Analisis Identifikasi Serviks Normal dan Abnormal Berdasarkan Filter Gabor dan Ekstraksi Ciri Tekstur Statistik Novitasari Jurusan Teknik Informatika/Teknologi Industri Universitas Gunadarma Jalan Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 16424, Indonesia Email : [email protected] ABSTRAK Proses pengolahan citra pada bidang kedokteran digunakan sebagai alat bantu dalam mendiagnosis suatu penyakit ataupun deteksi kelainan yang terdapat pada tubuh manusia. Kanker serviks adalah jenis penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim. Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), Indonesia merupakan negara dengan penderita kanker leher rahim (serviks) No 1 di Dunia. Umumnya, dokter ahli melakukan analisa penyakit kanker serviks berdasarkan gejala, penyebaran sel kanker, dan hasil tes pemeriksaan kolposkopi yang berupa citra digital. Citra digital hasil proses kolposkopi dapat digunakan sebagai data pengolahan citra. Untuk itu, penulis melakukan penelitian dengan memanfaatkan bidang pengolahan citra sebagai langkah awal deteksi dini dalam menganalisis citra serviks normal dan abnormal. Identifikasi citra serviks terdiri dari enam tahap, yaitu tahap masukkan citra, resize citra, grayscale, perataan histogram, Filter Gabor, dan tahap terakhir Clustering. Hasil dari seluruh tahap berupa gambar, nilai fitur energi, entropy, smoothness, standard deviasi dan hasil identifikasi citra serviks normal atau abnormal. Kata kunci : analisis tekstur, kanker serviks, fitur tekstur statistik, energi, Entropy. PENDAHULUAN Perkembangan dunia informasi dan teknologi khususnya dalam bidang komputer dirasakan sangat cepat di semua lapisan masyarakat. Dengan majunya pola pikir manusia pada zaman sekarang, komputer mulai digunakan dalam segala macam hal dalam kehidupan manusia. Saat ini penggunaan citra digital banyak digunakan dalam berbagai bidang, seperti bidang hiburan, komersial, pendidikan dan kedokteran. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa teknologi pengolahan citra telah banyak diterapkan ke berbagai bidang kehidupan. Proses pengolahan citra pada bidang kedokteran digunakan sebagai alat bantu dalam mendiagnosis suatu penyakit ataupun deteksi kelainan yang terdapat pada tubuh manusia. Kanker serviks adalah jenis penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim. Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), Indonesia merupakan negara dengan penderita kanker mulut rahim (serviks) No 1 di Dunia. Di dunia setiap 2 menit seorang wanita meninggal akibat kanker serviks dan di Indonesia setiap 1 jam (Ferlay J, et al. Globocan 2002. IARC 2004). Pemeriksaan kanker serviks saat ini populer dengan nama Pap smear. Selain itu ada berbagai cara untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan kanker serviks seperti IVA (Infeksi Visual Asam asetat), Thin Prep dan Kolposkopi. Umumnya, dokter ahli melakukan analisa penyakit kanker serviks berdasarkan gejala, penyebaran sel kanker, dan hasil tes pemeriksaan kolposkopi yang berupa citra digital. Citra digital hasil proses kolposkopi dapat digunakan sebagai data pengolahan citra. Untuk itu, penulis melakukan penelitian dengan memanfaatkan bidang pengolahan citra sebagai alternatif proses identifikasi tekstur citra serviks sehingga diketahui citra serviks tersebut termasuk normal atau abnormal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serviks normal dan abnormal menggunakan metode Filter Gabor dan ekstraksi ciri tekstur statistik. Proses identifikasi tekstur citra serviks bertujuan untuk menentukan jenis serviks tersebut apakah normal atau abnormal. Hasil identifikasi secara komputerisasi dengan proses pengolahan citra diharapkan dapat membantu ahli medis sebagai langkah awal deteksi dini dalam menganalisis penyakit kanker serviks. TINJAUAN PUSTAKA a. Karakteristik Citra Karakteristik visual yang merupakan konten atau fitur pada citra antara lain adalah : warna (color), bentuk objek (shape) dan tekstur (texture). Konten-konten tersebut dapat memberikan informasi penting dalam hal analisis citra, sehingga salah satu contoh kegunaan konten tersebut adalah dapat membantu dalam analisis dan pengambilan keputusan. 1) Warna Warna merupakan salah satu fitur visual yang paling sering digunakan dalam metode retrieval citra berbasis konten (Müler et.al, 2004). Untuk menjelaskan fitur warna maka perlu didefinisikan terlebih dahulu ruang warna (space color) yang menspesifikan warna (Wang, 2001). Ruang warna merupakan representasi matematika tiga dimensi dari sekumpulan warna, antara lain ruang warna yang dikenal dengan : RGB, HSV, CMY, CIE L*U*V, CIE L*a*b. Ruang warna RGB (Wei and Ying, 2005) menampilkan citra dalam tiga komponen yakni red (R), green (G), blue (B), disebut juga “additive primaries” karena warna citra pada ruang warna RGB didapat dari kombinasi dari ketiga komponen warna. “Subrtactive primaries” merupakan ruang warna CMY yang terdiri atas cyan (C), magenta (M), dan yellow (Y) yang digunakan untuk pencetakan. Jika warna RGB pokok tersebut digabungkan, maka akan menghasilkan warna lain. Penggabungan tersebut bergantung pada warna pokok yang tiap-tiap warna memiliki nila 256 (8 bit). Untuk ruang warna HSV (atau HSL, atau HSB) banyak digunakan pada bidang grafik komputer. Komponen warnanya terdiri atas hue, saturation (lightness), value (brightness). Untuk memperoleh ruang warna HSV, dilakukan dengan mentransformasikan ruang warna RGB menggunakan formula tertentu ke koordinat ruang warna HSV. Keunggulan ruang warna HSV, CIE L*U*V, CIE L*a*b lebih mendekati persepsi warna manusia, sehingga ketiga ruang warna tersebut lebih sering digunakan pada retrieval citra berbasis konten. 2) Bentuk Objek Secara umum representasi bentuk objek dibagi menjadi dua kategori, yaitu berdasarkan batas (boundary-based) dan berdasarkan region (region-based). Boundarybased menggunakan batas luar citra, sedangkan region-based menggunakan bentuk seluruh region (Rui, Y, 1999). Contoh boundary-based seperti diilustrasikan pada Gambar 1. Gambar 1 Boundary-based dan Region-based Sumber : (Al-Tayeche and Khalil, 2003) 3) Tekstur Walaupun belum ada definisi secara formal tentang tekstur, secara intuitif tekstur menyatakan ciri dari permukaan objek yang menggambarkan pola visual. Ciri ini berisi informasi tentang komposisi struktur permukaan, seperti misalnya awan, daun, batu bata dan kain. Selain itu juga menjelaskan hubungan antara permukaan untuk lingkungan sekitarnya (Al-Tayeche, 2003). Sehingga tekstur menjadi salah satu fitur yang penting. Ciri tekstur antara lain meliputi kehalusan (smoothness), kekasaran (coarseness), dan keteraturan (regularity). Penggunaan fitur tekstur telah banyak digunakan secara luas oleh peneliti dalam menyelesaikan masalah pengenalan pola (pattern recognition) dan computer vision. Secara umum, representasi tekstur dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : struktural dan statistik (Gonzales, et al, 2002). Untuk representasi tekstur secara statistic, dilakukan dengan menganalisa distribusi statistic dari intensitas citra termasuk diantaranya : Fourier power spectra, co-occurrence matrices, shift-invariant principal component analysis (SPCA), Tamara feature (terdiri dari coarseness, contrast, directionality, linelikeness, regularity, dan roughness), Wold decompotion (terdiri atas harmonic, evanescent, dan indeterministic), Marcov random field, fractal model, dan teknik multi-resolution filtering seperti Gabor dan wavelet transform. Selain itu fitur tekstur (Gonzales and Wintz, 1987) terdiri atas mean, standard deviation, third moment dan smoothness. Tekstur yang diajukan Haralick (Haralick, 1973) terdiri atas maximum probability, element-difference moment, inverse element-difference moment, uniformity dan entropy. b. Analisis Tekstur Dalam pengolahan citra terdapat analisis citra. Analisis citra bertujuan mengidentifikasi parameter-parameter yang diasosiasikan dengan ciri dari objek dalam citra yang kemudian digunakan untuk menginterpretasikan citra. Analisis citra terdiri dari tiga tahapan yaitu ekstraksi ciri, segmentasi dan klasifikasi. Salah satu cara yang sering digunakan dalam memilah-milah citra adalah segmentasi, yaitu membagi citra menjadi bagian yang diharapkan termasuk objek-objek yang dianalisis. Segmentasi sering dideskripsikan sebagai proses analogi terhadap proses pemisahan latar depan dan latar belakang. Tekstur merupakan karakteristik intrinsik dari suatu citra yang terkait dengan tingkat kekasaran (roughness), granularitas (granulation), dan keteraturan (regularity) susunan struktural piksel. Aspek tekstural dari sebuah citra dapat dimanfaatkan sebagai dasar dari segmentasi, klasifikasi, maupun interpretasi citra. Tekstur didefinisikan sebagai fungsi dari variasi spasial intensitas piksel (nilai keabuan) . Berdasarkan strukturnya, tekstur dapat diklasifikasikan dalam 2 golongan (Karyanti, Yuli, 2010), yaitu makrostruktur dan mikrostruktur. Gambar 2 Contoh tekstur (album tekstur Brodatz) Atas : makrostruktur, Bawah : mikrostruktur Sumber : www.biomed.ee.itb.ac.id/praktikum_citra/Modul_3_EL4027.pdf c. Pendekatan Statistik untuk Ekstraksi Fitur Tekstur 1) Kekontrasan (Contrast) Disebut juga dengan “sum of squares variance”. Contrast menunjukkan ukuran penyebaran elemen-elemen matriks citra, jika letaknya jauh dari diagonal utama maka nilai kekontrasan semakin besar. Secara visual, nilai kekontrasan adalah variasi antar derajat keabuan suatu daerah citra. 2) Homogeneity (Invers Difference Moment) Tekstur yang homogen adalah mengandung struktur yang berulang dan seragamannya menghasilkan pola tertentu. 3) Entropy Digunakan untuk mengukur ketidakmenentuan (Randomness) dan akan bernilai 0 untuk citra yang kontras. 4) Energy Energy mengacu pada homogenitas dari tekstur, jika nilai energi tinggi maka jumlah area yang homogen besar, dan sebaliknya jika nilai energi rendah maka jumlah area yang homogen sedikit atau kecil. 5) Korelasi (Correlation) Menunjukkan ukuran ketergantungan linear derajat keabuan pixel dan tetangganya dari citra sehingga dapat memberikan petunjuk adanya struktur linear dalam citra (Karyanti, Yuli, 2010). d. Masalah Utama Analisis Tekstur Masalah utama yang berhubungan dengan analisis tekstur adalah segmentasi tekstur (texture segmentation), sintesis tekstur (texture synthesis), bentuk tekstur (shape from texture) dan klasifikasi tekstur (texture classification) (Tuceryan, Jain, 1998). 1) Segmentasi tekstur 2) Sintesis tekstur 3) Bentuk tekstur 4) Klasifikasi tekstur e. Metode Filter Gabor Filter Gabor merupakan salah satu filter yang mampu mensimulasikan karakteristik sistem visual manusia dalam membedakan tekstur berdasarkan atas kapabilitas untuk mengidentifikasikan berbagai frekuensi dan orientasi spasial tekstur dari citra yang diamati. Untuk Filter Gabor sesuai dengan aplikasi pengenalan tekstur dalam computer vision. Pada penelitian filter Gabor digunakan untuk orientasi secara spasial. Dimana secara spasial fungsi Gabor merupakan sinusoida yang dimodulasi oleh fungsi Gauss, secara matematis dapat ditulis dengan persamaan (Karyanti, Yuli, 2010) : ( ) [ ( )] ( ) Respon impuls filter Gabor 2D diilustrasikan pada Gambar 3. Gambar 3 Respon impuls filter Gabor 2D Sumber : Modul-3-EL4027 (1) Tabel 1 Enam Parameter Filter Gabor Sumber : D.Clausi and M. Ed Jernigan 2000 Parameter Simbol Nilai Frekuensi tengah (ternormalisasi) F √2 , √2 , √2 , √2 , √2 , √2 , √2 20 21 22 Lebar pita frekuensi BF 1 oktaf Lebar pita angular Bө 300 atau 450 Spacing frekuensi SF 1 oktaf Spacing angular Sө 300 atau 450 Orientasi ө 23 24 25 26 Sө = 300 : 00, 300, 600, 900, 1200, 1500 Sө = 450 : 00, 450, 900, 1350, 1800, 2250 Ada enam parameter yang harus ditetapkan dalam implementasi Filter Gabor. Keenam parameter yang terdapat pada Tabel 1 adalah: F, ө, σx,σy BF danBө 1. Frekuensi (F) dan orientasi (ө) mendefinisikan lokasi pusat filter. 2. BF dan Bө menyatakan konstanta lebar pita frekuensi dan jangkauan angular filter. 3. Variabel σx berkaitan dengan respon sebesar -6dB untuk komponen frekuensi spasial. σx = √ln2 (2BF +1) √2πF (2BF -1) 4. Variabel σy berkaitan dengan repon sebesar -6dB untuk komponen angular. σy = √ln2 √2πF tan (Bө/2) 5. Posisi (F,ө) dan lebar pita (σx,σy) dari Filter Gabor dalam domain frekuensi harus ditetapkan dengan cermat agar dapat menangkap informasi tekstur dengan benar. Frekuensi tengah dari filter kanal harys terletak dekat dengan frekuensi karakteristik tekstur. 6. Setelah mendapatkan ciri Filter Gabor dapat dilakukan ekstraksi ciri. Salah satu ciri dapat dipilih adalah ciri energi. 7. Lebar pita frekuensi (BF) dan jarak frekuensi tengah (SF) sebesar satu oktaf, serta lebar pita angular (Bө) dan jarak angular (Sө) sebesar 300 dan 450. Pemilihan lebar pita angular sebesar 300 dan 450 adalah karena nilai ini dianggan mendekati karakteristik sistem visual manusia (Ajeng, 2010). f. Metode Clustering K-Means K-Means merupakan salah satu metode data clustering yang berusaha mempartisi data yang ada ke dalam bentuk satu atau lebih cluster/kelompok. Metode ini mempartisi data ke dalam cluster/kelompok sehingga data yang memiliki karakteristik yang sama dikelompokkan ke dalam satu cluster yang sama dan data yang mempunyai karakteristik yang berbeda dikelompokkan ke dalam kelompok yang lain. Tujuan dari data clustering ini adalah untuk meminimalisasikan objective function yang diset dalam peroses clustering, yang pada umumnya berusaha meminimalisasikan variasi di dalam suatu cluster dan memaksimalkan variasi antar cluster. Dasar Algoritma K-Means (MacQueen, 1967): 1. Tentukan jumlah cluster yang akan dibentuk. 2. Bangkitkan titik pusat klaster(centroid) awal secara random. 3. Hitung jarak setiap data ke masing-masing centroid(menggunakan euclidean distance space). 4. Kelompokkan setiap data berdasarkan jarak terdekat antara data dengan centroid. 5. Tentukan posisi centroid baru. 6. Kembali ke langkah 3 jika posisi centroid baru tidak sama dengan centroid lama. g. Euclidean Distance Euclidean Distance merupakan salah satu teknik perhitungan similaritas yang umum digunakan untuk menghitung jarak fitur tekstur. Untuk menghitung jarak antara fitur tekstur dan fitur bentuk objek dari suatu citra dengan citra yang lain (Alexander, 2009). ( | fi ( I ) fi ( J ) | ) 2 D(I,J) = (2) i h. Kanker Serviks Leher rahim atau serviks adalah bagian dari sistem organ reproduksi wanita. Organ leher rahim dapat terjangkit penyakit kanker leher rahim (cervical cancer) yang dimulai dalam sel pada permukaan serviks. Kanker leher rahim adalah tumor ganas/karsinoma yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Anonim, 2007). Seiring waktu, kanker serviks dapat menyerang lebih dalam ke dalam serviks dan jaringan di dekatnya. Sel-sel kanker dapat menyebar dengan melepaskan diri dari tumor (primer) asli. Mereka memasuki pembuluh darah atau pembuluh getah bening, yang cabang ke seluruh jaringan tubuh. Sel-sel kanker dapat menempel pada jaringan lain dan tumbuh untuk membentuk tumor baru yang dapat merusak jaringan tersebut. i. Cara Mendeteksi Kanker Serviks Untuk mempelajari sejauh mana penyakit, dokter akan melakukan beberapa tes berikut (Anonim, 2009): 1) Chest x-ray: sinar X sering dapat menunjukkan apakah kanker telah menyebar ke paruparu. 2) CT scan: Sebuah mesin x-ray yang dihubungkan ke komputer mengambil serangkaian gambar detil dari organ-organ penderita. Sebuah tumor di hati, paru-paru, atau di tempat lain dalam tubuh dapat muncul pada CT scan. Penderita mungkin menerima bahan kontras melalui suntikan di lengan atau tangan, melalui mulut, atau dengan enema. Bahan kontras membuat daerah abnormal lebih mudah untuk dilihat. 3) MRI: Sebuah magnet kuat yang dihubungkan ke komputer digunakan untuk membuat gambar rinci panggul dan perut. Dokter dapat melihat gambar di monitor dan dapat mencetak mereka pada film. MRI dapat menunjukkan apakah kanker telah menyebar. Kadang-kadang bahan kontras membuat daerah abnormal muncul lebih jelas pada gambar. 4) PET scan: Penderita menerima suntikan dari sejumlah kecil gula radioaktif. Sebuah mesin membuat gambar terkomputerisasi gula yang digunakan oleh sel dalam tubuh penderita. Sel-sel kanker menggunakan gula lebih cepat dari sel normal, dan area dengan kanker terlihat terang pada gambar. j. Stadium Kanker Serviks Penentuan stadium didasarkan di mana kanker ditemukan. Ini adalah tahapan kanker serviks invasive (Anonim, 2009): 1) Tahap I: tumor telah menyerang leher rahim di bawah lapisan atas sel. Sel-sel kanker hanya ditemukan di leher rahim. 2) Tahap II: tumor meluas ke bagian atas vagina. Pada tahap ini mungkin melampaui leher rahim ke jaringan terdekat ke dinding panggul (lapisan bagian tubuh antara pinggul). Tumor tidak menginvasi sepertiga bagian bawah vagina atau dinding panggul. 3) Tahap III: tumor meluas ke bagian bawah vagina. Pada tahap ini juga mungkin telah menyerang dinding panggul. Jika blok tumor aliran urine, satu atau kedua ginjal tidak dapat bekerja dengan baik. 4) Stadium IV: tumor menyerang kandung kemih atau rektum. Ataupun kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. 5) Kanker Berulang: kanker telah melalui proses perawatan, namun telah kembali setelah periode waktu yang tidak dapat terdeteksi. Kanker mungkin muncul lagi di leher rahim atau di bagian lain dari tubuh. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian adalah citra serviks yang diperoleh dari situs Geneva Foundation for Medical Education and Research (GFMER): http://www.gfmer.ch/Books/Cervical_cancer_modules/Unaided_visual_inspection_atlas.ht m. Jumlah data citra yang digunakan dari sumber tersebut sebanyak 14 citra yang terdiri dari 3 citra serviks normal dan 11 citra serviks abnormal. Citra serviks berupa citra digital yang diperoleh melalui proses pemeriksaan Kolposkopi oleh dokter ahli. Tabel 2 Data Citra yang digunakan 1. Normal_1 Normal_2 Normal_3 Abnormal Cervical_1 Cervical_2 Cervical_3 Cervical_4 Cervical_5 Cervical_6 Cervicitis_1 Cervicitis_2 Chronic Ectopy Metode Pengidentifikasian Citra Penelitian ini berbasis metode pengolahan citra. Berdasarkan penelitian “Texture Segmentation using Gabor Filters” yang dilakukan oleh Naotoshi Seo, tahap untuk segmentasi tekstur terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap filtering dengan Filter Gabor, ekstraksi fitur statistik, dan clustering (Seo, 2006). Selain tahap yang dilakukan oleh Seo, penelitian yang dilakukan penulis menambahkan tahap resize citra, proses grayscaling, perbaikan citra dengan perataan histogram. Data berupa citra digital serviks yang dijadikan sebagai masukan, kemudian dilakukan tahap identifikasi citra serviks berdasarkan tekstur. Tahapan terdiri dari resize image, proses grayscaling, perataan histogram, filtering dengan Filter Gabor, ekstraksi fitur tekstur statistik dan terakhir tahap clustering. Setelah tahap filtering dengan Filter Gabor, tahap selanjutnya bercabang menjadi dua yaitu clustering dan ekstraksi fitur tekstur statistik. Tahap clustering akan menghasilkan keluaran berupa gambar lima warna cluster untuk lima varian tekstur. Tahap ekstraksi fitur statistik akan menghasilkan keluaran berupa hasil identifikasi, apakah citra masukan adalah citra serviks normal atau abnormal. Tahap tersebut disediakan dalam bentuk alur seperti pada Gambar 4. Citra serviks Resize Citra Grayscaling Perataan Histogram Filtering dengan Gabor Ekstraksi Fitur Statistik Clustering dengan K-Means Hasil Identifikasi (Normal/ Abnormal) Hasil Citra 5 Cluster Tekstur Gambar 4 Tahap Identifikasi 2. Resize Image Tahap ini digunakan untuk mengubah dimensi citra. Citra kanker serviks mempunyai ukuran resolusi yang berbeda-beda, oleh karena itu dilakukan tahap resize agar dimensi citra yang akan diproses mempunyai nilai piksel yang sama. Fungsi yang digunakan pada Matlab 7.11 untuk mengubah citra yaitu imresize. Fungsi imresize digunakan untuk proses resize citra dengan ditentukan ukuran pixel citra dalam bentuk baris dan kolom. Pada penelitian ini digunakan ukuran dimensi 400 x 496 pixel. 3. Proses Grayscaling Tahap berikutnya setelah resize citra yaitu proses transformasi grayscale. Transformasi grayscale adalah proses untuk mengubah citra yang memiliki warna menjadi citra yang memiliki tingkat warna abu-abu (gray-level). Proses grayscaling langsung membagi sama rata ketiga nilai warna tersebut untuk mendapatkan nilai yang baru (ratarata dari ketiga nilai warna Red, Green, dan Blue). Citra yang akan di-grayscale nilai tiap titik akan disamakan nilai Red, Green, dan Blue-nya sehingga untuk tiap titik hanya memiliki 1 nilai saja yang disebut nilai gray-level. 4. Perbaikan Citra dengan Perataan Histogram Tujuan dari perataan histogram adalah untuk memperoleh penyebaran histogram yang merata, sedemikian sehingga setiap derajat keabuan memiliki jumlah piksel yang relatif sama. Karena histogram menyatakan peluang piksel dengan derajat keabuan tertentu. 5. Proses Filtering dengan Filter Gabor Untuk melakukan segmentasi citra tekstur berdasarkan perulangan pola lokal pada frekuensi dan orientasi tertentu digunakan metode Filter Gabor. Pemilihan Filter Gabor sebagai filter dikarenakan kemampuannya dalam mensimulasikan karakteristik sistem visual manusia dalam mengisolasi frekuensi dan orientasi citra. Pada dasarnya, filter Gabor merupakan kelompok Wavelet yang digunakan untuk mendapatkan distribusi energi pada frekuensi dan arah tertentu dari fitur lokal yang digunakan untuk ekstraksi citra. Filter ini sudah digunakan secara luas untuk mengekstraksi ciri tekstur citra dan terbukti sangat efisien (Zhang, et al, 2003). Proses Filter Gabor disediakan dalam bentuk diagram alur dibawah ini, seperti pada Gambar 5. Gambar 5 Alur Filter Gabor a. Masukan Frekuensi dan Orientasi Pada proses Filter Gabor dibutuhkan dua nilai masukan yaitu nilai frekuensi dan orientasi. Frekuensi tengah ternormalisasi yang direkomendasikan adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Orientasi yang direkomendasikan dengan sudut 0˚, 30˚, 60˚, 90˚, 120˚, dan 150˚ (D.Clausi and M.Ed Jernigan 2000). Awalnya penelitian yang dilakukan penulis menggunakan frekuensi 0 sampai 6, dan orientasinya 0˚, 30˚, 45˚, 60˚, 90˚, 120˚, 150˚. Namun, nilai yang dihasilkan dari pasangan parameter tersebut memiliki selisih nilai yang acak sehingga sulit didapat hasil yang maksimal maka penulis membatasi parameter frekuensi dan orientasi menjadi tidak terlalu banyak. Untuk nilai masukan power (frekuensi ternormalisisasi) yang digunakan dalam penulisan ini yaitu skala 0 sampai dengan 5, sedangkan orientasi yang digunakan adalah 0˚, 30˚, 60˚, dan 90˚. Yang memasukkan nilai tersebut adalah user. Nilai masukan pasangan power dan orientasi digunakan untuk mendapatkan hasil yang optimal. b. Proses Ekstraksi Fitur Tekstur Statistik Proses ekstraksi fitur tekstur statistik dilakukan secara global yakni dengan melakukan perhitungan fitur tekstur secara statistik pada citra secara keseluruhan. Perhitungan fitur tesktur secara statistik didasarkan pada analisis statistik , yakni energy, entropy, standar deviation, dan smoothness (Gonzales and Wintz, 1987; Gonzales and Woods, 2002; Haralick, 1999). Diagram alur proses ekstraksi fitur tekstur statistik ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6 Diagram Alur Tahap Ekstraksi Fitur Tekstur Statistik c. Perhitungan Nilai Energi Fungsi proses ini untuk menghitung energi suatu citra. Energy mengacu pada homogenitas dari tekstur, jika nilai energi tinggi maka jumlah area yang homogen besar, dan sebaliknya jika nilai energi rendah maka jumlah area yang homogen sedikit atau kecil. ∑ () (3) d. Perhitungan Nilai Entropy Entropy digunakan untuk mengukur keragaman dari intensitas citra. Entropy yang dihasilkan melalui wavelet dapat dipilih untuk menjadi ciri suatu citra. Entropy menunjukkan ukuran ketidakteraturan bentuk. Nilai entropy besar untuk citra dengan transisi derajat keabuan merata dan bernilai kecil jika struktur citra tidak teratur (bervariasi). ( ) ∑ ( ) ( ) (4) e. Perhitungan Nilai Standar Deviasi Standar deviasi digunakan untuk mengukur rata-rata kontras dari intensitas citra. ∑ ( ) (5) f. Perhitungan Nilai Smoothness Smoothness untuk mengukur kehalusan relatif dari intensitas citra. Nilai R = 0 untuk citra dengan intensitas yang konstan, sedangkan nilai R yang mendekati 1 untuk citra dengan intensitas yang bertebaran. (Gonzales, et al, 2002) ( ) 6. (6) Proses Clustering K-Means K-Means merupakan salah satu metode data clustering yang berusaha mempartisi data yang ada ke dalam bentuk satu atau lebih cluster/kelompok. Metode ini mempartisi data ke dalam cluster/kelompok sehingga data yang memiliki karakteristik yang sama dikelompokkan ke dalam satu cluster yang sama dan data yang mempunyai karakteristik yang berbeda dikelompokkan ke dalam kelompok yang lain. Pada proses ini yang dikelompokkan adalah warna. Perhitungan selisih jarak menggunakan Euclidean Distance dilakukan setelah proses ekstraksi fitur tekstur statistik. Area yang similar akan dikelompokkan sesuai cluster warna yang telah ditentukan. Warna untuk menglompokkan hasil cluster diproses secara acak. HASIL DAN PEMBAHASAN a b Gambar 7 Citra serviks yang belum diproses a : serviks normal, b : serviks abnormal Tahap berikutnya transformasi grayscale, dimana citra berwarna akan diubah menjadi citra keabuan. Gambar 8 akan ditampilkan citra hasil transformasi grayscale. a b Gambar 8 Citra grayscale a : Citra grayscale serviks normal, b : Citra grayscale serviks abnormal Setelah proses grayscaling, selanjutnya adalah perbaikan citra dengan perataan histogram. Tujuan dari perataan histogram adalah untuk memperoleh penyebaran histogram yang merata, sedemikian sehingga setiap derajat keabuan memiliki jumlah pixel yang relatif sama. Karena histogram menyatakan peluang piksel dengan derajat keabuan tertentu. Gambar 9 menunjukkan citra transformasi grayscale yang sudah diratakan histogramnya. a b Gambar 9 Citra setelah perataan Histogram a : Citra serviks normal, b : Citra serviks abnormal Tahap selanjutnya yaitu Filter Gabor, Filter Gabor merupakan salah satu filter yang mampu mensimulasikan karakteristik sistem visual manusia dalam membedakan tekstur berdasarkan atas kapabilitas untuk mengidentifikasikan berbagai frekuensi dan orientasi spasial tekstur dari citra yang diamati. Pada penelitian ini, parameter yang digunakan memiliki nilai frekuensi 5 dan orientasi 00. Gambar 10 merupakan citra hasil filter Gabor. a b Gambar 10 Citra Filter Gabor a: Citra serviks normal, b : Citra serviks abnormal Tahap terakhir adalah pengelompokkan warna berdasarkan tekstur, tahap ini dikenal sebutan clustering. Pada proses ini yang dikelompokkan adalah warna, warna tersebut sebelumnya dihitung dengan metode Euclidean Distance. Area yang similar akan dikelompokkan sesuai cluster warna yang telah ditentukan. a b Gambar 11 Citra Hasil Clustering a : Citra serviks normal, b : Citra serviks abnormal 1. Hasil Ekstraksi Fitur Tekstur Statistik Fitur tekstur statistik yang digunakan pada penulisan ini terdiri dari energi, entropy, smoothness dan standard deviasi. Tabel 3 merupakan hasil perhitungan fitur tekstur statistik dengan energi dan entropy. Selain energi dan entropy, perhitungan statistik yang ditampilkan pada aplikasi adalah standar deviasi dan nilai smoothness. Nilai fitur tekstur dihitung pada saat proses filter Gabor dilakukan, untuk memproses filter Gabor pasangan nilai frekuensi dan orientasi harus dimasukkan terlebih dahulu. Input filter Gabor merupakan pilihan yang bebas dipilih oleh user (choosen by user), pilihan masukan berdasarkan enam parameter (D.Clausi and M.Ed Jernigan 2000) yang telah ditentukan pada metode Filter Gabor. Masukan yang diberikan pada penelitian ini menggunakan power (frekuensi ternormalisasi) 0, 1, 2, 3, 4, 5 sedangkan orientasi 00, 300, 600 dan 900. Nilai energi dan entropy yang ditampilkan pada tabel merupakan nilai yang akan dianalisis. Perhitungan standar deviasi diproses kembali setelah semua nilai energi dan entropy diketahui. Hal ini bertujuan untuk mengambil nilai terbesar agar frekuensi dan orientasi dapat digunakan sebagai parameter analisis. Tabel 3 Hasil Ekstraksi Fitur Statistik Orientasi (0) Nama File Power Nilai 0 30 60 90 Normal_1.jpg Energi 0.334266 0.307364 0.330938 0.310548 0 Entropy 7.44038 6.69665 6.69831 7.36408 1 0.206863 0.00666448 0.00667099 0.179586 7.6401 5.35185 5.35205 7.53025 2 0.00814706 0.00540196 0.00393918 0.00680577 5.31368 5.09616 4.88655 5.27383 3 0.0399718 0.0183646 0.0139678 0.0312337 6.54269 6.00726 5.80523 6.34138 4 0.327069 0.297636 0.298839 0.297861 7.97585 7.91445 7.91505 7.91146 5 0.330868 0.330809 0.33069 0.330629 7.99212 7.99235 7.99225 7.99211 Normal_2.jpg 0 1 2 3 4 5 Normal_3.jpg 0 1 2 3 4 5 Abnormal.jpg 0 1 2 3 4 5 Cervical_1.jpg 0 1 2 3 Energi Entropy 0.311424 7.29691 0.180807 7.54155 0.0095005 5.24972 0.0324335 6.35015 0.297574 7.91584 0.329044 7.989 Energi 0.324481 Entropy 7.30563 0.213961 7.67056 0.00904572 5.48254 0.0245121 6.23657 0.319858 7.96042 0.328686 7.98363 Energi 0.320245 Entropy 7.62526 0.186972 7.59082 0.0100527 5.34531 0.0397188 6.52851 0.307524 7.93753 0.325085 7.9867 Energi 0.310609 Entropy 7.61842 0.181543 7.55604 0.00899417 5.42515 0.0408182 0.3079 6.63195 0.00353543 4.81784 0.00476653 4.85827 0.0245837 6.1356 0.32616 7.97613 0.328953 7.98524 0.306809 6.60497 0.00602801 5.24379 0.00241808 4.3164 0.0164957 5.93355 0.304137 7.9297 0.328706 7.98344 0.307476 6.99166 0.00517123 5.14335 0.00845936 5.51212 0.0309629 6.39146 0.324766 7.97571 0.324894 7.98685 0.306334 6.98912 0.00423437 5.05471 0.00888587 5.53987 0.0330978 0.30852 6.55262 0.00356151 4.82256 0.00512437 4.97407 0.0245033 6.12427 0.319336 7.96043 0.328926 7.98522 0.319424 6.75914 0.00604301 5.24719 0.00291278 4.43534 0.0189136 5.99716 0.307956 7.93725 0.328827 7.98338 0.317066 6.96582 0.00517254 5.14131 0.00717131 5.37134 0.0267305 6.2854 0.31876 7.96644 0.324699 7.98689 0.306278 7.03034 0.00396038 5.00577 0.00809976 5.4513 0.025418 0.310914 7.18405 0.180213 7.53856 0.00834466 5.21891 0.0324823 6.34306 0.297286 7.91226 0.328989 7.98526 0.310012 7.41828 0.180423 7.55635 0.00796787 5.28682 0.0336593 6.44024 0.309018 7.93383 0.328929 7.98355 0.310278 7.58798 0.180608 7.56575 0.00841995 5.33856 0.0380601 6.49419 0.30001 7.92154 0.324693 7.98705 0.309647 7.61221 0.178632 7.53536 0.00677458 5.3216 0.0357838 4 5 Cervical_2.jpg 0 Energi Entropy 1 2 3 4 5 Cervical_3.jpg 0 Energi Entropy 1 2 3 4 5 Cervical_4.jpg 0 Energi Entropy 1 2 3 4 5 Cervical_5.jpg 0 Energi Entropy 6.62217 0.301856 7.90547 0.326196 7.9725 0.329141 7.68023 0.19626 7.60422 0.00664323 5.16086 0.0443077 6.64496 0.33266 7.97722 0.324161 7.97758 0.308279 7.6004 0.179112 7.57036 0.00884454 5.17917 0.0391009 6.47987 0.0397739 6.50247 0.325857 7.9822 0.326853 7.60406 0.247688 7.78557 0.0108838 5.66337 0.0565669 6.84998 0.332153 7.97518 0.326915 7.97476 0.310964 7.46769 6.52809 6.32908 6.50397 0.304649 0.297403 0.311486 7.91985 7.90533 7.93015 0.326049 0.325775 0.325644 7.97263 7.97235 7.97184 0.332067 0.327245 0.332839 7.06018 7.13814 7.69869 0.00402642 0.00435585 0.204385 4.99651 5.0503 7.62798 0.0115166 0.0123842 0.00837492 5.72251 5.76224 5.45242 0.0435665 0.0361278 0.0450487 6.70351 6.57288 6.66293 0.321644 0.319476 0.33187 7.95902 7.95912 7.98043 0.323987 0.323837 0.323862 7.97751 7.97759 7.97768 0.306805 0.305493 0.329657 0.93025 6.90555 7.60835 0.00429371 0.004208 0.198122 4.95542 4.93683 7.62571 0.00697724 0.0086087 0.00775026 5.31553 5.49766 5.30319 0.0393473 0.0390623 0.0397739 6.53733 6.54834 6.50247 0.317945 0.31746 0.328453 7.9553 7.95895 7.97945 0.325723 0.325427 0.325263 7.98223 7.98219 7.98192 0.31801 0.319078 0.320955 6.95203 6.98024 7.58802 0.0067491 0.00704475 0.187141 5.37276 5.40496 7.58933 0.00730391 0.00583369 0.00813116 5.22319 5.119 5.40379 0.0269707 0.0322497 0.0411261 6.37389 6.51454 6.62947 0.324718 0.321303 0.310235 7.9622 7.95415 7.92971 0.327019 0.327089 0.327054 7.97466 7.97481 7.9749 0.305986 0.307497 0.311938 6.80756 6.77412 7.44188 1 2 3 4 5 Cervical_6.jpg 0 1 2 3 4 5 Cervicitis_1.jpg 0 1 2 3 4 5 Cervicitis_2.jpg 0 1 2 3 4 0.180154 7.55952 0.0106192 5.29621 0.0360184 6.66145 0.298392 7.90543 0.326305 7.97168 Energi 0.31081 Entropy 7.38671 0.181383 7.5712 0.0108347 5.297 0.0375802 6.4647 0.297903 7.91984 0.325573 7.98852 Energi 0.310519 Entropy 7.46936 0.178272 7.54432 0.00658655 5.09738 0.0354918 6.4558 0.330409 7.98317 0.328178 7.98647 Energi 0.310508 Entropy 7.34477 0.180281 7.54188 0.00704532 5.17512 0.0336407 6.40867 0.297816 0.00616387 5.25867 0.00549369 5.14128 0.0291676 6.32688 0.32594 7.96529 0.326126 7.97185 0.307624 6.74255 0.00718715 5.27513 0.0101715 5.44764 0.0360564 6.44569 0.318073 7.96325 0.325343 7.98823 0.317138 6.7776 0.0046925 5.06055 0.00390847 4.76498 0.0234817 6.18208 0.315192 7.95729 0.328104 7.9868 0.329796 6.71995 0.081921 5.46056 0.00767355 5.28332 0.0273495 6.29219 0.323462 0.00625623 5.2639 0.0062707 5.2233 0.0226101 6.17605 0.319262 7.95326 0.325832 7.97162 0.307591 6.75573 0.00766314 5.31759 0.012326 5.6166 0.0307612 6.34525 0.31973 7.96796 0.325026 7.98817 0.304006 6.75631 0.00468195 5.0592 0.00715772 5.26653 0.0212035 6.13108 0.314092 7.95533 0.328014 7.98714 0.307029 6.7025 0.00789781 5.43311 0.00872945 5.39029 0.0366804 6.51133 0.323964 0.188692 7.57202 0.00763832 5.26909 0.0457561 6.63837 0.327178 7.96725 0.325717 7.97106 0.310332 7.38123 0.17979 7.55512 0.00854416 5.23054 0.0342675 6.39942 0.297424 7.91479 0.324936 7.98826 0.32067 7.42572 0.186555 7.57524 0.00837326 5.31682 0.0358552 6.46971 0.332245 7.98938 0.327998 7.98723 0.332604 7.33394 0.23291 7.71879 0.00944157 5.42175 0.0466603 6.65705 0.329528 7.91074 7.96971 7.97054 7.97444 0.329175 0.329058 0.329078 0.329217 7.98442 7.98456 7.98457 7.98464 Chronic.jpg 0 Energi 0.310588 0.329335 0.307245 0.33295 Entropy 7.49105 6.83403 6.74847 7.44043 1 0.180537 0.00694248 0.00711863 0.213825 7.53389 5.40523 5.42184 7.63924 2 0.00796467 0.0067395 0.00500358 0.00696023 5.31352 5.32165 5.10998 5.29477 3 0.0348093 0.03277 0.0382299 0.0347342 6.46467 6.492 6.61481 6.46906 4 0.298529 0.320721 0.322447 0.33247 7.90709 7.9568 7.9615 7.97534 5 0.328584 0.32848 0.32842 0.328442 7.98233 7.98265 7.98246 7.98273 Ectopy.jpg 0 Energi 0.307678 0.310275 0.304735 0.332123 Entropy 7.2678 6.62455 6.57816 7.23251 1 0.179262 0.00304052 0.00275584 0.204732 7.54383 4.6849 4.61064 7.61675 2 0.00895212 0.00341815 0.00356965 0.00597486 5.12076 4.6522 4.70994 5.00844 3 0.0338803 0.0289325 0.0284617 0.0363324 6.37458 6.23929 6.27742 6.465 4 0.297821 0.328001 0.326664 0.330048 7.92322 7.97885 7.97869 7.98829 5 0.327959 0.327794 0.327532 0.327433 7.98708 7.98727 7.98722 7.98707 Tabel 3 merupakan nilai fitur energi dan entropy pada proses filter Gabor. Masingmasing citra serviks mempunyai nilai 48 nilai, nilai tersebut terdiri dari fitur energi dan entropy. Setiap 1 citra memiliki 12 energi dan 12 entropy, yang didapat dari pasangan nilai frekuensi dan orientasi. Kesimpulan yang dapat diambil dari keseluruhan nilai pada tabel yaitu adanya nilai yang signifikan (bervariasi) pada pasangan frekuensi 5 dan orientasi 0 0, 300, 600, dan 900. Tabel 4 merupakan nilai fitur energi, entropy, smoothness, standard deviasi dengan parameter frekuensi 5 dan orientasi 00. Tabel 4 Hasil Perhitungan dengan Parameter power 5, orientasi 00. Nilai Citra Energi Entropy Smoothness Std deviasi Normal_1 0.330868 7.99212 0.076679 0.288179 Normal_2 0.329044 7.989 0.0760249 0.286845 Normal_3 0.328686 7.98363 0.076154 0.287152 Abnormal 0.325085 7.9867 0.0725013 0.279587 Cervical_1 0.326196 7.9725 0.0716773 0.27787 5 Cervical_2 Cervical_3 Cervical_4 Cervical_5 Cervical_6 Cervicitis_1 Cervicitis_2 Chronic Ectopy 0.324161 0.325857 0.326915 0.326305 0.325573 0.328178 0.329175 0.328584 0.327959 7.97758 7.9822 7.97476 7.97168 7.98852 7.98647 7.98442 7.98233 7.98708 0.0705622 0.072285 0.0717444 0.0738578 0.0735603 0.0745556 0.0753558 0.0743728 0.0761595 0.275534 0.279137 0.27801 0.282396 0.281782 0.283834 0.285477 0.283458 0.28712 Citra Normal_1.jpg berdasarkan nilai pada tabel diatas mempunyai karakteristik nilai energi paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa tekstur pada citra Normal_1, halus. Nilai smoothness Normal_1 mendekati nilai 1, nilai 0.076679 merupakan nilai terbesar dibanding citra lainnya. Dilihat dari nilai yang diperoleh hasil perhitungan smoothness, tekstur pada citra ini kasar. Nilai standard deviasi pada citra Normal_1 yaitu 0.288179, merupakan nilai terbesar dibanding citra lain. Citra Cervical_2.jpg berdasarkan Tabel 4.2 memiliki nilai energi terkecil, dengan nilai 0.324161. Hal ini menunjukkan bahwa citra bertekstur halus berdasarkan nilai energi, namun hasil ini tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya yang menunjukkan bahwa citra tersebut seharusnya bertekstur kasar. Selain nilai energi, nilai smoothness dan standard deviasi pada citra Cervical_2 juga memiliki nilai terkecil. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis untuk semua citra yang ada pada Tabel 4, namun analisis untuk mengidentifikasi tekstur citra serviks dilihat berdasarkan nilai energi dan entropy. Oleh karena itu, analisis akan dilakukan berdasarkan nilai energi dan entropy untuk seluruh citra. Tabel 5 Urutan Nilai Energi dari Citra Bertekstur Halus. No Nilai Energi Citra 1 0.324161 Cervical_2 2 0.325085 Abnormal 3 0.325573 Cervical_6 4 0.325857 Cervical_3 5 0.326196 Cervical_1 6 0.326305 Cervical_5 7 0.326915 Cervical_4 8 0.327959 Ectopy 9 0.328178 Cervicitis_1 10 Chronic 0.328584 11 Normal_3 0.328686 12 Normal_2 0.329044 13 Cervicitis_2 0.329175 14 Normal_1 0.330868 Berdasarkan hasil pada Tabel 5 Cervical_2 memiliki nilai energi besar sehingga tekstur dianggap halus. Dari hasil tersebut citra dinilai sebagai serviks normal. Dari sumber data yang penulis dapat di situs GFMER citra dinyatakan positif terkena kanker serviks. Adanya kesalahan analisa disebabkan karena faktor keterbatasan data citra. Citra serviks sulit didapat karena data pasien kanker serviks bersifat rahasia. Data yang digunakan sebagai bahan uji coba memiliki intensitas cahaya yang tidak sama dan jarak pengambilan objek dari sudut (angle) yang berbeda. 3 citra normal jika dianalisis berdasarkan fitur energi maka dianggap sebagai serviks abnormal. Sehingga keakuratan hasil yang diperoleh dari nilai energi sebagai berikut : Jumlah Data yang Digunakan : 14 Data Teridentifikasi Salah :3 Data Teridentifikasi Benar : 11 11 Persentase X 100% 78.57% 14 Selain dengan fitur energi, analisis dilakukan berdasarkan fitur entropy. Tabel 6 merupakan nilai entropy seluruh citra yang telah diurutkan berdasarkan tekstur halus hingga tekstur kasar. Nilai fitur entropy dimulai dari nilai terbesar hingga terkecil. Tabel 6 Urutan Nilai Entropy dari Citra Bertekstur Halus. No Nilai Entropy Citra 1 7.99212 Normal_1 2 7.989 Normal_2 3 7.98852 Cervical_6 4 7.98708 Ectopy 5 7.9867 Abnormal 6 7.98647 Cervicitis_1 7 7.98442 Cervicitis_2 8 7.9867 Normal_3 9 7.98264 Chronic 10 Cervical_3 7.9822 11 Cervical_2 7.97758 12 Cervical_4 7.97476 13 Cervical_1 7.9725 14 Cervical_5 7.97168 Berdasarkan hasil pada Tabel 6 citra Normal_1 dan Normal_2 memiliki nilai entropy besar sehingga tekstur dianggap halus. Dari hasil tersebut citra dinilai sebagai serviks normal. Dari sumber data yang penulis dapat di situs GFMER citra dinyatakan negatif terkena kanker serviks atau dinyatakan normal. Identifikasi berdasarkan entropy memiliki hasil yang sama dengan data referensi pada situs GFMER. Citra Normal_3 dianggap abnormal karena faktor keterbatasan data citra. Data yang digunakan sebagai bahan uji coba memiliki intensitas cahaya yang tidak sama dan jarak pengambilan objek dari sudut (angle) yang berbeda. Citra Normal_3 jika dianalisis berdasarkan fitur entropy maka dianggap sebagai serviks abnormal. Faktor jarak, cahaya, posisi pengambilan gambar dan ukuran yang dapat memengaruhi nilai entropy sehingga berdampak pada hasil tekstur. Keakuratan hasil yang diperoleh dari nilai entropy sebagai berikut : Jumlah Data yang Digunakan : 14 Data Teridentifikasi Salah :1 Data Teridentifikasi Benar : 13 13 Persentase X 100% 92.85% 14 KESIMPULAN Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi citra serviks normal dan abnormal. Dari serangkaian tahapan yang dilakukan, didapatkan hasil akhir berupa citra yang dikelompokkan berdasarkan warna tekstur dan angka yang kemudian dianalisis. Proses analisis tekstur citra serviks untuk menentukan jenis serviks tersebut apakah normal atau abnormal. Nilai pada penelitian ini terdiri dari energi, entropy, smoothness, dan standar deviasi. Dari keempat nilai yang dianalisis, nilai smoothness dan standar deviasi memiliki hasil yang berbanding terbalik dengan teori. Sehingga nilai yang digunakan untuk tahap analisis lebih lanjut adalah nilai fitur energi dan entropy. Persentase tingkat keberhasilan analisis berdasarkan energi sebesar 78.57%, hal ini terjadi karena 3 citra negatif kanker serviks dianggap abnormal. Persentase tingkat keberhasilan analisis berdasarkan entropy sebesar 92.85%, hal ini terjadi karena 2 citra negatif kanker serviks terbukti normal dan 1 citra dianggap abnormal. Kesalahan identifikasi disebabkan karena faktor data yang digunakan, penelitian ini menggunakan data citra yang belum maksimal seperti perbedaan tingkat intesitas cahaya dan ukuran dimensi citra. Analisis identifikasi serviks normal dan abnormal menggunakan metode Filter Gabor dan ekstraksi ciri tekstur statistik dilakukan sebagai langkah awal deteksi dini kanker serviks. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] Ajeng, Pambayun Di. 2010. “The Application of Gabor Filters As A Tool for Texture Analysis of Mammograms Image”. Skripsi Jurusan Teknik Informatika. Universitas Gunadarma. Depok. Aldo Campana. 2011. Unaided Visual Inspection of the Cervix Clinical Downstaging Picture Atlas, http://www.gfmer.ch/Books/Cervical_cancer_modules/Unaided_visual_inspection_atl as.htm. 2011 .diakses 28 Mei 2011 Alexander, Bunga J. 2009. “Klasifikasi Citra dengan Metode Transformasi Wavelet pada Lima Biji-Bijian”. Skripsi Jurusan Teknik Elektro. Universitas Diponegoro. Semarang. [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] [19] [20] Al-Tayeche, Rami, And Ahmed, Khalil. 2003. CBIR: Content Based Image Retrieval. Report Submitted in Partial Fulfillment of the Requirements of Engineering Project Department of Systems and Computer Engineering Faculty of Engineering Carleton University. Anonim. 2007. Kanker : Pertumbuhan, Terapi dan Nanomedis, http://www.nano.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1187593839, diakses 25 Juli 2011. Anonim. 2009. “Stadium Kanker Leher Rahim”, http://www.kankersehat.com/, 2009, diakses 28 Mei 2011. Bertalya. 2010. “Materi Pengolahan Citra : Perataan Histogram”, http://bertalya.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/16166/histogram.pdf. D. Clausi, M. Ed Jernigan. 2000 ”Designing Gabor filters for optimal texture separability,” Pattern Recognition, vol. 33, pp. 1835-1849. Ferlay J. Globocan. 2002. “Cancer incidence, mortality and prevalence worldwide”. IARC Cancer Base No.5. Version 2.0. IARC Press, 2004. Lyon, France. Gonzales, R. C. And P. Wintz. 2004. Digital Image Processing. Addison Wesley Pub. Company. USA. Gonzales, R. C. And Woods, R. E. 2002. Digital Image Processing, 2nd ed.,Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ. Haralick, R. K. Shanmugam. 1998 "Feature Normalization and Likelihood-Based Similarity Measures for Image Retrieval". in Pattern Recognition Letters, 22(5):563582 Karyanti, Yuli. 2010. “Pencarian Citra Berdasarkan Filter Lokal Tekstur”. Disertasi Program Doktor Teknologi Informasi. Universitas Gunadarma. Depok. Rinaldi, Munir. 2004. Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik. Informatika Bandung. Bandung. Rui, Y., Thomas, Huang And Ship-Fu, Chang, 1999. “Image Retrieval: Current Techniques Promising Directions, And Open Issues”. Journal of Visual Communication and Image Representation 10.39-62. Seo, Naotoshi. 2006. “Texture Segmentation using Gabor Filters”. ENEE731 Project 1. Tuceryan, M. And Anil, K. Jain. 1999. Texture Analysis, The Handbook of Pattern Recognition and Computer Vision (2nd Edition), by C. H. Chen, L. F. Pau, P.S.P.Wang (eds), pp. 207-248, Word Scientific Publishing Co. Wang. 2001. Integrated Region Based Image Retrieval. Boston, Kluwer Academic Publisher. Zhang, Dengsheng, Ayliwin Wong, Maria Indrawan, Guojun Lu. 2003. ContentBased Image Retrieval Using Gabor Texture Features. Gippsland School of Computing and Infromation Technology. Monash University Churchill. Victoria. Australia. Zhen, Zhou Wang And YuMing, Zhang. 2009. “Brightness-Based Selection and Edge Detection-Based EnhancementSeparation Algorithm for Low-Rosolution Metal Transfer Image”. IEEE Transactions on Automatic Science and Engineering, Vol:6 (1) 181-187.