Ujian Semester M.K Manajemen Program Pangan dan Gizi Tanggal Selesai: 25 April 2017 UJIAN MANAJEMEN PROGRAM PANGAN DAN GIZI (TAKE HOME EXAM) Grant Implementation Manual “Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB)” Oleh : Emi Nur Cholidah I151160201 Dosen Mata Kuliah Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si. DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 1 Grant Implementation Manual Grant Assistance Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB): Optimalisasi Perawatan Neonatal dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) Berbasis Masyarakat 2 DAFTAR ISI Map Page LATAR BELAKANG 4 I. Deskripsi Program A. Area dan Lokasi Program B. Tujuan Program C. Komponen Program 6 6 6 7 II. Perkiraan Biaya dan Rencana Anggaran 10 III. Pelaksanaan Program A. Organisasi dan Manajemen Program B. Koordinasi Program 10 10 11 IV. Jadwal Pelaksanaan Program 11 V. 11 11 12 12 Persyaratan Pelaporan A. Pelaporan B. Audited Grant Account C. Pemantauan dan Evaluasi Manfaat DESAIN DAN KERANGKA PEMANTAUAN 13 ESTIMASI BIAYA 16 STRUKTUR ORGANISASI 18 JADWAL PELAKSANAAN PROGRAM 19 DAFTAR PUSTAKA 22 3 LATAR BELAKANG Angka Kematian Bayi adalah Jumlah kematian anak usia 0 hingga di bawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015 menunjukkan bahwa angka kematian bayi menurun dari 68 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 22.23% pada tahun 2015 (Kemenkes RI 2015). Angka ini telah mencapai target Milenium Development Goals, yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Bappenas 2015). Namun angka capaian berbeda dengan yang dikemukakan oleh Badan Pusat Statistik, bahwa pada tahun 2015 AKB Indonesia masih berada di angka 26%, kemudian menurun pada 2016 menjadi 25.5%. Dapat dikatakan bahwa AKB Indonesia mengalami penurunan signifikan. Namun demikian, AKB masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan Negara tentangga seperti Malaysia dan Singapura yang sudah 10 kematian setiap 1000 kelahiran hidup. Kematian bayi merupakan salah satu indicator sensitive untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat suatu Negara dan bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa. Tingginya kematian bayi pada usia hingga satu tahun menunjukkan masih rendahnya kualitas sektor kesehatan di Negara tersebut (Databoks 2016). Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi (Riskesdas 2007). Berat lahir rendah, asfiksia, dan infeksi sering terjadi pada bayi yang dilahirkan premature. Tingkat kelahiran premature di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia yaitu 15.5% (2010), yang artinya 32.400 bayi meninggal setiap tahun akibat komplikasi kelahiran prematur (March of Dimes 2012). ASEAN, mengestimasikan bahwa asfiksia menyumbang 25% kematian neonatal, 45% kematian neonatal karena komplikasi kelahiran prematur, serta anomali kongenital dan sepsis yang masing-masing menyumbang 16% dan 14% kematian neonatal. Secara global dilaporkan bahwa kelahiran premature berisiko 13 kali kematian dibandingkan kelahiran cukup bulan (Mo-suwan et al 2009; Yasmin et al 2001). Bayi yang terlahir premature (33-37 bulan) akan dapat bertahan jika mendapatkan perawatan memadai, termasuk perawatan hipotermia, feeding, gangguan pernafasan, jaundice, dan infeksi. Berbagai upaya percepatan penurunan AKB telah dilakukan oleh kementrian kesehatan termasuk program Espanding Expanding of Maternal and Neonatal Survival (EMAS) tahun 2012 – 2016 untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang dilaksanakan di 11 provinsi di Indonesia. EMAS menitikberatkan diri pada peningkatan kualitas penanganan di fasilitas kesehatan (Kemenkes RI 2015). Menangani komplikasi akibat kelahiran premature dibutuhkan program tatalaksana perawatan bayi baru lahir, terutama kelahiran premature. MTBM adalah suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana komplikasi bayi baru lahir. MTBM bukan merupakan program kesehatan, melainkan sebuah strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi. Tiga komponen dalam MTBM adalah: 1. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus bayi dengan gangguan akibat komplikasi kehamilan atau kelahiran. 2. Memperbaiki system kesehatan agar penanganan penyakit bayi lebih efektif. 4 3. Memperbaiki praktik keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pertolongan persalinan dan bayi sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang dikenal dengan manajemen terpadu bayi muda berbasis masyarakat). MTBM mengombinasikan perbaikan tatalaksana kasus pada persalinan dan bayi sakit (kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan konseling (promotif dan preventif). Agar MTBM berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan langkah-langkah secara sistematis dan menyeluruh, meliputi pengembangan system pelatihan, pelatihan berjenjang, pemantauan pasca pelatihan, penjaminan ketersediaan formulir MTBM, ketersediaan obat dan alat, bimbingan teknis, dan lain-lain. Optimalisasi MTBM berbasis pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka kematian pada bayi. 5 I. A. B. Deskripsi Program Area dan Lokasi Program Program ini akan dilaksanakan di Indonesia. Tujuan Program Tujuan Umum Menurunkan angka kematian bayi melalui Optimalisasi Perawatan Neonatal dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) Berbasis Masyarakat. Tujuan Khusus (i) Penyusunan modul manajemen terpadu bayi muda (MTBM). (ii) Melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis tekait manajemen terpadu bayi muda (MTBM) kepada bidan dan tenaga kesehatan lain yang berhubungan dengan ibu hamil dan bayi baru lahir. (iii) Meningkatkan keterampilan bidan dan/atau petugas kesehatan lain dalam tatalaksana kasus komplikasi bayi baru lahir berdasarkan MTBM. (iv) Memperbaiki sistem kesehatan melalui penguatan perencanaan dan menajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota melalui penyediaan sarana/prasarana kesehatan dan obat-obatan esensial, pemberian dukungan dan supervisi, peningkatan sistem rujukan kasus dan system informasi kesehatan, serta mengatur tata kerja efisien di fasilitas kesehatan. (v) Meningkatkan praktik keluarga dan masyarakat (terutama kader) dalam perawatan bayi di rumah dan upaya pencarian pertolongan pada gangguan bayi pasca melahirkan. (vi) Membentuk kader-kader peduli ibu yang mendampingi ibu selama kehamilan, persalinan hingga anak usia satu tahun. Kader menjadi pengawas bagi ibu untuk patuh terhadap perawatan kehamilan dan bayi. Indikator Kinerja Utama yang Diharapkan Kinerja dan output program akan dipantau dan dievaluasi dengan indikator berikut: (i) 90% puskesmas, rumah sakit, dan pusat layanan kesehatan menerapkan MTBM. (ii) Terbentuk kader posyandu aktif sebagai pendamping ibu hamil hingga persalinan dan bayi berusia 1 tahun. (iii) Ibu melahirkan di pelayanan kesehatan (puskesmas/rumah sakit). (iv) Penurunan angka kematian bayi menjadi kurang dari 20% pada tahun 2022. 6 C. Komponen Program Deskripsi komponen program, output, dan pelaksanakan program adalah sebagai berikut: Tabel 1. Deskripsi Komponen Program Komponen A Nama Komponen Program Pendanaan Deskripsi Komponen Output Lama Pelaksanaan Program Komponen B Nama Komponen Program Pendanaan Deskripsi Komponen Penyusunan Modul Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) Rp 51,250,000.00 Tujuan dari penyusunan modul MTBM adalah sebagai pedoman baku yang dapat digunakan oleh bidan dan/atau petugas kesehatan lain yang berhubungan dengan ibu hamil dan bayi baru lahir sehingga dapat secara terpadu menangani komplikasi kehamilan dan persalinan yang berisiko pada morbiditas dan mortalitas. Modul MTBM terutama berisi tentang: (i) Anamnesa, tanda/gejala penyulit, klasifikasi penyulit berikut tindakan/pengobatan nya. (ii) Asuhan dasar bayi muda, terutama penekanan kepada pemberian ASI eksklusif dan imunisasi. (iii) Konseling bagi ibu/keluarga. (iv) Pentingnya kunjungan neonatal lengkap di posyandu. (i) Terbentuk modul Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). (ii) Modul MTBM tersebar luas dan dapat di akses seluruh masyarakat Indonesia. 3 bulan Bimbingan Teknis Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) kepada Bidan, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Rp 16,518,250,000.00 Bimbingan Teknis (Bimtek) MTBM merupakan bentuk pendampingan pelaksanaan manajemen terpadu bayi muda yang dilakukan pada setiap kabupaten/kota. Peserta adalah seluruh bidan di wilayah kerja puskesmas yang ada di kabupaten/kota, perawat, dan tenaga keseahatan yang bertugas di pusat layanan kesehatan kabupaten/kota. Kepada tenaga kesehatan tersebut diberikan penjelasan konkrit terkait komponen pada MTBM terutama pemberian contoh kasus yang sering terjadi di wilayah kerja masingmasing bidan. Konsep bimtek adalah diskusi, latihan ilustrasi kasus. 7 Output Lama Pelaksanaan Program Komponen C Nama Komponen Program Pendanaan Deskripsi Komponen Output Lama Pelaksanaan Program Komponen D Nama Komponen Program Pendanaan Deskripsi Komponen (i) Tenaga kesehatan memahami tatalaksana MTBM. (ii) Tenaga kesehatan mampu mengaplikasikan tatalaksana MTBM. (iii) Tenaga kesehatan mampu memberikan penanganan primer terhadap morbiditas bayi akibat kehamilan dan/atau persalinan. (iv) Tenaga kesehatan, terutama bidan puskesmas mampu memberikan rujukan kepada ibu dan bayi ke pelayanan kesehatan sekunder. (v) Bidan puskesmas mampu menyalurkan pengetahuannya terkait MTBM kepada para kader di wilayah kerjanya. 3 bulan Sosialisai MTBM kepada kader posyandu Rp 330,000,000.00 Komponen program ini diawali dengan pemilihan kader posyandu yang kompeten, secara kemauan dan kemampuan dalam mengayomi masyarakat sekitar nya. Bidan yang telah mendapatkan pelatihan bimbingan teknik MTBM, mensosialisasikan hasil bimbingan teknik MTBM kepada para kader di wilayah kerja posyandu bidan. Hal ini dilakukan untuk meringankan kerja bidan dalam identifikasi ibu hamil berisiko dan pendampingan ibu hamil berisiko. Pemberdayaan kader juga dilakukan dengan tujuan memberikan kenyamanan kepada ibu karena bisa berkonsultasi dengan peer group. (i) Terbentuk kader yang kompeten pada setiap posyandu. (ii) Para kader memahami MTBM secara utuh. Selama program berlangsung 5 tahun Gerakan Satu Kader Satu Ibu Berisiko Rp 8,167,500,000.00 Gerakan ini dimulai sejak terjadinya kehamilan. Kader bertanggung jawab mengidentifikasi kehamilan warga nya. Mengawasi perkembangan kehamilan dan selalu melaporkannya pada setiap kegiatan posyandu. Satu 8 Output Lama Pelaksanaan Program Komponen E Nama Komponen Program Pendanaan Deskripsi Komponen Output Lama Pelaksanaan Program kader bertanggung jawab atas satu atau lebih ibu hamil di wilayah kerja posyandu. Kader wajib melaporkan kepada bidan apabila seorang ibu berisiko melahirkan premature untuk kemudian dilakukan tindak lanjut untuk mencegah komplikasi akibat kelahiran premature. Kader juga bertanggung jawab memberikan advokasi terkait tatalaksana bayi, mulai dari ASI eksklusif, hingga pemberian imunisasi (Kunjugan antenatal lengkap). (i) Kader mampu mengidentifikasi kehamilan di wilayah posyandu. (ii) Kader mengawasi perkembangan kehamilan, mampu mengidentifikasi anomaly kehamilan dan melaporkannya kepada bidan untuk diberikan penanganan lanjutan. (iii) Setiap ibu hamil mendapatkan pengawasan dari seorang kader. Selama program berlangsung 5 tahun Monitoring dan Evaluasi Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) Rp 571,150,000.00 Komponen ini akan mendukung operasi unit manajemen program (PMU). PMU dibentuk Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang akan bertanggung jawab untuk: (i) Mengawasi perencanaan, administrasi, pembiayaan, pengadaan, kegiatan pelatihan dan koordinasi denan pemangku kepentingan terkait dan (ii) Mengoordinasikan kegiatan antara mitra pelaksana termasuk lembaga rumah sakit, puskesms, pemerintah daerah, pimpinan desa, organisasi berbasis masyarakat, dan mitra program terkait lainnya di kabupaten. Komponen ini akan mencakup tinjauan awal dan paruh waktu, konsultasi, dan meja bundar nasional untuk mendiskusikan dan menyebarluaskan temuan, analisis, dan rekomendasi program. (i) PMU didirikan. (ii) Laporan evaluasi pertengahan dan akhir. (iii) Dilakukannya audit eksternal. (iv) Diadakan dua pertemuan meja bundar nasional. (v) Diadakan dua pertemuan meja bundar provinsi. Selama program berlangsung 5 tahun 9 II. Perkiraan Biaya dan Rencana Pembiayaan Tabel 2. Rencana Anggaran Sumber Dana Jumlah Pemerintah Rp 26,279,103,750 Sumber lain 0 Total Rp 26,279,103,750 Tabel 3. Grant Categories of Espenditure, Amounts, and Percentage of Expenditures Amount of Grant Percentage of Kategori Allocated (Rupiah) Expenditure 1. Perlengkapan dan Supplies 51,250,000.00 1 2. Sosialisasi dan bimbingan 25,015,750,000.00 95 teknik 3. Manajemen, pengawasan, dan 571,150,000.00 2 evaluasi 4. Other project input 0 5. Contingencies 640,953,750 2 Total 26,279,103,750 100 III. Pelaksanaan Program A. Organisasi dan Manajemen Program Badan pelaksana program Optimalisasi Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) berbasis masyarakat adalah Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan Republik Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), WHO, dan UNICEF. Komite pengarah program, diketuai oleh Ditjen Bina Kesehatan Anak sebagai direktur program yang terdiri dari perwakilan dari IDAI. Komite pengarah akan bertemu dua kali setiap tahun untuk membahas kemajuan program, dan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dalam pelaksanaan program. Untuk melaksanakan program, Ditjen Kesehatan Anak akan dibantu oleh Project Management Unit (PMU) yang bertanggung jawab kepada manajer program, mengawasi aspek teknis dan administratif dari manajemen program. PMU bertanggung jawab atas keseluruhan perencanaan, administrasi, pembiayaan, pengadaan, pelatihan, akuntansi, pencaiatan dan akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah, dan pusat layanan kesehatan. Program ini didukung oleh staf yang mempunyai keahlian dalam administrasi keuangan dan hibah; pemantauan dan evaluasi; dan pengadaan. Lembaga pelaksana dan PMU akan dibantu oleh konsultan yang memiliki keahlian dalam: (i) Kesehatan Anak; (ii) Obstetrik dan Ginekologi; (iii) Sistem rujukan kesehatan; (iv) Jaminan kesehatan masyarakat; dan (v) Perundangundangan, peraturan, dan standar. 10 Puskesmas dan rumah sakit akan menjadi pihak ketiga dalam pelaksanaan program. Dalam operasionalisasi puskesmas dan rumah sakit bertanggung jawab atas operasi lapangan, menjamin pelaksanaan tatalaksana kesehatan anak sesuai dengan MTBM. Masyarakat yang terorganisasi dalam kader posyandu juga turut berperan dalam pendukung dan pengawasan pelaksanaan MTBM. Kader sebagai orang yang dekat dengan masyarakat berperan sebagai gerbang utama yang menghubungkan ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi lahir dengan bidan dan pelayanan kesehatan. Kader mengidentifikasi ibu hamil dan ibu melahirkan, mengawal kehamilan, dan mendorong, menyarankan untuk pergi ke pelayanan kesehatan, terutama bila berisiko pada komplikasi kehamilan dan kelahiran. B. Koordinasi Program Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan bagian integritas dari Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS bukanlah merupakan suatu program, melainkan sebuah upaya yang ditujukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas anak sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak di unit rawat jalan seperti puskesmas, pustu, polindes, poskesdes, dan pusat kesehatan masyarakat lainnya. Badan kesehatan dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan Negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan, dan kecacatan pada bayi dan balita. Menurut laporan Bank Dunia (1993), MTBS merupakan jenis intervensi costeffective yang memberikan dampak terbesar pada beban penyakit secara global. Apabila puskesmas menerapkan MTBS berarti turut membantu dalam upaya pemerataan pelayanan kesehatan dan membua akses bagi seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan secara terpadu. MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas kerjasama antara Kementrian Kesehatan RI, WHO, UNICEF, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). IV. Jadwal Pelaksanaan Program Program diharapkan akan dilaksanakan selama lima tahun terhitung sejak penandatanganan Letter of Agreement (LoA) pada tanggal 12 November 2017 sampai 12 November 2022. V. Persyaratan Pelaporan A. Pelaporan Tugas pelaporan oleh Project Management Unit (PMU): (i) Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan teknik tenaga kesehatan. (ii) Menyusun kompilasi laporan bidan desa tekait pelatihan kader yang didapatkan dari tenaga administratif puskesmas. (iii) Menyusun laporan kemajuan triwulan berdasarkan masukan dari program. (iv) Mempersiapkan laporan tahunan, termasuk penilaian dampak MTBM terhadap penurunan angka kematian bayi. Laporan akhir akan diserahkan dalam waktu dua bulan setelah penyelesaian program. Laporan menjelaskan secara rinci dan sistematis serta mengevaluasi berbagai aktivitas yang dilakukan selama pelaksanaan program, dampak program 11 terhadap penurunan angka kematian dan kesakitan bayi, serta solusi yang disarankan untuk mengatasi masalah atau hambatan selama pelaksanaan program. B. Audited Grant Account Semua pembiayaan program ditanggung oleh pemerintah Kementrian Kesehatan RI. Pembiayaan diaudit oleh auditor independen, yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP); Badan auditor keuangan pembangunan, yang memiliki pengetahuan dan pengalaman memadai dalam proses akuntansi internasional dan dapat diterima oleh ADB. Ditjen Kesehatan Anak akan menyerahkan laporan proyek yang di audit dan laporan auditor ke ADB dalam waktu 6 bulan setelah akhir setiap tahun anggaran. C. Pemantauan dan Evaluasi Manfaat (Benefit Monitoring Evaluation) Ditjen Kesehatan Anak mempersiapkan kerangka pemantauan dan evaluasi dan Memantau kualitas berdasarkan indikator kinerja utama berikut: Tabel 4. Pemantauan dan Evaluasi Manfaat Indikator Kinerja Utama 90% puskesmas, rumah sakit, dan pusat layanan kesehatan menerapkan MTBM Terbentuk kader posyandu aktif sebagai pendamping ibu hamil hingga persalinan dan bayi berusia 1 tahun Ibu melahirkan di pelayanan kesehatan (puskesmas/rumah sakit) Penurunan angka kematian bayi menjadi kurang dari 20% pada tahun 2022 Laporan Pemantauan (Monitoring Reports) Rencana Pemantauan dan Evaluasi Laporan triwulan dan tahunan Laporan Pemantauan (Monitoring Reports) Laporan triwulan dan tahunan Laporan Pemantauan (Monitoring Reports) Laporan triwulan dan tahunan Laporan Penelitian Laporan Pemantauan (Monitoring Reports) berdasarkan laporan awal dan akhir program. Efficacy Study Report Pre intervention and post intervention Mekanisme Pelaporan 12 DESAIN DAN KERANGKA PEMANTAUAN (DESIGN AND MONITORING FRAMEWORK) Tabel 6. Desain dan Kerangka Pemantauan Program Perawatan Neonatal MTBS Ringkasan Desain Impact: Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) Target Kinerja dan Indikator Prevalensi AKB, kematian bayi hingga usia satu tahun menurun hingga kurang dari 20% Sumber Data dan Asumsi dan Risiko Mekanisme Pelaporan Baseline Asumsi: dan Final Semua ibu berisiko Survey melahirkan mendapatkan pertolongan tenaga kesehatan terampil. Outcome: Jumlah cakupan pelayanan kesehatan yang menerapkan MTBM dan keaktifan kader mendukung MTBM 90% pusat layanan kesehatan, terutama puskesmas menerapkan tatalaksana MTBM. Terbentuk kader posyandu yang aktif mendukung MTBM. Baseline dan Final Survey Output 1: Penyusunan modul MTBM beserta strategi Modul MTBM tersusun lengkap dan sistematis (terdiri dari pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) Project Monitoring and Evaluation Report Risiko: Ibu berisiko melahirkan di dukun atau di rumah karena keterbatasan akses. Asumsi: Seluruh pusat layanan kesehatan menerapkan MTBM. Kader secara sukarela membantu mensukseskan MTBM. Risiko: Ketidakpatuhan karena lemahnya control dalam pelaksanaan MTBM. Kader kurang kompeten karena pendidikan rendah. Asumsi: Modul tersusun sesuai kebutuhan dan budget, dan terdistribusi ke seluruh pusat layanan kesehatan. Risiko: Minim budget menghasilkan modul tidak memenuhi target. Atau bahkan over production modul karena ketdaklancaran distribusi. 13 Output 2: Bimbingan teknis tatalaksana MTBM kepada tenaga keseahatan Output 3: Perekrutan dan pelatihan kader posyandu Output 4: Gerakan satu kader satu ibu Output 5: Penguatan implementasi program, Kurang lebih 80% tenaga kesehatan di kabupaten mengikuti bimbingan teknis MTBM Baseline dan Final Survey Terdapat kurang lebih 5 kader setiap posyandu yang menerima pelatihan dan bersedia menjadi pendamping ibu hamil dengan segala tugas dan wewenangnya Baseline dan Final Survey Seorang kader mampu mengidentifikasi adanya ibu hamil, ibu hamil berisiko, mendampingi ibu hamil selama kehamilan, menyarankan persalinan di pusat layanan kesehatan, serta mengingatkan untuk selalu melakukan kunjungan antental lengkap Rincian implementasi dan pedoman pemantauan dikembangkan Baseline dan Final Survey Asumsi: Seluruh tenaga kesehatan mengikuti bimbingan teknis secara sistematis. Risiko: Tidak semua tenaga kesehatan mau mengikuti bimtek. Terdapat angka drop out. Asumsi: Secara sukarela kader dapat dipilih kemudian dibimbing terkait MTBM. Risiko: Terdapat angka drop out karena kader pindah atau mengundurkan diri tanpa sebab. Pendidikan rendah kader sehingga tidak dapat mencapai kualitas yang diharapkan, sedangkan tidak ada orang lain yang bersedia. Asumsi: Seorang kader dapat mendampingi satu, dua atau lebih ibu selama kehamilannya hingga persalinan dan kunjungan neonatal lengkap. Risiko: Ketidakpatuhan kader dan ibu yang timbul karena tidak adanya keterbukaan antara kedua pihak. Project Monitoring and Evaluation Report 14 Pemantauan, dan Evaluasi untuk unit pelaksanaan program Dan 15 ESTIMASI BIAYA Costs Code Fiscal Years Supplies and Services Rendered Cost per Unit Komponen A: Penyusunan Modul Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) 1.1 Penyusunan materi modul Workshop 1 250000 1.2 Uji kelaikan modul Study 30 50000 1.3 Pencetakan modul Publication 3300 10000 1.4 Distribusi modul Publication 33 500000 Unit Quantity Total 2018 2019 2020 2021 2022 250000 1500000 33000000 16500000 Komponen B: Bimbingan Teknis Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) 2.1 Sosialisasi ke pusat layanan kesehatan (Puskesmas, Rumah Publication 33 500000 16500000 Sakit, dan pusat keseahtan lainnya) dan Undangan Bimtek 2.2 Persiapan materi Bimtek Administrative 33 50000 1650000 2.3 Distribusi surat undangan Publication 10 10000 100000 pemangku program 2.4 Persiapan perlengkapan acara Administrative 33 495000000 16335000000 2.6 Pelaporan program Evaluation 33 5000000 165000000 Komponen C: Sosialisai MTBM kepada kader posyandu 3.1 Pembimbingan dan pelatihan Workshop 33 10000000 330000000 MTBM secara terus-menerus Komponen D: Gerakan Satu Kader Satu Ibu Berisiko 4.1 Pendampingan ibu dan Posyandu 33 247500000 8167500000 16 Komponen E: Monitoring dan Evaluasi Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) 5.1 Rapat Steering Committee Meeting 13 6500000 5.2 Midterm review 5.3 Rapat Meja Bundar Nasional 5.4 Publikasi Final 5.5 Pelaporan Final 5.6 Audit eksternal 5.7 Staf PMU Supplies and Services Rendered Subtotal Component A to E Contingency Total Grant Costs Meeting Meeting Report Report audit 4 1 33 1 3 1400000 7500000 3300000 150000 1500000 84500000 5600000 7500000 108900000 150000 4500000 month 60 6000000 360000000 Costs Unit Quantity Cost per Unit Total 25,638,150,000 640,953,750 26,279,103,750 17 STRUKTUR ORGANISASI Project Steering Committee Chair: Direktoral Jenderal Kesehatan Anak Kemenkes RI Members: IDAI, Ditjen Kesehatan Anak Kemenkes RI. Project Manager: Direktur Ditjen Kesehatan Anak Secretariat Konsultan PMU Pemerintah Daerah Provinsi Pusat Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Posyandu, Polindes, Pustu, poskesdes, poned, dll. 18 JADWAL PELAKSANAAN PROGRAM 19 20 21 DAFTAR PUSTAKA Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2015. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2014. Jakarta: Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional. Databoks, Kadata Indonesia 2016.Meski Menurun, Angka Kematian Bayi di Indonesia Masih Tinggi. Departemen Kesehatan RI, 2007. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Kementrian Kesehatan RI. 2015. Espanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS): Laporan Teknis 2015-Tata Kelola Klinis. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kementrian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Yasmin S, Osrin D, Paul E, Costello A. 2001. Neonatal Mortality of Low Birth Weight Infants in Bangladesh. Bulletin of the World Health Organization. 2001;79(7): 608-14. March of Dimes, PMNCH, Save the Childern, World Health Organization (WHO). 2012. Born To Soon: The Global Action Report on Preterm Birth. (all Chart: Estimated National Rates of Preterm Birth in 2010). Eds Howson, CP, Kinney, MV, Lawn, JE. Geneva: World Health Organization. Retrieved from http://www.marchofdimes.com/born-to-soon-the-global-actionreport-on-preterm-birth-wallchart.pdf. Mo-suwan L, Isaranurug S, Chanvitan P, Techasena W, Sutra S, Supakupinyo C, et al. 2009. Perinatal Death Pattern in The Four District of Thailand: Findings from the Prospective Cohort Study of Thai Children (PCTC). Journal of the Medical Association of Thailand. 2009; 92(5):606-66. 22