9.Emi Nur Cholidah_I151160201_AKB

advertisement
Ujian Semester
M.K Manajemen Program Pangan dan Gizi
Tanggal Selesai: 25 April 2017
UJIAN MANAJEMEN PROGRAM PANGAN DAN GIZI
(TAKE HOME EXAM)
Grant Implementation Manual “Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB)”
Oleh :
Emi Nur Cholidah
I151160201
Dosen Mata Kuliah
Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si.
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
1
Grant Implementation Manual
Grant Assistance
Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB):
Optimalisasi Perawatan Neonatal dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) Berbasis Masyarakat
2
DAFTAR ISI
Map
Page
LATAR BELAKANG
4
I.
Deskripsi Program
A. Area dan Lokasi Program
B. Tujuan Program
C. Komponen Program
6
6
6
7
II.
Perkiraan Biaya dan Rencana Anggaran
10
III.
Pelaksanaan Program
A. Organisasi dan Manajemen Program
B. Koordinasi Program
10
10
11
IV. Jadwal Pelaksanaan Program
11
V.
11
11
12
12
Persyaratan Pelaporan
A. Pelaporan
B. Audited Grant Account
C. Pemantauan dan Evaluasi Manfaat
DESAIN DAN KERANGKA PEMANTAUAN
13
ESTIMASI BIAYA
16
STRUKTUR ORGANISASI
18
JADWAL PELAKSANAAN PROGRAM
19
DAFTAR PUSTAKA
22
3
LATAR BELAKANG
Angka Kematian Bayi adalah Jumlah kematian anak usia 0 hingga di bawah
satu tahun per 1000 kelahiran hidup. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015
menunjukkan bahwa angka kematian bayi menurun dari 68 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 1991 menjadi 22.23% pada tahun 2015 (Kemenkes RI 2015).
Angka ini telah mencapai target Milenium Development Goals, yaitu 23 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2015 (Bappenas 2015). Namun angka capaian berbeda
dengan yang dikemukakan oleh Badan Pusat Statistik, bahwa pada tahun 2015
AKB Indonesia masih berada di angka 26%, kemudian menurun pada 2016 menjadi
25.5%. Dapat dikatakan bahwa AKB Indonesia mengalami penurunan signifikan.
Namun demikian, AKB masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan Negara
tentangga seperti Malaysia dan Singapura yang sudah 10 kematian setiap 1000
kelahiran hidup. Kematian bayi merupakan salah satu indicator sensitive untuk
mengetahui derajat kesehatan masyarakat suatu Negara dan bahkan untuk
mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa. Tingginya kematian bayi pada usia
hingga satu tahun menunjukkan masih rendahnya kualitas sektor kesehatan di
Negara tersebut (Databoks 2016).
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi
berat lahir rendah, dan infeksi (Riskesdas 2007). Berat lahir rendah, asfiksia, dan
infeksi sering terjadi pada bayi yang dilahirkan premature. Tingkat kelahiran
premature di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia yaitu 15.5% (2010), yang
artinya 32.400 bayi meninggal setiap tahun akibat komplikasi kelahiran prematur
(March of Dimes 2012).
ASEAN, mengestimasikan bahwa asfiksia menyumbang 25% kematian
neonatal, 45% kematian neonatal karena komplikasi kelahiran prematur, serta
anomali kongenital dan sepsis yang masing-masing menyumbang 16% dan 14%
kematian neonatal. Secara global dilaporkan bahwa kelahiran premature berisiko
13 kali kematian dibandingkan kelahiran cukup bulan (Mo-suwan et al 2009;
Yasmin et al 2001).
Bayi yang terlahir premature (33-37 bulan) akan dapat bertahan jika
mendapatkan perawatan memadai, termasuk perawatan hipotermia, feeding,
gangguan pernafasan, jaundice, dan infeksi. Berbagai upaya percepatan penurunan
AKB telah dilakukan oleh kementrian kesehatan termasuk program Espanding
Expanding of Maternal and Neonatal Survival (EMAS) tahun 2012 – 2016 untuk
mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) yang dilaksanakan di 11 provinsi di Indonesia. EMAS menitikberatkan diri
pada peningkatan kualitas penanganan di fasilitas kesehatan (Kemenkes RI 2015).
Menangani komplikasi akibat kelahiran premature dibutuhkan program
tatalaksana perawatan bayi baru lahir, terutama kelahiran premature. MTBM adalah
suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana komplikasi bayi baru lahir. MTBM
bukan merupakan program kesehatan, melainkan sebuah strategi upaya pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi.
Tiga komponen dalam MTBM adalah:
1. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus
bayi dengan gangguan akibat komplikasi kehamilan atau kelahiran.
2. Memperbaiki system kesehatan agar penanganan penyakit bayi lebih
efektif.
4
3. Memperbaiki praktik keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah
dan upaya pertolongan persalinan dan bayi sakit (meningkatkan
pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang dikenal dengan manajemen
terpadu bayi muda berbasis masyarakat).
MTBM mengombinasikan perbaikan tatalaksana kasus pada persalinan dan
bayi sakit (kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan konseling (promotif dan
preventif). Agar MTBM berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan
langkah-langkah secara sistematis dan menyeluruh, meliputi pengembangan system
pelatihan, pelatihan berjenjang, pemantauan pasca pelatihan, penjaminan
ketersediaan formulir MTBM, ketersediaan obat dan alat, bimbingan teknis, dan
lain-lain. Optimalisasi MTBM berbasis pemberdayaan masyarakat diharapkan
dapat menurunkan angka kematian pada bayi.
5
I.
A.
B.
Deskripsi Program
Area dan Lokasi Program
Program ini akan dilaksanakan di Indonesia.
Tujuan Program
Tujuan Umum
Menurunkan angka kematian bayi melalui Optimalisasi Perawatan
Neonatal dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) Berbasis
Masyarakat.
Tujuan Khusus
(i) Penyusunan modul manajemen terpadu bayi muda (MTBM).
(ii) Melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis tekait manajemen terpadu
bayi muda (MTBM) kepada bidan dan tenaga kesehatan lain yang
berhubungan dengan ibu hamil dan bayi baru lahir.
(iii) Meningkatkan keterampilan bidan dan/atau petugas kesehatan lain
dalam tatalaksana kasus komplikasi bayi baru lahir berdasarkan MTBM.
(iv) Memperbaiki sistem kesehatan melalui penguatan perencanaan dan
menajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota melalui penyediaan
sarana/prasarana kesehatan dan obat-obatan esensial, pemberian
dukungan dan supervisi, peningkatan sistem rujukan kasus dan system
informasi kesehatan, serta mengatur tata kerja efisien di fasilitas
kesehatan.
(v) Meningkatkan praktik keluarga dan masyarakat (terutama kader) dalam
perawatan bayi di rumah dan upaya pencarian pertolongan pada
gangguan bayi pasca melahirkan.
(vi) Membentuk kader-kader peduli ibu yang mendampingi ibu selama
kehamilan, persalinan hingga anak usia satu tahun. Kader menjadi
pengawas bagi ibu untuk patuh terhadap perawatan kehamilan dan bayi.
Indikator Kinerja Utama yang Diharapkan
Kinerja dan output program akan dipantau dan dievaluasi dengan
indikator berikut:
(i) 90% puskesmas, rumah sakit, dan pusat layanan kesehatan menerapkan
MTBM.
(ii) Terbentuk kader posyandu aktif sebagai pendamping ibu hamil hingga
persalinan dan bayi berusia 1 tahun.
(iii) Ibu melahirkan di pelayanan kesehatan (puskesmas/rumah sakit).
(iv) Penurunan angka kematian bayi menjadi kurang dari 20% pada tahun
2022.
6
C.
Komponen Program
Deskripsi komponen program, output, dan pelaksanakan program adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Deskripsi Komponen Program
Komponen A
Nama Komponen
Program
Pendanaan
Deskripsi Komponen
Output
Lama Pelaksanaan
Program
Komponen B
Nama Komponen
Program
Pendanaan
Deskripsi Komponen
Penyusunan Modul Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM)
Rp 51,250,000.00
Tujuan dari penyusunan modul MTBM adalah sebagai
pedoman baku yang dapat digunakan oleh bidan
dan/atau petugas kesehatan lain yang berhubungan
dengan ibu hamil dan bayi baru lahir sehingga dapat
secara terpadu menangani komplikasi kehamilan dan
persalinan yang berisiko pada morbiditas dan
mortalitas. Modul MTBM terutama berisi tentang:
(i) Anamnesa, tanda/gejala penyulit, klasifikasi
penyulit berikut tindakan/pengobatan nya.
(ii) Asuhan dasar bayi muda, terutama penekanan
kepada pemberian ASI eksklusif dan imunisasi.
(iii) Konseling bagi ibu/keluarga.
(iv) Pentingnya kunjungan neonatal lengkap di
posyandu.
(i) Terbentuk modul Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM).
(ii) Modul MTBM tersebar luas dan dapat di akses
seluruh masyarakat Indonesia.
3 bulan
Bimbingan Teknis Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) kepada Bidan, perawat, dan tenaga
kesehatan lainnya.
Rp 16,518,250,000.00
Bimbingan Teknis (Bimtek) MTBM merupakan
bentuk pendampingan pelaksanaan manajemen
terpadu bayi muda yang dilakukan pada setiap
kabupaten/kota. Peserta adalah seluruh bidan di
wilayah kerja puskesmas yang ada di kabupaten/kota,
perawat, dan tenaga keseahatan yang bertugas di pusat
layanan kesehatan kabupaten/kota. Kepada tenaga
kesehatan tersebut diberikan penjelasan konkrit terkait
komponen pada MTBM terutama pemberian contoh
kasus yang sering terjadi di wilayah kerja masingmasing bidan. Konsep bimtek adalah diskusi, latihan
ilustrasi kasus.
7
Output
Lama Pelaksanaan
Program
Komponen C
Nama Komponen
Program
Pendanaan
Deskripsi Komponen
Output
Lama Pelaksanaan
Program
Komponen D
Nama Komponen
Program
Pendanaan
Deskripsi Komponen
(i) Tenaga kesehatan memahami tatalaksana
MTBM.
(ii) Tenaga kesehatan mampu mengaplikasikan
tatalaksana MTBM.
(iii) Tenaga
kesehatan
mampu
memberikan
penanganan primer terhadap morbiditas bayi
akibat kehamilan dan/atau persalinan.
(iv) Tenaga kesehatan, terutama bidan puskesmas
mampu memberikan rujukan kepada ibu dan bayi
ke pelayanan kesehatan sekunder.
(v) Bidan
puskesmas
mampu
menyalurkan
pengetahuannya terkait MTBM kepada para
kader di wilayah kerjanya.
3 bulan
Sosialisai MTBM kepada kader posyandu
Rp 330,000,000.00
Komponen program ini diawali dengan pemilihan
kader posyandu yang kompeten, secara kemauan dan
kemampuan dalam mengayomi masyarakat sekitar
nya. Bidan yang telah mendapatkan pelatihan
bimbingan teknik MTBM, mensosialisasikan hasil
bimbingan teknik MTBM kepada para kader di
wilayah kerja posyandu bidan. Hal ini dilakukan untuk
meringankan kerja bidan dalam identifikasi ibu hamil
berisiko dan pendampingan ibu hamil berisiko.
Pemberdayaan kader juga dilakukan dengan tujuan
memberikan kenyamanan kepada ibu karena bisa
berkonsultasi dengan peer group.
(i) Terbentuk kader yang kompeten pada setiap
posyandu.
(ii) Para kader memahami MTBM secara utuh.
Selama program berlangsung 5 tahun
Gerakan Satu Kader Satu Ibu Berisiko
Rp 8,167,500,000.00
Gerakan ini dimulai sejak terjadinya kehamilan. Kader
bertanggung jawab mengidentifikasi kehamilan warga
nya. Mengawasi perkembangan kehamilan dan selalu
melaporkannya pada setiap kegiatan posyandu. Satu
8
Output
Lama Pelaksanaan
Program
Komponen E
Nama Komponen
Program
Pendanaan
Deskripsi Komponen
Output
Lama Pelaksanaan
Program
kader bertanggung jawab atas satu atau lebih ibu hamil
di wilayah kerja posyandu. Kader wajib melaporkan
kepada bidan apabila seorang ibu berisiko melahirkan
premature untuk kemudian dilakukan tindak lanjut
untuk mencegah komplikasi akibat kelahiran
premature. Kader juga bertanggung jawab
memberikan advokasi terkait tatalaksana bayi, mulai
dari ASI eksklusif, hingga pemberian imunisasi
(Kunjugan antenatal lengkap).
(i) Kader mampu mengidentifikasi kehamilan di
wilayah posyandu.
(ii) Kader mengawasi perkembangan kehamilan,
mampu mengidentifikasi anomaly kehamilan dan
melaporkannya kepada bidan untuk diberikan
penanganan lanjutan.
(iii) Setiap ibu hamil mendapatkan pengawasan dari
seorang kader.
Selama program berlangsung 5 tahun
Monitoring dan Evaluasi Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM)
Rp 571,150,000.00
Komponen ini akan mendukung operasi unit
manajemen program (PMU). PMU dibentuk
Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia yang akan bertanggung
jawab untuk: (i) Mengawasi perencanaan,
administrasi, pembiayaan, pengadaan, kegiatan
pelatihan dan koordinasi denan pemangku
kepentingan terkait dan (ii) Mengoordinasikan
kegiatan antara mitra pelaksana termasuk lembaga
rumah sakit, puskesms, pemerintah daerah, pimpinan
desa, organisasi berbasis masyarakat, dan mitra
program terkait lainnya di kabupaten. Komponen ini
akan mencakup tinjauan awal dan paruh waktu,
konsultasi, dan meja bundar nasional untuk
mendiskusikan dan menyebarluaskan temuan,
analisis, dan rekomendasi program.
(i) PMU didirikan.
(ii) Laporan evaluasi pertengahan dan akhir.
(iii) Dilakukannya audit eksternal.
(iv) Diadakan dua pertemuan meja bundar nasional.
(v) Diadakan dua pertemuan meja bundar provinsi.
Selama program berlangsung 5 tahun
9
II.
Perkiraan Biaya dan Rencana Pembiayaan
Tabel 2. Rencana Anggaran
Sumber Dana
Jumlah
Pemerintah
Rp 26,279,103,750
Sumber lain
0
Total
Rp 26,279,103,750
Tabel 3. Grant Categories of Espenditure, Amounts, and Percentage of
Expenditures
Amount of Grant
Percentage of
Kategori
Allocated (Rupiah)
Expenditure
1. Perlengkapan dan Supplies
51,250,000.00
1
2. Sosialisasi dan bimbingan
25,015,750,000.00
95
teknik
3. Manajemen, pengawasan, dan
571,150,000.00
2
evaluasi
4. Other project input
0
5. Contingencies
640,953,750
2
Total
26,279,103,750
100
III. Pelaksanaan Program
A.
Organisasi dan Manajemen Program
Badan pelaksana program Optimalisasi Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) berbasis masyarakat adalah Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI), WHO, dan UNICEF.
Komite pengarah program, diketuai oleh Ditjen Bina Kesehatan Anak sebagai
direktur program yang terdiri dari perwakilan dari IDAI. Komite pengarah akan
bertemu dua kali setiap tahun untuk membahas kemajuan program, dan untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dalam pelaksanaan program.
Untuk melaksanakan program, Ditjen Kesehatan Anak akan dibantu oleh
Project Management Unit (PMU) yang bertanggung jawab kepada manajer
program, mengawasi aspek teknis dan administratif dari manajemen program. PMU
bertanggung jawab atas keseluruhan perencanaan, administrasi, pembiayaan,
pengadaan, pelatihan, akuntansi, pencaiatan dan akan berkoordinasi dengan
pemerintah daerah, dan pusat layanan kesehatan. Program ini didukung oleh staf
yang mempunyai keahlian dalam administrasi keuangan dan hibah; pemantauan
dan evaluasi; dan pengadaan.
Lembaga pelaksana dan PMU akan dibantu oleh konsultan yang memiliki
keahlian dalam: (i) Kesehatan Anak; (ii) Obstetrik dan Ginekologi; (iii) Sistem
rujukan kesehatan; (iv) Jaminan kesehatan masyarakat; dan (v) Perundangundangan, peraturan, dan standar.
10
Puskesmas dan rumah sakit akan menjadi pihak ketiga dalam pelaksanaan
program. Dalam operasionalisasi puskesmas dan rumah sakit bertanggung jawab
atas operasi lapangan, menjamin pelaksanaan tatalaksana kesehatan anak sesuai
dengan MTBM. Masyarakat yang terorganisasi dalam kader posyandu juga turut
berperan dalam pendukung dan pengawasan pelaksanaan MTBM. Kader sebagai
orang yang dekat dengan masyarakat berperan sebagai gerbang utama yang
menghubungkan ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi lahir dengan bidan dan
pelayanan kesehatan. Kader mengidentifikasi ibu hamil dan ibu melahirkan,
mengawal kehamilan, dan mendorong, menyarankan untuk pergi ke pelayanan
kesehatan, terutama bila berisiko pada komplikasi kehamilan dan kelahiran.
B.
Koordinasi Program
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan bagian integritas dari
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS bukanlah merupakan suatu
program, melainkan sebuah upaya yang ditujukan untuk menurunkan morbiditas
dan mortalitas anak sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak di
unit rawat jalan seperti puskesmas, pustu, polindes, poskesdes, dan pusat kesehatan
masyarakat lainnya. Badan kesehatan dunia WHO telah mengakui bahwa
pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan Negara-negara berkembang dalam
upaya menurunkan kematian, kesakitan, dan kecacatan pada bayi dan balita.
Menurut laporan Bank Dunia (1993), MTBS merupakan jenis intervensi costeffective yang memberikan dampak terbesar pada beban penyakit secara global.
Apabila puskesmas menerapkan MTBS berarti turut membantu dalam upaya
pemerataan pelayanan kesehatan dan membua akses bagi seluruh lapisan
masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan secara terpadu. MTBS telah
diadaptasi pada tahun 1997 atas kerjasama antara Kementrian Kesehatan RI, WHO,
UNICEF, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
IV. Jadwal Pelaksanaan Program
Program diharapkan akan dilaksanakan selama lima tahun terhitung sejak
penandatanganan Letter of Agreement (LoA) pada tanggal 12 November 2017
sampai 12 November 2022.
V.
Persyaratan Pelaporan
A.
Pelaporan
Tugas pelaporan oleh Project Management Unit (PMU):
(i) Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan teknik tenaga kesehatan.
(ii) Menyusun kompilasi laporan bidan desa tekait pelatihan kader yang
didapatkan dari tenaga administratif puskesmas.
(iii) Menyusun laporan kemajuan triwulan berdasarkan masukan dari
program.
(iv) Mempersiapkan laporan tahunan, termasuk penilaian dampak MTBM
terhadap penurunan angka kematian bayi.
Laporan akhir akan diserahkan dalam waktu dua bulan setelah penyelesaian
program. Laporan menjelaskan secara rinci dan sistematis serta mengevaluasi
berbagai aktivitas yang dilakukan selama pelaksanaan program, dampak program
11
terhadap penurunan angka kematian dan kesakitan bayi, serta solusi yang
disarankan untuk mengatasi masalah atau hambatan selama pelaksanaan program.
B.
Audited Grant Account
Semua pembiayaan program ditanggung oleh pemerintah Kementrian
Kesehatan RI. Pembiayaan diaudit oleh auditor independen, yaitu Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP); Badan auditor keuangan
pembangunan, yang memiliki pengetahuan dan pengalaman memadai dalam proses
akuntansi internasional dan dapat diterima oleh ADB. Ditjen Kesehatan Anak akan
menyerahkan laporan proyek yang di audit dan laporan auditor ke ADB dalam
waktu 6 bulan setelah akhir setiap tahun anggaran.
C.
Pemantauan dan Evaluasi Manfaat (Benefit Monitoring Evaluation)
Ditjen Kesehatan Anak mempersiapkan kerangka pemantauan dan evaluasi
dan Memantau kualitas berdasarkan indikator kinerja utama berikut:
Tabel 4. Pemantauan dan Evaluasi Manfaat
Indikator Kinerja
Utama
90% puskesmas, rumah
sakit, dan pusat layanan
kesehatan
menerapkan
MTBM
Terbentuk
kader
posyandu aktif sebagai
pendamping ibu hamil
hingga persalinan dan
bayi berusia 1 tahun
Ibu
melahirkan
di
pelayanan
kesehatan
(puskesmas/rumah sakit)
Penurunan
angka
kematian bayi menjadi
kurang dari 20% pada
tahun 2022
Laporan Pemantauan
(Monitoring Reports)
Rencana Pemantauan
dan Evaluasi
Laporan triwulan dan
tahunan
Laporan Pemantauan
(Monitoring Reports)
Laporan triwulan dan
tahunan
Laporan Pemantauan
(Monitoring Reports)
Laporan triwulan dan
tahunan
Laporan Penelitian
Laporan Pemantauan
(Monitoring Reports)
berdasarkan laporan awal
dan akhir program.
Efficacy Study Report
Pre intervention and
post intervention
Mekanisme Pelaporan
12
DESAIN DAN KERANGKA PEMANTAUAN
(DESIGN AND MONITORING FRAMEWORK)
Tabel 6. Desain dan Kerangka Pemantauan Program Perawatan Neonatal MTBS
Ringkasan
Desain
Impact:
Menurunkan
Angka Kematian
Bayi (AKB)
Target Kinerja
dan Indikator
Prevalensi AKB,
kematian bayi
hingga usia satu
tahun menurun
hingga kurang dari
20%
Sumber
Data dan
Asumsi dan Risiko
Mekanisme
Pelaporan
Baseline
Asumsi:
dan Final
Semua ibu berisiko
Survey
melahirkan mendapatkan
pertolongan tenaga
kesehatan terampil.
Outcome:
Jumlah cakupan
pelayanan
kesehatan yang
menerapkan
MTBM dan
keaktifan kader
mendukung
MTBM
90% pusat layanan
kesehatan,
terutama
puskesmas
menerapkan
tatalaksana
MTBM.
Terbentuk kader
posyandu yang
aktif mendukung
MTBM.
Baseline
dan Final
Survey
Output 1:
Penyusunan
modul MTBM
beserta strategi
Modul MTBM
tersusun lengkap
dan sistematis
(terdiri dari
pelayanan
promotif,
preventif, kuratif,
dan rehabilitatif)
Project
Monitoring
and
Evaluation
Report
Risiko:
Ibu berisiko melahirkan
di dukun atau di rumah
karena keterbatasan
akses.
Asumsi:
Seluruh pusat layanan
kesehatan menerapkan
MTBM. Kader secara
sukarela membantu
mensukseskan MTBM.
Risiko:
Ketidakpatuhan karena
lemahnya control dalam
pelaksanaan MTBM.
Kader kurang kompeten
karena pendidikan
rendah.
Asumsi:
Modul tersusun sesuai
kebutuhan dan budget,
dan terdistribusi ke
seluruh pusat layanan
kesehatan.
Risiko:
Minim budget
menghasilkan modul
tidak memenuhi target.
Atau bahkan over
production modul karena
ketdaklancaran distribusi.
13
Output 2:
Bimbingan teknis
tatalaksana
MTBM kepada
tenaga keseahatan
Output 3:
Perekrutan dan
pelatihan kader
posyandu
Output 4:
Gerakan satu
kader satu ibu
Output 5:
Penguatan
implementasi
program,
Kurang lebih 80%
tenaga kesehatan
di kabupaten
mengikuti
bimbingan teknis
MTBM
Baseline
dan Final
Survey
Terdapat kurang
lebih 5 kader
setiap posyandu
yang menerima
pelatihan dan
bersedia menjadi
pendamping ibu
hamil dengan
segala tugas dan
wewenangnya
Baseline
dan Final
Survey
Seorang kader
mampu
mengidentifikasi
adanya ibu hamil,
ibu hamil berisiko,
mendampingi ibu
hamil selama
kehamilan,
menyarankan
persalinan di pusat
layanan kesehatan,
serta
mengingatkan
untuk selalu
melakukan
kunjungan
antental lengkap
Rincian
implementasi dan
pedoman
pemantauan
dikembangkan
Baseline
dan Final
Survey
Asumsi:
Seluruh tenaga kesehatan
mengikuti bimbingan
teknis secara sistematis.
Risiko:
Tidak semua tenaga
kesehatan mau mengikuti
bimtek. Terdapat angka
drop out.
Asumsi:
Secara sukarela kader
dapat dipilih kemudian
dibimbing terkait
MTBM.
Risiko:
Terdapat angka drop out
karena kader pindah atau
mengundurkan diri tanpa
sebab. Pendidikan rendah
kader sehingga tidak
dapat mencapai kualitas
yang diharapkan,
sedangkan tidak ada
orang lain yang bersedia.
Asumsi:
Seorang kader dapat
mendampingi satu, dua
atau lebih ibu selama
kehamilannya hingga
persalinan dan kunjungan
neonatal lengkap.
Risiko:
Ketidakpatuhan kader
dan ibu yang timbul
karena tidak adanya
keterbukaan antara kedua
pihak.
Project
Monitoring
and
Evaluation
Report
14
Pemantauan, dan
Evaluasi
untuk unit
pelaksanaan
program
Dan
15
ESTIMASI BIAYA
Costs
Code
Fiscal Years
Supplies and Services Rendered
Cost per
Unit
Komponen A: Penyusunan Modul Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
1.1 Penyusunan materi modul
Workshop
1
250000
1.2 Uji kelaikan modul
Study
30
50000
1.3 Pencetakan modul
Publication
3300
10000
1.4 Distribusi modul
Publication
33
500000
Unit
Quantity
Total
2018
2019
2020
2021
2022
250000
1500000
33000000
16500000
Komponen B: Bimbingan Teknis Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
2.1
Sosialisasi ke pusat layanan
kesehatan (Puskesmas, Rumah
Publication
33
500000
16500000
Sakit, dan pusat keseahtan
lainnya) dan Undangan Bimtek
2.2 Persiapan materi Bimtek
Administrative
33
50000
1650000
2.3 Distribusi surat undangan
Publication
10
10000
100000
pemangku program
2.4 Persiapan perlengkapan acara
Administrative
33
495000000 16335000000
2.6 Pelaporan program
Evaluation
33
5000000
165000000
Komponen C: Sosialisai MTBM kepada kader posyandu
3.1 Pembimbingan dan pelatihan
Workshop
33
10000000
330000000
MTBM secara terus-menerus
Komponen D: Gerakan Satu Kader Satu Ibu Berisiko
4.1 Pendampingan ibu dan Posyandu
33
247500000 8167500000
16
Komponen E: Monitoring dan Evaluasi Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
5.1 Rapat Steering Committee
Meeting
13
6500000
5.2 Midterm review
5.3 Rapat Meja Bundar Nasional
5.4 Publikasi Final
5.5 Pelaporan Final
5.6 Audit eksternal
5.7 Staf PMU
Supplies and Services Rendered
Subtotal Component A to E
Contingency
Total Grant Costs
Meeting
Meeting
Report
Report
audit
4
1
33
1
3
1400000
7500000
3300000
150000
1500000
84500000
5600000
7500000
108900000
150000
4500000
month
60
6000000
360000000
Costs
Unit
Quantity
Cost per Unit
Total
25,638,150,000
640,953,750
26,279,103,750
17
STRUKTUR ORGANISASI
Project Steering Committee
Chair:
Direktoral Jenderal Kesehatan Anak Kemenkes RI
Members:
IDAI, Ditjen Kesehatan Anak Kemenkes RI.
Project Manager:
Direktur Ditjen Kesehatan Anak
Secretariat
Konsultan
PMU
Pemerintah Daerah Provinsi
Pusat Kesehatan
Masyarakat
Rumah Sakit
Posyandu, Polindes,
Pustu, poskesdes,
poned, dll.
18
JADWAL PELAKSANAAN PROGRAM
19
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2015. Laporan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2014. Jakarta:
Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional.
Databoks, Kadata Indonesia 2016.Meski Menurun, Angka Kematian Bayi di
Indonesia Masih Tinggi.
Departemen Kesehatan RI, 2007. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Espanding Maternal and Neonatal Survival
(EMAS): Laporan Teknis 2015-Tata Kelola Klinis. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Yasmin S, Osrin D, Paul E, Costello A. 2001. Neonatal Mortality of Low Birth
Weight Infants in Bangladesh. Bulletin of the World Health Organization.
2001;79(7): 608-14.
March of Dimes, PMNCH, Save the Childern, World Health Organization (WHO).
2012. Born To Soon: The Global Action Report on Preterm Birth. (all Chart:
Estimated National Rates of Preterm Birth in 2010). Eds Howson, CP,
Kinney, MV, Lawn, JE. Geneva: World Health Organization. Retrieved
from
http://www.marchofdimes.com/born-to-soon-the-global-actionreport-on-preterm-birth-wallchart.pdf.
Mo-suwan L, Isaranurug S, Chanvitan P, Techasena W, Sutra S, Supakupinyo C, et
al. 2009. Perinatal Death Pattern in The Four District of Thailand: Findings
from the Prospective Cohort Study of Thai Children (PCTC). Journal of the
Medical Association of Thailand. 2009; 92(5):606-66.
22
Download