1 evaluasi manajemen kesehatan dan keselamatan kerja radiasi di

advertisement
EVALUASI MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
RADIASI DI LABORATORIUM KATETERISASI JANTUNG DAN INSTALASI
RADIOLOGI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
Yunita*, Bobby Polii**, Victor P. K. Lengkong***
*Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
**Pascasarjana Agronomi Universitas Sam Ratulangi Manado
*** Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen Universitas Sam Ratulangi Manado
ABSTRAK
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) radiasi perlu diperhatikan seluruh penyedia layanan
kesehatan yang menggunakan sinar-X. Sistem manajemen K3 radiasi sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.1204 Th. 2004 meliputi: organisasi proteksi radiasi;
peralatan proteksi radiasi; pemantauan dosis perorangan; pemeriksaan kesehatan;
penyimpanan dokumentasi; jaminan kualitas; pendidikan dan pelatihan. Penelitian ini
bertujuan mengevaluasi manajemen K3 radiasi di Laboratorium Kateterisasi Jantung dan
Instalasi Radiologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou melalui: organisasi proteksi radiasi;
peralatan proteksi radiasi; pemantauan dosis perorangan; pemeriksaan kesehatan; jaminan
kualitas; pendidikan dan pelatihan mengacu pada Kepmenkes No.1204 Th. 2004 dan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No.8 Th. 2011. Merupakan penelitian
kualitatif, melalui pendekatan observasional dan wawancara mendalam. Informan
wawancara dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan: RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou belum memiliki organisasi proteksi radiasi, namun telah dibuat
rancangannya. Peralatan proteksi radiasi, pemantau dosis, pemantau area kerja dan
lingkungan telah diupayakan. Pemantauan dosis perorangan dilakukan menggunakan
Thermoluminescent Dosimeter (TLD) badge di Instalasi Radiologi, di Laboratorium
kateterisasi jantung tidak dilakukan karena tidak ada TLD. Pemeriksaan kesehatan telah
dilakukan saat awal, secara berkala dan terhadap pekerja yang diduga menerima paparan
berlebih. Dokumentasi pemantauan dosis, pemeriksaan kesehatan dan uji kesesuaian telah
disimpan. Peralatan sinar-X sudah dilakukan uji kesesuaian. Rumah sakit belum pernah
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan manajemen K3 radiasi di Laboratorium Kateterisasi Jantung dan Instalasi
Radiologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou telah dilaksanakan namun masih memerlukan
perbaikan.
Kata kunci: Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Radiasi
ABSTRACT
Occupational Radiation Health and Safety must be attented by all health provider who use Xray. According to Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Number 1204 Year 2004,
Occupational Radiation Health and Safety Management System consist of: radiation
protection organization; radiation protection equipment; dose monitoring; medical check-up;
document storage; quality assurance; education and training. This research is to evaluate
Occupational Radiation Health and Safety Management System in Cardiac Catheterization
Laboratory and Radiology Instalation at RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou through radiation
protection organization; radiation protection equipment; dose monitoring; medical check-up;
document storage; quality assurance; education and training refers to Kepmenkes Number
1204 Year 2004 and Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Number 8 Year
2011. This is a Qualitative research, with observation and deep interview approach. The
informant choosed with purposive sampling technique. The result of this research: RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou hasn’t had a radiation protection organization, but is planned.
Radiation protection equipments are available. Personal dose has been monitored using
Thermoluminescent Dosimeter (TLD) badge in Radiology Installation but hasn’t been done in
Cardiac Catheterization Laboratory due to the absent of TLD. Medical check-up has been
conducted. Documentation of medical record, dose monitoring, and environmental
monitoring have been stored. X-ray system has been tested. Hospital never held education
and training. As conclussion occupational radiation health and safety management in
1
Cardiac Catheterization Laboratory and Radiology Instalation at RSUP. Prof. Dr. R. D.
Kandou has been implemented but still needs improvement.
Keywords: Occupational Health and Safety, Radiation
PENDAHULUAN
diturunkan atau herediter (Anonim,
Pelayanan radiologi sebagai bagian dari
2015a).
pelayanan kesehatan di rumah sakit
Keselamatan
kerja
dalam
dapat dibagi menjadi: radiodiagnostik
pemanfaatan radiasi untuk keperluan
yaitu pelayanan diagnosis menggunakan
medis diatur secara khusus dalam
radiasi pengion, meliputi pelayanan X-
Peraturan Kepala (Perka) Bapeten No. 8
ray konvensional, Computed Tomo-
Th. 2011 tentang Keselamatan Radiasi
graphy
dan
dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X
mammografi; imejing diagnostik seperi
Radiologi Dignostik dan Intervensional.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Selain itu, diatur juga dalam Kepmenkes
dan
yang
No. 1204 Th. 2004 tentang Persyaratan
non-pengion
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
radiologi
Guna menjamin keselamatan radiasi
kateterisasi
bagi para pekerja di rumah sakit,
jantung dan angiografi yang dilakukan
diperlukan suatu sistem manajemen
pada Laboratorium kateterisasi jantung.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Sinar-X
radio-
radiasi. Kepmenkes No. 1204 Th. 2004
radiologi
yang merupakan acuan untuk akreditasi
intervensional memiliki potensi bahaya
rumah sakit, secara spesifik mengatur
radiasi.
Sistem
Scan
(CT-Scan)
Ultrasonography
menggunakan
(Anonim,
radiasi
2008);
intervensional
dan
seperti
dalam
diagnostik
(USG)
pelayanan
maupun
Dampak
radiasi
dapat
Manajemen
K3
terhadap
digolongkan menjadi efek deterministik
Pemanfaatan Radiasi Pengion, yang
yang terjadi akibat paparan dengan dosis
terdiri
yang
proteksi
menyebabkan
kematian
sel
dari:
organisasi,
radiasi,
peralatan
pemantauan
dosis
contohnya eritema, epilasi, dan katarak
perorangan, pemeriksaan kesehatan, pe-
(Saunamaki, 2015; Chida, et al., 2013
nyimpanan
dan Alazzoni, et al., 2015); dan efek
kualitas, pendidikan dan pelatihan.
stokastik yang terjadi akibat paparan
Pada survei pendahuluan, didapatkan
radiasi dengan dosis yang menyebabkan
informasi terdapat pekerja yang hasil
terjadinya perubahan pada sel. Efek ini
pemantauan dosis perorangannya yang
berkaitan dengan rusaknya DNA dari
melebihi Nilai Batas Dosis. Selain itu
sel-sel
yang
didapatkan informasi peralatan proteksi
kanker
ataupun
dapat
efek
mengakibatkan
yang
akan
dokumentasi,
jaminan
yang kurang memadai dan beberapa
2
dokumen hasil pemantauan dosis tidak
penggunaan radiasi sementara kegiatan
ada. Pemasalahan-permasalahan tersebut
yang memerlukan peng-gunaan sumber
seharusnya tidak boleh terjadi pada
radiasi masih tetap dilaksanakan. Sistem
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou yang
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
memiliki akreditasi A. Berdasarkan
Kerja
masalah
Pengion menurut Kepmenkes No. 1204
tersebut
dan
mengingat
dalam
Penggunaan
Radiasi
pentingnya upaya proteksi radiasi, maka
Th. 2004 ialah sebagai berikut:
perlu
sistem
1. Organisasi. Setiap pengelola rumah
manajemen K3 radiasi Laboratorium
sakit yang mempunyai pelayanan
Kateterisasi
Instalasi
radiasi harus memiliki organisasi
Radiologi di Rumah Sakit Prof. Dr. R.
proteksi radiasi dimana petugas
D. Kandou mengacu pada Kepmenkes
proteksi
No. 1204 Th. 2004 dan Perka Bapeten
memiliki surat ijin sebagai petugas
No. 8 Th. 2011. Penelitian ini bertujuan
radiasi
meng-evaluasi manajemen K3 radiasi di
(Anonim, 2004).
dilakukan
evaluasi
Jantung
dan
Laboratorium Kateterisasi Jantung dan
2.
radiasi
dari
tersebut
badan
telah
pengawas
Peralatan proteksi radiasi. Pengelola
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prof.
rumah
Dr. R. D. Kandou melalui: organisasi
pelayanan
proteksi
proteksi
menyediakan dan meng-usahakan
radiasi; pemantauan dosis perorangan;
peralatan proteksi radiasi, pemantau
pemeriksaan
jaminan
dosis per-orangan, pemantau daerah
kualitas; pendidikan dan pelatihan yang
kerja dan pemantau lingkungan
mengacu pada Kepmenkes No. 1204 Th.
hidup, yang dapat berfungsi dengan
2004 dan Perka Bapeten No. 8 Th. 2011.
baik sesuai dengan jenis sumber
radiasi;
peralatan
kesehatan;
sakit
yang
mempunyai
radiasi
harus
radiasi yang digunakan (Anonim,
2004).
MANAJEMEN KESEHATAN DAN
3. Pemantauan dosis perorangan. Film
KESELAMATAN KERJA RADIASI
Trikasjono, dkk (2008) menyatakan
badge
Kesehatan
Kerja
dosimeter
perorangan
Radiasi adalah suatu cabang ilmu
dievaluasi
oleh
pengetahuan yang berkaitan dengan
dosimetri yang terakreditasi seperti
teknik kesehatan lingkungan tentang
BPFK (Balai Pengamanan Fasilitas
proteksi yang perlu diberikan kepada
Kesehatan),
seseorang
Tenaga
terhadap
dan
atau
Keselamatan
sekelompok
kemungkinan
negatif
orang
dari
atau
TLD
badge
harus
laboratorium
BATAN
Nuklir
atau
Nasional),
(Badan
hasil
tersebut harus disampaikan kepada
3
pemegang ijin dan Bapeten. Hasil
mempunyai dam-pak radiasi tinggi.
evaluasi
(Anonim, 2004). Quality assurance
pe-mantauan
dosis
perorangan yang diterima pekerja
me-liputi
radiasi tidak boleh melebihi nilai
pemantauan atau pengujian dan
batas dosis (NBD) yang ditetapkan
pemeliharaan komponen teknis dari
yaitu rata-rata 20mSv (mili Sievert)
sistem X-ray. (Ismail, et al., 2013
per
tahun
dan Ilyas, dkk., 2012). Pengujian
(100mSv dalam 5 tahun) dan tidak
fungsi atau kinerja pesawat sinar-X
melebihi 50mSv per tahun (Anonim,
harus dilaksana-kan oleh setiap
2011 dan Anonim, 2013).
pemilik
tahun
selama
4. Pemeriksaan
lima
kesehatan.
Pe-
dan
menyeluruh
fasilitas
control
sebagai
yaitu
upaya
proteksi radiasi.
meriksaan kesehatan awal secara
teliti
quality
7. Pendidikan dan pelatihan. Pengelola
wajib
rumah sakit ber-tanggung jawab atas
pengelola
pendidikan dan pelatihan tentang K3
rumah sakit pada setiap orang yang
terhadap radiasi. Selain bagi pekerja
akan bekerja sebagai pekerja radiasi,
radiasi, pendidikan dan pelatihan
kemudian di-lakukan secara berkala
juga harus diberikan bagi pihak
selama
manajemen
diselenggarakan
oleh
bekerja,
minimal
sekali
guna
meningkatkan
dalam satu tahun. Pemeriksaan juga
komitmen akan proteksi radiasi
dilakukan pada pekerja yang akan
(Miller, et al., 2010).
memutuskan hubungan kerja dan
pada
pekerja
mendapatkan
yang
diduga
paparan
berlebih
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
(Anonim, 2004).
kualitatif,
yang
menggunakan
5. Penyimpanan dokumetasi. Pengelola
pendekatan
rumah sakit harus tetap meyimpan
wawancara
dokumen yang me-muat catatan
dilakukan di Laboratorium Kateterisasi
dosis hasil pe-mantauan daerah
Jantung dan Instalasi Radiologi RSUP
kerja,
kartu
Prof. Dr. R. D. Kandou. Informan
kesehatan pekerja selama 30 tahun
penelitian berjumlah 15 orang, yang
sejak
dipilih
ling-kungan
pekerja
dan
radiasi
berhenti
bekerja.
harus
mendalam.
dengan
teknik
dan
Penelitian
purposive
sampling.
6. Jaminan kualitas. Pengelola rumah
sakit
observasional
membuat
Sumber data penelitian ini berasal dari:
pro-gram
1. Data
jaminan kualitas bagi instalasi yang
primer
diperoleh
4
dari
yaitu
hasil
data
yang
wawancara
mendalam terhadap para informan,
2004
juga melalui observasi oleh peneliti
memberikan pelayanan radiasi harus
di
Kateterisasi
memiliki organisasi proteksi radiasi.
Jantung dan Instalasi Radiologi
Organisasi didirikan agar pelaksanaan
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou.
standar keselamatan dan kesehatan kerja
Laboratorium
2. Data sekunder yaitu data yang
dimana
dalam
rumah
pemanfaatan
sakit
radiasi
yang
sesuai
diperoleh dari dokumen atau laporan
dengan ketentuan yang berlaku (Tetriana
yang berkaitan dengan proteksi
dan Evalisa, 2006, 2006). Struktur
radiasi.
organisasi yang direncanakan sudah
Data
yang
telah
akan
sesuai dengan persyaratan dari Bapeten
dianalisis secara kualitatif, yang terdiri
yang terdiri dari: pemegang ijin dan
dari: tahap reduksi data; tahap penyajian
personil yang terkait, yang meliputi:
data;
Dokter Spesialis Radiologi atau Dokter
tahap
terkumpul
penarikan
kesimpulan
(Sugiyono, 2014). Data yang diperoleh
yang
berkompeten;
Tenaga
Ahli
disesuaikan pada ketentuan K3 radiasi
(Qualified Expert) dan/atau Fisikawan
yang digunakan sebagai acuan, yaitu:
Medis.
Kepmenkes No. 1204 Th. 2004 dan
Perka Bapeten No. 8 Th. 2011.
Peralatan Proteksi Radiasi
a. Peralatan Proteksi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Di Laboratotium kateterisasi jantung dan
Organisasi Proteksi Radiasi
CT-Scan
Berdasarkan
wawancara
di
Instalasi
radiologi,
terhadap
pengadaan peralatan proteksi radiasi
beberapa informan diketahui RSUP
merupakan tanggung jawab pihak KSO,
Prof. Dr. R. D. Kandou belum memiliki
sesuai
organisasi proteksi radiasi, namun telah
berikut:
dengan
pernyataan
informan
dibuat rancangan struktur organisasi.
“… KSO yang menyediakan semua,
Pada
rumah sakit hanya menyediakan
observasi
organisasi
meliputi
yang
diperoleh
telah
pemegang
struktur
ruangan, SDM dan pasien…”
direncanakan
dan
Sedangkan peralatan proteksi untuk
pekerja radiasi seperti dokter spesialis
radiologi konvensional yang merupakan
radiologi, fisikawan medis, radiografer,
milik rumah sakit, maka rumah sakit
dan lain-lain.
yang
Hasil
ijin,
penelitian
PPR
bertanggung
jawab
atas
menujukkan
penyediaan peralatan proteksi radiasi.
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou belum
Observasi dokumen perjanjian KSO
memenuhi Kepmenkes No. 1204 Th.
tidak
5
terdapat
pernyataan
yang
menyatakan pihak KSO bertanggung
penyediaan perlatan proteksi radiasi,
jawab atas peneyediaan perlatan proteksi
tidak tertulisnya tanggung jawab pihak
radiasi.
KSO terhadap penyediaan peralat-an
Peralatan
proteksi
di
Laboratorium
proteksi radiasi dapat menyebabkan
kateterisasi jantung terdiri dari: apron,
kedua belah pihak saling melempar
kacamata, pelindung thyroid, pelindung
tanggung jawab. Peralatan proteksi yang
organ reproduksi atau pelindung gonad.
tersedia di Laboratorium kateterisasi
Hal tersebut sesuai dengan jawaban dari
jantung sudah cukup lengkap bila
informan:
dibandingkan dengan Perka Bapeten No.
“… Untuk yang di Cath apron sudah
8 Th. 2011, dimana peralatan proteksi
ada, tyhroid ada, gonad ada, dan
meliputi: apron, tabir berlapis timah
kacamata. Kemudian akan diusulkan
hitam, kaca-mata, sarung tangan, pe-
sarungtangan …”
lindung tiroid dan pelindung ovarium
Di
Instalasi
peralatan
radiologi
di laboratorium kateterisasi jantung
meliputi apron dan tabir, khusus utuk
tersebut sudah dilakukan pemeriksaan
CT-scan peralatan proteksi yang tersedia
ke-layakan,
adalah apron. Peralatan proteksi yang
radiologi hingga saat ini belum pernah
ada di laboratorium kateterisasi jantung
dilakukan pemeriksaan secara fluoros-
sudah dilakukan pemeriksaan kelayakan
kopis. Menurut Duran, et al (2013) dan
oleh fisikawan medis, hasilya diduga
sesuai
ada satu apron yang tidak layak, dan
Publication
apron tersebut sudah dipisahkan dengan
harus diperiksa secara visual, fisik dan
apron yang masih dalam keadaan baik,
fluoroskopis, pemeriksa-an dilakukan
sedang-kan di Instalasi radiologi hingga
secara
saat
kelayakan-nya memberikan perlindung-
belum
radiasi
pernah
saat
atau gonad. Peralatan proteksi yang ada
ini
ini
proteksi
didapatkan
dilakukan
dengan
an.
karena
penelitiannya
peralatan
120,
berkala
pemeriksaan apron secara fluoroskopis,
belum tersedianya
sedangkan
Ryu,
et
di
Instalasi
ketentuan
peralatan
untuk
al
proteksi
memastikan
(2013)
menemukan
ICRP
dalam
kerusakan
untuk pemeriksaan tersebut.
pada 14 apron dari 71 apron yang
Rumah sakit ataupun pihak KSO telah
tersedia di dua rumah sakit universitas
mengupayakan peralatan proteksi radiasi
Korea, hal tersebut terjadi akibat tidak
sesuai dengan Kepmenkes No. 1204 Th.
adanya pemeriksaan secara berkala.
2004. Pada studi dokumen kerjasama
operasional tidak terdapat pernyataan
pihak KSO bertanggung jawab atas
6
b. Peralatan
pemantau
dosis
Namun untuk Laboratorium kateterisasi
perorangan
jantung, pihak KSO maupun rumah sakit
Peralatan pemantau dosis perorangan
tidak menyediakan TLD. Penggunaan
yang
TLD
digunakan
di
Laboratorium
ini
sangat
penting
bagi
kateterisasi jantung maupun Instalasi
keselamatan
radiologi adalah TLD badge. Namun di
sehingga perlu dipantau penggunaannya.
Laboratorium kateterisasi jantung sejak
Banyak di-temukan dosimeter tidak
Maret 2016 sudah tidak ada TLD
digunakan
dikarenakan adanya kesalahapahaman
pengetahuan tentang proteksi radiasi
dari pihak perusahaan KSO, seperti yang
sehingga
dinyatakan informan:
maupun hasil pem-bacaan dosimeter,
“…
Perusahaan
berpikir
kardiolog intervensionis
akibat
meremehkan
minimnya
peng-gunaan
TLD
juga untuk menghindari masalah dengan
diperpanjang satu tahun satu kali,
badan pengawas akibat dosis yang
ternyata
diper-panjang
melebihi nilai batas dosis (Heron, et al.,
bulan,
jadi
per
tiga
kesalahan
di
2010).
perusahaan…”
c. Pemantauan
Untuk peralatan pemantauan dosis di
adanya
pekerja
kerja
dan
lingkungan
Instalasi radiologi, hasil wawancara
menujukkan
area
Pemantauan
yang
paparan
radiasi
di
merasa belum pernah menerima TLD-
lingkungan dan area kerja Laboratorium
nya,
konfirmasi
kateterisasi jantung telah dilakukan oleh
kepada PPR, diketahui hal tersebut
BATAN, sedangkan untuk Instalasi
karena PPR belum memberikan TLD
radiologi pemantau-an dilakukan oleh
tersebut
karena
BPFK yang dilaksanakan setiap satu
hilang.
tahun
setelah
pada
dilakukan
dokter-dokter
ketakutan
TLD
tersebut
Observasi
penggunaan
TLD
sekali.
Rumah
sakit
telah
mengupayakan peralat-an pemantauan
di
Laboratorium kateterisasi jantung tidak
paparan
dapat dilakukan karena tidak adanya
Kepmenkes
TLD.
belum
Pemantauan radiasi pada lingkungan dan
terdapat SOP atau tatacara pemakaian
area kerja di Laboratorium kateterisasi
TLD yang baik dan benar.
jantung maupun Instalasi radiologi telah
Peralatan pemantau dosis perorangan
dilakukan. Pemantauan area kerja untuk
berupa TLD teah disediakan oleh rumah
mengetahui tingkat radiasi harus di-
sakit untuk Instalasi radiologi sesuai
lakukan secara rutin sehingga daerah
dengan Kepmenkes No. 1204 Th. 2004.
kerja
Pada
observasi
juga
7
radiasi
No.
tersebut
sesuai
1204
tetap
Th.
dengan
2004.
terjamin
keamanannya (Tetriana dan Evalisa,
merupakan bahan penahan radiasi yang
2006).
lebih baik, namun jarang digunakan
karena memerlukan biaya lebih mahal
d. Desain fasilitas alat sinar-X
(Trikasjono,
Beberapa informan menyata-kan bahwa
peringatan bahaya radiasi yang telah
desain ruangan peralaan sinar-X sudah
terpasang sudah sesuai dengan ketentuan
memenuhi persyaratan, hasil wawancara
yang dipersyaratkan oleh Bapeten.
tersebut
diperoleh
sesuai
dengan
dari
laporan
data
hasil
dkk,
2007).
Tanda
yang
uji
Pemantauan Dosis Perorangan
kesesuaian. Berdasarkan laporan hasil
Hasil
uji, seluruh ruangan di Laboratorium
menunjukkan
kateterisasi jantung maupun Instalasi
perorangan di Laboratorium kateterisasi
radiologi telah memenuhi persyaratan
jantung sudah tidak dilakukan, hasil
yang ditandai dengan tidak adanya
pemantauan dosis perorangan terakhir
radiasi yang keluar ke ruangan atau
dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
lingkungan sekitar. Tanda-tanda dan
Tabel.1.Hasil
peringatan
bahaya
radiasi
wawancara
dan
observasi
pemantauan
Pemantauan
dosis
Dosis
di
Perorangan di Laboratorium
Laboratorium kateterisasi jantung mulai
Kateterisasi Jantung Periode
dilengkapi seiring dengan penelitian ini,
September – November 2015
untuk di Instalasi radiologi tanda dan
Nama
Dosis tara (mSv)
1
0,23±14%
2
0,06±16%
Hasil wawancara dan observasi
3
2,15±12%
dokumen bila dibandingkan dengan ke-
4
0,05±16%
tentuan
yang
5
152,67±11%
ruangan
6
486,09±11%
untuk semua jenis pesawat sinar-X
7
0,19±14%
peringatan
bahaya
radiasi
telah
terpasang pada pintu-pintu ruangan.
dari
mempersyaratkan
Bapeten
dinding
terbuat dari bata merah ketebalan 25 cm
Sumber: PPR
atau setara dengan 2mm Pb (timah
Hasil Pemantauan Dosis Perorangan di
hitam), maka dapat dikatakan semua
Laboratorium
dinding ruangan fasilitas sianr-X telah
periode September hingga November
sesuai dengan ketentuan. Bahan penahan
2015, diketahui ada dua pekerja yang
radiasi yang baik adalah bahan yang
dosis perorangannya mencapai 152 mSv
mampu menyerap intensitas radiasi pada
dan 486 mSv, dimana nilai tersebut telah
ketebalan tertentu hingga mencapai
melebihi
tingkat
radiasi
yang
diijinkan.
Pb
8
nilai
kateterisasi
batas
dosis
jantung
yang
dipersyaratkan Kepmenkes No. 1204
stokastik
Th.2004 maupun Perka Bapeten No. 8
deterministik (Bartal, et al., 2014;
Th.2011.
telah
Widyaningsih dan Sutanto, 2013). Hasil
dan
pemantauan dosis yang lebih rendah
diketahui peningkat-an dosis perorangan
dibanding rekan sekerja di laboratorium
pada dua orang pekerja tersebut di-
kateterisasi
akibatkan karena kelalaian pe-kerja yang
mendapatkan perhatian. Hal tersebut
meletakkan TLD-nya di area radiasi saat
umumnya terjadi karena TLD tidak
yang bersangkutan tidak lagi bekerja di
dipakai pada saat berada di area radiasi.
area radiasi, selain itu TLD dikenakan di
Tidak digunakannya TLD dikarenakan
luar apron sedang-kan pekerja lainnya
pekerja takut hasil pemantauan dosis
meletakkan
TLD
dibalik
yang diterimanya melebihi Nilai Batas
Pemantauan
dosis
perorangan
Hal
ditindaklanjuti
tersebut
oleh
Bapeten
apron.
dan
menghindari
jantung
juga
efek
perlu
di
Dosis sehingga pekerja tersebut harus
Instalasi radiologi, berdasarkan hasil
beristirahat, sehingga peng-hasilan dari
wawancara
pekerja tersebut dapat menurun.
dan
observasi,
telah
dilakukan. Hasil pemantauan dosis para
pekerja di Instalasi radiologi, tidak ada
Pemeriksaan Kesehatan
pekerja yang terpapar melebihi nilai
Pemeriksaan kesehatan awal terhadap
batas dosis.
seluruh
pekerja
sebelum
dilakukan
Penyelidikan harus dilakukan bila
penerimaan sudah dilakukan, namun
terdapat kenaikan hasil pemantauan
tidak ada pemeriksaan ulang sebelum
dosis perorangan. Umumnya kesalahan
seseorang
terjadi karena penempatan dosimeter
radiasi
yang salah, menggunakan dosimeter
merupakan
pekerja lain, menyimpan dosimeter pada
dipindahkan
area yang terpapar radiasi (Duran, et al.,
Pemeriksaan
2013).
Pemasalahan dosis perorangan
diselenggarakan secara berkala oleh
yang melebihi batas dosis seharusnya
rumah sakit, namun terdapat beberapa
tidak boleh terjadi. Shoshtary, et al
infoman seperti perawat pekerja radiasi
(2015) berpendapat jika pendekatan
di Laboratorium kateterisasi jantung
proteksi radiasi yang memadai telah
yang menyatakan rumah sakit belum
dilaksanakan dosis kerja akan berada
menganjurkan
dalam batas dosis. Pemantauan dosis
melakukan
penting dilakukan sebagai upaya untuk
secara
mengurangi
terhadap informan diketahui rumah sakit
resiko
kejadian
efek
9
bekerja
bilamana
sebagai
pekerja
pekerja
tersebut
pekerja
ke
lama
bagian
radiasi.
kesehatan
telah
pekerjanya
pemeriksaaan
berkala.
yang
Dari
untuk
kesehatan
wawancara
belum memiliki kebijakan pemeriksaan
untuk tetap melaksanakan tugasnya.
kesehatan pada pekerja yang akan
Pemeriksaan kesehatan umum pada saat
memutuskan
Bagi
akan memutus-kan hubungan kerja juga
pekerja di Laboratorium kateterisasi
harus dilaksanakan untuk menentukan
jantung
dosis
kondisi kesehatan pekerja radiasi pada
batas
saat berhenti bekerja (Anonim, 2010).
hubungan
kerja.
pemantauan
perorangannya
melebihi
nilai
dosis, RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
telah melakukan pemeriksaan kesehat-
Penyimpanan Dokumen
an umum namun belum dilakukan
Dokumen hasil pemantauan dosis, hasil
pemeriksaan khusus.
pemeriksaan kesehatan dan hasil uji
penelitian,
kesesuaian alat sinar-X telah disimpan
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou telah
oleh petugas proteksi radiasi. Dokumen-
melakukan
kesehatan
dokumen ter-sebut belum dikelompokan
sesuai dengan Kepmenkes No. 1204 Th.
sesuai jenisnya. Penyimpanan dokumen
2004.
Pemeriksaan kesehatan awal
yang dilakukan telah sesuai dengan
secara teliti dan menyeluruh wajib
Kepmenkes No. 1204 Th.2004, namun
penting dilakukan untuk memastikan
belum adanya pengelompokan terhadap
bahwa
untuk
dokumen
melaksanakan tugas sebagai pekerja
dokumen
radiasi. Hasil penelitian menunjukkan
ketelitian, tidak jarang dokumen terselip
kurangnya
kesadaran
atau tidak ditemukan. Penyimpanan
mengenai
pentingnya
kesehatan
secara
Berdasarkan
hasil
pemeriksaan
pekerja
mampu
dari
pekerja
catatan
pe-meriksaan
berkala.
menyebabkan pencari-an
memerlukan
hasil
waktu
pemantauan
dan
dan
pemeriksaan kesehatan perlu ditetapkan
Banyak
karyawan yang melakukan pemeriksaan
dengan jangka
kesehat-an berkala jika sakit saja,
selama 30 tahun berkaitan dengan
kepedulian
program
ketentuan dalam hukum perdata tentang
pemeriksaan kesehatan berkala masih
kadaluwarsa dibebaskannya seseorang
kurang, karena kurangnya pengetahuan
dari tuntutan hukum. Semua dokumen
tentang manfaat program pemeriksaan
ini penting dan dapat dijadikan bukti
kesehatan berkala (Salhah, dkk, 2011).
apabila
Pemeriksaan kesehatan umum secara
kemudian hari (Tetriana dan Evalisa,
berkala
2006).
terhadap
berguna
untuk
memantau
kondisi kesehatan pekerja radiasi, untuk
terjadi
waktu penyimpanan
masalah
hukum
di
Jaminan Kualitas
menilai apakah pekerja tersebut berada
Melalui
dalam kondisi kesehatan yang sehat
wawancara
dan
observasi,
diketahui bahwa peralatan sinar-X di
10
Instalasi radiologi sudah dilakukan uji
kurangnya pengetahuan akan radiasi me-
kesesuaian secara berkala oleh BPFK,
rupakan
sedangkan
berjalannya
uji
kesesuaian
di
penyebab
upaya
utama
proteksi
Pelatihan
dilakukan oleh BATAN. Uji kesesuaian
sebagai langkah paling efektif dalam
sebagai bagian dari program jaminan
menurunkan
kualitas
2006).
berhubungan
dengan
radiasi
radiasi.
Laboratorium katetrisasi jantung sudah
yang
proteksi
tidak
resiko
dianggap
radiasi
(Vano,
aspek-aspek kinerja peralatan pesawat
sinar-X yang berlaku. Berdasarkan hal
KESIMPULAN
tersebut, dapat dikatakan rumah sakit
1. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
telah melakukan jaminan kualitas sesuai
belum memiliki Organisasi Proteksi
Kepemenkes No. 1204 Th. 2004.
Radiasi.
2. Peralatan
proteksi
radiasi
dan
Pendidikan dan Pelatihan
peralatan
Menurut informan, selama ini rumah
Laboratotium kateterisasi jantung
sakit belum pernah menyelenggarakan
dan Instalasi radiologi telah tersedia
pendidikan
proteksi
walau belum memadai baik dari segi
radiasi bagi seluruh pekerja radiasi, yang
jenis maupun jumlah. Belum ada
pernah dilakukan hanya sosiali-sasi,
SOP pemakaian peralatan proteksi
seperti kutipan wawancara berikut:
radiasi dan peralatan pemantauan
dan
pelatihan
“…in-house training belum, yang
ada
hanya
sosialisasi
pemantau
dosis
di
dosis.
tentang
3. Pemantauan
dosis
perorangan
proteksi radiasi dan keselamatan
terhadap pekerja di Laboratorium
radiasi …”
kateterisasi jantung sudah tidak
Hasil
wawancara
observasi
dilakukan. Hasil pemantauan dosis
belum
terakhir di Laboratorium kateterisasi
melaksanakan pendidikan dan pelatihan
jantung didapatkan dua pekerja yang
seperti
oleh
melebihi nilai batas dosis namun
Kepmenkes No. 1204 Th. 2004 maupun
telah ditindaklanjuti oleh Bapeten.
Perka
Pemantauan
menunjukkan
rumah
yag
Bapeten
Pendidikan
dan
sakit
dipersyaratkan
No.
8
Th.2011.
dan pelatihan sangatlah
dosis
pekerja
di
Instalasi radiologi hasilnya tidak ada
penting dalam pelaksanaan proteksi
yang melebihi nilai batas dosis.
radiasi. Berdasarkan hasil penelitian
4. Pemeriksaan kesehatan awal, secara
mengenai peralatan proteksi radiasi,
berkala dan terhadap pekerja yang
pemantauan
mendapatkan paparan berlebih telah
kesehatan
dosis,
dan
pemeriksaan
pemantauan
dosis,
dilakukan
11
oleh
rumah
sakit.
Kebijakan pemeriksaan kesehatan
pada
pekerja
yang
Anonimous.
akan
2015a.
Radiasi.
memutuskan hubungan kerja belum
Efek
Jakarta:
Biologi
Pusdiklat
BATAN.
ada.
Anonimous. 2015b. Template Program
5. Penyimpanan
dokumen
telah
Proteksi
dilakukan.
dan
Keselamatan
Radiasi Radiologi Diagnostik dan
6. Jaminan kualitas telah dilaksanakan
Intervensional. Badan Pengawas
untuk peralatan di Laboratorium
Tenaga Nuklir. Jakarta.
katetrisasi jantung dan Instalasi
www.bapeten.go.id/2015/dokume
Radiologi.
n/download.php?fid=840&filena
7. Pendidikan dan pelatihan terkait
me=
proteksi radiasi yang seharusnya
Template_Pedoman_Program_Pr
diselenggarakan oleh rumah sakit
oteksi_dan_Keselamatan_Radiasi
belum pernah dilakukan.
_RDI.doc&target=document
Anonimous. 2013. ICRP Publication
DAFTAR PUSTAKA
120: Radiological Protection in
Alazzoni, A., C. L. Gordon., J. Syed.,
Cardiology.
M. K. Natarajan., M. Rokoss.,
Commission
Jon-David
Protection.
Schwalm.,
S.
R.
International
on
Radiological
Mehta., T. Sheth., N. Valettas., J.
Anonimous. 2011. Peraturan Kepala
Velianou., S. Pandie., D. A.
Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Khdair., M. Tsang., B. Meeks., K.
Nomor 8 Tahun 2011 Tentang
Colbran., E. Waller., S. F. Lee., T.
Keselamatan
Radiasi
Dalam
Marsden.,and S. S. Jolly. 2015.
Penggunaan
Pesawat
Sinar-X
Randomized Controlled Trial of
Radiologi
Diagnostik
Radiation
Intervensional. Badan Pengawas
Protection
With
a
Patient Lead Shield and a Novel,
Nonlead
Anonimous. 2010. Peraturan Kepala
Operators Performing Coronary
Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Angiography
Nomor 6 Tahun 2010 Tentang
or
Cap
Tenaga Nuklir. Jakarta.
for
Circulation
Surgical
dan
Intervention.
Cardiovascular
Pemantauan
Kesehatan
Untuk
Interventions. Vol.8 (8).
Pekerja
DOI:10.1161/CIRCINTERVENT
Perijinan Fasilitas Radiasi dan Zat
IONS.115.002384.
Radioaktif
Radiasi.
Badan
Tenaga Nuklir. Jakarta.
12
Direktorat
Pengawas
Anonimous. 2008. Keputusan Menteri
Kesehatan
Republik
DOI:10.1016/j.ejrad.2010.06.034
Indonesia
Ilyas, S. D. A., Khaerati., H. Supri., dan
Nomor 1014/Menkes/SK/XI/2008
St.
Standar
Karakteristik
Pelayanan
Radiologi
Chadidjah.
Diagnostik di Sarana Pelayanan
Sinar
Kesehatan.
Quality
Menteri
Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Sebagai
Control.
Radiasi
Parameter
Univeritas
Ismail, H. A., O. A. Ali., M. A. Omer.,
Indonesia
M. E. Garelnabi., and N. S.
1204/MENKES/SK/X/2004
Mustafa. 2015. Evaluation of
Tentang Kesehatan Lingkungan
Diagnostic Radiology Departmen
Rumah Sakit. Menteri Kesehatan
in Term of Quality Control (QC)
Republik Indonesia. Jakarta.
of X-Ray Units at Khatorum State
Bartal, G., E. Vano., G. Paulo., and D.
hospital. International Journal of
No.
Republik
Kualitas
Uji
Hasanuddin.
Anonimous. 2004. Keputusan Menteri
Kesehatan
X
2012.
L. Miller. 2014. Management of
Science
Patient and Staff Radiation Dose
(1):1875-8. ISSN:2319-7064
in
Interventional
and
Research. Vol.4
Radiology:
Miller, D. L., E. Vano., G. Bartal.,
Current Concepts. Cardiovascular
S.Balter., R.Dixon., R.Padovani.,
and
B.Schueler., J.F.Cardella., and T
Interventional
Vol.37
(2):
Radiology.
289-298.
DOI:
de Baere. 2010. Occupational
10.1007/s00270-013-0685-0.
Radiation
Chida, K., Y. Kaga., Y. Haga., N.
Kataoka.,
E.
Kumasaka.,
Meguro.,
Protection
in
Interventional Radiology: A Joint
T.
Guidline of the Cardiovascular
and
and
Interventional
Radiology
M. Zuguchi. 2013. Occupational
Society of Europe and the Society
Dose in Interventional Radiology
of
Procedures. American Journal of
Cardiovascular
Roentgenology. Vol.
Interventional Radiology. Vol.33
200:138–
Interventional
Radilogy.
and
141. ISSN: 0361–803X/13/2001–
(2):
230-239.
138. DOI:10.2214/AJR.11.8455
10.1007/s00270-009-9756-7
DOI
Heron, J. L., R. Padovani., I. Smith., and
Ryu, J. S., S. W. Baek., C. H. Jung., S. J.
R. Czarwinski. 2010. Radiation
Cho., E. G. Jung., H. K. Kim., and
protection
J.H. Kim. 2013. The Survey about
of
medical
staff.
European Journal of Radiology.
the
Vol.76: 20–23.
Radiation Protective Shield in
13
Degree
of
Damage
of
Operation Room. Korean Journal
of
Pain.
Vol.26
Trikasjono, T., E. Supriyatni., dan H.
(2):142-7.
Budiyono.
DOI:10.3344/kjp.2013.26.2.142
2011.
Ketaatan
Karyawan
Pekerja
Analisis
Rumah
Sakit
Muhammadiyah
Radiasi
BATAN
Dalam
Di
Yogyakarta.
Kawasan
Seminar
Nasional IV SDM Teknologi
Pemeriksaan Kesehatan Berkala
di
Studi
Penerimaan Dosis Eksterna Pada
Salhah, A., A. Suwarni., dan W.
Hariyono.
2008.
Nuklir. Yogyakarta.
PKU
Vano,
Kota
E.,
L.
Fernandez.,
Gonzalez.,
F.
J.
M.
Alfonso.,
and
Yogyakarta. KES MAS Vol. 5 (1):
C.Macaya. 2006. Occupational
11-20. ISSN : 1978-0575
radiation doses in interventional
Saunamaki, K. I. 2010. Radiation
Protection
in
the
Catheterization
cardiology: a 15-year follow-up.
Cardiac
The British Journal of Radiology.
Laboratory:
Vol.79:
Special Focus on the Role of the
Operator.
383–388.
DOI:
10.1259/bjr/26829723
Interventional
Widyaningsih, D., dan H. Sutanto. 2013.
Cardiology. Vol.2 (5) : 667-672.
Penentuan
Shoshtary, A., J. P. Islamian., M.
Dosis
Radiasi
Eksternal pada pekerja Radiasi di
Asadinezhad.,
and
A.
Ruang
Sadremomitaz.
2015.
An
Radioterapi Rumah Sakit Dr.
Evaluation
Organ
Dose
Kariadi
Semarang.
Received by Cardiologist Arising
Fisika.
Vol.16
from Angiography examination in
ISSN:1410-9662
of
Educational Hospital in Rahst.
Global Journal of Health Science.
Vol.8
(7):185-94.
DOI:
10.5539/gjhs.v8n7p185
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tetriana, D., dan M. Evalisa. 2006.
Sangat
Penting,
Kesehatan
Pemeriksaan
Pekerja
Radiasi.
Buletin Alara. Vol.7 (3).
14
Penyinaran
Unit
Berkala
(2):57-62.
Download