GROUPER FAPERIK 2014 PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL FAISOL MAS‘UD Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan ABSTRAKSI Ikan nila (Oreochromis sp) yang dipelihara di kolam beton dan kolam terpal. Dimana dalam penelitian ini diberikan dua perlakuan yaitu pemeliharaan ikan n i l a di kolam beton dan di kolam terpal dengan tiga ulangan. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari perlakuan yang diberikan dilakukan Uji-t dan untuk mengetahui pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan dilakukan penghitungan koefisien korelasi (r hitung). Parameter kualitas air yang yang diamati meliputi suhu, DO, pH, kecerahan dan NH3. Hasil Uji-t menunjukan bahwa t hitung (0,048) < t tabel (4,303), hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua perlakuan. Sedangkan hasil koefisien korelasi antara kualitas air dan pertumbuhan menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata antara parameter kualitas air yang diamati terhadap pertumbuhan ikan nila. Kata Kunci : Ikan nila, Kualitas air, Pertumbuhan GROUPER FAPERIK I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis sp) sudah lama dikenal oleh masyarakat luas sebagai ikan konsumsi dan mengandung gizi yang hampir sama dengan jenis ikan air tawar lainnya. Selain itu ikan nila memiliki keunggulan antara lain mudah dikembangbiakan dan daya kelangsungan hidup tinggi, pertumbuhan relatif cepat dengan ukuran badan relatif besar, serta tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan (Anonim, 2001). Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal, nila juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, danau, rawa, sawah, tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di laut. Termasuk di kolam beton dan kolam terpal. Kualitas air yang kurang baik mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Dalam usaha budidaya ikan nila (Oreochromis sp) ketersediaan air dan kualitas air merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usaha budidaya ikan. Kolam beton dan kolam terpal dipilih sebagai media pemeliharaan ikan karena media ini lebih praktis, murah dan dapat memanfaatkan lahan yang sempit dari pada menggunakan kolam tanah mengingat kondisi lingkungan perairan kita yang bersifat asam (Anonim, 2001). Kolam beton merupakan kolam yang dasar sisi-sisinya terbuat dari beton sedangkan kolam terpal adalah kolam yang dasar serta sisinya terbuat dari terpal. Dimana keduanya dapat digunakan untuk kegiatan budidaya ikan dengan memanfaatkan lahan yang sempit. Namun kolam terpal memiliki keunggulan yaitu biaya lebih murah, dapat dipindahpindahkan serta ikan yang dipelihara tidak berbau (Rukmana, Rahmat, 2008). Walaupun ikan nila merupakan jenis ikan yang memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan perairan, namun kualitas air dalam wadah budidaya harus tetap dikelola dengan baik agar pertumbuhannya tetap optimal. Oleh sebab itu dirasakan perlu untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh kualitas air terhadap 2014 pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp) yang merupakan unsur yang sangat berperan penting terhadap pertumbuhan. 1.2. Permasalahan Masalah dari penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan kolam beton kualitas air lebih baik untuk pertumbuhan ikan nila atau dengan menggunakan kolam terpal. 1.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui kualitas air yang lebih baik antara kolam beton dan kolam terpal untuk pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp). 1.4. Manfaat Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan ini dapat menjadi masukkan dan informasi bagi masyarakat dibidang perikanan mengenai kualitas air terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp) yang dipelihara dalam kolam beton dan kolam terpal. 1.5. Hipotesa Hipotesa dari penelitian adalah : 1. Diduga dengan menggunakan kolam beton kualitas air akan lebih baik. 2. Diduga dengan menggunakan kolam terpal kualitas air akan lebih baik II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, dari bulan Agustus 2014. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kolam beton dan terpal yang dibuat di pekarangan Desa Jatirenggo Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. 2.2. lat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ini adalah thermometer, DO meter, pH meter, secchi disk, timbangan digital, mistar, aerator, pompa air, ember, kamera dan alat tulis serta benih ikan nila (Oreochomis sp) ukuran 35 cm (60 ekor), kolam pembesaran dengan konstruksi beton dan terpal, hapa dan pakan merk Comfeed dengan kandungan protein 32-34 %. A GROUPER FAPERIK 2014 2.3. Manajemen Pemeliharaan Dalam melaksanakan penelitian, ikan uji terlebih dahulu diaklimatisasikan selama 1 (satu) minggu dengan padat penebaran masing-masing 10 ekor/hapa. Selama diaklimatisasikan ikan uji diberikan pakan yang sama pada setiap perlakuan dengan jenis makanan berupa pellet merk Comfeed Indonesia Ltd dengan kandungan protein 32 % - 34 % dan jumlah makanan yang diberikan pada setiap perlakuan yaitu 2 % dari berat total tubuh ikan. Makanan diberikan dua kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 08.00 WIB sebanyak 1/2 bagian dan pada sore hari pukul 16.00 WIB sebanyak ½. Untuk mengetahui panjang baku dan berat total ikan uji selama penelitian setiap 2 (dua) minggu dilakukan sampling. Selain itu juga dilakukan pengukuran parameter kualitas air yang meliputi suhu, DO, pH dan kecerahan, sedangkan pengukuran NH3 dilakukan pada awal dan akhir penelitian. 2.4. Analisa Data Untuk membedakan atau membandingkan dua macam perlakuan digunakan pegujian dengan Uji-t berpasangan (Sastrosupadi, 1999). Kriteria uji t : Thitung = (A-b) s.(A-B) Adapun layout penelitian adalah seperti pada tabel berikut Tabel 1. Lay Out Penelitian A1 A2 A3 B1 B2 B3 Keterangan : A dan B adalah perlakuan 1 dan 2 adalah ulangan Untuk mengetahui hubungan antara kualitas air dan pertumbuhan ikan nila yang dipelihara di kolam beton dan terpal dihitung dengan menggunakan model regresi berganda (Walpole, 1982 dalam Maryani dkk, 2007) dengan rumus sebagai berikut : Yi = αo + α1X1i + α2X2i + …. + α5X5i +εi Dimana : Yi = Pertumbuhan relatif ikan nila Αk = Koefisien regresi untuk peubah bebas Xk yang diperoleh dari pengamatan satuan percobaan ke-i X1 = Suhu X2 = DO X3 = pH X4 = Kecerahan X5 = NH3 III. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan mengenai pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp) di kolam beton dan kolam terpal selama 60 hari masa pemeliharaan diperoleh data meliputi : data berat rata-rata populasi, panjang baku rata-rata populasi, kecepatan pertumbuhan relatif (%) dan kualitas air yang meliputi suhu air, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), kecerahan dan amoniak(NH3). 3.1. Kualitas Air Air sebagai media hidup ikan harus memiliki sifat yang cocok bagi kehidupan ikan, karena kualitas air dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan mahluk- mahluk hidup di air (Djatmika, 1986). Kualitas air merupakan faktor pembatas terhadap jenis biota yang dibudidayakan di suatu perairan (Kordi dan Tancung, 2007). Pengukuran terhadap para parameter kualitas air yang di ukur dalam media penelitian antara lain : 1. Suhu Data hasil pengukuran suhu yang dilakukan pada pagi dan sore hari setiap 2 (dua) minggu sekali selama pemeliharaan didapatkan nilai rata-rata suhu air yaitu pada perlakuan A sebesar GROUPER FAPERIK 29,4oC sedangkan pada perlakuan B yaitu pada 29,2oC. Pergolakan suhu yang demikian dianggap cukup baik, karena menurut Kordi dan Tancung (2007), bahwa kisaran suhu yang optimal bagi kehidupan ikan adalah 28oC-32oC. Sedangkan menurut Anonim (2010) kisaran suhu yang baik untuk budidaya ikan nila adalah 25-30oC. Berdasarkan analisis korelasi suhu terhadap pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis sp) selama masa penelitian dihasilkan R2 = 38,9% atau 0,389, hal ini menunjukan bahwa tingkat hubungan yang rendah antara suhu dan pertumbuhan relatif. 2. Oksigen Terlarut (DO) Oksigen terlarut merupakan faktor terpenting dalam menentukan kehidupan ikan, pernapasan akan terganggu bila oksigen kurang dalam perairan. Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut rata-rata selama penelitian pada perlakuan A = 5,4 ppm dan pada perlakuan B = 5,2 ppm. Menurut Kordi dan Tancung (2007), beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3 ppm, namun konsentrasi oksigen terlarut yang baik untuk hidup ikan adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 ppm, beberapa jenis ikan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makannya mulai menurun. Untuk itu, konsentrasi oksigen yang baik dalam budidaya perairan adalah antara 57 ppm. Pada penelitian ini kandungan oksigen terlarut umumnya sudah cukup baik, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut selama masa penelitian dalam 10 minggu cukup baik dalam menunjang pertumbuhan ikan. Berdasarkan analisis korelasi DO terhadap pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis sp) selama masa 2 penelitian dihasilkan R = 38,9% atau 0,389, hal ini menunjukan bahwa tingkat hubungan yang rendah antara DO dan pertumbuhan relatif. 2014 3. Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman (pH) rata-rata setiap 2 (dua) minggu pada setiap perlakuan selama penelitian menunjukan bahwa pH perairan pada perlakuan A adalah 5,1, sedangkan perlakuan adalah B 5,3. Menurut Kordi dan Tancung (2007), menyatakan bahwa dalam budidaya pada pH 5 masih dapat ditolerir oleh ikan tapi pertumbuhan ikan akan terhambat. Namun ikan dapat mengalami pertumbuhan yang optimal pada pH 6,59,0. Menurut Asmawi (1983), bahwa derajat keasaman yang masih dapat ditolerir oleh ikan air tawar adalah 4,0. Sedangkan menurut Anonim (2010), pH air yang baik untuk budidaya ikan nila adalah 6-8,5 dengan kisaran optimum 7-8. Dengan demikian, kisaran derajat keasaman selama penelitian masih berada dalam batas yang cukup baik bagi ikan. Berdasarkan analisis korelasi pH terhadap pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis sp) selama masa 2 penelitian dihasilkan R = 38,9% atau 0,389, hal ini menunjukan bahwa tingkat hubungan yang rendah antara pH dan pertumbuhan relatif. 4. Kecerahan Kecerahan yang diukur setiap 2 (dua) minggu pada setiap perlakuan selama penelitian menunjukan bahwa kecerahan rata-rata perairan berkisar antara 20 – 30 cm. Kekeruhan pada kolam beton maupun terpal diduga disebabkan oleh fitoplankton karena terlihat dari air yang berwarna hijau muda. Menurut Kordi dan Tancung (2007), kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasadjasad renik atau plankton. Adapun tingkat kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah 30-40 cm yang di ukur dengan menggunakan secchi disk. Apabila kedalaman kurang dari 25 cm, maka pergantian air harus cepat dilakukan sebelum fitoplankton mati berurutan yang diikuti penurunan oksigen terlarut secara drastis. Ditambahkan oleh Anonim (2010), bahwa kisaran kecerahan yang disukai oleh ikan nila adalah 20-35 cm. Berdasarkan analisis korelasi kecerahan GROUPER FAPERIK terhadap pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis sp) selama masa 2 penelitian dihasilkan R = 38,9% atau 0,389, hal ini menunjukan bahwa tingkat hubungan yang rendah antara kecerahan dan pertumbuhan relatif. 5. Amoniak (NH3) Menurut Kordi dan Tancung (2007), kadar amoniak (NH3) yang terdapat dalam perairan umumya merupakan hasil metabolisme ikan berupa kotoran padat (faces) dan terlarut (amonia), yang dikeluarkan lewat anus, ginjal dan jaringan insang Kotoran padat dan sisa pakan tidak termakan adalah bahan organik dengan kandungan protein tinggi yang diuraikan menjadi polypeptida, asam-asam amino dan akhirnya ammonia sebagai produk akhir dalam kolam. Makin tinggi konsentrasi oksigen, pH dan suhu air makin tingi pula konsentrasi NH3. Asmawi (1983), menyatakan bahwa amoniak terlarut yang baik untuk kelangsungan hidup ikan kurang dari 1 ppm. Hasil pengukuran dari kadar amoniak (NH3) pada perlakuan A awal adalah 3 mg/l dan pada akhir penelitian adalah 5 mg/l, sedangkan pada perlakuan B awal adalah 1 mg/l dan pada akhir penelitian adalah 3 mg/l. Hal ini berarti kadar amoniak mengalami peningkatan dari awal sampai akhir penelitian baik pada perlakuan A maupun perlakuan B kadar amoniak juga mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena adanya sisa-sisa makanan yang tidak termakan oleh ikan uji selama penelitian serta kotoran yang dihasilkan. Berdasarkan analisis korelasi NH3 terhadap pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis sp) selama masa penelitian dihasilkan R2 = 38,9% atau 0,389, hal ini menunjukan bahwa tingkat hubungan yang rendah antara NH3 dan pertumbuhan relatif. 3.2. Pertumbuhan Pertumbuhan berat ikan nila (Oreochromis sp) selama pemeliharaan, diperoleh dari hasil penimbangan setiap 2 (dua) minggu sekali. Kecepatan 2014 pertumbuhan relatif (%) pada waktu pemeliharaan selama 2 minggu dapat di lihat pada tabel 1 dibawah ini. Dari Tabel 1 dapat terlihat bahwa kecepatan pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis sp) sampai akhir masa pemeliharaan adalah pada perlakuan A dan B mengalami pertumbuhan yang tidak jauh berbeda. Dari hasil Ujit pertumbuhan relative menunjukan bahwa pertumbuhan pada pemeliharaan ikan antara perlakuan A dan B adalah thitung < t0,05 (n-1) terima Ho : sehingga disimpulkan bahwa data menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan A dan B. Tabel 2. Kecepatan Pertumbuhan R elatif (%) Ikan Nila (Oreochromis sp) Selama Pemeliharaan. Berat Berat RatarataKecepatan Perlakuan rat rata pertumbuhan awal akhir Relatif (%) (gr) (gr) A 3,19 70,55 471,9 B 3,72 73,9 440,24 Tinggi pertumbuhan relatif ikan uji pada perlakuan A maupun perlakuan B disebabkan oleh padat penebaran yang rendah sehingga tidak terjadi kompetisi terhadap ruang gerak serta makanan yang diberikan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh ikan serta kondisi air yang cukup baik bagi pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mantau (2005) yang menyatakan bahwa padat penebaran, kualitas pakan serta kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan ikan. Untuk jelasnya, kecepatan pertumbuhan relatif (%) selama masa pemeliharaan dari kedua perlakuan dapat dilihat pada grafik gambar 2. Dari grafik tersebut dapat terlihat dari setiap perlakuan menunjukan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp) yang dipelihara masih meningkat pada setiap 2 (dua) minggu, dimana pertumbuhan relatif perlakuan A lebih tinggi dibandingkan perlakuan B. GROUPER FAPERIK Gambar 1. 2014 Grafik Kecepatan Pertumbuhan Relatif (%) Ikan Nila dari Masing-masing Perlakuan Selama Masa Penelitian. 3.3. Mortalitas Mortalitas merupakan persentase dari jumlah ikan yang mati dari populasi. Selama berlangsungnya penelitian dalam waktu 10 minggu tidak ada mortalitas (tingkat mortalitas 0%). Tidak adanya mortalitas selama penelitian menunjukan kemampuan dari ikan nila (Oreochromis sp) yang dipelihara dalam kolam beton dan terpal mampu beradaptasi dengan lingkungan perairan. Menurut Suyanto (1993), ikan nila terkenal sebagai ikan yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan hidup dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap berbagai jenis air. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 10 minggu masa pemeliharaan ikan nila maka dapat disimpulkan bahwa kualitas air yang meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), kecerahan, dan amoniak (NH3) masih masuk dalam kisaran yang dapat ditolerir oleh ikan nila. Pertumbuhan relatif ikan nila pada perlakuan A lebih tinggi dan dibandingkan dengan perlakuan B. Meskipun demikian namun hasil Uji t menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kedua perlakuan. Hubungan antara kualitas air dan pertumbuhan relatif menunjukan tingkat hubungan yang rendah. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2010. Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Diakses dari http://pdfcari.com pada tanggal 23 Februari 2011. Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Gramedia. Jakarta Djatmika, 1986. Usaha Perikanan Air Deras. Simplek. Jakarta Kordi, M.G.H. dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. PT Rineka Cipta, Jakarta Maryani, Rosita dan I. Torang. 2007. Hubungan Kualitas Air Dengan Populasi Bakteri Aeromonas sp di Sungai Kahayan. Program Studi Budidaya Perairan. Faperta. UNPAR. Suyanto, 1993. Nila. PT. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI, Jakarta