1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan Pura Tanah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)
merupakan geguritan yang memiliki keterkaitan isi tentang perjalanan suci
pengemban dharma dari Ida Dang Hyang Dwijendra. GPTL ditulis oleh I
Nyoman Suprapta di dalam GPTL menggunakan 10 jenis pupuh yaitu: Sinom,
Mijil, Maskumambang, Pucung, Ginanti, Ginada, Durma, Semarandana,
Pangkur, dan Dangdang Gula. Karya sastra yang ditulis oleh I Nyoman Suprapta
selalu diawali dengan pupuh Dangdang Gula atau Sinom, dan sebagai penutup
menggunakan pupuh Durma. GPTL terdiri atas 33 pada/bait yang terbagi oleh 10
pupuh yaitu pupuh Sinom terdiri atas 4 pada, pupuh Mijil terdiri atas 1 pada,
pupuh Ginada terdiri atas 7 pada, pupuh Pangkur terdiri atas 5 pada, pupuh
Maskumambang terdiri atas 2 pada, Pupuh Pucung yang terdiri atas 4 pada,
pupuh Ginanti 3 pada, pupuh Semarandana terdiri atas 2 pada, pupuh Durma
terdiri atas 5 pada. Kemudian di awal GPTL diselipkan pupuh Dangdang Gula
sebagai pengantar dari GPTL sehingga pupuh yang digunakan berjumblah 10
yang mencirikan bahwa GPTL ini merupakan karya sastra ciptaan I Nyoman
Suprapta. GPTL merupakan karya terbaru dari Suprapta yang terbit pada bulan
pebruari 2013 cetakan pertama yang menggunakan bahasa Bali. GPTL
diterbitkan oleh Sanggar Sunari, Jalan Gatot Subroto Timur, Gang 117 F
Denpasar - Banjar Tega, Kelurahan Tonja, Kecamatan Denpasar Utara.
1
Objek ini sangat menarik untuk diteliti karena di dalamnya menceritakan
tentang dharmayatra Ida Dang Hyang Dwijendra pergi ke Bali. Selain itu,
penelitian ini dilakukan guna mengetahui kwalitas karya sastra yang berkarakter
dan memiliki ciri khas seperti GPTL ini. Di dalam GPTL terkandung ajaran dan
pendidikan yang erat kaitannya dengan kehidupan beragama Hindu di Bali.
Terutama didalam menjaga dan mempertahankan agama Hindu di Bali agar
masyarakat Bali tidak terpengaruh oleh agama lain khususnya agama Islam.
Ketika mulai merosotnya agama dan kebudayaan Hindu di pulau Jawa sekitar
abad 15 Masehi karena proses islamisasi, Ida Dang Hyang Dwijendra melakukan
dharmayatra ke pulau Bali. Pada masa itu Bali sedang mengalami zaman
keemasan di bawah pemerintahan Dalem Watu Renggong yang bertahta di Gelgel.
Sebagai sang pendeta Dang Hyang Dwijendra memiliki niat suci untuk
mempertahankan agama dan kebudayaan Hindu dari ancaman kepunahan. Beliau
memilih Bali sebagai pusat pertahanan, karena Bali belum terjamah oleh proses
islamisasi yang melanda Nusantara.
Ciri khas yang paling mendasar dari karya sastra ini adalah bahwa di
dalamnya pengarang berusaha membingkai intisari ajaran Hindu dengan karyanya
agar lebih mudah untuk dipahami oleh masyarakat secara luas. Suatu karya sastra
yang baik adalah karya sastra yang mampu menjadi seperangkat alat bagi
pengarangnya untuk menyampaikan segala pesan-pesan tentang ajaran kehidupan
kepada pembaca atau masyarakat (Junus, 1981: 12-13). Intisari ajaran yang
termuat dalam GPTL dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk lebih mendalami
dan meyakini ajaran agama leluhur, Siwa-Budha (Hindu-Dharma) sehingga
2
agama Hindu di Bali menjadi agama yang kekal abadi ( Sanatan Dharma
Nirartha). Melalui GPTL pengarang secara tidak langsung memberikan ajaran
moralitas sebagai landasan berpikir kepada masyakarat Hindu tentang kebenaran
dan kewajiban sebagai manusia untuk mempertahankan agama leluhur (HinduDharma).
GPTL (geguritan Pura Tanah Lot) terdiri dari tiga kata yaitu Pura, Tanah,
dan Lot. ”Pura” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti benteng, "Tanah"
dalam Kamus Bali - Indonesia berarti tanah dan ”Lot” atau ”Let” berarti tua
(wayah).
Jadi Pura Tanah Lot berarti benteng (tempat suci Agama Hindu) yang
berdiri di atas tanah tua yang kokoh. Pura Tanah Lot tergolong pura umum (
Dang Kahyangan) yang dipuja oleh seluruh umat Hindu. Pura ini berfungsi
sebagai tempat memuja Ida Sang Hyang Widhi dengan segala manifestasinya
serta leluhur, hal ini dibuktikan dari palinggih inti di pura tersebut berupa Meru
tumpang 5 dan Meru tumpang 3. Meru tumpang 5 yang menghadap ke barat
berfungsi sebagai tempat pemujaan tuhan dan segala manifestasinya sedangkan
Meru tumpang 3 yang menghadap ke selatan berfungsi sebagai tempat pemujaan
kebesaran Dang Hyang Dwijendra (Dang Guru).
Alasan yang menjadi pertimbangan digunakannya GPTL sebagai bahan
kajian dalam penelitian ini, yaitu (1) GPTL merupakan karya sastra Bali
tradisional yang mengangkat tema yang sentral tentang mempertahankan agama
yakni mengenai kedatangan Ida Dang Hyang Dwijendra membentengi Bali
dengan keteguhan dan keyakinan memeluk agama Hindu agar masyarakat Bali
3
tidak terpengaruh oleh pengaruh agama lain khususnya agama Islam, (2) naskah
GPTL memuat ajaran-ajaran agama Hindu terutama ajaran mengenai keyakinan
akan memeluk suatu agama, khususnya agama Hindu sebagai perenungan
moralitas manusia ditengah peradaban zaman yang semakin mengikisnya
moralitas dan keyakinan manusia, (3) naskah GPTL sebagai karya sastra
geguritan menjadi salah satu media untuk menambah pengetahuan tentang nilainilai sosial terutama dalam mempertahankan keberadaan pemeluk agama Hindu di
Bali. Oleh karena itu, sangat penting untuk meneliti karya sastra GPTL melalui
analisis struktur dan fungsi GPTL, (4) naskah GPTL belum pernah dijadikan
sebagai objek penelitian sebelumnya. Penelitian struktur dan fungsi dalam GPTL
sangat penting untuk dilakukan, karena dapat mengungkapkan dan memaparkan
fungsi GPTL yang terdapat dalam karya sastra GPTL sehingga dapat menjadi
panutan bagi masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian terhadap GPTL sangat perlu
dilakukan karena memiliki kedudukan penting dalam khazanah kebudayaan Bali.
Penelitian ini membahas baik dari segi struktur maupun fungsinya. Mengingat
cakupan penelitian sangatlah luas, maka dalam penelitian ini, permasalahan
tersebut dibatasi sesuai dengan rumusan di bawah ini:
1. Bagaimanakah struktur GPTL?
2. Apa fungsi GPTL bagi masyarakat pemeluk agama Hindu di Bali?
4
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian merupakan arah atau maksud yang melandasi suatu
penelitian. Adapun tujuan dalam penelitian ini, dapat dibagi menjadi dua yaitu,
tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini memiliki tujuan agar dapat menambah
wawasan dalam hal karya sastra Bali purwa, terutama karya sastra Bali yang
berbentuk geguritan. Mengingat karya sastra geguritan adalah karya sastra Bali
yang sarat dengan nilai-nilai yang bersifat tuntunan dan ilmu pengetahuan yang
utama bagi masyarakat penikmat sastra khususnya di Bali. Selain itu geguritan
sebagai salah satu bentuk dari kebudayaan masyarakat Bali, sehingga melalui
penelitian ini dapat menjadi salah satu bagian dari penelitian-penelitian karya
sastra tradisional lainnya untuk mengembangkan dan melestarikan karya satra
Bali tradisional yang berbentuk karya sastra geguritan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Mendeskripsikan struktur GPTL yaitu: satuan forma dan satuan naratif
yang membangun GPTL.
b. Mendeskripsikan apa fungsi GPTL bagi masyarakat pemeluk agama
Hindu di Bali.
5
1.4
Manfaat
Manfaat penelitian merupakan salah satu kegunaan atau faedah yang dapat
diambil dari suatu penelitian. Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dibagi
menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis manfaat dari penelitian ini adalah:
a.
Menambah dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan mengenai
penelitian terhadap karya sastra geguritan. Selain itu penelitian ini dapat
menjadi salah satu usaha untuk mengembangkan kebubudayaan daerah
yang berupa karya sastra geguritan.
b.
Hasil penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan refrensi untuk
melakukan analisis terhadap karya sastra geguritan mengenai analisis
struktur dan analisis fungsi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
a) Bagi peneliti atau mahasiswa, penelitian atau kajian ini bermanfaat
untuk memperkaya dan menambah ilmu sastra, terutama mengenai
analisis karya sastra dari struktur dan fungsi yang terdapat dalam
sebuah karya sastra baik karya sastra Bali tradisonal maupun moderen.
6
b) Bagi masyarakat/ penikmat sastra, hasil kajian ini dapat bermanfaat
untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan dengan
hasil penelitian dibidang karya sastra lainnya.
c) Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
materi atau pedoman dalam memahami struktur dan fungsi yang
terkandung dalam karya sastra geguritan dan penerapannya dalam
kehidupan.
7
Download