Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (2) Desember 2015: 169-177 ISSN: 0853-4489 PERTUMBUHAN IKAN BARONANG LINGKIS, Siganus Canalicullatus (Park, 1797), DI PERAIRAN PANTAI UTARA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR, SULAWESI SELATAN Growth Pattern of White-Spotted Spinefoot, Siganus Canalicullatus (Park, 1797) Populations in The Waters of The Northern Coast of Selayar Islands District, South Sulawesi Sharifuddin Bin Andy Omar, Rahmi Fitrawati, Farida Gasing Sitepu, Moh. Tauhid Umar, dan Muhammad Nur Diterima: 29 September 2015; Disetujui: 19 November 2015 ABSTRACT White-spotted spinefoot, Siganus canalicullatus (Park, 1797) is one of the most economically important herbivorous fish captured along the coast of Selayar Islands. The present work was undertaken to assess the length-weight relationship and Fulton's K condition factors of this fish caught in the waters of the northern coast of Selayar Islands District. Those parameters were calculated separately for both sexes. A total of 498 specimens of S. canaliculatus consisting of 265 males and 233 females were randomly collected on a monthly basis between January and June 2015 from local fishermen using gill nets of various mesh size in the coastal waters of Desa Barat Lambongan, Kecamatan Bontomatene, northern part of Selayar Islands District. The fish were brought to the laboratory and, after washing, their total length (L) was measured to the nearest 1 mm using a fish measuring board and the total body weight (W) was recorded to the nearest 0.01 g using an electronic balance. Each fish was then cut open and the sex were recorded. The length-weight relationships of males and females can be expressed as log W = –4.4220 + 2.7772 log L for males, indicated hypoallometric growth pattern; and log W = –4.6840 + 2.9022 log L for females, indicated isometric growth pattern. Overall, condition factor values were higher in males than in females. Keywords: condition factor, length-weight relationship, Selayar Islands District, Siganus canaliculatus, whitespotted spinefoot PENDAHULUAN Ikan baronang lingkis memiliki nama umum whitespot rabbitfish atau white-spotted spinefoot, dengan nama lokal biawasa (Burhanuddin et al., 2014) atau malaja (Sahabuddin et al., 2015). Klasifikasi ikan baronang lingkis menurut Nelson (2006) adalah sebagai berikut: Filum Chordata, Subfilum Craniata, Superkelas Gnathostomata, Kelas Actinoperygii, Subkelas Nopterygii, Divisi Teleostei, Subdivisi Euteleostei, Superordo Acanthopterygii, Series Percomorpha, Ordo Perciformes, Subordo Acanthuroidei, Famili Siganidae, Genus Siganus, Subgenus Siganus, Spesies Siganus canaliculatus (Park, 1797). Ikan baronang lingkis memiliki nama sinonim (Froese dan Pauly, 2016): Chaetodon canaliculatus (Park, 1797); Amphacanthus guttatus oramin Bloch & Schneider, 1801; Siganus oramin (Bloch & Schneider, 1801); Teuthis oramin (Bloch & Schneider, 1801); Amphacanthus dorsalis (Valenciennes, 1835); dan Teuthis dorsalis (Valenciennes, 1835). Perairan Kabupaten Kepulauan Selayar (Kab. Kep. Selayar) merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumber daya laut ikan baronang lingkis yang cukup besar. Ikan baronang lingkis cukup banyak ditangkap oleh nelayan, baik di perairan pantai Utara maupun di perairan pantai Selatan. Sumber daya perikanan ikan baronang lingkis memunyai peranan penting dan nilai ekonomis di dalam perikanan sero sehingga banyak dicari dan ditangkap (Pusat Penelitian Terumbu Karang Universitas Hasanuddin, 2008). Korespondensi: Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea, Makassar 90241 Email: [email protected] 169 Sharifuddin Bin Andy Omar Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (2) Desember 2015: 169-177 ISSN: 0853-4489 Eksploitasi yang dilakukan secara terus menerus tanpa disertai pengelolaan yang tepat dikhawatirkan menyebabkan penurunan populasi. Selain karena ekspoitasi yang berlebihan, juga karena adanya teknik penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Berdasarkan pertimbangan tersebut perlu suatu kajian mengenai aspek biologi dan reproduksi ikan baronang lingkis. Salah satu aspek biologi tersebut adalah hubungan bobot-panjang tubuh dan faktor kondisi. Penelitian tentang hubungan panjang-bobot tubuh dan faktor kondisi di perairan Kab. Kep. Selayar belum ada, padahal informasi dari hasil kajian ini sangat diperlukan sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan ikan tersebut. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan relatif ikan baronang lingkis melalui pengamatan terhadap hubungan panjang-bobot tubuh dan faktor kondisi. METODE PENELITIAN Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juni 2015. Pengambilan sampel dilaksanakan di perairan Desa Barat Lambongan, yang terletak di perairan pantai Utara Kab. Kep. Selayar (Gambar 1), dengan menggunakan alat tangkap sero, panah, dan jaring. Analisis ikan contoh dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Ikan, Jurusan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel ikan beronang Siganus canaliculatus (Park, 1797) di perairan pantai Utara Kabupaten Kepulauan Selayar (daerah yang diarsir) Metode Pengumpulan Contoh Pengambilan contoh ikan dilakukan sebanyak enam kali dengan interval waktu sebulan sekali. Mistar ukur berketelitian 1 mm digunakan untuk mengukur panjang total, di mulai dari ujung paling depan bagian kepala sampai ke ujung terakhir bagian ekor. Untuk menimbang bobot ikan digunakan neraca digital yang berketelitian 0,01 g. Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan membedah ikan contoh menggunakan alat bedah (gunting bedah, skalpel, dan pinset) kemudian gonad diamati secara morfologi (Andy Omar, 2010). Pertumbuhan Ikan Baronang Lingkis, Siganus canaliculatus (Park 1979), di Perairan Pantai Utara Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan 170 Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (2) Desember 2015: 169-177 ISSN: 0853-4489 Analisis Data Hubungan panjang total – bobot tubuh ikan baronang lingkis dianalisis berdasarkan jenis kelamin dengan menggunakan rumus (Le Cren, 1951): W=aLb atau: log W = log a + b log L Keterangan: W = bobot tubuh (g), L = panjang total (mm), a = konstanta (intersep), b = eksponen pertumbuhan (koefisien regresi). Untuk mengetahui apakah nilai b yang diperoleh sama dengan 3 atau tidak, dilakukan uji-t terhadap nilai b yang telah diperoleh sebelumnya. Selanjutnya, untuk membandingkan nilai b antara ikan jantan dan ikan betina, digunakan uji-t (Fowler dan Cohen, 1992). Faktor kondisi ikan baronang lingkis dianalisis berdasarkan jenis kelamin dan waktu pengambilan sampel. Jika ikan tersebut memiliki pertumbuhan isometrik maka digunakan rumus faktor kondisi Fulton sebagai berikut (Lagler, 1969): PI W 10 5 L3 Keterangan: PI = faktor kondisi Fulton, W = bobot tubuh rata-rata ikan yang sebenarnya yang terdapat dalam satu kelas (g), L = panjang total rata-rata ikan yang sebenarnya yang terdapat dalam satu kelas (mm). Sebaliknya, jika ikan tersebut memiliki pertumbuhan alometrik, baik hipoalometrik maupun hiperalometrik, maka faktor kondisi dihitung dengan menggunakan rumus faktor kondisi relatif dengan rumus sebagai berikut (Ricker, 1975): PIr W aLb Keterangan: PIr = faktor kondisi relatif, W = bobot tubuh ikan hasil pengamatan (g), aLb = hubungan panjang total – bobot tubuh yang diperoleh. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan ukuran ikan Jumlah ikan sampel yang diperoleh di perairan pantai Utara selama penelitian adalah 498 ekor dengan jumlah ikan jantan 263 ekor dan ikan betina 233 ekor. Ikan jantan yang tertangkap memiliki ukuran panjang total berkisar 101 – 195 mm dengan rerata 141,1331 ± 19,3219 mm dan bobot tubuh yang berkisar 11,71 – 96,99 g dengan rerata 37,2024 ± 15,0589 g. Kisaran panjang total ikan betina yang tertangkap adalah 115 – 255 mm dengan rerata 154,8060 ± 23,4005 mm dan bobot tubuh berkisar 18,56 – 228,72 g dengan rerata 50,8448 ± 30,7744 g. Ukuran panjang dan bobot ikan betina relatif lebih besar bila dibandingkan ikan jantan pada setiap waktu pengambilan sampel (Tabel 1). Martosewojo et al. (1983) menyatakan bahwa ikan baronang S. corallinus di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, memiliki panjang 149 – 288 mm dan bobot tubuh berkisar 55 – 267 g. Di perairan Selat onthoir, Kepulauan Banda, Maluku, Munira et al. (2010) mengamati 2.711 ekor ikan baronang lingkis dan melaporkan bahwa ikan tersebut memiliki panjang yang berkisar 44 – 300 mm. Woodland (2001) melaporkan bahwa S. canaliculatus dapat mencapai panjang total 300 mm, tetapi umumnya tertangkap dengan panjang sekitar 200 mm. Di pantai Barat Malaysia, ikan baronang lingkis dapat mencapai panjang 23 cm (Ahmad et al., 2003), di Kepulauan Negro, Filipina, mencapai 25,2 cm (Pauly, 1978), di India mencapai 33 cm (Jeyaseelan, 1988), di pantai Kenya dapat mencapai 38 cm (Wambiji et al., 2008), bahkan ikan baronang lingkis dapat mencapai ukuran 45 cm dengan bobot 2,3 kg (Gunderman et al., 1983). Menurut Burhanuddin et al. (2014), ikan baronang lingkis yang 171 Sharifuddin Bin Andy Omar Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (2) Desember 2015: 169-177 ISSN: 0853-4489 tertangkap di perairan pantai Sulawesi umumnya memiliki panjang yang berkisar 15 – 35 cm. Kisaran panjang dan bobot ikan baronang yang diperoleh selama penelitian relatif sama dengan temuan Martosewojo et al. (1983). Tabel 1. Siganus canaliculatus (Park, 1797). Kisaran ukuran panjang total dan bobot tubuh ikan baronang lingkis pada setiap waktu pengambilan sampel selama penelitian di perairan pantai Utara Kabupaten Kepulauan Selayar Waktu pengambilan sampel Jumlah sampel (ekor) Kisaran Rerata ± simp.baku Ikan jantan Kisaran Rerata ± simp.baku Januari 2015 16 110 – 195 154,7500 ± 25,2256 16,73 – 96,99 52,0706 ± 24,4080 Februari 2015 62 101 – 190 139,3548 ± 28,1052 11,71 – 89,89 38,0805 ± 21,4487 Maret 2015 37 113 – 155 129,7027 ± 11,5947 16,75 – 38,18 25,3846 ± 6,1259 April 2015 69 116 – 169 135,0580 ± 11,8109 18,92 – 64,26 33,8787 ± 8,6368 Mei 2015 47 120 – 172 152,4255 ±11,6372 27,87 – 63,27 43,0979 ± 8,5078 Juni 2015 32 135 – 164 147,5000 ± 7,3966 30,49 – 56,56 40,2391 ± 6,2693 Panjang total (mm) Bobot tubuh (g) Ikan betina Januari 2015 27 115 – 240 173,9259 ± 28,1588 20,95 – 185,62 75,9715 ± 35,3062 Februari 2015 17 116 – 255 194,2941 ± 41,1639 18,56 – 228,72 111,3941 ± 63,1309 Maret 2015 17 129 – 161 141,1176 ± 8,4030 22,67 – 44,07 30,8971 ± 5,0203 April 2015 72 120 – 214 148,7222 ± 17,6749 19,93 – 126,73 43,5836 ± 15,8877 Mei 2015 59 120 – 160 150,6610 ± 11,9404 26,84 – 75,86 42,9402 ± 9,4325 Juni 2015 40 133 – 164 148,0000 ± 7,3205 29,96 – 56,38 41,3583 ± 6,9594 Hubungan panjang-bobot Hubungan panjang total – bobot tubuh ikan baronang lingkis jantan yang tertangkap di perairan pantai Utara Kab. Kep. Selayar memenuhi persamaan regresi log W = – 4,4220 + 2,7772 log L dan ikan betina memenuhi persamaan regresi log W = – 4,6840 + 2,9022 log L. Berdasarkan hasil analisis statistik, ikan jantan memiliki tipe pertumbuhan hipoalometrik atau alometrik negatif, sedangkan ikan betina memiliki tipe pertumbuhan isometrik. Analisis statistik lebih lanjut terhadap koefisien regresi antara ikan jantan dan ikan betina menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum ikan baronang lingkis jantan dan betina memiliki kesamaan dalam hal pertambahan panjang dan bobot tubuh. Oleh karena itu, dilakukan penggabungan data antara ikan jantan dan betina. Gabungan data memberikan persamaan regresi hubungan panjang-bobot log W = –4,5918 + 2,8580 log L, yang menunjukkan tipe pertumbuhan hipoalometrik. Grafik hubungan panjang total – bobot tubuh ikan baronang lingkis yang diperoleh selama penelitian di perairan pantai Utara Kab. Kep. Selayar dapat dilihat pada Gambar 2. Di dalam biologi perikanan, informasi hubungan panjang total – bobot tubuh sangat dibutuhkan dalam pengelolaan perikanan. Berdasarkan informasi tersebut, maka para ahli biologi perikanan dapat melakukan konversi panjang tubuh ikan menjadi biomassa, menentukan kondisi ikan, Pertumbuhan Ikan Baronang Lingkis, Siganus canaliculatus (Park 1979), di Perairan Pantai Utara Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan 172 Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (2) Desember 2015: 169-177 ISSN: 0853-4489 melakukan komparasi pertumbuhan ikan antara satu wilayah dan wilayah pengelolaan lainnya, mengkaji reproduksi, dan melakukan studi tentang kebiasaan makanan (Froese et al. 2011). Gambar 2. Siganus canaliculatus (Park, 1797). Grafik hubungan panjang total – bobot tubuh ikan baronang lingkis yang tertangkap selama penelitian di perairan pantai Utara Kabupaten Kepulauan Selayar. Atas kiri: ikan jantan, atas kanan: ikan betina, bawah: gabungan ikan jantan dan ikan betina Sebagaimana terlihat dalam persamaan hubungan panjang total – bobot tubuh di atas (W = aLb), a adalah intersep dan b adalah koefisien regresi, tampak bahwa bobot tubuh ikan berhubungan dengan panjang tubuhnya secara eksponensial. Menurut Froese et al. (2011), dengan mengacu kepada nilai b ini maka dapat diketahui apakah pertumbuhan ikan tersebut isometrik (b=3) yaitu pertambahan bobot dan panjang tubuh sama cepatnya, hipoalometrik atau alometrik negatif (b<3) yaitu pertambahan bobot ikan lebih lambat daripada pertambahan panjang tubuhnya, dan hiperalometrik atau alometrik positif (b>3) yaitu pertambahan bobot lebih cepat daripada pertambahan panjang tubuh ikan. Hubungan panjang-bobot ikan baronang lingkis di perairan Kepulauan Seribu adalah W = 0,0293 L2,7429 (Martosewoyo et al., 1983). Di perairan Arab Saudi, Wassef dan Hady (2001) menemukan hubungan panjang-bobot adalah log W = –1,4564+ 2,7242 log L untuk ikan jantan, log W = –1,5072 + 2,7751 log L untuk ikan betina, dan log W = –1,4647 + 2,7352 log L untuk gabungan ikan jantan dan betina. Al-Marzouqi et al. (2009) memperoleh hubungan panjang-bobot ikan baronang lingkis jantan dan betina di perairan pantai Oman berbeda secara signifikan (p<0,05). Ikan jantan memiliki persamaan hubungan panjang-bobot log W = –4,0395 + 2,6736 log L, sedangkan untuk ikan betina log W = –4,3544 + 2,8048 log L. Di daerah padang lamun Selat Lonthoir, Munira et al. (2010) memperoleh hubungan panjang-bobot ikan baronang lingkis jantan W = 0,017 L1,49, ikan betina W = 0,012 L1,56, dan gabungan ikan jantan dan betina W = 0,015 L1,52. Al-Ghais (1993) menemukan persamaan regresi hubungan panjang-bobot pada ikan baronang lingkis yang terdapat di Ras AlKhaimah, Teluk Arab, berbeda antara sebelum, selama, dan sesudah musim pemijahan, pada 173 Sharifuddin Bin Andy Omar Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (2) Desember 2015: 169-177 ISSN: 0853-4489 penelitian yang dilakukan selama 1988 – 1990. Nilai koefisien regresi (b) pada beberapa spesies ikan baronang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Koefisien regresi beberapa jenis ikan baronang Spesies S. canaliculatus Jantan Betina Gabungan S. canaliculatus a b r 0,000027 0,000054 0,000036 2,8732 2,7486 2,8193 0,9856 0,9389 0,9589 Lokasi Teluk Mannar, India Pustaka Jayasankar, 1990 Ras Al-Khaimah, Teluk Arab Al-Ghais, 1993 Musim prapemijahan (Nopember – Februari) Jantan 0,023 3,094 0,99 0,074 2,647 0,98 Betina 0,031 2,987 0,99 0,041 2,875 0,99 Musim pemijahan (Maret – Juni) Jantan 0,029 0,081 Betina 0,034 0,042 3,003 2,655 2,936 2,888 Musim pasca pemijahan (Juli – Oktober) Jantan 0,052 2,791 0,048 2,810 Betina 0,045 2,843 0,071 2,914 S. argenteus 0,030 2,890 S. fuscescens 0,022 3,033 S. guttatus 0,067 2,750 S. spinus 0,031 2,988 S. virgatus 0,036 3,013 S. canaliculatus 0,0232 2,80 S. canaliculatus Jantan Betina S. canaliculatus 0,98 0,97 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,95 0,97 0,93 0,96 0,97 0,98 0,9864 Cape Filipina Bolinao, Campos 1994 Kenya Teluk Mannar, India 0,006592 0,003025 0,00005 3,0304 3,3990 2,7364 Perairan Oman et al., Wambiji et al., 2008 Anand & Reddy, 2012 Al-Marzouqi, 2013 Berdasarkan Tabel 2, terlihat adanya variasi nilai koefisien regresi, tidak saja antarspesies tetapi juga antarstok pada spesies yang sama dari perairan yang sama. Bagenal dan Tesch (1978), Goncalves et al. (1997), serta Taskavak dan Bilecenoglu (2001) menyatakan bahwa koefisien regresi dapat bervariasi secara musiman, bahkan harian, dan berbeda antarhabitat. Faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi hubungan panjang – bobot pada ikan antara lain: faktor lingkungan (suhu, salinitas, habitat), perbedaan jumlah spesimen, pengaruh area dan musim, kematangan gonad, jenis kelamin, makanan (kuantitas, kualitas, dan ukuran), tingkat kepenuhan lambung, kesehatan dan kondisi ikan dan teknik preservasi (Weatherley dan Gill, 1987; Dulcic dan Kraljevic, 1996; Wootton, 1998; Andreu-Soler et al., 2006; Akyol et al., 2007; Soomro et al., 2007; Cherif et al., 2008). Selain secara tunggal, perbedaan nilai koefisien regresi juga dapat merupakan kombinasi dari beberapa faktor yang telah disebutkan di atas. Beberapa faktor-faktor yang telah disebutkan di atas tidak sempat diamati pada saat dilakukan pengambilan sampel. Pertumbuhan Ikan Baronang Lingkis, Siganus canaliculatus (Park 1979), di Perairan Pantai Utara Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan 174 Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (2) Desember 2015: 169-177 ISSN: 0853-4489 Koefisien korelasi yang diperoleh seluruhnya positif dan sangat kuat (r>0,94). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara bobot tubuh dan panjang total pada ikan baronang lingkis jantan dan betina yang tertangkap di perairan pantai Utara Kab. Kepulauan Selayar. Faktor kondisi Nilai faktor kondisi ikan baronang lingkis jantan berkisar 0,5711 – 4,7303 (rerata 1,8144 ± 0,7344) dan ikan betina berkisar 0,4129 – 2,0089 (rerata 1,2770 ± 0,1693). Berdasarkan waktu pengambilan sampel, nilai faktor kondisi ikan baronang jantan dan betina di perairan pantai Utara Kab. Kep. Selayar dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Siganus canaliculatus (Park, 1797). Kisaran dan rerata faktor kondisi ikan baronang lingkis pada setiap waktu pengambilan sampel selama penelitian di perairan pantai Utara Kabupaten Kepulauan Selayar Waktu pengambilan sampel Januari 2015 Ikan jantan Rerata ± Kisaran simp.baku 0,8159 – 4,7303 2,5395 ± 1,1904 Februari 2015 0,5711 – 4,3840 1,8572 ± 1,0461 Maret 2015 0,8169 – 1,8621 1,2380 ± 0,2988 April 2015 0,9228 – 3,1340 1,6523 ± 0,4212 Mei 2015 1,3593 – 3,0858 2,1019 ± 0,4149 Juni 2015 1,4870 – 2,7585 1,9625 ± 0,3058 Ikan betina Rerata ± Kisaran simp.baku 1,1980 – 1,3688 ± 0,1774 2,0089 1,1308 – 1,3260 ± 0,1498 1,6604 0,9931 – 1,0944 ± 0,0795 1,3083 0,4129 – 1,3081 ± 0,2208 1,8646 1,0749 – 1,2433 ± 0,1061 1,5532 1,1296 – 1,2656 ± 0,0805 1,4571 Tabel 3 memperlihatkan bahwa nilai faktor kondisi ikan jantan relatif lebih besar daripada nilai faktor kondisi ikan betina pada setiap waktu pengambilan sampel di perairan Kab. Kep. Selayar. Temuan yang sama diperoleh Al-Marzouqi et al. (2011) pada ikan baronang lingkis yang tertangkap di perairan pantai Oman. Sebaliknya, Wassef dan Hady (2001) dan Tharwat (2005) menemukan nilai faktor kondisi S. canaliculatus jantan yang tertangkap di perairan Saudi Arabia lebih kecil daripada nilai faktor kondisi ikan betina. Kisaran nilai faktor kondisi yang diperoleh selama penelitian tidak berbeda jauh dengan temuan Tharwat (2005) yang mendapatkan kisaran 1,15 – 1,48 (rerata 1,29) untuk ikan S. canaliculatus jantan dan kisaran 1,20 – 1,52 (rerata 1,34) untuk ikan betina. Uji statistik menunjukkan nilai faktor kondisi ikan baronang jantan dan betina berdasarkan waktu pengambilan sampel berbeda nyata (p<0,05) pada tiap bulan. Pada ikan jantan, faktor kondisi ikan pada Januari dan Maret berbeda nyata (p<0,05) dengan bulan pengamatan lainnya kecuali antara Maret dan April serta antara Januari dan Mei, sedangkan antarbulan pengamatan lainnya tidak berbeda nyata (p>0,05). Adapun pada ikan betina, faktor kondisi ikan antara Maret dan bulan pengamatan lainnya serta antara Januari dan Mei adalah berbeda nyata (p<0,05), sedangkan antarbulan pengamatan lainnya tidak berbeda nyata (p>0,05). Faktor-faktor lingkungan dapat menyebabkan terjadinya perbedaan faktor kondisi antara ikan jantan dan ikan betina (Ekanem, 2004) Selain itu, juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan jumlah organisme yang terdapat di dalam suatu perairan (Effendie, 1979; 2002). Lebih lanjut Effendie (2002) menyatakan bahwa nilai faktor kondisi akan meningkat pada saat gonad ikan terisi oleh sel-sel kelamin dan akan mencapai nilai terbesar sesaat sebelum terjadi pemijahan. Al-Ghais (1993) menyatakan bahwa faktor kondisi S. canaliculatus dipengaruhi oleh kematangan gonad. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya fluktuasi nilai faktor kondisi ikan di antaranya adalah umur ikan, musim pemijahan,ketersediaan makanan, dan tingkat kepenuhan lambung (Wambiji et al., 2008). 175 Sharifuddin Bin Andy Omar Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (2) Desember 2015: 169-177 ISSN: 0853-4489 KESIMPULAN Ikan baronang lingkis S. canaliculatus jantan yang tertangkap di perairan Utara Kab. Kep. Selayar memiliki tipe pertumbuhan hipoalometrik yaitu pertambahan panjang tubuh ikan lebih cepat daripada pertambahan bobotnya. Sebaliknya, ikan betina memiliki tipe pertumbuhan tubuh isometrik, yang berarti pertambahan panjang tubuh ikan sama cepat dengan pertambahan bobot tubuh. Selain itu, nilai faktor kondisi ikan jantan lebih besar bila dibandingkan dengan nilai faktor kondisi ikan betina. Daftar Pustaka Ahmad, A.T.B., Isa, M.M., Ismail, M.S. and Yusof, S. 2003. Status of demersal fishery resources of Malaysia, pp. 83-135. In: Assessment, management and future directions for coastal fisheries in Asian countries, G. Silvestre, L. Garces, I. Stobutzki, M. Ahmed, R.A. Valmonte-Santos, C. Luna, L. Lachinca-Alino, P. Munro, V. Christensen and D. Pauly (eds.). WorldFish Center Conference Proceedings No. 67. Akyol, O., Kinacigil, H.T. and Sevik, R. 2007. Longline fishery and length-weight relationship for selected fish species in Gökova Bay (Aegean Sea, Turkey). International Journal of Natural and Engineering Sciences 1: 1-4. Al-Ghais, S.M. 1993. Some aspects of the biology of Siganus canaliculatus in the Southern Arabian Gulf. Bulletin of Marine Scince 52(3): 886-897. Al-Marzouqi, A. 2013. Length based stock assessment of the whitespotted rabbitfish, Siganus canaliculatus(Park, 1797) from the Arabian Sea off Oman. Thalassas 29(2): 67-76. Al-Marzouqi, A., Al-Nahdi, A., Jayabalan, N. and Al-Habsi, S. 2009. Stomach contents and length-weight relationship of the white-spotted rabbitfish Siganus canaliculatus (Park, 1797) from the Arabian Sea coast of Oman. Journal of the Marine Biological Association of India 51(2): 211-216. Al-Marzouqi, A., Jayabalan, N., Al-Nahdi, A. dan Al-Anbory, I. 2011. Reproductive Biology of the Whitespotted Rabbitish, Siganus canaliculatus (Park, 1797) in the Arabian Sea coast of Oman. Western Indian Ocean J. Mar. Sci. 10(1): 73-82. Anand, M. and Reddy, P.S.R. 2012. Length-weight relationship of the whitespotted rabbitfish Siganus canaliculatus (Park, 1797) from Gulf of Mannar, South India. Journal of the Marine Biological Association of India 54(1): 91-94. Andreu-Soler, A., Oliva-Paterna, F.J. and Torralva, M. 2006. A review of length-weight relationships of fish from the Segura River basin (SE Iberian Peninsula). Journal of Applied Ichthyology 22: 295-296. Andy Omar, S. Bin. 2010. Aspek reproduksi ikan nilem (Osteochilus hasseltii Valenciennes, 1842) di Danau Sidenreng, Sulawesi Selatan. Jurnal Iktiologi Indonesia 10(2):111-122. Bagenal, T.B. and Tesch, F.W. 1978. Age and growth, pp. 101-136. In T.B. Bagenal (ed.) Methods for the assessment of fish production in fresh waters. IBP Handbook No. 3. Third edition. Blackwell Scientific Publications, Oxford. Burhanuddin, A.I., Budimawan and Sahabuddin. 2014. The rabbit-fishes (family Siganidae) from the coast of Sulawesi, Indonesia. International Journal of Plant, Animal and Environmental Sciences. 4(2): 95-102. Campos, W.L., Del Norte-Campos, A.G.C., and McManus, J.W. 1994. Yield estimates, catch, effort and fishery potential of the reef flat in Cape Bolinao, Philippines. Journal of Applied Ichthyology 10: 82-95 Cherif, M., Zarrad, R., Gharbi, H., Missaoui, H. and Jarboui, O. 2008. Length-weight relationships for 11 fish species from the Gulf of Tunis (SW Mediterranean Sea, Tunisia). Pan-American Journal of Aquatic Sciences 3(1): 1-5. Dulcic, J. and Kraljevic, M. 1996. Weight-length relationships for 40 fish species in the eastern Adriatic (Croatian waters). Fisheries Research 28: 243-251. Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 112 hal. Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163 hal. Ekanem, S.B. 2004. The biology and culture of the silver catfish (Chrysichthys nigrodigitatus). Journal of Sustainable Tropical Agricultural Research 10: 1-7. Fowler, J. and Cohen, L. 1992. Practical Statistics for Field Biology. John Wiley & Sons, Chichester. 227 p. Froese, R. and Pauly, D. (eds.) 2016. Siganus canaliculatus. Fishbase. World Wide Web electronic publication www.fishbase.org version (05/2016). Diunduh 2 May 2016. Froese, R., Tsikliras, A.C. and Stergiou, K.I.. 2011. Editorial note on weight-length relations of fishes. Acta Ichthyologica at Piscatoria 41(4): 261-263. Pertumbuhan Ikan Baronang Lingkis, Siganus canaliculatus (Park 1979), di Perairan Pantai Utara Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan 176 Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (2) Desember 2015: 169-177 ISSN: 0853-4489 Goncalves, J.M.S., Bentes, L., Pino, P.G., Ribeiro, J., Canario, A.U.M. and Erzini, K. 1997. Weight-length relationships for selected fish species of the small-scale demersal fisheries of the south and southwest coast of Portugal. Fisheries Research 30: 253-256. Gundermann, N., Popper, D.M. and Lichatowich, T. 1983. Biology and life cycle of Siganus vermiculatus (Siganidae: Pisces). Pacific Science 37: 165-180. Jayasankar, P. 1990. Some aspects of biology of the white-spotted spine-foot, Siganus canaliculatus (Park, 1797) from the Gulf of Mannar. Indian Journal of Fisheries 37(1): 9 -14 Jeyaseelan, M.J. 1998. Manual of Fish Eggs and Larvae from Asian Mangrove Waters. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, Paris, France. 193 pp. Lagler, K.F. 1969. Freshwater Fishery Biology. Second edition. WC Brown Company, Dubuque, Iowa. 432 p. Le Cren, C.D. 1951. The length-weight relationship and seasonal cycle in gonad weight and condition in the perch (Perca fluviatilis). Journal of Animal Ecology 20(2): 201-219. Martosewojo, S, Burhanuddin, Djamali, A. dan Sianipar, P. 1983. Ikan Beronang: Biologi, Potensi, dan Pengelolaan. Proyek Studi Potensi Sumber Daya Ekonomi, Lembaga Oseanologi Nasional LIPI, Jakarta. 43 hal. Munira, Sulistiono, dan Zairion. 2010. Hubungan panjang-bobot dan pertumbuhan ikan baronang, Siganus canaliculatus (Park, 1797) di padang lamun Selat Lonthoir, Kepulauan Banda, Maluku. Jurnal Iktiologi Indonesia 10(2):153-163. Nelson, J.S. 2006. Fishes of the World. Fourth edition. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey. 601 p. Pauly, D. 1978. A Preliminary Compilation of Fish Length Growth Parameters. Ber. Inst. Meereskd. Christian-Albrechts-Univ Kiel 55, 200 pp. Pusat Penelitian Terumbu Karang Universitas Hasanuddin. 2008. Survei Potensi dan Pemetaan Kondisi Terumbu Karang Lokasi COREMAP II Kabupaten Selayar. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Selayar. Ricker, W.E. 1975. Computation and interpretation of biological statistics of fish populations. Bull. Fish. Res. Board Can. 191: 1-382. Sahabuddin, Burhanuddin, I., Malina, A.C. dan Nurhapsa. 2015. Morfometrik dan meristik ikan baronang (Siganus canaliculatus Park, 1797) di perairan Teluk Bone dan Selat Makassar. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) 25(1): 44-52. Soomro, A.N, Baloch, W.A., Jafri, S.I.H. and Suzuki, H. 2007. Studies on length-weight and length-length relationships of a catfish Eutropiichthyes vacha Hamilton (Schilbeidae: Siluriformes) from Indus river, Sindh, Pakistan. Caspian J. Env. Sci. 5(2): 143-145. Taskavak, E. and Bilecenoglu, M. 2001. Length-weight relationships for 18 Lessepsian (Red Sea) immigrant fish species from eastern Mediterranean coast of Turkey. Journal of Marine Biological Association of the United Kingdom 81: 895-896. Tharwat, A.A. 2005. Fishery assessment of the rabbitfish Siganus canaliculatus from the Arabian Gulf, Saudi Arabia. Egypt. J. Aquat. Biol. & Fish. 9(1): 117-136. Wambiji, N., Ohtomi, J., Fulanda, B., Kimani, E., Kulundu, N. and Hossaind, Md. Y. 2008. Morphometric Relationship and Condition Factor of Siganus stellatus, S. canaliculatus and S. sutor (Pisces: Siganidae) from the Western Indian Ocean Waters. South Pacific Studies 29(1): 1-15. Wassef, E. A. and Hady, H.A.A. 2001. Some biological studies and gonadal development of rabbitfish Siganus canaliculatus (Park) and Siganus spinus L. (F: Siganidae) from the Gulf Waters off Saudi Arabia. J. KAU: Mar. Sci., 12 (Special Issue): 189-208. Weatherley, A.H. and Gill, H.S. 1987. The Biology of Fish Growth. Academic Press, London. 443 p. Woodland, D.J. 2001. Siganidae, pp. 3627-364. In Carpenter, K.E. and V.H. Niem (eds.) 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 6. Bony fishes part 4 (Labridae to Latimeriidae), estuarine crocodiles, sea turtles, sea snakes and marine mammals. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Wootton, R.J. 1998. Ecology of Teleost Fishes. Kluwer Academic Publishers, Dordrecht, The Netherlands. 177 Sharifuddin Bin Andy Omar