diterangkan
dahulu
maksudnya
dahulu, ini yang membawa kita kepada
sebelum kita melanjutkan pembicaraan
aspek terakhir pada makalah, yaitu
kita mengenai tajuk kertas ini. Pertama
penghayatan.
sekali adalah keguruan. Maksudnya
yaitu penghayatan nilai-nilai. Kalau
pekerjaan sebagai guru. Jadi ia adalah
ilmu seperti matematika, pengobatan
salah
(profesion)
dan lain-lain dipelajari, maka nilai-nilai
sebagaimana halnya dengan kerja-
seperti keikhlasan, kejujuran, dedikasi
kerja yang lain dalam masyarakat
dan lain-lain itu dihayati. Kalau mau
seperti akuntan, Dokter,
dipertegaskan
satu
kerja
konseling,
kejuruteraan, perniagaan dan lain-lain
sebenarnya
sebagainya.
persoalan
Sebagai
sebuah
kerja
Kelima
lagi
penghayatan,
makalah
diharapkan
ini
menjawab
bagaimana
keguruan, ia tunduk kepada pelbagai
membimbing
syarat yang dikenakan kepada kerja-
Islam agar menghayati nilai-nilai yang
kerja yang lain seperti kode etika dan
terkandung dalam etika keguruan itu.
sebagainya. Kedua kode etika adalah
Oleh
aturan-aturan yang disepakati bersama
membicarakan dahulu di bawah ini
oleh ahli-ahli yang mengamalkan kerja
apakah etika keguruan itu.
tertentu
konseling
seperti
dan
akuntan,
sebagainya.
yang
guru-guru
cara
demikian
pendidikan
marilah
kita
Dokter,
Ketiga,
B. Maksud Mengajar
nilai-nilai yang menyertai setiap kerja
Mengajar
sebenarnya
itu seperti memberi perkhidmatan yang
bermaksud
sebaik-baiknya kepada pelanggan dan
pengetahuan
sebagainya. Ini semua adalah nilai.
galakan, membimbing, memberi dan
Keempat pengamalan, memang semua
meningkatkan
kerja mementingkan amalan. Sebab
meningkatkan
setiap pemegang kerja itu dipanggil
nilai-nilai murni dan luhur kepada para
pengamal (practitioner) dalam bidang
pelajar yang belum mengetahui. Ia
tertentu
bukan
seperti
akuntan,
Dokter,
konseling dan lain-lain. Tetapi sebelum
maklumat
48
menyampaikan
maklumat,
ilmu
memberi
kemahiran,
keyakinan,
sekadar
atau
menanam
menyampaikan
bahan
pengajaran
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
dalam
sebuah
mendukacitakan
mengajar
kelas.
lebih
jika
proses
lagi
dianggap
menyampai
boleh
bermaksud
keamanahan
sekadar
maklumat
dipercayai
yang
dipertanggungjawabkan
dan
kepadanya
untuk dilakukan dengan jujur.
menghabiskan sukatan pelajaran yang
telah
ditetapkan
dalam
kurikulum.
D. Peranan dan Tugas Mengajar
Proses mengajar mempunyai konsep
Setiap
guru
seharusnya
yang sangat luas, ia bertujuan untuk
mengetahui peranan dan tugas mereka
menjadikan seseorang individu itu lebih
secara terperinci jika mereka ingin
bertanggungjawab
berusaha melakukan dan menghasilkan
dan
mampu
menjana fikirannya untuk terus bahagia
pengajaran yang berkesan.
dan berjaya mengatasi cabaran yang
Di antara tugas seorang guru ialah
akan dihadapai. Ini hanya akan dicapai
1. menyampaikan ilmu pengetahuan
sekiranya
2. menyampaikan maklumat
proses
pengajaran
dan
pembelajaran yang dilakukan mencapai
3. menyampai dan
tahap pengajaran berkesan.
4. memberi kemahiran serta
5. memupuk nilai-nilai murni dan luhur
C. Siapa itu Guru?
sebagaimana yang telah disebutkan di
Orang yang mengajar dikenali
atas.
sebagai guru. Perkataan guru adalah
Manakala peranan guru pula
hasil gabungan dua suku kata iaitu
ialah sebagai pembimbing, pendidik,
`Gur’ dan `Ru’.
pembaharu,
Dalam
bahasa
jawa,
Gu
diambil
contoh
dan
teladan,
pencari dan penyelidik, penasihat dan
daripada perkataan gugu bermakna
kaunselor,
boleh dipercayai manakala Ru diambil
pencerita dan pelakon, penggalak dan
daripada
yang
perangsang,
atau
pengurus
bermaksud
perkataan
boleh
tiru
diteladani
pencipta
dan
dan
pengilham
perancang,
pereka,
cita-cita,
penilai,
dicontohi. Oleh itu, GURU bermaksud
pemerhati, rakan dan kawan pelajar,
seorang
doktor dan pengubat, penguat kuasa,
yang
boleh
ditiru
perkataannya, perbuatannya, tingkah
pemberi
lakunya, pakaiannya, amalannya dan
berwibawa dan sebagainya.
49
petunjuk
orang
yang
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
Jelas menunjukkan bahawa menjadi
ini berlaku sama pada pekerjaan lain.
seorang guru merupakan satu tugas
Namun dalam perjalanan selanjutnya,
dan
berat.
mengapa profesi guru menjadi berbeda
Sebenarnya, jika anda anggap tugas
dari pekerjaan lain. Menurut artikel
itu berat, maka beratlah ia. Jika anda
“The Limit of Teaching Proffesion,”
terima ia sebagai satu cabaran dengan
profesi guru termasuk ke dalam profesi
cara yang positif, maka mudahlah ia.
khusus selain dokter, penasihat hukum,
peranan
yang
agak
pastur. Kekhususannya adalah bahwa
E. Pengertian Profesi
hakekatnya terjadi dalam suatu bentuk
Profesi berasal dari bahasa latin
pelayanan manusia atau masyarakat.
“Proffesio”
yang
mempunyai
dua
Orang yang menjalankan profesi ini
pengertian
yaitu
janji/ikrar
dan
hendaknya menyadari bahwa ia hidup
pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam
dari padanya, itu haknya; ia dan
pengertian yang lebih luas menjadi:
keluarganya harus hidup akan tetapi
kegiatan “apa saja” dan “siapa saja”
hakikat
untuk
bukan nafkah hidup itulah yang menjadi
memperoleh
dilakukan
dengan
nafkah
suatu
yang
keah-lian
motivasi
tertentu. Sedangkan dalam arti sempit
keahlian
sekaligus
dituntut
pelaksanaan
tertentu
menuntut
utamanya,
agar
melainkan
kesediaannya untuk melayani sesama.
profesi berarti kegiatan yang dijalankan
berdasarkan
profesinya
Di lain pihak profesi guru juga
dan
disebut sebagai profesi yang luhur.
daripadanya
Dalam hal ini, perlu disadari bahwa
norma-norma
sosial
seorang guru dalam melaksanakan
dengan baik.
profesinya dituntut adanya budi luhur
Jabatan Guru Sebagai Suatu
dan akhlak yang tinggi. Mereka (guru)
Profesi. Jabatan guru dapat dikatakan
dalam keadaan darurat dianggap wajib
sebuah profesi karena menjadi seorang
juga membantu tanpa imbalan yang
guru dituntut suatu keahlian tertentu
cocok. Atau dengan kata lain hakikat
(mengajar,
profesi
merancang
mengelola
pengajaran)
kelas,
dan
dari
luhur
kemanusiaan.
pekerjaan ini seseorang dapat memiliki
nafkah bagi kehidupan selanjutnya. Hal
50
adalah
pengabdian
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
F. Dua Prinsip Etika Profesi Luhur
Kesimpulannya adalah jabatan
Tuntutan dasar etika profesi
guru juga merupakan sebuah profesi.
luhur yang pertama ialah agar profesi
Namun demikian profesi ini tidak sama
itu dijalankan tanpa pamrih. Dr. B.
seperti profesi-profesi pada umumnya.
Kieser menuliskan: “Seluruh ilmu dan
Bahkan boleh dikatakan bahwa profesi
usahanya
kebaikan
guru adalah profesi khusus luhur.
pasien/klien. Menurut keyakinan orang
Mereka yang memilih profesi ini wajib
dan menurut aturan-aturan kelompok
menginsafi dan menyadari bahwa daya
(profesi luhur), para profesional wajib
dorong dalam bekerja adalah keinginan
membaktikan
mereka
untuk mengabdi kepada sesama serta
semata-mata kepada kepentingan yang
menjalankan dan menjunjung tinggi
mereka
menghitung
kode etik yang telah diikrarkannya,
untung ruginya sendiri. Sebaliknya,
bukan semata-mata segi materinya
dalam semua etika profesi, cacat jiwa
belaka.
hanya
demi
keahlinan
layani,
tanpa
pokok dari seorang profe-sional ialah
bahwa
ia
kepentingannya
mengutamakan
sendiri
di
G. Tuntutan Seorang Guru
atas
Di atas telah dijelaskan tentang
kepentingan klien.”
mengapa profesi guru sebagai profesi
Yang kedua adalah bahwa para
pelaksana
profesi
luhur.
Berikut
akan
diuraikan tentang dua tuntutan yang
memiliki pegangan atau pedoman yang
harus dipilih dan dilaksanakan guru
ditaati
dalam
diperlukan
anggota profesi, agar
para
klien
tidak
ini
dan
harus
dan
luhur
khusus
oleh
para
kepercayaan
upaya
mendewasakan
anak
didik. Tuntutan itu adalah:
disalahgunakan.
1. Mengembangkan visi anak didik
Selanjutnya hal ini kita kenal sebagai
tentang apa yang baik dan
kode etik. Mengingat fungsi dari kode
mengembangkan self esteem
etik itu, maka profesi luhur menuntut
anak didik.
seseorang untuk menjalankan tugasnya
dalam
keadaan
apapun
2. Mengembangkan potensi umum
tetap
sehingga dapat bertingkah laku
menjunjung tinggi tuntutan profesinya.
secara kritis terhadap pilihanpilihan. Secara konkrit anak
51
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
didik
mampu
mengambil
berikut akibatnya. Di lain pihak guru
keputusan untuk menentukan
mempersiapkan
mana yang baik atau tidak baik.
melaksanakan
anak
didik
untuk
kebebasannya
dalam
mengembangkan visi apa yang baik
Apabila seorang guru dalam
kehidupan
pekerjaannya
secara konkrit dengan penuh rasa
menjadikan
tanggung jawab di tengah kehidupan
pokok satu sebagai tuntutan yang
bermasyarakat sehingga pada akhirnya
dipenuhi maka yang terjadi pada anak
akan terbentuklah dalam diri anak
didik
pengembangan
sense of justice dan sense of good.
konsep manusia terhadap apa yang
Komitmen guru dalam mengajar guna
baik dan bersifat eks-klusif. Maksudnya
pencapaian
adalah
manusia
kedua lebih lanjut diuraikan bahwa guru
hanya
harus memiliki loyalitas terhadap apa
adalah
suatu
bahwa
terhadap
apa
dikembangkan
konsep
yang
dari
baik
sudut
pandang
yang
tujuan
ditentukan
mengajar
oleh
yang
lembaga
yang sudah ada pada diri siswa
(sekolah). Sekolah selanjutnya akan
sehingga tak terakomodir konsep baik
mengatur guru, KBM dan siswa supaya
secara universal. Dalam hal ini, anak
mengalami
didik tidak diajarkan bahwa untuk
yang berlangsung dengan baik dan
mengerti akan apa yang baik tidak
supaya tidak terjadi penyalahgunaan
hanya bertitik tolak pada diri siswa
jabatan. Namun demikian, sekolah juga
sendiri tetapi perlu mengerti konsep ini
perlu memberikan kebebasan bagi guru
dari
untuk
orang
lain
atau
lingkungan
proses
belajar-mengajar
mengembangkan,
sehingga menutup kemung-kinan akan
memvariasikan,
kreativitas
dalam
timbulnya visi bersama (kelompok)
merencanakan,
membuat
dan
akan hal yang baik.
mengevaluasi sesuatu proses yang
Berbeda dengan tujuan yang
baik (guru mempunyai otonomi). Hal
pertama, tujuan yang kedua lebih
ini menjadi perlu bagi seorang yang
menekankan akan kemampuan dan
profesional dalam pekerjaannya.
peranan lingkungan dalam menentukan
Masyarakat umum juga dapat
apa yang baik tidak hanya berdasarkan
membantu guru dalam proses kegiatan
pada diri namun juga pada orang lain
belajar mengajar. Hal ini dimungkinkan
52
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
karena masyarakat ikut bertanggung
ketara lagi ciri-ciri ini jelas pada kerja
jawab terhadap `proses’ anak didik.
keguruan. Dari segi pandangan Islam,
Ma-syarakat dapat mengajukan saran,
maka agar seorang muslim itu berhasil
kritik
menjalankan tugas yang dipikulkan
bagi
Lembaga
lembaga
(sekolah)
(sekolah).
saja
kepadanya oleh Allah S.W.T pertama
mempertimbangkan atau menggunakan
sekali dalam masyarakat Islam dan
masukan
dari
mengembangkan
boleh
masyarakat
untuk
seterusnya
pendidikan
tetapi
antarabangsa maka haruslah guru itu
lembaga (sekolah) atau guru tidak
boleh
bertindak
sesuai
di
dalam
masyarakat
memiliki sifat-sifat yang berikut:
dengan
1. Bahwa tujuan, tingkah laku dan
kehendak masyarakat karena hal ini
pemikirannya
menyebabkan hilangnya profesionalitas
bimbingan
guru dan otonomi lembaga (sekolah)
seperti disebutkan oleh surah
atau guru.
Al-imran,
ayat
jadilah
kamu
Dengan demikian, pemahaman
akan visi pekerjaan sesuai dengan
mendapat
Tuhan
(Rabbani),
79,
“Tetapi
Rabbani
(mendapat bimbingan Tuhan)”.
etika moral profesi perlu dipahami agar
2. Bahwa ia mempunyai persiapan
tuntutan yang diberikan kepada guru
ilmiah, vokasional dan budaya
bukan
menerusi
dianggap
sebagai
beban
ilmu-ilmu
melainkan visi yang akan dicapai guru
pengkhususannya
melalui pro-ses belajar mengajar. Guru
geografi, ilmu-ilmu keIslaman
perlu
dan kebudayaan dunia dalam
diberikan
mengembangkan
otonomi
dan
untuk
mencapai
seperti
bidang pengkhususannya.
tuntutan tersebut.
3. Bahwa ia ikhlas dalam kerjakerja kependidikan dan risalah
H. Etika Keguruan
Islamnya
dengan
tujuan
Sebenarnya kode etika pada suatu
mencari keredhaan Allah S.W.T
kerja adalah sifat-sifat atau ciri-ciri
dan mencari kebenaran serta
vokasional, ilmiah dan aqidah yang
melaksanakannya.
harus dimiliki oleh seorang pengamal
4.
untuk sukses dalam kerjanya. Lebih
Memiliki
mendekatkan
53
kebolehan
untuk
maklumat-
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
maklumat
kepada
pemikiran
yang
dapat
mempengaruhi
murid-murid dan ia bersabar
generasi dan segi aqidah dan
untuk
pemikiran mereka.
menghadapi
masalah
yang timbul.
9. Bahawa ia bersifat adil terhadap
5. Bahwa ia benar dalam hal yang
didakwahkannya
kebenaran
dan
itu
murid-muridnya,
tanda
ialah
tidak
pilih
kasih, ia mengutamakan yang
tingkah
benar.
lakunya sendiri, supaya dapat
mempengaruhi
6.
jiwa
murid-
Seperti makna firman Allah S.W.T
muridnya dan anggota-anggota
dalam surah al Maidah ayat ke 8,
masyarakat
Seperti
“Janganlah kamu terpengaruh oleh
Nabi
keadaan suatu kaum sehinga kamu
bukanlah
tidak adil. Berbuat adillah, sebab itulah
lainnya.
makna
sebuah
S.A.W,
“Iman
hadith
itu
berharap dan berhias tetapi
yang
meyakinkan dengan hati dan
Bertaqwalah kepada Allah, sebab Allah
membuktikan dengan amal”.
Maha Mengetahui apa yang kamu
Bahwa
ia
fleksibel
mempelbagaikan
kaedah
dalam
menggunakan
kaedah
dekat
kepada
taqwa.
buat”.
kaedah-
pengajaran
lebih
Inilah sifat-sifat terpenting yang
dengan
patut
yang
Muslim
dipunyai
di
oleh
atas
seorang
mana
guru
proses
sesuai bagi suasana tertentu.
penyediaan guru-guru itu harus dibina.
Ini memerlukan bahawa guru
Buku-buku
dipersiapkan
segi
memberikan ciri-ciri umum seorang
psikologikal
guru, ciri-ciri itu tidak terkeluar dan
professional
dari
dan
yang baik.
pendidikan
telah
juga
sifat-sifat dan aspek-aspek berikut:
7. Bahwa ia memiliki sahsiah yang
1. Tahap pencapaian ilmiah
kuat dan sanggup membimbing
2. Pengetahuan umum dan keluasan
murid-murid
bacaan
ke
arah
yang
dikehendaki.
3. Kecerdasan dan kecepatan berfikir
8. Bahwa ia sedar akan pengaruh-
4. Keseimbangan jiwa dan kestabilan
pengaruh dan trend-trend global
emosi
54
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
5. Optimisme dan entusiasme dalam
sungguh-sungguh dan amanah dan
pekerjaan
juga
6. Kekuatan sahsiah
mempunyai kewajipan kepada Allah
7. Memelihara penampilan(mazhar)
S.W.T
8. Positif dan semangat optimisme
melaksanakan
9.
sungguh-sungguh dan ikhlas. Begitu
Yakin
bahawa
ia
mempunyai
risalah(message).
menyedari
bahawa
dan
mereka
mereka
tugas
harus
itu
dengan
juga mereka sedar bahawa mereka
mempunyai tanggung jawab, maka
Dari uraian di atas jelaslah
mereka menghadapinya dengan sabar,
bahawa seorang guru Muslim memiliki
hati-hati dan penuh prihatin. Begitu
peranan
dalam
juga mereka sedar bahawa mereka
sekolah, tetapi juga diluarnya. Oleh
mempunyai tanggungjawab terhadap
yang demikian menyiapkannya juga
masyarakatnya,
maka
harus untuk sekolah dan untuk luar
melaksanakannya
dengan
sekolah. Maka haruslah penyiapan ini
tanggungjawab,
juga dipikul bersama oleh institusi-
professionalisme
institusi penyiapan guru seperti fakulti-
Dengan demikian umat Islam akan
fakulti pendidikan dan maktab-maktab
mencapai cita-citanya dalam kehidupan
perguruan
dengan
dengan penuh kemuliaan, kekuatan,
masyarakat Islam sendiri, sehingga
ketenteraman dan kebanggaan. Sebab
guru-guru yang dihasilkannya adalah
Allah S.W.T telah mewajibkan kepada
guru yang soleh, membawa perbaikan
diriNya sendiri dalam surah al-Nahl
(muslih),
ayat ke 97,
petunjuk
bukan
sahaja
di
bersama-sama
memberi
untuk
dan
mendapat
menyiarkan
mereka
penuh
amanah,
dan
kecekalan.
“la tidak akan mensia-siakan pahala
risalah
orang-orang yang berbuat baik”
pendidikan Islam. Petunjuk (hidayah)
Islam di dalam dan di luar adalah
sebab tujuan pendidikan dalam Islam
Setelah
berpanjang
lebar
untuk membentuk generasi-generasi
tentang kode etika keguruan dalam
umat
dan
pandangan pendidikan Islam, marilah
menyedari risalahnya dalam kehidupan
kita tutup bagian ini dengan suatu
dan melaksanakan risalah ini dengan
misal atau
Islam
yang
memahami
55
model
yang menjamin
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
bahwa
bila
dilaksanakan
saudara.
dengan
Sempurnakanlah
janjimu
penuh
kepada Allah. Itulah pesanNya bagimu,
akan
mudah-mudahan kamu ingat. Sungguh
hidup bahagia dan individu-individu
inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah
dan kumpulan-kumpulan akan hidup
olehmu, jangan kamu ikut jalan-jalan
dengan tenteram. Model ini tergambar
lain nescaya kamu bercerai-berai dari
dalam
jalanNya. Itulah pesanNya bagimu,
sungguh-sungguh
ketekunan
dan
maka
firman
masyarakat
Allah
S.W.T
yang
mudah-mudahan kamu bertaqwa ”
bermaksud,
“Katakanlah
marilah
(wahai
aku
Muhammad)
bacakan
dihararamkan
apa
kepadamu
Ayat-ayat
ini
mengandungi
yang
sepuluh perakuan (wasaya) penting
oleh
dalam
kehidupan
individu
dan
Islam
dan
Tuhanmu. Hendaklah berbuat baik
kumpulan-kumpulan
kepada kedua ibu bapa. Janganlah
kemanusiaan.
kamu membunuh anak-anakmu kerana
perlembagaan Ilahi dalam pendidikan
takut kemiskinan, sebab Kamilah yang
dan bimbingan akhlak dan sosial yang
memberi mereka dan kamu rezeki.
intinya adalah sebagai berikut;
Jangan
1. Jangan mensyarikatkan Allah S.W.T.
kamu
mendekati
perkara-
Ia
merupakan
perkara buruk yang terang-terangan
2. Berbuat baik kepada ibu bapak.
dan yang tersembunyi. Jangan kamu
3. Jangan membunuh anak kerana
membunuh diri yang dihararamkan
takut miskin.
kamu membunuhnya kecuali dengan
kebenaran,
kepadamu,
itulah
wasiat
Allah
mudah-mudahan
kamu
4. Jangan mendekati perkara-perkara
buruk.
5. Jangan membunuh manusia.
berakal. Jangan kamu mendekati harta
6. Jangan mendekati harta anak-anak
anak yatim kecuali untuk yang lebih
baik
sehinggalah
ia
yatim.
dewasa.
7. Sempurnakanlah timbangan dan
Sempumakanlah ukuran dan timbangan
ukuran dengan adil.
dengan adil. Allah tidak memberi beban
8. Tidak boleh dibebani seseorang
seseorang kecuali yang disanggupinya.
lebih dari kemampuannya.
Jika kamu berkata, maka berbuat
adillah
walaupun
kepada
9. Berbuat adillah dalam berkata-kata
sanak
walaupun pada kaum kerabat.
56
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
10. Sempurnakanlah janjimu dengan
tidak dapat dinilai dengan betul atau
Allah S.W.T.
salah tetapi dengan baik atau buruk,
Selepas uraian tentang kode
percaya atau tidak percaya, suka atau
etika dalam keguruan, marilah kita
tidak suka dan lain-lain lagi. Dalam
bahas
dan
keadaan terakhir ini pendidikan tidak
Masalah
semudah dengan pendidikan fakta atau
tentang
pengamalan
penghayatan
nilai.
penghayatan (internalization) sesuatu
ketrampilan.
perkara berlaku bukan hanya pada
Pendidikan
nilai-nilai,
yang
pendidikan agama saja tetapi pada
selanjutnya kalau diulang-ulang sebab
aspek
diteguhkan
pendidikan,
pendidikan
pra-
akan
berubah
sekolah, pendidikan sekolah, pengajian
penghayatan
tinggi, pendidikan latihan perguruan
syarat-syarat yang berlainan dengan
dan lain-lain. Sebab adalah terlalu
pendidikan fakta-fakta ketrampilan.
dangkal kalau pendidikan itu hanya
1. Pertama sekali nilai itu mestilah
ditujukan
ilmu
mempunyai model. Yang berarti tempat
(knowledge) dan ketrampilan (skill)
di mana nilai itu melekat supaya dapat
saja tetapi yang lebih penting dari itu
disaksikan bagaimana nilai-nilai itu
semua
beroperasi. Ambillah suatu nilai seperti
(attitude)
untuk
adalah
yang
memperoleh
penanaman
positif
pada
sikap
diri
kejujuran.
nilai-nilai,
menjadi
Nilai
mempunyai
ini
bersifat
pendidik terhadap hal yang menjadi
mujarrad(abstract), jadi tidak dapat
tumpuan pendidikan. Pendidikan ilmu
diraba
(knowledge) terutama yang berkenaan
dapat dilihat dengan mata, rupanya
dengan fakta-fakta dan ketrampilan
bagaimana.
tidaklah terlalu rumit sebab tidak terlalu
baunya,
banyak melibatkan nilai-nilai. Tetapi
sebagainya. Pendeknya, supaya nilai
sebaliknya pendidikan sikap di mana
yang bernama kejujuran itu dapat
terlibat nilai-nilai yang biasanya berasal
disaksikan beroperasi maka ia harus
dari cara-cara pemasyarakatan yang
melekat pada suatu model, seorang
diperoleh oleh kanak-kanak semasa
guru, seorang bapa, seorang kawan
kecil, apa lagi kalau objek pendidikan
dan lain-lain. Kalau model tadi dapat
itu memang adalah nilai-nilai yang
mencerminkan nilai-nilai yang disebut,
57
dengan
pancaindera.
Tidak
harum
dapat
atau
busuk
Tidak
dicium
dan
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
kejujuran
itu
kejujuran
pada
itu
dirinya,
boleh
maka
oleh kekurangan-kekurangan yang ada
menjadi
pada
model
itu,
malah
ada
perangsang. Itu syarat pertama. Syarat
kemungkinan anak didik mempelajari
yang kedua kalau kejujuran itu dapat
nilai sebaliknya. Jadi daripada jujur dia
menimbulkan
diri
menjadi tidak jujur, jika pada model itu
murid-murid maka ia akan dipelajari,
timbul sifat-sifat atau tingkah laku yang
ertinya diulang-ulang dan kemudian
tidak
berubah menjadi penghayatan. Syarat
Sebagai misal, ada murid-murid yang
kedua agak rumit sedikit, sebab selain
benci kepada matematik sebab ia tidak
daripada nilai kejujuran itu sendiri, juga
suka kepada guru yang mengajarkan
model tempat kejujuran itu melekat
matematik,
diperlukan berfungsi bersama untuk
dikembangkan,
menimbulkan peneguhan itu. Dengan
benci kepada semua yang berkaitan
kata-kata
seorang
peneguhan
yang
guru
pada
meneguhkan
kejujuran
kalau
itu.
sikap
ini
murid-murid
boleh
lebih
sederhana,
dengan matematik, seperti pelajaran
atau
ibu
sains
yang
misalnya.
Oleh
sebab
itu
mengajarkan kejujuran kepada murid
dikehendaki dari guru-guru, terutama
atau anaknya, haruslah ia sendiri lebih
pada tingkat-tingkat sekolah dasar agar
dahulu bersifat jujur, kalau tidak maka
mereka
terjadi pertikaian antara perkataan dan
kesempumaan dari segi jasmaniah dan
perbuatan. Dalam keadaan terakhir ini,
rohaniah. Dengan kata lain syarat
guru
penghayatan
sebagai
perangsang(stumulus)
melambangkan
nilai-nilai
ciri
sangat
telah gagal sebagai model, sebab ia
bergantung pada peribadi model yang
tidak
membawa nilai-nilai itu.
akan
memancing
tingkahlaku
kejujuran dan murid-muridnya.
2.
Oleh
melekatnya
sebab
model
nilai-nilai
yang
3. Semua guru, terlepas daripada mata
tempat
pelajaran yang diajarkannya, adalah
ingin
pengajar
nilai-nilai
tertentu.
Sebab
diajarkan kepada murid-murid adalah
guru-guru sama ada sedar atau tidak,
manusia biasa, dengan pengertian dia
mempengaruhi murid-muridnya melalui
mempunyai
kaedah-kaedah
kekurangan-kekurangan,
dan
maka nilai-nilai yang akan diajarkan itu
pengajaran
boleh menurun nilainya disebabkan
sebahagian besarnya termasuk dalam
58
yang
strategi-strategi
digunakan
yang
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
kawasan
“kurikulum
informal”.
murid-murid, iaitu jika perangai mereka
apapun
sehari-hari bertentangan dengan nilai-
yang diajarkannya, adalah seorang
nilai Islam, walaupun mereka sendiri
guru bahasa maka setiap guru juga
mengajarkan agama. Jadi jangankan
adalah seorang pengajar nilai-nilai. Bila
menghayati agama, sebaliknya murid-
seorang guru memuji seorang murid,
murid semakin menjauhi kalau tidak
maka
membenci segala yang berbau agama.
Sebagaimana
ia
setiap
guru,
meneguhkan
tingkahlaku.
Bila
menghukum
Inilah sebahagian syarat-syarat yang
seorang murid, maka ia menghukum
perlu wujud untuk penghayatan nilai-
tingkahlaku tertentu. Malah bila guru
nilai. Oleh sebab pendidikan agama
tidak mengacuhkan seorang murid,
merupakan pendidikan ke arah nilai-
maka murid tersebut mungkin merasa
nilai agama, maka orientasi pendidikan
bahawa
menyukai
agama haruslah ditinjau kembali sesuai
perbuatannya. Ini semua adalah nilai-
dengan tujuan tersebut. Pendidikan
nilai. Begitu juga dengan pendidikan
agama sekadar untuk lulus ujian mata
agama,
tidak
pelajaran agama sudah lewat masanya.
sebahagian besar, nilai-nilai agama itu
Orientasi sekarang adalah ke arah
sendiri tidak diajarkan oleh guru-guru
kemasyarakatan yang bermotivasi dan
agama di sekolah, tetapi oleh guru-
berdisiplin.
guru matematik, geografi, sejarah dan
mengesampingkan
lain-lain. Kalau mereka mencerminkan
pelajaran
nilai-nilai Islam dalam cara berpakaian,
perkara-perkara yang bersifat fakta-
bersopan-santun,
fakta
guru
guru
sesuatu
tidak
sebahagian,
kalau
beribadat
atau
dan
Ini
agama
tidaklah
bahawa
itu
sendiri
dalam
ada
ketrampilan-ketrampilan.
dengan kata lain kalau amal mereka
Maka pada yang terakhir ini juga
mencerminkan nilai-nilai Islam. Malah
berlaku kaedah pengajaran fakta-fakta
sebaliknya, mungkin ada setengah-
dan
setengah
memperlakukan
guru-guru
agama
sendiri
ketrampilan.
semua
Tetapi
pendidikan
tidak menjadi perangsang nilai-nilai
agama sebagai pengajaran fakta-fakta
Islam
dan
itu,
perangsang
kalau
negatif
tidak
yang
menjadi
ketrampilan-ketrampilan
saja
boleh
adalah suatu kesalahan besar yang
menimbulkan sifat anti-agama pada diri
perlu diperbaiki dengan segera. Sebab
59
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
kalau tidak maka suatu masa nanti
kerjanya
seorang
muslim
yang
akan timbul dalam masyarakat Islam
tercantum dalam al-Quran (al-An’am:
sendiri ahli-ahli agama yang tidak
151-153).
menghayati ajaran agama atau orangorang
orientalis
yang
berdiam
di
I. Penutup
negeri-negeri Timur.
Seandainya kita coba mengkaji
Pengamalan nilai-nilai adalah
lebih dalam akan arti/makna dari lagu
kelanjutan daripada penghayatan nilai.
tersebut,
Nilai-nilai
sungguh-sungguh
gambaran keseharian seorang guru,
dihayati akan tercermin dalam amalan
dengan loyalitasnya, ketekunan serta
sehari-sehari. Sebab penghayatan itu
pengor-banan dalam mendidik siswa
pun berperingkat-peringkat, mulai dari
untuk
peringkat yang paling rendah sampai
perkembangan yang optimal. Namun,
kepada
dibalik itu semua juga tersirat suatu
yang
peringkat
tinggi,
seperti
maka
tampaklah
mencapai
suatu
sebuah
proses
tergambar pada gambarajah di bawah,
dilema profesi ini dimana seringkali
Kelima : Peringkat Perwatakan
guru
Keempat : Peringkat Organisasi
ataupun perlakuan yang sebanding
Ketiga : Peringkat Penilaian
dengan apa yang telah dikorbankan.
Kedua : Peringkat Gerak balas
Sebagai
Pertama : Peringkat Penerimaan
sebagai seorang guru apakah yang
Bila nilai-nilai itu dihayati sampai ke
harus kita lakukan? Bagaimana pula
peringkat perwatakan maka ia sebati
sebaiknya
dengan
dengan
sahsiah
dan
sukar
untuk
tidak
menerima
seorang
kita
lebih
penghargaan
yang
berprofesi
menyikapi
arif
dan
hal
ini
bijaksana?
diubah dan sentiasa terpancar dalam
Karangan ini hanyalah sebuah tulisan
amalan sehari-hari.Kesimpulan. Oleh
dari pemikiran dan diskusi yang teoritis
sebab kode etika itu adalah nilai-nilai
ini, namun de-ngan yang teoritis ini,
maka ia perlu dihayati dan diamalkan,
penulis
bukan
memberikan
sekadar
dihafalkan.
Di
diketahui
situ
juga
dan
telah
bisa
berharap
dapat
masukan
untuk
merefleksikan kembali pilihan kita.
dinyatakan perakuan yang sepuluh (al-
Jabatan
Wisaya al-’Asyarah) tentang segala
jabatan
60
guru
Profesional,
merupakan
dan
sebagai
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
jabatan
profesional,
pemegangnya
harus memenuhi kualifikasi tertentu.
Kriteria jabatan profesional antara lain
bahwa jabatan itu melibatkan kegiatan
intelektual, mempunyai batang tubuh
ilmu
yang
khusus,
memerlukan
persiapan lama untuk memangkunya,
memerlukan
latihan
dalam
jabatan
yang berkesinambungan, merupakan
karier hidup dan keanggotaan yang
permanen,
menentukan
baku
perilakunya, mementingkan layanan,
mempunyai organisasi profesional, dan
mempunyai kode etik yang di taati oleh
anggotanya.
Jabatan
memenuhi
guru
belum
dapat
secara
maksimal
itu,
namun
persyaratan
perkembangannya
di
tanah
air
menunjukkan arah untuk terpenuhinya
persyaratan tersebut. Usaha untuk ini
sangat tergantung kepada niat, perilaku
dan komitmen dari guru sendiri dan
organisasi yang berhubungan dengan
itu, selain juga, oleh kebijaksanaan
pemerintah.
61
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
DAFTAR PUSTAKA
Soetjipto, Raflis Kosasi, 1999, “Profesi
Keguruan”, Cetakan ke I,
Jakarta,
Penerbit
Rineka
Cipta.
Suharsimi,
Arikunto,
“Pengelolaan
Siswa”,
1980
Kelas
Cetakan
dan
ke
II,
Jakarta : Penerbit Rajawali.
Suharsimi,
Arikunto,
“Manajemen
1993,
Pengajaran
Secara Manusiawi”, Cetakan
ke II, Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta.
Syaiful Bahri, Djamarah dan Aswan
Zain,
1997,
“Strategi
Belajar Mengajar”, Cetakan
ke I, Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta.
Syaiful Bahri, Djamarah, 2000, “Guru
dan
Anak
Didik
dalam
Interaksi Edukatif”, Cetakan
ke I, Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta.
62
Download