Pemuliaan Ketahanan Terhadap Penyakit Tungro Pada Tanaman Padi RINGKASAN Tungro merupakan salah satu penyakit pada tanaman padi disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh wereng hijau (Nephotettix spp) secara semipersisten. Salah satu teknik pengendalian penyakit tungro yang murah dan efisien adalah penggunaan varietas tahan. Varietas tahan tungro yang sudah dilepas masih terbatas, oleh karena itu upaya perakitan varietas tahan tungro perlu dilakukan terus menerus. Pemuliaan padi tahan tungro di Indonesia dimulai sejak tahun 1935 oleh Van der Meulen dengan menyilangkan varietas Latisail (tahan) dengan Tjina (rentan) dan menghasilkan varietas yang tahan terhadap tungro di beberapa negara seperti India, Malaysia, Phillipina, Thailand. Di IRRI, program pemuliaan terhadap penyakit tungro dimulai pada tahun 1966 dengan ditemukannya gen pengendali ketahanan pada varietas Pangkhari 203 dan Latisail. Pada awalnya program pemuliaan padi diarahkan untuk menghasilkan varietas tahan wereng hijau. Namun beberapa tahun kemudian menjadi rentan karena wereng hijau dapat beradaptasi terhadap verietas tersebut. Pada tahun 80an setelah ditemukannya teknik deteksi virus tungro dengan ELISA dan ditemukannya beberapa plasma nutfah yang tahan terhadap virus tungro dan wereng hijau maka strategi pemuliaan dilakukan dengan menggabungkan ketahanan terhadap virus dan wereng hijau. Sumber gen ketahanan tanaman padi terhadap wereng hijau dapat diperoleh dari verietas Pankhari 203, ASD 7, IR8, Ptb8, ASD8, TAPL 796, Maddai Karuppan, DV85, IR28, IR36, IR20965-26-1-2, ARC10313, dan Asmaita, sedangkan sumber ketahanan terhadap RTBV dan RTSV adalah Utri Merah (Acc 16680), Utri Merah (Acc 16682), Utri Rajapan, ARC 11554, Balimau Putih, Adday Selection, Habiganj DW8, TKM 6, Oryza longstaminata, O. rufipogon, dan O. officinalis (Azzan and Chancellor, 2002). Di beberapa daerah endemik tungro terbukti bahwa penanaman varietas tahan vektor wereng hijau secara terus-menerus tidak dapat bertahan lama, karena serangga wereng hijau (N. virescens) cepat beradaptasi pada varietas tersebut. Widiarta menyatakan bahwa hampir semua golongan varietas tahan wereng hijau (T0-T4) tidak tahan lagi terhadap koloni wereng hijau. Sehingga disarankan untuk menggunakan sumber tetua lainnya atau menggunakan varietas tahan virus. Di lain pihak, ada indikasi bahwa virulensi virus tungro terhadap varietas tahan dan strain virus tungro sangat bervariasi, sehingga perluasan latar belakang genetik ketahanan varietas terhadap vektor wereng hijau dan virus tungro sendiri merupakan salah satu alternatif untuk memperpanjang ketahanan varietas. Berkaitan dengan hal tersebut, pada tahun 2014, di Lolittungro dimulai kegiatan pembentukan gen pool baru tanaman padi tahan penyakit tungro dengan melibatkan sejumlah varietas tahan penyakit tungro. Upaya peningkatan diversitas genetik melalui program silang tunggal dan silang ganda. Semua tetua sumber gen ketahanan terhadap virus tungro (Utri Merah (ACC16680), Utri Merah (ACC 16682), ARC10312 (ACC12428), ARC12596 (ACC22176), Utri Rajapan (ACC16684), dan ASD8 (ACC 6393)) disilangkan dengan sejumlah varietas unggul nasional, dan sejumlah galur-galur generasi lanjut yang telah teruji karakteristik agronomi baik dan berpotensi hasil tinggi. Dari program persilangan tersebut telah dihasilkan populasi tanaman silang tunggal sebanyak 190 famili, silang ganda sebanyak 99 famili, dan silang balik 102 famili. Kegiatan lain yang dilakukan adalah seleksi galur tahan tungro yang dilakukan secara rutin sejak tahun 2002 menggunakan hasil persilangan dari BB Padi. Penanganan generasi dari turunan hasil persilangan tersebut dilakukan sesuai dengan metode seleksi pedigree, dengan menerapkan seleksi individu secara ketat berdasarkan tingkat ketahanan penyakit tungro. Metode seleksi yang dilakukan sesuai dengan metode IRTN-IRRI. Galur terpilih dilanjutkan dengan observasi terhadap beberapa sumber inokulum dan wereng hijau. Hasil seleksi diperoleh 30 galur tahan tungro pada tahun 2002, 29 galur tahan tungro pada tahun 2004, dan 50 galur pada tahun 2015. Galur ini dilanjutkan pengujian uji daya hasil untuk melihat potensi hasil dan daya adaptasinya pada beberapa lokasi. Uji daya hasil lanjutan diperoleh 12 galur harapan tahan tungro yang akan diuji ketahanannya terhadap hama dan penyakit lainnya di BB Padi. Hasil uji multi lokasi yang dilakukan bersama dengan BB Padi, berhasil dilepas 3 varietas unggul baru tahan tungro pada tahun 2009 yaitu varietas Inpari 7 Lanrang dari galur RUTTST96B-15-1-2-2-1 dengan persilangan antara S3052-2D12-2/Utri Merah-2, Inpari 8 dari galur IR73012-15-2-2-1 dengan persilangan antara IR68064-18-1-1-2-2/IR61979-138-1-3-2-2, dan Inpari 9 Elo dari galur IR73005-69-1-1-2 dengan persilangan antara IR65469-161-2-2-2-3-2-2/IR61979138-1-3-2-2. Selanjutnya tahun 2015 dilepas 2 varietas tahan tungro dengan nama Inpari 36 Lanrang dari galur IR73434-80-2-3-2, persilangan antara IR58773-35-31-2/IR65475-62-3-1-3-1-3-1 dan Inpari 37 Lanrang dari galur BPT146C-49-2-2-1-1, persilangan antara CT9162-12/Seratus Hari T36//Memberamo/Cibodas/// IR66160121-4-5-3/Membramo. ABSTRACT Tungro is one of the rice plant diseases caused by a virus and transmitted by the green leafhopper (Nephotettix spp). One tungro disease control techniques are cheap and efficient is the use of resistant varieties. Initially, the rice breeding program aimed to produce green leafhopper resistant varieties. But a few years later it becames susceptible because green leafhopper can adapt to these varieties. On the other hand, there are indications that the virulence of the virus tungro and tungro virus strains vary greatly, so that the expansion of the genetic background of varieties resistance to the green leafhopper vector and tungro virus itself is one alternative to extend the resistance of varieties. in this regard, Lolittungro commenced the formation of a new gene pool of rice plants, resistance to tungro disease, in 2014. The parent resistant to tungro virus is crossed by a number of national varieties, and a number of advance generation lines. The results of the crossing program, obtained a population of single cross plants as many as 190 families, double cross as many as 99 families, and back cross of 102 families. Another activity that has been done is tungro resistant line selection since 2002 using the crossbreeding of ICRR by the method of pedigree selection. Selection results obtained 30 resistant lines in 2002, 29 resistant lines in 2004, and 50 resistant lines in 2015. This lines is followed by yield trials to see the yield potential and adaptability in multiple locations. The results of multi-location test conducted together with ICRR, successfully released 3 tungro resistant varieties in 2009 that is Inpari 7 Lanrang, Inpari 8, and Inpari 9 Elo. In 2015, 2 tungro resistant varieties were released by the name of Inpari 36 Lanrang and Inpari 37 Lanrang. Keywords: breeding, tungro disease, rice plant, resistant variety