Naskah publikasi - Universitas Muhammadiyah Surakarta

advertisement
NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN
DI SMP NEGERI 1 GEMOLONG
Disusun oleh:
Oleh
: Sri Hastuti
NIM
: Q100110171
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2013
1
2
ANALISIS KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 1 GEMOLONG
Sri Hastuti
Mahasiswa M.Pd. PPS UMS Email:[email protected]
Bambang Sumardjoko
Dosen M.Pd PPS UMS Email:
Sabar Narimo
Dosen M.Pd PPS UMS Email:
ABSTRACT
Purposes of the research are to know: 1) Characteristics of curricular
management of SMP N 1 of Gemolong. 2) Characteristics learning management
of SMP N 1 of Gemolong. 3) Characteristics of classroom management of SMP N
of Gemolong. The research uses qualitative method in order to reveal and to
understand something behind of an unknown phenomenon. The method is used
to find insight about just little known something. Qualitative method is also able
to provide complex details about a phenomenon that difficult to reveal with
quantitative method. Informans of the research are ten individuals, namely,
principal, vice principal of curricular field, and 7 teachers of subjects and 1
librarian of the school. Processes and analytical techniques used in this study are
both interactive analytics in data collection, data reduction, data presentation,
until the conclusion. The research found that SMP Negeri 1 of Gemolong had
picture about what is meant about learning leadership implied from the making
of curriculum that conducted jointly by the school and local education
department and it is called as curriculum of SMP Negeri 1 of Gemolong, Sragen.
Learning management on focusing student centre. This learning focus at active
learning not only teacher learning. Become student learning using methods such
as active learning cooperative learning, and quantum learning had implemented.
Keywords: leadership, learning, classroom, curriculum
PENDAHULUAN
Guru harus
mampu
berperan
sebagai
desainer
(perencana),
implementor (pelaksana), dan evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru
merupakan faktor yang paling dominan karena di tangan gurulah keberhasilan
pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung maupun
tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya.
Peran guru sebagai pemimpin di kelas meliputi berbagai aktivitas di
kelas seperti dijelaskan oleh Greenlee (2007):
1
2
Kepemimpinan guru telah maju sebagai komponen penting
sekolah sukses reformasi dan profesionalisasi guru (Lieberman, Saxl
& Miles, 2000). Agar memaksimalkan belajar siswa, guru harus
mengambil peran kepemimpinan dan mengambil lebih banyak
tanggung jawab Sekolah-berubah (Katzenmeyer & Moller, 2001;
Muijs & Harris, 2003).
Dengan demikian, kepemimpinan yang bisa dilaksanakan oleh kepala
sekolah juga bisa harus dilakukan oleh guru yaitu seperti pelaksanaan tugastugasnya antara lain menyusun perencanaan, mengorganisasikan kegiatan,
mengarahkan
kegiatan,
mengkoordinasikan
kegiatan,
melaksanakan
pengawasan, melakukan evaluasi terhadap kegiatan, menentukan kebijaksanaan,
mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur pembelajaran dan
mengadakan hubungan masyarakat.
Selain itu sebagai pemimpin di dalam kelasnya guru berperan dalam
mengorganisasikan dan memimpin kelas. Seperti mengarahkan siswanya,
memotivasi siswanya, memberikan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran
bagi siswanya. Dengan demikian kesimpulannya adalah guru dalam memimpin
kelas akan mempengaruhi bagaimana kelas yang dipimpinnya. Hasil penelitian
Harris dan Muijs (2009):
“…whilst the quality of teaching strongly influences levels of
pupil motivation and achievement, it has been consistently argued
that the quality of leadership matters in determining the motivation
of teachers and the quality of teaching in the classroom.
(….sementara kualitas pengajaran sangat mempengaruhi tingkat
motivasi dan prestasi siswa, telah secara konsisten berpendapat
bahwa kualitas hal kepemimpinan dalam menentukan motivasi guru
dan kualitas pengajaran di kelas.)”
Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subjek
didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi
secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian, jika pembelajaran
dipandang sebagai suatu sistem, berarti pembelajaran terdiri atas sejumlah
3
komponen yang terorganisir antara tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
strategi
dan
metode
pembelajaran,
media
pembelajaran/alat
peraga,
pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran
(misalnya layanan pembelajaran remedial bagi siswa-siswa yang mengalami
kesulitan belajar). Sebaliknya, jika pembelajaran dipandang sebagai suatu proses
maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam
rangka membuat siswa belajar (Sulhan, 2010).
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 20,
“perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar.” Dengan demikian, menurut pasal tersebut pada saat melakukan langkah
perencanaan pembelajaran berarti guru menyusun silabus dan rencana
pembelajaran.
1. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu. Silabus merupakan penjabaran
standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (BPPNFI, 2008).
Silabus pada dasarnya menjabarkan tentang tiga hal pokok berikut
ini (BP-PNFI, 2008). a) Kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.
Kompetensi yang harus dicapai tersebut dirumuskan dalam standar
kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok; b) Cara untuk mencapainya
kompetensi-kompetensi tersebut. Cara pencapaian kompetensi-kompetensi
tersebut dijabarkan dalam pengalaman belajar beserta, alokasi waktu dan
alat serta sumber belajar yang diperlukan; dan d) Cara mengukur tingkat
4
pencapaian kompetensi. Cara mengukur tingkat pencapaian kompetensi
dilakukan melalui penilaian yang berpatokan pada indikator.
Silabus setiap mata pelajaran disusun untuk setiap tingkat
berdasarkan seluruh standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
dicapai pada setiap tingkat tersebut.
Silabus memuat sekurang-kurangya komponen-komponen berikut
ini: a) Identifikasi, b) Standar Kompetensi, c) Kompetensi Dasar, d) Materi
Pokok, e) Pengalaman Belajar, f) Indikator, g) Penilaian, h) Alokasi Waktu, i)
Sumber/Bahan/Alat.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar. Rencana pelaksanaan pembelajaran pada
dasarnya merupakan penjabaran dari silabus. Dalam silabus sendiri sudah
termuat standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman
belajar, indikator, penilaian, alokasi waktu, serta sumber/alat/bahan. Di
dalam RPP, materi, langkah-langkah pembelajaran, serta prosedur dan alat
penilaiannya tersebut lebih diperinci sehingga tergambar secara jelas
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan (BP-PNFI, 2008).
Lingkup RPP sendiri mencakup satu kompetensi dasar yang dijabarkan
dalam satu atau beberapa indikator. Dengan demikian, satu RPP bisa
diperuntukkan untuk satu kali pertemua ataupun lebih, tergantung dari
keluasan dan kedalaman kompetensi dasarnya.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terdiri atas komponenkomponen berikut ini.
a) Identitas;
b) Tujuan pembelajaran;
c) Materi yang akan dipelajari;
5
d) Metode pembelajaran yang akan digunakan;
e) Langkah-langkah pembelajaran dari awal sampai akhir;
f) Alat/bahan/sumber belajar yang akan digunakan selama pembelajaran;
g) Penilai yang akan dilaksanakan serta instrumen penilaian yang akan
digunakan.
METODE PENELITIAN
Penelitian
dengan
pendekatan
deskriptif
kualitatif.
Penelitian
dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gemolong, Kabupaten Sragen yang merupakan
sekolah dengan Standar Sekolah Nasional (SSN).
Teknik pengumpulan data terdiri dari: 1) Secara definitif, pengertian
observasi adalah tindakan atau proses pengambilan informasi melalui media
pengamatan. 2) Teknik pengumpulan data lain yang sering digunakan oleh para
peneliti di lapangan adalah teknik wawancara, yaitu wawancara antara
pewawancara dan yang diwawancarai.
Teknik analisis data terdiri dari: 1) Reduksi data. Proses analisis data ini
mestinya dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber. Setelah dikaji langkah berikutnya adalah membuat rangkuman untuk
setiap kontak atau pertemuan dengan responden. 2) Menampilkan data. Pada
langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan, sehingga menjadi
informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu dengan cara
menampilkan dan membuat hubungan antar variabel. 3) Verifikasi data.
Verifikasi atau penarikan kesimpulan. Keabsahan suatu data atau memeriksa
kebenaran data digunakan cara memperpanjang masa penelitian, pengamatan
yang terus-menerus, triangulasi, baik triangulasi sumber data maupun triangulasi
teknik pengumpulan data, menganalisis kasus negatif, mengadakan member
check, serta membicarakan dengan orang lain atau rekan sejawat.
6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kurikulum yang ditetapkan di SMP Negeri 1 Gemolong adalah
kurikulum SMP Negeri 1 Gemolong. Dikatakan demikian, karena SMP Negeri 1
Gemolong telah melakukan pengembangan kurikulum yang dilakukan setiap
tahun oleh Kepala Sekolah dalam membuat program tahunan yang disusun
secara sistematis yaitu pedahuluan, visi dan misi sekolah, maksud dan tujuan,
landasan operasional susunan organisasi sekolah beserta uraian tugasnya,
yang dilengkapi dengan RAPBS.
Berdasarkan program tahunan visi dari SMP Negeri 1 Gemolong yaitu:
Prima dalam Pengetahuan dan Keterampilan, Unggul dalam Prestasi,
Berwawasan Global, Berakar pada Budaya Bangsa, Berbudi Pekerti yang Luhur
Berdasarkan Iman dan Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan
misinya adalah: 1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan bimbingan
secara kontinyu, efektif dan efiesien. 2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran
bagi semua pemeluk agama, sesuai agama masing-masing. 3) Melaksanakan
pembinaan bagi siswa potensial untuk berprestasi dalam lomba di tingkat
kabupaten, regional, propinsi maupun nasional. 4) Melatih siswa dengan
berbudi pekerti yang luhur serta berakhlak mulia dengan berlandaskan
keimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa. 5) Menciptakan kondisi yang
kondusif untuk proses pendidikan dan pembelajaran. 6) Melaksanakan
pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. 7) Memenuhi sarana
prasarana yang memadai untuk proses pembelajaran. 8) Melaksanakan
pembinaan kecakapan hidup (life skill) sebagai keterampilan disamping ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Sebagaimana
pendapat
Brown
(2009)
dalam
artikelnya
yang
mengatakan bahwa kurikulum sebaiknya memuat konteks, tujuan pendidikan
secara luas, kurikulum yang spesifik, memuat materi sesuai dengan tuntutan
pekerjaan, transaksi dan lain-lain. Namun tetap melaksanakan pembinaan
kecakapan (life skill) terutama untuk kelas pendidikan teknik (technology).
7
Penerapan kurikulum yang diberlakukan di sekolah dikondisikan
dengan kemampuan guru, siswa dan masyarakat lingkungannya. Terbukti
pada program semester yang disusun kepala sekolah dikondisikan dengan
kemampuan guru dan siswa serta masyarakat lingkungannya. Buku-buku
siswa dan pegangan guru yang dicatat dalam buku inventaris dan disimpan
secara teratur di almari guru belum mencukupi sesuai jumlah siswa. Untuk
menambah kekurangan yang ada kepala sekolah telah mengupayakan agar
guru merangkum buku pelajaran dan hasilnya difotokopikan kepada para
siswanya. Selain itu guru juga telah mampu mengalokasikan pembagian jam
mengajar. Di samping mendapat tambahan jam pelajaran di luar jam yang
ditetapkan dalam jadwal palajaran umum sekolah.
Pembinaan pengembangan kurikulum baik menyangkut materi, alat
peraga, metode dan evaluasi dibahas tersendiri dalam forum MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang diselenggarakan setiap hari Selasa
mulai pagi pukul 08.00 – 13.00 di Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen. Para
guru membahas berbagai permasalahan yang terjadi di sekolah masingmasing
kemudian
dipecahkan
secara
bersama-sama.
Hal
lain
yang
diselenggarakan di MGMP adalah sosialisasi kebijakan pendidikan.
Hasil penelitian oleh Searby dan Shaddix (2008), menunjukkan bahwa
program kepemimpinan guru yang dikembangkan oleh sekolah Mountain
Brooks diharapkan menjadi kebiasaan para guru dan staff baik itu dalam
pembelajaran maupun pembelajaran di kelas terkait dengan profesionalitasnya
sebagai tenaga pendidik pada sekolah, baik sebagai kepala sekolah atau
seorang pengajar (pendidik). Dari penelitian tersebut tersirat bahwa
kepemimpinan pembelajaran itu tidak hanya fokus pada kepala sekolah,
melainkan juga guru.
Kepala sekolah sebagai pemimpin dari organisasi sekolah sudah
semestinya bertanggung jawab terhadap pengelolaan pembelajaran yang
terjadi pada instansinya. Dengan demikian, maksud dari kepemimpinan
pembelajaran itu sendiri menurut pemahaman penulis adalah pembelajaran
8
yang dipimpin oleh kepala sekolah yang dilaksanakan oleh guru. Sehingga arti
dari kata kepemimpinan pembelajaran cenderung lebih memfokuskan pada
guru dengan fungsi-fungsi sebagaimana kepala sekolah memimpin organisasi
pembelajaran di sekolah.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Peleg (2012) yang mengatakan
bahwa pemimpin yang efektif itu memiliki pengetahuan pemahaman yang
luas terhadap nilai-nilai pembelajaran dan bagaimana pelaksanaannya sesuai
dengan kondisi sekolah.
Pokok-pokok kepemimpinan pembelajaran itu sendiri meliputi, ciri-ciri
pengelolaan kurikulum, ciri-ciri pengelolaan pembelajaran dan ciri-ciri
pengelolaan kelas yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gemolong Sragen dan di
bawah pengawasan kepala sekolah sebagai pemimpin.
Menurut Yamin dan Ansari (2009), pembelajaran adalah kemampuan
dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen–
komponen yang berkaitan dengan pembelajaran, komponen–komponen
tersebut antara lain guru, siswa, pembina sekolah, sarana prasarana dan
proses pembelajaran. Di dalam pembelajaran terjadi proses interaksi antara
pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam hal ini berarti didalam pengelolaan manajemen di sekolah,
bukan hanya tanggungjawab kepala sekolah saja, namun lebih dari itu adalah
kerjasama antara pihak sekolah dan masyarakat pengguna sekolah seperti
dikutip oleh Mulyadi (2011) bahwa di dalam proses belajar mengajar terdapat
dua masalah yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar
mengajar, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen kelas.
Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita masyarakat.
Berdasarkan cita-cita tersebut terdapat landasan, mau dibawa kemana
pendidikan anak. Dengan kata lain, filsafat pendidikan merupakan pandangan
hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang
9
tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta perangkat pengalaman
belajar yang bersifat mendidik. Filsafat pendidikan dipengaruhi oleh dua hal
pokok, yakni (1). Cita-cita masyarakat, dan (2). Kebutuhan peserta didik yang
hidup di masyarakat.
Dalam kepemimpinan pembelajaran tampak dari peranan kepala
sekolah dan guru dalam setiap kegiatan proses pembelajaran seperti
diungkapkan dalam perumusan perencanaan kurikulum, maupun evaluasi
program kurikulum.
Bagi satuan pendidikan yang belum siap mengembangkan kurikulum,
dapat menggunakan model kurikulum yang dikembangkan oleh BNSP.
Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya tetap perlu disesuaikan, dan
diadaptasikan dengan kondisi sekolah, masyarakat, serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi yang berkembang
pesat bersamaan dengan era globalisasi (Mulyasa, 2007:11).
Namun, Paulsen dan Faust (2008) mencatat bahwa masih ada
perlawanan dan ragu-ragu dalam pendidikan tinggi untuk mengubah kelas
sekolah tradisional ke dalam lingkungan pembelajaran kooperatif.
Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru
dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak
menuju perbaikan suasana kelas yang dinamis. Aspek yang perlu diperhatikan
guru dalam manajemen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas,
situasi kelas, tindakan seleksi dan kreativitas.
Manajemen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan
terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajemen kelas berfungsi: 1)
memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas misalnya,
membantu kelompok dalam pembagian tugas pembentukan kelompok,
membantu
kerjasama
dalam
menentukan
tujuan-tujuan
organisasi,
membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas,
membantu prosedur kerja dan mengubah kondisi kelas, 2) memelihara agar
10
tugas itu dapat berjalan dengan lancar.
Sedangkan tujuan manajemen kelas adalah: 1) mewujudkan situasi
dan kondisi kelas, sebagai lingkungan pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka semaksimal
mungkin, 2) menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi pembelajaran, 3) menyediakan dan mengatur fasilitas
serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan peserta didik
belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual mereka
dalam kelas, 4) membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar
belakang sosial, ekonomi, budaya, dan sifat-sifat individunya.
Guru merupakan faktor dominan dalam usaha mewujudkan kualitas
pendidikan yang diharapkan. Guru yang baik selalu mempersiapkan mengajar
sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Persiapan tersebut berupa
perencanaan mengajar yang berisi tujuan pembelajaran, materi yang
diajarkan, metode yang digunakan, evaluasi yang dilaksanakan selesainya
kegiatan belajar mengajar dan usaha melakukan perbaikan dan pengayaan.
Menurut Danim (2007:79), ketika model manajemen sekolah
diterapkan, jaminan sepihak dari sekolah yang otonomi dapat berpengaruh
terhadap kinerja guru. Jika tugas guru pada suatu sekolah dapat mereka
identifikasi dengan baik dan tugas kerja mereka menyertakan satu atau lebih
kelompok yang memberi dorongan, produktivitas dan kontrol kualitas dapat
berjalan baik. Kontrol kualitas itu tercipta dari penempatan guru pada
kelompok latihan dan membangun tujuan bersama yang dibentuk pada unit
yang terlibat.
Menurut Mulyadi (2010:11), masalah manajemen kelas dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori besar yaitu masalah perorangan dan
masalah kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan dan masalah
kelompok sering kali menyatu dan sukar dipisahkan satu sama lainnya.
11
Di SMP Negeri 1 Gemolong pengelolaan kelas telah terlaksana dengan
baik. Seperti penambahan waktu belajar atas inisiatif guru mapel masingmasing maupun evaluasi proses pembelajaran yang telah terkoordinasi dan
dilaksanakan sesuai ketentuan yang ada.
KESIMPULAN
Bahwa pengelolaan kurikulum di SMP Negeri 1 Gemolong Sragen telah
terlaksana. Terbukti dengan perencanaan, dan pelaksanaan kurikulum telah
menggunakan kurikulum yang disusun bersama-sama guru dengan kepala
sekolah dan komite serta dinas terkait. Selain itu pengelolaan pembelajaran di
SMP Negeri 1 Gemolong Sragen telah terlaksana dengan adanya pengelolaan
pembelajaran,
seharusnya
berpusat
kepada
siswa
(student
centre).
Pembelajaran ini menekankan pada keaktifan belajar siswa, bukan pada
keaktifan belajar siswa, bukan pada keaktifan mengajar guru. Juga diketahui
bahwa pengelolaan kelas di SMP Negeri 1 Gemolong Sragen, bahwa
pengelolaan kelas di SMP Negeri 1 Gemolong Sragen telah terlaksana dengan
adanya pelaksanaan pengelolaan kelas yang kondusif. Hal tersebut diketahui
dari informasi yang diperoleh penulis dari kepala sekolah maupun guru-guru.
DAFTAR PUSTAKA
Brown Ryan A, 2009, Curriculum Consonance and Dissonance in Technology
Education Classrooms, Journal of Technology Education, Vol. 20 No. 2
Spring, 2009, pp. 8-22.
Danim, Sudarwan, 2007, Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta: Bumi Aksaran.
Danim, Sudarwan, 2011, Pengantar Kependidikan Landasan Teori dan 234
Metafora Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Kumaidi. 2008. Sistem Sertifikasi (http://massofa.wordpress.com diakses 10
Januari 2013).
12
Mulyasa E, 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan Pengembangan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa E, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis,
Jakarta: Pt. Remaja Rosdakarya.
Peleg Sefi, 2012. The Role of Leadership in the education system, Education
Journal, Vol. 1 No. 1, 2012, pp. 5-8.
Sagala, Syaiful, 2004. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat (Strategi
Memenangkan Persaingan Mutu), Jakarta: PT. Rakasta Samasta.
Samino, 2010. Kepemimpinan Pendidikan, Surakarta: Fairuz Media.
Samino, 2010. Manajemen Pendidikan Spirit Keislaman dan Keindonesiaan,
Surakarta: Fairuz Media.
Searby Linda, Shaddix Lisa, 2008. Growing Teacher Leaders in a Culture of
Excellence, Journal Spring Volume 32, No. 1, 2008.
Download