NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 1 GEMOLONG Disusun oleh: Oleh : Sri Hastuti NIM : Q100110171 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2013 1 2 ANALISIS KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 1 GEMOLONG Sri Hastuti Mahasiswa M.Pd. PPS UMS Email:[email protected] Bambang Sumardjoko Dosen M.Pd PPS UMS Email: Sabar Narimo Dosen M.Pd PPS UMS Email: ABSTRACT Purposes of the research are to know: 1) Characteristics of curricular management of SMP N 1 of Gemolong. 2) Characteristics learning management of SMP N 1 of Gemolong. 3) Characteristics of classroom management of SMP N of Gemolong. The research uses qualitative method in order to reveal and to understand something behind of an unknown phenomenon. The method is used to find insight about just little known something. Qualitative method is also able to provide complex details about a phenomenon that difficult to reveal with quantitative method. Informans of the research are ten individuals, namely, principal, vice principal of curricular field, and 7 teachers of subjects and 1 librarian of the school. Processes and analytical techniques used in this study are both interactive analytics in data collection, data reduction, data presentation, until the conclusion. The research found that SMP Negeri 1 of Gemolong had picture about what is meant about learning leadership implied from the making of curriculum that conducted jointly by the school and local education department and it is called as curriculum of SMP Negeri 1 of Gemolong, Sragen. Learning management on focusing student centre. This learning focus at active learning not only teacher learning. Become student learning using methods such as active learning cooperative learning, and quantum learning had implemented. Keywords: leadership, learning, classroom, curriculum PENDAHULUAN Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya. Peran guru sebagai pemimpin di kelas meliputi berbagai aktivitas di kelas seperti dijelaskan oleh Greenlee (2007): 1 2 Kepemimpinan guru telah maju sebagai komponen penting sekolah sukses reformasi dan profesionalisasi guru (Lieberman, Saxl & Miles, 2000). Agar memaksimalkan belajar siswa, guru harus mengambil peran kepemimpinan dan mengambil lebih banyak tanggung jawab Sekolah-berubah (Katzenmeyer & Moller, 2001; Muijs & Harris, 2003). Dengan demikian, kepemimpinan yang bisa dilaksanakan oleh kepala sekolah juga bisa harus dilakukan oleh guru yaitu seperti pelaksanaan tugastugasnya antara lain menyusun perencanaan, mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan kegiatan, mengkoordinasikan kegiatan, melaksanakan pengawasan, melakukan evaluasi terhadap kegiatan, menentukan kebijaksanaan, mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur pembelajaran dan mengadakan hubungan masyarakat. Selain itu sebagai pemimpin di dalam kelasnya guru berperan dalam mengorganisasikan dan memimpin kelas. Seperti mengarahkan siswanya, memotivasi siswanya, memberikan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran bagi siswanya. Dengan demikian kesimpulannya adalah guru dalam memimpin kelas akan mempengaruhi bagaimana kelas yang dipimpinnya. Hasil penelitian Harris dan Muijs (2009): “…whilst the quality of teaching strongly influences levels of pupil motivation and achievement, it has been consistently argued that the quality of leadership matters in determining the motivation of teachers and the quality of teaching in the classroom. (….sementara kualitas pengajaran sangat mempengaruhi tingkat motivasi dan prestasi siswa, telah secara konsisten berpendapat bahwa kualitas hal kepemimpinan dalam menentukan motivasi guru dan kualitas pengajaran di kelas.)” Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian, jika pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, berarti pembelajaran terdiri atas sejumlah 3 komponen yang terorganisir antara tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (misalnya layanan pembelajaran remedial bagi siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar). Sebaliknya, jika pembelajaran dipandang sebagai suatu proses maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar (Sulhan, 2010). Menurut Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 20, “perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.” Dengan demikian, menurut pasal tersebut pada saat melakukan langkah perencanaan pembelajaran berarti guru menyusun silabus dan rencana pembelajaran. 1. Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (BPPNFI, 2008). Silabus pada dasarnya menjabarkan tentang tiga hal pokok berikut ini (BP-PNFI, 2008). a) Kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Kompetensi yang harus dicapai tersebut dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok; b) Cara untuk mencapainya kompetensi-kompetensi tersebut. Cara pencapaian kompetensi-kompetensi tersebut dijabarkan dalam pengalaman belajar beserta, alokasi waktu dan alat serta sumber belajar yang diperlukan; dan d) Cara mengukur tingkat 4 pencapaian kompetensi. Cara mengukur tingkat pencapaian kompetensi dilakukan melalui penilaian yang berpatokan pada indikator. Silabus setiap mata pelajaran disusun untuk setiap tingkat berdasarkan seluruh standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai pada setiap tingkat tersebut. Silabus memuat sekurang-kurangya komponen-komponen berikut ini: a) Identifikasi, b) Standar Kompetensi, c) Kompetensi Dasar, d) Materi Pokok, e) Pengalaman Belajar, f) Indikator, g) Penilaian, h) Alokasi Waktu, i) Sumber/Bahan/Alat. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar. Rencana pelaksanaan pembelajaran pada dasarnya merupakan penjabaran dari silabus. Dalam silabus sendiri sudah termuat standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, indikator, penilaian, alokasi waktu, serta sumber/alat/bahan. Di dalam RPP, materi, langkah-langkah pembelajaran, serta prosedur dan alat penilaiannya tersebut lebih diperinci sehingga tergambar secara jelas langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan (BP-PNFI, 2008). Lingkup RPP sendiri mencakup satu kompetensi dasar yang dijabarkan dalam satu atau beberapa indikator. Dengan demikian, satu RPP bisa diperuntukkan untuk satu kali pertemua ataupun lebih, tergantung dari keluasan dan kedalaman kompetensi dasarnya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terdiri atas komponenkomponen berikut ini. a) Identitas; b) Tujuan pembelajaran; c) Materi yang akan dipelajari; 5 d) Metode pembelajaran yang akan digunakan; e) Langkah-langkah pembelajaran dari awal sampai akhir; f) Alat/bahan/sumber belajar yang akan digunakan selama pembelajaran; g) Penilai yang akan dilaksanakan serta instrumen penilaian yang akan digunakan. METODE PENELITIAN Penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gemolong, Kabupaten Sragen yang merupakan sekolah dengan Standar Sekolah Nasional (SSN). Teknik pengumpulan data terdiri dari: 1) Secara definitif, pengertian observasi adalah tindakan atau proses pengambilan informasi melalui media pengamatan. 2) Teknik pengumpulan data lain yang sering digunakan oleh para peneliti di lapangan adalah teknik wawancara, yaitu wawancara antara pewawancara dan yang diwawancarai. Teknik analisis data terdiri dari: 1) Reduksi data. Proses analisis data ini mestinya dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji langkah berikutnya adalah membuat rangkuman untuk setiap kontak atau pertemuan dengan responden. 2) Menampilkan data. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan, sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar variabel. 3) Verifikasi data. Verifikasi atau penarikan kesimpulan. Keabsahan suatu data atau memeriksa kebenaran data digunakan cara memperpanjang masa penelitian, pengamatan yang terus-menerus, triangulasi, baik triangulasi sumber data maupun triangulasi teknik pengumpulan data, menganalisis kasus negatif, mengadakan member check, serta membicarakan dengan orang lain atau rekan sejawat. 6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kurikulum yang ditetapkan di SMP Negeri 1 Gemolong adalah kurikulum SMP Negeri 1 Gemolong. Dikatakan demikian, karena SMP Negeri 1 Gemolong telah melakukan pengembangan kurikulum yang dilakukan setiap tahun oleh Kepala Sekolah dalam membuat program tahunan yang disusun secara sistematis yaitu pedahuluan, visi dan misi sekolah, maksud dan tujuan, landasan operasional susunan organisasi sekolah beserta uraian tugasnya, yang dilengkapi dengan RAPBS. Berdasarkan program tahunan visi dari SMP Negeri 1 Gemolong yaitu: Prima dalam Pengetahuan dan Keterampilan, Unggul dalam Prestasi, Berwawasan Global, Berakar pada Budaya Bangsa, Berbudi Pekerti yang Luhur Berdasarkan Iman dan Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan misinya adalah: 1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan bimbingan secara kontinyu, efektif dan efiesien. 2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran bagi semua pemeluk agama, sesuai agama masing-masing. 3) Melaksanakan pembinaan bagi siswa potensial untuk berprestasi dalam lomba di tingkat kabupaten, regional, propinsi maupun nasional. 4) Melatih siswa dengan berbudi pekerti yang luhur serta berakhlak mulia dengan berlandaskan keimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa. 5) Menciptakan kondisi yang kondusif untuk proses pendidikan dan pembelajaran. 6) Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. 7) Memenuhi sarana prasarana yang memadai untuk proses pembelajaran. 8) Melaksanakan pembinaan kecakapan hidup (life skill) sebagai keterampilan disamping ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana pendapat Brown (2009) dalam artikelnya yang mengatakan bahwa kurikulum sebaiknya memuat konteks, tujuan pendidikan secara luas, kurikulum yang spesifik, memuat materi sesuai dengan tuntutan pekerjaan, transaksi dan lain-lain. Namun tetap melaksanakan pembinaan kecakapan (life skill) terutama untuk kelas pendidikan teknik (technology). 7 Penerapan kurikulum yang diberlakukan di sekolah dikondisikan dengan kemampuan guru, siswa dan masyarakat lingkungannya. Terbukti pada program semester yang disusun kepala sekolah dikondisikan dengan kemampuan guru dan siswa serta masyarakat lingkungannya. Buku-buku siswa dan pegangan guru yang dicatat dalam buku inventaris dan disimpan secara teratur di almari guru belum mencukupi sesuai jumlah siswa. Untuk menambah kekurangan yang ada kepala sekolah telah mengupayakan agar guru merangkum buku pelajaran dan hasilnya difotokopikan kepada para siswanya. Selain itu guru juga telah mampu mengalokasikan pembagian jam mengajar. Di samping mendapat tambahan jam pelajaran di luar jam yang ditetapkan dalam jadwal palajaran umum sekolah. Pembinaan pengembangan kurikulum baik menyangkut materi, alat peraga, metode dan evaluasi dibahas tersendiri dalam forum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang diselenggarakan setiap hari Selasa mulai pagi pukul 08.00 – 13.00 di Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen. Para guru membahas berbagai permasalahan yang terjadi di sekolah masingmasing kemudian dipecahkan secara bersama-sama. Hal lain yang diselenggarakan di MGMP adalah sosialisasi kebijakan pendidikan. Hasil penelitian oleh Searby dan Shaddix (2008), menunjukkan bahwa program kepemimpinan guru yang dikembangkan oleh sekolah Mountain Brooks diharapkan menjadi kebiasaan para guru dan staff baik itu dalam pembelajaran maupun pembelajaran di kelas terkait dengan profesionalitasnya sebagai tenaga pendidik pada sekolah, baik sebagai kepala sekolah atau seorang pengajar (pendidik). Dari penelitian tersebut tersirat bahwa kepemimpinan pembelajaran itu tidak hanya fokus pada kepala sekolah, melainkan juga guru. Kepala sekolah sebagai pemimpin dari organisasi sekolah sudah semestinya bertanggung jawab terhadap pengelolaan pembelajaran yang terjadi pada instansinya. Dengan demikian, maksud dari kepemimpinan pembelajaran itu sendiri menurut pemahaman penulis adalah pembelajaran 8 yang dipimpin oleh kepala sekolah yang dilaksanakan oleh guru. Sehingga arti dari kata kepemimpinan pembelajaran cenderung lebih memfokuskan pada guru dengan fungsi-fungsi sebagaimana kepala sekolah memimpin organisasi pembelajaran di sekolah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Peleg (2012) yang mengatakan bahwa pemimpin yang efektif itu memiliki pengetahuan pemahaman yang luas terhadap nilai-nilai pembelajaran dan bagaimana pelaksanaannya sesuai dengan kondisi sekolah. Pokok-pokok kepemimpinan pembelajaran itu sendiri meliputi, ciri-ciri pengelolaan kurikulum, ciri-ciri pengelolaan pembelajaran dan ciri-ciri pengelolaan kelas yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gemolong Sragen dan di bawah pengawasan kepala sekolah sebagai pemimpin. Menurut Yamin dan Ansari (2009), pembelajaran adalah kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen– komponen yang berkaitan dengan pembelajaran, komponen–komponen tersebut antara lain guru, siswa, pembina sekolah, sarana prasarana dan proses pembelajaran. Di dalam pembelajaran terjadi proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini berarti didalam pengelolaan manajemen di sekolah, bukan hanya tanggungjawab kepala sekolah saja, namun lebih dari itu adalah kerjasama antara pihak sekolah dan masyarakat pengguna sekolah seperti dikutip oleh Mulyadi (2011) bahwa di dalam proses belajar mengajar terdapat dua masalah yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen kelas. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita masyarakat. Berdasarkan cita-cita tersebut terdapat landasan, mau dibawa kemana pendidikan anak. Dengan kata lain, filsafat pendidikan merupakan pandangan hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang 9 tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar yang bersifat mendidik. Filsafat pendidikan dipengaruhi oleh dua hal pokok, yakni (1). Cita-cita masyarakat, dan (2). Kebutuhan peserta didik yang hidup di masyarakat. Dalam kepemimpinan pembelajaran tampak dari peranan kepala sekolah dan guru dalam setiap kegiatan proses pembelajaran seperti diungkapkan dalam perumusan perencanaan kurikulum, maupun evaluasi program kurikulum. Bagi satuan pendidikan yang belum siap mengembangkan kurikulum, dapat menggunakan model kurikulum yang dikembangkan oleh BNSP. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya tetap perlu disesuaikan, dan diadaptasikan dengan kondisi sekolah, masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi yang berkembang pesat bersamaan dengan era globalisasi (Mulyasa, 2007:11). Namun, Paulsen dan Faust (2008) mencatat bahwa masih ada perlawanan dan ragu-ragu dalam pendidikan tinggi untuk mengubah kelas sekolah tradisional ke dalam lingkungan pembelajaran kooperatif. Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas yang dinamis. Aspek yang perlu diperhatikan guru dalam manajemen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreativitas. Manajemen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajemen kelas berfungsi: 1) memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas misalnya, membantu kelompok dalam pembagian tugas pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menentukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja dan mengubah kondisi kelas, 2) memelihara agar 10 tugas itu dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan tujuan manajemen kelas adalah: 1) mewujudkan situasi dan kondisi kelas, sebagai lingkungan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka semaksimal mungkin, 2) menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran, 3) menyediakan dan mengatur fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual mereka dalam kelas, 4) membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan sifat-sifat individunya. Guru merupakan faktor dominan dalam usaha mewujudkan kualitas pendidikan yang diharapkan. Guru yang baik selalu mempersiapkan mengajar sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Persiapan tersebut berupa perencanaan mengajar yang berisi tujuan pembelajaran, materi yang diajarkan, metode yang digunakan, evaluasi yang dilaksanakan selesainya kegiatan belajar mengajar dan usaha melakukan perbaikan dan pengayaan. Menurut Danim (2007:79), ketika model manajemen sekolah diterapkan, jaminan sepihak dari sekolah yang otonomi dapat berpengaruh terhadap kinerja guru. Jika tugas guru pada suatu sekolah dapat mereka identifikasi dengan baik dan tugas kerja mereka menyertakan satu atau lebih kelompok yang memberi dorongan, produktivitas dan kontrol kualitas dapat berjalan baik. Kontrol kualitas itu tercipta dari penempatan guru pada kelompok latihan dan membangun tujuan bersama yang dibentuk pada unit yang terlibat. Menurut Mulyadi (2010:11), masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori besar yaitu masalah perorangan dan masalah kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan dan masalah kelompok sering kali menyatu dan sukar dipisahkan satu sama lainnya. 11 Di SMP Negeri 1 Gemolong pengelolaan kelas telah terlaksana dengan baik. Seperti penambahan waktu belajar atas inisiatif guru mapel masingmasing maupun evaluasi proses pembelajaran yang telah terkoordinasi dan dilaksanakan sesuai ketentuan yang ada. KESIMPULAN Bahwa pengelolaan kurikulum di SMP Negeri 1 Gemolong Sragen telah terlaksana. Terbukti dengan perencanaan, dan pelaksanaan kurikulum telah menggunakan kurikulum yang disusun bersama-sama guru dengan kepala sekolah dan komite serta dinas terkait. Selain itu pengelolaan pembelajaran di SMP Negeri 1 Gemolong Sragen telah terlaksana dengan adanya pengelolaan pembelajaran, seharusnya berpusat kepada siswa (student centre). Pembelajaran ini menekankan pada keaktifan belajar siswa, bukan pada keaktifan belajar siswa, bukan pada keaktifan mengajar guru. Juga diketahui bahwa pengelolaan kelas di SMP Negeri 1 Gemolong Sragen, bahwa pengelolaan kelas di SMP Negeri 1 Gemolong Sragen telah terlaksana dengan adanya pelaksanaan pengelolaan kelas yang kondusif. Hal tersebut diketahui dari informasi yang diperoleh penulis dari kepala sekolah maupun guru-guru. DAFTAR PUSTAKA Brown Ryan A, 2009, Curriculum Consonance and Dissonance in Technology Education Classrooms, Journal of Technology Education, Vol. 20 No. 2 Spring, 2009, pp. 8-22. Danim, Sudarwan, 2007, Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta: Bumi Aksaran. Danim, Sudarwan, 2011, Pengantar Kependidikan Landasan Teori dan 234 Metafora Pendidikan, Bandung: Alfabeta. Kumaidi. 2008. Sistem Sertifikasi (http://massofa.wordpress.com diakses 10 Januari 2013). 12 Mulyasa E, 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa E, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, Jakarta: Pt. Remaja Rosdakarya. Peleg Sefi, 2012. The Role of Leadership in the education system, Education Journal, Vol. 1 No. 1, 2012, pp. 5-8. Sagala, Syaiful, 2004. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat (Strategi Memenangkan Persaingan Mutu), Jakarta: PT. Rakasta Samasta. Samino, 2010. Kepemimpinan Pendidikan, Surakarta: Fairuz Media. Samino, 2010. Manajemen Pendidikan Spirit Keislaman dan Keindonesiaan, Surakarta: Fairuz Media. Searby Linda, Shaddix Lisa, 2008. Growing Teacher Leaders in a Culture of Excellence, Journal Spring Volume 32, No. 1, 2008.