LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KAJIAN TERHADAP POLA PERMUKIMAN DUSUN NGIBIKAN, KABUPATEN BANTUL – YOGYAKARTA DIKAITKAN DENGAN PERILAKU MASYARAKATNYA BIDANG KEGIATAN: PKM-P Oleh: Alreiga Referendiza Wiraprama 2009460021 (2009) Ahmad Mubarak Djuha 2009460019 (2009) Yandi Gustiawan 2009460033 (2009) Zakaria 2009460034 (2009) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA JAKARTA 2013 1. 2. 3. Judul Kegiatan Bidang Kegiatan Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Universitas/Institut/Politeknik e. Alamat Rumah dan No Tel./HP 4. 5. f. Alamat email Anggota Pelaksana Kegiatan Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIDN c. Alamat Rumah dan No Tel./HP BiayaKegiatan Total a. Dikti b. Sumber Lain 7. Jangka Waktu Pelaksanaan :KAJIAN TERHADAP POLA PERMUKIMAN DI DUSUN NGIBIKAN, BANTUL – YOGYAKARTA DIKAITKAN DENGAN PERILAKU MASYARAKATNYA : PKM-P : ALREIGA REFERENDIZA WIRAPRAMA : 2009 46 0021 : ARSITEKTUR : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA : Jl. Cempaka Putih Utara No.22 Rt.12 Rw.2, Kemayoran Jakarta Pusat 10640 081298653648 : [email protected] : 3 (Tiga) orang : Ir. Ari Widyati Purwantiasning, MATRP, IAI : 0303017201 : Jl. Benda No.72 Kampung Setu Rt.7 Rw.1 Ciganjur Jagakarsa – Jakarta 12630 (021) 7271279/ 0818 946 327 6. : Rp. 7.800.000,00 : Rp. 0,00 : 5 (Lima) bulan Jakarta, 20 Agustus 2013 Menyetujui Wakil Dekan Ketua Pelaksana Kegiatan Irfan Purnawan, ST, M.Chem.Eng NIP. 20773 Alreiga Referendiza W. NIM. 2009 46 0021 Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping Ir. Ari Widyati Purwantiasning, MATRP, IAI NIDN. 0303017201 ABSTRAK Pola permukiman masyarakat desa biasanya dipengaruhi oleh lokasi desa, iklim, serta adat budaya desa tersebut. Di antara adat budaya yang ada, beberapa di antaranya telah melekat kedalam diri masyarakat desa sehinggga membuat sebuah kebiasaan dan perilaku yang tercermin dari bagaimana cara mereka bersosialisasi terhadap sesama. Di sebuah dusun yang terletak di desa Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, kehidupan bermasyarakat dan gotong royong yang turun temurun menjadi sebuah budaya dan kebiasaan dari masyarakat telah membawa dusun ini bangkit dari keterpurukan atas terjadinya bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya pada tahun 2006. Tak hanya itu, berkat gotong royong dan kerja keras masyarakat membangun desanya kembali, desa ini berhasil masuk dalam nominasi Aga Khan Award pada tahun 2010 di Doha, Qatar. Tentunya atas prakarsa arsitek senior, Eko Prawoto, yang telah menggerakkan hati masyarakat dan membuatkan sebuah desain yang unik untuk merekonstruksi kembali desa itu. Desa ini bernama dusun Ngibikan. Desa yang memiliki warisan leluhur yang tetap dijaga baik, warisan yang membuat desa ini mendapatkan predikat sebagai desa yang memiliki konsep Arsitektur Komunitas di dalamnya, yaitu konsep dimana pembangunan desa berbasis pada kebutuhan dan keinginan komunitas/ masyarakatnya, hal tersebut dikenal dengan warisan hidup bergotong royong. Perilaku masyarakat yang membentuk suatu pola permukiman pedesaan yang indah dan nyaman untuk dihuni. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan segala nikmatnya kepada kami. Shalawat serta salam juga kita ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing, Ir. Ari Widyati Purwantiasning., MATRP. IAI yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta wawasan yang begitu banyak, khususnya dalam bidang penyusunan sebuah laporan mengenai penelitian yang dilakukan. Laporan Penelitian ini kami susun untuk memenuhi persyaratan Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penelitian. Laporan ini juga bertujuan memahami pola permukiman pada Dusun Ngibikan di Bantul, Yogyakarta setelah terjadi gempa pada tahun 2006 silam, yang dikaitkan dengan perilaku atau kebiasaan dan adat istiadat penduduk sekitar. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumya dan mahasiswa Jurusan Arsitektur khususnya, sehingga dapat memberikan inspirasi serta sebagai bahan referensi mengenai pola permukiman yang dikaitan dengan perilaku masyarakatnya. Tentunya laporan ini belum memenuhi kata sempurna dan kami selaku penyusun menerima kritik dan saran serta ide yang membangun yang dapat menyempurnakan laporan serta penelitian kami. Akhir kata, kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang tak dapat kami sebutkan satu persatu. Jakarta, 20 Agustus 2013 Penyusun I . PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dusun Ngibikan yang terletak di desa Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul merupakan desa yang masih asri dan rimbun akan aneka jenis tanaman. Masyarakatnya yang mayoritas bermata pencaharian sebagai tukang bangunan dan petani melaksanakan kegiatan sehari-harinya seperti biasa. Tidak ada rona kesedihan dan trauma yang terlihat di wajah masyarakat desa ini akibat bencana yang menimpa desa ini tahun 2006 silam. Kegiatan sosial masih terus berlangsung. Desa yang masuk dalam nominasi Aga Khan Award pada tahun 2010 di Doha ini bangkit dari keterpurukan atas kerja keras masyarakat sekitar membangun desa mereka kembali, dengan dibantu oleh seorang arsitek senior, Eko Prawoto, yang di donaturi oleh berbagai kalangan. Gotong royong, itulah kunci dari semua prestasi yang di capai oleh Dusun Ngibikan ini. Gotong royong merupakan salah satu perilaku masyarakat yang entah disadari atau tidak, telah menjadi suatu budaya khususnya pada masyarakat Indonesia. Gotong royong hanyalah satu di antara banyak perilaku yang terjadi di masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Perilaku ini dapat dibentuk oleh sebuah karya arsitektur. Sebuah karya arsitektur yang baik dan dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakatnya, akan menciptakan sebuah perilaku positif pada masyarakat pengguna karya arsitektur tersebut. Begitu juga sebaliknya, perilaku masyarakat dapat berubah menjadi negatif ketika arsitektur yang menaungi mereka tak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Drucker (1969) mengatakan, bahwa kebiasaan mental dan sikap perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Tetapi dapat juga terjadi sebaliknya. Sebagai manusia yang mempunyai cipta rasa, perilaku mereka pun dapat mempengaruhi lingkungannya. Sehingga tercipta suatu lingkungan seperti apa yang mereka harapkan. PERUMUSAN MASALAH Permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini adalah Pola Permukiman Di Dusun Ngibikan, Bantul - Yogyakarta Yang Dikaitkan Dengan Perilaku Masyarakatnya. Perilaku ini berkaitan dengan teori-teori yang ada dan dibandingkan dengan perilaku masyarakat dusun Ngibikan yang mempengaruhi pola permukiman di desa tersebut. Pola permukiman yang ada juga akan dibandingkan dengan teori pola permukiman yang ada. Sehingga nantinya akan ditemukan keterkaitan antara pola permukiman di dusun Ngibikan dengan perilaku masyarakatnya. Dari permasalahan yang ada, dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh perilaku masyarakat dusun ngibikan terhadap pola permukiman di dusun tersebut. 2. Bagaimana keterkaitan pola permukiman dusun Ngibikan jika dibandingkan dengan Teori Pola Permukiman di Desa. 3. Bagaimana keterkaitan pola permukiman dusun Ngibikan jika dibandingkan dengan Teori Perilaku. TUJUAN Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menjabarkan keterkaitan antara pola permukiman dusun ngibikan dengan perilaku masyarakatnya. 2. Membuktikan bahwa hasil karya arsitektur berkaitan erat dengan perilaku manusia. 3. Memaparkan dan membandingkan antara teori yang ada dengan bukti-bukti nyata di lapangan. 4. Menjelaskan benang merah antara perilaku manusia dengan kebutuhan ruang huniannya yang selanjutnya berpengaruh pada pola hunian dan permukimannya. LUARAN YANG DIHARAPKAN Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menemukan hubungan sebab – akibat antara perilaku masyarakat desa dengan pola permukiman masyarakatnya. 2. Dapat menjadi referensi di kemudian hari untuk penelitian mengenai pola permukiman desa atau perilaku masyarakat. KEGUNAAN Pada saat pelaksaanannya maupun setelah selesai kegiatan PKM ini akan membawa manfaat bagi masyarakat sekitar yang menjadi obyek penelitian dan khalayak, di antaranya: • Memberi pengetahuan kepada masyarakat dusun Ngibikan mengenai bagaimana pola permukiman desanya dan bagaimana pola tersebut bisa terbentuk. • Memberi pengetahuan kepada masyarakat dusun Ngibikan tentang bagaimana pola permukiman yang baik dari segi arsitektur maupun untuk menunjang kegiatan sosial. • Menambah pengetahuan mengenai teori permukiman dan teori perilaku manusia II. TINJAUAN PUSTAKA Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan atau genetika. (Sumber: Wikipedia, Oktober 2012) Dalam beberapa dekade belakangan ini, hubungan antara perilaku manusia dan lingkungan fisik telah menarik perhatian para peneliti dari ilmu sosial ataupun para profesional di bidang perancangan arsitektur, perancangan kota, regional, dan lansekap. Kata perilaku menunjukkan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan semua ativitas manusia secara fisik; berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. Di sisi lain, desain arsitektur dapat menjadi salah satu fasilitator terjadinya perilaku, namun juga bisa menjadi penghalang terjadinya perilaku. (Sumber: Joyce Marcella Laurens , Arsitektur dan Perilaku Manusia, Jakarta:2005) Jumlah penduduk desa di Indonesia 80 % tinggal di desa. 1. Daerah : a. penggunaan tanah : hunian, pertanian/perkebunan b. lokasi jauh dari pusat perdagangan (bervariasi) ada yang terisolir ada yang accessible 2. Penduduk : a. Jumlah : ± 250 – 2500 orang b. Pertumbuhan : ± 1,7 % (th 70-80) lebih rendah disbanding kota yang 3,6 – 3,9 % akibat urbanisasi. Kepadatan relative rendah. c. Persebaran : ada yang tersebar dalam daerah luas, ada yang berkelompok d. Mata Pencaharian :relative homogeny (pertanian-nelayan pengerajin) e. Dari segi Mata Pencaharian ada 3 acam desa :desa pertanian/perkebunan, desa nelayan, desa pegerajin 3. Tata Kehidupan : a. Merupakan masyarakat “gemeinschaft” dasar kehidupan adalah ikatan kekeluargaan dengan pola gotong royong. Memegang teguh tradisi b. kehidupan bersama lebih menonjol dibanding pribadi c. outdoor personality & kondisi ekonomi sebagian besar rendah Pola permukiman dibagi dalam 2 bagian, yaitu: 1. Pola tersebar: Umumnya desa petani dimana penduduknya tinggal di sawah msingmasing. untuk mendekati tempat kerja 2. Pola kelompok, memiliki beberapa pola : a. pola grid, contohnya desa-desa yang berdekatan dengan kota • pola linear, memiliki beberapa orientasi : sungai/gunung, jalan, & arah suci b. pola cluster, contoh Madura dan Jatim pantai utara timur. contoh daerah Sumba c. pola amorph (Sumber: Ir. Happy Indira Dewi, MT, Buku ajar Pengantar Perumahan dan Permukiman, 2011) III. METODE PELAKSANAAN Dalam penelitian ini digunakan tiga tahapan metode, yaitu: a. Metode Pendataan Dalam metode ini dilakukan tiga kegiatan, yaitu: • Browsing via internet mengenai data apa saja yang dibutuhkan. • Studi Literatur yang ada berkaitan dengan standarisasi dan laporan peneliti lain yang pernah ada yang berkaitan dengan pembahasan yang ada. • Observasi atau survey lapangan, Terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat. Dilapangan dilakukan pemotretan, wawancara, serta sketsa hal-hal yang diperlukan. b. Metode Analisis Pada penelitian ini dilakukan metode analisis dengan cara membandingkan secara langsung antara fakta di lapangan dengan teori yang berkaitan sehingga di dapat keterkaitan antara keduanya. c. Metode Menarik Kesimpulan. IV. PELAKSANAAN PROGRAM WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Waktu dan tempat pelaksanaan dibagi menjadi 2, yaitu pelaksanaan survey lokasi dan pelaksanaan penulisan penelitian. Pelaksanaan survey lokasi penelitian di adakan pada tanggal 19-21 April 2013 yang berlokasi di Dusun Ngibikan Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Sedangkan pelaksanaan penulisan penelitian di adakan di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Jakarta para rentang waktu Januari – Mei 2013. JADWAL PELAKSANAAN Tabel 1. Jadwal Kegiatan PKM JADWAL WAKTU PELAKSANAAN No. PELAKSANAAN Bulan 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 2 3 Bulan 2 4 1 2 3 Bulan 3 4 1 2 3 Bulan 4 4 1 2 3 Bulan 5 4 1 2 3 Pengumpulan literatur Pengolahan data awal dari literatur Menyusun Teori yang berhubungan dengan masalah Survey ke lokasi Mengkaji dan meneliti temuan-temuan di lokasi Pengolahan data berdasarkan temuan di lapangan Menganalisa temuan di lokasi dengan teori yang ada Menyusun laporan akhir & publikasi INSTRUMEN PELAKSANAAN Pelaksanaan dilaksanakan dengan di awali pencarian literatur dan data-data mengenai Dusung Ngibikan dan teori-teori yang terkait dengan penelitian, lalu di adakan survey untuk mencari tahu apa saja yang belum diketahui dan perlu di dalami. Setelah survey, dilakukan kembali pencarian literatur yang kurang untuk mematangkan lagi penelitian yang ada. Baru setelah itu dimulai penyusunan laporan. REKAPITULASI BIAYA Tabel 2. Rekapitulasi Biaya PKM REKAPITULASI BIAYA No. 1. ITEM JMLH SATUAN JMLH HARGA SURVEY Tiket bus berangkat 130.000 4 orang 520000 Tiket kereta pulang 210.000 4 orang 840000 Konsumsi 150.000 4 orang 600000 Penginapan 250.000 2 Kamar 500000 Sewa Kendaraan 100.000 2 Motor 200000 1.000 4 Buah 50.000 4 Orang Sewa Helm Transportasi umum 2. HARGA SAT ALAT DAN BAHAN 4000 200000 4 Pulsa Telpon 150.000 4 Orang 600000 Langganan Paket Modem Internet 100.000 5 Bulan 500000 60.000 2 Rim 120000 Sewa Komputer 500.000 1 Paket 500000 Sewa Printer+Tinta 500.000 1 Paket 500000 Sewa Kamera Digital 200.000 1 Buah 200000 Sewa Jasa Fotocopy (tanpa kertas) 200.000 1 Paket 200000 Alat Tulis dan Buku Catatan 100.000 4 Orang 400000 25.000 6 Buah 150000 100.000 5 Orang 500000 Kertas A4 3. Lain-lain Souvenir untuk narasumber Sumbangan untuk narasumber Total Pengeluaran Sementara 6534000 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Perbandingan teori dengan data lapangan pola permukiman No. Perbandingan Teori dengan data Lapangan Teori Pola Permukiman Kesimpulan Data Lapangan Dusun Ngibikan Faktor-faktor yang mempengaruhi pola permukiman penduduk: 1 Relief Bumi: Pola Permukiman berdasarkan bentuk bumi Merupakan wilayah yang cenderung datar Karena bentuk permukaan tanahnya datar, maka permukiman Dusun Ngibikan pun tidak begitu terpengaruh permukaan tanah 2 Kesuburan Tanah: Permukiman mendekatkan diri dengan wilayah subur Dusun dikelilingi oleh sawah dan lahan perkebunan. Merupakan tanah yang subur. Wilayah dusun yang dikelilingi sawah mengindikasikan bahwa permukiman penduduk dusun mendekatkan diri dengan daerah yang subur. 3 Keadaan Iklim: Curah hujan, suhu, dan intensitas radiasi matahari mempengaruhi pola permukiman penduduk 4 Kegiatan Ekonomi: pusat perbelanjaan, perindustrian, pertanian, perikanan berpengaruh terhadap pola permukiman Wilayah dusun Ngibikan merupakan wilayah yang cenderung panas dengan intensitas cahaya matahari yang besar. Dusun Ngibikan jauh dari pusat kota Yogyakarta. Tetapi sekeliling wilayah ini merupakan lahan sawah dan aliran sungai. Iklim dengan intensitas cahaya yang tinggi dengan suhu yang panas membuat pola permukiman dusun Ngibikan tidak terlalu rapat tetapi tetap berdekatan. Jauh dari pusat kota tetapi dekat dengan area sawah membuat dusun ini jauh untuk dijangkau tetapi bagi masyarakat sekitar mereka dekat dengan tempat kerjanya. 5 Kultur Penduduk: Budaya penduduk yang dipegang teguh akan tegak lurus dengan pola permukimannya. Adat dusun Ngibikan merupakan adat jawa, tetapi sudah berkembang dan mengutamakan fungsi hunian dibanding adat istiadatnya. dilihat dari arsitektur rumah dan pola permukimannya, adat istiadat yogyakarta dan sekitarnya sudah tidak berpengaruh besar terhadap wilayah ini. Penduduk dusun Ngibikan merupakan salah satu masyarakat yang hidup dalam sebuah kelompok. Dapat dilihat dari perbandingan bentuk pola permukiman antara aktual di lapangan dengan teori yang ada, di ambil kesimpulan bahwa pola 1 Bentuk Pola Permukiman: Pola Tersebar: rumah mendekatkan diri dengan tempat kerjanya 2 a. Pola Grid b. Pola Linear c. Pola Cluster d. Pola Amorph Pola Permukiman di Dusun Ngibikan terlihat berantakan dan tidak beraturan terutama di bagian yang tidak bersinggungan langsung dengan jalan. Bagi rumah yang bersinggungan langsung dengan jalan, maka rumah tersebut akan menghadap ke arah jalan. permukiman yang ada di Dusun Ngibikan merupakan pola permukiman Amorph, yaitu pola permukiman yang tidak beraturan. Dari tabel 3 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pola permukiman penduduk dusun Ngibikan berbentuk Amorph. Permukimannya hidup berkelompok dengan rumah yang menyebar tetapi tetap berdekatan. Wilayahnya yang dikelilingi oleh sawah dan sungai dikarenakan mendekatkan diri dengan tempat masyarakat bekerja yaitu sawah dan kebun. Permukiman ini terbentuk karena kesuburan tanahnya. Tabel 4 Perbandingan teori dengan data lapangan mengenai perilaku masyarakat No. Perbandingan teori dengan data lapangan Kesimpulan Teori Perilaku Data lapangan dusun Ngibikan Metode pembentukan perilaku Kebiasaan: membiasakan diri untuk Masyarakat dusun Ngibikan Kebiasaan masyarakat dusun Ngibikan 1 merupakan hal yang mencerminkan merubah perilaku manusia memiliki kebiasaan berkumpul dan mengadakan acara untuk dan menjadi ciri khas dusun ini. bersosialisasi. Kaum lelaki mencari nafkah di sawah dan proyek, kaum perempuan dirumah memasak dan menjaga anak. Pengertian: dengan diberikan Pasca gempa tahun 2006, Dengan diberikan beberapa pengertian, 2 pengertian, maka manusia dapat masyarakat dusun ngibikan diberi warga dusun Ngibikan mengerti dan membiasakan diri pengertian oleh beberapa pihak membiasakan diri untuk melaksanakan mengenai tanggap darurat gempa. suatu kebiasaan atau perilaku yang Dengan demikian, mereka dapat baik. mengetahui apa saja yang harus dilakukan ketika terjadi gempa. Contoh: seorang anak kecil Kebiasaan gotong royong dan Berbekal ajaran orang tua dan nenek 3 mencontoh apa yang dilakukan oleh semacamnya merupakan moyang, masyarakat dusun Ngibikan orangtuanya kebiasaan yang di ajarkan oleh masih tetap menjaga agar kebiasaan nenek moyang kita. tersebut tetap terjaga dengan baik. Perubahan perilaku a. Faktor internal Jenis keturunan: setiap ras atau Sebagai manusia yang dilahirkan Suku, ras atau keturunan memang 1 keturunan memiliki tingkah laku dari keturunan jawa, tingkah laku berpengaruh terhadap tingkah laku yang khas dan kebiasaan masyarakat seseorang. Hal ini dirasakan juga Ngibikan pun masih ketika kita berkunjung ke dusun Jenis kelamin 2 mencerminkan masyarakat jawa Ngibikan. Sifat fisik 3 yang santun, ramah, halus, serta Kepribadian 4 menghormati tamu. Intelegensia: keseluruhan Masyarakat dusun Ngibikan Bakat atau keterampilan dapat menjadi 5 kemampuan untuk berfikir dan memiliki keterampilan khusus hal yang berpotensi untuk bertindak secara terarah dan efektif dalam bidang bangunan, seni / menghasilkan penghasilan khusus. Hal keterampilan, dan juga bertani. ini juga di alami warga dusun Bakat: kondisi seseorang yang 6 Ngibikan. Dusun ini terkenal dengan memungkinkan mencapai suatu pengrajin kulitnya. kecapakan dan keterampilan khusus b. Faktor eksternal Pendidikan: hasil proses belajar Ketika mereka mau membangun Agama, kebudayaan, lingkungan, serta 1 mengajar adalah perubahan rumah mereka kembali, mereka ekonomi berperan penting terhadap perilaku mengadakan slametan terlebih perubahan perilaku masyarakat dusun dahulu baru mulai membangun. Ngibikan. Perilaku yang tadinya di Agama: bertingkah laku dengan 2 dasari oleh kebudayaan dan norma dan nilai yang diajarkan 3 Kebudayaan: tingkah laku seseorang berbeda ketika dia memiliki kebudayaan yang berbeda 4 Lingkungan: lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu 5 Sosial Ekonomi: status ekonomi menentukan tersedianya fasilitas untuk beraktifitas Arsitektur dan perilaku manusia: Perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Tetapi dapat juga terjadi sebaliknya, perilaku manusia dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya Kebudayaan yang di anggap baik masih tetap dijaga, sehingga membawa dusun ini masuk kedalam nominasi Aga Khan Award karena budaya gotong royongnya. Lingkungan dusun yang beriklim panas membuat masyarakat senang berinteraksi satu sama lain ketika hari menjelang sore. Kaum lelaki mencari nafkah. Sedangkan kaum perempuan mengurus rumah dan mengadakan kegiatan sosial. Kawasan ini merupakan kawasan subur dengan banyak lahan pertanian disekitarnya. Masyarakat datang kemari untuk mendekatkan diri dengan lahan tempat mereka bertani atau bekerja. Dahulu ketika masyarakat masih sedikit, warga membangun rumah semau mereka akan menghadap mana. Mereka berpendapat bahwa lahan di depan rumah mereka sangat luas dan cocok jika rumah mereka menghadap ke arah tersebut. Tetapi hal tersebut berdampak lain saat ini. Rumah yang tadinya menghadap ke tanah luas justru tidak menghadap kemana-mana ketika telah berdiri rumah tinggal di tanah luas tersebut. Arah hadap rumah menjadi berantakan. lingkungan, mulai berubah dengan adanya nilai-nilai agama. Begitu juga ketika keadaan ekonomi masyarakat dusun mulai membaik. Sifat modernisme muncul. Masyarakat juga dapat membangun fasilitas-fasilitas umum yang dapat di laksanakan bersama-sama sebagai sarana bersosialisasi. Keadaan lingkungan yang subur dan asri mengundang masyarakat untuk bermukim dan bercocok tanam di daerah ini. Lingkungan yang dan teduh di tengah panasnya iklim yang ada, membuat masyarakat senang bersosialisasi. Tetapi semakin bertambahnya penduduk yang ada, semakin berkembang juga perumahan di dusun ini. Hal ini berpengaruh besar terhadap lingkungan hunian yang tak lagi seluas dahulu. Perumahan menjadi lebih padat dan berantakan. Meskipun terdapat tempat-tempat untuk bersosialisasi, tetapi tidak mudah terlihat dan terjangkau oleh khalayak banyak dusun tersebut. Dari tabel 4 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku masyarakat dusun Ngibikan dapat berubah. Tetapi beberapa perilaku dan kebiasaan tetap dipertahankan demi menjaga ajaran nenek moyang mereka, seperti contohnya sikap gotong royong. Suku, ras atau keturunan benar berpengaruh terhadap tingkah laku dan cara bersikap seseorang. Hal ini tercermin dari sikap masyarakat dusun Ngibikan yang notabene merupakan suku jawa terhadap kami yang sedang berkunjung kesana. Agama, ekonomi, budaya, dan lingkungan ternyata mempengaruhi bagaimana mereka hidup dan membuat lingkungan huniannya. Tabel 5 Perbandingan kondisi fisik dan non-fisik dusun Ngibikan No. Perbandingan kondisi fisik dan non-fisik dusun Ngibikan Pola permukiman (Kondisi fisik) Perilaku masyarakatnya (Kondisi non-fisik) Wilayah dusun yang dikelilingi Bakat atau keterampilan dapat 1 sawah mengindikasikan bahwa menjadi hal yang berpotensi untuk menghasilkan penghasilan khusus. permukiman penduduk dusun mendekatkan diri dengan daerah yang subur. Jauh dari pusat kota tetapi dekat Kawasan ini merupakan kawasan dengan area sawah membuat dusun subur dengan banyak lahan ini jauh untuk dijangkau tetapi bagi pertanian disekitarnya. Masyarakat masyarakat sekitar mereka dekat datang kemari untuk mendekatkan dengan tempat kerjanya. diri dengan lahan tempat mereka bertani atau bekerja. Dahulu ketika Dapat dilihat dari perbandingan Kesimpulan Wilayah dusun Ngibikan merupaka wilayah yang subur dan banyak lahan pertanian disekitarnya. Kondisi fisik ini mempengaruhi perilaku manusia yang datang dan bermukim di dusun ini. Mereka lalu membentuk suatu permukiman yang dekat dengan tempat kerja mereka, yaitu dusun Ngibikan. Penduduk dusun memiliki berbagai bakat dan keterampilan di berbagai bidang yang membuat bentuk pola permukiman antara aktual di lapangan dengan teori yang ada, di ambil kesimpulan bahwa pola permukiman yang ada di Dusun Ngibikan merupakan pola permukiman Amorph, yaitu pola permukiman yang tidak beraturan. masyarakat masih sedikit, warga membangun rumah semau mereka akan menghadap mana. Tetapi hal tersebut berdampak lain saat ini. Rumah yang tadinya menghadap ke tanah luas justru tidak menghadap kemana-mana ketika telah berdiri rumah tinggal di tanah luas tersebut. Arah hadap rumah menjadi berantakan. 2 Iklim dengan intensitas cahaya yang tinggi dengan suhu yang panas membuat pola permukiman dusun Ngibikan tidak terlalu rapat tetapi tetap berdekatan. 3 Dilihat dari arsitektur rumah dan pola permukimannya, adat istiadat yogyakarta dan sekitarnya sudah tidak berpengaruh besar terhadap wilayah ini. Sebagai informasi bahwa keraton Yogyakarta menghadap lurus ke Utara dan Selatan sebagai simbol penguasa wilayah Utara (Gunung Merapi) dan Selatan (Pantai Selatan). Masyarakat dusun Ngibikan memiliki kebiasaan berkumpul dan mengadakan acara untuk bersosialisasi. Kebiasaan gotong royong dan semacamnya merupakan kebiasaan yang di ajarkan oleh nenek moyang kita. Kebiasaan ini hingga kini di pelihara baik-baik oleh anak cucu masyarakat dusun. Lingkungan dusun yang beriklim panas membuat masyarakat senang berinteraksi satu sama lain ketika hari menjelang sore dan memilih mencari tempat teduh atau berdiam diri dirumah ketika siang hari. Sebagai manusia yang dilahirkan dari keturunan jawa, tingkah laku dan kebiasaan masyarakat Ngibikan pun masih mencerminkan masyarakat jawa yang santun, ramah, halus, serta menghormati tamu. Agama, kebudayaan, lingkungan, serta ekonomi berperan penting terhadap perubahan perilaku masyarakat dusun Ngibikan. Perilaku yang tadinya di dasari oleh kebudayaan dan lingkungan, mulai berubah dengan adanya nilai-nilai agama. Begitu juga ketika keadaan ekonomi masyarakat dusun mulai membaik. Sifat modernisme muncul. Masyarakat juga dapat membangun fasilitas-fasilitas umum yang dapat di laksanakan bersama-sama sebagai sarana bersosialisasi. perekonomian dusun ini berkembang. Mulanya penduduk yang bermukim membuat rumah dengan arah hadap dan posisi sesuka hati mereka, yang terpenting adalah dekat dengan tempat mereka bekerja dan dekat dengan kerabat dekat. Setelah perkembangan penduduk, masyarakat mulai membangun rumah-rumah tambahan. Hal ini menyebabkan pola permukiman dusun Ngibikan tidak tertata dan terkesan berantakan. Iklim yang panas dan intensitas cahaya yang tinggi tidak menyurutkan niat masyarakat dusun untuk bersosialisasi. Masyarakat dusun Ngibikan masih giat mengadakan kegiatan sosial meski cuaca sedang panas. Seperti waktu kami datang berkunjung kesana, cuaca sedang panas tetapi warga tetap mengadakan posyandu. Hal ini dikarenakan daerah dusun Ngibikan merupakan dusun yang masih asri. masih banyak pohon yang dapat meneduhkan rumah dan sekitarnya. Pola permukiman dusun tidak menghadap ke satu arah, arah hadapnya pun tidak menghadap utara selatan seperti pada adat istiadat sekitar yaitu adat istiadat keraton yogyakarta. Bentuk rumahnya pun tidak mengadopsi rumah joglo layaknya rumah adat jawa pada umumnya. Yang terpenting dari rumah mereka adalah cukup untuk menampung kegiatan mereka di dalam rumah, serta terlihat indah dan berbeda dari rumah yang lainnya. Semua ini terjadi karena masyarakat sudah tidak lagi menganut atau mempercayai adat istiadat sekitar secara menyeluruh. Keadaan agama dan ekonomi telah merubah kebudayaan masyarakat sekitar sehingga tidak lagi berpatokan dengan kepercayaan adat istiadat dalam membangun rumah, tetapi berdasarkan kekuatan ekonomi mereka. Dari tabel 5 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku masyarakat dusun Ngibikan dapat berubah. Tetapi beberapa perilaku dan kebiasaan tetap dipertahankan demi menjaga ajaran nenek moyang mereka, seperti contohnya sikap gotong royong. Suku, ras atau keturunan benar berpengaruh terhadap tingkah laku dan cara bersikap seseorang. Hal ini tercermin dari sikap masyarakat dusun Ngibikan yang notabene merupakan suku jawa terhadap kami yang sedang berkunjung kesana. Agama, ekonomi, budaya, dan lingkungan ternyata mempengaruhi bagaimana mereka hidup dan membuat lingkungan huniannya. VI. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Ditinjau dari analisis dan pembahasan yang di ulas sebelumnya, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa letak dan keadaan tanah sekitar dusun Ngibikanlah yang membuat wilayah ini dipenuhi oleh penduduk. Karena penduduk sekitar mendekatkan diri dengan tempat mereka bekerja. Tanah yang subur sangat cocok dijadikan lahan pertanian dan perkebunan, dan itulah salah satu mata pencaharian utama masyarakat dusun Ngibikan setelah menjadi tukang bangunan. Budaya, adat istiadat, dan kepercayaan sekitar tidak mempengaruhi bagaimana masyarakat dusun ngibikan membentuk pola hunian mereka. Pola hunian ini justru terbentuk seiring berjalannya waktu dan pemikiran mereka bahwa lahan luas di depan mereka akan tetap terjaga seperti itu dan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan sosial. Perilaku masyarakat dusun Ngibikan yang senang dengan bersosialisasi membuahkan berbagai sarana untuk mengadakan kegiatan sosial. Di antaranya terdapat koperasi, posyandu, balai pengobatan, saran peribadatan, pos kamling, dan lain sebagainya. Bahkan masyarakat sebagian menyisihkan sebagian tanahnya untuk dibuat teras yang lumayan besar untuk berkumpul atau sekedar bale-bale untuk duduk-duduk dibawah pohon rindang. SARAN Melihat kondisi pola permukiman yang tidak teratur serta ditambah pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, dikhawatirkan kedepannya pola permukiman dusun Ngibikan dan sekitarnya akan semakin tidak teratur dan tidak lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sosial yang rutin di adakan. Maka perlu di adakan perbaikan guna menata ulang kembali pola permukiman dusun agar lebih teratur dan memenuhi kebutuhan masyarakat. [1] [2] [3] [4] VII. DAFTAR PUSTAKA Dewi, Happy Indira. 2011. Buku ajar Pengantar Perumahan dan Permukiman. Jakarta. Laurens, Joyce Marcella. 2005. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT. Grasindo Prawoto, Eko. 2007. Ngibikan Bangkit! Membangun Bersama Komunitas.Yogyakarta. Wikipedia. 29 Oktober 2012. Perilaku Manusia.