RINGKASAN Marlin Ariance Talan (E34103006), Persamaan Penduga Biomassa Pohon Jenis Nyirih (Xylocarpus granatum Koenig 1784) dalam Tegakan Mangrove Hutan Alam di Batu AmparKalimantan Barat, dibawah bimbingan Ir. Nyoto santoso, MS. dan Dr. Ir. Teddy Rusolono, MS. Salah satu fungsi hutan berkaitan dengan isu pemanasan global adalah sebagai penyerap CO2 dari udara melalui proses fotosintesis (sink) dan menyimpannya sebagai biomassa hutan (reservoir). Hutan mangrove dengan tingkat produktivitas dua kali lebih besar dari hutan primer daratan diduga memiliki fungsi sebagai biomass sink dan biomass reservoir yang baik. Untuk menduga jumlah biomassa di dalam hutan, dapat digunakan pendekatan secara tidak langsung yaitu melalui model alometrik dan metode Biomass Expansion Factor (BEF). Tujuan penelitian ini adalah membangun sebuah persamaan alometrik penduga biomassa jenis Nyirih. Persamaan dibuat berdasarkan hipotesis adanya hubungan yang erat antara parameter pohon dengan biomassa tiap bagian pohon. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut maka ditetapkan sebanyak 30 pohon contoh yang secara acak dipilih berdasarkan keterwakilan diameter, yang selanjutnya dilakukan penghitungan biomassa dengan menggunakan destructive sampling. Dalam penelitian ini biomassa batang juga dihitung dengan menggunakan pendekatan volume sedangkan biomassa bagian lainnya dihitung dengan penimbangan langsung. Penelitian dilaksanakan di tegakan mangrove desa Nipah Panjang, Batu Ampar–Kalimantan Barat. Pengumpulan data dilakukan saat pohon masih berdiri (diameter setinggi dada, tinggi total dan tinggi bebas cabang). Setelah rebah, setiap bagian pohon dipisahkan dan kemudian ditimbang secara keseluruhan untuk mendapatkan berat basahnya. Untuk mendapatkan data kadar air, diambil sampel uji sebanyak 11 ulangan untuk setiap bagian pohon. Model pendugaan biomassa dihasilkan dengan menganalisa hubungan antara nilai biomassa dengan dimensi pohon. Hubungan erat yang ditunjukkan oleh setiap peubah terhadap peubah yang lain menyatakan bahwa peubah-peubah tersebut mampu menjelaskan biomassa secara konsisten. Korelasi positif biomassa tiap bagian pohon lebih besar terjadi dalam hubungannya dengan diameter dibandingkan dengan tinggi totalnya. Hubungan antara peubah– peubah ini dinyatakan dalam persamaan regresi. Persamaan terbaik diperoleh dengan uji coba terhadap empat persamaan regresi linier maupun non linier dengan satu dan dua peubah bebas. Persamaan yang baik adalah persamaan yang memiliki simpangan (s) terkecil, koefisien determinasi (R2) dan koefisien determinasi terkoreksi (R2 adj) terbesar. Selain itu persamaan juga harus memiliki nilai dugaan yang tidak berbeda jauh dengan nilai biomassa aktual, dapat memenuhi pertimbangan keefisienan pengambilan data di lapangan, memenuhi asumsi kenormalan sisaan dan keaditifan model. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jumlah biomassa tertinggi terdapat pada bagian batang yakni mencapai 52,5% dari biomassa keseluruhan pohon di atas permukaan tanah, kemudian diikuti oleh biomassa cabang (26%), ranting (15,5%) dan daun (6%). Dibandingkan dengan penelitian terhadap pohon Mahoni (Adinugroho 2002) besar persentase biomassa batang 73% dari biomassa totalnya. Berdasarkan perbandingan nilai ini dapat disimpulkan bahwa Nyirih memiliki struktur pohon dengan percabangan yang banyak. Dari beberapa persamaan regresi yang diujicobakan, persamaan alometrik terbaik yang dihasilkan untuk menduga biomassa pada setiap bagian pohon Nyirih antara lain : Biomassa batang : Bbtg = 0,0813D2,28 Biomassa cabang : Bcbg = 0,0063D2,78 Biomassa ranting : Brtg = 0,1D1,79 Biomassa daun : Bdaun = 0,1076D1,51 Biomassa pohon : Btotal = 0,1832D2,21 Nilai BEF pohon Nyirih yang dihasilkan adalah adalah 1,806 untuk pendugaan biomassa total berdasarkan data penimbangan langsung dan senilai 1,737 dari data volume pohon.. Peningkatan ukuran diameter pohon menyebabkan nilai BEF menjadi semakin kecil. Dari nilai BEF yang cukup besar ini dapat disimpulkan bahwa struktur pohon Nyirih ini memiliki percabangan yang banyak.